Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KASUS II

SISTEM MUSKULOSKELETAL
SPONDILITIS

KELOMPOK 12
FAUZIA FATHARANI 220110110028
MELDA ISKAWATI 220110110043
DEWI YULIA FATHONAH 220110110056
RIA HERLIANI 220110110038
AJENG GUSTIANI 220110110006
NURUL IKLIMA 220110110055
FRANSISKA YUSRIDA 220110110108
TOAYAH INDAH SARI 220110110072
MONA YOSEFHIN 220110110129
OKY OCTAVIANI 220110110064
PUTRI PANJAITAN 2201101100
ASTI NURHALIMAH 220110110042
LUSIYANTI 220110110047

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS PADJADJARAN
BAB I
PEMBAHASAN KASUS

Chair : Toayah Indah Sari


Scriber 1 : Lusiyanti
Scriber 2 : Asti Nurhalimah

KASUS I
STEP 1
1. Gibbus Sign (Oky)
2. Kalsifikasi Lumbal 3-5 (Ajeng)
3. Korset (putri)
Jawab :
1. Peregerakan posisi tulang (Dewi)
2. Korset untuk sakit punggung, untuk tulang belakang (Fauzia)
3. Pengapuran (Melda)

STEP 2
1. Apakah hubungan antara tempat tinggal dan penyakit yang di derita? (Fransiska)
2. Apakah TBC berhubungan dengan penyakit yang sekrang? (Melda)
3. Pendidikan kesehatan klien tentang lingkungan? (Oky)
4. Penyakitnya local atau sistemik? (Asti)
5. Mengapa nanah nya di L3? (Nurul)
6. Hubungan inkontinensai urin dengan penyakitnya? (Lusi)
7. Penatalaksanaan nanah kuning? (Dewi)
8. Mengapa dokter memeriksa dahak sewaktu pagi? (Mona)
9. Penatalaksanaan ddebridement dengn korset seperti apa? (Fauzia)
10. Factor resiko spondilitis? (Toayah)
11. Indikasi pengambilan dahak? (Toayah)
STEP 3
1. Jarang terkena sinar matahari (Ajeng)
Tinggal di tempat lembab (Oky)
2. Ya, TBC nya sudah sistemik (Asti)
Ya, batuk nya membuat tulang membungkuk (Mona)
TBC tulang, tulang kehilangan fungsinya (Dewi)
3. Diberitahukan untuk mejaga lingkungan agar tidak lembab, pencahayaan
cukup dan terkena sinar matahari (Fransiska)
4. Sistemik (Lusi)
Lokal (Ria)
Sistemik (Melda)
5. Dari ruang yang tidak terinfeksi (Melda)
6. Saraf di lumbal terganggu (Ria)
7. –
8. Pagi pagi itu lebih akurat (Lusi)
9. –
10. Kurang vitamin D, kurang nutrisi, usia (Putri)
Lingkungan kumuh (Melda)
11. Mengetahui jenis kuman (Melda)
STEP 4 (MIND MAP)

DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
KONSEP UMUM
PATOFISILOGI
PENATALAKSANAAN KLASIFIKASI

PEMERIKSAAN
ETIOLOGI
DIAGNOSTIK SPONDILITIS

PENGKAJIAN
ASUHAN MANIFESTASI
KEPERAWATAN ANALISA DATA KLINIS

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
BAB II
SPONDILITIS

I. ANATOMI dan FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETEAL


Anatomi berasal dari bahasa latin yaitu , Ana : Bagian, Memisahkan.Tomi
(tomie) = Tomneinei : iris / potong.Fisiologi berasal dari kata Fisis (physis) : Alam
atau cara kerja .Logos (logi) : ilmu pengetahuan.Dari kata tersebut di atas dapat di
simplksn bahwa pengertian anatomi dan fisiologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang susunan atau potongan tubuh dan bagaimana alat tubuh itu
bekerja.Anatomi adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh dengan
baik secara keseluruhan maupun bagian – bagian serta hubungan alat tubuh yang satu
dengan yang lain.Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari faal atau pekerjaan dari tiap
– tiap jaringan tubuh atau bagian dari alat – alat tubuh dan sebagainya.
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengukur
pergerakan.Tulang manusia saling berhubungan satu dengan yang lain dalam
berbagai bentuk untuk memperoleh fungsi system muskuloskeletal yang optimum.
Aktivitas gerak tubuh manusia tergantung pada efektifnya interaksi antara sendi yang
normal unit-unit neuromuskular yang menggerakkannya. Elemen-elemen tersebut
juga berinteraksi untuk mendistribusikan stress mekanik ke jaringan sekitar sendi.
Otot, ligamen, rawan sendi dan tulang saling bekerjasama dibawah kendali sistem
saraf agar fungsi tersebut dapat berlangsung dengan sempurna. Mempelajari Sistem
Kerangka & Otot Kerangka. Osteologi : cabang ilmu anatomi yang mempelajari
tulang. Tulang atau rangka adalah penopang tubuh manusia. Tanpa tulang, pasti
tubuh kita tidak bisa tegak berdiri. Tulang mulai terbentuk sejak bayi dalam
kandungan, berlangsung terus sampai dekade kedua dalam susunan yang teratur.
Mengapa kita bisa bergerak? Manusia bisa bergerak karena ada rangka dan
otot. Rangka tersebut tidak dapat bergerak sendiri, melainkan dibantu oleh otot.
Dengan adanya kerja sama antara rangka dan otot, manusia dapat melompat, berjalan,
bergoyang, berlari, dan sebagainya.
Sistem muskuloskeletal merupakan suatu system yang dibentuk oleh tulang, sendi
dan otot.
Tulang (system skelet)
Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, terbagi 4 kategori :
1. Tulang panjang
Tulang ini agak melengkung tujuannya agar kuat menahan beban dan tekanan.
Contohnya humerus, radius, ulna, femur, tibia, dan fibula.
Bagian tulang panjang
 Diafisis : bagian tengah tulang berbentuk silinder dari tulang kortikal
yang memiliki kekuatan besar
 Matafisis : bagian tulang yang melebar dekat ujung akhir batang. Daerah
ini terutama disusun oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa yang
mengandung sumsum merah. Sumsum merah terdapat juga dibagian epifisis
dan diafisis tulang. Pada anak-anak sumsum merah mengisi sebagian besar
bagian dalam tulang panjang tetapi kemudian diganti olah sumsum kuning
setelah dewasa.
 Epifisis : lempeng epifisis adalah daerah pertumbuhan longitudinal
pada anak-anak. Bagian ini akan menghilang pada tulang dewasa. Bagian
epifisis yang letaknya dekat sendi tulang panjang bersatu dengan metafisis
sehingga pertumbuhan memanjang tulang terhenti.
2. Tulang pendek
Parbandingan tebal dan panjang hampir sama, terdapat pada pergelangan tangan dan
kaki, bentuknya seperti kubus.
3. Tulang pipih : iga, tengkorak, panggul dan scapula. Bentuknya pipih berfungsi
untuk perlindungan.
4. Tulang tak teratur, tulang pada wajah dan vertebra.
Tulang diliputi dibagian luar oleh membrane fibrus padat dinamakan periosteum yang
memberi nutrisi ke tulang dan memungkinnya tumbuh, selain sebagai tempat
perlekatan tendon dan ligament.
Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah dan limfatik. Lapisan yang paling
dekat dengan tulang mengandung osteoblas yang merupakan sel pembentuk tulang.
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-sel tulang terdiri
atas :
 Osteoblast, yang berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan
matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar
(glukosaminoglikan/asam polisakarida dan proteoglikan)
 Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang
yang terletak dalam osteon (unit matriks tulang)
 Osteoklast adalah multinuclear yng berperan dalam penghancuran, resorpsi
dan remodelling tulang.
Jaringan tulang mempunyai vaskularisasi yang sangat baik. Tulang kanselus
menerima asupan darah yang sangat banyak melalui pembuluh metafisis dan epifisis.
Pembuluh periosteum mangangkut darah ke tulang kompak melalui kanal Volkmann
ang sangat kecil. Selain itu, ada arteri nutrient yang menembus periosteum dan
memasuki rongga meduar melalui foramina. Arteri nutrient memasok darah ke
sumsum dan tulang.

