Anda di halaman 1dari 11

OBESITAS SENTRAL DAN HIPERGLIKEMIA PADA TOKOH AGAMA

DI KOTA MANADO

Yohanis A. Tomastola1), Vera T. Harikedua2)


1), 2),
Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Manado, Jl. Parigi Tujuh Malalayang Manado

Abstract : Almost one third (33.1%) of adults in North Sulawesi are overweight and
obese than three times the national prevalence of 10.3%. Central obesity as risk factors
for metabolic syndrome in North Sulawesi province has reached one in three adult
population aged ≥15 years.
The purpose of this study to determine the extent of the relationship between central
obesity with the occurrence of hyperglycemia on religious leaders in the city of Manado.
This type of study is an observational study and use cross-sectional study design. The
population in this study were all religious leaders in the city of Manado totaled
6770 people. The sample in this study amounted to 147 people are determined based on
inclusion and exclusion criteria that are taken by systematic random sampling.
The prevalence of central obesity on the religious leaders in the city of Manado is 67%
and the prevalence of hyperglycemia was 62.6% of 147 religious leaders in the city of
Manado.
There is a very significant relationship between the occurrence of central obesity with
hyperglycemia in other words, central obesity is one of the originators of hyperglycemia
on religious leaders in the city of Manado.

Keywords : Central obesity, hyperglycemia, Religious Leaders.

Meningkatnya prevalensi obesitas diseluruh kategori berat badan lebih (overweight) dan
negara dapat mengakibatkan peningkatan obese. Angka ini lebih dari tiga kali angka
sindroma metabolik, hal ini disebabkan pola nasional 10,3%. Prevalensi orang dewasa
makan yang salah (asupan makan yang dengan berat badan lebih dan obese tertinggi
berlebihan) dengan mengkonsumsi tinggi ditemukan di perkotaan Tomohon dan
karbohidrat sederhana, tinggi lemak dan Manado, masing-masing 40% dan terendah di
rendah serat dan tidak membiasakan Bolaang Mongondow (20%). Informasi ini
mengkonsumsi menu seimbang. Untuk semakin menguatkan bahwa Sulawesi Utara
menanggulangi obesitas, negara Amerika menghadapi masalah gizi ganda (double
Serikat mengeluarkan biaya sebesar burden), baik pada balita maupun dewasa,
99,9 milyar dollar setiap tahunnya apalagi pada perempuan dewasa. Prevalensi
(Jones et al., 2010). sindroma metabolik atau obesitas sentral pada
Prevalensi nasional diabetes mellitus penduduk dewasa ≥15 tahun secara rerata di
sebesar 1,1%, tertinggi di DKI Jakarta Provinsi Sulawesi Utara sebesar 28%,
(2,6%), terendah di Lampung (0,4%) dan melebihi angka prevalensi nasional 18,8%,
Sulawesi Utara berada diatas angka prevalensi terendah di Kabupaten Bolaang Mongondow
nasional yaitu 1,6%. Penyakit tidak menular 16,6% dan tertinggi di Kota Tomohon 36,2%
merupakan ancaman baik bagi negara maju disusul Kota Bitung dengan prevalensi 35,5%
maupun negara berkembang (Balitbangkes, dan Kota Manado 33,2%. Dengan kata lain
2008). obesitas sentral di Provinsi Sulawesi Utara
Hampir sepertiga (33,1%) orang sudah mencapai sekitar satu diantara lebih
dewasa di Sulawesi Utara termasuk dalam

