Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SDGS DALAM KAJIAN OBESITAS

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7 :

1. DINDA DYAH UTAMI P05130217014


2. DIAN OKTAVIA P05130217013
3. MILIZA MAYANG SARI P05130217029
4. OZE SETIAWAN PRATAMA P05130217034
5. RIAN ANUGRAH ESA P05130217039

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


JURUSAN GIZI
TAHUN AJARAN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
kegemukan dan obesitas merupakan suatu kondisi tidak normal yang ditandai
dengan peningkatan lemak tubuh berlebih sehingga dapat mengganggu kesehatan.
Selama 2 dekade terakhir, prevalensi obesitas terus meningkat secara signifkan, yaitu dari
20,3% pada tahun 1994- 1998 menjadi 35,7% pada tahun 2009-2010. Kondisi tersebut
diperkirakan akan terus meningkat dan menjadi 51% dari populasi dunia pada tahun
2030.Pada anak di bawah 5 tahun (balita), obesitas menjadi perhatian World Health
Organization (WHO) dengan menetapkan masalah obesitas sebagai salah satu indikator
untuk mengatasi masalah gizi pada anak di bawah 5 tahun melalui Sustainable
Development Goals (SDGs).
Pada tahun 2015, prevalensi obesitas balita secara global mencapai 6,2% atau 42
juta anak balita.Obesitas menjadi tantangan kesehatan masyarakat yang serius di dunia,
khususnya pada anak usia pra sekolah dengan prevalensi 6,7%. Secara lebih spesifk,
prevalensi obesitas semakin tinggi pada usia 24-60 bulan, yaitu sebesar 40%. Di
Indonesia, prevalensi obesitas balita 11,5% dan berada pada urutan ke-21 di dunia,
bahkan tertinggi se-Asia Tenggara. Kelebihan berat badan dapat meningkatkan risiko
berkembangnya penyakit kronis, di antaranya diabetes mellitus tipe-2, penyakit jantung,
dan tekanan darah tinggi pada anak-anak dan remaja.
Obesitas pada anak mempunyai dampak terhadap tumbuh kembang anak serta
meningkatkan risiko menjadi obesitas pada masa dewasa. Obesitas pada anak juga
mengakibatkan kelainan metabolik, seperti resistensi insulin, gangguan trombogenesis,
dan karsiogenesis. Obesitas merupakan kondisi kompleks yang dipengaruhi oleh banyak
faktor, baik genetik maupun non genetik serta interaksi kompleks. Faktor non genetik
yang menjadi penyebab obesitas, antara lain, aktivitas fsik kurang, pola makan tidak
sehat yang mengakibatkan asupan energi berlebih maupun gabungan dari kedua faktor
tersebut. Selain kedua faktor tersebut, penyebab lain obesitas pada balita di antaranya
adalah pola tidur yang buruk.Durasi tidur yang pendek diketahui juga berhubungan
dengan obesitas. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya penelitian pada anak dan
remaja.11 Aktivitas tidur merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia,
khususnya pada usia anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Pertumbuhan
pesat yang terjadi saat tidur meliputi otot, kulit, sistem jantung, pembuluh darah,
metabolisme tubuh, dan tulang.
Status obesitas sebagai variabel terikat diukur berdasarkan perhitungan berat
badan dan tinggi badan balita usia 3-5 tahun kemudian dikonversikan ke dalam nilai
terstandar (Z-score) menggunakan baku antropometri anak balita WHO 2005. Berat
badan balita diukur menggunakan timbangan injak digital dengan ketelitian 0,1 kg,
sedangkan tinggi badan balita diukur menggunakan microtoice dengan ketelitian 0,1 cm.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah yang akan diangkat
dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan SDGS ?
2. Bagaimana hubungan SDGS dengan kejadian OBESITAS?
3. Apa yang dimaksud dengan OBESITAS ?
4. Apa saja dampak OBESITAS ?
5. Apa saja penyebab OBESITAS ?
6. Bagaimana cara penegendalian dan penanganan pada OBESITAS ?
C. Tujuan Penulisan
1. Memenuhi tugas mata kuliah ADVOKASI gizi .
2. Mengetahui apa itu SDGS.
3. Mengetahui apa hubungan SDGS dengan kejadian OBESITAS.
4. Mengetahui apa itu pengertian OBESITAS.
5. Mengetahui apa saja penyebab OBESITAS.
6. Mengetahui apa saja dampak dari OBESITAS
7. Mengetahui cara pengendalian dan penanganan pada OBESITAS
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian SDGS
SDGs merupakan kelanjutan dari program Millenium Development Goals
(MDGs)yang dimulai pada tahun 2000 dan telah berakhir pada tahun 2015. Setelah
program tersebutusai, SDGs menjadi pelanjut perjuangan dari MDGs. Beberapa
target yang diinginkan dalamMDGs dibuat semakin komprehensif melalui SDGs.
