Anda di halaman 1dari 47

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Obesitas adalah suatu keadaan dimana adanya penimbunan lemak

berlebih dari yang diperlukan fungsi tubuh normal.1 Obesitas merupakan salah

satu penyakit tidak menular namun Obesitas merupakan suatu masalah medic

yang prevalensinya semakin meningkat setiap tahun dan merupakan suatu

masalah kesehatan yang sering ditemui baik di Negara maju maupun Negara

berkembang. Masalah kegemukan dan obesitas di Indonesia terjadi pada semua

kelompok umur dan pada semua strata sosial ekonomi.2

Pada anak sekolah, dan remaja kejadian kegemukan dan obesitas

merupakan masalah yang serius karena akan berlanjut hingga usia dewasa.

Remaja obesitas pada sepanjang hidupnya mempunyai resiko lebih tinggi untuk

menderita sejumlah masalah kesehatan yang serius seperti diabetes, penyakit

jantung, stroke, dll. Obesitas juga dapat berpengaruh pada psikologi dan social

anak maupun remaja yang dapat menimbulkan peningkatan resiko depresi, seperti

yang kita ketahui sebagian besar anak obesitas cenderung di tolak, diejek dan

dikucilkan dalam lingkungan bermain dan social oleh rekan-rekan mereka karena

masalah berat badan.2

Data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2011

memperkirakan di dunia ada sekitar 1,6 milyar remaja berumur 15 tahun

kelebihan berat badan dan sebanyak 400 juta orang gemuk (obesitas) dan di

1
perikirakan lebih dari 700 juta orang dewasa akan gemuk (obesitas) pada tahun

2015.¹ Di Indonesia, prevalensi obesitas yang tinggi pada wilayah kota dan

Kabupaten di temukan pada etnis Sulawesi, Maluku dan Papua di wilayah kota

(31,8%-39,8%) dan di wilayah Kabupaten (25,6%-29,7%).3 Berdasarkan hasil

penelitian di Kota Manado sebelumnya dengan sampel sebanyak 2835 siswa

SLTP terdapat 35,71% obesitas pada usia 11-12 tahun dan 64,29% obesitas pada

usia 13-15 tahun. Dengan distribusi prevalensi obesitas terbanyak pada

perempuan sekitar 50,71% sedangkan pada laki-laki 49,29%.4

Obesitas terutama disebabkan oleh faktor lingkungan. Faktor genetik

meskipun diduga juga berperan tetapi tidak dapat menjelaskan terjadinya

peningkatan prevalensi kegemukan dan obesitas. Pengaruh faktor lingkungan

terutama terjadi melalui ketidakseimbangan antara pola makan dan perilaku

makan. Hal ini terutama berkaitan dengan perubahan gaya hidup yang mengarah

pada sedentary life style. 2

Pola makan yang tidak teratur dapat menyebabkan obesitas,

contohnya kebiasaan sering makan makanan praktis dan siap saji seperti

hamburger,hotdog,pizza dan makanan siap saji lainya serta minum minuman

ringan seperti softdrink yang tidak sehat dan dapat menimbulkan mutu gizi yang

tidak seimbang.2

Kota Bitung merupakan salah satu kota di provinsi Sulawesi Utara

yang memiliki perkembangan yang cepat karena terdapat pelabuhan laut terbesar

di sulwesi utara yang mendorong percepatan pembangunan kota bitung, 5 Selain

merupakan kota pelabuhan terbesar di Sulawesi utara Kota bitung juga dikenal

sebagai kota cakalang karena kota bitung memiliki potensi kelautan dan perikanan

2
yang sangat besar,6 hal ini juga karena kota Bitung merupakan penghasil produk

perikanan untuk pasar domestik dan pasar manca Negara, sehingga tidak heran

apabila di kota bitung banyak dijumpai pabrik pengolahan ikan dan kuliner

restoran yang menawarkan makanan hasil laut.7

Pengetahuan tentang pola makan yang baik perlu mendaptkan

perhatian yang serius,karena apabila ditinjau lagi sepertinya ada hubungan yang

erat antara pola makan dan kejadian obesitas.

Berdasarkan data - data diatas maka peneliti sangat ingin meneliti dan

mengetahui apakah benar ada hubungan pola makan dan obesitas pada remaja sma

di kota bitung

1.2 Perumusan masalah :

Apakah ada hubungan pola makan dan obesitas pada remaja di kota bitung ?

1.3 Hipotesis

Ada hubungan bermakna antara pola makan dan obesitas

1.4 Tujuan penelitian :

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola

makan dan obesitas pada remaja di kota bitung.

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui Pola makan anak remaja di Kota Bitung

2. Mengetahui Hubungan antara asupan zat gizi dengan status obesitas pada

anak remaja di Kota Bitung

3
1.5 Manfaat penelitian :

1. Manfaat bagi peneliti : Dapat memberikan tambahan pengalaman bagi

peneliti dalam melakukan penelitian dalam hal mengambil sampel data

langsung di lapangan, serta menambah pengetahuan ilmu bagi peneliti

tentang masalah obesitas.

2. Manfaat bagi Institusi : Dapat mengetahui hubungan pola makan dan

obesitas pada remaja di kota bitung

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obesitas

2.1.1 Definisi dan epidemiologi obesitas

Obesitas adalah suatu penyakit multifaktorial,yang terjadi akibat

akumulasi jaringan lemak berlebihan, obesitas merupakan suatu kelainan

kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energy yang dikendalikan

oleh beberapa factor biologic spesifik.secara fisiologis, obesitas didefinisikan

sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan

di jaringan adipose sehingga dapat mengganggu kesehatan.8

Berat badan berlebih dan obesitas dapat didefinisikan sebagai

akumulasi lemak tubuh secara berlebihan, pada pria,kandungan lemak tubuh yang

sehat mungkin berjumlah 15% dari keseluruhan berat badan;sedangkan pada

wanita mungkin 25%.9 Obesitas biasanya dinyatakan dengan adanya 25% lemak

tubuh total pada pria dan sebanyak 35% atau lebih pada wanita. 10

Obesitas merupakan suatu kondisi yang kronis dengan karakteristik

kelebihan lemak tubuh dan hal itu sekarang merupakan masalah medic yang

prevalensinya semakin meningkat setiap waktu. Obesitas biasanya disebabkan

oleh kelebihan masukan makanan bukan dari kelebihan makan (overeating) yang

massif. 11

5
Di Indonesia, terutama di kota-kota besar, dengan adanya perubahan

gaya hidup yang menjurus ke westernisasi dan sedentary berakibat pada

perubahan polamakan / konsumsi masyarakat yang merujuk pada polamakan

tinggi kalori , tinggi lemak dan kolesterol,12,13 terutama terhadap penawaran

makanan siap saji ( fastfood) yang berdampak meningkatkan risiko obesitas.12

Obesitas merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering

ditemukan di berbagai negara , sekitar 2,8 juta orang dewasa meninggal setiap

tahun terkait dengan kelebihan berat badan dan obesitas. Secara keseluruhan lebih

dari 10% dari populasi orang dewasa di dunia menderita obesitas, dan hampir 300

juta adalah wanita.14 Di Indonesia, angka obesitas terus meningkat. Pada laki-laki

