Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PERENCANAAN PROGRAM GIZI

(OBESITAS)

Disusun oleh :
Nama : Putu Sekar Ayu Sharadhita
Nim : 18120801006
Program : S1 Ilmu GIzi
Fakultas Ilmu Komunikasi Sains Dan Teknologi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul laporan
perencanaan program gizi obesitas tepat waktu.
Makalah [judul makalah] disusun guna memenuhi tugas dari ibu dosen pada
bidang studi perencanaan program gizi di Universitas Dhyana Pura Bali. Selain
itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang Obesitas.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu selaku Dosen


Mata kuliah Perencanaan Program Gizi. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis..

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Dalung,15 Oktober 2020

Putu Sekar Ayu Sharadhita


DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

merupakan masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju
maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Perubahan gaya hidup termasuk
kecenderungan mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak tinggi
merupakan faktor yang mendukung terjadinya kelebihan berat badan
(overweight) dan obesitas.sedangkan menurut WHO, Obesitas merupakan
penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidakseimbangan asupan energi
(energy intake) dengan energi yang digunakan (energy expenditure) dalam waktu
lama. (WHO,2000)

Obesitas merupakan salah satu faktor penyebab kematian secara global. Sekitar
3.4 juta orang dewasa meninggal setiap tahunnya karena obesitas atau overweight.
Peningkatan indeks massa tubuh dapat menjadi faktor resiko terhadap penyakit
tidak menular. Obesitas dan overweight berkaitan dengan 44% dari permasalahan
diabetes, 23% dari penyakit jantung iskemik dan 7-41% dari permasalahan
kanker.

Obesitas dapat terjadi apabila asupan energi melebihi pengeluaran energi yang
mengakibatkan ketidak seimbangan energi dan berdampak pada peningkatan berat
badan, dimana 60% hingga 80% biasanya berupa massa lemak tubuh. Selain itu
faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi berat badan melalui keseimbangan
energi. Pada proses metabolisme energi, diperlukan peran asupan makanan
khususnya zat gizi makro. zat gizi makro yang terdiri dari karbohidrat, lemak,
protein berperan penyumbang kalori dan makanan tinggi kalori terbukti menjadi
salah satu penyebab obesitas.

Pola makan yang termasuk gaya hidup merupakan penyebab utama terjadinya
sindroma metabolik. Resiko sindroma metabolik meningkat dengan meningkatnya
kebiasaan pola makan terhadap beberapa jenis makanan seperti daging, susu dan
produk olahannya, serta sereal olahan. Semakin banyak asupan makan, terutama
kolesterol, total kalori, lemak dan karbohidrat maka semakin meningkat kejadian
sindroma metabolik. Faktor risiko obesitas sentral lainnya adalah perubahan gaya-
hidup, seperti konsumsi minuman beralkohol yang tinggi , kebiasaan
merokok,konsumsi makanan berlemak yang tinggi, konsumsi sayuran dan buah
yang rendah, dan aktivitas fisik yang rendah.

ttps://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-
riskesdas-2018_1274.pdf

menurut hasil riskesdas 2018 provinsi tertinggi yang masyaraktnya banyak


mengalami obesitas adalah di provinsi kalimantan timur,DKI jakarta dan sulawesi
utara.

Diperkirakan pada tahun 2030, sebanyak 1,12 miliar orang akan menjadi
obesitas.Prevalensi obesitas sentral pada pria di Amerika meningkat menjadi
42,2% dan pada wanita meningkat menjadi 61,3% pada tahun 2004.Di China,
dilaporkan prevalensi obesitas sentral sebesar 16,1% pada pria dan 37,6% pada
wanita.Di Indonesia, ada kecenderungan prevalensi obesitas yang meningkat pada
wanita dewasa sejak tahun 2007-2013, dari 22,8% menjadi 32,9%. Di Provinsi
Jawa Barat, prevalensi obesitas sentral meningkat dari 23,1% menjadi 25%.
Berdasarkan Renstra Kemenkes 2015-2019. Prevalensi Obesitas Sentral (Lingkar
Perut) Lebih Dari 90 Cm Untuk Pria Dan Lebih Dari 80 Cm Untuk Wanita Pada
Tahun 2013. Data Tersebut Menunjukkan Penderita Obesitas Di Provinsi DKI
Jakarta Sekira 39,7 Persen Dan Itu Berarti 2,5 Kali Lipat Dari Prevalensi Obesitas
Terendah Di Provinsi Nusa Tenggara Timur Yang Hanya 15,2 Persen.
"Penyebabnya Rata-Rata Kebiasaan Dan Pola Hidup Orang Jakarta," Jelas Kata
Dr. Mahesa Paranadipa, MH, Ketua Bidang Organisasi Dan Sistem Informasi
Kelembagaan PB IDI.Pola Hidup Yang Rata-Rata Dijalani Warga Jakarta
Terbilang Rentan Terhadap Risiko Obesitas. Misalnya Tingkat Stres Karena
Pekerjaan, Stres Karena Macet, Hobi Ngemil Makanan Tidak Sehat (Junk Food),
Kurangnya Aktivitas Fisik, Hingga Kebiasaan Merokok Dan Konsumsi Minuman
Beralkohol Yang Cukup Tinggi. Pola Dan Kebiasaan Tidak Sehat Ini Tak Hanya
Mengakibatkan Obesitas. Tapi Juga Memicu Timbulnya Komplikasi Terkait
Kegemukan, Seperti Hipertensi, Serangan Jantung, Gangguan Pernapasan, Sendi,
Sampai Diabetes. "Pola Makan, Dampak Psikologis Karena Stres, Kurang
Aktivitas Fisik Itu Yang Membuat Warga Jakarta Rentan Obesitas,".