Program yang mulai ditetapkan sejak tanggal 15 September 2015 ini berupaya
mewujudkannya sebagai Agenda 2030. Programtersebut adalah hasil dari Konferensi
Rio+20 padatahun 2012 yang menelurkan gagasan “TheFuture We Want”. Saat ini,
program SDGs mulai diintegrasikan dalam banyak kebijakan diberbagai negara, tidak
terkecuali di Indonesia.
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan upaya pembangunan
berkelanjutan yang menjadi acuan dalam kerangka pembanggunan dan perundingan
negara-negara di dunia sebagai pengganti pembangunan global Millenium
Development Goals (MDGs) yang telah berakhir di tahun 2015. SDGs memiliki
beberapa tujuan, diantaranya menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong
kesejahteraan bagi semua orang di segala usia, dengan salah satu outputnya
mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) hingga 70 per 100.000 kelahiran hidup (KH)
pada tahun 2030. Output ini tentunya semakin turun jika dibandingkan target MDGs
tahun 2015 yaitu menurunkan AKI menjadi 102 per 100.000 KH dalam kurun waktu
1990-2015.
B. Obesitas dalam kajian SDGS
Persentase penduduk dengan kelebihan berat badan dan obesitas Konsep dan
DefinisiIndikator ini menggambarkan proporsi penduduk suatu negara yang kelebihan
berat badan atau obesitas. IMT atau indeks massa tubuh (body mass index) adalah
ukuran lemak tubuh berdasarkan tinggi dan berat badan yang dihitung dengan
membagi berat badan seseorang dengan tinggi badan lalu dikuadratkan.
Menurut WHO, definisi kelebihan berat badan untuk orang dewasa yaitu memiliki
IMT lebih besar dari atau sama dengan 25. IMT yang lebih besar dari atau sama
dengan 30 mendefinisikan obesitas. Kegemukan pada anak didefinisikan olehChild
Growth Standards WHO sebagai persentase anak usia 0-5 yang berat terhadap tinggi
di atas median +2 standar deviasi Child Growth Standards WHO.
 Prevalensi
kelebihan berat badan pada remaja adalah persentase remaja yang memiliki standar
deviasi di atas IMT berdasarkan usia dan jenis kelamin.
 Disagregasi
Berdasarkan jenis kelamin dan umur.
 Komentar dan keterbatasan
IMT adalah suatu ukuran yang tidak sempurna, karena mengabaikan proporsi relatif
tulang, otot dan lemak dalam tubuh, dan mengabaikan ukuran pinggang, yang
merupakan indikator tingkat obesitas yang jelas.
 Ketersediaan di Indonesia
Menurut Riskesdas, gemuk atau berat badan lebih memiliki IMT ≥25 dan kurang dari
27 sedangkan obesitas atau sangat gemuk memiliki IMT ≥27. Pengumpulan data
dilakukan melalui Riskesdas, tersedia sampai level kota-desa dan dapat dirinci
berdasarkan karakteristik penderita seperti umur (anak 5-12 th, remaja 13-15th, 16-18
th, dan >18 th), jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan kuintil pendapatan.
C. Pengertian obesitas
Obesitas merupakan suatu kelainan ataupenyakit yang ditandai oleh penimbunan
jaringan lemak dalam tubuh secara berlebihan. Obesitas terjadi karena adanya
ketidakseimbangan antaraenergi yang masuk dengan energi yang
keluar.Obesitas/overweight telah menjadi pandemi globaldi seluruh dunia dan
dinyatakan olehWorld Health Organization (WHO) sebagai masalah kesehatan kronis
terbesar. Obesitas atau yang biasa dikenalsebagai kegemukan merupakan suatu
masalah yangcukup merisaukan dikalangan remaja.
