Anda di halaman 1dari 29

EPIDEMIOLOGI GIZI

OBESITAS
KELOMPOK 2:
ALFIANA RISANTI 1510714003
R A H M A Y A T I FA J R I N 1510714028
SARAH MIRANDA 1510714030
D I TA S AV I T R I 1510714031
EPIDEMIOLOGI OBESITAS
Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang
umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah
kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan ke
dalam jaringan organnya (Misnadierly, 2007).
Obesitas adalah suatu keadaan dimana terjadi timbunan
lemak yang berlebihan atau abnormal pada jaringan
adipose, yang akan mengganggu kesehatan (WHO, 1998).
TIPE TIPE OBESITAS
1. Tipe Android (Tipe Buah Apel)
Penumpukan lemak yang berlebihan di bagian tubuh sebelah atas
yaitu sekitar dada, pundak, leher dan muka. Umumnya terjadi pada
pria dan wanita yang sudah menopause. Tipe android lebih potensial
dan berisiko tinggi menderita penyakit yang berhubungan dengan
metabolisme lemak dan glukosa
2. Tipe Ginoid (Tipe Buah Pear)
Pada tipe ini, lemak tertimbun di bagian bawah yaitu sekitar perut,
pinggul, paha, dan pantat dan umumnya ditemui pada wanita. Tipe
ginoid lebih aman bila dibandingkan dengan tipe android karena
kemungkinan mengalami risiko penyakit lebih kecil, tetapi lebih sukar
diturunkan
TIPE TIPE OBESITAS
3. Tipe Hiperplastik
Menunjukkan jumlah sel lemak berlebih, tetapi ukurannya sesuai
dengan ukuran sel lemak normal. Tipe ini sering terjadi pada masa
anak-anbak
4. Tipe Hipertropik
Tipe ini menunjukkan ukuran sel tidak normal (berukuran besar), tetapi
jumlah sel lemak normal. Obesitas tipe ini biasanya terjadi pada pria
pekerja kantoran dan wanita setelah hamil
KLASIFIKASI OBESITAS MENURUT WHO
BERDASARKAN BMI
KLASIFIKASI OBESITAS KRITERIA ASIA-
PASIFIK BERDASARKAN BMI
Kriteria risiko penyakit dan kematian terutama penyakit
kardiovaskuler pada obesitas ditentukan berdasarkan
lingkar pinggang (waist circumference). Lingkar
pinggang lebih menggambarkan jumlah lemak visceral
dibandingkan dengan IMT. Nilai cut-off lingkar pinggang
dipengaruhi oleh jenis kelamin dan etnik (WHO, 2008).
KRITERIA LINGKAR PINGGANG BERDASARKAN ETNIK
PREVALENSI OBESITAS DI WILAYAH
ASIA TENGGARA
Prevalensi bervariasi:
1 6,5% pada laki-laki
1,3 - 26% pada perempuan
Indonesia berada pada urutan ke-5 dengan prevalensi obesitas sebesar 4,7%.
Pada umumnya, obesitas lebih sering ditemukan pada kelompok masyarakat
strata sosial ekonomi lebih tinggi.
Sumber: World Health Organization. Global status report on
noncommunicable diseases 2010. Geneva, 2011 (WHO-SEARO, 2011)
PREVALENSI OBESITAS DI INDONESIA

