DI KOTA MANADO
Abstract : Almost one third (33.1%) of adults in North Sulawesi are overweight and
obese than three times the national prevalence of 10.3%. Central obesity as risk factors
for metabolic syndrome in North Sulawesi province has reached one in three adult
population aged ≥15 years.
The purpose of this study to determine the extent of the relationship between central
obesity with the occurrence of hyperglycemia on religious leaders in the city of Manado.
This type of study is an observational study and use cross-sectional study design. The
population in this study were all religious leaders in the city of Manado totaled
6770 people. The sample in this study amounted to 147 people are determined based on
inclusion and exclusion criteria that are taken by systematic random sampling.
The prevalence of central obesity on the religious leaders in the city of Manado is 67%
and the prevalence of hyperglycemia was 62.6% of 147 religious leaders in the city of
Manado.
There is a very significant relationship between the occurrence of central obesity with
hyperglycemia in other words, central obesity is one of the originators of hyperglycemia
on religious leaders in the city of Manado.
Meningkatnya prevalensi obesitas diseluruh kategori berat badan lebih (overweight) dan
negara dapat mengakibatkan peningkatan obese. Angka ini lebih dari tiga kali angka
sindroma metabolik, hal ini disebabkan pola nasional 10,3%. Prevalensi orang dewasa
makan yang salah (asupan makan yang dengan berat badan lebih dan obese tertinggi
berlebihan) dengan mengkonsumsi tinggi ditemukan di perkotaan Tomohon dan
karbohidrat sederhana, tinggi lemak dan Manado, masing-masing 40% dan terendah di
rendah serat dan tidak membiasakan Bolaang Mongondow (20%). Informasi ini
mengkonsumsi menu seimbang. Untuk semakin menguatkan bahwa Sulawesi Utara
menanggulangi obesitas, negara Amerika menghadapi masalah gizi ganda (double
Serikat mengeluarkan biaya sebesar burden), baik pada balita maupun dewasa,
99,9 milyar dollar setiap tahunnya apalagi pada perempuan dewasa. Prevalensi
(Jones et al., 2010). sindroma metabolik atau obesitas sentral pada
Prevalensi nasional diabetes mellitus penduduk dewasa ≥15 tahun secara rerata di
sebesar 1,1%, tertinggi di DKI Jakarta Provinsi Sulawesi Utara sebesar 28%,
(2,6%), terendah di Lampung (0,4%) dan melebihi angka prevalensi nasional 18,8%,
Sulawesi Utara berada diatas angka prevalensi terendah di Kabupaten Bolaang Mongondow
nasional yaitu 1,6%. Penyakit tidak menular 16,6% dan tertinggi di Kota Tomohon 36,2%
merupakan ancaman baik bagi negara maju disusul Kota Bitung dengan prevalensi 35,5%
maupun negara berkembang (Balitbangkes, dan Kota Manado 33,2%. Dengan kata lain
2008). obesitas sentral di Provinsi Sulawesi Utara
Hampir sepertiga (33,1%) orang sudah mencapai sekitar satu diantara lebih
dewasa di Sulawesi Utara termasuk dalam
36
37 JIK Volume 6 No. 1 Oktober 2011 Tomastola, Y,A, dkk. Obesitas Sentral
dari tiga penduduk dewasa umur ≥15 tahun berjumlah 32 orang (71,1%). Hasil
(Balitbangkes, 2008). pemeriksaan Kolesterol HDL <40 mg/dl pada
Prabowo (2005) dalam Dewi, et al. pria dan <50 mg/dl pada wanita ditemukan 34
(2010), meneliti tentang sindroma metabolik orang (75,5%) dan pemeriksaan lingkar
pada lanjut usia di Minahasa menemukan dari pinggang >90 cm untuk pria dan >80 cm
53 subyek, 45 orang (85%) terdiagnosa untuk wanita terdapat 38 orang (84,4%).
