Anda di halaman 1dari 28

PENGARUH PENGGUNAAN GADGET BERLEBIHAN

TERHADAP OBESITAS ANAK USIA PRA-SEKOLAH


(Untuk memenuhi tugas metodologi penelitihan)

Oleh:

BILLY PRATAMA WINATA


Nim. 1820008

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

MALANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi semakin berkembang dengan pesat sesuai deangan
perkembangan zaman. Teknologi muncul berbagai macam jenis dan fitur dari teknologi selalu
baru dari hari ke hari. Kebutuhan teknologi merupakan salah satu kebutuhan penting saat ini.
Hal ini disebabkan karena teknologi sangat dibutuhkan untuk keperluan banyak. Teknologi
sangat mudah didapatkan karena harga ada yang murah dan ada juga yang mahal sesuai
dengan kantong penggunanya. (Sari & Mitsalia, 2016)
Internet merupakan salah satu hal yang sangat sering dimanfaatkan dalam gadget adalah
salah satu kewajiban penemuan di dunia. Penemuan internet merubah dunia menjadi lebih
dinamis dan serba cepat. Kemajuan internet telah menyentuh banyak sisi kehidupan manusia.
Kejadian di belahan dunia lain bisa kita ketahui dengan segera melalui internet. Manusia pun
saling berinteraksi melalui internet. Menurut catatan Internet World Statistik , Amerika Utara
adalah pengguna akses capai 78,6 persen, Australia/Oseania 67,8 persen, Eropa mencapai
63,5 persen, Amerika Latin/ Karibia 43 persen, Timur Tengah 40,2 persen, Asia 27,5 persen,
dan terakhir adalah Afrika 15,6 persen. Jumlah totalnya mencapai sekitar 2,4 milyar orang
atau lebih dari sepertiga penduduk dunia. (Sari & Mitsalia, 2016)
Namun tidak hanya hal positif banyak dampak negative yang disebabkan oleh adanya
internet dan gadget ini. Seperti membuat manusia malas bergerak dan malas beraktifitas
keluar. Adanya teknologi gadget seharusnya digunakan sebagai mempermudah pekerjaan
manusia bukan untuk mempermalas manusia. Hal itu yang menyebabkan kasus obesitas
meningkat akhir-akhir ini. Obesitas merupakan suatu penyakit multifactor, terjadi akibat
akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan. Apabila
seseorang mengalami bertambah berat badanya maka ukuran sel lemak akan bertambah besar
dan kemudian jumlahnya bertambah banyak.
Berdasarkan hasil penelitihan National Healt and Nutrition Examination Survey pada
tahun 2011-2014 di amerika persentase obesitas pada usia 2-19 tahun sebesar 17 persen
dengan kategori berdasarkan kelompok umur, anak usia 2-5 tahun sebesar 8,9 persen, usia 6-
11 tahun sebesar 17,5 persen dan usia 12-19 tahun sebesar 20,5 persen. Prevalensi obesitas di
beberapa negara Asia Tenggara juga menunjukan cukup tinggi. Berdasarkan United Nations
Children’s Fund (UNICEF) 2012 Indonesia menempati urutan kedua setelah singapura
dengan jumlah remaja obesitas terbesar yaitu 12,2 persen kemudian Thailand sebesar 8
persen, Malaysia sebesar 6 persen dan Vietnam sebesar 4,6 persen. (Restuastuti, Jihadi, &
Ernalia, 2016)
Hasil Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS) menunjukan terjadi peningkatan prevalensi
anak usia 16-18 tahun untuk kategori gemuk dari 1,4 persen pada tahun 2010 menjadi 7,3
persen yang terdiri dari gemuk 5,7 persen dan obesitas 1,6 persen pada tahun 2013.
(Restuastuti, Jihadi, & Ernalia, 2016)
Oleh karena itu dari sudut pandang kesehatan jiwa, penggunaan gadget untuk anak usia
dini sangat tidak disarankan karena dapat mengganggu prosestumbuh kembangnya secara
alami. Terbatasnya kesempatan untuk belajar dikarenakan gadget hanya berkomunikasi satu
arah yakni merespon. Anak tidak dapat belajar secara alami bagaimana berkomunikasi dan
bersosialisasi. Anak juga tidak mampu mengenali dan berbagi aneka emosi, missal simpati,
sedih, atau senang, dan akhirnya anak tidak dapat merespon hal yang ada disekelilinya baik
secara emosi maupun verbal. Terbatasnya respon anak akan mengganggu perkembangan
kemampusn untuk bergaul dan beradaptasi. (Sari & Mitsalia, 2016)
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh penggunaan gadget berlebihan terhadap obesitas pada anak usia
pra-sekolah?
1.3 Tujuan
1.3.1 Umum
Untuk mengetahui pengaruh antara penggaruh penggunaan gadget yang
berlebihan terhadap anak usia pra-sekolah
1.3.2 Khusus
a. Mengetahui penyebab obesitas karena kurangnya aktivitas yang disebabkan karena
anak sering bermain gadget daripada bermain dengan teman sebayanya
b. Untuk memberikan informasi mengenai gadget
c. Memberikan informasi dampak penggunaan gadget terhadap kesehatan
1.4 Manfaat Penelitihan
1.4.1 Teoritis
Mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat penggunaan gadget dalam bidang
kesehatan, lalu diharapkan juga agar masyarakat dapat mengurangi ketergantungannya
terhadap gadget
1.4.2 Praktis
a. Dapat digunakan untuk anak dan orang tua agar tidak obesitas dan selalu menjaga
kesehatan
b. Hasil penelitihan dapat digunakan sebagai acuan pada orang tua untuk membatasi dan
mengawasi anaknya dalam menggunakan gadget
1.5 Batasan Penelitihan
Penelitihan ini mempunyai arahan yang jelas dan mudah dilaksanakan maka
permasalahan dibatasi pada hubungan antara obesitas dengan penggunaan gadget yang
berlebihan pada anak usia pra sekolah
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obesitas
2.1.1 Definisi
Obesitas adalah kondisi kronis akibat penumpukan lemak dalam tubuh
yang sangat tinggi. Obesitas terjadinya kerena asupan kalori yang lebih banyak
disbanding aktivitas membakar kalori, sehingga kalori yang berlebih menumpuk
dalam bentuk lemak. Apalagi kondisi terjadi dalam waktu yang lama, maka akan
menambah berat badan hingga mengalami obesitas.
