PENDAHULUAN
Obesitas adalah suatu keadaan dimana adanya penimbunan lemak berlebih dari yang
diperlukan fungsi tubuh normal.1 Obesitas merupakan salah satu penyakit tidak menular namun
Obesitas merupakan suatu masalah medic yang prevalensinya semakin meningkat setiap tahun
dan merupakan suatu masalah kesehatan yang sering ditemui baik di Negara maju maupun
Negara berkembang. Masalah kegemukan dan obesitas di Indonesia terjadi pada semua
Pada anak sekolah, dan remaja kejadian kegemukan dan obesitas merupakan
masalah yang serius karena akan berlanjut hingga usia dewasa. Remaja obesitas pada sepanjang
hidupnya mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita sejumlah masalah kesehatan yang
serius seperti diabetes, penyakit jantung, stroke, dll. Obesitas juga dapat berpengaruh pada
psikologi dan social anak maupun remaja yang dapat menimbulkan peningkatan resiko depresi,
seperti yang kita ketahui sebagian besar anak obesitas cenderung di tolak, diejek dan dikucilkan
dalam lingkungan bermain dan social oleh rekan-rekan mereka karena masalah berat badan.2
Data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2011 memperkirakan di
dunia ada sekitar 1,6 milyar remaja berumur 15 tahun kelebihan berat badan dan sebanyak 400
juta orang gemuk (obesitas) dan di perikirakan lebih dari 700 juta orang dewasa akan gemuk
(obesitas) pada tahun 2015.¹ Di Indonesia, prevalensi obesitas yang tinggi pada wilayah kota dan
Kabupaten di temukan pada etnis Sulawesi, Maluku dan Papua di wilayah kota (31,8%-39,8%)
sebelumnya dengan sampel sebanyak 2835 siswa SLTP terdapat 35,71% obesitas pada usia 11-
12 tahun dan 64,29% obesitas pada usia 13-15 tahun. Dengan distribusi prevalensi obesitas
diduga juga berperan tetapi tidak dapat menjelaskan terjadinya peningkatan prevalensi
ketidakseimbangan antara pola makan dan perilaku makan. Hal ini terutama berkaitan dengan
Pola makan yang tidak teratur dapat menyebabkan obesitas, contohnya kebiasaan
sering makan makanan praktis dan siap saji seperti hamburger,hotdog,pizza dan makanan siap
saji lainya serta minum minuman ringan seperti softdrink yang tidak sehat dan dapat
Kota Bitung merupakan salah satu kota di provinsi Sulawesi Utara yang memiliki
perkembangan yang cepat karena terdapat pelabuhan laut terbesar di sulwesi utara yang
mendorong percepatan pembangunan kota bitung,5 Selain merupakan kota pelabuhan terbesar di
Sulawesi utara Kota bitung juga dikenal sebagai kota cakalang karena kota bitung memiliki
potensi kelautan dan perikanan yang sangat besar,6 hal ini juga karena kota Bitung merupakan
penghasil produk perikanan untuk pasar domestik dan pasar manca Negara, sehingga tidak heran
apabila di kota bitung banyak dijumpai pabrik pengolahan ikan dan kuliner restoran yang
serius,karena apabila ditinjau lagi sepertinya ada hubungan yang erat antara pola makan dan
kejadian obesitas.
Berdasarkan data - data diatas maka peneliti sangat ingin meneliti dan mengetahui
apakah benar ada hubungan pola makan dan obesitas pada remaja sma di kota bitung
Apakah ada hubungan pola makan dan obesitas pada remaja di kota bitung ?