36
37 JIK Volume 6 No. 1 Oktober 2011 Tomastola, Y,A, dkk. Obesitas Sentral

dari tiga penduduk dewasa umur ≥15 tahun berjumlah 32 orang (71,1%). Hasil
(Balitbangkes, 2008). pemeriksaan Kolesterol HDL <40 mg/dl pada
Prabowo (2005) dalam Dewi, et al. pria dan <50 mg/dl pada wanita ditemukan 34
(2010), meneliti tentang sindroma metabolik orang (75,5%) dan pemeriksaan lingkar
pada lanjut usia di Minahasa menemukan dari pinggang >90 cm untuk pria dan >80 cm
53 subyek, 45 orang (85%) terdiagnosa untuk wanita terdapat 38 orang (84,4%).
sindroma metabolik yang terdiri dari pria Mekanisme yang mendasari pada
18 orang (40%) dan wanita 27 orang (60%). sindroma metabolik adalah keterkaitan antara
Dari ke 53 subyek tersebut, sindroma resistensi insulin, obesitas sentral,
metabolik pada subjek dengan tekanan darah dislipidemia, glukosa intoleransi, hipertensi,
sistolik ≥130 mmHg dan diastolik ≥85 mmHg sitokin pro inflamasi dan adiponektin
sebanyak 42 orang (93,3%). Pemeriksaan gula selengkapnya dapat dilihat pada gambar
darah puasa ≥110 mg/dl ditemukan 34 orang berikut ini :
(75,5%) dan trigliserida >150 mg/dl

Gambar 1. Patofisiologi Resistensi Insulin dan Sindroma metabolik


dengan (Eckel et al., 2005)
38 JIK Volume 6 No. 1 Oktober 2011 Tomastola, Y,A, dkk. Obesitas Sentral

Bagian A: Free Faty Acid (FFA) yang aktivator inhibitor 1) berlebihan dalam
dikeluarkan dari jaringan adipose dibawa ke jaringan adipose dan dalam keadaan
hati untuk menghasilkan glukosa, very low protrombotik dapat menurunkan produksi
density lipoprotein (VLDL), trigliserida. anti-inflamasi, adiponektin, sitokin dan
Kumpulan lipid/lipoprotein yang tidak normal sensitivitas insulin dan hal inilah yang selalu
akan menurunkan high density lipoprotein terjadi pada patofisiologi sindroma metabolik
(HDL) dan meningkatkan kolesterol (LDL). (Eckel et al., 2005).
FFA juga mengurangi sensitivitas insulin pada Obesitas sangat erat kaitannya dengan
otot dengan menghambat insulin mediasi resistensi insulin. kelebihan berat badan (BMI
untuk mengangkut glukosa menjadi glikogen >25 kg/m2) dan obesitas (BMI >30 kg/m2)
dalam otot. Meningkatnya glukosa membuat untuk orang Asia >25 kg/m2 obesitas, lingkar
pankreas mengeluarkan insulin yang lebih pinggang >40 inci atau 102 cm untuk pria dan
banyak dan mengakibatkan suatu keadaan 35 inci atau 88 cm untuk orang Asia pria >90
hyperinsulinemia. Hyperinsulinemia dapat cm dan wanita >80 cm merupakan indikator
meningkatkan reabsorpsi natrium dan yang dapat diukur secara langsung. Obesitas
mempengaruhi sistem saraf simpatik (SNS) juga merupakan faktor risiko untuk penyakit
aktivitas ini memacu terjadinya hipertensi dan arteri koroner, dan terkait dengan resistensi
meningkatkan asam lemak bebas dalam insulin. Hasil penelitian tentang hubungan
sirkulasi. lemak perut dengan sensitivitas insulin
Bagian B: resistensi insulin akibat dari menggunakan pengukuran langsung dan tidak
free fatty acid (FFA) berlebihan dalam langsung dengan pengukuran antropometri,
sirkulasi memberikan pengaruh pada parakrin pengukuran lemak menggunakan dual energi
dan endokrin untuk menghasilkan sel-sel x-ray absorptiometri (DEXA), sensitivitas
proinflamasi dalam jaringan adiposa antara insulin diukur dengan tes toleransi glukosa
lain adipocytes dan monosit makrofag, oral. persentase lemak perut (obesitas sentral)
interleukin-6 (IL-6) dan faktor tumor nekrosis berkorelasi secara signifikan lebih kuat dari
alfa (TNFα). Beberapa efek dari resistensi pada masa lemak yang ada pada bagian tubuh
insulin antara lain terjadinya lipolisis dari yang lain diikuti dengan sensitivitas insulin
penyimpanan trigliserida pada jaringan hal ini memperjelas terjadinya sindroma
adiposa dan meningkatnya FFA dalam metabolik. Peningkatan lemak perut (obesitas
sirkulasi. IL-6 dan sitokin lainnya juga sentral) dikaitkan dengan hyperinsulinemia,
meningkat pada sirkulasi sehingga produksi hiperlipidemia, dan resistensi insulin. Di lain
glukosa di hati meningkat dan produksi penelitian, obesitas sentral pada wanita gemuk
VLDL dan resistensi insulin pada otot juga telah dikaitkan dengan intoleransi glukosa,
meningkat. Selain itu produksi Sitokin dan penurunan insulin sensitivitas, metabolisme
FFA dapat meningkatkan produksi fibrinogen lemak, peningkatan risiko diabetes, dan
dan plasminogen aktivator inhibitor-1(PAI-1) peningkatan kematian dengan kardiovaskular
dalam hati sehingga PAI-1 (plasminogen (Steinbaum, 2004).
39 JIK Volume 6 No. 1 Oktober 2011 Tomastola, Y,A, dkk. Obesitas Sentral