Program-program kesehatan terkait dengan penanganan dan pengenda-lian


Obesitas di Indonesia diantaranya ada

a. Program penilaian status gizi anak barumasuk sekolah (screening)


dilaksanakan pada tataran sekolah dasar maupun sekolah menengah
pertama.Hal ini sebenarnya sebuah program yang sangat baik dilakukan
untk melakukan deteksi dini pada anak dengan gangguan status gizi (baik
gizi kurang/buruk maupungizi lebih/obesitas). Namun sayangnya salah
satu kelemahan dari program ini adalah data hasil pengukuran
antropometri/penilaian status gizi yang dilakukan hanya tersimpan sebagai
data statis di pihak sekolah atau petugas kesehatan saja.
b. Program Upaya Kesehatan Sekolah(UKS)Salah satu kegiatan dalam
program ini adalah penyuluhan gizi bagi anak sekolahdan pembinaan
kantin sekolah. Lingkungan sekolah merupakan tempat yang baikuntuk
pendidikan kesehatan yang dapat memberikan pengetahuan, keterampilan
serta dukungan sosial dari warga sekolah.Pengetahuan, keterampilan serta
dukungan sosial ini memberikan perubahan perilaku makan sehat yang
dapat diterapkan dalam jangka waktu lama.
c. Program Pendidikan Kesehatan Masyarakat melalui Kadarzi (Keluarga
Sadar Gizi) Dalam program ini secara eksplisit sudah dijelaskan
bagaimana suatu keluarga mengenal masalah gizi anggota keluarga
mereka. Salah satunya adalah cara menilai status gizi anggota keluarga.
Program ini merupakan program berbasis masyarakat dengan leading
sector Dinas Kesehatan dan Puskesmas.
d. Pengembangan Program Penanganan dan Pengen dalian Obesitas berbasis
Kesehatan Masyarakat Rekomendasi Global untuk pemerintah daerah dan
pusat yang digambarkan dalam Strategi Global WHO pada Diet, Aktivitas
Fisik dan Kesehatan (DPAS) dan disamping tindakan spesifik untuk
mengatasi obesitas, mereka juga memiliki peranan penting dalam
memberikan strategi dukungan untuk pencegahan obesitas yang efektif.

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan umum
Tujuan umum dari pembuatan laporan ini adalah untuk mengetahui
penyebab terjadinya obesitas , gejala gejala timbulnya obesitas ,
bagaimana timbulnya hingga bagaimana cara megukur tubuh mengalami
obesitas atau tidak.
1.2.2 Tujuan khusus
Tujuannya untuk mengetahui ada atau tidaknya dampak dari obrsitas, cara
untuk menanggulangi obesitas,penyakit apa saja yang timbul karena
obesitas.
1.3 Manfaat
Laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi atau pengetahuan lebih
tentang obesitas sehingga pembaca dapat mengtahui masalah obesitas ini lebih
dalam lagi.

1.4 Rumusan masalah


1. Apa itu obesitas ?
2. Apa penyebab obesitas ?
3. Apa dampak dari obesitas ?
4. Bagaimana caramengetahui obesitas ?
5. Bagaimana cara mengatasi obesitas?
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI

Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian terkait obesitas di salah satu
kota yang ada di provinsi Bantenyaitu Tangerang Selatan.Penelitian dilakukan
disalah satu SMA dengan letak sekolah yang berada diperkotaan dan dekat dengan
mall,sehingga peneliti mengasumsikan adanya kemungkinan siswa dan siswi
tersebut memiliki gaya hidup yang lebih berisiko dibanding di pedesaan.Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui Faktor DominanObesitas pada SiswaSekolah
Menengah Atasdi Tangerang Selatan.