D. Dampak obesitaas
Masalah obesitas/overweight pada anak dan remaja dapat meningkatkan kejadian
diabetesmellitus (DM) tipe 2. Selain itu, juga berisiko untuk menjadi obesitas pada
saat dewasa dan berpotensi mengakibatkan gangguan metabolisme glukosa
danpenyakit degeneratif seperti penyakit jantung,penyumbatan pembuluh darah dan
lain-lain2. National Health and Nutrition Examination Survei (NHANES) melaporkan
bahwa prevalensi obesitas diAmerika pada tahun 2011-2012 adalah terdapat8,4%
pada usia 2 sampai 5 tahun, 17,7% pada usia 6 sampai 11 tahun, dan 20,5% pada usia
12 sampai19 tahun.
Status kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh faktor genetik, perilaku, kesehatan
lingkungan dan pelayanan kesehatan. Obesitas suatu kelainan pada dasarnya
merupakan aspek perilaku yaitu perilaku mengonsumsi makanan yang kaya energy
dan perilaku penggunaan energi. Apabila kedua aspek dasar ini tidak teratasi, maka
sulit untuk mengendalikan obesitas di masa datang. Para ahli epidemiologi sudah
membicarakan bahwa pengendalian obesitas ini jauh lebih sulit dari pengendalian
rokok dan alkohol. Di samping itu dampak obesitas sangat luas terhadap munculnya
berbagai penyakit kronis dan degeneratif. Pada tahun 2015 terdapat 4 juta kematian di
dunia yang penyebab awalnya adalah obesitas.
Berikut berbagai dampak dari obesitas :
1. Percepatan proses penuaan. Umur biologis adalah usia tubuh yang dipengaruhi
oleh kondisi kesehatan secara umum. Salah satu untuk menghitung umur biologis
melalui komposisi lemak dalam tubuh. Bila sel lemak berlebih maka
dikeluarkannya zat-zat yang bersifat oksidatif atau radikal bebas yang bisa
menyebabkan umur sel lebih tua;
2. Gangguan kecerdasan. Studi Human Brain Mapping melaporkan bahwa
jaringan otak anak yang obesitas 4% lebih kurang dari anak dengan berat badan
normal. Orang dewasa yang menderita obesitas otaknya 8 tahun kelihatan lebih
menua dari orang dewasa dengan berat badan normal. Hal ini disebabkan oleh
efek radikal bebas dan gangguan pembuluh darah perifer karena kadar kadar
lemak dan gula yang tinggi;
3. Resistensi insulin. Obesitas merupakan faktor risiko
munculnya resistensi insulin yang akan bermanifestasi munculnya hipertensi,
dislipidemia, hiperuremia, disfungsi endotel dan lipotoksisitas terhadap sel beta.
Akibat obesitas sentral akan meningkatkan kejadian DM tipe 2,
penyakit kardiovaskuler dan gangguan pembekuan darah. Sebesar 60% penderita
DM tipe 2 berhubungan dengan obesitas;
4. Kanker. Walaupun belum kuat bukti ilmiah hubungan sebab akibat obesitas
ilmiah hubungan sebab akibat obesitas dengan kanker namun banyak bukti
penurunan berat badan dan peningkatan aktivitas fisik dapat bermanfaat untuk
mencegah perkembangan sel kanker. Hal ini diduga melalui peranan Insulin-Like
Growth Factor (IGF) yaitu terjadinya peningkatan jumlah reseptor ini sehingga
sel menjadi lebih reaktif terhadap IGF;
5. Osteoartritis sebagai efek mekanisme akibat obesitas berupa bisa osteoatritis pada
sendi, vena verikosa, kesulitan bernafas;
6. Kolelithiasis;
7. Kematian pada usia muda. Oleh karena luasnya dampak dari obesitas pada
manusia sehingga angka morbiditas meningkat dan akhirnya angka mortalitas
juga meningkat. Laporan OECD tahun 2010, mengungkapkan bahwa orang
obesitas 8- 10x lebih cepat risiko meninggal disbanding orang yang tidak obesitas.
Setiap kelebihan berat badan 15 kg dari berat badan ideal maka akan meningkat
risiko kematian sebesar 30%.
E. Penyebab obesitas
Ada tiga penyebab obesitas yakni, faktorfisiologis, faktor psikologis dan faktor
kecelakaan.Faktor fisiologis adalah faktor yang muncul dariberbagai variabel, baik
yang bersifat herediter maupun non herediter.Variabel yang bersifatherediter(faktor
internal) merupakan variabel yangberasal dari faktor keturunan sedangkan faktoryang
bersifatnon herediter(faktor eksternal)merupakan faktor yang berasal dari luar
individu,misalnya pola makan, tingkat asupan gizi, tingkataktivitas fisik yang
dilakukan individu, serta kondisisosialekonomibahkanbeberapapenelitianmenemukan
hubungan insomnia atau kurang tidursebagai faktor risiko kejadian obesitas.