dewasa terjadi peningkatan dari 13,9% pada tahun 2007 menjadi 19,7 % pada

tahun 2013. Sedangkan pada wanita dewasa terjadi kenaikan yang sangat ekstrim

mencapai 18,1 %. Dari 14,8% pada tahun 2007 menjadi 32,9 % pada tahun 2013.
15

Prevalensi gizi lebih pada anak-anak usia sekolah dasar tertinggi pada

tahun 2002-2005 ada di Jakarta (25%), Semarang (24,3%), Medan(17,75%),

Denpasar (11,7%), Surabaya (11,4%), Padang 7,1%), Manado (5,3%), Yogyakarta

(4,1%), Solo (2,1%). Rata-rata prevalensi di 10 kota besar mencapai12,2%.15

Data Riset kesehatan Dasar tahun 2010 Menyatakanterjadi

peningkatan prevalensi kegemukan pada anak di Indonesia yaitu dari 12,2% pada

tahun 2007 menjadi 14% pada Tahun 2010.16 Berdasarkan hasil penelitian di Kota

Manado dengan sampel sebanyak 2835 siswa SLTP terdapat 35,71% obesitas

pada usia 11-12 tahun dan 64,29% obesitas pada usia 13-15 tahun. Dengan

6
distribusi prevalensi obesitas terbanyak pada perempuan sekitar 50,71%

sedangkan pada laki-laki 49,29%.17

Prevalensi overweight dan obes pada anak di dunia meningkat dari

4,2% di tahun 1990 menjadi 6,7% di tahun 2010, dan diperkirakan akan mencapai

9,1% di tahun 2020.18

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, didapatkan

prevalensi obesitas pada anak berusia 5-12 tahun adalah 8,8%, 13-15 tahun

adalah 2,5%, dan 16-18 tahun adalah 1,6% berdasarkan indeks massa tubuh

menurut umur lebih dari Z score2 menggunakan baku antropometri WHO 2007

untuk anak berumur 5-18 tahun. 15

2.1.2 Pengukuran Antropometri sebagai Skreening Obesitas

a. IMT

IMT merupakan suatu indicator yang paling sering digunakan dan

praktis untuk mengukur tingkat populasi dan obese pada orang dewasa maupun

anak-anak, IMT juga digunakan untuk penelitian epidemiologi,

IMT atau indeks quatelet rumusnya adalah berat badan dalam

kilogram (kg) dibagi tinggi dalam meter kuadrat (m2). Pada anak usia 2-18 tahun

menggunakan grafik IMT CDC 2000 yang dimana Ambang batas yang digunakan

untuk obesitas adalah lebih dari Persentil 95 grafik IMT CDC 2000.19

Table 2.1 klasifikasi IMT/BMI

Klasifikasi BMI(kg/m2) Obesity class


Underweight <18,5

7
Healthy weight 18.5-24.9
Overweight 25.0-29.9
Obesity 30.0-34.9 I
Obesity 35.5-39.9 II
Extreme obesity ≥40 III
Sumber : national institutes of health, national heart, lung, and blood institute:

clinical guidelines on the identification, evaluation, and treatment of overweight

and obesity in adults. U.S.Department of health and human services, public health

service,1998.20

Table 2.2 klasifikasi berat badan lebih dan obesitas berdasarkan IMT dan lingkar

perut menurut criteria asia pasifik

RISIKO KEMORBIDITAS
LINGKAR PERUT
< 90 cm ( laki-
KLASIFIKASI IMT(kg/m2) ≥90 cm ( laki-laki)
laki)
<80cm ≥80 cm
(perempuan) (perempuan)
Berat badan < 18,5 Rendah (risiko Sedang
kurang meningkat pada
masalah klinis lain)
Kisaran normal 18,5 – 22,9 Sedang Meningkat
Berat badan lebih ≥ 23,0
 Beresiko 23,0 – 24,9 Meningkat Moderat
Obese I 25,0 – 29,9 Moderat Berat
Obese II ≥ 30,0 Berat Sangat berat
Sumber : WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-pacific perspective:

Redefining obesity and its treatment (2000).8

b. Lingkar Pinggang

IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, akan tetapi

tetapi IMT bukan merupakan indikator terbaik untuk obesitas. Selain IMT,

metode lain untuk pengukuran antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur

8
lingkar pinggang. Parameter penentuan obesitas merupakan hal yang paling sulit

dilakukan karena perbedaan cutt of point setiap etnis terhadap IMT maupun

lingkar pinggang. Sehinggga IDF (Internasional Diabetes Federation)

mengeluarkan kriteria ukuran lingkar pinggang berdasarkan etnis.21

Table 2.3 Kriteria ukuran pinggang berrdasarkan etnis

Negara/grup etnis Lingkar pinggang (cm) pada obesitas

Eropa Pria >94 , Wanita >80


Asia Selatan Populasi China, Melayu, Pria >90 , Wanita >80
dan Asia-India
China Pria >90 , Wanita >80
Jepang Pria >85 , Wanita >90
Amerika tengah Gunakan rekomendasi Asia Selatan
hingga tersedia data spesifik
Sub-Sahara Afrika Gunakan rekomendasi Eropa hingga
tersedia data spesifik
Timur tengah Gunakan rekomendasi Eropa hingga
tersedia data spesifik

c. Waist-To - Hip ratio.

Selain IMT dan lingkar perut, rasio antara lingkar perut dan lingkar

pinggul merupakan alternative klinis yang praktis. Lingkar perut dan rasio lingkar

perut dengan lingkar pinggul berhubungan dengan besarnya resiko untuk

terjadinya gangguan kesehatan.22

Table 2.4 Nilai Normal untuk Waist-To-hip ratio

jenis kelamin Ukuran waist- to- hip


Wanita < 0,9
Pria <1

9
2.1.3 Etiologi dan factor penyebab obesitas

Obesitas disebabkan oleh karena adanya pemasukan jumlah makanan

yang lebih besar dari pada pemakaianya oleh tubuh sebagai energy. Makanan

yang berlebihan baik lemak, karbohidrat, maupun protein,kemudian disimpan

hampir keseluruhanya sebagai lemak di jaringan adipose, yang kemudian akan

dipakai sebagai energy, Dengan kata lain obesitas disebabkan oleh imobilisasi

lemak yang tidak efektif dari jaringan adipose oleh lipase jaringan sedangkan

penyimpanan dan pembentukan lemak berjalan dengan normal.proses yang

berjalan satu arah ini menyebabkan peningatan penyimpanan lemak secara

progresif yang akan menimbulkan obesitass yang berat.10

Berdasarkan hukum termodinamik, obesitas disebabkan adanya

keseimbangan energi positif, sebagai akibat ketidak seimbangan antara asupan

energi dengan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan

dalam bentuk jaringan lemak.13,23 Sebagian besar gangguan keseimbangan energi

ini disebabkan oleh faktor eksogen/nutrisional (obesitas primer) sedang faktor

endogen (obesitas sekunder) akibat kelainan hormonal, sindrom atau defek

genetik hanya sekitar 10%.23,24

Penyebab obesitas masih belum diketahui secara pasti. Obesitas

adalah suatu penyakit multifaktorial yang diduga bahwa sebagian besar obesitas

disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan,

antara lain aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional yaitu perilaku

makan.13,23

Faktor Genetik .

10
faktor genetik yang yang sangat berperanan besar pada obesitas adalah

Parental fatnes. Apabila kedua orang tua obesitas, 80% anaknya akan menjadi

obesitas; bila salah satu orang tua obesitas, Maka kejadian obesitas menjadi 40%

dan bila kedua orang tua tidak obesitas, Maka prevalensi menjadi 14%.23

Hipotesis dari Barker menyatakan bahwa perubahan lingkungan nutrisi intrauterin

menyebabkan gangguan pada perkembangan organ-organ tubuh terutama

kerentanan terhadap pemrograman janin yang dikemudian hari bersama-sama

dengan pengaruh diet dan stress lingkungan merupakan predisposisi timbulnya

berbagai penyakit dikemudian hari. Mekanisme terjadinya kerentanan genetik

terhadap obesitas melalui efek pada resting metabolic rate, thermogenesis non

exercise, kecepatan oksidasi lipid dan kontrol nafsu makan yang jelek atau tidak

baik.25,26 Dengan demikian diketahui kerentanan terhadap obesitas ditentukan

secara genetik sedangkan lingkungan menentukan ekspresi fenotipe.26

Faktor lingkungan.

Kegemukan dan obesitas terutama disebabkan oleh faktor lingkungan.

Faktor genetik meskipun diduga juga berperan pada obesitas akan tetapi tidak

dapat menjelaskan terjadinya peningkatan prevalensi kegemukan dan obesitas.

Pengaruh dari faktor lingkungan terutama terjadi melalui ketidakseimbangan

antara pola makan, perilaku makan dan aktivitas fisik. Hal ini terutama dikaitkan

dengan adanya perubahan dari gaya hidup yang mengarah pada sedentary life

style.2

1. Aktifitas fisik.

11
Energy expenditure merupakan suatu komponen utama dari aktifitas

fisik, yaitu di mana sekitar 20-50% dari total energy expenditure. Penelitian di

negara maju mendapatkan adanya hubungan antara aktifitas fisik yang rendah

dengan kejadian suatu obesitas. Individu dengan aktivitas fisik yang rendah

mempunyai risiko peningkatan berat badan sebesar ≥ 5 kg.25 Penelitian di Jepang

menunjukkan adanya risiko obesitas yang rendah (OR:0,48) pada kelompok yang

mempunyai kebiasaan olah raga, sedangkan penelitian di Amerika menunjukkan

adanya penurunan berat badan dengan jogging (OR: 0,57), aerobik (OR: 0,59),

tetapi untuk olah raga tim dan tenis tidak menunjukkan adanya suatu penurunan

berat badan yang signifikan.27

Penelitian yang dilakukan terhadap anak Amerika dengan tingkat

sosial ekonomi yang sama menunjukkan bahwa anak-anak yang menonton TV ≥ 5

jam perhari mempunyai risiko obesitas sebesar 5,3 kali lebih besar dibandingkan

dengan anak-anak yang menonton TV ≤ 2 jam setiap harinya.25

2. Faktor nutrisional dan pola makan

Peranan dari faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan dimana

jumlah

lemak tubuh dan pertumbuhan bayi dipengaruhi berat badan ibu. Kenaikan berat

badan dan lemak anak dipengaruhi oleh : waktu pertama kali mendapat makanan

padat, asupan tinggi kalori dari karbohidrat dan lemak,23 serta kebiasaan

mengkonsumsi makanan yang mengandung energi tinggi.