1.3 Hipotesis
Untuk mengetahui hubungan pola makan dan obesitas pada remaja di kota bitung
dalam hal mengambil sampel data langsung di lapangan, serta menambah pengetahuan
Dapat mengetahui hubungan pola makan dan obesitas pada remaja di kota bitung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obesitas
lemak berlebihan, obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan
metabolisme energy yang dikendalikan oleh beberapa factor biologic spesifik.secara fisiologis,
obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau
secara berlebihan, pada pria,kandungan lemak tubuh yang sehat mungkin berjumlah 15% dari
keseluruhan berat badan;sedangkan pada wanita mungkin 25%.9 Obesitas biasanya dinyatakan
dengan adanya 25% lemak tubuh total pada pria dan sebanyak 35% atau lebih pada wanita. 10
Obesitas merupakan suatu kondisi yang kronis dengan karakteristik kelebihan lemak
tubuh dan hal itu sekarang merupakan masalah medic yang prevalensinya semakin meningkat
setiap waktu. Obesitas biasanya disebabkan oleh kelebihan masukan makanan bukan dari
yang menjurus ke westernisasi dan sedentary berakibat pada perubahan polamakan / konsumsi
masyarakat yang merujuk pada polamakan tinggi kalori , tinggi lemak dan kolesterol,12,13
terutama terhadap penawaran makanan siap saji ( fastfood) yang berdampak meningkatkan risiko
obesitas.12
berbagai negara , sekitar 2,8 juta orang dewasa meninggal setiap tahun terkait dengan kelebihan
berat badan dan obesitas. Secara keseluruhan lebih dari 10% dari populasi orang dewasa di dunia
menderita obesitas, dan hampir 300 juta adalah wanita.14 Di Indonesia, angka obesitas terus
meningkat. Pada laki-laki dewasa terjadi peningkatan dari 13,9% pada tahun 2007 menjadi
19,7 % pada tahun 2013. Sedangkan pada wanita dewasa terjadi kenaikan yang sangat ekstrim
mencapai 18,1 %. Dari 14,8% pada tahun 2007 menjadi 32,9 % pada tahun 2013. 15
Prevalensi gizi lebih pada anak-anak usia sekolah dasar tertinggi pada tahun 2002-
2005 ada di Jakarta (25%), Semarang (24,3%), Medan(17,75%), Denpasar (11,7%), Surabaya
(11,4%), Padang 7,1%), Manado (5,3%), Yogyakarta (4,1%), Solo (2,1%). Rata-rata prevalensi
kegemukan pada anak di Indonesia yaitu dari 12,2% pada tahun 2007 menjadi 14% pada Tahun
2010.16
Berdasarkan hasil penelitian di Kota Manado dengan sampel sebanyak 2835 siswa
SLTP terdapat 35,71% obesitas pada usia 11-12 tahun dan 64,29% obesitas pada usia 13-15
tahun. Dengan distribusi prevalensi obesitas terbanyak pada perempuan sekitar 50,71%
Prevalensi overweight dan obes pada anak di dunia meningkat dari 4,2% di tahun
1990 menjadi 6,7% di tahun 2010, dan diperkirakan akan mencapai 9,1% di tahun 2020.18
obesitas pada anak berusia 5-12 tahun adalah 8,8%, 13-15 tahun adalah 2,5%, dan 16-18 tahun
adalah 1,6% berdasarkan indeks massa tubuh menurut umur lebih dari Z score2 menggunakan
a. IMT
IMT merupakan suatu indicator yang paling sering digunakan dan praktis untuk
mengukur tingkat populasi dan obese pada orang dewasa maupun anak-anak, IMT juga
IMT atau indeks quatelet rumusnya adalah berat badan dalam kilogram (kg) dibagi
tinggi dalam meter kuadrat (m2). Pada anak usia 2-18 tahun menggunakan grafik IMT CDC 2000
yang dimana Ambang batas yang digunakan untuk obesitas adalah lebih dari Persentil 95 grafik
Underweight <18,5
Overweight 25.0-29.9
Obesity 30.0-34.9 I
Obesity 35.5-39.9 II
Sumber : national institutes of health, national heart, lung, and blood institute: clinical guidelines
Table 2.2 klasifikasi berat badan lebih dan obesitas berdasarkan IMT dan lingkar perut menurut
laki)
<80cm ≥80 cm
(perempuan) (perempuan)
Sumber : WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-pacific perspective: Redefining obesity and
b. Lingkar Pinggang
IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, akan tetapi tetapi IMT
bukan merupakan indikator terbaik untuk obesitas. Selain IMT, metode lain untuk pengukuran
antropometri tubuh adalah dengan cara mengukur lingkar pinggang. Parameter penentuan
obesitas merupakan hal yang paling sulit dilakukan karena perbedaan cutt of point setiap etnis
terhadap IMT maupun lingkar pinggang. Sehinggga IDF (Internasional Diabetes Federation)
dan Asia-India
Selain IMT dan lingkar perut, rasio antara lingkar perut dan lingkar pinggul
merupakan alternative klinis yang praktis. Lingkar perut dan rasio lingkar perut dengan lingkar
Pria <1
Obesitas disebabkan oleh karena adanya pemasukan jumlah makanan yang lebih
besar dari pada pemakaianya oleh tubuh sebagai energy. Makanan yang berlebihan baik lemak,
jaringan adipose, yang kemudian akan dipakai sebagai energy, Dengan kata lain obesitas
disebabkan oleh imobilisasi lemak yang tidak efektif dari jaringan adipose oleh lipase jaringan
sedangkan penyimpanan dan pembentukan lemak berjalan dengan normal.proses yang berjalan
satu arah ini menyebabkan peningatan penyimpanan lemak secara progresif yang akan
positif, sebagai akibat ketidak seimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi,
sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak.13,23 Sebagian
besar gangguan keseimbangan energi ini disebabkan oleh faktor eksogen/nutrisional (obesitas
primer) sedang faktor endogen (obesitas sekunder) akibat kelainan hormonal, sindrom atau defek
Penyebab obesitas masih belum diketahui secara pasti. Obesitas adalah suatu
penyakit multifaktorial yang diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena
interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktifitas, gaya hidup, sosial
Faktor Genetik .
