PROPOSAL
Oleh
MOHAMAD REZA MOONTUNO
811417127
1
HUBUNGAN IMT DAN ASUPAN ZAT GIZI DENGAN
PERSEN LEMAK TUBUH PADA MAHASISWA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
PROPOSAL
Oleh
MOHAMAD REZA MOONTUNO
811417127
1
BAB I
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan salah satu fase kehidupan saat fungsi fisik hampir
mencapai puncaknya. Pada periode ini kesehatan fisik mencapai titik optimal, akan
tinggi badan saat dewasa diperoleh pada masa itu. Kualitas dan kuantitas asupan
makanan pada masa itu menjadi penyebab utama munculnya masalah gizi remaja
(Fatmah, 2010). Masa remaja merupakan masa perubahan yang dramatis dalam diri
seseorang. Pertumbuhan pada usia anak yang relatif terjadi dengan kecepatan yang
dan emosional. Semua perubahan ini membutuhkan zat gizi secara khusus. Usia
remaja merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab. Pertama, remaja
memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena peningkatan pertumbuhan fisik dan
kebutuhan gizi yang khusus, yaitu remaja yang aktif dalam kegiatan olahraga,
3
menderita penyakit kronis, sedang hamil, melakukan diet secara berlebihan, pecandu
IMT merupakan salah satu indikator relatif lemak tubuh seseorang yang
digunakan untuk menentukan status berat badan apakah seseorang memiliki badan
kurus, ideal, atau terlalu gemuk dan membantu menilai status berat badan seseorang
terhadap risiko masalah kesehatan akibat kekurangan atau kelebihan berat badan
(Vistabunda,2013).
merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi khususnya yang berkaitan
dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Masalah kelebihan dan kekurangan
gizi pada orang dewasa merupakan masalah penting saat ini karena selain mempunyai
oleh karena itu, maka dilakukan pemantauan Indeks Massa Tubuh (IMT).
Menurunkan berat badan tidak sekedar diet makanan, tetapi juga menyangkut
perubahan gaya hidup, olahraga, meninggalkan sedentary lifestyle atau gaya hidup
yang santai. Banyak indikator yang telah digunakan dalam menilai status gizi lebih
salah satunya dengan pengukuran persen lemak tubuh. Adapun persen lemak tubuh
seseorang lebih tinggi dari angka normal, artinya massa lemak tubuh seseorang
maupun nasional. Overweight merupakan preobes dimana berat badan baik karena
yang berusia 18 tahun keatas mengalami overweight, dan 600 juta diantaranya
dunia yang mengalami overweight adalah 39%. Jumlah keseluruhannya adalah 38%
dari jumlah populasi laki-laki dan 40% dari semua populasi wanita. Berdasarkan data
2016).
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi masalah status gizi remaja
usia 16-18 tahun mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2010.
Remaja dengan kategori sangat kurus pada tahun 2010 sebesar 1,8% meningkat
menjadi 1,9% pada tahun 2013. Remaja dengan kategori kurus pada tahun 2010
sebesar 7,1% meningkat menjadi 7,5% pada tahun 2013, dan remaja dengan kategori
gemuk pada tahun 2010 sebesar 1,4% meningkat menjadi 7,3% pada tahun 2013
5
Sumber :Riskesdas Kementerian Kesehatan Tahun 2018
Riskesdas Tahun 2018
berusia lebih dari 18 tahun di Indonesia yang mengalami overweight sebesar 13,6%,
2018 mengenai proporsi berat badan lebih (overweight) menunjukkan bahwa di tahun
2007, 2013, dan 2018 selalu mngalami peningkatan jumlah proporsi. Di tahun 2007
proporsi berat badan lebih (overweight) sebesar 8.6%, tahun 2013 naik menjadi
obesitas diatas prevalensi nasional yaitu 21% sedangkan prevalensi nasional 15,4%.