Penelitian di Amerika dan Finlandia menunjukkan bahwa kelompok

dengan asupan tinggi lemak mempunyai risiko peningkatan berat badan lebih

besar dibanding kelompok dengan asupan rendah lemak dengan OR 1.7.

12
Penelitian lain menunjukkan peningkatan konsumsi daging akan meningkatkan

risiko obesitas sebesar 1,46 kali.27 Keadaan ini disebabkan oleh karena makanan

berlemak mempunyai energy density lebih besar dan lebih tidak mengenyangkan

serta mempunyai efek termogenesis yang lebih kecil dibandingkan dengan

makanan yang banyak mengandung protein dan karbohidrat. Makanan berlemak

juga mempunyai rasa yang sangat lezat sehingga akan meningkatkan selera makan

yang pada akhirnya menyebabkan trjadinya konsumsi yang berlebihan.25 Selain

itu kapasitas dari penyimpanan makronutrien juga menentukan keseimbangan

energi. Protein mempunyai suatu kapasitas penyimpanan sebagai protein tubuh

dalam jumlah yang terbatas dan metabolisme asam amino di regulasi dengan

ketat, sehingga apabila intake protein berlebihan dapat dipastikan akan di

oksidasi; sedang karbohidrat mempunyai kapasitas penyimpanan dalam bentuk

glikogen hanya dalam jumlah kecil. Asupan dan oksidasi karbohidrat di regulasi

sangat ketat dan cepat, sehingga perubahan oksidasi karbohidrat mengakibatkan

perubahan asupan karbohidrat. Bila suatu cadangan lemak tubuh rendah dan

asupan karbohidrat berlebihan, maka kelebihan energi dari karbohidrat sekitar 60-

80% disimpan dalam bentuk lemak tubuh. Lemak mempunyai suatu kapasitas

penyimpanan yang tidak terbatas. Kelebihan asupan lemak tidak diiringi dengan

peningkatan oksidasi lemak sehingga sekitar 96% lemak akan disimpan dalam

jaringan lemak.28,24

3. Faktor sosial ekonomi.

Suatu pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi

dipengaruhi oleh Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola

13
makan, serta peningkatan pendapatan.23 Suatu data menunjukkan bahwa beberapa

tahun terakhir terlihat adanya perubahan gaya hidup yang menjurus pada

penurunan aktifitas fisik, seperti: pergi ke sekolah dengan naik kendaraan dan

kurangnya aktifitas bermain dengan teman serta lingkungan rumah yang tidak

memungkinkan anak-anak bermain diluar rumah, sehingga anak lebih senang

bermain komputer / games, nonton TV atau video dibanding melakukan aktifitas

fisik. Selain itu juga ketersediaan dan harga dari junk food yang mudah terjangkau

akan berisiko menimbulkan obesitas.29,24

2.2 Pola Makan

2.2.1 Definisi Pola Konsumsi Makanan

Pola konsumsi makanan adalah susunan makanan yang merupakan

suatu kebiasaan yang dimakan seseorang mencakup jenis dan jumlah bahan

makanan rata-rata per orang per hari yang umum dikonsumsi /dimakan penduduk

dalam jangka waktu tertentu.30

Keadaan obesitas terjadi jika makanan seharinya-harinya mengandung

energi yang melebihi kebutuhan. Biasanya terjadi pada anak yang cepat merasa

lapar dan tidak mau menahan rasa laparnya. Kosumsi makanan sehari-hari dapat

dilihat berdasarkan umur, berat badan, tinggi badan dan jenis kelamin. Banyak

atau sedikitnya zat gizi yang dikonsumsi melalui makanan menentukan status gizi

seseorang. Dapat dikatakan bahwa konsumsi makanan merupakan faktor langsung

yang berpengaruh teradap status gizi. Kelebihan konsumsi makanan yang tidak

diimbangi dengan pengeluaran energi yang mencukupi dan aktifitas yang kurang

menyebabkan timbulnya kegemukan/obesitas.31

14
2.2.2 Penilaian pada pola konsumsi makan

Dalam penilaian konsumsi makanan dapat digunakan beberapa

metode yang sering digunakan, yaitu :

 Recall 24 jam

metode recall 24 jam cara menilainya adalah dengan meminta

responden untuk menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam

sebelum wawancara dilakukan. Untuk lebih mudah dalam mengingat ukuran atau

porsi makanan biasanya peneliti menggunakan alat bantu berupa food model dan

alat ukur rumah tangga (URT). Dalam hal melakukan recall biasanya digunakan

patokan waktu makan agar dapat membantu responden mengingat makanan yang

dikonsumsinya. Patokan waktu yang digunakan seperti setelah bangun tidur, pada

saat sekolah, pulang sekolah, sore sampai malam hari menjelang tidur. Dengan

melakukan recall beberapa hari maka biasanya dapat memberikan gambaran

tentang konsumsi sesungguhnya dari orang yang diperiksa32

 Food Frequency Questionnaire (FFQ)

Pada metode ini bertujuan untuk mendapatkan data kualitatif

yangmemberikan informasi tentang pola makan. Daftar pertanyaan berisi tentang

dua komponen, yaitu daftar makanan dan frekuensi makan dalam periode waktu

tertentu seperti hari, minggu, bulan dan tahun. Kelebihan metode ini adalah daftar

pertanyaan dapat diisi sendiri oleh responden, biaya relatif murah, lebih

representatif untuk kebiasaan atau pola makan. Sedangkan kelemahannya adalah

tidak ada porsi makanan, tidak bisa menilai konsumsi zat gizi sebenarnya. FFQ

15
sering digunakan untuk studi epidemiologi yang berkaitan dengan kebiasaan

makan dan penyakit.32

2.3 Pola makan tidak sehat

2.3.1 Makanan Jajanan

Jajan merupakan suatu kegiatan yang biasa dilakukan dan sangat

digemari oleh anak-anak sekolah. Makanan jajanan biasanya sangat mudah untuk

didapat dan harganya juga relatif terjangkau oleh anak sekolah. Uang jajan

merupakan dana yang diterima oleh seorang anak dari orangtua baik untuk

kebutuhan harian, mingguan atau bulanan. Bagi anak usia sekolah dasar uang

yang didapat lebih cenderung untk membeli jajanan yang berada di lingkungan

sekolah baik berupa makanan maupun barang-barang.Menurut Berg (1985)

tingkat pendapatan orangtua dapat menentukan pola makan termasuk pola jajan

anak.31,33

Dalam penelitian ditemukan bahwa terdapat kontribusi sebanyak 14%

protein dan 22% karbohidrat dari makanan jajanan.34 Hal ini dapat disimpulkan

bahwa peranan makanan jajanan cukup signifikan dalam memberikan kontribusi

energi sebesar 10-25% terhadap konsumsi makanan sehari.3

Berdasarkan penelitian yang dilakukan United States Departement of

Agriculture (USDA) pada tahun 1985 dan 1986 ditemukan bahwa sekitar 76%

sampai 83% minimal mengkonsumsi makanan ringan atau makanan jajanan sekali

dalam sehari. Makanan jajanan biasanya mengandung sekitar 20% dari jumlah

kalori per hari.31,35

16
Jenis jajanan dibagi dalam 2 jenis yaitu meals yakni makanan yang

cukup banyak mengandung karbohidrat dan lemak namun mengadung sedikit

protein seperti siomay, martabak, nasiuduk dan lainnya. Jenis yang kedua adalah

snack yakni makanan ringan yang mengandung zat pengatur seperti biskuit susu,

pisang goreng, dan jenis makanan lainnya serta minuman seperti cendol dan

sirup,Jenis meals dipercaya lebih risiko mengakibatkan obesitas dibandingkan dari

jenis snack, karena kadar kalori meals yang tinggi.31,36

2.3.2 Konsumsi Makanan Cepat Saji (Fastfood)

Gaya hidup modern seperti saat ini di penuhi dengan kehadiran

makanan cepat saji sehingga pada awal kemunculannya masyarakat langsung

menyukainya. Makan cepat saji keunggulanya adalah cara penyajiannya yang

cepat, dan orang bisa menyantapnya sambil berdiri dan berjalan-jalan tanpa harus

berlama-lama duduk di meja makan. Di kota besar di Indonesia, telah terjadi suatu

perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan yaitu dimana terjadi pergeseran dari