sindroma metabolik yang terdiri dari pria Mekanisme yang mendasari pada
18 orang (40%) dan wanita 27 orang (60%). sindroma metabolik adalah keterkaitan antara
Dari ke 53 subyek tersebut, sindroma resistensi insulin, obesitas sentral,
metabolik pada subjek dengan tekanan darah dislipidemia, glukosa intoleransi, hipertensi,
sistolik ≥130 mmHg dan diastolik ≥85 mmHg sitokin pro inflamasi dan adiponektin
sebanyak 42 orang (93,3%). Pemeriksaan gula selengkapnya dapat dilihat pada gambar
darah puasa ≥110 mg/dl ditemukan 34 orang berikut ini :
(75,5%) dan trigliserida >150 mg/dl
Bagian A: Free Faty Acid (FFA) yang aktivator inhibitor 1) berlebihan dalam
dikeluarkan dari jaringan adipose dibawa ke jaringan adipose dan dalam keadaan
hati untuk menghasilkan glukosa, very low protrombotik dapat menurunkan produksi
density lipoprotein (VLDL), trigliserida. anti-inflamasi, adiponektin, sitokin dan
Kumpulan lipid/lipoprotein yang tidak normal sensitivitas insulin dan hal inilah yang selalu
akan menurunkan high density lipoprotein terjadi pada patofisiologi sindroma metabolik
(HDL) dan meningkatkan kolesterol (LDL). (Eckel et al., 2005).
FFA juga mengurangi sensitivitas insulin pada Obesitas sangat erat kaitannya dengan
otot dengan menghambat insulin mediasi resistensi insulin. kelebihan berat badan (BMI
untuk mengangkut glukosa menjadi glikogen >25 kg/m2) dan obesitas (BMI >30 kg/m2)
dalam otot. Meningkatnya glukosa membuat untuk orang Asia >25 kg/m2 obesitas, lingkar
pankreas mengeluarkan insulin yang lebih pinggang >40 inci atau 102 cm untuk pria dan
banyak dan mengakibatkan suatu keadaan 35 inci atau 88 cm untuk orang Asia pria >90
hyperinsulinemia. Hyperinsulinemia dapat cm dan wanita >80 cm merupakan indikator
meningkatkan reabsorpsi natrium dan yang dapat diukur secara langsung. Obesitas
mempengaruhi sistem saraf simpatik (SNS) juga merupakan faktor risiko untuk penyakit
aktivitas ini memacu terjadinya hipertensi dan arteri koroner, dan terkait dengan resistensi
meningkatkan asam lemak bebas dalam insulin. Hasil penelitian tentang hubungan
sirkulasi. lemak perut dengan sensitivitas insulin
Bagian B: resistensi insulin akibat dari menggunakan pengukuran langsung dan tidak
free fatty acid (FFA) berlebihan dalam langsung dengan pengukuran antropometri,
sirkulasi memberikan pengaruh pada parakrin pengukuran lemak menggunakan dual energi
dan endokrin untuk menghasilkan sel-sel x-ray absorptiometri (DEXA), sensitivitas
proinflamasi dalam jaringan adiposa antara insulin diukur dengan tes toleransi glukosa
lain adipocytes dan monosit makrofag, oral. persentase lemak perut (obesitas sentral)
interleukin-6 (IL-6) dan faktor tumor nekrosis berkorelasi secara signifikan lebih kuat dari
alfa (TNFα). Beberapa efek dari resistensi pada masa lemak yang ada pada bagian tubuh
insulin antara lain terjadinya lipolisis dari yang lain diikuti dengan sensitivitas insulin
penyimpanan trigliserida pada jaringan hal ini memperjelas terjadinya sindroma
adiposa dan meningkatnya FFA dalam metabolik. Peningkatan lemak perut (obesitas
sirkulasi. IL-6 dan sitokin lainnya juga sentral) dikaitkan dengan hyperinsulinemia,
meningkat pada sirkulasi sehingga produksi hiperlipidemia, dan resistensi insulin. Di lain
glukosa di hati meningkat dan produksi penelitian, obesitas sentral pada wanita gemuk
VLDL dan resistensi insulin pada otot juga telah dikaitkan dengan intoleransi glukosa,
meningkat. Selain itu produksi Sitokin dan penurunan insulin sensitivitas, metabolisme
FFA dapat meningkatkan produksi fibrinogen lemak, peningkatan risiko diabetes, dan
dan plasminogen aktivator inhibitor-1(PAI-1) peningkatan kematian dengan kardiovaskular
dalam hati sehingga PAI-1 (plasminogen (Steinbaum, 2004).