Prevalensi obesitas tertinggi di Kota Gorontalo sebesar 24,2% dan terendah di
overweight sebagai preobes sering dianggap bukan masalah, sehingganya hal ini
menjadi salah satu faktor tingginya obesitas karena kurangnya perhatian dalam
Banyak indikator yang telah digunakan dalam menilai status gizi lebih salah
satunya dengan pengukuran persen lemak tubuh. Adapun persen lemak tubuh dapat
lebih tinggi dari angka normal, artinya massa lemak tubuh seseorang berlebihan dari
sehingga dapat masuk dalam jaringan lemak, dan penambahan kalori secara terus
menerus meningkatkan produksi lemak meningkat dan dapat memicu kelebihan berat
badan yang akan berujung pada overweight. Asupan zat gizi yang seimbang dan
sesuai dengan kebutuhan remaja akan membantu remaja mencapai pertumbuhan dan
akan menimbulkan masalah gizi baik dan gizi lebih maupun gizi kurang Menurut
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 prevalensi remaja (16-18 tahun) remaja kurus
relatif sama tahun 2007 dan 2013, dan prevalensi sangat kurus naik 0,4%. Sebaliknya
7
prevalensi gemuk naik dari 1,4% (2007) menjadi 7,3 persen (2013). Prevalensi
penduduk umur > 18 tahun kurus 8,7%, berat badan lebih 13,5% dan obesitas 15,4%.
kurus dan 8 mahasiswa berkategori normal. Untuk asupan zat gizi berdasarkan
melakukan penelitian dengan judul “Hubungan IMT dan Asupan Zat Gizi dengan
sebagai berikut:
1. Berdasarkan data WHO 2014 lebih dari 1,9 miliar orang dewasa (18 tahun keatas)
kelebihan berat badan. Berdasarkan jumlah tersebut lebih dari 600 juta mengalami
obesitas, dimana 39% dari orang dewasa berusia 18 tahun ke atas (38% pria dan 40%
tahun 2013 sebanyak 13,5% kelebihan berat badan, dimana 28% mengalami obesitas
dan berdasarkan data Global Nutrition Report, sebanyak 10% penduduk dewasa di
Indonesia mengalami berat badan berlebih (overweight) dengan 2% mengalami
obesitas.
obesitas diatas prevalensi nasional yaitu 21% sedangkan prevalensi nasional 15,4%.
4. Berdasarkan pengambilan data awal berupa pengukuran IMT yang dilakukan pada 20
berkategori preobes atau berat badan berlebih, 7 mahasiswa berkategori kurus dan 8
yang berlebihan. Dimana asupan zat gizi berupa karbohidrat dan lemak lebih tinggi
1. Apakah ada hubungan IMT dengan persen lemak tubuh pada mahasiswa Universitas
Negeri Gorontalo?
2. Apakah ada hubungan asupan zat gizi dengan persen lemak tubuh pada mahasiswa
9
1.4 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan IMT dan asupan zat gizi dengan persen lemak tubuh
Gorontalo.
Gorontalo.
5. Untuk menganalisis hubungan asupan zat gizi dengan persen lemak tubuh pada
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan bahan ajar untuk mata
kuliah gizi khususnya materi tentang IMT, asupan gizi dan persen lemak tubuh.
1.5.2 Manfaat praktis
1. Bagi responden
Untuk memberikan informasi terkait IMT, asupan zat gizi dan persen lemak,
badan dan persen lemak tubuh khususnya para mahasiswa, sehingganya bisa
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Persen lemak tubuh adalah salah satu komposisi tubuh dimana merupakan
persentase berat lemak total dalam tubuh terhadap berat badan seseorang. Dalam
pengukuran lemak yang terakumulasi di bawah kulit yang disebut lemak subkutan.
Persentase lemak tubuh merupakan salah satu komponen utama dalam komposisi
tubur dan paling umum diukur. Seseorang yang memiliki berat badan dan tinggi
badan yang hampir sama namun belum tentu memiliki persentase lemak tubuh yang
sama pula. Persentase lemak tubuh tergantung pada jenis aktivitas fisik yang
dilakukan pada sehari-hari dan pola makan yang dikonsumsi (Dewi dan Mustika,
2015).