Gambar 2. Tipe obesitas Viseral dan Subkutaneus


(Sumber : Warton medical clinic)

Gambar 3. Masa Lemak pada Keadaan obesitas sentral


(Sumber : Warton medical clinic)

Lingkar perut menggambarkan baik perut dengan cut of point yang berbeda antara
jaringan adiposa subkutan dan visceral. jenis kelamin lebih sensitif dalam
Jaringan adiposa adalah organ endokrin yang memprediksi gangguan metabolik dan risiko
aktif menseksekresi berbagai faktor pro dan vaskuler. Dibanding kan dengan komponen
anti inflamasi seperti leptin, adiponektin, lain pada sindroma metabolik obesitas sentral
tumor nekrosis faktor α (TNFα), interleukin paling dekat untuk memprediksi ada tidaknya
6 (IL6) dan resistin. Resistensi insulin sindroma metabolik (Soegondo &
mendasari kelainan pada sindroma metabolik, Purnamasari, 2009).
intoleransi glukosa merupakan salah satu Makan dalam jumlah yang banyak
manifestasi sindroma metabolik yang dapat tidak diimbangi dengan aktivitas fisik dapat
menjadi awal diabetes melitus. Obesitas menyebabkan obesitas yang selanjutnya
sentral yang digambarkan dengan lingkar membawa risiko masalah kesehatan terutama
40 JIK Volume 6 No. 1 Oktober 2011 Tomastola, Y,A, dkk. Obesitas Sentral

pada penyakit degeneratif dan Sindroma pelayanan kesehatan kepada masyarakat.