faktor genetik yang yang sangat berperanan besar pada obesitas adalah Parental
fatnes. Apabila kedua orang tua obesitas, 80% anaknya akan menjadi obesitas; bila salah satu
orang tua obesitas, Maka kejadian obesitas menjadi 40% dan bila kedua orang tua tidak obesitas,
Maka prevalensi menjadi 14%.23 Hipotesis dari Barker menyatakan bahwa perubahan
terutama kerentanan terhadap pemrograman janin yang dikemudian hari bersama-sama dengan
pengaruh diet dan stress lingkungan merupakan predisposisi timbulnya berbagai penyakit
dikemudian hari. Mekanisme terjadinya kerentanan genetik terhadap obesitas melalui efek pada
resting metabolic rate, thermogenesis non exercise, kecepatan oksidasi lipid dan kontrol nafsu
makan yang jelek atau tidak baik.25,26 Dengan demikian diketahui kerentanan terhadap obesitas
Faktor lingkungan.
Kegemukan dan obesitas terutama disebabkan oleh faktor lingkungan. Faktor genetik
meskipun diduga juga berperan pada obesitas akan tetapi tidak dapat menjelaskan terjadinya
peningkatan prevalensi kegemukan dan obesitas. Pengaruh dari faktor lingkungan terutama
terjadi melalui ketidakseimbangan antara pola makan, perilaku makan dan aktivitas fisik. Hal ini
terutama dikaitkan dengan adanya perubahan dari gaya hidup yang mengarah pada sedentary
life style.2
1. Aktifitas fisik.
Energy expenditure merupakan suatu komponen utama dari aktifitas fisik, yaitu di
mana sekitar 20-50% dari total energy expenditure. Penelitian di negara maju mendapatkan
adanya hubungan antara aktifitas fisik yang rendah dengan kejadian suatu obesitas. Individu
dengan aktivitas fisik yang rendah mempunyai risiko peningkatan berat badan sebesar ≥ 5 kg.25
Penelitian di Jepang menunjukkan adanya risiko obesitas yang rendah (OR:0,48) pada kelompok
yang mempunyai kebiasaan olah raga, sedangkan penelitian di Amerika menunjukkan adanya
penurunan berat badan dengan jogging (OR: 0,57), aerobik (OR: 0,59), tetapi untuk olah raga tim
dan tenis tidak menunjukkan adanya suatu penurunan berat badan yang signifikan.27
Penelitian yang dilakukan terhadap anak Amerika dengan tingkat sosial ekonomi
yang sama menunjukkan bahwa anak-anak yang menonton TV ≥ 5 jam perhari mempunyai
risiko obesitas sebesar 5,3 kali lebih besar dibandingkan dengan anak-anak yang menonton TV
Peranan dari faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan dimana jumlah
lemak tubuh dan pertumbuhan bayi dipengaruhi berat badan ibu. Kenaikan berat badan dan
lemak anak dipengaruhi oleh : waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi kalori
dari karbohidrat dan lemak,23 serta kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung energi
tinggi.
