PENDAHULUAN
Aktivitas harian masyarakat pada era ini telah mengalami perubahan sosial
(social change) yang cukup dinamis. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat menjadi
lebih terbuka terhadap perubahan sosial sebagai akibat dari arus globalisasi. Globalisasi
saat ini berpotensi mulai merambah pada bagian-bagian aspek kehidupan masyarakat
Indonesia, sehingga membuat batas-batas antar negara sebagai jurang pemisah tak ada
kebudayaan dari segala penjuru wilayah, termasuk juga dari budaya negara-negara
Dampak dari mudahnya akses budaya tersebut dapat terlihat jelas dengan
perubahan gaya hidup dari bersifat kedaerahan (tradisional) menjadi modern akibat
ditandai dengan adanya gejala beragam produk-produk kebudayaan yang menyatu sulit
Indonesia yang cenderung terbuka terhadap perubahan sosial itu sendiri dan berpotensi
untuk di jadikan gaya hidup baru bagi masyarakat urban (Alfadhil et al., 2021; Marlina,
2015).
Aktivitas masyarakat urban di Indonesia yang hidup pada peradaban modern ini
semakin beragam, salah satunya yang saat ini tengah terjadi di masyarakat perkotaan
adalah aktivitas makan pada makanan cepat saji yang bercitarasa luar negeri. Makanan
cepat saji merupakan makanan siap saji yang mengandung tinggi kalori, tinggi lemak
dan rendah serat. Kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji secara konstan dapat
berdampak buruk bagi kesehatan anak-anak, remaja, maupun dewasa seperti
meningkatkan risiko penyakit hipertensi, diabetes, gangguan pada lemak darah dan
Salah satu penyakit paling berbahaya yang disebabkan oleh makanan cepat saji
adalah obesitas. Obesitas adalah akumulasi lemak secara berlebihan atau abnormal
dalam tubuh sehingga dapat mengganggu kesehatan. Keadaan ini ditunjukkan dari
ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh
sehingga terjadi kelebihan berat badan yang jauh melampaui ukuran ideal. (Rahman &
Utami, 2014). Obesitas ini dapat memicu berbagai penyakit lain seperti penyakit
jantung,
asma, stroke, diabetes, serta radang pada tulang dan persendian. Berdasarkan data dari
GBD 2015 Obesity Collaborators (2017), overweight dan obesitas memiliki risiko
mengalami diabetes (44%), penyakit jantung iskemik (23%) dan kanker (7-41%).
Selain itu, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan peningkatan
prevalensi obesitas pada penduduk berusia ≥15tahun, dari 18,8% (2007), 26,6% (2013)
dan 31% (2018), begitu juga prevalensi obesitas pada usia >18 tahun dari 10,5% (2010)
menjadi 14,8% (2013) dan meningkat menjadi 21,8% tahun 2018, serta pada tahun
2013 laki-laki yang mengalami obesitas sebesar 19,7% dan Perempuan sebesar 32,9%
mempunyai hubungan dengan tekanan darah, kadar glukosa darah, kadar trigliserid
yang
tinggi, kolesterol dan kadar adiponectin. Obesitas yang menetap selama periode waktu
tertentu, kilokalori yang masuk melalui makanan lebih banyak dapat menyebabkan
trigliserida yang besar dalam sirkulasi apabila terjadi penumpukan lemak berlebihan di
Kolesterol adalah zat alamiah dengan sifat fisik berupa lemak tetapi memiliki
rumus steroida. Kolesterol memiliki peran penting dalam pengaturan permeabilitas dan
fluiditas membran yang merupakan lipid amfipatik sebagai lapisan luar lipoprotein
plasma yang sangat penting dalam tubuh, kolesterol juga diproduksi oleh hati dan
dialirkan melalui peredaran darah. Namun, apabila dikonsumsi dalam jumlah berlebih
Indonesia 35 % (Wibawa et al., 2022). Data di Indonesia yang diambil dari riset
kesehatan dasar nasional (RISKESDAS) tahun 2018 menunjukkan ada 34,8 % dari
kadar kolesterol ≥ 200 mg/dl, dimana perempuan lebih banyak dari laki-laki dan
perkotaan lebih banyak dari pada dipedesaan. Data RISKEDAS juga menunjukkan 15.9
% populasi yang berusia ≥ 15 tahun mempunyai proporsi LDL yang sangat tinggi (≥
190 mg/dl), 22.9 % mempunyai kadar HDL 40 mg/dl, dan 11.9 % dengan kadar
obesitas sentral menggunakan lingkar perut/pinggang (LP) dan rasio lingkar pinggang
dan tinggi badan (LP/TB) (Susilawati et al., 2015). Indeks massa tubuh adalah ukuran
yang digunakan untuk mengetahui status gizi seseorang yang didapatkan dari
perbandingan berat dan tinggi badan, sedangkan lingkar perut adalah garis yang
menyentuh area bagian atas tulang pinggul dan bagian bawah tulang rusuk dan
Indeks Massa Tubuh (IMT) yang termasuk kategori Overweight dan obesitas
usia akan tetapi tidak menutup kemungkian gangguan metabolisme ini dapat terjadi
pada individu dengan usia muda, karena adanya perubahan pola hidup. Kriteria ukuran
IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan World Health Organization (WHO), yang
membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang normal IMT
untuk laki-laki adalah (20,1–25,0) dan perempuan adalah (18,7-23,8) (Wibawa et al.,
lingkar perut normal untuk pria adalah 90 cm dan untuk wanita adalah 80 cm. Lingkar
perut yang melebihi batas ini menjadi tanda bahwa terjadinya obesitas (Nadilla et al.,
2021).