metabolik. Di negara maju seperti Amerika, Peran ini tampaknya akan meningkat sebagai
faktor gizi lebih memiliki risiko relatif konsekuensi dari berkurangnya sumber daya
2,9 kali untuk menderita Sindroma di sektor publik. Untungnya, semua sektor
metabolik dibandingkan dengan kelompok agama di Indonesia memiliki sistem
yang memiliki asupan gizi normal penyediaan pelayanan kesehatan yang
(Yoo et al., 2004). menyediakan perawatan bagi semua
Penelitian Yoo, et al. (2004) masyarakat tanpa memandang agama, etnis,
menunjukkan bahwa pola makan dengan dan status sosial. Mereka menyediakan
menu yang tidak seimbang dan berlebihan perawatan holistik-fisik, mental, dan sosial
seperti makan tinggi protein, tinggi lemak dan dengan penekanan pada promosi kesehatan,
tinggi karbohidrat, terutama karbohidrat pencegahan, kuratif, dan rehabilitatif (Putri,
murni yang disertai rendahnya asupan serat 2007).
dapat mempengaruhi kadar lipoprotein, Tokoh agama di Sulawesi Utara dalam
trigliserida, kadar kolestrol dalam darah yang budaya makan selalu terpapar dengan asupan
berakibat meningkatnya kasus Sindroma makanan berisiko penyebab sindroma
metabolik pada dewasa muda di Bogalusa. metabolik bahkan selalu menjadi prioritas
Hubungan antara resistensi insulin dalam pelayanan makanan setelah selesai
dengan faktor risiko lainnya pada sindroma ritual keagamaan. Hal ini sangat terkait erat
metabolik (A) resistensi insulin sering dengan budaya dan status sosial masyarakat.
ditemukan antara individu dengan kelebihan Penyuguhan makanan yang serba mewah pada
viseral/lemak ektopik. (B) konsep tokoh agama merupakan tanda hormat dari
patofisiologi sindrom X atau sindroma keluarga yang menyediakan makanan dengan
resistensi insulin, (C) Penggunaan kriteria harapan tokoh agama dan semua yang hadir
NCEP-ATP III dan Federasi Diabetes saat ritual keagamaan akan merasa puas dan
Internasional (IDF) untuk proses senang dengan makanan yang disajikan.
screening/praktek klinis yang sederhana untuk Rumusan masalah dalam penelitian ini
mengidentifikasi sindroma metabolik. adalah bagaimana hubungan antara obesitas
Di Indonesia, sektor agama telah sentral dengan terjadinya hiperglikemia pada
banyak berpartisipasi dalam pembangunan tokoh agama di Kota Manado. Tujuan
kesehatan sejak abad yang lalu dengan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana
menyediakan layanan bagi masyarakat hubungan antara obesitas sentral dengan
termasuk masyarakat miskin tanpa melihat terjadinya hiperglikemia pada tokoh agama di
agama dan suku. Selain menyediakan Kota Manado.
perawatan kesehatan, mereka menyediakan
dana bagi masyarakat miskin dengan cara METODE
tradisional seperti program amal dan lainnya.
Meningkatkan kapasitas sektor agama dalam Jenis penelitian ini adalah penelitian
pembangunan kesehatan, adalah penting observasional dan menggunakan rancangan
untuk membangun sistem manajemen penelitian cross sectional. Populasi dalam
kesehatan dengan melibatkan sumber daya penelitian ini adalah semua tokoh agama yang
yang tersedia di semua agama : Islam, ada di Kota Manado berjumlah 6770 orang.
Katolik, Protestan, Budha, dan Hindu. Peran Sampel dalam penelitian ini berjumlah
yang dimainkan oleh sektor agama dalam 147 orang ditentukan berdasarkan kriteria
pembangunan kesehatan di Indonesia telah inklusi dan eksklusi yang diambil
dimulai dengan adanya pembiayaan dan berdasarkan sistematik random sampling.
41 JIK Volume 6 No. 1 Oktober 2011 Tomastola, Y,A, dkk. Obesitas Sentral

Data primer dalam penelitian ini terdiri kekuatan hubungan menggunakan rasio
dari data obesitas sentral diketahui dari prevalensi (RP).
hasil pengukuran lingkar perut untuk
laki-laki >90 cm atau perempuan >80 cm. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hiperglikemia dinyatakan dengan hasil
pemeriksaan gula darah puasa >110 mg/dl. Hasil
Data sekunder diperoleh dari institusi tempat
penelitian dalam hal ini adalah Kementerian Karakteristik umum subjek penelitian
Agama Kota Manado dan Kementerian Prevalensi obesitas sentral pada pada tokoh
Agama Provinsi Sulawesi Utara. Pengolahan agama di Kota Manado adalah 67% dan
dan analisis data diawali dengan melakukan prevalensi hiperglikemia adalah 62.6% dari
editing, dan coding kemudian dilanjutkan 147 tokoh agama yang ada di Kota Manado
dengan analisis dan interpretasi univariat darKarakteristik dan distribusi frekuensi
(karakteristik dan distribusi frekuensi subjek penelitian dapat dilihat pada tabel
variabel), bivariat (uji komparatif) dengan berikut ini :

