PENDAHULUAN
berlebih dari yang diperlukan fungsi tubuh normal.1 Obesitas merupakan salah
satu penyakit tidak menular namun Obesitas merupakan suatu masalah medic
masalah kesehatan yang sering ditemui baik di Negara maju maupun Negara
merupakan masalah yang serius karena akan berlanjut hingga usia dewasa.
Remaja obesitas pada sepanjang hidupnya mempunyai resiko lebih tinggi untuk
jantung, stroke, dll. Obesitas juga dapat berpengaruh pada psikologi dan social
anak maupun remaja yang dapat menimbulkan peningkatan resiko depresi, seperti
yang kita ketahui sebagian besar anak obesitas cenderung di tolak, diejek dan
dikucilkan dalam lingkungan bermain dan social oleh rekan-rekan mereka karena
kelebihan berat badan dan sebanyak 400 juta orang gemuk (obesitas) dan di
1
perikirakan lebih dari 700 juta orang dewasa akan gemuk (obesitas) pada tahun
2015.¹ Di Indonesia, prevalensi obesitas yang tinggi pada wilayah kota dan
Kabupaten di temukan pada etnis Sulawesi, Maluku dan Papua di wilayah kota
SLTP terdapat 35,71% obesitas pada usia 11-12 tahun dan 64,29% obesitas pada
makan. Hal ini terutama berkaitan dengan perubahan gaya hidup yang mengarah
contohnya kebiasaan sering makan makanan praktis dan siap saji seperti
ringan seperti softdrink yang tidak sehat dan dapat menimbulkan mutu gizi yang
tidak seimbang.2
yang memiliki perkembangan yang cepat karena terdapat pelabuhan laut terbesar
merupakan kota pelabuhan terbesar di Sulawesi utara Kota bitung juga dikenal
sebagai kota cakalang karena kota bitung memiliki potensi kelautan dan perikanan
2
yang sangat besar,6 hal ini juga karena kota Bitung merupakan penghasil produk
perikanan untuk pasar domestik dan pasar manca Negara, sehingga tidak heran
apabila di kota bitung banyak dijumpai pabrik pengolahan ikan dan kuliner
perhatian yang serius,karena apabila ditinjau lagi sepertinya ada hubungan yang
Berdasarkan data - data diatas maka peneliti sangat ingin meneliti dan
mengetahui apakah benar ada hubungan pola makan dan obesitas pada remaja sma
di kota bitung
Apakah ada hubungan pola makan dan obesitas pada remaja di kota bitung ?
1.3 Hipotesis
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola
2. Mengetahui Hubungan antara asupan zat gizi dengan status obesitas pada
3
1.5 Manfaat penelitian :
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obesitas
sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan
akumulasi lemak tubuh secara berlebihan, pada pria,kandungan lemak tubuh yang
wanita mungkin 25%.9 Obesitas biasanya dinyatakan dengan adanya 25% lemak
tubuh total pada pria dan sebanyak 35% atau lebih pada wanita. 10
kelebihan lemak tubuh dan hal itu sekarang merupakan masalah medic yang
oleh kelebihan masukan makanan bukan dari kelebihan makan (overeating) yang
massif. 11
5
Di Indonesia, terutama di kota-kota besar, dengan adanya perubahan
ditemukan di berbagai negara , sekitar 2,8 juta orang dewasa meninggal setiap
tahun terkait dengan kelebihan berat badan dan obesitas. Secara keseluruhan lebih
dari 10% dari populasi orang dewasa di dunia menderita obesitas, dan hampir 300
juta adalah wanita.14 Di Indonesia, angka obesitas terus meningkat. Pada laki-laki
dewasa terjadi peningkatan dari 13,9% pada tahun 2007 menjadi 19,7 % pada
tahun 2013. Sedangkan pada wanita dewasa terjadi kenaikan yang sangat ekstrim
mencapai 18,1 %. Dari 14,8% pada tahun 2007 menjadi 32,9 % pada tahun 2013.
