Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi

pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan

ekonomis (Depkes RI, 2009).

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan

yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk

pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan

pemulihan kesehatan oleh pemerintah atau masyarakat.Pelayanan kesehatan

promotif adalah suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan

yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi

kesehatan.Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan

terhadap suatu masalah kesehatan atau penyakit.Pelayanan kesehatan kuratif

adalah suatu kegiatan atau serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan

untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit,

pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita

dapat terjaga seoptimal mungkin.Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah

kegiatan atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke

dalam masyarakat sehingga dapatberfungsi lagi sebagai anggota masyarakat

1
yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai

dengan kemampuannya (Depkes RI, 2009).

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan masalah yang sangat

substansi, mengingat pola kejadian sangat menentukan status kesehatan

disuatu daerah dan juga keberhasilan peningkatan status kesehatan di suatu

Negara.Secara gelobal WHO memperkirakan PTM menyebabkan sekitar 60%

kematian dan 43% kesakitan di seluruh dunia. Perubahan pola struktur

masyarakat dari agraris ke industri dan perubahan pola fertilitas gaya hidup,

sosisal ekonomi masyarakat diduga sebagai hal yang melatar belakangi

prevalensi penyakit tidak menular (PTM), sehingga kejadian penyakit tidak

menular semakin bervariasi dalam transisi epidemiologi. Yang termasuk

dalam penyakit tidak menular adalah diabetes mellitus, stroke, penyakit

jantung koroner, hipertensi, dan asma bronchial.

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula

sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau

menggunakan insulin secara adekuat (Medicastore, 2007).

World Health Organization (WHO) memprediksi adanya peningkatan

jumlah kasus diabetes yang cukup besar untuk tahun-tahun mendatang.Sejalan

dengan perkiraan tersebut, jumlah diabetes di Indonesia juga diprediksi

mengalami kenaikan. Kedepan Diabetes Mellitus (DM) di Indonesia akan

terus meningkat yang terutama disebabkan oleh peningkatan kemakmuran,

perubahan gaya hidup, dan bertambahnya usia harapan hidup.

2
Pada tahun 1994 diperkirakan 2-5 juta orang di Indonesia menderita

diabetes mellitus dan jumlah tersebut akan menjadi 5 juta pada tahun 2000 dan

6 juta pada tahun 2010 (RSUP Nasional Cipto Mangunkusumo & FKLTI,

1999).

Sementara prediksi WHO, untuk Indonesia adalah kenaikan dari 8,4

juta (2000) menjadi sekitar 21,3 juta (2030). Beberapa hasil penelitian pada

tahun 2000-an memperlihatkan peningkatan yang cukup tajam, misalnya hasil

penelitian di Jakarta (urban) dari prevalensi diabetes mellitus sebesar 1,7%

pada tahun 1982 menjadi 5,7% pada tahun 1993 dan kemudian menjadi 12,8%

pada tahun 2001 di daerah sub Urban Jakarta.

Banyaknya penderita diabetes mellitus dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya adalah Pola konsumsi dapat mempengaruhi status gizi

mereka. Seperti jika seseorang terbiasa mengkonsumsi makanan dalam jumlah

yang sangat sedikit atau berlebihan maka akan berakibat pada perubahan berat

badan mereka, lebih lanjut akan mempengaruhi kesehatan manusia tersebut

(Khomsan. 2004). Pola konsumsi makan (jumlah, jenis, dan waktu) yang salah

pada manusia dapat menyebabkan beberapa penyakit non infeksi atau penyakit

degeneratif seperti anemia, penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus

(Suhardjo. 1986).

Penyakit diabetes mellitus tidak menular tetapi lebih disebabkan oleh

perubahan gaya hidup, perubahan pola makan ke arah tinggi karbohidrat,

protein, lemak dan rendah serat, rendahnya aktivitas fisik. Kegiatan

mengendalikan faktor risiko diabetes antara dengan pola makan/diet sehat

3
seimbang (Ermawati, 2011). Perencanaan pola makan yang baik sangat

dianjurkan bagi penderita diabetes mellitus. Karena faktor pola makan yang

tidak teratur dan tidak sehat menyebabkan kadar gula darah akan menjadi

tidak seimbang dan akan meninggi. Turner,et.al menyatakan, sebagaimana

dikutip oleh Utomo, bahwa kontribusi diet (mengatur pola makan) terhadap

kontrol glukosa darah adalah sebesar 8%, 24 dan 42% dalam jangka

pengamatan sembilan tahun. Diet rendah kalori yang direkomendasikan oleh

ADA untuk mengurangi obesitas meliputi rendah lemak (< 30%), tinggi

karbohidrat (55% dari daily energy intake/DEI), tinggi protein (sampai dengan

25% DEI), dan tinggi serat (25 g/hari). Penurunan energy-intake yang moderat

(-2,5 MJ/hari) dapat menurunkan berat badan secara lambat tetapi pasti (2,5

kg/bulan).