Tabel 1. Karakteristik umum subjek penelitian

Variabel Kategori N %
Jenis Laki-laki 112 76.2
Kelamin Perempuan 35 23.8
Jumlah 147 100
Tingkat SLTA/sederajat 45 30.6
Pendidikan Perguruan Tinggi 102 69.4
Jumlah 147 100
Agama Islam 51 34.7
Protestan 90 61.2
Katholik 4 2.7
Hindu 1 0.7
Budha 1 0.7
Jumlah 147 100
Umur (thn) 19-35 10 6.8
36-45 52 35.4
46-60 85 57.8
Jumlah 147 100

Tabel di atas menunjukkan sebagian 46-60 tahun, dan sebagian besar dengan status
besar subjek terdiri dari laki-laki, dengan gizi obesitas menurut indeks masa tubuh
tingkat pendidikan perguruan tinggi, (IMT).
beragama Kristen, lebih banyak berumur
42 JIK Volume 6 No. 1 Oktober 2011 Tomastola, Y,A, dkk. Obesitas Sentral

Tabel 2. Karakteristik variabel penelitian

Laki-laki Perempuan Jumlah


Karakteristik P
n % n % n %
Obesitas sentral 77 78 22 22 99 100 0,003
Normal 35 73 13 27 48 100
Hiperglikemia 77 84 15 16 92 100 0,000
Normal 35 64 20 36 55 100

Tabel di atas menunjukkan subjek yang agama yang teridentifikasi obesitas sentral
terindetifikasi obesitas sentral dan dan hiperglikemia selengkapnya dapat dilihat
hiperglikemia lebih banyak pada tokoh agama pada grafik berikut ini :
laki-laki dibandingkan perempuan. Tokoh

Gambar 4. Keadaan Obesitas Sentral dan Hiperglikemia


pada tokoh Agama di Kota Manado

Grafik di atas menunjukkan bahwa menggunakan pengukuran langsung dan tidak


baik obesitas maupun hiperglikemia lebih langsung dengan pengukuran antropometri,
banyak terdapat pada tokoh agama Kristen. dan lemak diukur dengan dual energi x-ray
Obesitas sentral sangat erat kaitannya dengan absorptiometri (DEXA), sensitivitas insulin
resistensi insulin. Lingkar pinggang >40 inci diukur dengan tes toleransi glukosa oral.
atau 102 cm untuk pria dan 35 inci atau 88 cm persentase lemak perut (obesitas sentral)
untuk wanita pada orang Asia pria >90 cm berkorelasi secara signifikan lebih kuat dari
dan wanita >80 cm merupakan Indikator yang pada masa lemak yang ada pada bagian tubuh
dapat diukur secara langsung. Obesitas juga yang lain diikuti dengan sensitivitas insulin
merupakan faktor risiko untuk penyakit arteri hal ini memperjelas terjadinya sindroma
koroner, dan terkait dengan resistensi insulin. metabolik (Steinbaum, 2004).
Hasil penelitian tentang hubungan lemak Peningkatan lemak perut (obesitas
perut dengan sensitivitas insulin sentral) dikaitkan dengan hyperinsulinemia,
43 JIK Volume 6 No. 1 Oktober 2011 Tomastola, Y,A, dkk. Obesitas Sentral

hiperlipidemia, dan resistensi insulin, di lain lemak, peningkatan risiko diabetes, dan
penelitian, obesitas sentral pada wanita gemuk peningkatan kematian dengan kardiovaskular
telah dikaitkan dengan intoleransi glukosa, (Steinbaum, 2004).
penurunan insulin sensitivitas, metabolisme