Masalah obesitas semakin meningkat di dunia. Hal ini menjadi tantangan
yang besar dalam mencegah pertumbuhan penyakit kronis di dunia. Obesitas juga
dipicu pertumbuhan industry dan ekonomi, serta perubahan gaya hidup, asupan
nutrisi yang semakin banyak dari makanan olahan, atau diet dengan tinggi kalori.
Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan atau abnormal yang
dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2017). Penyebab utama terjadinya obesitas
yaitu ketidakseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi.
Obesitas adalah kondisi yang ditandai yang ditandai gangguan keseimbangan
energi tubuh yaitu terjadi keeimbangan energi positif yang akhirnya disimpan
dalam bentuk lemak jaringan tubuh. Sehingga obesitas adalah terjadinya
penumpukan lemak dalam tubuh yang abnormal dalam kurun waktu yang lama
dan dikatakan obesitas bila Z-scorenya >2SD berdasarkan IMT/U umur 5-18
tahun
2.1.2 Faktor yang mempengaruhi
Faktor resiko obesitas dipengaruhi oleh banyak factor. Sebagian besar factor
resiko obesitas yaitu jenis kelamin, factor genetic dan factor lingkungan, antara
lain aktivitas fisik, asupan makan, social ekonomi. Dibawah ini adalah factor-
faktor resiko terjadinya obesitas:
a. Keturunan
Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi pembentukan lemak tubuh.
Seseorang mempunyai faktor keturunan yang cenderung membangun lemak
tubuh lebih banyak dibandingkan orang lain. Bawaan sifat metabolisme ini
menunjukkan adanya gen bawaan pada kode untuk enzim lipoprotein lipase
(LPL) yang lebih efektif. Enzim ini memiliki suatu peranan penting dalam
proses mempercepat penambahan berat badan karena enzim ini bertugas
mengontrol kecepatan trigiserida dalam darah yang dipecah-pecah menjadi
asam lemak dan disalurkan ke sel-sel tubuh untuk di simpan sehingga lama
kelamaan menyebabkan penambahan berat badan.
Parental fatness merupakan faktor keturunan yang berperan besar. Jika
kedua orang tua obesitas, 80% anaknya akan menderita obesitas, namun jika
salah satu orang tuanya obesitas maka kejadian obesitas 40% dan bila kedua
orang tuanya tidak obesitas maka prevalensinya menjadi 14%. Sehingga
faktor keturunan orang tua menderita obesitas mempengaruhi kejadian
obesitas pada anak.
b. Konsumsi Makan
Konsumsi makan adalah semua jenis makanan dan minuman yang
dikonsumsi setiap hari . Secara biologis makanan berfungsi memenuhi
kebutuhan energi, zat gizi dan komponen kimiawi yang dibutuhkan tubuh
yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Metabolisme zat
gizi yang terjadi di dalam tubuh berperan menghasilkan energi, membangun
sel, dan memelihara keseimbangan elektrolit dan sistem daya tahan tubuh.
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang.
Status gizi yang optimal apabila tubuh memperoleh cukup zat – zat gizi
yang dapat digunakan secara efisien .Obesitas muncul pada usia remaja
cenderung berlanjut ke dewasa dan lansia
a). Karbohidrat
Karbohidrat merupakan zat makanan yang paling cepat mensuplai
energi sebagai bahan bakar tubuh, terutama saat kondisi tubuh
lapar. Setelah makanan yang mengandung karbohidrat dikonsumsi,
karbohidrat akan segeara dioksidasi untuk memenuhi kebutuhan
energi. Karbohidrat akan menyumbang 4 kalori di dalam makanan.
Mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang berlebih dapat
menyebabkan faktor risiko obesitas. Konsumsi obesitas melebihi
kecukupan akan disimpan dalam tubuh berbentuk lemak atau
jaringan lain yang akan menimbulkan masalah kesehatan.
b). Lemak
Lemak dalam tubuh yaitu lipoprotein (mengandung trigiserida,
fosfolipid, dan kolestreol) yang berhubungan dengan protein.
Lemak akan menghasilkan kalori tertinggi dibandingkan dengan
zat gizi makro lainnya yaitu sebesar 9 kalori didalam makanan.
Sumber utama lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak
kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung dan
sebagainya). Lemak lebih banyak menghasilkan energi
dibandingkan dengan karbohidrat atau protein.Setelah makan,
lemak dikirim kejaringan adiposa untuk disimpan sampai
dibutuhkan kembali sebagai energi. Oleh karena itu konsumsi
lemak berlebih akan lebih mudah menambah berat badan.
c). Protein
Protein merupakan salah satu zat gizi makro yang penting bagi
tubuh selain karbohidrat dan lemak.Protein selain berguna sebagai
sumber energi, protein juga dapat berfungsi untuk memelihara sel-
sel didalam tubuh pada masa pertumbuhan.Makanan yang tinggi
protein biasanya memiliki lemak yang tinggi pula sehingga dapat
menyebabkan obesitas. Protein akan menyumbang energi sebesar 4
kalori didalam makanan.Kelebihan asupan protein juga dapat
diubah menjadi lemak tubuh.konsumsi protein yang melebihi
kebutuhan tubuh, maka asam amino akan melepas ikatan
nitrogennya dan diubah melalui serangkaian reaksi menjadi
trigiserida
c. Sosial Ekonomi
Faktor ekonomi yang cukup dominan dalam konsumsi pangan
adalah pendapatan keluarga dan harga pangan. Meningkatnya pendapatan
akan meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan
kuantitas yang lebih baik, sebaliknya penurunan pendapatan keluarga akan
menyebabkan menurunnya daya beli pangan baik secara kualitas maupun
kuantitas.
Meningkatnya taraf hidup (kesejahteraan) masyarakat, pengaruh
promosi iklan, serta kemudahan informasi, dapat menyebabkan perubahan
gaya hidup dan timbulnya kebutuhan psikogenik baru dikalangan
masyarakat ekonomi menengah ke atas. Tingginya pendapatan yang tidak
diimbangi dengan pengetahuan gizi yang cukup, akan menyebabkan
seseorang menjadi sangat konsumtif dalam pola makannya sehari – hari,