15
Prevalensi gizi lebih pada anak-anak usia sekolah dasar tertinggi pada
peningkatan prevalensi kegemukan pada anak di Indonesia yaitu dari 12,2% pada
tahun 2007 menjadi 14% pada Tahun 2010.16 Berdasarkan hasil penelitian di Kota
Manado dengan sampel sebanyak 2835 siswa SLTP terdapat 35,71% obesitas
pada usia 11-12 tahun dan 64,29% obesitas pada usia 13-15 tahun. Dengan
6
distribusi prevalensi obesitas terbanyak pada perempuan sekitar 50,71%
4,2% di tahun 1990 menjadi 6,7% di tahun 2010, dan diperkirakan akan mencapai
prevalensi obesitas pada anak berusia 5-12 tahun adalah 8,8%, 13-15 tahun
adalah 2,5%, dan 16-18 tahun adalah 1,6% berdasarkan indeks massa tubuh
menurut umur lebih dari Z score2 menggunakan baku antropometri WHO 2007
a. IMT
praktis untuk mengukur tingkat populasi dan obese pada orang dewasa maupun
kilogram (kg) dibagi tinggi dalam meter kuadrat (m2). Pada anak usia 2-18 tahun
menggunakan grafik IMT CDC 2000 yang dimana Ambang batas yang digunakan
untuk obesitas adalah lebih dari Persentil 95 grafik IMT CDC 2000.19
7
Healthy weight 18.5-24.9
Overweight 25.0-29.9
Obesity 30.0-34.9 I
Obesity 35.5-39.9 II
Extreme obesity ≥40 III
Sumber : national institutes of health, national heart, lung, and blood institute:
and obesity in adults. U.S.Department of health and human services, public health
service,1998.20
Table 2.2 klasifikasi berat badan lebih dan obesitas berdasarkan IMT dan lingkar
RISIKO KEMORBIDITAS
LINGKAR PERUT
< 90 cm ( laki-
KLASIFIKASI IMT(kg/m2) ≥90 cm ( laki-laki)
laki)
<80cm ≥80 cm
(perempuan) (perempuan)
Berat badan < 18,5 Rendah (risiko Sedang
kurang meningkat pada
masalah klinis lain)
Kisaran normal 18,5 – 22,9 Sedang Meningkat
Berat badan lebih ≥ 23,0
Beresiko 23,0 – 24,9 Meningkat Moderat
Obese I 25,0 – 29,9 Moderat Berat
Obese II ≥ 30,0 Berat Sangat berat
Sumber : WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-pacific perspective:
b. Lingkar Pinggang
IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, akan tetapi
tetapi IMT bukan merupakan indikator terbaik untuk obesitas. Selain IMT,
metode lain untuk pengukuran antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur
8
lingkar pinggang. Parameter penentuan obesitas merupakan hal yang paling sulit
dilakukan karena perbedaan cutt of point setiap etnis terhadap IMT maupun
Selain IMT dan lingkar perut, rasio antara lingkar perut dan lingkar
pinggul merupakan alternative klinis yang praktis. Lingkar perut dan rasio lingkar
9
2.1.3 Etiologi dan factor penyebab obesitas
yang lebih besar dari pada pemakaianya oleh tubuh sebagai energy. Makanan
dipakai sebagai energy, Dengan kata lain obesitas disebabkan oleh imobilisasi
lemak yang tidak efektif dari jaringan adipose oleh lipase jaringan sedangkan
energi dengan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan
adalah suatu penyakit multifaktorial yang diduga bahwa sebagian besar obesitas
disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan,
antara lain aktifitas, gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional yaitu perilaku
makan.13,23
Faktor Genetik .
10
faktor genetik yang yang sangat berperanan besar pada obesitas adalah
Parental fatnes. Apabila kedua orang tua obesitas, 80% anaknya akan menjadi
obesitas; bila salah satu orang tua obesitas, Maka kejadian obesitas menjadi 40%
dan bila kedua orang tua tidak obesitas, Maka prevalensi menjadi 14%.23
terhadap obesitas melalui efek pada resting metabolic rate, thermogenesis non
exercise, kecepatan oksidasi lipid dan kontrol nafsu makan yang jelek atau tidak
Faktor lingkungan.
Faktor genetik meskipun diduga juga berperan pada obesitas akan tetapi tidak
antara pola makan, perilaku makan dan aktivitas fisik. Hal ini terutama dikaitkan