Komposisi tubuh meliputi dua hal, yaitu indeksmassa tubuh dan persenlemak
dengan komposisi tubuh. Persen lemak tubuh menurut Gibson (2005), merupakan
persentase dari perbandingan massa jaringan lemak dan non lemak (fat free mass)
pada tubuh seseorang. Pada seseorang dengan berat badan dan tinggi badan yang
hampir sama namun belum tentu memiliki persentasilemak tubuh yang sama pula.
Persentaselemak tubuh tergantung pada jenis aktivitas fisik yang dilakukan pada
sehari-hari dan pola makan yang dikonsumsi. Persen lemak tubuh tidak hanya
mempengaruhi kesehatan seseorang, melainkan mempengaruhi berat badan dan
Lemak sangat berguna untuk proses pembentukan energi tubuh, dimana zat ini
kaya akan energi yang berperan penting dalam proses metabolisme. Lemak berasal
dari dua sumber, yaitu dari makanan dan hasil produksi organ hati dan biasanya
Persen lemak tubuh adalah salah satu indikator antropometri gizi yang
menggambarkan perbandingan massa lemak dengan massa non lemak tubuh yang
berfungsi untuk memantau cadangan lemak sekaligus melihat tingkat obesitas, karena
sebagian besar penderita obesitas massa lemak tubuh yang tinggi (Pakar Gizi
Indonesia, 2017).
13
Tabel 2.1 Klasifikasi Persentase Lemak Tubuh
Kelompok Persen Lemak Tubuh (%)
Jenis
Umur
Kelamin Underfat Healthy Overfat Obese
(Tahun )
Menurut Amelia (2010) persen lemak tubuh antara individu satu dengan
a. Postur tubuh
Seseorang yang memiliki postur tubuh yang gemuk dimana Lean Body Mass
(LBM) atau massa bebas lemak yang lebih banyak dibandingkan dengan tebal
lemaknya. Tebal lemak tubuh yang tinggi dapat mengurangi kinerja dan
termasuk tebal lemak tubuh yang menjadi salah satu indikator status gizi dan
tubuh total terutama distribusi lemak pusat yang dapat menyebabkan obesitas.
Ketika dewasa terjadi penurunan massa otot dan perubahan beberapa jenis
c. Jenis kelamin
paha, lengan, punggung dan perut. Pada laki-laki penimbunan jaringan lemak
terjadi di bagian perut. Lemak pada daerah tertentu sesuai dengan jumlah dan
sel-sel lemak. Perempuan memiliki lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan
laki-laki. Jumlah tumpukan lemak tubuh normal pada perempuan sekitar 25-
d. Aktivitas Fisik
Olahraga yang baik dapat menurunkan berat badan pada orang yang mengalami
15
dilakukan, maka lebih banyak kalori yang dibakar untuk digunakan sebagai
e. Keturunan
Lemak tubuh sangat berkaitan erat dengan penderita obesitas yang memiliki
persen lemak tubuh yang tinggi. Faktor-faktor yang berkaitan dengan obesitas
Salah satunya yang berkaitan adalah faktor keturunan atau genetik. Faktor ini
menentukan jumlah unsur sel lemak dalam lemak yang melebihi ukuran
normal, sehingga dapat diturunkan kepada bayi selama dalam kandungan dan
f. Asupan energi
energi tidak ada dipecah, tapi akan berubah menjadi glikogen yang disimpan di
hati dan otot sebagai cadangan energi jangka pendek. Karbohidrat dapat
dengan gaya hidup yang sehat tentu dapat menyeimbangi keadaan lemak tubuh
merupakan kegiatan makan di pagi hari sebelum beraktivitas dari pukul 6-9
pagi, yang terdiri dari makanan pokok berupa lauk dan makanan kudapan.
berat badan dibandingkan di antara mereka yang sarapan (Smith et al, 2010).