sehingga pemilihan suatu bahan makanan lebih didasarkan pada
pertimbangan selera dibandingkan dari aspek gizi.
Pemilihan bahan makanan yang salah akan menyebabkan kurangnya
asupan buah sayur sehari-hari. Mengkonsumsi buah sayur merupakan upaya
yang dapat mencegah terjadinya kejadian obesitas, karena dapat mengurangi
rasa lapar tetapi tidak menimbulkan lemak. Konsumsi sayur dan buah
adalah bagian dari stategi dalam mengontrol kegemukan dan obesitas.
Penelitian Drapeau 2004 menyatakan bahwa konsumsi makanan tinggi
serat, seperti konsumsi buah-buahan dan sayuran berhubungan dapat
mencegah kenaikan berat badan.
d. Jenis Kelamin
Kebutuhan zat gizi antara laki-laki dan perempuan berbeda.
Perbedaan ini disebabkan karena jaringan penyusun tubuh dan aktivitasnya.
Jaringan lemak pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki.
Sedangkan laki-laki cenderung lebih banyak memiliki jaringan otot. Hal ini
menyebabkan lean body mass laki-laki menjadi lebih tinggi dari pada
perempuan.
Obesitas lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan dengan
laki – laki disebabkan proporsi lemak tubuh pada wanita lebih tinggi dan
banyak tersimpan di daerah panggul dibandingkan pria yang tersimpan di
perut. Menurut WHO 2000, perempuan lebih cenderung mengalami
peningkatan penyimpanan lemak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kecenderungan perempuan terhadap asupan makan sumber karbohidrat yang
lebih banyak sebelum masa pubertas, sementara kecenderungan laki-laki
mengkonsumsi makanan kaya protein. Kebutuhan zat gizi anak laki – laki
berbeda dengan anak perempuan dan biasanya lebih tinggi karena anak laki-
laki memiliki aktivitas fisik yang lebih tinggi..
e. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh dihasilkan oleh otot rangka
yang mengeluarkan energi.Penggunaan energi bervariasi tergantung tingkat
aktivitas fisik dan pekerjaan yang berbeda.Aktivitas fisik berguna untuk
melancarkan peredaran darah dan membakar kalori.Aktivitas fisik akan
membakar energi yang masuk, sehingga jika asupan kalori berlebih serta
kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan akan menyebabkan tubuh
mengalami kegemukan. Aktivitas fisik dapat menurunkan risiko hipertensi,
penyakit jantung koroner, stroke, diabetes.
2.1.3 Etiologi
Obesitas terjadi Ketika seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman
tinggi kalori tanpa melakukan aktivitas fisik untuk membakar kalori berlebih
tersebut. Kalori yang tidak digunakan itu selanjutnya diubah menjadi lemak
dalam tubuh, sehingga membuat seseorang mengalami pertambahan berat badan
hingga akhirnya obesitas.
2.1.4 Manifestasi klinis
Seseorang yang menderita obesitas biasanya mudah dikenali, terutama
pada anak-anak. Ciri yang khas pada obesitas diantaranya adalah membulat, pipi
tembem, dagu rangkap, leher pendek, payudara membesar karena adanya deposit
lemak, kedua tungkai membentuk X serta pangkal paha bergesekan dan
menempel yang akan menimbulkan ulserasi, dan perut yang membuncit. Pada
anak laki-laki penis terlihat kecil karena tertutup oleh jaringan lemak.
Distribusi lemak pada obesitas juga mempengaruhi bentuk fisik seseorang
yang menderitanya. Pada obesitas terdapat 3 bentuk distribusi lemak yaitu apple
shape body, pear shape body dan intermediate. Pada apple shape body, distribusi
lemak cenderung bertumpuk pada bagian atas tubuh, bentuk tubuh seperti ini juga
beresiko tinggi mengalami penyakit kardiovaskular, hipertensi dan diabetes. Pear
body shape distribusi lemak cenderung lebih banyak pada bagian bawah.
Sedangkan bentuk tubuh intermediate lemak terdistribusi ke seluruh bagian tubuh
secara hamper merata.
2.1.5 Komplikasi
Obesitas merupakan masalah gizi berlebihan yang kian marak dijumpai
pada anak diseluruh dunia, terutama di negara-negara dengan tingkat pendapatan
rendah dan menengah. Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang
ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit). Komplikasi dari obesitas antara
lain dapat mengenai beberapa oragan tubuh yakni otak, jantung, paru-paru, ginjal,
kulit, dan saluran napas. Penangananya dapat dilakukan dengan memodifikasi
gaya hidup mulai dari menerapkan pola makan sehat dan berolahraga. (Agristika,
2015)
2.2 Perkembangan Teknologi gadget
2.2.1 Definisi
Gadget adalah sebuah istilah dalam Bahasa inggris yang mengartikan sebuah alat
elektronik kecil denganberbagai macam fungsi khusus. Gadget juga merupakan
sebuah istilah yang merujuk pada suatu peranti atau instrument yang memiliki
tujuan dan fungsi praktis spesifik yang berguna dan umumnya diberikan pada
sesuatu yang baru. Sementara gadget pada pengertian umum dapat diartikan
sebagai suatu perangkat elektronik yang memiliki fungsi khusus pada setiap
perangkatnya. Contohnya computer, Hp, game dan lainya. (Chusna, 2017)
Internet merupakan salah satu hal yang sangat sering dimanfaatkan dalam
gadget adalah salah satu kewajiban penemuan di dunia. Penemuan internet
merubah dunia menjadi lebih dinamis dan serba cepat. Kemajuan internet telah
menyentuh banyak sisi kehidupan manusia. Kejadian di belahan dunia lain bisa
kita ketahui dengan segera melalui internet. Manusia pun saling berinteraksi
melalui internet. Menurut catatan Internet World Statistik , Amerika Utara adalah
pengguna akses capai 78,6 persen, Australia/Oseania 67,8 persen, Eropa
mencapai 63,5 persen, Amerika Latin/ Karibia 43 persen, Timur Tengah 40,2
persen, Asia 27,5 persen, dan terakhir adalah Afrika 15,6 persen. Jumlah totalnya
mencapai sekitar 2,4 milyar orang atau lebih dari sepertiga penduduk dunia. (Sari
& Mitsalia, 2016)