Penelitian di Amerika dan Finlandia menunjukkan bahwa kelompok dengan asupan
tinggi lemak mempunyai risiko peningkatan berat badan lebih besar dibanding kelompok dengan
asupan rendah lemak dengan OR 1.7. Penelitian lain menunjukkan peningkatan konsumsi daging
akan meningkatkan risiko obesitas sebesar 1,46 kali.27 Keadaan ini disebabkan oleh karena
makanan berlemak mempunyai energy density lebih besar dan lebih tidak mengenyangkan serta
mempunyai efek termogenesis yang lebih kecil dibandingkan dengan makanan yang banyak
mengandung protein dan karbohidrat. Makanan berlemak juga mempunyai rasa yang sangat lezat
sehingga akan meningkatkan selera makan yang pada akhirnya menyebabkan trjadinya konsumsi
yang berlebihan.25 Selain itu kapasitas dari penyimpanan makronutrien juga menentukan
keseimbangan energi. Protein mempunyai suatu kapasitas penyimpanan sebagai protein tubuh
dalam jumlah yang terbatas dan metabolisme asam amino di regulasi dengan ketat, sehingga
apabila intake protein berlebihan dapat dipastikan akan di oksidasi; sedang karbohidrat
mempunyai kapasitas penyimpanan dalam bentuk glikogen hanya dalam jumlah kecil. Asupan
dan oksidasi karbohidrat di regulasi sangat ketat dan cepat, sehingga perubahan oksidasi
karbohidrat mengakibatkan perubahan asupan karbohidrat. Bila suatu cadangan lemak tubuh
rendah dan asupan karbohidrat berlebihan, maka kelebihan energi dari karbohidrat sekitar 60-
80% disimpan dalam bentuk lemak tubuh. Lemak mempunyai suatu kapasitas penyimpanan yang
tidak terbatas. Kelebihan asupan lemak tidak diiringi dengan peningkatan oksidasi lemak
Suatu pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi dipengaruhi oleh
Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta peningkatan
pendapatan.23 Suatu data menunjukkan bahwa beberapa tahun terakhir terlihat adanya perubahan
gaya hidup yang menjurus pada penurunan aktifitas fisik, seperti: pergi ke sekolah dengan naik
kendaraan dan kurangnya aktifitas bermain dengan teman serta lingkungan rumah yang tidak
memungkinkan anak-anak bermain diluar rumah, sehingga anak lebih senang bermain komputer
/ games, nonton TV atau video dibanding melakukan aktifitas fisik. Selain itu juga ketersediaan
dan harga dari junk food yang mudah terjangkau akan berisiko menimbulkan obesitas.29,24
Pola konsumsi makanan adalah susunan makanan yang merupakan suatu kebiasaan
yang dimakan seseorang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata per orang per hari
melebihi kebutuhan. Biasanya terjadi pada anak yang cepat merasa lapar dan tidak mau menahan
rasa laparnya. Kosumsi makanan sehari-hari dapat dilihat berdasarkan umur, berat badan, tinggi
badan dan jenis kelamin. Banyak atau sedikitnya zat gizi yang dikonsumsi melalui makanan
menentukan status gizi seseorang. Dapat dikatakan bahwa konsumsi makanan merupakan faktor
langsung yang berpengaruh teradap status gizi. Kelebihan konsumsi makanan yang tidak
diimbangi dengan pengeluaran energi yang mencukupi dan aktifitas yang kurang menyebabkan
timbulnya kegemukan/obesitas.31
digunakan, yaitu :
Recall 24 jam
metode recall 24 jam cara menilainya adalah dengan meminta responden untuk
menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam sebelum wawancara dilakukan.
Untuk lebih mudah dalam mengingat ukuran atau porsi makanan biasanya peneliti menggunakan
alat bantu berupa food model dan alat ukur rumah tangga (URT). Dalam hal melakukan recall
biasanya digunakan patokan waktu makan agar dapat membantu responden mengingat makanan
yang dikonsumsinya. Patokan waktu yang digunakan seperti setelah bangun tidur, pada saat
sekolah, pulang sekolah, sore sampai malam hari menjelang tidur. Dengan melakukan recall
beberapa hari maka biasanya dapat memberikan gambaran tentang konsumsi sesungguhnya dari
informasi tentang pola makan. Daftar pertanyaan berisi tentang dua komponen, yaitu daftar
makanan dan frekuensi makan dalam periode waktu tertentu seperti hari, minggu, bulan dan
tahun. Kelebihan metode ini adalah daftar pertanyaan dapat diisi sendiri oleh responden, biaya
relatif murah, lebih representatif untuk kebiasaan atau pola makan. Sedangkan kelemahannya
adalah tidak ada porsi makanan, tidak bisa menilai konsumsi zat gizi sebenarnya. FFQ sering