39 JIK Volume 6 No. 1 Oktober 2011 Tomastola, Y,A, dkk. Obesitas Sentral
Lingkar perut menggambarkan baik perut dengan cut of point yang berbeda antara
jaringan adiposa subkutan dan visceral. jenis kelamin lebih sensitif dalam
Jaringan adiposa adalah organ endokrin yang memprediksi gangguan metabolik dan risiko
aktif menseksekresi berbagai faktor pro dan vaskuler. Dibanding kan dengan komponen
anti inflamasi seperti leptin, adiponektin, lain pada sindroma metabolik obesitas sentral
tumor nekrosis faktor α (TNFα), interleukin paling dekat untuk memprediksi ada tidaknya
6 (IL6) dan resistin. Resistensi insulin sindroma metabolik (Soegondo &
mendasari kelainan pada sindroma metabolik, Purnamasari, 2009).
intoleransi glukosa merupakan salah satu Makan dalam jumlah yang banyak
manifestasi sindroma metabolik yang dapat tidak diimbangi dengan aktivitas fisik dapat
menjadi awal diabetes melitus. Obesitas menyebabkan obesitas yang selanjutnya
sentral yang digambarkan dengan lingkar membawa risiko masalah kesehatan terutama
40 JIK Volume 6 No. 1 Oktober 2011 Tomastola, Y,A, dkk. Obesitas Sentral
Data primer dalam penelitian ini terdiri kekuatan hubungan menggunakan rasio
dari data obesitas sentral diketahui dari prevalensi (RP).
hasil pengukuran lingkar perut untuk
laki-laki >90 cm atau perempuan >80 cm. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hiperglikemia dinyatakan dengan hasil
pemeriksaan gula darah puasa >110 mg/dl. Hasil
Data sekunder diperoleh dari institusi tempat
penelitian dalam hal ini adalah Kementerian Karakteristik umum subjek penelitian
Agama Kota Manado dan Kementerian Prevalensi obesitas sentral pada pada tokoh
Agama Provinsi Sulawesi Utara. Pengolahan agama di Kota Manado adalah 67% dan
dan analisis data diawali dengan melakukan prevalensi hiperglikemia adalah 62.6% dari
editing, dan coding kemudian dilanjutkan 147 tokoh agama yang ada di Kota Manado
dengan analisis dan interpretasi univariat darKarakteristik dan distribusi frekuensi
(karakteristik dan distribusi frekuensi subjek penelitian dapat dilihat pada tabel
variabel), bivariat (uji komparatif) dengan berikut ini :
Variabel Kategori N %
Jenis Laki-laki 112 76.2
Kelamin Perempuan 35 23.8
Jumlah 147 100
Tingkat SLTA/sederajat 45 30.6
Pendidikan Perguruan Tinggi 102 69.4
Jumlah 147 100
Agama Islam 51 34.7
Protestan 90 61.2
Katholik 4 2.7
Hindu 1 0.7
Budha 1 0.7
Jumlah 147 100
Umur (thn) 19-35 10 6.8
36-45 52 35.4
46-60 85 57.8
Jumlah 147 100
Tabel di atas menunjukkan sebagian 46-60 tahun, dan sebagian besar dengan status
besar subjek terdiri dari laki-laki, dengan gizi obesitas menurut indeks masa tubuh
tingkat pendidikan perguruan tinggi, (IMT).