dengan adanya perubahan dari gaya hidup yang mengarah pada sedentary life
style.2
1. Aktifitas fisik.
11
Energy expenditure merupakan suatu komponen utama dari aktifitas
fisik, yaitu di mana sekitar 20-50% dari total energy expenditure. Penelitian di
negara maju mendapatkan adanya hubungan antara aktifitas fisik yang rendah
dengan kejadian suatu obesitas. Individu dengan aktivitas fisik yang rendah
menunjukkan adanya risiko obesitas yang rendah (OR:0,48) pada kelompok yang
adanya penurunan berat badan dengan jogging (OR: 0,57), aerobik (OR: 0,59),
tetapi untuk olah raga tim dan tenis tidak menunjukkan adanya suatu penurunan
jam perhari mempunyai risiko obesitas sebesar 5,3 kali lebih besar dibandingkan
jumlah
lemak tubuh dan pertumbuhan bayi dipengaruhi berat badan ibu. Kenaikan berat
badan dan lemak anak dipengaruhi oleh : waktu pertama kali mendapat makanan
padat, asupan tinggi kalori dari karbohidrat dan lemak,23 serta kebiasaan
dengan asupan tinggi lemak mempunyai risiko peningkatan berat badan lebih
12
Penelitian lain menunjukkan peningkatan konsumsi daging akan meningkatkan
risiko obesitas sebesar 1,46 kali.27 Keadaan ini disebabkan oleh karena makanan
berlemak mempunyai energy density lebih besar dan lebih tidak mengenyangkan
juga mempunyai rasa yang sangat lezat sehingga akan meningkatkan selera makan
dalam jumlah yang terbatas dan metabolisme asam amino di regulasi dengan
glikogen hanya dalam jumlah kecil. Asupan dan oksidasi karbohidrat di regulasi
perubahan asupan karbohidrat. Bila suatu cadangan lemak tubuh rendah dan
asupan karbohidrat berlebihan, maka kelebihan energi dari karbohidrat sekitar 60-
80% disimpan dalam bentuk lemak tubuh. Lemak mempunyai suatu kapasitas
penyimpanan yang tidak terbatas. Kelebihan asupan lemak tidak diiringi dengan
peningkatan oksidasi lemak sehingga sekitar 96% lemak akan disimpan dalam
jaringan lemak.28,24
dipengaruhi oleh Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola
13
makan, serta peningkatan pendapatan.23 Suatu data menunjukkan bahwa beberapa
tahun terakhir terlihat adanya perubahan gaya hidup yang menjurus pada
penurunan aktifitas fisik, seperti: pergi ke sekolah dengan naik kendaraan dan
kurangnya aktifitas bermain dengan teman serta lingkungan rumah yang tidak
fisik. Selain itu juga ketersediaan dan harga dari junk food yang mudah terjangkau
suatu kebiasaan yang dimakan seseorang mencakup jenis dan jumlah bahan
makanan rata-rata per orang per hari yang umum dikonsumsi /dimakan penduduk
energi yang melebihi kebutuhan. Biasanya terjadi pada anak yang cepat merasa
lapar dan tidak mau menahan rasa laparnya. Kosumsi makanan sehari-hari dapat
dilihat berdasarkan umur, berat badan, tinggi badan dan jenis kelamin. Banyak
atau sedikitnya zat gizi yang dikonsumsi melalui makanan menentukan status gizi
yang berpengaruh teradap status gizi. Kelebihan konsumsi makanan yang tidak
diimbangi dengan pengeluaran energi yang mencukupi dan aktifitas yang kurang
14
2.2.2 Penilaian pada pola konsumsi makan
Recall 24 jam
responden untuk menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam
sebelum wawancara dilakukan. Untuk lebih mudah dalam mengingat ukuran atau
porsi makanan biasanya peneliti menggunakan alat bantu berupa food model dan
alat ukur rumah tangga (URT). Dalam hal melakukan recall biasanya digunakan
patokan waktu makan agar dapat membantu responden mengingat makanan yang
dikonsumsinya. Patokan waktu yang digunakan seperti setelah bangun tidur, pada
saat sekolah, pulang sekolah, sore sampai malam hari menjelang tidur. Dengan
dua komponen, yaitu daftar makanan dan frekuensi makan dalam periode waktu
tertentu seperti hari, minggu, bulan dan tahun. Kelebihan metode ini adalah daftar
pertanyaan dapat diisi sendiri oleh responden, biaya relatif murah, lebih
tidak ada porsi makanan, tidak bisa menilai konsumsi zat gizi sebenarnya. FFQ
15
sering digunakan untuk studi epidemiologi yang berkaitan dengan kebiasaan
digemari oleh anak-anak sekolah. Makanan jajanan biasanya sangat mudah untuk
didapat dan harganya juga relatif terjangkau oleh anak sekolah. Uang jajan