Pengukuran IMT dan lingkar perut sebagai indicator obesitas menjadi salah satu
kardiovasikuler. Namun, masih sedikit penelitian untuk mengetahui hubungan IMT dan
lingkar perut terhadap kolestrol total, khususnya pada Puskesmas Babakan. Hal ini
menjadi hal yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “Hubungan
Indeks Massa Tubuh (IMT) Dan Lingkar Perut Terhadap Kadar Kolesterol Total di
Puskesmas Babakan”.
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu
apakah terdapat hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dan Lingkar Perut terhadap
4. Menganalisa hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kadar kolesterol total
di Puskesmas Babakan
Babakan
lebih meningkatkan penyuluhan, skrining, dan pengetahuan lebih pada usia balita,
dan diharapkan dapat membantu peneliti selanjutnya dalam pengerjaan tugas serta
Untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat pada saat perkuliahan serta
Massa Tubuh dan lingkar perut dengan kadar kolesterol total di Puskesmas Babakan.
DAFTAR PUSTAKA
Alfadhil, D. M., Agung, A., & Muhammad, H. H. (2021). Budaya Westernisasi Terhadap
Masyarakat. JURNAL SOSIAL POLITIKA, 2(2), 99–108.
Bertalina, & Mulyani, R. (2020). Pengaruh Pemberdayaan Keluarga terhadap Pengendalian
Obesitas Family Empowerment Effect on Obesity Control. Jurnal Kesehatan, 11(2007),
68–76. http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK
Bogers, R. P., Bemelmans, W. J. E., Hoogenveen, R. T., Boshuizen, H. C., Woodward, M.,
Knekt, P., Van Dam, R. M., Hu, F. B., Visscher, T. L. S., Menotti, A., Thorpe, R. J.,
Jamrozik, K., Calling, S., Strand, B. H., & Shipley, M. J. (2007). Association of
overweight with increased risk of coronary heart disease partly independent of blood
pressure and cholesterol levels: A meta-analysis of 21 cohort studies including more
than 300 000 persons. Archives of Internal Medicine, 167(16), 1720–1728.
https://doi.org/10.1001/archinte.167.16.1720
GBD 2015 Obesity Collaborators. (2017). Health Effects of Overweight and Obesity in 195
Countries over 25 Years. New England Journal of Medicine, 377(1), 13–27.
https://doi.org/10.1056/nejmoa1614362
Gotera, W., Aryana, S., Suastika, K., Santoso, A., & Kuswardhani, T. (2014). Hubungan
Antara Obesitas Sentral Dengan Adiponektin Pada Pasien Geritari Dengan Penyakit
Jantung Koroner. Jurnal Penyakit Dalam, 7(2), 102–107.
Laksono, R. A., Mukti, N. D., & Nurhamidah, D. (2022). Dampak Makanan Cepat Saji
Terhadap Kesehatan pada Mahasiswa Program Studi “X” Perguruan Tinggi “Y.” Jurnal
Ilmiah Kesehatan Masyarakat : Media Komunikasi Komunitas Kesehatan Masyarakat,
14(1), 35–39. https://doi.org/10.52022/jikm.v14i1.282
Listiyana, A. D., Mardiana, M., & Prameswari, G. N. (2013). Obesitas sentral dan kadar
kolesterol darah total. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9(1), 37–43.
Marlina, N. (2015). Eksistensi Potensi Lokal dalam Fenomena Glokalisasi: Belajar dari Batik
Kayu Krebet. Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 8(2), 110.
Nadilla et al., 2021. (2021). Skrining Penyakit Tidak Menular. Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952., 1, 2013–2015.
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pattimuramengabdi/article/view/4827/3603
PERKENI. (2019). Pedoman Pengelolaan Dislipidemi di Indonesia 2019. PB Perkeni, 5, 9.
Rahmadhani, R. (2015). Analisis hubungan kadar kolesterol total dan ukuran lingkar perut
dengan kejadian hipertensi pada pegawai UIN Alauddin Makassar tahun 2014. Al -
Sihah : Public Health Science Journal, 7(1), 99–105.
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Al-Sihah/article/view/1981
Rahman, I., & Utami, D. (2014). Hubungan Obesitas dengan Kadar Kolesterol Pada
Mahasiswa Kedokteran Universitas Malahayati. Jurnal Medika Malahayati, 1(4), 185–
191.
Susilawati, M. D., Muljati, S., & Bantas, K. (2015). PERBANDINGAN IMT DAN
INDIKATOR OBESITAS SENTRAL TERHADAP KEJADIAN DIABETES
MELITUS TIPE 2 (DMT2) (Analisis data sekunder baseline studi kohor PTM di
kelurahan Kebon Kalapa Bogor tahun 2011). Buletin Penelitian Kesehatan, 43(1), 17–
22. https://doi.org/10.22435/bpk.v43i1mar.3964
Wibawa, I. N., Rini, S., Sabariah, & Setyowati, E. (2022). Hubungan Indeks Massa Tubuh
(IMT), Lingkar lengan Atas (LILA) dan Lingkar Pinggang dengan Kadar Kolestrol
Total pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar. Musyawarah
Nasional Asosiasi Fakultas Kedokteran Swasta Indonesia, 1(1), 167–184.
https://media.neliti.com/media/publications/558716-hubungan-indeks-massa-tubuh-imt-
lingkar-6a169139.pdf