Kebiasan konsumsi fast food yang zat gizinya banyak mengandung lemak dapat
berpengaruh pada persentase lemak tubuh seseorang. Bukan hanya fast food
mengandung kalori tinggi karena merupakan bahan berbahan dasar tepung dan
gula.
Banyak metode yang bisa digunakan dalam mengevaluasi lemak dalam tubuh.
Cara yang cukup sederhana namun kurang sensitive adalah menggunakan Indeks
a. Underwater Weighing
komposisi tubuh. Pengukuran berat badan dilakukan dua kali di dalam dan di
luar serta di dalam air dan perbedaan jumlah berat tersebut digunakan untuk
17
komposisi tubuh anak-anak dan yang sudah dewasa dengan keadaan tubuh
Metode ini hampir menyerupai metode skrinning tulang. Metode ini memkai
sinar x rendah energy dalam menentukan jumlah dan lokasi dari lemak tubuh.
Kelebihan dari metode ini adalah pemeriksaan tunggal , sehingga alat ini
dapat menentukan dengan akurat total massa tubuh, densitas tulang dan juga
c. Waist Circumference
Pengukuran ini dapat meilihat jumlah seberapa besar risiko penyakit kronis
(Barasi, 2010).
d. Skinfold Thickness
Metode ini mengukur ketebalan lipatan kulit di beberapa bagian tubuh dengan
menggunakan alat. Alat yang digunakan yaitu jangka yang terbuat dari logam
ada 9 tempat diantaranya subskapula. Trisep, bisep, paha, dsb (Barasi, 2010).
metode BIA adalah aman, non invensive, dan lebih cepat dalam pengukuran
dapat mengembangkan saraf motoriknya adalah melalui pemberian asupan gizi yang
seimbang (Aramico,dkk., 2017). Asupan gizi merupakan salah satu faktor lain yang
menentukan kebugaran jasmani. Asupan gizi digunakan untuk sumber energi dalam
kebugaran jasmani yang baik akan memiliki daya tahan, daya konsentrasi, dan
1) Karbohidrat
dikenal sebagai sumber tenaga. Jenis karbohidrat yang terkandung di dalam makanan
adalah pati, sukrosa, laktosa, dan fruktosa. Hasil akhir dari penguraian karbohidrat
19
Glukosa merupakan monosakarida terpenting diantara ketiganya karena
panas dan energi melalui proses oksidasi dalam tubuh dengan produk akhir berupa
karbondioksida dan air. Kedua bahan tersebut diekskresikan melalui paru-paru serta
2) Lemak
Lemak merupakan cadangan energi bagi manusia dan hewan seperti halnya
dalam lembaga, biji dan buahnya yang juga dikonsumsi oleh manusia. Lemak berasal
dari lemak hewani dan lemak nabati yang mana kedua jenis lemak ini berbeda dalam
susunan asam lemaknya. Lemak hewani mengandung asam lemak jenuh yang dalam
suhu kamar berbentuk padat. Lemak nabati lebih banyak mengandung asam lemak
tak jenuh yang dalam suhu kamar dapat berbentuk cair yang disebut minyak. Lemak
berfungsi sebagai zat tenaga yang digunakan untuk pelarut beberapa vitamin yang
larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K. Fungsi lain dari lemak adalah
sebagai bantalan pelindung organ-organ tubuh seperti pada mata, ginjal, alat
reproduksi dan sistem pencernaan. Lemak juga berfungsi sebagai pelindung tubuh
Protein merupakan konstituen penting pada semua sel yang berupa struktur
kompleks yang terbuat dari asam amino. Protein terkandung di dalam makanan yang
proteolitik untuk melepaskan asam-asam amino yang kemudian diserap lewat usus.
Protein merupakan konstituen penting bagi semua jaringan tubuh. Fungsi protein
adalah sebagai pengganti protein yang hilang selama proses metabolisme dan proses
pengausan yang normal. Protein juga dapat menghasilkan jaringan baru yang
terbentuk selama masa pertumbuhan, pemulihan dari cidera, kehamilan dan laktasi.