merupakan dana yang diterima oleh seorang anak dari orangtua baik untuk
kebutuhan harian, mingguan atau bulanan. Bagi anak usia sekolah dasar uang
yang didapat lebih cenderung untk membeli jajanan yang berada di lingkungan
tingkat pendapatan orangtua dapat menentukan pola makan termasuk pola jajan
anak.31,33
protein dan 22% karbohidrat dari makanan jajanan.34 Hal ini dapat disimpulkan
Agriculture (USDA) pada tahun 1985 dan 1986 ditemukan bahwa sekitar 76%
sampai 83% minimal mengkonsumsi makanan ringan atau makanan jajanan sekali
dalam sehari. Makanan jajanan biasanya mengandung sekitar 20% dari jumlah
16
Jenis jajanan dibagi dalam 2 jenis yaitu meals yakni makanan yang
protein seperti siomay, martabak, nasiuduk dan lainnya. Jenis yang kedua adalah
snack yakni makanan ringan yang mengandung zat pengatur seperti biskuit susu,
pisang goreng, dan jenis makanan lainnya serta minuman seperti cendol dan
cepat, dan orang bisa menyantapnya sambil berdiri dan berjalan-jalan tanpa harus
berlama-lama duduk di meja makan. Di kota besar di Indonesia, telah terjadi suatu
perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan yaitu dimana terjadi pergeseran dari
pola makan tradisional menjadi pola makan seperti barat (Western Style) yaitu
fastfood.31
kandungan zat gizinya. Berbagai makanan yang tergolong dalam makanan cepat
saji adalah ayam goreng, kentang goreng, soft drink, hamburger, pizza, hotdog,
cepat saji semakin sering ditemui pada masyarakat di kota-kota besar. Selain
restoran di berbagai penjuru kota, menu dari makanan cepat saji umumnya
17
terkesan enak, lezat dan praktis. Di kota besar banyak ditemukan konsumen yang
lebih memilih menu makanan cepat saji, karena keterbatasan waktu dalam
kegemaran anak-anak remaja dan makana cepat saji merupakan makanan favorit
mereka. Tempat-tempat makanan cepat saji pada saat ini tidak hanya terletak di
pertokoan, mall maupun plaza, tetapi sudah mulai ada di dekat sekolah-sekolah,
makanan cepat saji dikalangan anak-anak dan remaja terus saja meningkat. The
yang mengkonsumsi makanan cepat saji > 2 kali per minggu berat badannya akan
dengan seseorang yang mengkonsumsi makanan cepat saji 1 kali per minggu.31,37
saji pada anak-anak dan remaja, adalah tingkat pendapatan orang tua dan tingkat
pendidikan orang tua. Tingkat pendapatan dari orang tua sangat berpengaruh
tinggi disetiap bulannya daya belinya pun tinggi, sehingga untuk memilih
berbagai jenis bahan makanan akan lebih besar. Namun pada saat pemilihan
bahan makanan tidak lagi didasarkan pada kebutuhan melainkan lebih mengarah
kepada rasa makanan yang enak, hal ini termasuk makanan cepat saji. Biasanya
makanan yang enak cenderung mengandung protein dan lemak tinggi. Perilaku
seperti inilah yang dapat menyebabkan konsumsi makanan tidak sesuai dengan
pertimbangan kesehatan. Konsumsi energi yang tinggi, terutama yang berasal dari
18
lemak akan berpengaruh terhadap terjadinya masalah kesehatan yaitu obesitas dan
penyakit degeneratif lain seperti jantung koroner dan diabetes mellitus. WHO
berkembangnya makanan cepat saji, yaitu makanan yang tingi lemak tetapi rendah
karbohidrat kompleks merupakan salah satu factor risiko dari obesitas. Makanan
cepat saji kini semakin digemari, baik dimakan hanya untuk kudapan maupun
makanan besar. Pada umumnya menu pada makanan cepat saji mengandung
tinggi kalori, garam, dan lemak termasuk kolesterol, dan menu tipe barat
2.4.1 Diet untuk pola makan sehat dan seimbang bagi anak obesitas
Diet untuk pola makan sehat dan seimbang sesuai requirement daily allowances
karena anak masih bertumbuh dan berkembang dengan metode food rules,
yaitu:39-43
1. Terjadwal dengan pola makan besar 3x/hari dan camilan 2x/hari yang
putih di antara jadwal makan utama dan camilan, serta lama makan 30
menit/kali
19
berdasarkan RDA menurut height age dengan berat badan ideal menurut
tinggi badan,
untuk ingin menurunkan berat badan setelah anak mengetahui berat badan ideal
alternatif pilihan jenis makanan dapat menggunakan the traffic light diet dan