digunakan untuk studi epidemiologi yang berkaitan dengan kebiasaan makan dan penyakit.32
Jajan merupakan suatu kegiatan yang biasa dilakukan dan sangat digemari oleh anak-
anak sekolah. Makanan jajanan biasanya sangat mudah untuk didapat dan harganya juga relatif
terjangkau oleh anak sekolah. Uang jajan merupakan dana yang diterima oleh seorang anak dari
orangtua baik untuk kebutuhan harian, mingguan atau bulanan. Bagi anak usia sekolah dasar
uang yang didapat lebih cenderung untk membeli jajanan yang berada di lingkungan sekolah
baik berupa makanan maupun barang-barang.Menurut Berg (1985) tingkat pendapatan orangtua
Dalam penelitian ditemukan bahwa terdapat kontribusi sebanyak 14% protein dan
22% karbohidrat dari makanan jajanan.34 Hal ini dapat disimpulkan bahwa peranan makanan
jajanan cukup signifikan dalam memberikan kontribusi energi sebesar 10-25% terhadap
(USDA) pada tahun 1985 dan 1986 ditemukan bahwa sekitar 76% sampai 83% minimal
mengkonsumsi makanan ringan atau makanan jajanan sekali dalam sehari. Makanan jajanan
Jenis jajanan dibagi dalam 2 jenis yaitu meals yakni makanan yang cukup banyak
mengandung karbohidrat dan lemak namun mengadung sedikit protein seperti siomay, martabak,
nasiuduk dan lainnya. Jenis yang kedua adalah snack yakni makanan ringan yang mengandung
zat pengatur seperti biskuit susu, pisang goreng, dan jenis makanan lainnya serta minuman
seperti cendol dan sirup,Jenis meals dipercaya lebih risiko mengakibatkan obesitas dibandingkan
Gaya hidup modern seperti saat ini di penuhi dengan kehadiran makanan cepat saji
sehingga pada awal kemunculannya masyarakat langsung menyukainya. Makan cepat saji
keunggulanya adalah cara penyajiannya yang cepat, dan orang bisa menyantapnya sambil berdiri
dan berjalan-jalan tanpa harus berlama-lama duduk di meja makan. Di kota besar di Indonesia,
telah terjadi suatu perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan yaitu dimana terjadi pergeseran
dari pola makan tradisional menjadi pola makan seperti barat (Western Style) yaitu fastfood.31
Makanan cepat saji merupakan makanan yang tidak seimbang kandungan zat gizinya.
Berbagai makanan yang tergolong dalam makanan cepat saji adalah ayam goreng, kentang
goreng, soft drink, hamburger, pizza, hotdog, donat, minuman berkarbonasi dan lainya. Pola
makan Mengkonsumsi makanan cepat saji semakin sering ditemui pada masyarakat di kota-kota
besar. Selain dengan semakin banyak dan bertambahnya jumlah outlet maupun restoran-restoran
di berbagai penjuru kota, menu dari makanan cepat saji umumnya terkesan enak, lezat dan
praktis. Di kota besar banyak ditemukan konsumen yang lebih memilih menu makanan cepat saji,
cepat saji merupakan kegemaran anak-anak remaja dan makana cepat saji merupakan makanan
favorit mereka. Tempat-tempat makanan cepat saji pada saat ini tidak hanya terletak di pertokoan,
mall maupun plaza, tetapi sudah mulai ada di dekat sekolah-sekolah, terutama di sekolah-
sekolah favorit. Sehingga tidak mengherankan bila konsumsi makanan cepat saji dikalangan
anak-anak dan remaja terus saja meningkat. The American Population Study Cardia menjelaskan
bahwa konsumsi makanan cepat saji positif berhubungan terhadap terjadinya peningkatan berat
badan. Seseorang yang mengkonsumsi makanan cepat saji > 2 kali per minggu berat badannya
akan meningkat 4,5 kg dan 104% meningkatkan resistensi insulin jika dibandigkan dengan
Beberapa faktor yang meyebabkan tingkat konsumsi makanan cepat saji pada anak-
anak dan remaja, adalah tingkat pendapatan orang tua dan tingkat pendidikan orang tua. Tingkat
pendapatan dari orang tua sangat berpengaruh terhadap bagaimana konsumsi energi. Orang tua
yang mempunyai pendapatan tinggi disetiap bulannya daya belinya pun tinggi, sehingga untuk
memilih berbagai jenis bahan makanan akan lebih besar. Namun pada saat pemilihan bahan
makanan tidak lagi didasarkan pada kebutuhan melainkan lebih mengarah kepada rasa makanan
yang enak, hal ini termasuk makanan cepat saji. Biasanya makanan yang enak cenderung
mengandung protein dan lemak tinggi. Perilaku seperti inilah yang dapat menyebabkan konsumsi
makanan tidak sesuai dengan pertimbangan kesehatan. Konsumsi energi yang tinggi, terutama