2.2.2 Pengaruh Perkembangan Gadget

Perkembangan teknologi dan komunikasi saat ini sangat pesat.


Pengembangan teknologi dan komunikasi ini memberikan dampak yang sangat
besar terhadap dunia pendidikan, tidak hanya orang dewasa yang mengeal
teknologi dan komunikasi canggi ini, tetapi juga pengaruh terhadap
perkembangan dan pendidikan anak usia dini.gadget merupakan alat berukuran
mini dengan banyak kegunaan yang dapat di peroleh didalamnya. Kemudahan
dalam mengakses berbagai informasi dan hiburan telah tersaji dalam bentuk
Online dan Offline. Sebenarnya, gadget ditunjukan untuk orang-orang yang
memiliki kepentingan dalam hal bisnis, kuliah atau kantor. Namun pengguna
gadget sering kali disalahgunakan oleh sebagian pihak, seperti orang tua secara
instan memberikan Fasilitas Gadget untuk media dalam mendidik anaknya yang
masih berusia dini. (Ameliola, 2018)

Tidak dapat di pungkirin lagi bahwa sekarang teknologi telah berkembang


kian pesatnya. Teknologi diciptakan untuk mempermudah urusan manusia.
Berbagai macam jenis teknologi yang tidak terhitung jumlahnya dapat kita jumpai
di zaman modernini. Salah satu contoh Teknologi yang sangat populer adalah
Gadget setiap orang menggunakan gadget dengan teknologi yang modern seperti
Televisi, Telepon Genggam, Laptop, Komputer Table, Smartphone, dll. Gadget
ini dapat ditemui dimana pun, baik pada orang dewasa maupun anak-anak. Anak-
anak kini jadi konsumen aktif dimna banyak produk-produk Elektronik dan
Gadget yang menjadikan anak-anak sebagai target pasar mereka. (Ameliola,
2018)

Dari faktor semakin banyaknya teknologi yang bersaing menyebabkan


harga dari Gadget semakin terjangkau. Yang dulu Gadget adalah sesuatu yang
elit, akan tetepi sekarang sudah tidak lagi. Dilihat dari kenyataan sekarang, sudah
menjadi hal yang biasa bahwa anak-anak saja memiliki Gadget berupah
Smartphone atupun hanphone bahan mainan mereka. Dahulu orang yang mampu
membeli Gadget hanyalah orang golongan menengah keatas, akan tetapi pada
kenyataannya sekarang orang tua berpenghasilan pas-pasan saja mampu membeli
Gadget untuk anaknya. (Ameliola, 2018)

Didasari atau tidak kebiasaan lingkungan terhadap anak usia dini akan
membentuk perkembangan anak. Pada saat ini seiring berkembangnya teknologi,
banyak sekali yang berpengaruh pada anak salah satunya penggunaan gadget.
Gadget sangat mudah sekali menarik perhatian dan minat anak dan sudah menjadi
hal yang biasa jika anak-anak saja sudah memakai gadget dalam kehidupan
sehari-hari. Gadget memiliki dampak positif dan negatif, untuk itu peran orang
tua sangat penting dalam perkembangan teknologi yang sangat maju dizaman
sekarang ini.