Protein dapat dipakai sebagai sumber energi sama halnya dengan karbohidrat
(Yuniastuti,2015).
4) Vitamin
Vitamin adalah senyawa organik yang sangat dibutuhkan oleh manusia untuk
yaitu vitamin larut lemak meliputi vitamin A, D, E, dan K dan vitamin larut air yang
meliputi vitamin B dan Vitamin C. Vitamin larut lemak diangkut ke hati melalui
sistem limfa sebagai bagian dari lipoprotein dan sebagian besar vitamin larut air
(Yuniastuti,2015).
21
a. Vitamin A
cincin sikloheksenil. Vitamin A merupakan istilah generik untuk semua senyawa dari
tersebut adalah retinal, asam retinoat dan retinol. Hanya retinol yang memiliki
aktivitas penuh vitamin A, yang lainnya hanya mempunyai sebagian fungsi vitamin A
(Yuniastuti,2015).
terdapat sebagai provitamin dalam bentuk pigmen berwarna kuning ß karoten, yang
terdiri atas dua molekul retinal yang dihubungkan pada ujung aldehid rantai
karbonnya. Tetapi karena ß karoten tidak mengalami metabolisme yang efisien ,maka
retinal (Yuniastuti,2015).
Ester retinal yang terlarut dalam lemak makanan akan terdispersi di dalam getah
empedu dan dihidrolisis di dalam lumen intestinum diikuti oleh penyerapan langsung
ke dalam epitel intestinal. ß – karoten yang dikonsumsi mungkin dipecah lewat reaksi
menggunakan NADPH.
Retinal dalam fraksi yang kecil teroksidasi menjadi asam retinoat. Sebagian
besar retinal mengalami esterifikasi dengan asam-asam lemak dan menyatu ke dalam
kilomikron limfe yang masuk ke dalam aliran darah.Bentuk ini kemudian diubah
menjadi fragmen kilomikron yang diambil oleh hati bersama-sama dengan kandungan
retinolnya.
Di dalam hati, vitamin A disimpan dalam bentuk ester di dalam liposit, yang
vitamin A dihidrolisis dan retinal yang terbentuk terikat dengan protein pengikat
aporetinol ( RBP ). Holo- RBP yang dihasilkan diproses dalam apparatus golgi dan
disekresikan ke dalam plasma . Asam retinoat diangkut dalam plasma dalam keadaan
terikat dengan albumin. Begitu di dalam sel-sel ekstrahepatik, retinal terikat dengan
protein pengikat retinol seluler (CRBP). Toksisitas vitamin A terjadi setelah kapasitas
RBP dilampaui dan sel-sel tersebut terpapar pada retinal yang terikat.
dehidrogenase atau reduktase yang memerlukan NAD atau NADP di dalam banyak
jaringan. Namun demikian, begitu terbentuk dari retinal, asam retinoat tidak dapat
diubah kembali menjadi retinal atau menjadi retinol. Asam retinoat dapat mendukung
peranannya pada penglihatan atau pun retinol dalam dukungannya pada system
reproduksi.
23
Retinol setelah diambil oleh CRBP diangkut ke dalam sel dan terikat dengan
protein nucleus,di dalam nucleus inilah retinal terlibat dalam pengendalian ekspresi
terdapat dalam sel-sel batang retina yang bertanggung jawab atas penglihatan pada
saat cahaya kurang terang. 11 – sis – Retinal yaitu isomer all – transretinal,terikat
secara spesifik pada protein visual opsin hingga terbentuk rodopsin.Ketika terkena
cahaya, rodopsin akan terurai serta membentuk all-trans retinal dan opsin. Reaksi ini
disertai dengan perubahan bentuk yang menimbulkan saluran ion kalsium dalam
membran sel batang. Aliran masuk ion-ion kalsium yang cepat akan memicu impuls
Asam retinoat turut serta dalam sintesis glikoprotein. Hal ini dapat dijelaskan
kanker pada manusia timbul dalam jaringan epitel yang tergantung pada retinoid
untuk berdifferensiasi seluler yang normal .ß–karoten merupakan zat antioksidan dan
lebih tinggi.