Hasil Riskesdas
tahun 2013
menunjukkan
prevalensi obesitas
di Indonesia untuk
kelompok usia >18
atahun mengalami
peningkatan
dibandingkan
tahun 2007 dan
2010
PREVALENSI OBESITAS DI INDONESIA
Menurut data terakhir dari Riskesdas, ada enam belas wilayah di
Indonesia yang memiliki angka obesitas lebih tinggi dibanding
angka nasional, yaitu 27%.
Wilayah tersebut mencakup Jawa Barat, Bali, Papua, DI Yogyakarta,
Aceh, Sulawesi Tengah, Jawa Timur, Bangka Belitung, Sumatera
Utara, Papua Barat, Kepulauan Riau, Maluku Utara, Kalimantan
Timur, DKI Jakarta, Gorontalo, dan Sulawesi Utara. (CNN News,2016)
ETIOLOGI OBESITAS
Obesitas dapat terjadi bila kalori yang masuk lebih besar daripada
kalori yang digunakan, dan sebagian besar energi yang berlebih itu
disimpan dalam bentuk lemak (9,3 kalori dari kelebihan energi
yang masuk ke dalam tubuh, disimpan dalam 1 gram lemak).
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas adalah faktor
genetik, faktor lingkungan, dan gaya hidup (Hall, 2011; McPhee et
al., 2011). Peningkatan angka kejadian obesitas terjadi karena
adanya perubahan gaya hidup menjadi sedentarisme, aktivitas fisik
menurun, disertai peningkatan asupan kalori yang tinggi
(Obreagon, 2010).
FAKTOR RESIKO
Obesitas merupakan faktor risiko ke-5 yang menyebabkan
kematian terbanyak di seluruh dunia. Secara global, sedikitnya
1,8 juta orang dewasa meninggal setiap tahunnya sebagai
akibat dari obesitas. Kematian yang berhubungan dengan
obesitas dan overweight sebesar 350.000 kematian setiap
tahun di wilayah Asia Tenggara
(WHO SEARO, 2011).
1. FAKTOR GENETIK
Obesitas cenderung diturunkan sehingga
diduga memiliki penyebab genetik dengan
rata-rata memberikan pengaruh sebesar
33% terhadap berat badan seseorang
(Farida,2009)
2. FAKTOR LINGKUNGAN
Lingkungan, termasuk perilaku atau gaya hidup juga memegang peranan yang
cukup berarti terhadap kejadian obesitas (Farida, 2009).
1. Kemudahan Hidup
Kemudahan hidup juga menyebabkan berkurangnya aktivitas fisik. Suatu
penelitian dengan menggunakan alat pengukur jarak tempuh (speedometer)
untuk menghitung berapa jarak yang telah ditempuh seseorang
menunjukkan bahwa jarak rata-rata yang ditempuh oleh seorang penderita
obesitas dengan berjalan kaki hanya sekitar 20 km/minggu. Sedangkan
pada bukan penderita obesitas, jarak tempuh yang dilakukan dengan
berjalan kaki rata-rata setiap minggu adalah sekitar 50 km.
2. Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi di berbagai bidang kehidupan mendorong masyarakat
untuk menempuh kehidupan yang tidak memerlukan kerja fisik yang berat.
Mekanisasi industri, membanjiri kendaraan bermotor beroda dua maupun
beroda empat dengan harga yang relatif terjangkau oleh masyarakat. Terlihat
dari anak sekolah zaman sekarang sudah jarang dijumpai berjalan
kaki/bersepeda ke sekolah
3. Iklan Televisi
Berkurangnya pemakaian energi dapat terjadi pada anak yang kurang aktivitas
fisiknya, seharian menonton TV, lebih-lebih disertai dengan mengemil snack
atau minuman padat kaloiri memungkinkan obesitas akan lebih besar
3. GAYA HIDUP
Pola makan berlebih pola makan ini membuat energi yang masuk ke tubuh
tidak sesuai dengan energi yang dikeluarkan yang mengakibatkan energi yang
lebih itu tertimbun didalam tubuh sehingga seseorang mengalami obesitas
Kurang olahraga hal ini membuat energi yang masuk kedalam tubuh tidak
sesuai, sehingga energi tertimbun di dalam tubuh
Pola tidur bisa menambah rasa lapar, selain itu juga membuat aktivitas fisik
berkurang. Ketidakaktifan fisik bisa memicu bb naik lebih cepat
Aktivitas fisik orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori.
Seseorang yang cenderung mengonsumsi makanan kaya lemak dan tidak
melakukan aktivitas fisik yang seimbang akan mengalami obesitas
4. FAKTOR PSIKIS
Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya
dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah
persepsi diri yang negatif (Farida, 2009). Ada dua pola makan
abnormal yang dapat menjadi penyebab obesitas, yaitu makan
dalam jumlah sangat banyak dan makan di malam hari (Shils,
2006).
PENCEGAHAN PENCEGAHAN
PRIMER SEKUNDER
1. Pengaturan diet yang baik
2. Pemberian obat anti obesitas
1. Promosi kesehatan
3. Modifikasi perilaku
2. Peningkatan pengetahuan tentang obesitas
3. Modifikasi pola hidup dan perilaku
4. Perbanyak aktivitas fisik
5. Pengaturan nutrisi dan pola makan
PENCEGAHAN TERSIER
1. Melakukan pemeriksaan berkala
2. Melakukan pengendalian cara psikoterapi
3. Mencegah terjadinya penyakit akibat
diabetes
DAFTAR PUSTAKA
www.depkes.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2013: Laporan Nasional. Jakarta: Badan Litbangkes Depkes
Farida, El Baz, et al. 2009. Impact of Obesity and Body Fat Distribution on
Pulmonary Function og Egyptian Children. Egyptian Journal of Bronchology.
2009
Misnadiarly. (2007). Obesitas Sebagai Faktor Risiko Beberapa Penyakit.
Jakarta: Pustaka Obor Populer.
WHO Searo. 2011
DAFTAR PERTANYAAN