2.2.3 Penggunaan Gadget Pada Anak Pra-Sekolah


Gadget dapat digunakan oleh siapa saja dan untuk apa saja tergantung dari
kebutuhan pemilik gadget tersebut. Pemakaian gadget pada sekarang ini sudah
digunakan mulai dari anak usia dini hingga orang dewasa. (Noegraha, 2018)
Syahra (2006) menyatakan bahwa semakin berkembangnya zaman tidak
bisa dipungkiri bahwa perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
berlangsung semakin pesat dan penggunaannya telah menjangkau ke berbagai
lapisan kehidupan masyarakat dari segala bidang, usia dan tingkat pendidikan.
Penggunaan oleh orang dewasa, biasa digunakan untuk alat komunikasi, mencari
informasi atau browsing, youtube, bermain game, ataupun lainnya. Sedangkan
pemakaian pada anak usia dini biasanya terbatas dan penggunaannya hanya
sebagai, media pembelajaran, bermain game, dan menonton animasi.
Pemakaiannya pun dapat memiliki waktu yang beragam dan berbeda durasi serta
intensitas pemakaiannya pada orang dewasa dan anak – anak. (Noegraha, 2018)
Penggunaan gadget sendiri pada orang dewasa biasa memakai 1 – 4 jam
dalam sekali penggunaan serta dapat menggunakan hingga berkali – kali dalam
sehari. Hal ini berbeda pada anak usia dini, karena memiliki batas waktu tertentu
dan dalam durasi pemakaiannya serta intensitas pemakaian gadget yang berbeda
dengan orang dewasa. Bentuk penggunaan yang dapat menimbulkan dampak
negatif misalnya kecanduan gadget akan cepat dirasakan karena penggunaan yang
secara terus-menerus. Pembatasan tersebut perlu dilakukan untuk menghindari
permasalahan yang timbul dari pemakaian gadget pada anak usia dini yaitu
berupa kecanduan yang sulit disembuhkan. (Noegraha, 2018)
Jadi penggunaan media teknologi seperti gadget perlu adanya pembatasan
dan pengawasan oleh orang tua pada saat anak menggunakan gadget dimana saja,
dan ratarata bentuk penggunaan gadget pada anak usia dini hanya untuk bermain
game,dan menonton youtube, berbeda dengan orang dewasa yang bentuk
penggunaan gadgetnya untuk browsing, chatting, sosial media, dll. Penggunaan
gadget pada anak usia dini kebanyakan dilakukan pada saat dirumah, misalkan
pulang sekolah, pada saat makan, dan saat akan tidur
2.3 Anak usia dini atau Pra-Sekolah
2.3.1 Definisi

Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0-8 tahun, menurut
beicher dan snowman (Yulianti, 2010). Anak usia dini adalah anak yang berusia
antara 3-6 tahun. Sedangkan hakikat anak usia dini adalah individu yang unik
dimana ia memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik,
kognitif, sosioemosional,kreativitas, bahasa dan komunikasi khusus yang sesuai
dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Dari berbagai definisi,
peneliti menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia 0-8 tahun
yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun
mental.

Masa anak usia dini sering disebut dengan istilah “Golden Age” atau masa
keemasan pada anak, pada maa ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa
peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat. Perkembangan setiap
anak tidak sama karena setiap individu memiliki perkembangan yang berbeda.
Makanan ysng bergizi dan seimbang serta stimulasi yang intensif sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Apabila anak
diberikan stimulasi secara intensif dari lingkungannya, maka anak akan mampu
menjalani tugas perkembangannya dengan baik (Augusta, 2012).

2.3.2 Karakteristik Anak Usia Dini atau Pra Sekolah


Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, sosial,
moral dan sebagainya. karateristik anak usia dini antara lain
a. Memiliki rasa ingin tahu yang besar
b. Merupakan pribadi yang unik
c. Suka berfantasi dan berimajinasi
d. Masa paling potensional untuk belajar
e. Menunjukan sikap egosentris
f. Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek
g. Sebagai bagian dari makhluk sosial,

Anak usia dini sering berfantasi dan berimajinasi . Hal ini penting bagi
perkembangan kreativitas dan bahasanya. Anak usia dini suka membayangkan
dan mengembangkan suatu hal melebihi kondisi yang nyata, salah satu khayalan
anak msalnya kardus, dapat dijadikan anak sebagai mobil-mobilan (Aisyah,
2010).

Rentang perhatian anak usia 5 tahun untuk dapat duduk tenang


memperhatikan sesuatu adalah sekitar 10 menit, kecuali hal-hal yang membuatnya
senang. Anak sering merasa bosan dengan satu kegiatan saja, bahkan anak mudah
sekali mengalihkan perhatiannya pada kegiatan lain yang dianggapnya lebih
menarik. Anak ysng egosentris biasanya lebih banyak berfikir dan berbicara
tentang diri sendiri dan tindakannya yang bertujuan untuk menguntungkan dirinya
sendiri misalnya anak masih suka berebut mainan dan menangis ketika
keinginannya tidak dipenuhi. Anak sering bermain dengan teman-temannya di
lingkunga sekitarnya. Melalui bermain ini anak belajar bersosialisasi. Apabila
anak belum dapat beradaptasi dengan teman lingkungannya, maka anak akan
dijauhi oleh teman-temannya. Dengan begitu anak akan belajar menyesuaikan diri
dan anak akan mengerti bahwa dia membutuhkan orang lain disekitarnya.

Adapun pendapat lain dari karakteristik anak yaitu :


1. Usia 0-1 tahun

Perkembangan fisik pada masa bayi mengalami pertumbuhan yang


paling cepat dibanding dengan usia selanjutnya karena kemampuan dan
keterampilan dasar dipelajari pada usia ini. Kemampuan dan
keterampilan dasar tersebut merupakan modal bagi anak untuk proses
perkembangan selanjutnya. Karakteristik anak usia bayi adalah sebagai
berikut:

1. keterampilan motorik antara lain anak mulai berguling,


merangkak, duduk, berdiri dan berjalan
2. keterampilan menggunakan panca indera yaitu anak melihat
atau mengamati, meraba, mendengar, mencium, dan mengecap
dengan memasukkan setiap benda ke mulut, 3) komunikasi
sosial anak yaitu komunikasi dari orang dewasa akan
mendorong dan memperluas respon verbal dan non verbal bayi.
2. Usia 2-3 tahun

Usia ini anak masih mengalami pertumbuhan yang pesat pada


perkembangan fisiknya. Karakteristik yang dilalui anak usia 2-3 tahun
antara lain:

1. anak sangat aktif untuk mengeksplorasi benda-benda yang ada


di sekitarnya. Eksplorasi yang dilakukan anak terhadap benda
yang ditemui merupakan proses belajar yang sangat efektif
2. anak 11 mulai belajar mengembangkan kemampuan berbahasa
yaitu dengan berceloteh. Anak belajar berkomunikasi,
memahami pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan
isi hati dan pikiran
anak belajar mengembangkan emosi yang didasarkan pada
faktor lingkungan karena emosi lebih banyak ditemui pada
lingkungan.