Defisiensi vitamin A terjadi gangguan kemampuan penglihatan pada senja hari (buta
senja). Ini terjadi karena ketika simpanan vitamin A dalam hati hampir habis. Deplesi
Defisiensi vitamin A terjadi terutama dengan dasar diet yang jelek dengan
IMT adalah suatu cara sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa.
Berat badan yang kurang lebih beresiko terserang penyakit infeksi. Berat badan yang
hitung berat badan dan tinggi badan. untuk itu gunakan alat timbangan dan pengukur
tinggi badan. Berat badan dinyatakan satuan meter. Data tinggi badan kemudian
25
2.3.3 Rumus menghitung IMT
Untuk menghitung IMT perlu mengukur berat badan dan tinggi badan. untuk
itu gunakan alat timbangan dan pengukur tinggi badan. Berat badan dinyatakan dalam
satuan meter. Data tinggi badan kemudian dikuadratkan. Berikut ini adalah rumus
Rumus IMT :
Keterangan :
Nilai IMT menunjukan berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus atau
gemuk. Penggunaan IMT hanya berlaku untuk yang berumur lebih dari 18 tahun.
IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan
(Iswanto, 2015).
1) Usia
pada kelompok usia 40-49 dan 50-59 tahun memiliki risiko lebih tinggi mengalami
obesitas dibandingkan kelompok usia kurang dari 40 tahun. Keadaan ini dicurigai
frekuensi konsumsi pangan yang lebih sering (Abramowitz dalam Prada, 2014).
2) Jenis kelamin
IMT dengan kategori kelebihan berat badan lebih banyak ditemukan pada laki-
laki. Namun, angka kejadian obesitas lebih tinggi pada perempuan dibandingkan
dengan laki-laki. Data dari National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES) periode 1999- 2000 menunjukkan tingkat obesitas pada laki-laki sebesar
27,3% dan pada perempuan sebesar 30,1% di Amerika (Abramowitz dalam Prada,
2014).
3) Genetik
dijelaskan oleh faktor genetik. IMT sangat berhubungan erat dengan generasi
pertama keluarga. 24 Studi lain yang berfokus pada pola keturunan dan gen spesifik
telah menemukan bahwa 80% keturunan dari dua orang tua yang obesitas juga
mengalami obesitas dan kurang dari 10% memiliki berat badan normal (Abramowitz
4) Pola Makan
Pola makan adalah pengulangan susunan makanan yang terjadi saat makan.
27
Pola makan berkenaan dengan jenis, proporsi dan kombinasi makanan yang dimakan
oleh seorang individu, masyarakat atau sekelompok populasi. Makanan cepat saji
menjadi obesitas. Hal ini terjadi karena kandungan lemak dan gula yang tinggi pada
makanan cepat saji. Selain itu peningkatan porsi dan frekuensi makan juga
tinggi lemak lebih cepat mengalami peningkatan berat badan dibanding mereka yang
5) Aktifitas Fisik
aktifitas fisik sedang atau bertenaga serta dilakukan hingga kurang lebih 30 menit
setiap harinya dalam seminggu. Penurunan berat badan atau pencegahan peningkatan
berat badan dapat dilakukan dengan beraktifitas fisik sekitar 60 menit dalam sehari
Berikut ini adalah klasifikasi IMT yang dipakai pada penelitian ini berdasarkan
Kurus <18,5
Normal 18,5–25,0
Obesitas >27,0
Kajian penelitian mengenai asupan energi dan aktivitas fisik dengan persen
Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan Persen Lemak Tubuh, dan Lemak Viscelar
hubungan antara Indek Masa Tubuh dengan persen lemak (p=0,000), hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Siti Nur Fatimah, Ieva B Akbar, Ambrosius
Purba, Vita Murniati Tarawan, Gaga Irawan Nugraha, Putri Tessa Radhiyanti,
hubungan positif antara nilai IMT dengan persen massa lemak, semakin tinggi
Konsumsi Air, Asupan Zat Gizi dan Aktivitas Fisik Dengan Persen Lemak