The traffic light diet39,44,45 terdiri dari green food yaitu makanan
rendah kalori (<20 kalori per porsi) dan lemak yang boleh dikonsumsi bebas,
yellow food artinya makanan rendah lemak namun dengan kandungan kalori
sedang yang boleh dimakan namun terbatas, dan red foody aitu mengandung
lemak dan kalori tinggi agar tidak dimakan atau hanya sekali dalam
seminggu.39,45,46
kalori berkisar 200–500 kalori sehari dengan target penurunan berat badan
kira-kira 20% di atas berat badan ideal atau cukup dipertahankan agar
20
Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 30%, dan
protein cukup untuk tumbuh kembang normal (15-20%). Bentuk dan jenis
Diet tinggi serat dapat membantu pengaturan berat badan melalui jalur
kesehatan individu dan masyarakat. Pola makan yang baik adalah berpedoman
telah diperkenalkan sejak tahun 1952 dan sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam bidang gizi serta
masalah dan tantangan yang dihadapi. Tahun 1990 an kita sudah punya Pedoman
21
Umum Gizi Seimbang (PUGS). Lebih dari 15 tahun lalu Pedoman Gizi Seimbang
masalah dan kendala dalam sosialisasi Gizi Seimbang sehingga harapan untuk
kualitasnya, dan perilaku hidup bersih dan sehat belum memadai. Memperhatikan
hal diatas telah tersusun Pedoman Gizi Seimbang yang baru, pada tanggal 27
Januari 2014.48 Pedoman Gizi Seimbang yang baru ini dilengkapi pula dengan
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA negeri 1 dan SMA
Negeri 2 Bitung mulai kelas X hingga kelas XII subjek dalam penelitian ini
23
Gambar 1. Perhitungan besar sampel
Keterangan
n = Jumlah sampel yang dicari
2
Z 1-α/2 = Tingkat kepercayaan 95 %(1.96)
P1 = Prevalensi Obesitas Sentral di Sulawesi Utara 37% (Riskesdas,
2013)
P2 = Prevalensi Obesitas Sentral di Kota Bitung 45,1% (Riskesdas,
2013)
2
d = Tingkat Absolut yang dikehendaki (0,15)
sampling dimana jumlah populasi dibagi dengan jumlah sampel dan hasilnya
Siswa dan siswi SMA di kota bitung ,sehat, dan terdaftar aktif sekolah.
24
3.5.2 Kriteria Eksklusi
Siswa dan siswi SMA kota bitung yang tidak bersedia dijadikan
sampel penelitian
1. Obesitas Pada remaja jumlah IMT melebihi persentil > 95 (CDC 2000),
Atau memiliki lingkar pinggang : untuk anak laki-laki ≥90cm dan untuk
Kriteri obesitas menurut IDF dilihat dari lingkar pinggang : usia 10 < 16
2. Remaja adalah anak SMA kelas 1-3 yang berusia 13-18 tahun
atau FFQ (Food Frequency Questionaire), food recal 24 jam, Sumber makanan
25
program software NutriSurvey jumlah asupan energi yang dikonsumsi sehari
sehari seminggu dan sebulan, food recal 24 jam recall, pengukuran IMT
pengukur/meteran)
- Lingkar pinggang
berdiri tegak,letakan pita pengukur antara batas bawah iga dan crista
- Berat badan
26
Pengukuran diawali dengan meminta responden melepas aksesoris yang
dipakai akan lebih baik apabila responden memakai pakaian yng minimal dan
timbangan dengan berat yang tersebar merata pada kedua kaki dan posisi
tetap tenang setelah baca berat badan dengan tampilan skala 0,1 terdekat dan
catat hasil
- Tinggi badan
posisi kaki rapat,lutut lurus,tumit pantat dan bahu menyentuh dinding dengan
maksimum dengan mata pengukur sejajar dengan alat penunjuk angka untuk
Melalui izin pada pada instansi yang berwenang dan informed consent
27
3.10 Analisis data
Analisa data menggunakan program spss for window dimulai editing, coding
hal ini adalah analisis komparative fisher exact test dan dilanjutkan dengan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 MELAPOR KE BAGIAN
2 MENGUMPULKAN
BAHAN PROPOSAL
3 KONSULTASI
PROPOSAL
4 SEMINAR PROPOSAL
5 PENGAMBILAN SAMPEL
6 PEMERIKSAAN SAMPEL
7 PENGOLAHAN DATA
8 PENGUMPULAN BAHAN
PEMBAHASAN SKRIPSI
9 PENULISAN/KONSULTA
SI SKRIPSI
10 UJIAN SKRIPSI
28
BAB IV
HASIL
empat sekolah yaitu SMA Negeri 1 Bitung, SMA Negeri 2 Bitung, SMA Kristen
Subjek dalam penelitian ini pada umumnya berasal dari SMA Negeri 1
dan SMA Negeri 2 Kota Bitung. Kedua sekolah ini dipilih secara consecutif oleh
karena berbagai pertimbangan peneliti antara lain mempunyai jumlah siswa yang
banyak, banyaknya penjualan makanan yang ada disekitar sekolah, dan mudah
dijangkau.