3. Usia 4-6 tahun


Anak pada usia ini kebanyakan sudah memasuki Taman
Kanakkanak. Karakteristik anak 4-6 tahun adalah:
1. perkembangan fisik, anak sangat aktif dalam berbagai kegiatan
sehingga dapat membantu mengembangkan otot-otot anak
2. perkembangan bahasa semakin baik anak mampu memahami
pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya
3. perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat ditunjukkan
dengan rasa keingintahuan anak terhadap lingkungan sekitarnya.
Anak sering bertanya tentang apa yang dilihatnya
4. bentuk permainan anak masih bersifat individu walaupun
dilakukan anak secara bersama-sama.

4. Usia 7-8 tahun


Karakteristik anak usia 7-8 tahun adalah:
1. dalam perkembangan kognitif, anak mampu berpikir secara
analisis dan sintesis, deduktif dan induktif (mampu berpikir
bagian per bagian)
2. perkembangan sosial, anak mulai ingin melepaskan diri dari
orangtuanya. Anak sering bermain di luar rumah bergaul dengan
teman sebayanya
3. anak mulai menyukai permainan yang melibatkan banyak orang
dengan saling 12 berinteraksi
4. perkembangan emosi anak mulai berbentuk dan tampak sebagai
bagian dari kepribadian anak.
2.3.3 Prinsip perkembangan
Menurut Bredekamp dan Coople (Aisyah, 2010) beberapa prinsip
perkembangan anak usia dini yaitu sebagai berikut: Aspek-aspek perkembangan
anak seperti aspek fisik, sosial, emosional, dan kognitif satu sama lain saling
terkait secara erat. Perkembangan anak tersebut terjadi dalam suatu urutan yang
berlangsung dengan rentang bervariasi antar anak dan juga antar bidang
perkembangan dari masingmasing fungsi. Perkembangan berlangsung ke arah
kompleksitas, organisasi, dan internalisasi yang lebih meningkat. Pengalaman
pertama anak memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda terhadap perkembangan
anak.
Perkembangan dan belajar dapat terjadi karena dipengaruhi oleh konteks
sosial dan kultural yang merupakan hasil dari interaksi kematangan biologis dan
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial tempat anak tinggal.
Perkembangan mengalami percepatan bila anak memiliki kesempatan untuk
mempraktekkan keterampilan-keterampilan yang baru diperoleh dan ketika
mereka mengalami tantangan. Sarana penting bagi perkembangan sosial,
emosional, dan kognitif anak serta merefleksikan perkembangan anak yaitu
dengan bermain. Melalui bermain anak memiliki kesempatan dalam pertumbuhan
dan perkembangannya sehingga anak disebut dengan pembelajar aktif.

Anak akan berkembang dan belajar dengan baik apabila berada dalam
suatu konteks komunitas yang aman (fisik dan psikologi), menghargai, memenuhi
kebutuhankebutuhan fisiknya, dan aman secara psikologis. Anak menunjukkan
cara 15 belajar yang berbeda untuk mengetahui dan belajar tentang suatu hal yang
kemudian mempresentasikan apa yang mereka tahu dengan cara mereka sendiri.
Dari berbagai uraian, dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip anak usia dini
adalah anak merupakan pembelajar aktif. Perkembangan dan belajar anak
merupakan interaksi anak dengan lingkungan antara lain melalui bermain.
Bermain itu sendiri merupakan sarana bagi perkembangan dan pertumbuhan anak.
Melalui bermain anak memiliki kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan
yang baru diperoleh sehingga perkembangan anak akan mengalami percepatan.

2.4 Konsep Teori Planned Behavior


Theory of planned behavior (TPB) menyampaikan bahwa perilaku yang
ditampilkan oleh individu timbul karena adanya intensi/niat untuk berperilaku,
sementara munculnya niat berperilaku ditentukan oleh tiga faktor penentu yaitu:
1. Behavioral beliefs, yaitu keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku (beliefs
strength) dan evaluasi atas hasil tersebut (outcome evaluation)
2. Normative beliefs, yaitu keyakinan tentang harapan normatif orang lain
(normative beliefs) dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (motivation to
comply) ;dan
3. Control beliefs, yaitu keyakinan tentang keberadaan hal-hal yang mendukung atau
menghambat perilaku yang akan ditampilkan (control beliefs) dan persepsinya
tentang seberapa kuat hal-hal yang mendukung dan menghambat perilakunya
tersebut (perceived power). Hambatan yang mungkin timbul pada saat perilaku
ditampilkan dapat berasal dari dalam diri sendiri maupun dari lingkungan.