pola makan tradisional menjadi pola makan seperti barat (Western Style) yaitu

fastfood.31

Makanan cepat saji merupakan makanan yang tidak seimbang

kandungan zat gizinya. Berbagai makanan yang tergolong dalam makanan cepat

saji adalah ayam goreng, kentang goreng, soft drink, hamburger, pizza, hotdog,

donat, minuman berkarbonasi dan lainya. Pola makan Mengkonsumsi makanan

cepat saji semakin sering ditemui pada masyarakat di kota-kota besar. Selain

dengan semakin banyak dan bertambahnya jumlah outlet maupun restoran-

restoran di berbagai penjuru kota, menu dari makanan cepat saji umumnya

17
terkesan enak, lezat dan praktis. Di kota besar banyak ditemukan konsumen yang

lebih memilih menu makanan cepat saji, karena keterbatasan waktu dalam

menyiapkan makanannya sendiri. Mengkonsusmi makanan cepat saji merupakan

kegemaran anak-anak remaja dan makana cepat saji merupakan makanan favorit

mereka. Tempat-tempat makanan cepat saji pada saat ini tidak hanya terletak di

pertokoan, mall maupun plaza, tetapi sudah mulai ada di dekat sekolah-sekolah,

terutama di sekolah-sekolah favorit. Sehingga tidak mengherankan bila konsumsi

makanan cepat saji dikalangan anak-anak dan remaja terus saja meningkat. The

American Population Study Cardia menjelaskan bahwa konsumsi makanan cepat

saji positif berhubungan terhadap terjadinya peningkatan berat badan. Seseorang

yang mengkonsumsi makanan cepat saji > 2 kali per minggu berat badannya akan

meningkat 4,5 kg dan 104% meningkatkan resistensi insulin jika dibandigkan

dengan seseorang yang mengkonsumsi makanan cepat saji 1 kali per minggu.31,37

Beberapa faktor yang meyebabkan tingkat konsumsi makanan cepat

saji pada anak-anak dan remaja, adalah tingkat pendapatan orang tua dan tingkat

pendidikan orang tua. Tingkat pendapatan dari orang tua sangat berpengaruh

terhadap bagaimana konsumsi energi. Orang tua yang mempunyai pendapatan

tinggi disetiap bulannya daya belinya pun tinggi, sehingga untuk memilih

berbagai jenis bahan makanan akan lebih besar. Namun pada saat pemilihan

bahan makanan tidak lagi didasarkan pada kebutuhan melainkan lebih mengarah

kepada rasa makanan yang enak, hal ini termasuk makanan cepat saji. Biasanya

makanan yang enak cenderung mengandung protein dan lemak tinggi. Perilaku

seperti inilah yang dapat menyebabkan konsumsi makanan tidak sesuai dengan

pertimbangan kesehatan. Konsumsi energi yang tinggi, terutama yang berasal dari

18
lemak akan berpengaruh terhadap terjadinya masalah kesehatan yaitu obesitas dan

penyakit degeneratif lain seperti jantung koroner dan diabetes mellitus. WHO

(2000)27,31 menyatakan perkembangan food industry yang salah satunya

berkembangnya makanan cepat saji, yaitu makanan yang tingi lemak tetapi rendah

karbohidrat kompleks merupakan salah satu factor risiko dari obesitas. Makanan

cepat saji kini semakin digemari, baik dimakan hanya untuk kudapan maupun

makanan besar. Pada umumnya menu pada makanan cepat saji mengandung

tinggi kalori, garam, dan lemak termasuk kolesterol, dan menu tipe barat

(Western) umumnya hanya sedikit yang mengandung serat (dietary fiber).31,38

2.4 Pedoman Pola makan sehat

2.4.1 Diet untuk pola makan sehat dan seimbang bagi anak obesitas

Diet untuk pola makan sehat dan seimbang sesuai requirement daily allowances

(RDA) merupakan prinsip pengaturan diet pada anak obesitas.

karena anak masih bertumbuh dan berkembang dengan metode food rules,

yaitu:39-43

1. Terjadwal dengan pola makan besar 3x/hari dan camilan 2x/hari yang

terjadwal (camilan diutamakan dalam bentuk buah segar), diberikan air

putih di antara jadwal makan utama dan camilan, serta lama makan 30

menit/kali

2. Lingkungan netral dengan cara tidak memaksa anak untuk mengonsumsi

makanan tertentu dan jumlah makanan ditentukan oleh anak

3. Prosedur dilakukan dengan pemberian makan sesuai dengan kebutuhan

kalori yang diperoleh dari hasil perkalian antara kebutuhan kalori

19
berdasarkan RDA menurut height age dengan berat badan ideal menurut

tinggi badan,

Langkah awal yang dilakukan adalah menumbuhkan motivasi anak

untuk ingin menurunkan berat badan setelah anak mengetahui berat badan ideal

yang disesuaikan dengan tinggi badannya, diikuti dengan membuat kesepakatan

bersama berapa target penurunan berat badan yang dikehendaki.45 Sebagai

alternatif pilihan jenis makanan dapat menggunakan the traffic light diet dan

satuan bahan makanan penukar.

The traffic light diet39,44,45 terdiri dari green food yaitu makanan

rendah kalori (<20 kalori per porsi) dan lemak yang boleh dikonsumsi bebas,

yellow food artinya makanan rendah lemak namun dengan kandungan kalori

sedang yang boleh dimakan namun terbatas, dan red foody aitu mengandung

lemak dan kalori tinggi agar tidak dimakan atau hanya sekali dalam

seminggu.39,45,46

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan kalori dengan

metode food rules, yaitu:47

 Kalori yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan normal.Pengurangan

kalori berkisar 200–500 kalori sehari dengan target penurunan berat badan

0,5 kg per minggu. Penurunan berat badan ditargetkan sampai mencapai

kira-kira 20% di atas berat badan ideal atau cukup dipertahankan agar

tidak bertambah karena pertumbuhan linier masih berlangsung

20
 Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 30%, dan

protein cukup untuk tumbuh kembang normal (15-20%). Bentuk dan jenis

makanan harus dapat diterima anak, serta tidak dipaksa mengonsumsi

makanan yang tidak disukai

 Diet tinggi serat dapat membantu pengaturan berat badan melalui jalur

intrinsik, hormonal dan colonic. Ketiga mekanisme tersebut selain

menurunkan asupan makanan akibat efek serat yang cepat mengenyangkan

(meskipun kandungan energinya rendah) serta mengurangi rasa lapar, juga

meningkatkan oksidasi lemak sehingga mengurangi jumlah lemak yang

disimpan. Pada anak di atas 2 tahun dianjurkan pemberian serat dengan

rumus (umur dalam tahun + 5) g per hari.

2.4.2 Pedoman gizi seimbang 2014 (Permenkes RI No.41 Tahun 2014)

Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat

mempengaruhi keadaan gizi. Keadaan gizi yang baik dapat meningkatkan

kesehatan individu dan masyarakat. Pola makan yang baik adalah berpedoman

pada Gizi Seimbang.

Pedoman Gizi Seimbang telah diimplementasikan di Indonesia sejak

tahun 1955. Pedoman tersebut menggantikan slogan “4 Sehat 5 Sempurna” yang

telah diperkenalkan sejak tahun 1952 dan sudah tidak sesuai lagi dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam bidang gizi serta

masalah dan tantangan yang dihadapi. Tahun 1990 an kita sudah punya Pedoman

21
Umum Gizi Seimbang (PUGS). Lebih dari 15 tahun lalu Pedoman Gizi Seimbang

telah dikenalkan dan disosialisasikan kepada masyarakat, namun masih banyak

masalah dan kendala dalam sosialisasi Gizi Seimbang sehingga harapan untuk

merubah perilaku gizi masyarakat ke arah perilaku gizi seimbang belum

sepenuhya tercapai. Konsumsi pangan belum seimbang baik kuantitas maupun

kualitasnya, dan perilaku hidup bersih dan sehat belum memadai. Memperhatikan

hal diatas telah tersusun Pedoman Gizi Seimbang yang baru, pada tanggal 27

Januari 2014.48 Pedoman Gizi Seimbang yang baru ini dilengkapi pula dengan

pesan visualisasi untuk konsumsi kita sehari-hari yang digambarkan “Tumpeng

gizi seimbang” .48

22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 . Jenis Penelitian

Jenis Penelitian adalah ini Deskriptif observasional analitik menggunakan

rancangan cross sectional penelitian ini mendeskripsikan bagaimana

hubungan antara pola makan dengan terjadinya obesitas yang ditunjukkan

dengan kekuatan hubungan rasio prevalensi.