Pembentukan tulang
Ossifikasi adalah proses dimana matriks tulang terbentuk dan pengerasan mineral
ditimbun dalam serabut kolagen dalam suatu lingkungan elektronegatif. 2 model
dasar ossifikasi :
1. Intramembran : tulang tumbuh di dalam membrane, terjadi pada tulang wajah
dan tengkorak.
2. Endokondal : pembentukan tulang rawan terlebih dahulu kemudian mengalami
resorpsi dan diganti oleh tulang.
Kebanyakan tulang terbentuk dan mengalami penyembuhan melalui ossifikasi
endokondal.
Pemeliharaan tulang
Factor yang mengatur pembentukan dan resorpsi tulang :
 Stress terhadap tulang
 Vitamin D, meningkatkan jumlah kalsium dengan meningkatkan penyerapan
kalsium dari saluran pencernaan.
 Hormone paratiroid dan kalsitonin
Hormone paratiroid mengatur konsentrasi kalsium dalam darah. Kalsitonin
meningkatkan penimbunan kalsium dalam tulang.
 Pasokan darah

Penyembuhan tulang
 Inflamasi
Bila fraktur, terjadi perdarahan dalam jaringan yang cedera dan terjadi
pembentukan hematoma. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi. Tempat
cedera akan diinvasi makrofag, terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri.
 Proliferasi sel
Terbentuk benang-benang fibril, jaringan untuk revaskularisasi dan invasi
fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoblast akan menghasilkan kolagen
dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk
jaringan ikat fibrus dan osteoid.
 Pembentukan kalus
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi
lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan
dengan jaringan fibrus, tulang rawan 7 tulang serat imatur. Perlu waktu 3-4
minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang aan atau jaringan fibrus.
 Osifikasi
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang
melalui proses penulangan endokondral. Mineral terus menerus ditimbun sampai
tulang benar-benar telah bersatu dank keras.
 Remodeling
Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan
reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya.

Fungsi system skelet


 Mendukung dan memberi bentuk jaringan tubuh
 Melindungi bagian tubuh tertentu seperti hati, ginjal, otak dan paru-paru
 Tempat melekatnya otot dan tendon
 Sumber mineral seperti garam dan fosfat
 Tempat produksi sel darah merah

SISTEM PERSENDIAN
Tulang dalam tubuh dihubungkan satu sama lain dengan sendi atau artikulasi yang
memungkinkan berbagai macam gerakan.
Ada 3 macam sendi yaitu :
 Sendi sinartrosis merupakan sendi yang tidak dapat digerakkan misalnya pada
persambungan tulang tengkorak.
 Sendi amfiartrosis, seperti sendi pada vertebra dan simfisis pubis yang
memungkinkan gerakan terbatas.
 Sendi diartrosis adalah sendi yang dapat digerakkan secara bebas
Pada sendi yang dapat digerakkan, ujung persendian tulang ditutupi oleh
tulang rawan hialin yang halus. Persendian tulang tersebut dikelilingi oleh
selubung fibrus kuat kapsul sendi. Kapsul dilapisi oleh membrane, sinovium,
yang mensekresi cairan pelumas dan peredam getaran ke dalam kapsul
sendi.Ligamen, mengikat tulang dalam sendi. Ligamen dan tendon otot yang
melintasi sendi, menjaga stabilitas sendi. Bursa adalah suatu kantung yang
berisi cairan sinovial, biasanya merupakan bantalan bagi pergerakan tendon,
ligamen dan tulang di siku, lutut dan beberapa sendi lainnya.
SISTEM OTOT SKELET
 Kira-kira 40% tubuh adalah otot rangka dan 5-10% lainya adalah otot polos atau
otot jantung
 Otot dihubungkan oleh tendon tau aponeurosis ke tulang, jaringan ikat atau kulit
 Otot bervariasi ukuran dan benuknya bergantung aktivitas yang dibutuhkan
 Otot tubuh tersusun oleh kelompok sel otot yang paralel (fasikuli) yang
terbungkus dalam jaringan fibrus dinamakan epimisium atau fasia
 Otot mengandung sebagian besar mioglobulin yang berkontraksi lebih lambat
dan lebih kuat
 Tiap sel otot (serabut otot) mengandung myofibril. Yang tersusun atas
sekelompok sarkomer (aktin dan myosin) yang merupakan unit kontraktil otot
skelet

Otot berfungsi sebagai :


 Pergerakan
 Membentuk postur
 Produksi panas karna adanya kontraksi dan relaksasi