Tubuh Pada Remaja Putri”. Hasil dari penelitian ini adalah adanya hubungan
29
konsumsi air, asupan karbohidrat, dan lemak dengan persen lemak tubuh pada
remaja putri. Tidak terbukti adanya hubungan asupan energi, protein, dan
Healthy Overfat
Sumber: Modifikasi dari WHO 2013, Amelia 2010 dan Wilda 2015
Keterangan : = Diteliti
= Tidak Diteliti
Persen lemak tubuh merupakan persentase berat lemak total dalam tubuh
terhadap berat badan seseorang. Berdasarkan bagan di atas, persen lemak tubuh
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya gaya hidup dan hereditas. Berdasarkan
kategorinya persen lemak tubuh terbagi menjadi 4 kategori, yaitu underfat, healthy,
31
Faktor yang mempengaruhi persen lemak tubuh yaitu IMT. IMT diperoleh dari
hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan yang dihitung menggunakan rumus
IMT yaitu dengan membagi berat badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi
badan (dalam meter). Salah satu faktor yang mempengaruhi IMT seseorang yaitu pola
makan. Pola makan berkenaan dengan jenis, proporsi dan kombinasi makanan yang
Menurut Abramowitz dalam Prada, 2014 IMT ini sendiri dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya usia, jenis kelamin, genetik, pola makan dan aktivitas
fisik.
Faktor persen lemak tubuh berikutnya yaitu asupan zat gizi. Asupan zat gizi
2017). Asupan gizi merupakan salah satu faktor lain yang menentukan persen lemak
IMT
Persen
Lemak
Tubuh
Asupan Zat Gizi
Keterangan:
= Variabel Independen
= Variabel Dependen
1. Ada hubungan Indeks Massa Tubuh dengan persen lemak tubuh pada
2. Ada Hubungan Asupan zat gizi dengan persen lemak tubuh pada mahasiswa
33
BAB III
METODE PENELITIAN
independen IMT dan asupan zat gizi dengan variabel dependen yaitu persen lemak
bermacam- macam nilai. Sedangkan lain lagi dengan yang disampaikan (Nursalam,
2013) Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain– lain). Dalam riset, variabel
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya
variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah IMT dan asupan zat gizi.
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah persen
lemak.
35
Definisi operasional
Variabel Definisi konseptual
Dimensi Skala Pengukuran
3.5.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian atau objek yang diteliti
3.5.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut sampel yang diambil dari populasi tersebut harus betul representative
(mewakili). Ukuran sampel merupakan banyaknya sampel yang akan diambil dari
suatu populasi (Sugiyono, 2018). Sampel pada penelitian ini yaitu mahasiswa
a. Besar sampel
Keterangan : N = Besarpopulasi
n = Besarsampel
P = Proporsisubyekdalampopulasi
37
Hasil perhitungan :
Purposive Sampling adalah karena tidak semua sampel memiliki kriteria yang sesuai
dengan fenomena yang diteliti. Oleh karena itu, penulis memilih teknik Purposive
Pada penelitian ini pengumpulan data disesuaikan dengan jenis data sebagai
berikut :
1. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung bedasarkan wawancara dan
2. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh langsung dari
(Sugiyono, 2012).
1. Alat tulis
Adalah alat yang digunakan untuk mencatat, melaporkan hasil penelitian. Alat
2. Kuisioner
39
Kuisioner adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data karakteristik
responden seperti nama, umur, jenis kelamin, dan juga memperoleh variabel yang
ingin diteliti seperti berat badan, tinggi badan dan persen lemak dalam tubuh
Adalah metode pengukuran estimasi komposisi lemak dan air dalam tubuh.