3.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan oktober 2015 – januari 2016

3.3 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kota Bitung khususnya pada SMA

Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Bitung

3.4 Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA negeri 1 dan SMA

Negeri 2 Bitung mulai kelas X hingga kelas XII subjek dalam penelitian ini

ditentukan berdasarkan kriteria inklusi. Besar sampel dalam penelitian ini

dihitung berdasarkan rumus perhitungan besar sampel estimating the diference

between two population proportion sebesar 83 siswa selengkapnya dapat

dilihat pada gambar berikut ini :

23
Gambar 1. Perhitungan besar sampel

Keterangan
n = Jumlah sampel yang dicari
2
Z 1-α/2 = Tingkat kepercayaan 95 %(1.96)
P1 = Prevalensi Obesitas Sentral di Sulawesi Utara 37% (Riskesdas,
2013)
P2 = Prevalensi Obesitas Sentral di Kota Bitung 45,1% (Riskesdas,
2013)
2
d = Tingkat Absolut yang dikehendaki (0,15)

Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara sistematik

sampling dimana jumlah populasi dibagi dengan jumlah sampel dan hasilnya

merupakan angka kelipatan setiap sampel

3.5 Kriteria sampel penelitian

3.5.1 kriteria inklusi

 Siswa dan siswi SMA di kota bitung ,sehat, dan terdaftar aktif sekolah.

24
3.5.2 Kriteria Eksklusi

 Siswa dan siswi SMA kota bitung yang tidak bersedia dijadikan

sampel penelitian

 Tidak berada ditempat saat pelaksanaan penelitian

 Tidak mengikuti semua rangkaian pengambilan data

 Tidak menandatangani persetujuan penelitian

3.6 Definisi Operasional

1. Obesitas Pada remaja jumlah IMT melebihi persentil > 95 (CDC 2000),

Atau memiliki lingkar pinggang : untuk anak laki-laki ≥90cm dan untuk

perempuan ≥80cm berdasarkan criteria WHO.

Kriteri obesitas menurut IDF dilihat dari lingkar pinggang : usia 10 < 16

tahun : 90 percentile, usia > 16 tahun menggunakan ukuran orang dewasa

menurut etnis yaitu asia : Pria > 90 cm, wanita > 80 cm

2. Remaja adalah anak SMA kelas 1-3 yang berusia 13-18 tahun

3.7 Instrumen penelitian

Pita pengukur lingkar pinggang, timbangan digital, microtoice,alat tulis menulis

Instrumen Penelitian Data umum untuk karakteristik responden menggunakan

kuesioner identitas (Nama, umur, jenis kelamin), Frekuensi konsumsi makanan

atau FFQ (Food Frequency Questionaire), food recal 24 jam, Sumber makanan

Karbohidrat, Lemak, Protein dihitung konsumsi zat gizinya menggunakan

25
program software NutriSurvey jumlah asupan energi yang dikonsumsi sehari

selanjutnya dibandingkan dengan AKG (Angka Kecukupan Gizi).

3.8 Pengumpulan data :

Pengumpulan Data umum untuk karakteristik responden dilakukan dengan

wawancara menggunakan kuesioner identitas (Nama, umur, jenis kelamin).

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian lembar FFQ

(Food Frequency Questionaire) yang merekam konsumsi makanan selama

sehari seminggu dan sebulan, food recal 24 jam recall, pengukuran IMT

(Indeks Massa Tubuh), serta pengukuran lingkar pinggang yang nantinya

digunakan untuk menjadi parameter tingkat obesitas.

Data status gizi untuk kelompok obesitas dikumpulkan dengan melakukan

pengukuran tinggi badan (Microtoise) dan Pengukuran berat badan

(Timbangan injak kapasitas) serta dengan pengukuran lingkar pinggang (pita

pengukur/meteran)

- Lingkar pinggang

Pengukuran diawali dengan meminta responden mebuka baju maupun

melepaskan aksesoris lain yang menghalangi pengukuran,meminta responden

berdiri tegak,letakan pita pengukur antara batas bawah iga dan crista

iliaka,pastikan pita tidak menekan kulit terlalu ketat dn sejajae dengan

lantai,pengukuran dilakukan pada saat akhir ekspirasi normal dan dinyatakan

dalam cm dan catat hasil

- Berat badan

26
Pengukuran diawali dengan meminta responden melepas aksesoris yang

dipakai akan lebih baik apabila responden memakai pakaian yng minimal dan

telah melepas alas kaki kemudian mempastikan timbangan berada pada

penunjukan skala dengan angka 0,0,meminta responden berdiri tegak di atas

timbangan dengan berat yang tersebar merata pada kedua kaki dan posisi

kepala dengan pandangan menghadap lurus kedepan diusahakan responden

tetap tenang setelah baca berat badan dengan tampilan skala 0,1 terdekat dan

catat hasil

- Tinggi badan

Pengukuran diawali dengan mengatur posisi microtoise, meminta responden

membuka alas kaki,reposnden diposisikan tetap dibawah microtoise dengan

posisi kaki rapat,lutut lurus,tumit pantat dan bahu menyentuh dinding dengan

posisi tangan di samping dan telapak tangan menghadap paha,meminta

responden manarik napas panjang berdiri tegak tanpa mengangkat tumit

meminta responden menghadap lurus kedepan dan tetap rilek,ditarik

microtoise hingga ujug kepala dan dipegang dengan cara

horizontal.pengukuran tinggi badan ini diambil pada saat menarik nafas

maksimum dengan mata pengukur sejajar dengan alat penunjuk angka untuk

menghindari kesalahan penglihatan,catat tinggi badan pada skala 0,1 terdekat

3.9 Masalah etik

Melalui izin pada pada instansi yang berwenang dan informed consent

27
3.10 Analisis data

Analisa data menggunakan program spss for window dimulai editing, coding

kemudian entry setelah itu dilanjutkan dengan analisis univariat karakteristik

dan distribusi frekuensi kemudian dilanjutkan dengan analisis bivariat dalam

hal ini adalah analisis komparative fisher exact test dan dilanjutkan dengan

analisis multivariate menggunakan metode backward Logistic regresion.

Hasil analisis kemudian disajikan dalam bentuk tabel.

3.11 Jadwal kegiatan

NO KEGIATAN SEP OKT NOV DES JAN

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 MELAPOR KE BAGIAN

2 MENGUMPULKAN

BAHAN PROPOSAL

3 KONSULTASI

PROPOSAL

4 SEMINAR PROPOSAL

5 PENGAMBILAN SAMPEL

6 PEMERIKSAAN SAMPEL

7 PENGOLAHAN DATA

8 PENGUMPULAN BAHAN

PEMBAHASAN SKRIPSI

9 PENULISAN/KONSULTA

SI SKRIPSI

10 UJIAN SKRIPSI

28
BAB IV

HASIL

4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan semenjak bulan November 2015 – Januari 2016 di

empat sekolah yaitu SMA Negeri 1 Bitung, SMA Negeri 2 Bitung, SMA Kristen

Tumou Tou Girian dan SMA Katolik Don Bosco Bitung.

Subjek dalam penelitian ini pada umumnya berasal dari SMA Negeri 1

dan SMA Negeri 2 Kota Bitung. Kedua sekolah ini dipilih secara consecutif oleh

karena berbagai pertimbangan peneliti antara lain mempunyai jumlah siswa yang

banyak, banyaknya penjualan makanan yang ada disekitar sekolah, dan mudah

dijangkau.

4.2. Analisis Univariat

4.2.1 Karakteristik Variabel

Karakteristik variabel dalam penelitian ini meliputi jenis umur, hasil

pengukuran lingkar pinggang, hasil berat badan, tinggi badan, indeks masa tubuh

dan asupan zat gizi selengkapnya dapat dilihat pata tabel Berikut ini :

29
Tabel 4.1. karakteristik variable siswa dan siswi SMA 1 dan SMA 2 bitung

Variabel Mean±SD Min Maks p*


Umur (thn) 15,01±0,57 14 17 0,000
Berat Badan (kg) 59,92±1,53 37 103 0,009
Tinggi Badan (cm) 159,22±7,27 145 176 0,200
Lingkar Pinggang (cm) 86,01±8,81 69 115 0,011
Indeks MasaTubuh 23,20±5,62 14 38 0,020
Asupan Energi (Kal) 2727±5,65 1598 4472 0,000
Asupan Karbohidrat (gr) 414,19±1,36 186 847 0,000
Asupan protein (gr) 99,25±2,92 42 172 0,000
Asupan Lemak (gr) 94,74±1,93 74 150 0,000
Persen Asupan Energi (%) 116,64±2,67 73 196 0,056
Persen Asupan Karbohidrat (%) 128,02±4,46 63 267 0,002
Persen Asupan Protein (%) 147,46±5,39 72 291 0,001
Persen Asupan Lemak 117,46±2,72 81 182 0,000
p* Analisis Kolmogorof Smirnof (melihat sebaran data)