1. Bianca Iqtishodly 1510714019


Apa yang dimaksud obat anti obesitas? Apakah dalam bentuk suplemen atau dari
dokter? Lalu berapa dosis yang dianjurkan? Termasuk ke dalam pencegahan apa?

2. Vinky Ayu Safitri 1510714018


Apa faktor yang mendukung dari timbulnya obesitas di wilayah-wilayah Indonesia?

3. Alfiani Listiana Putri 15107114005


Bagaimana menangani obesitas pada anak-anak agar kembali normal saat
dewasa?
HASIL DISKUSI

Kritik dan saran dari pihak opponent:


1. Zakiyyatul Fuaadah 1510714060
Isi presentasi cukup menyeluruh namun penampilannya kurang menarik
JAWABAN PERTANYAAN 1:
Pemberian obat obesitas merupakan Farmakoterapi obesitas yang
merupakan salah satu peran penting dalam program manajemen berat
badan. Obat yang diberikan yaitu Sirbutramine dan orlistat sebagai
obat-obatan penurun berat badan yang telah disetujui untuk
penggunaan jangka panjang. Sirbutramine digunakan bersamaan
dengan diet rendah kalori dan aktifitas fisik efektif menurunkan berat
badan dan mempertahankannya. Sedangkan Orlistat menghambat
absorpsi lemak sebanyak 30%. Dengan pemberian Orlistat, dibutuhkan
penggantian vitamin larut lemak karena terjadi malabsorpsi parsial.
Pemberian obat obesitas termasuk ke dalam pencegahan sekunder
karena untuk menekan peningkatan obesitas, agar orang yang sudah
mengalami obesitas tidak mengalami kenaikan berat badan lagi.
JAWABAN PERTANYAAN 2:
Faktor yang mendukung dari timbulnya obesitas di Indonesia itu beragam. Untuk
wilayah Sulawesi Utara, dengan angka obesitas tertinggi di Indonesia menurut hasil
data Riskesdas tahun 2013, hasil tersebut erat kaitannya dengan pola hidup warga
Sulawesi Utara yang dipengaruhi sosial budaya di wilayah tersebut. Masyarakat
Sulawesi Utara dikenal dengan gemar pesta. Pada pesta tersebut mulai dari hajatan
atau syukuran selalu disertai dengan jamuan makan. Makanan yang disajikan pun,
makanan dengan tinggi lemak dan tingginya konsumsi alkohol.
Hasil data tersebut mengatakan bahwa prevalensi obesitas tertinggi yaitu di
wilayah Sulawesi Utara pada kelompok umur di atas 18 tahun. Pada kenyataannya,
masyarakat Sulawesi Utara kelompok umur remaja, rata-rata mereka memiliki tubuh
yang proporsional. Data tersebut sebenarnya lebih menggambarkan keadaan status
gizi masyarakat dengan kelompok umur dewasa cenderung lansia. Faktanya warga
Sulut yang rentan terkena berbagai penyakit degeneratif tersebut yaitu pada
kelompok umur dewasa terutama pada laki-laki, misalnya, jantung koroner,
hipertensi, stroke, diabetes melitus, kanker dan penyakit degeneratif lainnya.
JAWABAN PERTANYAAN 3:

Obesitas yang terjadi sejak anak-anak biasanya banyak tergolong


ke dalam tipe obesitas hiperplastik, yaitu jumlah selnya berlebih
namun volume sel nya normal. Untuk menangani obesitas pada
anak-anak ini perlu dilakukan peningkatan aktivitas fisik, seperti
mengajak anak bermain bola, bersepeda dan kegiatan lain. Cukup
sebentar namun sering. Maka disaat masa pertumbuhannya berakhir
mereka sudah bisa mencapai BB yang ideal.

Anda mungkin juga menyukai