Pemberian nama otot


 Tergantung ciri structural atau fungsional otot
 Lokasi otot menunjukkan tulang atau bagian tubuh yang bersangkutan (M.
temporalis, M. intercostal)
 Bentuk otot M. deltoid berbentuk segitiga
 Ukuran relative otot maksimus, minimus, longus dan brevis. Misalnya M. gluteus
maksimus
 Arah serat otot rectus, transversus, oblique. Misalnya M. rectusfemoris dan M.
transversus abdominis
 Jumlah origo biseps, triseps atau quadriceps. Contoh M. biseps branchii
 Lokasi origo atau insertio otot misalnya M. sternokleidomastoideus
 Aksi otot fleksor, ekstensor, adduktor atau abduktor. Contohnya M. adduktor
longus, M. supinator, M. ekstensor

FISIOLOGI OTOT
Otot merupakan jaringan peka rangsang (eksitabel) yang dapat dirangsang secara
kimia, listrik dan mekanik untuk menimbulkan suatu aksi potensial. Ada tiga jenis
otot yaitu otot rangka, otot jantung dan otot polos.

Otot rangka Otot jantung Otot polos


Mempunyai stria, Mempunyai stria, Tidak berstria, hanya
berbentuk silindris, dan multinukleus, silindris, mempunyai satu inti dan
mempunyai banyak inti dan bercabang-cabang juga tidak dibawah
serta berada dibawah serta berkontraksi tidak pengaruh kesadaran
control kesadaran. dibawah pengaruh
Tight junction RS kesadaran. Gap junction RS kurang
berkembang sangat pesat Gap junction RS kurang berkembang
berkembang

2. MIND MAP
a. Definisi
Spondilitis tuberculosis adalah infeksi sekunder dari suatu infeksi yang
berasal dari ekstraspinal. Lesi dasar dari spondilitis tuberculosis adalah kombinasi
dari osteomielitis dan arthritis yang biasanya melibatkan lebih dari satu segmen
vertebra. Bagian anterior dari badan vertebra yang berdampingan dengan piring
subchondral adalah lokasi yang umumnya dipengaruhi. Tuberculosis dapat
menyebar dari daerah tersebut ke daerah diskus intervertebralis. Pada dewasa,
penyakit pada piringan merupakan sekunder terhadap infeksi yang berasal dari
badan vertebra. Sedangkan pada anak – anak, karena diskus masih mendapatkan
vaskularisasi, maka masih dapat menjadi tempat primer.
b. Epidemiologi
Diperkirakan 1-2% dari total kasus tuberculosis dapat berkembang
menjadi spondilitis tuberculosis. Tuberkulosis pada tulang dan jaringan ikat
adalah kira – kira 10% dari kasus tuberculosis ekstrapulmonalis. Spondilitis
tuberculosis adalah manifestasi umum dari tuberculosis musculoskeletal, kira –
kira 40-50% total kasus. Frekuensi kasus spondilitis tuberculosis berhubungan
dengan factor sosioekonomi dan juga riwayat kontak dengan orang yang
terinfeksi. Rasio perbandingan spondilitis tuberculosis pada pria dan wanita
adalah 1,5-2 berbanding dengan 1. Pada Negara berkembang, spondilitis
tuberculosis adalah lebih banyak ditemukan pada dewasa dan anak – anak tua.
Kasus spondilitis tuberculosis banyak ditemukan di India, Cina, Indonesia,
Pakistan dan Bangladesh. Tetapi akhir – akhir ini ditemukan peningkatan kasus di
Perserikatan Soviet dan sub Sahara Afrika sehubungan dengan penyebaran HIV.
c. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis spondilitis tuberkulosa yaitu:

 Badan lemah, lesu, nafsu makan berkurang, dan berat badan menurun.

 Suhu subfebril terutama pada malam hari dan sakit (kaku) pada punggung.
Pada anak-anak sering disertai denganmenangis pada malam hari.

 Pada awal dijumpai nyeri interkostal, nyeri yang menjalar dari tulang belakang
ke garis tengah atas dada melaluiruang interkostal. Hal ini disebabkan oleh
tertekannya radiks dorsalis di tingkat torakal.

 Nyeri spinal menetap dan terbatasnya pergerakan spinale. Deformitas pada


punggung (gibbus)

 Pembengkakan setempat (abses)

 Adanya proses tbc (Tachdjian, 2005).Kelainan neurologis yang terjadi pada


50% kasus spondilitis tuberkulosa karena proses destruksi lanjut berupa:
 Paraplegia, paraparesis, atau nyeri radix saraf akibat penekanan medula
spinalis yang menyebabkan kekakuan padagerakan berjalan dan nyeri.