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 7 Tangerang Selatandengan desain


penelitian cross sectional. Populasi penelitianyaitusemua siswa kelas X, XI dan
XII SMA Negeri 7 Tangerang Selatan.Sampel sebanyak 131 siswa yang dipilih
berdasarkanteknik propotional stratified sampling.Kriteria inklusi pada penelitian
ini yaitu berstatus sebagai siswa aktif pada periode penelitian dan bersedia
menjadi responden. Variabel terikat yaitu obesitas dan variabel bebas yaitu
pengetahuan gizi, kebiasaan makanfast fooddan aktivitas fisik.

Pengetahuan gizi diukur dengan 20 pertanyaan tentang gizi, melalui angket.


Penilaian pengetahuan gizi dilakukan dengan memberi skor 0 bila jawaban salah
dan skor 1bila jawaban benar, sehingga skor total minimum 0 dan maksimum
adalah 20. Kategori pengetahuan gizi dikelompokkan menjadi dua, yaitu kategori
pengetahuan gizi rendah bila skor <80.0%, kategori pengetahuan gizi tinggibila
skor ≥80.0%. Berdasarkan kuesioner Khomsan13,kebiasaan makan fast
fooddiukur menggunakan food frequency questionnaire(FFQ) yang diisi sendiri
oleh siswa. FFQ berisi jenis makanan dan frekuensi mengonsumsi dalam
seminggu. Jenis makanan yang ditanyakan yaitu fried chiken, chiken nugget, hot
dog, hamburger, sphagetti, donat, kentang goreng. Frekuensi konsumsi
dikelompokkan menjadi dua yaitu sering (lebih dari 2 kali per minggu) dan jarang
(kurang dari atausama dengan 2 kaliper minggu).Aktivitas fisik diukur
menggunakan kuesioner Baecke yang membagi aktivitas fisik ke dalam 3 domain
yaitu aktivitas sehari-hari, aktivitas olah raga dan aktivitas waktu senggang.Indeks
Aktivitas Fisik merupakan penjumahan indeks aktivitas sehari-hari ditambah
indeks aktivitas olah raga dan aktivitas senggang.

Faktor dominan obesitas pada siswa SMA diTangerang Selatan adalah


pengetahuan tentang gizi dan kebiasaan konsumsi fast food. Pihak sekolah dapat
menjadikan penelitian ini sebagai acuan dalam membuat kebijakan mengenai
upaya pencegahan obesitas dan pendidikan
gizi di sekolah.Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan pelatihan
tentang gizi dan makanan sehatsecara teraturkepada siswa. Pendekatan dapat
memanfaatkan media teknologi yang sesuai dengan perkembangan zaman, serta
mengintegrasikan pengetahuan gizi ke dalam kurikulum sekolah untuk
meningkatkan pengetahuan gizi siswa.
BAB III RENCANA TINDAK LANJUT

Program-program kesehatan terkaitdengan penanganan dan pengenda-lian


Obesitas di Indonesia

1. Penilaian status gizi anak baru masuk sekolah (PSG-ABS)D alam buku
Pedoman Pencegahan danPenanggulangan Kegemukan dan Obesitaspada
Anak Sekolah yang diterbitkan olehDirektorat Jenderal Bina Gizi
danKesehatan Ibu dan Anak, Kementerian Kesehatan 2012 disebutkan
bahwa langkah penemuan kasus obesitas dilakukan melalui kegiatan
Penyaringan Kesehatan di Sekolah. Bila ditemukan anak dengan status
gizi gemuk atau obesitas, maka dia dirujuk ke Puskesmas untuk
pemeriksaan lebih lanjut.
2. rogram Upaya Kesehatan Sekolah(UKS) Salah satu kegiatan dalam
program ini adalah penyuluhan gizi bagi anak sekolahdan pembinaan
kantin sekolah. Lingkungan sekolah merupakan tempat yang baik untuk
pendidikan kesehatan yang dapat memberikan pengetahuan, keterampilan
serta dukungan sosial dari warga sekolah.Pengetahuan, keterampilan serta
dukungan sosial ini memberikan perubahan perilaku makan sehat yang
dapat diterapkan dalam jangka waktu lama.
3. Program Pendidikan Kesehatan Masyarakat melalui Kadarzi (Keluarga
Sadar Gizi) Dalam program ini secara eksplisit sudah dijelaskan
bagaimana suatu keluarga mengenal masalah gizi anggota keluarga
mereka. Salah satunya adalah cara menilai status gizi anggota keluarga.
Program ini merupakan program berbasis masyarakat dengan leading

sector Dinas Kesehatan dan Puskesmas.


4. Pengembangan Program Penanganan dan Pengendalian Obesitas berbasis
Kesehatan Masyarakat Rekomendasi Global untuk pemerintah daerah dan
pusat yang digambarkan dalam Strategi Global WHO pada Diet, Aktivitas
Fisik dan Kesehatan (DPAS) dan disamping tindakan spesifik untuk
mengatasi obesitas, mereka juga memiliki peranan penting dalam
memberikan strategi dukungan untuk pencegahan obesitas yang efektif.
5. Kebijakan Pencegahan danPengendalian Obesitas untuk level sekolah dan
Puskesmas Sekolah merupakan institusi unik untuk pencegahan dan
pengendalian obesitas.Komunitas ini dapat berfungsi untuk memberikan
contoh pendekatan yang lebih disukai untuk pengaturan gizi yang baik dan
hidup aktif, dan praktik mereka harus memberi contoh tidak hanya untuk
siswa tetapi juga keluarga mereka.
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
Obesitas merupakan suatu kondisi kelebihan berat tubuh akibat
tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita masing- masing melebihi 20%
dan 25% dari berat tubuh dan dapat membahayakan kesehatan. Kriteria
dan klasifikasi obesitas secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu
berdasarkan ciri fisik klinis yang terjadi dan antropometri (berdasarkan
Indeks Massa Tubuh (IMT) / Body Mass Index (BMI) dan berdasarkan
pengukuran rasio lingkar pinggang dan perbandingan antara lingkar
pinggang dengan lingkar pinggul) dan secara biokimia (penentuan lemak
dalam tubuh dilakukan dengan menggunakan Bio – Impedance analisis
(BIA).
Faktor-faktor penyebab obesitas adalah faktor genetik, hormon, makanan,
pola makan (gaya hidup), phisikologis dan pemakaian obat-obatan.
Adapun faktor yang paling berpengaruh adalah pola makan (gaya hidup).
Gaya hidup yang salah akan memperparah tingkat obesitas.
Obesitas dengan BMI > 40 dapat diatasi dengan pembedahan sedangkan
obesitas yang tidak terlalu parah dapat diatasi dengan cara hidup yang
sehat dan seimbang.

5.2 Saran
Mengingat angka kejadian obesitasterutama pada anak sekolah yang
meningkat dari tahun ke tahun, dan disertai dengan beban pembiayaan
yang tinggi,maka perlu reformasi penentuan prioritas perencanaan
kegiatan. Memang kebijakan yang terkait dengan pengendalian penyakit
tidak menular (kronis) sangat penting dilakukan, namun akar masalahnya
yaitu tingginya prevalensi obesitas juga harus segera mendapat perhatian
serius dengan didukung oleh kebijakan-kebijakan pencegahan dan
pengendaliannya.Program penanganan obesitas perlu didukung kebijakan
ditingkat nasional,propinsi maupun kabupaten/kota mampu memberikan
angin segar bagi perbaikan program yang sudah ada atau mengem-
bangkan program baru. Kebijakan terkait dengan upaya-upaya pencegahan
obesitas perlu dilakukan secara holistik dengan melibatkan pihak keluarga.
Namun yang tidak kalah pentingnyaprogram ini juga membutuhkan
dukungan kebijakan dari sektor kesehatan (Dinas kesehatan hingga ke
level Puskesmas) dan lintas sektor terkait (Pekerjaan umum, tata ruang,
perijinan).
DAFTAR PUSTAKA

SUIRAOKA, I. Putu. Pencegahan dan Pengendalian Obesitas pada Anak Sekolah.


Jurnal Ilmu Gizi, 2015, 6: 33-42.

Sugiatmi, S., & Handayani, D. R. (2018). Faktor Dominan Obesitas pada Siswa
Sekolah Menengah Atas di Tangerang Selatan Indonesia. Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan, 14(1), 1-10.

Sugianti, E., & Afriansyah, N. (2009). Faktor risiko obesitas sentral pada orang
dewasa di DKI Jakarta: Analisis Lanjut Data Riskesdas 2007. Gizi Indonesia,
32(2).

ttps://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-
riskesdas-2018_1274.pdf

https://lifestyle.okezone.com/read/2016/11/29/481/1554401/jumlah-kasus-
obesitas-dki-jakarta-tertinggi-di-indonesia

Azkia, F. I., & Wahyono, T. Y. M. (2019). Hubungan Pola Konsumsi Makanan


Berisiko dengan Obesitas Sentral Pada Wanita Usia 25-65 Tahun di Bogor Tahun
2011-2012. Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia, 2(1).

Anda mungkin juga menyukai