Tabel 3. Analisis bivariat karakteristik subjek dengan obesitas sentral

Obesitas Normal
CI 95%
Variabel Kategori Sentral P RP
n % N % Min Maks
Umur >35 Tahun 94 69 43 31 0,226 0,45 0,12 1,66
<35 Tahun 5 50 5 50
Jenis Laki-laki 77 69 35 31 0,516 1,30 0,58 2,87
Kelamin Perempuan 22 63 13 37
Tingkat Perguruan Tinggi 70 69 32 31 0,618 1,20 0,57 2,52
Pendidikan SLTA/sederajad 29 64 16 36
Nilai kemaknaan P<0,005 (uji chi square)
RP = rasio prevalensi

Hasil analisis bivariat pada tabel 3 sebab semakin tua terjadi pengurangan otot
menunjukkan terdapat hubungan yang sangat dan penambahan lemak (Kartasapoetra &
bermakna antara obesitas sentral dengan Marsetyo, 2002).
terjadinya hiperglikemia pada tokoh agama di Demikian pula dengan hasil penelitian
Kota Manado. p<0,001 dengan kekuatan Windutama et al. (2009) dalam penelitiannya
hubungan rasio prevalensi (RP) = 4.28 (CI tentang Adiponectin And Metabolik Syndrome
95% 2.06-8.90). Dengan kata lain bahwa menggunakan populasi East Indonesia
terjadinya hiperglikemia lebih banyak 4 kali Diabetes Epidemiology Group (EIDEG) dari
lebih besar ditemukan pada tokoh agama Januari 2005-September 2006 di Makasar
dengan status gizi obesitas dibandingkan menggunakan NCEP ATP III dimana
tokoh agama dengan status gizi yang normal. lingkar pinggang dimodifikasi sesuai untuk
orang Asia yaitu untuk pria >90 cm, dan
Pembahasan wanita >80 cm. Dari 216 subyek 126 wanita
dan 90 pria yang dapat diperiksa lengkap,
Proses alami terjadi pada usia lebih sebanyak 125 penderita memenuhi kriteria
dari 30 tahun, pembakaran energi lebih lambat sindroma metabolik dan 91 subyek non
sebanyak 5% dan menurun 20% setiap sindroma metabolik. Lebih banyak terdapat
10 tahun maka kalori makin sedikit dibakar pada kelompok umur lebih tua yaitu
dan kalori banyak disimpan dalam bentuk 49.4±10.1 tahun dengan indikator obesitas
lemak jika tidak diikuti dengan aktivitas fisik sentral, kadar kolesterol high density
sehingga timbul masalah-masalah kesehatan lypoprotein (HDL) yang tinggi, hipertensi dan
yang serius peningkatan tekanan darah, glukosa darah puasa yang tinggi.
peningkatan gula darah dan lain-lainnya,
44 JIK Volume 6 No. 1 Oktober 2011 Tomastola, Y,A, dkk. Obesitas Sentral

Tabel 4. Analisis bivariat obesitas sentral dengan hiperglikemia

Hiper Normal
CI 95%
Variabel Kategori glikemia P RP
n % n % Min Maks
Obesitas Pria LP >90 cm 73 73.7 26 26.3 0.000 4.28 2.06 8.90
Sentral Wanita LP> 80 cm
Pria LP <90 cm 19 39.6 29 60.4
Normal
Wanita LP< 80 cm

Hasil analisis bivariat pada tabel 4 pengukuran langsung dan tidak langsung
menunjukkan terdapat hubungan yang sangat dengan pengukuran antropometri, dan lemak
bermakna antara obesitas sentral dengan diukur dengan dual energi x-ray
terjadinya hiperglikemia pada tokoh agama di absorptiometri (DEXA), sensitivitas insulin
Kota Manado. p<0,001 dengan kekuatan diukur dengan tes toleransi glukosa oral.
hubungan rasio prevalensi (RP) = 4.28 persentase lemak perut (obesitas sentral)
(CI 95% 2.06-8.90). Dengan kata lain bahwa berkorelasi secara signifikan lebih kuat dari
terjadinya hiperglikemia lebih banyak 4 kali pada masa lemak yang ada pada bagian tubuh
lebih besar ditemukan pada tokoh agama yang lain diikuti dengan sensitivitas insulin
dengan status gizi obesitas dibandingkan hal ini memperjelas terjadinya sindroma
tokoh agama dengan status gizi yang normal. metabolik (Steinbaum, 2004).
Hal ini sesuai dengan teori yang Peningkatan lemak perut (obesitas
mengungkapkan bahwa obesitas viseral atau sentral) dikaitkan dengan hyperinsulinemia,
penimbunan lemak di daerah intra abdominal hiperlipidemia, dan resistensi insulin, di lain
atau di daerah omentum dan mesenterikum penelitian, obesitas sentral pada wanita gemuk
yang memiliki hubungan lebih kuat terhadap telah dikaitkan dengan intoleransi glukosa,
sindroma metabolik. Obesitas viseral, sebagai penurunan insulin sensitivitas, metabolisme
tipe obesitas yang paling berbahaya, lemak, peningkatan risiko diabetes, dan
dihubungkan dengan kelainan athero- peningkatan kematian dengan kardiovaskular
trombotik-inflamasi, resistensi insulin. (Steinbaum, 2004).
(apolipoprotein; FFA, asam lemak bebas, Obesitas yang digambarkan oleh
IL-6, interleukin-6, TG, trigliserida; lingkar perut dengan cut-off yang berbeda
TNF-(alpha), tumor nekrosis faktor-(alpha) antara jenis kelamin lebih sensitif dalam
adalah manifestasi dari obesitas sentral (Deen, memprediksi gangguan metabolik dan
2004). risiko kardiovaskular. Lingkar perut
Obesitas sentral sangat erat menggambarkan baik jaringan adiposa
kaitannya dengan resistensi insulin. Lingkar subkutan dan viseral. Meski dikatakan bahwa
pinggang >40 inci atau 102 cm untuk pria dan lemak viseral lebih berhubungan dengan
35 inci atau 88 cm untuk wanita pada orang komplikasi metabolik dan kardiovaskular hal
Asia pria >90 cm dan wanita >80 cm ini masih kontroversial. Peningkatan obesitas
merupakan Indikator yang dapat diukur secara berisiko pada peningkatan kejadian
langsung. Obesitas juga merupakan faktor kardiovaskuler. Variasi faktor genetik
risiko untuk penyakit arteri koroner, dan membuat perbedaan dampak metabolik
terkait dengan resistensi insulin. Hasil maupun kardiovaskular dari suatu obesitas.
penelitian tentang hubungan lemak perut Seorang dengan obesitas tidak dapat
dengan sensitivitas insulin menggunakan berkembang menjadi resistensi insulin dan
45 JIK Volume 6 No. 1 Oktober 2011 Tomastola, Y,A, dkk. Obesitas Sentral

sebaliknya reistensi insulin dapatdapat Deen, D. (2004) Metabolic Syndrome.