 Gambaran paraplegia inferior kedua tungkai yang bersifat UMN dan adanya
batas defisit sensorik setinggi tempatgibbus atau lokalisasi nyeri interkostal
(Tachdjian, 2005).

d. Etiologi

Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri berbentuk batang yang


bersifatacid-fastnon-motile ( tahanterhadap asam pada pewarnaan, sehingga sering
disebut juga sebagai Basil/bakteri Tahan Asam (BTA))dan tidakdapat diwarnai
dengan baik melalui cara yg konvensional. Dipergunakanteknik Ziehl-Nielsonuntuk
memvisualisasikannya.Bakteri tubuh secara lambat dalam media egg-enriched
dengan periode 6-8 minggu. Produksi niasinmerupakankarakteristik Mycobacterium
tuberculosis dan dapat membantu untuk membedakannnya dengan spesies
lainSpondilitis tuberkulosa merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di tempat
lain di tubuh, 5-95 % disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis tipik ( 2/3 dari tipe
human dan 1/3 dari tipe bovin ) dan 5-10 % oleh mikobakterium tuberkulosa atipik.
Lokalisasi spondilitis tuberkulosa terutama pada daerah vertebra torakal bawah dan
lumbal atas, sehingga didugaadanya infeksi sekunder dari suatu tuberkulosa traktus
urinarius, yg penyebarannyamelalui pleksus Batson pada vena paravertebralis.
Meskipun menular, tetapi orang tertular tuberculosis tidak semudah tertularflu.
Penularan penyakit ini memerlukan waktu pemaparan yg cukup lama dan
intensifdengan sumber penyakit (penular). Menurut Mayoclinic, seseorang yg
kesehatanfisiknya baik, memerlukan kontak dengan penderita TB aktif setidaknya 8
jam sehariselama 6 bulan, untuk dapat terinfeksi. Sementara masa inkubasi TB
sendiri, yaituwaktu yg diperlukan dari mula terinfeksi sampai menjadi sakit,
diperkirakan sekitar6 bulan. Bakteri TB akan cepat mati bila terkena sinar matahari
langsung. Tetapidalam tempat yg lembab, gelap, dan pada suhu kamar, kuman dapat
bertahan hidupselama beberapa jam. Dalam tubuh, kuman ini dapat tertidur lama
(dorman) selamabeberapa tahun

e. Klasifikasi

Spondilitis tuberkulosa merupakan suatu tuberkulosis tulang yang sifatnya sekunder


dari TBC tempat lain di dalamtubuh. Penyebarannya secara hematogen, diduga
terjadinya penyakit ini sering karena penyebaran hematogen dariinfeksi traktus
urinarius melalui pleksus Batson. Infeksi TBC vertebra ditandai dengan proses
destruksi tulangprogresif tetapi lambat di bagian depan (anterior vertebral body).
Penyebaran dari jaringan yang mengalami perkejuanakan menghalangi proses
pembentukan tulang sehingga berbentuk tuberculos squestra. Sedang jaringan
granulasi TBCakan penetrasi ke korteks dan terbentuk abses paravertebral yang dapat
menjalar ke atas atau bawah lewatligamentum longitudinal anterior dan posterior.
Sedangkan diskus intervertebralis karena avaskular lebih resisten tetapiakan
mengalami dehidrasi dan penyempitan karena dirusak oleh jaringan granulasi TBC.
Kerusakan progresif bagiananterior vertebra akan menimbulkan kifosis (Savant,
2007).Perjalanan penyakit spondilitis tuberkulosa terdiri dari lima stadium yaitu:

1. Stadium implantasi Setelah bakteri berada dalam tulang, apabila daya tahan
tubuh penderita menurun, bakteri akan berduplikasimembentuk koloni yang
berlangsung selama 6-8 minggu. Keadaan ini umumnya terjadi pada daerah
paradiskus danpada anak-anak pada daerah sentral vertebra.

2. Stadium destruksi awalSelanjutnya terjadi destruksi korpus vertebra dan


penyempitan yang ringan pada diskus. Proses ini berlangsungselama 3-6 minggu.