4.2.2 Distribusi Frekuensi Variabel

Table 4.2 distribusi frekuensi variable SMA 1 dan SMA 2 bitung

Variabel Kategori N %
Jenis Kelamin Laki-laki 36 43,4
Perempuan 47 56,6
Total 83 100
Lingkar Perut Obesitas Sentral 64 77,1
Normal 19 22,9
Total 83 100
Indeks Masa Tubuh Obesitas 35 42,2
Overweight 4 4,8
Normal 38 45,8
Kurang 6 7,2
Total 83 100
Asupan Karbohidrat Kurang 20 24,1
Berdasarkan AKG Cukup 15 18,1
Lebih 48 57,8
Total 83 100
Asupan Protein Kurang 25 30,1
Berdasarkan AKG Cukup 7 8,4
Lebih 51 61,4
Total 83 100
Asupan Lemak Kurang 19 22,9

30
Berdasarkan AKG Cukup 20 24,1
Lebih 44 53,0
Total 83 100

4.3. Analisis Bivariat

4.3.1 Analisis Komparatif (Fisher Exact Test)

Berikut ini adalah hasil analisis komparativ antara asupan energi,

karbohidrat, protein dan lemak dengan hasil pengukuran lingkar pinggang

(gambaran obesitas sentral) selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Table 4.3 hasil analisis komperatif fisher exact test berdasarkan lingkar pinggang

untuk menilai asupan energy,karbohidrat, protein dan lemak

Obesitas
Normal
Variabel Kategori Sentral P
n % N %
Asupan Energi Kurang 3 15,8 16 84,2 0,000
Berdasarkan Cukup 16 94,1 1 5,9
AKG Lebih 45 95,7 2 4,3
64 77,1 19 22,9
Asupan KH Kurang 4 20 16 80 0,000
Berdasarkan Cukup 12 80 3 20
AKG Lebih 48 100 0 100
64 77,1 19 22,9
Asupan Protein Kurang 7 28 18 72 0,000
Berdasarkan Cukup 7 100 0 0
AKG Lebih 50 98 1 2
64 77,1 19 22
Asupan Lemak Kurang 3 15,8 16 84,2 0,000
Berdasarkan Cukup 18 90 2 10
AKG Lebih 43 97,7 1 2,3
64 77,1 19 23,9
Nilai kemaknaan P<0,001 (Fisher Exact Test)

31
Beikut ini adalah hasil analisis komparativ antara asupan energi,

karbohidrat, protein dan lemak dengan hasil penilaian indeks masa tubuh (IMT/U)

(gambaran obesitas) selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Table 4.4 hasil analisis komperatif fisher exact test berdasarkan IMT untuk

menilai asupan energy,karbohidrat, protein dan lemak

Overweig Kurang
Obesitas Normal
Variabel Kategori ht p
N % N % N % N %
Asupan Energi Kurang 1 5,3 2 10,5 12 63,2 4 21,1 0,001
Berdasarkan Cukup 6 35,3 2 11,8 8 47,1 1 5,9
AKG Lebih 28 59,6 0 0 18 38,3 1 2,1
35 42,2 4 4,8 38 45,8 6 7,2
Asupan KH Kurang 2 10 2 10 12 60 4 20 0,015
Berdasarkan Cukup 8 53,3 0 0 6 40 1 6,7
AKG Lebih 25 52,1 2 4,2 20 41,7 1 2,1
35 42,2 4 4,8 38 45,8 6 7,2
Asupan Protein Kurang 1 4 2 8 17 68,0 5 20 0,000
Berdasarkan Cukup 4 57,1 0 9 3 42,9 0 0
AKG Lebih 30 58,8 2 3,9 18 35,3 1 2
35 42,2 4 4,8 38 45,8 6 7,2
Asupan Lemak Kurang 2 15,8 3 15,8 10 52,6 4 21,1 0,003
Berdasarkan Cukup 9 45 0 0 10 50 1 5
AKG Lebih 24 54,5 1 2,3 18 40,9 1 2,3
35 42,2 4 4,8 38 45,8 6 7,2

4.4. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dalam penelitian ini untuk menjelaskan dari sejumlah

faktor risiko terjadinya obesitas dalam hal ini adalah asupan energi, karbohidrat,

protein dan lemak mana yang paling berpengaruh atau yang paling berisiko

menyebabkan obesitas. Berikut ini adalah analisis regresi logistik menggunakan

metode backward Logistic regresion selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut

ini :

32
Table 4.5 analisis regresi logistik menggunakan metode backward Logistic

regresion untuk mencari factor resiko asupan yang paling berpengaruh pada

obesitas.

Variables in the Equation


95,0% C.I.for
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) EXP(B)
Lower Upper
Step 1a trans_persene .000 2 1.000
trans_persene(1) -16.221 3.330E3 .000 1 .996 .000 .000 .
trans_persene(2) 31.641 3.392E3 .000 1 .993 5.515E13 .000 .
trans_persenkh .000 2 1.000
trans_persenkh(1) 99.246 7.826E3 .000 1 .990 1.265E43 .000 .
trans_persenkh(2) 131.190 1.015E4 .000 1 .990 9.443E56 .000 .
trans_persenp .000 2 1.000
trans_persenp(1) -15.561 2.394E3 .000 1 .995 .000 .000 .
trans_persenp(2) -33.365 7.728E3 .000 1 .997 .000 .000 .
trans_persenlmk .000 2 1.000
trans_persenlmk(1) 100.003 8.069E3 .000 1 .990 2.696E43 .000 .
trans_persenlmk(2) 32.740 3.392E3 .000 1 .992 1.655E14 .000 .
Constant -148.369 1.097E4 .000 1 .989 .000
a
Step 2 trans_persene .000 2 1.000
trans_persene(1) -16.502 3.832E3 .000 1 .997 .000 .000 .
trans_persene(2) 16.396 2.814E3 .000 1 .995 1.320E7 .000 .
trans_persenkh .000 2 1.000
trans_persenkh(1) 69.271 7.112E3 .000 1 .992 1.213E30 .000 .
trans_persenkh(2) 86.402 8.021E3 .000 1 .991 3.340E37 .000 .
trans_persenlmk .000 2 1.000
trans_persenlmk(1) 70.341 7.084E3 .000 1 .992 3.538E30 .000 .
trans_persenlmk(2) 17.494 2.814E3 .000 1 .995 3.959E7 .000 .
Constant -103.896 9.386E3 .000 1 .991 .000
Step 3a trans_persenkh .000 2 1.000

33
trans_persenkh(1) 37.260 5.977E3 .000 1 .995 1.520E16 .000 .
trans_persenkh(2) 54.424 7.350E3 .000 1 .994 4.326E23 .000 .
trans_persenlmk 1.651 2 .438
trans_persenlmk(1) 38.742 5.884E3 .000 1 .995 6.691E16 .000 .
trans_persenlmk(2) 1.792 1.394 1.651 1 .199 6.000 .390 92.277
Constant -56.621 7.350E3 .000 1 .994 .000
a. Variable(s) entered on step 1: trans_persene, trans_persenkh, trans_persenp,
trans_persenlmk.

34
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Variabel

Hasil analisis karakteristik subjek dalam penelitian ini menunjukkan

bahwa Subjek dalam penelitian ini mempunyai rata-rata umur 15 tahun

umur terendah 14 tahun dan tertinggi 17 tahun. Jika dilihat dari penilaian

pengukuran lingkar pinggang maka dapat dikatakan bahwa subjek dalam

penelitian ini sebagian besar mempunyai kecenderungan terjadinya obesitas

sentral ditandai dengan hasil pengukuran lingkar pinggang reratanya adalah

86 cm oleh karena sebagian besar subjek dalam penelitian ini adalah

perempuan (47%). Jika dilihat dari hasil penilaian status gizi menggunakan

indikator IMT maka dapat dikatakan bahwa subjek dalam penelitian ini

mempunyai status gizi overweight atau berat badan lebih ditunjukkan

dengan nilai rerata IMT 23,2 walaupun ada subjek dalam penelitian ini

mempunyai nilai IMT dibawah normal yaitu 14. Jika dilihat dari rerata

asupan dan persen asupan hasil recall konsumsi dibandingkan dengan

standar angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG 2013) menunjukkan

bahwa secara keseluruhan subjek dalam penelitian ini mempunyai asupan

zat gizi makro diatas angka kecukupan gizi yang dianjurkan (>110%).