yang berasal dari lemak akan berpengaruh terhadap terjadinya masalah kesehatan yaitu obesitas
dan penyakit degeneratif lain seperti jantung koroner dan diabetes mellitus. WHO (2000)27,31
menyatakan perkembangan food industry yang salah satunya berkembangnya makanan cepat saji,
yaitu makanan yang tingi lemak tetapi rendah karbohidrat kompleks merupakan salah satu factor
risiko dari obesitas. Makanan cepat saji kini semakin digemari, baik dimakan hanya untuk
kudapan maupun makanan besar. Pada umumnya menu pada makanan cepat saji mengandung
tinggi kalori, garam, dan lemak termasuk kolesterol, dan menu tipe barat (Western) umumnya
2.4.1 Diet untuk pola makan sehat dan seimbang bagi anak obesitas
Diet untuk pola makan sehat dan seimbang sesuai requirement daily allowances (RDA)
karena anak masih bertumbuh dan berkembang dengan metode food rules, yaitu:39-43
1. Terjadwal dengan pola makan besar 3x/hari dan camilan 2x/hari yang terjadwal (camilan
diutamakan dalam bentuk buah segar), diberikan air putih di antara jadwal makan utama
2. Lingkungan netral dengan cara tidak memaksa anak untuk mengonsumsi makanan
3. Prosedur dilakukan dengan pemberian makan sesuai dengan kebutuhan kalori yang
diperoleh dari hasil perkalian antara kebutuhan kalori berdasarkan RDA menurut height
Langkah awal yang dilakukan adalah menumbuhkan motivasi anak untuk ingin
menurunkan berat badan setelah anak mengetahui berat badan ideal yang disesuaikan dengan
tinggi badannya, diikuti dengan membuat kesepakatan bersama berapa target penurunan berat
badan yang dikehendaki.45 Sebagai alternatif pilihan jenis makanan dapat menggunakan the
The traffic light diet39,44,45 terdiri dari green food yaitu makanan rendah kalori (<20
kalori per porsi) dan lemak yang boleh dikonsumsi bebas, yellow food artinya makanan rendah
lemak namun dengan kandungan kalori sedang yang boleh dimakan namun terbatas, dan red
foody aitu mengandung lemak dan kalori tinggi agar tidak dimakan atau hanya sekali dalam
seminggu.39,45,46
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan kalori dengan metode food
rules, yaitu:47
200–500 kalori sehari dengan target penurunan berat badan 0,5 kg per minggu.
Penurunan berat badan ditargetkan sampai mencapai kira-kira 20% di atas berat badan
ideal atau cukup dipertahankan agar tidak bertambah karena pertumbuhan linier masih
berlangsung
Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 30%, dan protein cukup
untuk tumbuh kembang normal (15-20%). Bentuk dan jenis makanan harus dapat
diterima anak, serta tidak dipaksa mengonsumsi makanan yang tidak disukai
Diet tinggi serat dapat membantu pengaturan berat badan melalui jalur intrinsik,
hormonal dan colonic. Ketiga mekanisme tersebut selain menurunkan asupan makanan
akibat efek serat yang cepat mengenyangkan (meskipun kandungan energinya rendah)
serta mengurangi rasa lapar, juga meningkatkan oksidasi lemak sehingga mengurangi
jumlah lemak yang disimpan. Pada anak di atas 2 tahun dianjurkan pemberian serat
gizi. Keadaan gizi yang baik dapat meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat. Pola
Pedoman tersebut menggantikan slogan “4 Sehat 5 Sempurna” yang telah diperkenalkan sejak
tahun 1952 dan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) dalam bidang gizi serta masalah dan tantangan yang dihadapi. Tahun 1990 an kita
sudah punya Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Lebih dari 15 tahun lalu Pedoman Gizi
Seimbang telah dikenalkan dan disosialisasikan kepada masyarakat, namun masih banyak
masalah dan kendala dalam sosialisasi Gizi Seimbang sehingga harapan untuk merubah perilaku
gizi masyarakat ke arah perilaku gizi seimbang belum sepenuhya tercapai. Konsumsi pangan
belum seimbang baik kuantitas maupun kualitasnya, dan perilaku hidup bersih dan sehat belum
memadai. Memperhatikan hal diatas telah tersusun Pedoman Gizi Seimbang yang baru, pada
tanggal 27 Januari 2014 (lampiran 5).48 Pedoman Gizi Seimbang yang baru ini dilengkapi pula
dengan pesan visualisasi untuk konsumsi kita sehari-hari yang digambarkan “Tumpeng gizi
METODOLOGI PENELITIAN
analitik
Siswa dan siswi SMA di kota bitung ,sehat, dan terdaftar aktif sekolah.