3. Stadium destruksi lanjutPada stadium ini terjadi destruksi yang massif, kolaps
vertebra, dan terbentuk massa kaseosa serta pus yangberbentuk cold abses, yang
tejadi 2-3 bulan setelah stadium destruksi awal. Selanjutnya dapat
terbentuksekuestrum dan kerusakan diskus intervertebralis. Pada saat ini
terbentuk tulang baji terutama di depan (wedginganterior) akibat kerusakan
korpus vertebra sehingga menyebabkan terjadinya kifosis atau gibbus.

4. Stadium gangguan neurologisGangguan neurologis tidak berkaitan dengan


beratnya kifosis yang terjadi tetapi ditentukan oleh tekanan abses kekanalis
spinalis. Vertebra torakalis mempunyai kanalis spinalis yang kecil sehingga
gangguan neurologis lebih mudahterjadi di daerah ini. Apabila terjadi gangguan
neurologis, perlu dicatat derajat kerusakan paraplegia yaitu:

i. Derajat IKelemahan pada anggota gerak bawah setelah beraktivitas atau


berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadigangguan saraf sensoris.

ii. Derajat IIKelemahan pada anggota gerak bawah tetapi penderita masih dapat
melakukan pekerjaannya.

iii. Derajat IIIKelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi gerak atau
aktivitas penderita disertai denganhipoestesia atau anestesia.

iv. Derajat IVGangguan saraf sensoris dan motoris disertai dengan gangguan
defekasi dan miksi.TBC paraplegia atau Pott paraplegia dapat terjadi secara
dini atau lambat tergantung dari keadaan penyakitnya.Pada penyakit yang
masih aktif, paraplegia terjadi karena tekanan ekstradural dari abses
paravertebral ataukerusakan langsung sumsum tulang belakang oleh
adanya granulasi jaringan. Paraplegia pada penyakit yang tidakaktif atau
sembuh terjadi karena tekanan pada jembatan tulang kanalis spinalis atau
pembentukan jaringan fibrosisyang progresif dari jaringan granulasi
tuberkulosa. TBC paraplegia terjadi secara perlahan dan dapat
terjadidestruksi tulang disertai dengan angulasi dan gangguan vaskuler
vertebra.

5. Stadium deformitas residua, Stadium ini terjadi kurang lebih 3-5 tahun setelah
stadium implantasi. Kifosis atau gibbus bersifat permanen karenakerusakan
vertebra yang massif di depan (Savant, 2007)
e. Penatalaksanaan

Pada prinsipnya pengobatan spondilitis tuberkulosa harus dilakukan segera untuk


menghentikan progresivitaspenyakit dan mencegah atau mengkoreksi paraplegia
atau defisit neurologis. Prinsip pengobatan Pottds paraplegiayaitu:

1. Pemberian obat antituberkulosis.

2. Dekompresi medula spinalis.

3. Menghilangkan atau menyingkirkan produk infeksi.

4. Stabilisasi vertebra dengan graft tulang (bone graft) (Graham, 2007).

Pengobatan pada spondilitis tuberkulosa terdiri dari:

1. Terapi konservatifa.

a. Tirah baring (bed rest).

b. Memberi korset yang mencegah atau membatasi gerak vertebra.

c. Memperbaiki keadaan umum penderita.

d. Pengobatan antituberkulosa.Standar pengobatan berdasarkan program P2TB


paru yaitu:

i. Kategori I untuk penderita baru BTA (+/-) atau rontgen (+).

a) Tahap 1 diberikan Rifampisin 450 mg, Etambutol 750 mg, INH 300 mg, dan
Pirazinamid 1.500 mgsetiap hari selama 2 bulan pertama (60 kali).

b) Tahap 2 diberikan Rifampisin 450 mg dan INH 600 mg 3 kali seminggu


selama 4 bulan (54 kali).

ii. Kategori II untuk penderita BTA (+) yang sudah pernah minum obat selama
sebulan, termasuk penderitayang kambuh.
1. Tahap 1 diberikan Streptomisin 750 mg, INH 300 mg, Rifampisin 450 mg,
Pirazinamid 1500 mg, danEtambutol 750 mg setiap hari. Streptomisin injeksi
hanya 2 bulan pertama (60 kali) dan obat lainnyaselama 3 bulan (90 kali).

2. Tahap 2 diberikan INH 600 mg, Rifampisin 450 mg, dan Etambutol 1250 mg 3
kali seminggu selama 5bulan (66 kali).Kriteria penghentian pengobatan yaitu
apabila keadaan umum penderita bertambah baik, LED menurun danmenetap,
gejala-gejala klinis berupa nyeri dan spasme berkurang, serta gambaran radiologis
ditemukanadanya union pada vertebra.