pengukuran lingkar pinggang, hasil berat badan, tinggi badan, indeks masa tubuh
dan asupan zat gizi selengkapnya dapat dilihat pata tabel Berikut ini :
29
Tabel 4.1. karakteristik variable siswa dan siswi SMA 1 dan SMA 2 bitung
Variabel Kategori N %
Jenis Kelamin Laki-laki 36 43,4
Perempuan 47 56,6
Total 83 100
Lingkar Perut Obesitas Sentral 64 77,1
Normal 19 22,9
Total 83 100
Indeks Masa Tubuh Obesitas 35 42,2
Overweight 4 4,8
Normal 38 45,8
Kurang 6 7,2
Total 83 100
Asupan Karbohidrat Kurang 20 24,1
Berdasarkan AKG Cukup 15 18,1
Lebih 48 57,8
Total 83 100
Asupan Protein Kurang 25 30,1
Berdasarkan AKG Cukup 7 8,4
Lebih 51 61,4
Total 83 100
Asupan Lemak Kurang 19 22,9
30
Berdasarkan AKG Cukup 20 24,1
Lebih 44 53,0
Total 83 100
(gambaran obesitas sentral) selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Table 4.3 hasil analisis komperatif fisher exact test berdasarkan lingkar pinggang
Obesitas
Normal
Variabel Kategori Sentral P
n % N %
Asupan Energi Kurang 3 15,8 16 84,2 0,000
Berdasarkan Cukup 16 94,1 1 5,9
AKG Lebih 45 95,7 2 4,3
64 77,1 19 22,9
Asupan KH Kurang 4 20 16 80 0,000
Berdasarkan Cukup 12 80 3 20
AKG Lebih 48 100 0 100
64 77,1 19 22,9
Asupan Protein Kurang 7 28 18 72 0,000
Berdasarkan Cukup 7 100 0 0
AKG Lebih 50 98 1 2
64 77,1 19 22
Asupan Lemak Kurang 3 15,8 16 84,2 0,000
Berdasarkan Cukup 18 90 2 10
AKG Lebih 43 97,7 1 2,3
64 77,1 19 23,9
Nilai kemaknaan P<0,001 (Fisher Exact Test)
31
Beikut ini adalah hasil analisis komparativ antara asupan energi,
karbohidrat, protein dan lemak dengan hasil penilaian indeks masa tubuh (IMT/U)
Table 4.4 hasil analisis komperatif fisher exact test berdasarkan IMT untuk
Overweig Kurang
Obesitas Normal
Variabel Kategori ht p
N % N % N % N %
Asupan Energi Kurang 1 5,3 2 10,5 12 63,2 4 21,1 0,001
Berdasarkan Cukup 6 35,3 2 11,8 8 47,1 1 5,9
AKG Lebih 28 59,6 0 0 18 38,3 1 2,1
35 42,2 4 4,8 38 45,8 6 7,2
Asupan KH Kurang 2 10 2 10 12 60 4 20 0,015
Berdasarkan Cukup 8 53,3 0 0 6 40 1 6,7
AKG Lebih 25 52,1 2 4,2 20 41,7 1 2,1
35 42,2 4 4,8 38 45,8 6 7,2
Asupan Protein Kurang 1 4 2 8 17 68,0 5 20 0,000
Berdasarkan Cukup 4 57,1 0 9 3 42,9 0 0
AKG Lebih 30 58,8 2 3,9 18 35,3 1 2
35 42,2 4 4,8 38 45,8 6 7,2
Asupan Lemak Kurang 2 15,8 3 15,8 10 52,6 4 21,1 0,003
Berdasarkan Cukup 9 45 0 0 10 50 1 5
AKG Lebih 24 54,5 1 2,3 18 40,9 1 2,3
35 42,2 4 4,8 38 45,8 6 7,2
faktor risiko terjadinya obesitas dalam hal ini adalah asupan energi, karbohidrat,
protein dan lemak mana yang paling berpengaruh atau yang paling berisiko
metode backward Logistic regresion selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
32
Table 4.5 analisis regresi logistik menggunakan metode backward Logistic
regresion untuk mencari factor resiko asupan yang paling berpengaruh pada
obesitas.
33
trans_persenkh(1) 37.260 5.977E3 .000 1 .995 1.520E16 .000 .
trans_persenkh(2) 54.424 7.350E3 .000 1 .994 4.326E23 .000 .
trans_persenlmk 1.651 2 .438
trans_persenlmk(1) 38.742 5.884E3 .000 1 .995 6.691E16 .000 .
trans_persenlmk(2) 1.792 1.394 1.651 1 .199 6.000 .390 92.277
Constant -56.621 7.350E3 .000 1 .994 .000
a. Variable(s) entered on step 1: trans_persene, trans_persenkh, trans_persenp,
trans_persenlmk.