ditemukan pada individu tanpa obesitas. Journal Action American Family
Interaksi faktor genetik dan lingkungan Physician, 69 No.121-13.
akan memodifikasi tampilan metabolik dari Dewi, I. G. A. S. K., Pramantara, I. D. P. &
suatu resistensi insulin maupun obesitas Pangastuti, R. (2010) Pola makan
(Soegondo &Purnamasari, 2009). berhubungan dengan sindrome
Obesitas viseral atau penimbunan metabolik pada lanjut usia di Poli
lemak di daerah intra abdominal atau di Geriatri RSUP Sanglah Denpasar.
daerah omentum dan mesenterikum yang Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 6 No.
memiliki hubungan lebih kuat terhadap 3.pp 105-113
Sindroma metabolik. Obesitas visceral, Eckel, R. H., Grundy, S. M. & Zimmet, P. Z.
sebagai tipe obesitas yang paling (2005) Patofisiologi Sindroma
berbahaya, dihubungkan dengan kelainan Metabolik. The Lancet, 365,1415-
athero-trombotik-inflamasi, resistensi insulin. 1428.
(apolipoprotein; FFA, asam lemak bebas, Jones, D. L., Adams, R. J., Todd, M., Smoller,
IL-6, interleukin-6, TG, trigliserida; W., Wong, N. D., Rosett, J. W.,
TNF-(alpha), tumor nekrosis faktor-(alpha) Rosamond, W., Sacco, R., Sorlie, P.,
adalah manifestasi dari obesitas sentral Stafford, R., Thom, T., Mozaffarian,
(Deen, 2004). S. D., Mussolino, M., Nichol, G.,
Hubungan antara resistensi insulin Roger, V. L., Lackland, D., Lisabeth,
dengan faktor risiko lainnya pada sindroma L., Marelli, A., McDermott, M. M.,
metabolik yaitu resistensi insulin sering Meigs, M., Hailpern, S., Michael, H.
ditemukan antara individu dengan kelebihan P., Howard, V., Kissela, B., Kittner,
viseral/lemak ektopik, konsep tentang S., Ford, E., Furie, K., Gillespie, C.,
patofisiologi sindrom X atau sindroma Alan, G., Greenlund, K., Haase, N.,
resistensi insulin, Penggunaan kriteria Brown, Carnethon, M., Dai, S., De
untuk mendeteksi sindroma metabolik oleh Simone, G. & Ferguson, T. B. (2010)
NCEP-ATP III dan Federasi Diabetes A Report From the American Heart
Internasional (IDF) untuk proses Association Heart Disease and Stroke
screening/praktek klinis yang sederhana untuk Statistics 2010 Update. Circulation is
mengidentifikasi sindroma metabolik. published by the American Heart
Association, 121e46-e215.
Kesimpulan Kartasapoetra, G. & Marsetyo (2002) Ilmu
Gizi Dalam Korelasi Gizi Kesehatan,
Terdapat hubungan yang sangat bermakna dan Produktivitas Kerja, Cetakan ke
antara obesitas sentral dengan terjadinya tiga, Jakarta, PT. Mahasatya Putri, A.
hiperglikemia dengan kata lain obesitas E. (2007) Increasing Health Insurance
sentral merupakan salah satu pencetus Coverage Through Religious Sector
terjadinya hiperglikemia pada tokoh agama di Participation : A New Oppotunity for
Kota Manado Providing Health Care for the poor
[Online].Available:http://www.searo.
Daftar Pustaka who.int/ ..../Nationalhealth Accounts
(NHA) CS23AsihEkaPutri [Accessed
Balitbangkes (2008) Riset Kesehatan Dasar November 19 2010].
2007. Jakarta: Depkes. Soegondo, S. (2009) Obesitas. In: Sudoyo, A.
W., Setiyohadi, B., Alwi, I.,
46 JIK Volume 6 No. 1 Oktober 2011 Tomastola, Y,A, dkk. Obesitas Sentral

Simadibrata K, M. & Setiati, S. (eds.) Yoo, S., Theresa , N., Tom, B., Issa, F. Z. S.,
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 5ed. U-Jau, Y., Sathanur, R. S. & Gerald,
Jakarta: Internal Publishing. S. B. (2004) Comparison Of Dietary
Steinbaum, S. R. (2004) The Metabolic Intakes Associated With Metabolic
Syndrome : An Emerging Health Syndroma Risk Factors In Young
Epidemic in Women, Progress in Adults : The Bogalusa Heart Study.
Cardiovascular Diseases [Online]. The American Journal Of Clinical
Available: Nutrition, 80 No.41-12.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
49614[Accessed September 10 2010].

Anda mungkin juga menyukai