beragama Kristen, lebih banyak berumur
42 JIK Volume 6 No. 1 Oktober 2011 Tomastola, Y,A, dkk. Obesitas Sentral
Tabel di atas menunjukkan subjek yang agama yang teridentifikasi obesitas sentral
terindetifikasi obesitas sentral dan dan hiperglikemia selengkapnya dapat dilihat
hiperglikemia lebih banyak pada tokoh agama pada grafik berikut ini :
laki-laki dibandingkan perempuan. Tokoh
hiperlipidemia, dan resistensi insulin, di lain lemak, peningkatan risiko diabetes, dan
penelitian, obesitas sentral pada wanita gemuk peningkatan kematian dengan kardiovaskular
telah dikaitkan dengan intoleransi glukosa, (Steinbaum, 2004).
penurunan insulin sensitivitas, metabolisme
Obesitas Normal
CI 95%
Variabel Kategori Sentral P RP
n % N % Min Maks
Umur >35 Tahun 94 69 43 31 0,226 0,45 0,12 1,66
<35 Tahun 5 50 5 50
Jenis Laki-laki 77 69 35 31 0,516 1,30 0,58 2,87
Kelamin Perempuan 22 63 13 37
Tingkat Perguruan Tinggi 70 69 32 31 0,618 1,20 0,57 2,52
Pendidikan SLTA/sederajad 29 64 16 36
Nilai kemaknaan P<0,005 (uji chi square)
RP = rasio prevalensi
Hasil analisis bivariat pada tabel 3 sebab semakin tua terjadi pengurangan otot
menunjukkan terdapat hubungan yang sangat dan penambahan lemak (Kartasapoetra &
bermakna antara obesitas sentral dengan Marsetyo, 2002).
terjadinya hiperglikemia pada tokoh agama di Demikian pula dengan hasil penelitian
Kota Manado. p<0,001 dengan kekuatan Windutama et al. (2009) dalam penelitiannya
hubungan rasio prevalensi (RP) = 4.28 (CI tentang Adiponectin And Metabolik Syndrome
95% 2.06-8.90). Dengan kata lain bahwa menggunakan populasi East Indonesia
terjadinya hiperglikemia lebih banyak 4 kali Diabetes Epidemiology Group (EIDEG) dari
lebih besar ditemukan pada tokoh agama Januari 2005-September 2006 di Makasar
dengan status gizi obesitas dibandingkan menggunakan NCEP ATP III dimana
tokoh agama dengan status gizi yang normal. lingkar pinggang dimodifikasi sesuai untuk
orang Asia yaitu untuk pria >90 cm, dan
Pembahasan wanita >80 cm. Dari 216 subyek 126 wanita
dan 90 pria yang dapat diperiksa lengkap,
Proses alami terjadi pada usia lebih sebanyak 125 penderita memenuhi kriteria
dari 30 tahun, pembakaran energi lebih lambat sindroma metabolik dan 91 subyek non
sebanyak 5% dan menurun 20% setiap sindroma metabolik. Lebih banyak terdapat
10 tahun maka kalori makin sedikit dibakar pada kelompok umur lebih tua yaitu
dan kalori banyak disimpan dalam bentuk 49.4±10.1 tahun dengan indikator obesitas
lemak jika tidak diikuti dengan aktivitas fisik sentral, kadar kolesterol high density
sehingga timbul masalah-masalah kesehatan lypoprotein (HDL) yang tinggi, hipertensi dan
yang serius peningkatan tekanan darah, glukosa darah puasa yang tinggi.
peningkatan gula darah dan lain-lainnya,
44 JIK Volume 6 No. 1 Oktober 2011 Tomastola, Y,A, dkk. Obesitas Sentral
Hiper Normal
CI 95%
Variabel Kategori glikemia P RP
n % n % Min Maks
Obesitas Pria LP >90 cm 73 73.7 26 26.3 0.000 4.28 2.06 8.90
Sentral Wanita LP> 80 cm
Pria LP <90 cm 19 39.6 29 60.4
Normal
Wanita LP< 80 cm
Hasil analisis bivariat pada tabel 4 pengukuran langsung dan tidak langsung
menunjukkan terdapat hubungan yang sangat dengan pengukuran antropometri, dan lemak
bermakna antara obesitas sentral dengan diukur dengan dual energi x-ray
terjadinya hiperglikemia pada tokoh agama di absorptiometri (DEXA), sensitivitas insulin
Kota Manado. p<0,001 dengan kekuatan diukur dengan tes toleransi glukosa oral.
hubungan rasio prevalensi (RP) = 4.28 persentase lemak perut (obesitas sentral)
(CI 95% 2.06-8.90). Dengan kata lain bahwa berkorelasi secara signifikan lebih kuat dari
terjadinya hiperglikemia lebih banyak 4 kali pada masa lemak yang ada pada bagian tubuh
lebih besar ditemukan pada tokoh agama yang lain diikuti dengan sensitivitas insulin
dengan status gizi obesitas dibandingkan hal ini memperjelas terjadinya sindroma
tokoh agama dengan status gizi yang normal. metabolik (Steinbaum, 2004).
Hal ini sesuai dengan teori yang Peningkatan lemak perut (obesitas
mengungkapkan bahwa obesitas viseral atau sentral) dikaitkan dengan hyperinsulinemia,
penimbunan lemak di daerah intra abdominal hiperlipidemia, dan resistensi insulin, di lain
atau di daerah omentum dan mesenterikum penelitian, obesitas sentral pada wanita gemuk
yang memiliki hubungan lebih kuat terhadap telah dikaitkan dengan intoleransi glukosa,
sindroma metabolik. Obesitas viseral, sebagai penurunan insulin sensitivitas, metabolisme
tipe obesitas yang paling berbahaya, lemak, peningkatan risiko diabetes, dan
dihubungkan dengan kelainan athero- peningkatan kematian dengan kardiovaskular
trombotik-inflamasi, resistensi insulin. (Steinbaum, 2004).
(apolipoprotein; FFA, asam lemak bebas, Obesitas yang digambarkan oleh
IL-6, interleukin-6, TG, trigliserida; lingkar perut dengan cut-off yang berbeda
TNF-(alpha), tumor nekrosis faktor-(alpha) antara jenis kelamin lebih sensitif dalam
adalah manifestasi dari obesitas sentral (Deen, memprediksi gangguan metabolik dan
2004). risiko kardiovaskular. Lingkar perut
Obesitas sentral sangat erat menggambarkan baik jaringan adiposa
kaitannya dengan resistensi insulin. Lingkar subkutan dan viseral. Meski dikatakan bahwa
pinggang >40 inci atau 102 cm untuk pria dan lemak viseral lebih berhubungan dengan
35 inci atau 88 cm untuk wanita pada orang komplikasi metabolik dan kardiovaskular hal
Asia pria >90 cm dan wanita >80 cm ini masih kontroversial. Peningkatan obesitas
merupakan Indikator yang dapat diukur secara berisiko pada peningkatan kejadian
langsung. Obesitas juga merupakan faktor kardiovaskuler. Variasi faktor genetik
risiko untuk penyakit arteri koroner, dan membuat perbedaan dampak metabolik
terkait dengan resistensi insulin. Hasil maupun kardiovaskular dari suatu obesitas.
penelitian tentang hubungan lemak perut Seorang dengan obesitas tidak dapat
dengan sensitivitas insulin menggunakan berkembang menjadi resistensi insulin dan
45 JIK Volume 6 No. 1 Oktober 2011 Tomastola, Y,A, dkk. Obesitas Sentral
Simadibrata K, M. & Setiati, S. (eds.) Yoo, S., Theresa , N., Tom, B., Issa, F. Z. S.,
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 5ed. U-Jau, Y., Sathanur, R. S. & Gerald,
Jakarta: Internal Publishing. S. B. (2004) Comparison Of Dietary
Steinbaum, S. R. (2004) The Metabolic Intakes Associated With Metabolic
Syndrome : An Emerging Health Syndroma Risk Factors In Young
Epidemic in Women, Progress in Adults : The Bogalusa Heart Study.
Cardiovascular Diseases [Online]. The American Journal Of Clinical
Available: Nutrition, 80 No.41-12.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
49614[Accessed September 10 2010].