F. Penanganan dan pengendalian obesitas
Kejadian obesitas sudah terjadi hampir di semua negara, baik negara maju,
maupun negara berkembang bahkan di Negara miskin. Keadaan ini akan
berkonsekuensi terhadap derajat kesehatan masyarakat dan berdampak kepada social
ekonomi yang cukup besar serta cenderung meningkat.
Untuk itu perlu penanganan terintegrasi dalam mengatasi masalah obesitas.
Kegiatan ini meliputi deteksi dini kelebihan berat badan, diagnosa dan pengobatan
obesitas.
Pendekatan untuk mengatasi masalah obesitas tentu perlu lebih dahulu dipahami
aspek penyebab peningkatan obesitas ini dalam kurun waktu 40 tahun terakhir yang
meliputi antara lain: (1) Aspek Sosial; (2) Aspek Biologi; (3) Aspek Teknologi; (4)
Aspek Ekonomi. Prinsip dasarnya penanggulangan obesitas adalah intervensi gaya
hidup dan terapi medik seperti obat-obatan dan operasi bariatik bila diperlukan.
Perubahan gaya hidup lebih ditekankan pada modifikasi perilaku makanan dan
aktivitas fisik. Penanganan yang komprehensif bersifat kombinasi berbasis
masyarakat telah dikembangkan yang disebut dengan teknik Ensemble Prevenons
l’Obesite De Enfants (EPODE).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari yang telah kita uraikan diatas kita dapat merangkum beberapa kesimpulan
yaitu :
1. Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan upaya pembangunan
berkelanjutan yang menjadi acuan dalam kerangka pembanggunan dan
perundingan negara-negara di dunia sebagai pengganti pembangunan global
Millenium Development Goals (MDGs) yang telah berakhir di tahun 2015.
2. Obesitas merupakan suatu kelainan ataupenyakit yang ditandai oleh
penimbunan jaringanlemak dalam tubuh secara berlebihan.
3. Masalah obesitas/overweight pada anak dan remaja dapat meningkatkan
kejadian diabetesmellitus (DM) tipe 2. Selain itu, juga berisiko untuk menjadi
obesitas pada saat dewasa dan berpotensi mengakibatkan gangguan
metabolisme glukosa danpenyakit degeneratif seperti penyakit
jantung,penyumbatan pembuluh darah dan lain-lain.
4. Ada tiga penyebab obesitas yakni, faktorfisiologis, faktor psikologis dan
faktor kecelakaan.Faktor fisiologis adalah faktor yang muncul dariberbagai
variabel, baik yang bersifat herediter maupun non herediter.
5. Pendekatan untuk mengatasi masalah obesitas tentu perlu lebih dahulu
dipahami aspek penyebab peningkatan obesitas ini dalam kurun waktu 40
tahun terakhir yang meliputi antara lain: (1) Aspek Sosial; (2) Aspek Biologi;
(3) Aspek Teknologi; (4) Aspek Ekonomi.
B. Saran
Dari apa yang telah kita uraikan diatas maka terdapat beberapa saran bagi
mahasiswa yang ingin menambah pengetahuan tentang OBESITAS dalam kajian
SDGS yaitu :
1. Dalam pembuatan pada makalah selanjutnya hendaknya memperbanyak
referensi dari beberapa buku maupun jurnal
2. Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui apa itu OBESITAS dan kajiannya
dalam kajian SDGS
DAFTAR PUSTAKA
1. Wara, didik, dan yulia.2018. Analisis Durasi Tidur, Asupan Makanan, dan
Aktivitas Fisik sebagai Faktor Risiko Kejadian Obesitas pada Balita Usia 3-5
Tahun. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret: Surakarta.
2. Agus, dian, uteri dkk.2014. Kajian Indikator Sustainable Development Goals
(SDGs). Jakarta: Badan Pusat Statistik
3. Syamsiar, hariati, andi.2016. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Obesitas Pada Remaja Di Sma Negeri 4kendari Tahun 2016. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Halu Oleo
4. Masrul.2018. Epidemi Obesitas Dan Dampaknya Terhadap Status Kesehatan
Masyarakat Serta Sosial Ekonomi Bangsa. Bagian Ilmu Gizi, Fakultas
Kedokteran, Universitas Andalas.

Anda mungkin juga menyukai