Secara beruntun, behavioral beliefs menghasilkan sikap terhadap perilaku positif


atau negatif, normative beliefes menghasilkan tekanan sosial yang dipersepsikan
(percieved social pressure) atau norma subjektif dan control beliefs menimbulkan
perceived behavioral control atau kontrol perilaku yang dipersepsikan.
Bagan ditas dapat menjelaskan empat hal yang berkaitan dengan perilaku manusia,
yaitu:
1) Hubungan yang langsung antara tingkah laku dan intensi.
2) Intensi dipengaruhi oleh tiga factor, yaitu sikap individu terhadap tingkah laku
yang dimaksud, norma subjektif, dan persepsi terhadap kontrol yang dimiliki.
3) Masing-masing factor yang mempengaruhi intensi diatas (sikap, norma
subjektif, dan PBC) dipengaruhi oleh anteseden lainnya.
4) PBC merupakan ciri khas teori ini dibandingkan dengan TRA.
2.5 Kerangka konsep

Keyakinan
perilaku
Sikap terhadap
perilaku
Evaluasi hasil
perilaku

Keyakinan
normatif
Norma
Niat perilaku Perilaku
subjektif
Motivasi untuk
patuh
Mengontrol
keyakinan Kontrol
perilaku yang
dirasakan
Dirasakan

2.6 Penjelasan kerangka konsep

2.7 Hipotesis
Penggunaan gadget yang berlebihan mempengaruhi obesitas pada anak
karena anak terlalu seringa tau banyak berdiam diri untuk memainkan gadgetnya
sampai lupa waktu tanpa beraktifitas atau bermain seperti anak pada umumnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitihan
Jenis penelitihan yang digunakan dalam penelitihan ini adalah Survey
Analitik dengan metode Case Control. Teknik pengambilan sampelnya adalah
total sampling dengan sampel 38 responden, Teknik pengumpulan data dengan
kuisioner dan wawancara. Variable dalam penelitihan ini adalah variable bebas
dan terikat. Analisa data yang digunakan adalah chi square kemudian dilakukan
perhitungan add rasio untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tersebut. (Sari
& Mitsalia, 2016)
3.2 Waktu dan Tempat Penelitihan
3.2.1 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan hari tanggal 1 Desember 2020
3.2.2 Tempat Penelitian
Posyandu anak di Turen
3.3 Kerangka Kerja

Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia dini umur 4 – 7 tahun

Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah anak usia dini umur 4 - 7 tahun sebanyak 38 anak

Teknik sampling
Teknik dalam pengambilan sampling adalah Total Sampling

Desain penelitian
Eksperimen dengan menggunakan tes atau kuisioner
Pengumpulan data
Melakukan Kuisioner dan wawancara

Teknik pengelolaan data


Editing, coding, data entry, tabulating

Analisa data
Menggunakan chi square kemudian dilakukan perhitungan odd ratio

Kesimpulan
Terdapat hubungan yang terkait dengan nilai signifikansi ≥ 5,991

Tidak ada hubungan terkait jika Nilai ≤5,991


3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi merupakan subjek penelitian yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Pada penelitian ini populasinya
ialah anak usia dini umur 4 – 7 tahun.
3.4.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang telah ditetapkan oleh


peneliti baik dari jumlah dan karakteristik melalui proses seleksi sehingga
dapat mewakili populasi dan dapat digunakan sebagai subjek penelitian
( (Sugiyono, 2014)). Sampel dalam penelitian ini yaitu anak usia dini
dengan umur 4 – 8 tahun sebanyak 30 anak yang telah sesuai dengan
kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan.

3.4.3 Sampling
Sampling merupakan proses seleksi pada populasi yang bertujuan
untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian yang
mewakili dari populasi yang ada (Supriyadi, 2014). Teknik pengumpulan
sampel menggunakan Total Sampling. Total Sampling adalah teknik
pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi dan
alasan mengambil total sampling karena jumlah populasi yang kurang dari
100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya (Sugiyono,
Total Sampling, 2007)

Kriteria Inklusi dan Eksklusi


1. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi merupakan kriteria yang telah ditetapkan
peneliti dan harus dimiliki oleh populasi tersebut sehingga dapat
dipilih menjadi sampel (Notoatmodjo, 2014).
2. Kriteria Inklusi terdiri dari :
a. Responden dengan Anak usia 4 - 8 tahun
b. Anak usia dini tersebut bersedia menjadi responden
c. Anak usia dini mengikuti kegiatan

3. Kriteria Eksklusi
Kriteria Ekslusi yaitu mengeluarkan subjek dari penelitian
dikarenakan oleh banyak sebab (Nursalam, 2014). Kriteria ini terdiri
dari:
a. Responden dengan usia 4 - 8 tahun
b. Anak usia dini yang tidak berkenan untuk diteliti
c. Anak usia dini yang memiliki gangguan kejiwaan