Siswa dan siswi SMA kota bitung yang tidak bersedia dijadikan sampel penelitian
Siswa dan siswi SMA di kota bitung yang mempunyai berat badan normal
Siswa dan siswi sma kota bitung yang menderita penyakit kronis
Siswa dan siswi sma kota bitung yang menderita kelainan homeostasis atau
hemostasis
1. Obesitas Pada remaja jumlah IMT melebihi persentil > 95 (CDC 2000), Atau memiliki
lingkar pinggang : untuk anak laki-laki ≥90cm dan untuk perempuan ≥80cm berdasarkan
criteria WHO.
Kriteri obesitas menurut IDF dilihat dari lingkar pinggang : usia 10 < 16 tahun : 90
percentile, usia > 16 tahun menggunakan ukuran orang dewasa menurut etnis yaitu asia :
2. Remaja adalah anak SMA kelas 1-3 yang berusia 13-18 tahun
identitas (Nama, umur, jenis kelamin) dan Frekuensi konsumsi makanan atau FFQ (Food
Frequency Questionaire)
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian lembar FFQ (Food Frequency
Questionaire).dan pengukuran IMT (Indeks Massa Tubuh) yang nantinya digunakan untuk
Data status gizi untuk kelompok obesitas dikumpulkan dengan melakukan pengukuran tinggi
badan (Microtoise) dan Pengukuran berat badan (Timbangan injak kapasitas) serta dengan
- Lingkar pinggang
Pengukuran diawali dengan meminta responden mebuka baju maupun melepaskan aksesoris
antara batas bawah iga dan crista iliaka,pastikan pita tidak menekan kulit terlalu ketat dn
sejajae dengan lantai,pengukuran dilakukan pada saat akhir ekspirasi normal dan dinyatakan
- Berat badan
Pengukuran diawali dengan meminta responden melepas aksesoris yang dipakai akan lebih
baik apabila responden memakai pakaian yng minimal dan telah melepas alas kaki kemudian
mempastikan timbangan berada pada penunjukan skala dengan angka 0,0,meminta responden
berdiri tegak di atas timbangan dengan berat yang tersebar merata pada kedua kaki dan posisi
kepala dengan pandangan menghadap lurus kedepan diusahakan responden tetap tenang
setelah baca berat badan dengan tampilan skala 0,1 terdekat dan catat hasil
- Tinggi badan
Pengukuran diawali dengan mengatur posisi microtoise, meminta responden membuka alas
lurus,tumit pantat dan bahu menyentuh dinding dengan posisi tangan di samping dan telapak
tangan menghadap paha,meminta responden manarik napas panjang berdiri tegak tanpa
mengangkat tumit meminta responden menghadap lurus kedepan dan tetap rilek,ditarik
microtoise hingga ujug kepala dan dipegang dengan cara horizontal.pengukuran tinggi badan
ini diambil pada saat menarik nafas maksimum dengan mata pengukur sejajar dengan alat
penunjuk angka untuk menghindari kesalahan penglihatan,catat tinggi badan pada skala 0,1
terdekat
Melalui izin pada pada instansi yang berwenang dan informed consent
Analisa data dimuai dari data yang diperoleh kemudian dikumpul,diolah secara manual dan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 MELAPOR KE BAGIAN
2 MENGUMPULKAN
BAHAN PROPOSAL
3 KONSULTASI PROPOSAL
4 SEMINAR PROPOSAL
5 PENGAMBILAN SAMPEL
6 PEMERIKSAAN SAMPEL
7 PENGOLAHAN DATA
8 PENGUMPULAN BAHAN
PEMBAHASAN SKRIPSI
9 PENULISAN/KONSULTASI
SKRIPSI
10 UJIAN SKRIPSI
BAB IV
dan Obesitas pada Anak Sekolah. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2011.
Hasanuddin;2013.
dan Obesitas pada Anak Sekolah. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2011.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bitung.
6. Coastal community development project. Profil Kelautan Dan Perikanan Kota Bitung
2012. Coastal community development project, Dinas kelautan dan perikanan kota
bitung.com/index.php?option=com_content&view=article&id=26&Itemid=45.
7. Wilhelmina L. Tumengkol, Sutomo Wim Palar dan Debby Ch. Rotinsulu. KINERJA
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CC
kQFjACahUKEwi9sdgnqzIAhXKGY4KHXe8DF8&url=http%3A%2F%2Fejournal.u
nsrat.ac.id%2Findex.php%2Fjbie%2Farticle%2Fdownload%2F6376%2F5893&usg=
AFQjCNGM-
_0gxSon3wuy03SQKGdbijkfCA&sig2=GlfF5KqKlHhK_1nWdIecfg&cad=rja.