Dalam Clinical Recomendations-2008, ADA menyarankan pola

makan (diet) dengan memilih low-glycemic index diets. Pola diet yang

dianjurkan kini adalah pola makan rendah karbohidrat – rendah lemak, dengan

memasukkan karbohidrat dari buah, sayuran, biji-bijian dan kacang-kacangan

dengan intake 130 g/hari serta cukup serat (14 g/1000 kkal). Pemanis masih

aman digunakan sepanjang sesuai dengan DEI. Kadar lemak dibarasi < 7%

total kalori. Sedangkan protein mencakup 15 – 20 % total kalori (Utomo,

2011).

Menurut penelitian Andi Mardhiyah Idris, et.al (Idris, 2014) pada

pasien yang memiliki asupan lemak sesuai dengan kebutuhan sebagian besar

memiliki kadar gula darah tidak terkontrol yaitu sebanyak 62,5%, hal tersebut

4
dikarenakan walaupun asupan lemak baik namun asupan energi lebih dari

kebutuhan yang bersumber dari karbohidrat dan beban glikemik. Tubuh

membutuhkan lemak esensial guna kelangsungan fungsi sel dan berbagai

aktivitas biologi di dalam tubuh. Lemak esensial terdiri dari omega 3, omega

6, dan omega 9. Semua lemak esensial memang penting, tetapi kecukupan

omega 3 harus mendapat perhatian yang serius bagi pengidap diabetes. Omega

3 memiliki fungsi khusus terkait dengan perannya untuk meningkatkan

sensitivitas insulin yang diperlukan oleh penderita diabetes. Salah satu pemicu

kegagalan sel dalam memproses gula adalah akibat peradangan. Peradangan

terjadi karena banyak penyebab. Salah satu penyebab peradangan yang perlu

diwaspadai adalah lemak buruk. Lemak trans merupakan lemak terburuk yang

tidak boleh dikonsumsi meski hanya dalam jumlah yang sedikit. Sutanto,

mengemukakan bahwa orang dengan berat badan berlebih memiliki resiko

lebih tinggi mengalami resisten insulin, karena lemak mengganggu

kemampuan sel-sel tubuh untuk menggunakan insulin. Namun, tidak menutup

kemungkinan orang yang berbadan kurus juga bias terserang diabetes.

Gula bisa menjadi racun jika melebihi 8 sendok sehari (gula murni).

Makin sederhana struktur gulanya, makin mudah diserap oleh tubuh, sehingga

lebih cepat menaikkan kadar gula dalam darah. Hasil pengolahan data recall

menunjukkan bahwa sebagian besar pasien termasuk dalam kelompok baik

yaitu 69,6%, namun lebih banyak dalam kelompok gula darah tidak terkontrol

yaitu 68,8% dan 31,2% pada gula darah tidak terkontrol. Berdasarkan uji

fisher’s exact test menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara

5
konsumsi gula dan hasil olahannya terhadap kadar gula darah. Hal ini tidak

sesuai dengan teori yang ada karena kadar gula darah yang tidak terkontrol

pada pasien diabetes tidak hanya disebabkan konsumsi gula berlebih tetapi

juga oleh gaya hidup yang kurang sehat.

Selain gaya hidup kurang sehat, pola makan yang tidak teratur juga

dapat menyebabkan terjadinya diabetes melitus pada seseorang. Sebagaimana

hasil survey pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 59 Mei 2014

diperoleh data sebagai berikut, dari 20 orang yang di survey, diketahui 17

orang merupakan penderita DM yang diketahui berdasarkan pemeriksaan

penyaring (uji laboratorium) dinyatakan bahwa responden tersebut

diketegorikan obesitas karena memiliki indek masa tubuh (IMT) > 23 kg/m 2

dengan kadar glukosa darah > 126 mg/dl hal ini dikarenakan pengetahuan pola

makan yang buruk, responden dapat makan sampai 5 atau 6 kali dalam sehari

dengan variasi makanan yang beragam.

Berdasarkan data laporan tahunan Dinas Kesehatan Provinsi Nusa

Tenggara Barat Pada Tahun 2013 diketahui jumlah penderita DM 112.277

dari total kunjungan 3.435.151 atau scbcsar 3,26% (Data Laporan Tahunan

Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2013).

Sementara jumlah penderita diabetes mellitus berdasarkan data

laporan tahunan Dinas Kesehatan Lombok Barat pada tahun 2013 di ketahui

jumlah penderita DM berjumlah 7.790 dari total kunjungan 437.510

kunjungan atau sebasar 1,78% (Data Laporan Tahunan Dinas Kesehatan

Lombok Barat, 2013).

6
Data dari rekapitulasi laporan tahunan Puskesmas Kediri diketahui

pada tahun 2011 dari 2547 kunjungan 125 dinyatakan menderita diabetes,

pada tahun 2012 dari 2679 kunjungan 216 di nyatakan menderita diabetes

mellitus, pada tahun 2013 dari 8047 kunjungan 325 dinyatakan menderita

diabetes mellitus dan pada tahun 2014 dari bulan januari sampai bulan

maretdari 1231 kunjungan 108 dinyatakan menderita diabetes mellitus ( Data

Laporan Tahunan Puskesmas Kediri )

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penting dilakukan penelitian

tentang "Hubungan Pengetahuan Pola Makan dengan Kadar Glukosa Pada

Penderita Diabetes Mellitus Di Puskesmas Kediri Kabupaten Lombok Barat

Tahun 2016".

B. Identifikasi Masalah

1. Berdasarkan data laporan tahunan Dinas Kesehatan Provinsi Nusa

Tenggara Barat Pada Tahun 2013 diketahui jumlah penderita DM 112.277

dari total kunjungan 3.435.151 atau sebesar 3,26%. (Data Laporan

Tahunan Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2013)

2. Berdasarkan data laporan tahunan Dinas Kesehatan Lombok Barat pada

tahun 2013 di ketahui jumlah penderita diabetes mellitus berjumlah 7.790

dari total kunjungan 437.510 atau scbcsar 1,78%

3. Data dari rekapitulasi laporan tahunan Puskesmas Kediri diketahui pada

tahun 2011 dari 2547 kunjungan 125 dinyatakan menderita diabetes

mellitus, pada tahun 2012 dari 267 kunjungan 216 di nyatakan menderita

diabetes mellitus, pada tahun 2013 dari 8047 kunjungan 325 dinyatakan

7
menderita diabetes mellitus dan pada tahun 2014 dari bulan januari sampai

bulan Maret dari 1.231 kunjungan 108 dinyatakan menderita diabetes

mellitus ( Data Laporan Tahunan Puskesmas Kediri, 2014)

4. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 5-9 Mei

2014 diperoleh data sebagai berikut, dari 20 orang yang di survey, pada

survey pendahuluan, diketahui 17 orang merupakan penderita DM yang

diketahui berdasarkan pemeriksaan penyaring dinyatakan bahwa

responden tersebut dikategorikar, obesitas karena memiliki indeks masa

tubuh (IMT) > 23 kg/m2 dengan kadar glukosa darah > 126 mg/dl hal ini

dikarenakan pengetahuan pola makan yang buruk, responden dapat makan

sampai 5 atau 6 kali dalam sehari dengan variasi makanan yang beragam.

C. Rumusan masalah

Apakah ada hubungan pengetahuan pola makan dengan kadar glukosa pada

penderita diabetes mellitus di Puskesmas Kediri Kabupaten Lombok Barat

Tahun 2016?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui HUBUNGAN PENGETAHUAN POLA MAKAN

DENGAN KADAR GLUKOSA PADA PENDERITA DIABETES

MELLITUS DI PUSKESMAS KEDIRI KABUPATEN LOMBOK

BARAT TAHUN 2016.

8
2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan pola makan (jenis, jumlah, dan

frekuensi) penderita diabetes mellitus di Puskesmas Kediri Kabupaten

Lombok Barat

b. Mengidentifikasi kadar glukosa pada penderita diabetes mellitus di

Puskesmas Kediri Kabupaten Lombok Barat

c. Menganalisis hubungan pengetahuan pola makan dengan kadar

glukosa pada penderita diabetes mellitus di Puskesmas Kediri

Kabupaten Lombok Barat

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan pertimbangan

dalam membuat kebijakan-kebijakan dibidang kesehatan di masa

mendatang khususnya dalam penatalaksanaan pasien dengan diabetes.

2. Bagi Puskesmas Kediri

Dapat memberi masukan bagi puskesmas, khususnya bagi pemegang

program gizi masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan

masyarakat (promosi kesehatan) untuk mencegah penyakit diabetes

mellitus dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

3. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Memperoleh info mengenai pelaksanaan berbagai program yang ada

di Puskesmas Kediri dalam penanganan masalah penyakit DM unluk

pengembangan kurikulum.

9
4. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman mengenai

hal - hal yang berkaitan tentang penyakit dibetes mellitus dan dan faktor -

faktor yang berhubungan dengan penyakit diabetes mellitus.

10

Anda mungkin juga menyukai