Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PRE OPRASI PADA PASIEN DENGAN HERNIA INGUINALIS LATERALIS


(HIL)

OLEH :

KELOMPOK A

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG DIII

MATARAM

2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PRE OPRASI PADA HERNIA
INGUINALIS LATERALIS (HIL)

Topik : Persiapan Oprasi Hernia Inguinalis Lateralis


Hari/tanggal : 10 April 2019
Waktu/jam : 09.00-09.10 wita
Tempat : Ruang 3025 Tanjung An RSUDP NTB
Peserta : Sirajudin dan keluarga
Penyuluh : M. Anwar

1.1 Tujuan Umum


Setelah mengikuti penyuluhan selama 10 menit diharapkan klien mampu
memahami tentang hernia untuk persiapan oprasi sehingga dapat mengurangi
cemas pre op

1.2 Tujuan Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan selama 10 menit diharapkan klien mampu
a. Menjelaskan kembali tentang pengertian Hernia
b. Mengulang kembali Penatalaksanaan Hernia
c. Pasien dapat mengungkapkan cemas berkurang sebelum oprasi

1.3 Materi
Terlampir

1.4 Metode
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini yaitu dengan metode Ceramah

1.5 Media
Leaflet

1.6 Setrategi
Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti klien
1.7 Kegiatan
No Waktu dan Kegiatan Pemberi Materi Kegiatan Sasaran
Tahap
1 Tahap 1. Mengucapkan Salam 1. Menjawab Salam
Orientasi 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
(2 menit) 3. Menyampaikan TIU dan perkenalan
TIK
4. Apresepsi(Mengkaji
Pengetahuan Sasaran)

Tahap kerja Menjelaskan tentang: 1. Memperhatikan


(5 menit) 1. Pengertian Hernia penjelasan
2. Penyebab Hernia
3. Tanda Gejala Hernia
4. Klasifikasi Hernia
5. Pencegahan
6. Penatalaksanaan
7. Persiapan pre op
8. Bagaimana prosedur
pembedahan

Tahap 1. Evaluasi Penyuluhan 1. Tanya jawab


Terminasi 2. Menyimpulkan 2. Memperhatikan
(3 menit) 3. Menutup dengan Salam 3. Menjawab Salam
4. Meminta pasien
untuk
mengungkapkan
kecemasannya
MATERI PENYULUHAN PRE OP HERNIA INGUINALIS LATERALIS

A. DEFINISI
Hernia adalah penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding perut (Wim de Jong, 2005)
Menurut Barbara C.Long pengertian Hernia adalah keluarnya isi rongga
tubuh atau struktur organ dari tempat normal melalui sebuah defek kongenital atau
didapat.
Pada hernia ada 3 unsur penting yaitu:
1. Kantong hernia.
2. Isi (viskos).
3. Pintu atau leher hernia.
Hernia Inguinalis Lateralis adalah suatu penonjolan dinding perut yang
terjadi di daerah inguinal disebelah lateral pembuluh epigastrika inferior (R.
Sjamsuhidajat). Penyebab terjadinya Hernia Inguinalis Lateralis yaitu karena
anomali kongenital atau karena sebab yang didapat. Pada Hernia Inguinalis
Lateralis keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang timbul
pada waktu mengejan, batuk, atau mengangkat beban berat, dan menghilang waktu
istirahat baring (Sudoyo, 2009).
B. TIPE HERNIA MENURUT GEJALA :
1. Reducible, yaitu: yang keluar mudah dikembalikan ke dalam
rongga abdomen.
2. Irreducible, yaitu: jaringan yang keluar tidak dapat dikembalikan
dengan mudah ke dalam rongga abdomen karena ada perekatan pada kantong.
3. Strangulata yaitu: leher kantong yang bekerja sebagai tourniquet
menyumbat aliran darah di lumen usus akan menjadi gangren dalam waktu
beberapa jam.
C. GAMBARAN KLINIS
Umumnya pasien mengatakan turun berok, burut atau kelingsir atau adanya
benjolan di selangkangan/kemaluan. Benjolan tersebut bisa mengecil atau
menghilang waktu tidur dan bila menangi, mengejan atau mengangkat benda berat
serta posisi pasien berdiri dapat timbul kembali bila ditemukan komplikasi dapat
nyeri.
Keadaan umum pasien biasanya baik. Bila benjolan tidak nampak, pasien
dapat disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila ada
hernia akan nampak benjolan harus diperiksa apakah benjolan tersebut dapat
dimasukkan kembali. Pasien diminta berbaring, bernafas dengan mulut untuk
mengurangi tekanan inra abdominal, lalu scrtum diangkat perlahan-lahan.
Diagnosis pasti hernia pada umumnya sudah ditegakkan dengan pemeriksaan yang
teliti.

D. MACAM-MACAM HERNIA
1. Hernia Inguinalis
Merupakan jenis hernia yang sering dijumpai di klinik.
Etiologi:
Penyebabnya adalah kantong pentanium yang tidak menutup.
Hernia inguinalis lebih sering terjadi di sisi kanan.
Distribusi:
Pada laki-laki : - terbanyak pada Neonatus di usia 1 – 2 tahun
- dewasa muda 10 – 30 tahun
- usia 50 – 70 tahun
Pada wanita : terutama Neonatus di usia 1 – 2 tahun, disebut hernia
labialis
2. Hernia Femoralis
Terletak di bawah canalis femoralis. Hernia femoralis paling sering dijumpai
pada wanita. Terdapat benjolan seperti hernia inguinalis, tetapi letaknya
dibawah ligamentum inguinalis.

3. Hernia Umbilikalis Kongenital


Suatu kegagalan pada penyatuan perut umbilikus, dan anak dilahirkan dengan
benjolan umbilikus.
4. Hernia Para Umbilikalis
Sebagian besar disebabkan oleh obesitas, ditambah lagi dengan kelemahan otot
abdomen yang terjadi setelah kelahiran anak.
5. Hernia Insisional
Hernia lewat bekas luka operasi.
6. Hernia Epigastritica

E. KOMPLIKASI
Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.terjadi penekanan terhadap
cincin hernia hernia akibatnya makin banyaknya ususayng masuk. Keadaan ini
menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan vaskelur. (proses
strangulasi).
Pada keadaan strangulate akan timbul gejala ileus yaitu perut kembung
muntah dan obstipasi. Pada keadaan ini nyeri timbul lebih berat dan kontinyu,
daerah benjolan menjadi merah dan pasien menjadi gelisah.

F. PENATALAKSANAAN
Pada hernia ingunalis reponibilis dan irreponibilis dilakukan tindakan
bedah elektif karena ditakutkan terjadi komplikasi, sebaiknya bila telah terjadi
proses strangulasi tindakan bendah harus dilakukan secepat mungkin sebelum
terjadinya nekrosis usus.
Tindakan bedah pada hernia adalah herniotomi dan herniorafi. Pada bedah
elektif canalis dibuka, isi hernia dimasukkan, kantong diikat dan dilakukan “
Bassing Plasty “ atau tehnik yang lain untuk memperkuat dinding belakang canalis
ingunalis.

G. PRE OPERATIF
a. Definisi
Operasi adalah suatu bentuk tindakan invasif yang hanya dapat dilakukan
oleh tenaga profesional dan harus terlebih dahulu mendapat persetujuan pasien
dan keluarganya. Operasi atau pembedahan merupakan salah satu prosedur
khusus medik yang dapat atau harus dilakukan sebagai terapi terhadap penyakit
(Tamsuri, 2006).
Preoperatif adalah fase dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi
atau pembedahan dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi
(Smeltzer and Bare, 2002).
b. Tipe Pembedahan
1) Menurut fungsi (tujuannya), Potter & Perry (2005) membagi menjadi :
a) Diagnostik : biopsi, laparotomi eksplorasi
b) Kuratif (ablatif): tumor, appendiktom
c) Reparatif : memperbaiki luka multiple
d) Rekonstruktif: mamoplasti, perbaikan waja
e) Paliatif : menghilangkan nye
2) Transplantasi : penanaman organ tubuh untuk menggantikan organ atau
struktur tubuh yang malfungsi (cangkok ginjal, kornea).
3) Menurut tingkat (urgensinya) atau tingkat resiko, Smeltzer and Bare
(2001) meliputi :

a) Kedaruratan
Pasien membutuhkan perhatian dengan segera, gangguan yang
diakibatkannya diperkirakan dapat mengancam jiwa (kematian atau
kecacatan fisik), tidak dapat ditunda.
b) Urgen
Pasien membutuhkan perhatian segera, dilaksanakan dalam 24- 30 jam.
c) Diperlukan
Pasien harus menjalani pembedahan, direncanakan dalam beberapa
minggu atau bulan.
d) Elektif
Pasien harus dioperasi ketika diperlukan, tidak terlalu membahayakan jika
tidak dilakukan.
e) Pilihan
Keputusan operasi atau tidaknya tergantung kepada pasien (pilihan pribadi
pasien)

4) Menurut Luas atau Tingkat Resiko :


a) Mayor
Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan mempunyai tingkat
resiko yang tinggi terhadap kelangsungan hidup pasien.
b) Minor
Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai resiko
komplikasi lebih kecil dibandingkan dengan operasi mayor.

c. Persiapan pasien di Unit Perawatan


1) Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2
tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang operasi.
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum
operasi menurut Brunner & Suddarth ( 2002 ), antara lain :
a) Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan
status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit
seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik
lengkap, antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status
pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi,
dan lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan
istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik,
tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi,
tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu
terjadinya haid lebih awal.
b) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah
(albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan
protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit.
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi,
dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam
dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.
c) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan
output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam
rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakukan pemeriksaan di
antaranya adalah kadar natrium serum (normal : 135 -145 mmol/l), kadar
kalium serum (normal : 3,5 – 5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 –
1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi
ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan
ekskresi metabolit obat- obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka
operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami
gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, dan nefritis akut,
maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal, kecuali
pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
d) Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Intervensi
keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan
dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan
enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya
puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan
lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan
lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area
pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca
pembedahan. Khusus pada pasien yang membutuhkan operasi CITO
(segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas, maka pengosongan
lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric
tube).
e) Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari
terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut
yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga
mengganggu/ menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka.
Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan
pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada
lengan. Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati-hati
jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali
pasien diberikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa
lebih nyaman.
Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan
daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis)
dilakukan pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar
perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis,
operasi pemasangan plate pada fraktur femur, dan hemmoroidektomi.
Selain terkait daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan
pada pemasangan infus sebelum pembedahan.
f) Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi
karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat
mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang
kondisi fisiknya kuat dianjurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan
daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu
memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka perawat akan
memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.
g) Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan
kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi balance cairan.
d. Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini
sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca
operasi, seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada
tenggorokan.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain:
1) Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi
nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien
lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas
tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
oksigenasi darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan tarik
nafas dalam secara efektif dan benar maka pasien dapat segera
mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan pasien. Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut : Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler)
dengan lutut ditekuk dan perut tidak boleh tegang. Letakkan tangan di atas
perut, hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam
kondisi mulut tertutup rapat. Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian
secara perlahan- lahan, udara dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut.
Lakukan hal ini berulang kali (15 kali). Lakukan latihan dua kali sehari
praopeartif.
2) Latihan Batuk Efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien
yang mengalami operasi dengan anstesi general. Karena pasien akan
mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi teranestesi.
Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada
tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan
batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk
mengeluarkan lendir atau sekret tersebut. Pasien dapat dilatih melakukan
teknik batuk efektif dengan cara : Pasien condong ke depan dari posisi
semifowler, jalinkan jari-jari tangan dan letakkan melintang di atas incisi
sebagai bebat ketika batuk. Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas
dalam (3-5 kali). Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan
terbuka dan tidak hanya batuk dengan mengandalkan kekuatan tenggorokan
saja karena bisa terjadi luka pada tenggorokan. Hal ini bisa menimbulkan
ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap incisi. Ulangi lagi sesuai
kebutuhan. Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa
menambahkan dengan menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk yang
lembut untuk menahan daerah operasi dengan hati-hati sehingga dapat
mengurangi guncangan tubuh saat batuk.
3) Latihan Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga
setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang
diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan. Pasien/keluarga pasien
seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang pergerakan pasien
setelah operasi. Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh karena
takut jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh.
Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan
segera bergerak maka pasien akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik
usus) sehingga pasien akan lebih cepat kentut/flatus. Keuntungan lain adalah
menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar
dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah
memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi
pernafasan optimal. Intervensi ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan
juga Range of Motion (ROM). Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada
awalnya dilakukan secara pasif namun kemudian seiring dengan
bertambahnya kekuatan tonus otot maka pasien diminta melakukan secara
mandiri.
Status kesehatan fisik merupakan faktor yang sangat penting bagi pasien
yang akan mengalami pembedahan, keadaan umum yang baik akan
mendukung dan mempengaruhi proses penyembuhan. Sebaliknya, berbagai
kondisi fisiologis dapat mempengaruhi proses pembedahan. Demikian juga
faktor usia/penuaan dapat mengakibatkan komplikasi dan merupakan faktor
resiko pembedahan. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mempersiapkan
fisik pasien sebelum dilakukan pembedahan/operasi.
DAFTAR PUSTAKA

Barbara.C.long. Perawatan Medikal bedah: suatu pendekatan proses keperawatan Vol.3,


Cet.I Bandung: Ikatan Alumni Keperawatan Padjajaran, 1996.[adv 2004]

NANDA NIC-NOC. 2015. Aplikasi asuhan keperawatanberdasarkan diagnosis medis

Wim de Jong.2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai