PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah Gizi merupakan salah satu masalah kesehatan di berbagai negara, baik di negara
maju maupun di negara berkembang. Masalah gizi diikuti dengan semakin bertambahnya
jumlah penduduk, sehingga kebutuhan pangan sehari hari tidak dapat terpenuhi. Namun
masalah gizi bukan hanya berdampak pada kesehatan saja, akan tetapi berdampak pula pada
pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang (Depkes RI,
2012).
Berbagai masalah gizi terjadi di Indonesia salah satunya di Kecamatan Gunung Berapi-
Api Kabupaten Ujung Tanjung beradasarkan data pertengahan tahun 2019 dilaporakan
bahwa : jumlah penduduk sebanyak 34.600 jiwa terdiri dari balita 9%, ibu hamil 4 % lansia
5% dari jumlah penduduk. Keadaan kesehatan penduduk dilaporkan bahwa Angka kejadian
Anemia pada ibu hamil ditemukan sebesar 35%, gizi kurang pada balita ditemukan 5%,
tingkat pengetahuan gizi ibu balita pada umumnya masih rendah. Asupan gizi pada balita
masih ada yang di bawah RDA. Informasi lain bahwa kegiatan posyandu di kecamatan ini
pada umumnya hidup segan mati tak mau, partisipasi masyarakat untuk datang mengikuti
kegiatan posyandu 55%, bayi yang mendapatkan Asi Eksklusif dilaporkan sebesar 40%,
pada umumnya ibu hamil mengkonsumsi Tablet Fe tidak tertatur setiap hari dengan alasan
rasa mual setelah minum Tablet Fe.
Masalah gizi yang terjadi di Kabupaten tersebut dapat dicegah melalui perilaku
penunjang dari para orang tua, ibu atau pengasuh dalam keluarga untuk selalu menyediakan
makanan dengan gizi seimbang bagi anggota keluarganya. Gizi seimbang adalah makanan
yang dikonsumsi individu dalam satu hari yang beraneka ragam dan mengandung zat tenaga,
zat pembangun dan zat pengatur sesuai dengan kebutuhan tubuhnya (paath dkk, 2010).
Kebutuhan gizi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam membantu proses
pertumbuhan dan perkembangan pada seseorang, sehingga pemenuhan gizi yang baik harus
dilakukan sejak bayi baru lahir, bahkan ketika masih dalam kandungan. Air Susu Ibu (ASI)
merupakan makanan yang paling baik untuk bayi, sebab mengandung zat gizi yang lengkap
yang dapat menunjang pertumbuhan bayi diantaranya protein, mineral, air, lemak dan laktosa.
ASI Eksklusif merupakan pemberian ASI saja tanpa makanan tambahan lain selama usia 0 - 6
bulan. Ibu adalah faktor utama penyedia makanan dalam keluarga dan berperan penting dalam
menjaga kesehatan anggota keluarga. Kategori yang termasuk dalam kelompok sasaran
menurut kondisi ibu yaitu WUS (Wanita Usia Subur), ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas.
WUS (Wanita usia subur) sendiri adalah wanita yang telah memasuki usia 15–49 tahun tanpa
memperhitungkan status perkawinannya.
Meningkatkan kesehatan ibu berarti meningkatkan terciptanya generasi penerus yang
cerdas. Sebagai pembuka cakrawala pengetahuan untuk anak-anaknya seorang ibu harus
selalu siap menanggapi persoalan yang dihadapi anak-anaknya kapanpun juga. Ironisnya, di
Indonesia masih banyak ibu yang kurang memperhatikan asupan gizi mereka sehingga
menyebabkan terjadinya anemia saat hamil yang akan berdampak pada bayi yang dilahirkan,
selain itu bayi usia 0-6 bulanpun masih banyak yang tidak diberikan ASI Eksklusif, ditambah
lagi anak balita yang kurang perhatian dari ibu menyebabkan munculnya masalah gizi kurang
sehingga anak yang dilahirkan berada pada kondisi yang mengkhawatirkan, dan kurangnya
partisipasi ke Posyandu oleh Ibu yang mempunyai anak balita menyebabkan masalah gizi
yang sangat serius karena kondisi balita tidak terpantau secara teratur.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka diperlukan suatu Perencanaan Intervensi Gizi
terhadap berbagai masalah yang terjadi di Kecamatan Gunung Berapi-Api Kabupaten Ujung
Tanjung agar dapat meningkatkan pengetahuan Ibu mengenai pentingnya mengonsumsi Gizi
seimbang saat hamil guna mencegah terjadinya anemia, meningkatkan pengetahua ibu tentang
pedoman gizi seimbang dan ASI eksklusif, pentingnya memperhatikan asupan gizi balita agar
tidak terjadi Kurang Gizi, dan pentingnya partisipasi ke posyandu oleh Ibu yang mempunyai
anak balita agar dapat terpantau secara rutin.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan Ibu dan Kader Posyandu tentang Pentingnya Gizi Seimbang
bagi Ibu Hamil & Bayi, pentingnya Asi Eksklusif dan meningkatkan Partisipasi Posyandu
di wilayah kerja Puskesmas Gunung Berapi-Api Kabupaten Ujung Tanjung
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan dan
pekerjaan.
b. Mendeskripsikan pengetahuan responden tentang ASI Ekslusif, Pedoman Gizi
Seimbang (PGS), Partisipasi Posyandu baik sebelum dan sesudah dilakukan intervensi
gizi.
C. Manfaat
1. Bagi Posyandu
Dapat dijadikan bahan informasi mengenai penyebab timbulnya masalah gizi dan
penentuan alternatif pemecahan masalah gizi di sehingga dapat dijadikan pertimbangan
untuk menetapkan kebijakan maupun perencanaan program pencegahan dan
penanggulangan permasalahan gizi di di Kecamatan Gunung Berapi-Api Kabupaten
Ujung Tanjung
2. Bagi Program Studi Ilmu Gizi
Dapat dijadikan bahan kajian penelitian bagi dosen atau mahasiswa dalam
mengembangkan bidang ilmu yang relevan dengan realitas yang ada di masyarakat.
3. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang pemecahan masalah gizi yang ada
dimasyarakat serta dapat mengembangkan keterampilan dalam mengaplikasikan teori yang
di dapat selama perkuliahan untuk pemecahan masalah gizi di masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
Defisiensi kebutuhan zat gizi selama hamil dapat mengakibatkan pertumbuhan janin
menganjurkan jumlah tambahan energi untuk ibu hamil trimester I adalah 150 kkal
dalam satu hari, untuk ibu hamil trimester II dan III ibu hamil memerlukan tambahan
energi sebesar 350 kkal dalam satu hari. Selain kebutuhan energi, kebutuhan protein
selama hamil juga meningkat hingga 68% dari sebelum hamil.Oleh karena itu, Negara
Indonesia melalui Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) tahun1998
2010).
Seorang wanita hamil akan mengalami peningkatan volume darah, hal ini
menyebabkan kebutuhan akan zat besi juga meningkat. Jumlah zat besi yang
kebutuhan peningkatan sel darah merah yang membutuhkan zat besi 300-400 mg zat
besi hingga usmur kehamilan 32 minggu, untuk memenuhi kebutuhan janin sekitar
100-200 mg zat besi dan untuk memenuhi pertumbuhan plasenta sekitar 100-200 mg
zat besi. Zat besi akan hilang sekitar 190 mg saat melahirkan (Ibrahim, 2010).Di
Indonesia melalui Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) tahun 1998
3. Anemia
a. Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu keadaan dimana sel darah merah atau eritrosit atau massa
hemoglobin dalam darah berkurang sehingga tidak dapat membawa oksigen ke seluruh
jaringan. World Health Organization (WHO) menyebutkan jika anemia adalah suatu
keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang dari batas normal berdasarkan
kelompok umur yang bersangkutan, jenis kelamin dan kondisi fisiologis (Dinas
Kesehatan, 2015).
b. Kriteria Anemia
Kriteria seseorang dikatakan anemia menurut WHO (2011) adalah sebagai
berikut :
Tabel 1. Rekomendasi WHO Tentang pengelompokkan Anemia (g/dL)
berdasarkan umur
Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh yang berarti taat, suka menurut perintah.
Kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang
disarankan dokter atau oleh orang lain (Santoso, 2005). Menurut Arisman (2004)
mengartikan kepatuhan adalah sebagai tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan
perilaku yang disarankan oleh bidannya atau oleh orang lain. Kepatuhan dalam penelitian
ini menunjuk pada kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi zat besi (Fe).
Perilaku mengonsumsi obat merupakan perilaku peran sakit yaitu tindakan atau
dapat berupa perilaku patuh dan tidak patuh yang dapat diukur melalui dimensi
kemudahan, lama pengobatan, mutu, jarak dan keteraturan pengobatan. Kepatuhan akan
meningkat bila instruksi pengobatan jelas, hubungan obat terhadappenyakit jelas dan
pengobatan teratur serta adanya keyakinan bahwa kesehatan akan pulih, petugas
kesehatan yang menyenangkan dan berwibawa, dukungan sosial keluarga pasien dan lain
Kepatuhan menurut Sackett pada pasien sebagai “Sejauh mana perilaku individu sesuai
Kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi diukur dari ketepatan jumlah tablet yang
dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet zat besi, frekuensi konsumsi perhari.
Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam
besi merupakancaraefektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang
sekaligus dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat (Afnita, 2004).
Menurut Afnita (2004) yang dikutip Hartati (2014), kepatuhan tergantung pada
banyak faktor, diantaranya adalah pasien sering kali tidak mengakui bahwa merekatidak
Menurut Dinicola dan Dimatteo (1984) yang dikutip Niven (2002) cara
dengan faktor kognitif, dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota
keluarga yang lain, teman, waktu dan uang merupakan faktor yang penting dalam
Tablet zat besi sebagai suplementasi yang diberikan pada ibu hamil menurut
aturan harus dikonsumsi setiap hari. Namun karena berbagai alasan misalnya,
11
pengetahuan, sikap, dan praktek ibu hamil yang kurang baik, efek samping dari tablet zat
besi, motivasi petugas kesehatan yang kurang sering kali terjadi ketidak patuhan ibu hamil
dalam mengkonsumsi tablet zat besi tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan tujuan dari
a. Pengertian
Menurut Almatsier (2004) status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Sedangkan menurut Idrus dan
Kunanto dalam Supariasa (2002) status gizi adalah suatu keadaan keseimbangan
Menurut Beck (2000) status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan
nutrisi untuk anak yang diindikasi oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status
gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan
pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit.
a. Faktor Langsung :
mampu lebih tinggi dibandingkan dengan ornag kondisi ekonomi lemah. Hal
ini di sebabkan orang deengan kondisi ekonomi yang lemah memiliki daya
pangan menurun secara makin nyata dan baru hilang setelah beberapa bulan
berubah dari hari ke hari dan dari minggu ke minggu. Selera makan biasanya
c) Imunisasi
a) Pengetahuan
status gizi balita, karena dengan pengetahuannya para ibu dapat mengasuh
dan memenuhi gizi anak balitanya, yang pada gilirannya dapat menjamin
asupan gizi anak. Menurut Nasar (2010), banyak orang tua yang
tertentu yang salah dalam pemberian makan anak akan sangat merugikan
jenis pangan. Pendidikan dan pengetahuan gizi sangat penting bagi ibu
rumah tangga yang turut bertanggung jawab akan keadaan gizi setiap
anggota keluarga.
artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi ibu, belum tentu konsumsi
b) Sosial-Ekonomi
berusaha keras agar supaya setiap anggota keluarga dapat cukup makan
c) Kesehatan Lingkungan
sehat yaitu:
i. Keadaan Air
Air yang sehat adalah air yang tidak berbau, tidak tercemar
karbondioksida).
berat.
d) Pelayanan Kesehatan
yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan
baik.
iv. Terjangkau
v. Mutu
Menurut Supariasa,et all (2002), penilaian status gizi dapat dilakukan secara
Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian yaitu
a. Antropometri
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur
dan tingkat gizi. Parameter yang diukur antara lain BB, TB, LLA, Lingkar
yang sangat labil. Sehingga indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi
Klasifikasi status gizi dengan indeks BB/U dapat dilihat dari Tabel 1
berikut ini:
Tabel 1. Klasifikasi status gizi dengan indeks BB/U
Indeks BB/U Klasifikasi
>2 SD Lebih
-2 SD s/d +2 SD Baik
< -2 SD s/d -3 SD Kurang
< -3 SD Buruk
Sumber : Khomsan, 2004
terhadap tinggi badan akan Nampak dalam waktu yang relative lama.
status gizi masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status social
ekonomi.
Klasifikasi status gizi dengan indeks TB/U dapat dilihat dari Tabel 2
berikut ini:
: Khomsan, 2004
gizi. Indeks BB/TB merupakan indicator yang baik untuk menilai status
gizi saat kini (sekarang). Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang
berikut ini:
b. Klinis
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal tersebut dapat dilihat pada
jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-
c. Biokimia
digunakan antara lain: urine, tinja, darah, beberapa jaringan tubuh lain seperti
d. Biofisik
Penentuan gizi secara biofisik adalah suatu metode penentuan status
Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi 3 yaitu: survey
konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa, et all 2002).
Adalah suatu metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan
b. Statistik Vital
seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat
c. Faktor Ekologi
tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.
4. Parameter
Ada beberapa jenis parameter yang dilakukan untuk mengukur tubuh manusia
yaitu: umur, berat badan, panjang badan, lingkar lengan atas, lengkar kepala, lengkar
dada, lingkar pinggul dan tebal lemak bawah kulit. (Supariasa, dkk, 2001).
a. Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan yang
terjadi karena kesalahan ini akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah.
Hasil pengukuran berat badan dan panjang tidak akan berari kalau penentuan umur
yang salah. ngat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan
penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan
berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak
disertai dengan penentuan umur yang tepat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12
bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh,
b. Berat Badan
ada pada tubuh antara tulang, otot, lemak, cairan tubuh. Parameter ini yang paling
baik untuk melihat perubahan yang terjadi dalam waktu singkat karena konsumsi
Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut
Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat
kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu
pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat
(Djumadias Abunain, 1990) dalam Atmarita, Soendoro, T. Jahari, AB. Trihono dan
Tilden, R. (2009).
penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, misalnya tulang, otot, lemak, organ
tubuh, dan cairan tubuh sehingga dapat diketahui status keadaan gizi atau tumbuh
kembang anak. Selain menilai berdasarkan status gizi dan tumbuh kembang anak,
berat badan juga dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis dan makanan yang
c. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah
lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Pengukuran TB
untuk anak balita yang sudah dapat berdiri dilakukan dengan alat pengukur tinggi
(microtoice) yang mempunyai ketelitian 0,1 cm. Sedangkan untuk bayi atau anak
yang belum dapat berdiri digunakan alat pengukur panjang bayi (I Dewa Nyoman
meningkat terus pada waktu pertumbuhan sampai mencapai tinggi yang optimal.
Tnggi badan dapat dihitung dengan dibandingkan berat badan dan dapat
mengesampingkan umur.
C. ASI Eksklusif
1. Pengertian
ASI (Air Susu Ibu) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,lactose dan
garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu,
sebagai makanan utama bagi bayi (Haryono dan Setianingsih, 2014). Pada usia 6
bulan pertama, bayi hanya perlu diberikan ASI saja atau dikenal dengan sebutan ASI
eksklusif (Maryunani, 2010). ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi 0-
6 bulan tanpa pemberian tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, madu,
air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur
susu, biskuit, dan nasi tim (Haryono dan Setianingsih, 2014)
Pemberian makanan yang baik dan tepat pada bayi sejak lahir hingga usiadua (2)
tahun merupakan salah satu upaya mendasar untuk mencapai kualitas pertumbuhan
dan perkembangan bayi serta untuk memenuhi hak bayi atas ASI. Pola pemberian
makan pada bayi lahir sampai 2 tahun yang di rekomendasikan dalam Global
Strategy on Infant and Child Feeding adalah sebagai berikut : (1) Inisiasi Menyusu
Dini, (2) Menyusui secara ekslusif selama 6 bulan, (3) MP-ASI diberikan mulai bayi
berumur 6 bulan; dan (4) tetap menyusui hingga anak berusia 24 bulan atau lebih
(Kemenkes RI, 2014).
Menyusui adalah cara alami untuk memberikan asupan gizi, imunitas dan
memelihara emosional secara optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Tidak ada susu buatan (Susu Formula) yang dapat menyamai ASI baik dalam hal
kandungan nutrisi, faktor pertumbuhan, hormon dan terutama imunitas. Karena
imunitas bayi hanya bisa didapatkan dari ASI. (Kemenkes RI, 2014).
2. Komposisi
c. ASI Matur
ASI yang keluar dari hari ke 10 pasca persalinan sampai
seterusnya.Komposisi relative konstan (adapula yang menyatakan bahwa
komposisi ASI relative mulai konstan pada minggu ke 3 sampai minggu ke
5), tidak mudah menggumpal bila dipanaskan.ASI pada fase ini yang keluar
pertama kali atau pada 5 menit pertama disebut sebagai foremilk. Foremilk
lebih encer, kandungan lemaknya lebih rendah namun tinggi laktosa, gula
protein, mineral dan air (Nugroho, 2011).
Selanjutnya setelah foremilk yang keluar adalah hindmilk. Hindmilk
kaya akan lemak dan nutrisi sehingga membuat bayi merasa lebih cepat
kenyang. Bayi akan lebih lengkap kecukupan nutrisinya bila mendapatkan
keduanya yaitu foremilk maupun hindmilk (Nugroho, 2011).Perbedaan
komposisi kolostrom, ASI transisi/peralihan dan ASI matur dapat dilihat pada
Tabel 2.1.
3. Manfaat
ASI mengandung kolostrom yaitu zat kekebalan teutama IgA yang bermanfaat
untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit dan infeksi.Kolostromnya
mengandung protein, vitamin A yang tinggi, karbohidrat dan lemak rendah
sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi pada hari-hari pertama kelahiran (Haryono
dan Setianingsih, 2014).
ASI membantu mengeluarkan mekonium (feses bayi), membantu
pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi melalui interaksi dan kontak
langsung antara ibu dan bayi. Ibu yang berhasil menyusui bayinya secara
eksklusif akan merasakan kepuasan dan kebahagiaan yang mendalam (Haryono
dan Setianingsih, 2014). ASI juga meningkatkan jalinan kasih sayang (bonding)
ibu dan bayi (Maryunani, 2010).
ASI dapat meningkatkan kecerdasan bayi (Haryono dan Setianingsih, 2014).
Memberikan ASI sebagai makanan terbaik bagi bayi merupakan awal langkah
untuk membangun manusia Indonesia yang sehat dan cerdas di masa depan
(Fikawati dkk, 2015).ASI mengandung nutrisi atau zat gizi yang paling sesuai
untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Maryunani, 2010).Kandungan gizi
nya yang sesuai kebutuhan bayi menjadikan ASI dapat mencegah maloklusi /
kerusakan gigi (Fikawati dkk, 2015).
ASI selalu bersih dan bebas kontaminasi (Haryono dan Setianingsih, 2014).
Lain halnya dengan pemberian susu formula pada bayi, harus mempersiapkan,
membersihkan botol dan meracik dalam botol. ASI selalu berada pada suhu yang
tepat yaitu mengikuti suhu tubuh ibu antara 37-39 0C, ASI dapat diberikan secara
on demand tergantung kebutuhan dan permintaan bayi.ASI tidak menyebabkan
alergi dan menurunkan risiko kematian neonatal. Pemberian ASI eksklusif pada
bayi akan mencegah anak sering sakit. Anak sakit akan menambah pengeluaran
keluarga untuk membawanya ke pelayanan kesehatan. Pemberian ASI eksklusif
merupakan upaya promotif dan preventif dalam upaya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat. Program pemberian ASI eksklusif perlu menjadi agenda
utama yang harus didukung karena dapat menghemat biaya kesehatan secara
signifikan (Fikawati dkk, 2015).
D. Partisipasi Ke Posyandu
a.Kader Posyandu
dapat membaca dan menulis huruf latin, memiliki minat dan bersedia menjadi
kader, bekerja secara sukarela, dan memiliki kemampuan dan waktu luang
berbagai pihak, baik dukungan moril, material, maupun finansial. Selain itu
pencatatan pada KMS/ buku KIA, buku register ibu hamil (SIP), buku
register PUS/WUS; melakukan penyuluhan untuk ibu balita, ibu hamil, ibu
anak balita, ibu hamil, ibu menyusui dan membuat laporan bulanan dalam
a. Pengertian SKDN
Posyandu; K adalah jumlah balita yang memiliki KMS atau buku KIA
jumlah balita yang bulan lalu saat posyandu tidak ditimbang namun
tidak naik 2 kali berturut-turut, serta istilah BGM adalah jumlah balita
yaitu ‘apa yang penting dari data itu?’, ‘Mengapa penting?’, ‘ Apa
dari data.
dengan teori.
Ismawati, 2012).
2015).
tercapai.
(Diyah, 2015).
BAB III
PERENCANAAN INTERVENSI GIZI
Kecamatan Gunung Berapi-Api Kabupaten Ujung Tanjung beradasarkan data
pertengahan tahun 2019 dilaporakan bahwa : jumlah penduduk sebanak 34.600 jiwa
terdiri dari : balita : 9%, ibu hamil : 4 % lansia : 5% dari jumlah penduduk.
Keadaan kesehatan penduduk dilaporkan bahwa : Angka kejadian anemia pada ibu
hamil ditemukan sebesar 35%, gizi kurang pada balita ditemukan 5%, tingkat
pengetahuan gizi ibu balita pada umumnya masih rendah. Asupan gizi pada balita
masih ada yang di bawah rda. Informasi lain bahwa kegiatan posyandu di kecamatan
ini pada umumnya hidup segan mati tak mau, partisipasi masyarakat untuk datang
mengikuti kegiatan posyandu : 55%, bayi yang mendapatkan asi eksklusif dilaporkan
sebesar : 40%, pada umumnya ibu hamil mengkonsumsi tablet fe tidak tertatur setiap
hari dengan alasan rasa mual setelah minum tablet fe.
A. Analisis Situasi
Form Analisis Situasi
tertentu ketersedian
(Misal : pangan,
Jantung
bawaan, TB
paru)
Dukungan desa
Keluarga Sarana :
ketersedian
lahan,
Lingkungan