Ada beberapa kemungkinan penyebab terjadinya obesitas, antara

lain:

35
a. Kelebihan makan, jika terdapat kelebihan makanan dalam tubuh, terutama

bahan makanan sumber energi, atau dengan kata lain jumlah makanan

yang dimakan setiap hari melebihi kebutuhan.

b. Kekurangan aktivitas fisik dan kemudahan hidup, karena adanya

kemajuan teknologi mendorong masyarakat untuk menempuh kehidupan

yang tidak memerlukan kerja fisik yang berat.

c. Faktor psikologis dan genetik, gangguan emosional akibat adanya tekanan

psikologis atau lingkungan kehidupan kemasyarakatan yang dirasakan

tidak menguntungkan, dapat mengubah kepribadian seseorang sehingga

orang tersebut menjadikan makanan sebagai pelariannya. Walaupun tidak

dapat dibuktikan adanya faktor genetik yang berpengaruh terhadap

obesitas, tetapi tidak jarang ditemukan beberapa penderita obes dalam

satu keluarga52

d. Hal lain yang berperan sebagai penyebab terjadinya obesitas adalah faktor

lingkungan, seperti perilaku makan, aktivitas fisik, trauma (neurologik

atau psikologik dan sosial)53

Peningkatan lemak pada obesitas sentral dikaitkan dengan

hyperinsulinemia, hiperlipidemia, dan resistensi insulin, di lain penelitian,

obesitas sentral pada wanita gemuk telah dikaitkan dengan intoleransi glukosa,

penurunan insulin sensitivitas, metabolisme lemak, peningkatan risiko

diabetes, dan peningkatan kematian dengan kardiovaskular51

36
5.2 Distribusi Frekuensi Variabel

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek dalam penelitian

ini adalah perempuan (47%), dan 77,1% diantaranya mempunyai status gizi

obesitas sentral berdasarkan hasil pengukuran lingkar pinggang, jika dilihat dari

indeks masa tubuh subjek dalam penelitian ini 50% diantaranya tergolong obesitas

dan overweight.

obesitas menggambarkan suatu keadaan tertimbunnya lemak tubuh sebagai

akibat kelebihan masukan kalori. Secara klinis seseorang dinyatakan mengalami

obesitas bila terdapat kelebihan berat badan sebesar 15% atau lebih dari berat

badan idealnya54

Obesitas merupakan faktor risiko untuk penyakit kardiovaskuler dan

terkait dengan resistensi insulin. Indeks masa tubuh merupakan indikator paling

sering digunakan dan praktis untuk mengukur berat badan lebih dan obes pada

orang dewasa. Kelebihan berat badan (IMT > 25 kg/m2) dan obesitas (IMT > 30

kg/m2) untuk orang Asia > 25 kg/m2 obesitas. Lingkar pinggang > 40 inci atau

102 cm untuk pria dan 35 inci atau 88 cm untuk orang Asia pria > 90 cm dan

wanita > 80 cm merupakan indikator yang dapat diukur secara langsung sesuai

dengan kriteria pada IDF.21,55 Pada individu obesitas sering terjadi gangguan

metabolik seperti resistensi insulin (sel islet primer rusak menyebabkan

pengeluaran insulin yang berlebihan dan pemakaian tidak normal melebihi

kebutuhan normal) sebab hormon insulin merupakan regulator yang terpenting

pada metabolisme yang dapat mengganggu metabolisme berbagai nutrien56.

Obesitas juga merupakan faktor risiko untuk penyakit arteri koroner, dan terkait

dengan resistensi insulin.

37
Jika dilihat dari persentase asupan zat gizi baik energi, karbohidrat, protein

dan lemak subjek dalam penelitian ini pada umumnya menunjukkan persen

asupan yang berlebihan antara 40-50% diatas kecukupan yang dianjurkan

walupun masih ada subjek yang mempunyai asupan kurang dari angka

kecukuapan yang dianjurkan sebesar 19-25%.

Penelitian Keim et al57 menjelaskan bahwa aktivitas fisik dan pola makan

yang buruk telah diidentifikasi sebagai penyebab utama kematian di Amerika

Serikat. Kelebihan berat badan dan meningkatnya obesitas merupakan penyebab

dari kombinasi diet yang buruk dan fisik yang tidak aktif, dan hal ini bisa menjadi

penyebab kematian nomor satu.

Pola makan pada komunitas tertentu di Indonesia yang sering

mengkonsumsi jajanan pasar, menjadi salah satu penyebab obesitas. Karena

makanan ini mengandung karbohidrat sederhana cukup tingggi dan kalori yang

tinggi karena kandungan minyak dalam proses pengolahannya58

5.3. Analisis Frekuensi Makan

Dalam penelitian ini dilakukan eksplorasi terkait frekuensi makan subjek

menggunakan formulir food frekuensi menunjukkan bahwa subjek mengkonsumsi

makanan sumber karbohidrat cenderung lebih sering adalah nasi, mie, kentang

goreng sedangkan sumber protein lebih cenderung telur ayam, daging ayam dan

hasil olahannya antara lain sosis dan nugget, tahu dan tempe. Frekuensi makan

sayur pada subjek dalam penelitian ini lebih banyak pada sayur kangkung, kol,

bayam dan timun sedangkan jenis buah yang sering dikonsumsi pada subjek

dalam penelitian ini adalah pepaya mangga dan pisang, jika dilihat dari hasil

38
kuesioner FFQ menunjukkan bahwa makanan jajanan seperti ice cream, bakso,

batagor, roti, minuman berkarbonasi, dan pop ice merupakan kegemaran subjek

dalam penelitian ini bahkan frekuensinya bisa mencapai 4-7 kali sehari.

Makan dalam jumlah yang banyak tidak diimbangi dengan aktivitas fisik dapat

menyebabkan obesitas yang selanjutnya membawa risiko masalah kesehatan

terutama pada penyakit degeneratif dan Sindroma metabolik. Di negara maju

seperti Amerika, faktor gizi lebih memiliki risiko relatif 2,9 kali untuk menderita

Sindroma metabolik dibandingkan dengan kelompok yang memiliki asupan gizi

normal49

Penelitian Yoo, et al. (2004) menunjukkan bahwa pola makan dengan menu yang

tidak seimbang dan berlebihan seperti makan tinggi protein, tinggi lemak dan

tinggi karbohidrat, terutama karbohidrat murni yang disertai rendahnya asupan

serat dapat mempengaruhi kadar lipoprotein, trigliserida, kadar kolestrol dalam

darah yang berakibat meningkatnya kasus Sindroma metabolik pada dewasa muda

di Bogalusa.

Tubuh manusia memiliki kemampuan untuk menyimpan lemak

tidak terbatas (sebagian besar di jaringan adiposa) simpanan ini digunakan ketika

tubuh kekurangan energi. Diet tinggi kolesterol harus dibatasi menjadi kurang dari

200 mg/hari. Penggabungan asam lemak tak jenuh tunggal (lemak dari sumber

tanaman seperti minyak zaitun, minyak kedelai, minyak canola, minyak sun

flower, minyak kacang tanah, kacang tanah, mentega dari kacang tanah, almond,

dan kacang mete) bermanfaat mencegah dislipidaemia aterogenik. Demikian pula

asam lemak tak jenuh ganda (terutama dari ikan) memiliki effek cardioprotective.

39
Asam lemak tak jenuh ganda harus sekitar 10% dari intake energi. Serat larut

(terutama pada produk oat, psyllium dan pektin) jika asupan 10-25 g/hari dapat

mencegah dislipidemia atero-genik. Diet dengan sereal biji-bijian, buah-buahan,

sayuran, kacang, kacang dan susu rendah lemak penting dijadikan sebagai gaya

hidup dalam hal pola makan dan tetap memelihara program yang terstruktur

untuk perubahan gaya hidup yang lebih baik termasuk pendidikan50

5.4 Analisis Komparatif (Fisher Exact Test)

Hasil analisis komparatif menggunakan fisher exact test menunjukkan

secara keseluruhan terdapat hubungan yang sangat bermakna antara pola makan

dalam hal ini adalah asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak dengan status

obesitas (P<0,01) dengan kata lain pola makan yang dieksplorasi dalam penelitian

ini dapat dikatakan sebagai salah satu faktor risiko terjadinya obesitas pada subjek

dalam penelitian ini. Hal ini dipertegas pada hasil analisis regresi logistik yang

menunjukkan bahwa dari berbagai asupan zat gizi, asupan lemak merupakan

variabel yang paling berpengaruh terhadap status obesitas pada subjek dalam

penelitian ini pola makan dalam hal ini adalah asupan energi, karbohidrat, protein

dan lemak (Exp(B) = 6, p<0,01).

Lingkar perut dan lingkar pinggang adalah alternatif klinis yang lebih praktis

untuk dapat memperkirakan luasnya obesitas abdominal/lemak tubuh, karena

obesitas sentral berhubungan dengan besarnya risiko untuk terjadinya gangguan

kesehatan. 55.

40
Selain lingkar pinggang dan lingkar perut untuk mengetahui

hubungan Sindroma metabolik, juga digunakan IMT yaitu berat badan dalam

kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter persegi. Ukuran

obesitas untuk orang barat IMT ≥ 30 kg/m2, sedang untuk orang Asian ≥ 25

kg/m259. Distribusi lemak pada obes dapat dilihat dari bentuk tubuh yaitu apple

shaped dan pear shaped. Bentuk yang pertama disebut bentuk android,

mencerminkan penumpukan lemak di wilayah perut, Sedangkan bentuk yang

kedua dinamakan bentuk genoid menandakan pengumpulan lemak pada daerah

pinggul.