2. Terapi operatifa.

a. Apabila dengan terapi konservatif tidak terjadi perbaikan paraplegia atau malah
semakin berat. Biasanya 3minggu sebelum operasi, penderita diberikan obat
tuberkulostatik.

b. Adanya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses secara terbuka,
debrideman, dan bone graft.

c. Pada pemeriksaan radiologis baik foto polos, mielografi, CT, atau MRI
ditemukan adanya penekanan padamedula spinalis (Ombregt, 2005).Walaupun
pengobatan kemoterapi merupakan pengobatan utama bagi penderita spondilitis
tuberkulosa tetapioperasi masih memegang peranan penting dalam beberapa hal
seperti apabila terdapat cold absces (abses dingin),lesi tuberkulosa, paraplegia,
dan kifosis.

a. Cold abscesCold absces yang kecil tidak memerlukan operasi karena dapat
terjadi resorbsi spontan dengan pemberiantuberkulostatik. Pada abses yang besar
dilakukan drainase bedah.

b. Lesi tuberkulosa

1) Debrideman fokal.

2) Kosto-transveresektomi.
3) Debrideman fokal radikal yang disertai bone graft di bagian depan.

c. Kifosis

1) Pengobatan dengan kemoterapi.

2) Laminektomi.

3) Kosto-transveresektomi.

4) Operasi radikal.

5) Osteotomi pada tulang baji secara tertutup dari belakang.Operasi kifosis


dilakukan apabila terjadi deformitas hebat. Kifosis bertendensi untuk bertambah
berat,terutama pada anak. Tindakan operatif berupa fusi posterior atau operasi
radikal (Graham, 2007)

g. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan penunjang pada spondilitis tuberkulosa yaitu:

1. Pemeriksaan laboratoriuma.

Pemeriksaan darah lengkap didapatkan leukositosis dan LED meningkat.

 Uji mantoux positif tuberkulosis.

 Uji kultur biakan bakteri dan BTA ditemukan Mycobacterium.

 Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional.

 Pemeriksaan hispatologis ditemukan tuberkel.

 Pungsi lumbal didapati tekanan cairan serebrospinalis rendah.

 Peningkatan CRP (C-Reaktif Protein).

 Pemeriksaan serologi dengan deteksi antibodi spesifik dalam sirkulasi.


 Pemeriksaan ELISA (Enzyme-Linked Immunoadsorbent Assay) tetapi
menghasilkan negatif palsu pada penderitadengan alergi.

 Identifikasi PCR (Polymerase Chain Reaction) meliputi denaturasi DNA


kuman tuberkulosis melekatkannukleotida tertentu pada fragmen DNA dan
amplifikasi menggunakan DNA polimerase sampai terbentuk rantaiDNA utuh
yang diidentifikasi dengan gel.

2. Pemeriksaan radiologisa.

 Foto toraks atau X-ray untuk melihat adanya tuberculosis pada paru. Abses
dingin tampak sebagai suatubayangan yang berbentuk spindle.

 Pemeriksaan foto dengan zat kontras.

 Foto polos vertebra ditemukan osteoporosis, osteolitik, destruksi korpus


vertebra, penyempitan diskusintervertebralis, dan mungkin ditemukan adanya
massa abses paravertebral.

 Pemeriksaan mielografi.

 CT scan memberi gambaran tulang secara lebih detail dari lesiirreguler,


skelerosis, kolaps diskus, dan gangguan sirkumferensi tulang.

 MRI mengevaluasi infeksi diskus intervertebralis dan osteomielitis tulang


belakang serta menunjukkan adanyapenekanan saraf (Lauerman, 2006).
PATOFISIOLOGI

DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien Spondilitis tuberkulosa adalah:

a. Gangguan mobilitas fisik

b. Gangguan rasa nyaman ; nyeri sendi dan otot.


c. Perubahan konsep diri : Body image.

d. Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah.


DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marylinn E. 2000. Rencana Asuhan Keperaawtan, Pedoman untuk


Perencanaan dan Mendokumentasikan Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Masjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid kedua. Jakarta :
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajara Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta : EGC
Price, Silvia Anderson. 2012. Patofisilogi, Konsep Klinis, Prosese-proses penyakit.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai