PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
oleh pankreas yang tidak mampu memproduksi insulin yang cukup atau tubuh yang tidak
mampu menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Oleh karena itu tingkat
glukosa (gula darah) diatas normal atau, hiperglikemia. (P2PTM Kemenkes RI, 2018)
kadar gula darah. Tingginya gula darah dapat diduga mengarah pada kerusakan serius di
hati atau pangkreas, pembuluh darah, mata, ginjal dan saraf. 1 dari 11 orang telah
mengidap penyakit diabetes mellitus, dan setiap 6 detik 1 orang meninggal akibat
diabetes, dan 673 milyar dolar yakni 12 %dari total pengeluaran kesehatan dihabiskan
Di Asia Tenggara jumlah pasien diabetes melitus sebanyak 78.3 juta penderita dan
diperkirakan akan meningkat 140.2 juta penderita pada tahun 2040. ¾ dari penderita
2021).
posisi kelima dalam daftar negara kasus diabetes tertinggi di dunia. Menurut data
International Diabetes Federation (IDF) 2021, saat ini Indonesia menempati posisi kelima
dalam daftar negara kasus diabetes tertinggi di Dunia. Menurut data IDF tahun 2021, 537
juta orang dewasa (20-79 tahun) atau 1 dari 10 hidup dengan diabetes, termasuk diabetes
tipe 1 dan tipe 2, serta didiagnosis dan diabetes yang tidak terdiagnosis. Angka ini
diprediksi akan meningkat menjadi 643 juta pada 2030 dan 784 juta pada 2045.
(Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa prevalensi diabetes melitus di Indonesia
berdasarkan diagnosis dokter pada umur lebih dari 15 tahun sebesar 2%. Angka ini
dari 15 tahun pada hasil Riskesdas 2013 sebesar 1.5%. sedangkan prevalensi provinsi
tertinggi angka kejadian diabetes melitus terdapat di DKI Jakarta dengan 3,4%,
Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun 2015
menyatakan bahwa banyak penderita DM di NTB sebesar 53.786 jiwa yang tersebar di
seluruh daerah NTB. Di kota Mataram pada tahun 2013 jumlah penderita DM sebesar
1.680 jiwa yang terdata dari 11 Puskesmas di kota Mataram. Sedangkan data dari RSUD
kota mataram pasien yang rawat inap dari tahun 2015 sapai tahun 2017 mengalami
peningkatan yang mana pasien rawat inap pada tahun 2015 sebanyak 630 jiwa, pada
tahun 2016 sebanyak 893 jiwa, dan pada tahun 2017 sebanyak 1135 jiwa ( Rekam Medis
Ada berbagai macam cara pengendalian glukosa darah seperti ; gaya hidup
sehat,pemakaian obat anti diabetes (OAD), dan insulin. Akan tetapi ada beberapa
menolak terapi insulin. Hambatan yang dialami antara lain terjadi hipoglikemi setelah
pemberian terapi insulin. Angka kejadian hipoglikemi karena pemberian terapi insulin
bervariasi, mulai dari 6 – 64 % dan hal itu terjadi karna pemberian terapi insulin dengan
dosis waktu serta pemberian yang tidak tepat (Lau et al. 2012). Penambahan berat badan
juga sering terjadi pada pasien setelah pemberian insulin. Hal ini terjadi pada minggu
pertama atau bulan pertama setelah pemberian insulin dan mencapai 0,3 – 6,4 Kg (Lau et
al.2012)
Oleh karena itu diperlukan pengetahuan yang baik dalam pemberian terapi insulin
tersebut agar efek samping dari penggunaan terapi insuli terminimalisir. Pengetahuan
merupakan tingkatan terendah dalam domain kognitif. Pengetahuan merupakan hasil dari
tingkah laku, hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan pada suatu objek
dijalaninya akan meningkatkan terjadinya efek samping terhadap obat tersebut. Faktor
tersebut akibat dari kurangnya informasi dan komunikasi antara tenaga kesehatan dengan
pasien. Biasanya karena kurangnya informasi mengenai hal-hal di atas, maka pasien
melakukan self-regulation terhadap terapi obat yang diterimanya yakni terapi insulin
kejadian hipoglikemia meningkat 3.2 per 100 orang per tahun menjadi 7.7 per 100 orang
per tahun pada pennggunaan insulin.Pasien yang menggunakan insulin atau obat
hipoglikemik oral dapat mengalami hipoglikemia ringan, yang dapat ditangani sendiri,
dimana episode hipoglikemiknya terjadi sekitar dua kali per minggu. Hipoglikemia berat
yang membutuhkan bantuan orang lain untuk mendapatkan kembali kadar gula darah
normal, minimal terjadi sekali per tahun sebesar 27% pada pasien yang diobati regimen
penderita diabetes mellitus yang bergantung pada insulin (Self et al, 2013)
terhadap nilai glukosa darah, serta disarankan untuk pasien mengatur pola makan yang
sehat dan melakukan aktifitas oah raga yang masih mungkin dapat dilakukan. Bila
penderita diabeter melitus tidak patuh dalam melaksanakan program pengobatan dalam
hal ini insulin dan pengatran pola makan baik yang tlah dianjurkan dokter, ahli gizi atau
petugas kesehatan lainnya maka akan memperburuk kondisi penyakitnya dan akan
mengalami penurunan drastis kadar glukosa darah sebanyak 12,9% yang dikarenakan
penyuntikkan insulin yang tidak diimbangi dengan makanan seimbang sehingga pasien
mengalami penurunan kadar gula darah yang besar yang biasa disebut hipoglikemia .
insulin yang ada merupakan insulin eksogen sehingga apabila gula darah turun di bawah
insulin yang baik hanya sedikit yang mengalami hipoglikemia (Budhidarmaja, 2013).