Menurut National Cholesterol Education Program-Adult Treatment

Panel/NCEP-ATP III dalam Deen, (2004) hubungan sindroma metabolik sangat

kuat dan berisiko dapat dilihat dari indeks masa tubuh (IMT) dan lingkar

pinggang (LP).59

Salah satu hal yang hal yang penting dalam mengendalikan faktor

risiko obesitas adalah pengetahuan tentang gizi. Pengetahuan anak remaja

sebaiknya meliputi pengetahuan mengenai jenis makanan yang dikonsumsi,

kandungan gizi yang terdapat dalam bahan makanan, frekuensi makan,

penggunaan supplemen, sumber bahan makanan, cara pengolahan dan juga

fungsi makanan bagi tubuh. Pengetahuan gizi ini dapat diperoleh dari sumber

informasi antara lain teman atau kenalan, rekan kerja, anggota

jemaat/masyarakat dilingkungannnya, keluarga, majalah dan buku,

televisi/radio.

41
Pengetahuan gizi akan berpengaruh terhadap perilaku yang dilakukan

oleh tokoh agama dalam hal pemilihan makanan dan perilaku makan sehat

dalam hidup sehari-hari. Menurut60. perilaku seseorang ditentukan oleh 3

faktor utama yaitu :

1. Faktor predisposisi (Predisposing factors).

Faktor predesposisi merupakan faktor-faktor yang akan mempermudah atau

mempersulit perilaku pada diri seseorang yang meliputi pengetahuan dan

sikap seseorang terhadap perilaku yang akan diambil. Perilaku seorang

tokoh agama untuk memilih makanan yang aman dan bergizi akan

dipermudah apabila mereka mengetahui tentang manfaat makanan yang

bergizi sesuai dengan kebutuhan tubuhnya, mengetahui dimana

mendapatkan informasi yang benar tentang gizi dewasa. Akan tetapi

terdapat faktor lain yang akan mempersulit perilaku tokoh agama untuk

memilih makanan yang sehat dan bergizi misalnya pengaruh dari media

masa tentang makanan yang tidak sehat (junkfood), pengaruh dari teman

dan sebagainya.

2. Faktor pemungkin (Enabling factors).

Faktor pemungkin atau faktor pendukung merupakan faktor-faktor

tersedianya fasilitas, sarana, prasarana, yang mendukung atau memfasilitasi

terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Perilaku tokoh agama dalam

hal ini perilaku makan yang baik akan didukung dengan sarana prasarana

yang mendukung seperti perhatian keluarga terhadap makanan yang

42
dikonsumsi, rumah yang sehat, lingkungan mendukung untuk menjalankan

pola makan yang baik.

3. Faktor penguat (Reinforcing factors).

Pengetahuan, sikap dan sarana-prasarana pendukung yang tersedia

kadang-kadang belum menjamin terjadinya perilaku yang baik pada diri

seseorang. Tokoh agama akan menerapkan perilaku makan yang baik

apabila ia memiliki pengetahuan gizi yang baik.

Perilaku dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas

organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada

hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu,

perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup:

berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, tertawa, membaca, menangis, makan

dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti:

berpikir, persepsi, dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Dapat

disimpulkan dari uraian bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan atau

aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak

dapat diamati langsung oleh pihak luar61

Faktor yang sangat berpengaruh dalam perubahan perilaku adalah

faktor eksternal, yaitu faktor yang ada di luar diri individu. Sadar atau tidak

individu yang bersangkutan menghadapi sikap-sikap tertentu62. Menurut

Mantra (1997), perilaku adalah respon individu terhadap stimuli, baik yang

berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Beberapa rangsangan yang dapat

43
menyebabkan individu mengubah perilaku adalah: 1) Rangsangan fisik; 2)

Rangsangan rasional; 3) Rangsangan emosional; 4) Keterampilan yaitu

rangsangan yang bersumber pada kemampuan seseorang untuk mengadopsi

dan melakukan perilaku yang baru; 5) Jaringan perorangan dan keluarga; 6)

Struktur sosial; 7) Cost, yaitu cost ekonomis, cost sosial; 8) Perilaku yang

bersaing, yaitu perilaku yang harus dilaksanakan pada waktu bersamaan.

Dari sudut pandang ilmu antropologi dan ilmu sosial mengenai perilaku

makan individu dan sistem sosial keluarga menunjukkan, bahwa faktor umum

yang mempengaruhi perubahan adalah karena adanya perubahan sosial

(Sanjur, 1982). Penataan makan yang baik merupakan bagian dari gaya hidup

dan perilaku hidup sehat untuk memperoleh derajat sehat dan bugar, yang

selalu dikondisikan pada semua lapisan masyarakat sehingga akan diperoleh

bangsa sehat dan Negara yang kuat. Pola makanan sehat yang dikenal

masyarakat adalah “4 sehat dan 5 sempurna”. Namun untuk mencapai perilaku

makan yang baik dan benar, Departemen Kesehatan (1995) dalam Muchtadi

(2009) telah menyusun Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yaitu :

1. Makanlah aneka ragam makanan.

2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi bagi tubuh (yang

berarti jangan kurang atau jangan berlebihan).

3. Makanlah makanan sumber karbohidrat (pati), misalnya nasi, roti, mie,

jagung atau umbi-umbian, setengah dari kecukupan energi perhari.

4. Batasi konsumsi minyak dan lemak sampai seperempat dari kecukupan

energi.

5. Gunakan garam beryodium (secara wajar tidak berlebihan).

44
6. Makanlah makanan sumber zat besi (pangan hewani, sayuran misalnya

bayam).

7. Berikan ASI kepada bayi sampai umur 4 bulan.

8. Biasakanlah sarapan pagi.

9. Minumlah air bersih, aman dan cukup jumlahnya.

10. Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur.

11. Hindari minuman beralkohol.

12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.

13. Bacalah label pada makanan yang dikemas.

Arisman (2011) mengatakan perlu adanya modifikasi perilaku sebagai

kunci keberhasilan penanganan sindroma metabolik. Perilaku yang

dimodifikasi antara lain :

1. Keaktifan fisik dengan mengurangi waktu menonton televisi, bermain

video games, computer. Tingkatkan jalan kaki dan bersepeda.

2. Pola santap dengan mengurangi porsi santap, mengurangi frekwensi

santap di luar rumah dan menambah frekwensi bersantap dengan keluarga.

Tidak melewatkan sarapan dan mengurangi cemilan diantara waktu makan.

3. Jenis santapan antara lain membatasi konsumsi minuman manis, membatasi

makanan yang kaya akan lemak dan gula, menambah konsumsi susu

rendah lemak serta konsumsi buah dan sayur.

45
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu :

1. Pola makan anak remaja dalam penelitian ini cenderung lebih (semua zat

gizi makro yaitu energi, protein, lemak dan karbohidrat) jika dilihat dari

hasil analisis asupan zat gizi dibandingkan dengan angka kecukupan gizi

yang dianjurkan pada anak remaja 13-17 tahun

2. Hasil analisis menujukkan Terdapat hubungan antara pola makan

(kelebihan asupan zat gizi dengan status obesitas pada anak remaja dalam

penelitian ini, Sesuai hasil analisis komparatif menunjukkan secara

keseluruhan terdapat hubungan yang sangat bermakna antara pola makan

dalam hal ini adalah asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak dengan

status obesitas (P<0,01) dengan kata lain pola makan yang dieksplorasi

dalam penelitian ini dapat dikatakan sebagai salah satu faktor risiko

terjadinya obesitas pada subjek dalam penelitian. Hal ini dipertegas pada

hasil analisis regresi logistik yang menunjukkan bahwa dari berbagai

asupan zat gizi, asupan lemak merupakan variabel yang paling

berpengaruh terhadap status obesitas pada subjek dalam penelitian, pola

makan dalam hal ini adalah asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak

46
5.2. Saran

1. Penelitian ini dapat memberikan informasi pada instansi terkait dalam

upaya pengendalian faktor risiko terjadinya obesitas pada anak remaja

salah satunya adalah pola makan yang melebihi angka kecukupan gizi

yang dianjurkan

2. Asupan zat gizi makro dalam hal ini lemak dan karbohidrat merupakan zat

gizi yang dalam penelitian ini memberikan kontribusi positif terhadap

status obesitas pada remaja sehingga perlu kepedulian keluarga dan pihak

sekolah untuk memilih dan menyajikan menu makanan yang sehat tinggi

serat dan rendah lemak.

3. Perlu perhatian khusus terhadap fenomenan peningkatan prevalensi

obesitas pada anak remaja khsususnya di Kota Bitung.

4. Penelitian ini dapat dilanjtkan menggunakan sampel yang lebih besar dan

mewakili semua wilayah di Kota Bitung.

47

Anda mungkin juga menyukai