34
BAB V
PEMBAHASAN
umur terendah 14 tahun dan tertinggi 17 tahun. Jika dilihat dari penilaian
perempuan (47%). Jika dilihat dari hasil penilaian status gizi menggunakan
indikator IMT maka dapat dikatakan bahwa subjek dalam penelitian ini
dengan nilai rerata IMT 23,2 walaupun ada subjek dalam penelitian ini
mempunyai nilai IMT dibawah normal yaitu 14. Jika dilihat dari rerata
zat gizi makro diatas angka kecukupan gizi yang dianjurkan (>110%).
lain:
35
a. Kelebihan makan, jika terdapat kelebihan makanan dalam tubuh, terutama
bahan makanan sumber energi, atau dengan kata lain jumlah makanan
satu keluarga52
d. Hal lain yang berperan sebagai penyebab terjadinya obesitas adalah faktor
obesitas sentral pada wanita gemuk telah dikaitkan dengan intoleransi glukosa,
36
5.2 Distribusi Frekuensi Variabel
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek dalam penelitian
ini adalah perempuan (47%), dan 77,1% diantaranya mempunyai status gizi
obesitas sentral berdasarkan hasil pengukuran lingkar pinggang, jika dilihat dari
indeks masa tubuh subjek dalam penelitian ini 50% diantaranya tergolong obesitas
dan overweight.
obesitas bila terdapat kelebihan berat badan sebesar 15% atau lebih dari berat
badan idealnya54
terkait dengan resistensi insulin. Indeks masa tubuh merupakan indikator paling
sering digunakan dan praktis untuk mengukur berat badan lebih dan obes pada
orang dewasa. Kelebihan berat badan (IMT > 25 kg/m2) dan obesitas (IMT > 30
kg/m2) untuk orang Asia > 25 kg/m2 obesitas. Lingkar pinggang > 40 inci atau
102 cm untuk pria dan 35 inci atau 88 cm untuk orang Asia pria > 90 cm dan
wanita > 80 cm merupakan indikator yang dapat diukur secara langsung sesuai
dengan kriteria pada IDF.21,55 Pada individu obesitas sering terjadi gangguan
Obesitas juga merupakan faktor risiko untuk penyakit arteri koroner, dan terkait
37
Jika dilihat dari persentase asupan zat gizi baik energi, karbohidrat, protein
dan lemak subjek dalam penelitian ini pada umumnya menunjukkan persen
walupun masih ada subjek yang mempunyai asupan kurang dari angka
Penelitian Keim et al57 menjelaskan bahwa aktivitas fisik dan pola makan
dari kombinasi diet yang buruk dan fisik yang tidak aktif, dan hal ini bisa menjadi
makanan ini mengandung karbohidrat sederhana cukup tingggi dan kalori yang
makanan sumber karbohidrat cenderung lebih sering adalah nasi, mie, kentang
goreng sedangkan sumber protein lebih cenderung telur ayam, daging ayam dan
hasil olahannya antara lain sosis dan nugget, tahu dan tempe. Frekuensi makan
sayur pada subjek dalam penelitian ini lebih banyak pada sayur kangkung, kol,
bayam dan timun sedangkan jenis buah yang sering dikonsumsi pada subjek
dalam penelitian ini adalah pepaya mangga dan pisang, jika dilihat dari hasil
38
kuesioner FFQ menunjukkan bahwa makanan jajanan seperti ice cream, bakso,
batagor, roti, minuman berkarbonasi, dan pop ice merupakan kegemaran subjek
dalam penelitian ini bahkan frekuensinya bisa mencapai 4-7 kali sehari.
Makan dalam jumlah yang banyak tidak diimbangi dengan aktivitas fisik dapat
seperti Amerika, faktor gizi lebih memiliki risiko relatif 2,9 kali untuk menderita
normal49
Penelitian Yoo, et al. (2004) menunjukkan bahwa pola makan dengan menu yang
tidak seimbang dan berlebihan seperti makan tinggi protein, tinggi lemak dan
darah yang berakibat meningkatnya kasus Sindroma metabolik pada dewasa muda
di Bogalusa.
tidak terbatas (sebagian besar di jaringan adiposa) simpanan ini digunakan ketika
tubuh kekurangan energi. Diet tinggi kolesterol harus dibatasi menjadi kurang dari
200 mg/hari. Penggabungan asam lemak tak jenuh tunggal (lemak dari sumber
tanaman seperti minyak zaitun, minyak kedelai, minyak canola, minyak sun
flower, minyak kacang tanah, kacang tanah, mentega dari kacang tanah, almond,
asam lemak tak jenuh ganda (terutama dari ikan) memiliki effek cardioprotective.