Penyakit Dalam Jilid II edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014. P. 2563.
9. Barasi, ME. 2007. At a Glance Ilmu Gizi. Dialih bahasakan oleh Halim, H. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
10. Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2008). Buku ajar-Fisiologi kedokteran (Eds. 11) (Irawati,
Dian Ramadhani, Fara Indriyani, Frans Dany, Imam Nuryanto, Srie Sisca Prima
Rianti, Titiek Resmisari & Y. Joko Suyono, Penerjemah). Jakarta: EGC. P. 889, 917-
918.
11. Labib M. The Investigation and management obesity. J Clin Pathol 2003;56:17-25.
12. Satoto, Karjati, S., Darmojo, B., Tjokroprawiro, A., Kodyat, BA. Kegemukan,
Dalam: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998. Jakarta: LIPI, hal. 787
– 808.
13. Heird, W.C. Parental Feeding Behavior and Children’s Fat Mass. Am J Clin Nutr,
2002; 75: 451 – 452Suryaputra K, Rahayu S. Perbedaan Pola Makan Dan Aktifitas
50.
14. WHO. Health topic about Obesity.Geneva: Word Health Organization ; 2013.
17. Basuki A, Manampiring, E.A. Tompunu M. (2005). Hubungan Asupan Energi dengan
kejadian obesitas pada remaja sekolah menengah pertama dikota Manado. Media
Kesehatan.
22. Flier, J.S & Flier, E. M., 2005. Obesity. In: Kasper, D.L., Fauci, A.S., Longo, D.L.,
23. Syarif, D.R. Childhood Obesity: Evaluation and Management, Dalam Naskah
Lengkap National Obesity Symposium II, Editor: Adi S., dkk. Surabaya, 2003; 123 –
139.
24. Siti Nurul Hidayati, Rudi Irawan, Boerhan Hidayat. Obesitas Pada Anak. [akses 18
http://old.pediatrik.com/buletin/06224113652-048qwc.pdf
27. Fukuda, S., Takeshita, T., Morimoto,K. Obesity and Lifestyle. Asian Med.J., 2001;
44: 97-102.
28. WHO. Obesity: Preventing and Managing The Global Epidemic, WHO Technical
and Adolescence, Kiess W., Marcus C., Wabitsch M.,(Eds). Basel: Karger AG, 2004;
194-206.
30. Harahap, VY. 2012. Hubungan Pola konsumsi Makanan Dengan Status Gizi Pada
31. Nur Rahmawati. Akttifitas fiik,konsumsi makanan dan siap saji (fastfood)dan
obesitas pada siswa SD Islam Al-Azhar 1 jakarta selatan tahun 2009 [skripsi].
32. Supariasa, I. D. N, Bakri, B, fajar, I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
33. Berg, Alan. 1985. Factor gizi (sadiaoetama,penerjemah). Jakarta: bhratar karya aksara.
34. Husaini, MA. 1997. Peranan Gizi dan Pola Asuh Meningkatkan Kualitas Tumbuh
Penebar Swadaya.
38. Damayanti Rusli Sjarif; Lanny Christine Gultom; Aryono Hendarto; Endang Dewi
pencegahan obesitas pada anak dan remaja. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia
2014.h.22-23
39. sjarif DR. Pediatric nutritional care. Dalam: Pulungan AB, Hendarto A, Hegar B,
Jakarta; 2006.h.1-10.
40. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Asuhan Nutrisi Pediatrik. UKK Nutrisi
prevalence of iron deficiency in overweight and obese children and adolescents. Int J
Obesity. 2003;27:416-8.
Nasar
44. Weaver KA, Piatek A. Childhood obesity. Dalam: Samour PQ, Helm KK, Lang CE,
Inc; 1999.h.173-89.
45. Neumann CG, Jenks BH. Obesity. Dalam: Levine MD, Carey WB, Crocker AC,
Co; 1992.h.354-63
46. Pereira MA, Ludwig DS. Dietary fiber and body-weight regulation. Observations and
47. Sjarif DR. Obesitas pada anak dan permasalahannya. Dalam: Trihono PP, Pujiarto PS,
PKB-IKA XLV. Hot topics in pediatrics II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2002.h.219-34.
48. Sri Amelia. Pedoman Gizi Seimbang 2014. Februari 17, 2014. [akses 18 september