3.5 Identifikasi Variabel


3.5.1 Definisi Variabel
Variabel merupakan nilai atau sifat dari subjek atau objek yang
akan digunakan sebagai penelitian yang mempunyai variasi nilai. Variasi
nilai tersebut didapatkan dari hasil perhitungan atau pengukuran
berdasarkan dari data dan fakta dan data yang ada (Budiman, 2011).
3.5.2 Jenis Variabel
Berdasarkan hubungannya, variable digolongkan menjadi tiga jenis
yaitu variabel bebas, variabel terikat dan variabel control
a. Variabel Bebas merupakan jenis variabel yang menjadi penyebab
adanya perubahan pada variabel yang lainya dalam penelitihan saya ini
yang menjadi variabel bebas adalah
b. Variabel Terikat merupakan jenis variabel yang dipengaruhi oleh
adanya perubahan variabel bebas dalam penelitihan ini yang menjadi
variabel terikat adalah tingkat obesitas pada anak pra sekolah.
c. Variabel Kontrol merupakan jenis variabel yang dapat dikendalikan atau
dikontrol oleh peneliti. Dalam penelitian ini yaitu
3.6 Definisi Operasional
3.7 Metode Pengumpulan Data
3.7.1 Bahan dan Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuisioner
yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang meliputi tentang intensitas atau
seberapa sering anak menggunakan gadget serta durasi anak saat
menggunakan gadget dan juga seberapa sering aktivitas anak diluar rumah
yang akan diisi oleh wali dari anak tersebut.
3.7.2 Data Yang Dikumpulkan
a. Data Primer
Adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri yang diukur
dengan kuesioner yang diisi oleh peneliti.
1. Identitas
2. Status ekonomi
3. Seberapa sering menggunakan gadget
4. Durasi menggunakan gadget
5. Aktivitas diluar rumah
b. Data Sekunder
Adalah data yang dikumpulkan oleh instansi, badan yang terkait
atau tidak dikumpulkan oleh peneliti sendiri, dan digunakan oleh
peneliti sendiri untuk melaksanakan dan melenkapi penelitian.
3.7.3 Cara Pengumpulan Data
a. Pengumpulan
Yaitu dengan menyebarkan kuisioner secara langsung ke
responden dan divalidasi dengan observasi, kemudian setelah diisi
diserahkan kepada peneliti saat itu juga.
b. Prosedur Pengambilan Data
Pengumpulan data dengan cara pengisian kuisioner yang dilakukan
sendiri oleh responden dengan langkah sebagi berikut:
1. Setelah mendapat ijin dari kepala puskesmas Turen peneliti
melakukan konfirmasi ke posyandu
2. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti menjelaskan tentang tujuan
penelitian dan pengisian kuisioner.
3. Setelah memahami tujuan penelitian responden yang setuju
dimintai menandatangani surat pernyataan ketersediaan menjadi
responden
4. Responden dibagikan kuisioner dan diminta mempelajari terlebih
dahulu, bila ada pertanyaan yang tidak jelas, diberikan kesempatan
untuk bertanya
5. Mempersilahkan responden mengisi kuisioner sasuai petunjuk
6. Kuisioner yang telah diisi, kemudian dikumpulkan dan diperiksa
kelengkapanya oleh peneliti kemudian dilakukan analisa
3.8 Teknik Pengelolaan dan Analisa Data
3.8.1 Pengelolahan Data
Pengolahan data hasil penelitihan dilakukan melalui tahapan
sebagai berikut:
a. Editing yaitu tindakan pengecekan data yang telah diperoleh untuk
menghindari kekeliruan kemudian mengalokasikan data-data
tersebut dalam bentuk kategori-kategori yang telah ditentukan.
b. Coding atau mengodi data. Pemberian kode sangat diperlukan
terutama dalam rangka pengelolaan data-data secara manual
menggunakan kalkulator maupun dengan computer.
c. Tabulating yaitu hasil pengelompokan data kemudian ditampilkan
secara deskriptif dalam bentuk table sebagai bahan informasi.
Data yang terkumpul di analisa dalam bentuk statistic deskriptif.
Analisa data dalam penelitian ini meliputi distribusi frekuensi presentase
sehingga dapat diketahui frekuensi atau modus (terbanyak) tentang tingkat
partisipasi.
Statistik deskriptif merupakan suatu metode untuk memaparkan
hasil-hasil yang telah dilakukan dalam bentuk statistic yang sederhana
sehingga setiap orang dapat lebih mudah mengerti dan mendapatkan
gambaran yang jelas mengenai hasil penelitian.
3.8.2 Analisa Data
Analisis data yang akan digunakan adalah analisis univariat dan
analisis bivariate.
a. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
angka/nilai karakteristik responden, gambaran responden memilih
rumah sebagai tempat bersalin. Dengan perhitungan rumus, penentuan
besarnya presentase sebagai berikut (Budiarto, 2001)
f
X = x 100 %
n
Dengan
X : Hasil prosentase
f : Frekuensi hasil pencapaian
n : Total seluruh observasi
b. Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan yaitu mempelajari hubungan antar variabel dengan
menggunakan “Uji Chi Square”
Kemudian dimasukan dalam table kontingensi 3x2. Setelah itu
mencari ini frekuensi harapan (ekspektasi). Hasil nilai ekspektasi
dimasukan dalam rumusan untuk menghitung X2 hitung, sebagai
berikut:
(O−E)2
X 2 =Ʃ
E
Dimana O : Frekuensi yang dihitung
E : Frekuensi yang diharapkan
Dari hasil perhitungan akan didapatkan X² hitung. Setelah itu X²
hitung dibandingkan dengan daerah kritis penolakan : dk = 2 untuk tabel
kontingensi 3 x 2 dengan level signifikansi 95 % yaitu 5,991.
1. Apabila X² hitung ≥ 5,991 maka hasil signifikansi Ha diterima dan
Ho ditolak, berarti ada hubungan antara penggunaan gadget yang
berlebihan terhadap obesitas pada anak usia pra sekolah.
2. Apabila X² hitung < 5,991 maka hasil signifikansi Ha ditolak dan
Ho diterima, berarti tidak ada hubungan antara penggunaan gadget
yang berlebihan terhadap obesitas pada anak usia pra sekolah.
3.8.3 Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan dan kesahan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau
sah, mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang
valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2002)
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang diinginkan. Dan sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat
mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi
rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang
terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang
dimaksud (Arikunto, 2002)
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data,
karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat
dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dipercaya juga.
Apabila data yang memang benar sesuai dengan kenyataan, maka berapa
kalipun diambil tetap akan sama (Arikunto, 2002).
3.9 Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitihan ini peneliti mendapat rekomendasi dari
STIKes Kepanjen dan Permintaan ijin ke Puskesmas Turen, setelah mendapat
persetujuan peneliti menekankan masalah etika yang meliputi:
1. Lembar Persetujuan
Lembar Persetujuan diberikan kepada subjek yang akan diteliti.
Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti. Jika responden
bersedia untuk diteliti, maka mereka harus menandatangani lembar
persetujuan tersebut. Jika esponden menolak untuk diteliti maka peneliti
tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama
responden pada lembar pengumpulan data.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu saja akan disajikan dan dilaporkan sebagai hasil riset.

Anda mungkin juga menyukai