39
Asam lemak tak jenuh ganda harus sekitar 10% dari intake energi. Serat larut
(terutama pada produk oat, psyllium dan pektin) jika asupan 10-25 g/hari dapat
sayuran, kacang, kacang dan susu rendah lemak penting dijadikan sebagai gaya
hidup dalam hal pola makan dan tetap memelihara program yang terstruktur
secara keseluruhan terdapat hubungan yang sangat bermakna antara pola makan
dalam hal ini adalah asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak dengan status
obesitas (P<0,01) dengan kata lain pola makan yang dieksplorasi dalam penelitian
ini dapat dikatakan sebagai salah satu faktor risiko terjadinya obesitas pada subjek
dalam penelitian ini. Hal ini dipertegas pada hasil analisis regresi logistik yang
menunjukkan bahwa dari berbagai asupan zat gizi, asupan lemak merupakan
variabel yang paling berpengaruh terhadap status obesitas pada subjek dalam
penelitian ini pola makan dalam hal ini adalah asupan energi, karbohidrat, protein
Lingkar perut dan lingkar pinggang adalah alternatif klinis yang lebih praktis
kesehatan. 55.
40
Selain lingkar pinggang dan lingkar perut untuk mengetahui
hubungan Sindroma metabolik, juga digunakan IMT yaitu berat badan dalam
kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter persegi. Ukuran
obesitas untuk orang barat IMT ≥ 30 kg/m2, sedang untuk orang Asian ≥ 25
kg/m259. Distribusi lemak pada obes dapat dilihat dari bentuk tubuh yaitu apple
shaped dan pear shaped. Bentuk yang pertama disebut bentuk android,
pinggul.
kuat dan berisiko dapat dilihat dari indeks masa tubuh (IMT) dan lingkar
pinggang (LP).59
Salah satu hal yang hal yang penting dalam mengendalikan faktor
fungsi makanan bagi tubuh. Pengetahuan gizi ini dapat diperoleh dari sumber
televisi/radio.
41
Pengetahuan gizi akan berpengaruh terhadap perilaku yang dilakukan
oleh tokoh agama dalam hal pemilihan makanan dan perilaku makan sehat
tokoh agama untuk memilih makanan yang aman dan bergizi akan
terdapat faktor lain yang akan mempersulit perilaku tokoh agama untuk
memilih makanan yang sehat dan bergizi misalnya pengaruh dari media
masa tentang makanan yang tidak sehat (junkfood), pengaruh dari teman
dan sebagainya.
hal ini perilaku makan yang baik akan didukung dengan sarana prasarana
42
dikonsumsi, rumah yang sehat, lingkungan mendukung untuk menjalankan
hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu,
disimpulkan dari uraian bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak
faktor eksternal, yaitu faktor yang ada di luar diri individu. Sadar atau tidak
Mantra (1997), perilaku adalah respon individu terhadap stimuli, baik yang
berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Beberapa rangsangan yang dapat
43
menyebabkan individu mengubah perilaku adalah: 1) Rangsangan fisik; 2)
Struktur sosial; 7) Cost, yaitu cost ekonomis, cost sosial; 8) Perilaku yang
Dari sudut pandang ilmu antropologi dan ilmu sosial mengenai perilaku
makan individu dan sistem sosial keluarga menunjukkan, bahwa faktor umum
(Sanjur, 1982). Penataan makan yang baik merupakan bagian dari gaya hidup
dan perilaku hidup sehat untuk memperoleh derajat sehat dan bugar, yang
bangsa sehat dan Negara yang kuat. Pola makanan sehat yang dikenal
makan yang baik dan benar, Departemen Kesehatan (1995) dalam Muchtadi
energi.
44
6. Makanlah makanan sumber zat besi (pangan hewani, sayuran misalnya
bayam).
makanan yang kaya akan lemak dan gula, menambah konsumsi susu
45
BAB VI
5.1. Kesimpulan
1. Pola makan anak remaja dalam penelitian ini cenderung lebih (semua zat
gizi makro yaitu energi, protein, lemak dan karbohidrat) jika dilihat dari
hasil analisis asupan zat gizi dibandingkan dengan angka kecukupan gizi
(kelebihan asupan zat gizi dengan status obesitas pada anak remaja dalam
dalam hal ini adalah asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak dengan
status obesitas (P<0,01) dengan kata lain pola makan yang dieksplorasi
dalam penelitian ini dapat dikatakan sebagai salah satu faktor risiko
terjadinya obesitas pada subjek dalam penelitian. Hal ini dipertegas pada
makan dalam hal ini adalah asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak
46
5.2. Saran
salah satunya adalah pola makan yang melebihi angka kecukupan gizi
yang dianjurkan
2. Asupan zat gizi makro dalam hal ini lemak dan karbohidrat merupakan zat
status obesitas pada remaja sehingga perlu kepedulian keluarga dan pihak
sekolah untuk memilih dan menyajikan menu makanan yang sehat tinggi
4. Penelitian ini dapat dilanjtkan menggunakan sampel yang lebih besar dan
47