Metode ini menggunakan aliran listrik yang melewati berbagai jaringan tubuh yang
5. Microtoise
Microtoise adalah alat ukur tinggi badan yang bisa dipasang ditembok, sehingga
6. Kamera
Analisis univariat data yang diperoleh dari hasil pengumpulan dapat dilihat
dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase yang disajikan dalam bentuk tabel.
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan karakteristik masing-masing variabel
variabel dependen (persen lemak tubuh), dengan variabel independen (IMT dan
asupan zat gizi). Dalam penelitian ini, teknik analisis data menggunakan uji analisis
Keterangan :
41
DAFTAR PUSTAKA
Abramowitz, M. 2014. Diseases and Disorder: Obesity. USA: Lucent Books
Almatsier, S, dkk. 2011. Gizi seimbang dalam daur kehidupan. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Amelia. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Generatif terhadap Kemampuan
Koneksi Matematis Siswa. (Skripsi). UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Aramico, Basri., Siketang, Nihan, Nur, A. 2017. Hubungan Asupan Gizi, Aktivitas
fisik, Menstruasi dan Anemia dengan Status Gizi pada Siswi Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) Simpang Kiri Kota Subulussalam (Relationship Beetwen
Nutrition Intake, Physical Activity, Menstruation And Anemia With The
Nutritional Status Among Female Students in Madrasah Aliyah Negeri (MAN)
Simpang Kiri Subulussalam City). Banda Aceh: SEL Jurnal Penelitian
kesehatan Vol.4 No.1, Juli 2017, 21-30.
Badan penelitian dan pengembangan kesehatan Kementerian kesehatan RI. 2014.
Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta: Badan penelitian dan
pengembangan kesehatan Kementerian kesehatan RI.
Barasi, Mary E. 2010. At a Glance ILMU GIZI. Jakarta : Erlangga
Cakrawati, dewi dan Mustika NH. 2014. Bahan pangan, Gizi, dan Kesehatan.
Alfabeta. Bandung.
Fatmah., 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga.
Gibson , R. 2005. Principles of nutrional assesment. Oxford university. New york.
Henuhili. 2010. Gen-gen Penyebab Obesitas dan Hubungannya dengan perilaku
Makan. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, pendidikan dan Peneran
MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta
Iswanto, 2007. Pola Hidup Sehat Dalam Keluarga. Jakarta :Sunda Kelapa Pustaka.
Kemenkes RI. 2018. Hasil Utama RISKESDAS 2018, Kemenkes RI: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Nursalam. 2013. Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Notoatmodjo . 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Proverawati, Atikah. 2010. Obesitas dan Gangguan Perilaku Makan pada Remaja.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Depertemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
Ridwan, Muhammad, dkk., 2017. hubungan antara asupan energi dan aktifitas fisik
dengan kebugaran jasmani :Journal of Holisticand Health Sciences Vol.1 No.
1, Januari-Juni 2017
Sugiyono. 2018. Penelitian Pendekatan Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung:
Alfabeta.
Supariasa. 2012. Pendidikan Dan Konsultasi Gizi. Jakarta : EGC
Vistabunda. 2013. Indeks Masa Tubuh dan Hidup Sehat.
http//www.vistabunda.com.akses 21 Oktober 2021.
World Health Organization (WHO). 2014. Commission on Ending Childhood
Obesity. Geneva, World Health Organization, Departement of
Noncommunicable disease surveillance.
WHO World Health Organization. 2016. World Health Statistics. Dunia : WHO.
Yuniastuti, A. 2015 Gizi dan kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
43
Lampiran 1
FORMULIR INFORMED CONCENT
Responden Peneliti
………………………… Mohamad Reza Moontuno
Lampiran 2
LEMBAR IDENTITAS
Kode responden :
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis kelamin :
1. Berat badan :
2. Tinggi badan :
3. Hasil IMT :
1.
1. Umur :
2. Jenis Kelamin :
3. Tinggi Badan :
4. Berat Badan :
45
5. Hasil persen lemak tubuh :