OLEH :
NIM: 2011604034
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencernaan adalah sebuah proses metabolisme dimana suatu makhluk hidup memproses
sebuah zat dalam rangka untuk mengubah secara kimia atau mekanik sesuatu zat menjadi
nutrisi. Namun, jika proses ini terjadi perubahan maka akan terjadi gangguan pencernaan
salah satunya yaitu hernia umbilikalis. Hernia sendiri dapat berarti penonjolan sebuah organ,
jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-
bagian tersebut (Nettina, 2017). Sedangkan hernia umbilikalis merupakan penonjolan yang
mengandung isi rongga perut yang masuk melalui cincin umbilikus akibat peninggian
tekanan intra abdomen. Hernia umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi
inkarserasi (Syamsuhidayat, 2016).
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup
peritoneum dan kulit. Hernia ini terdapat kira-kira 20% bayi dan angka ini lebih tinggi lagi
pada bayi prematur. Tidak ada perbedaan angka kejadian antara bayi laki-laki dan
perempuan. Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena
peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara
(Erfandi 2014),
Umbilikalis (bodong) pada anak-anak biasanya tidak sakit atau berbahaya namun
bodong yang muncul pada orang dewasa dapat menyebabkan perut terasa tidak nyaman.
Umumnya bodong pada anak-anak akan hilang saat berusia sekitar 2 tahun. Jika diameternya
lebih kecil dari 5 mm, bodong itu akan menutup sendiri pada usia kurang dari 2 tahun.
Bodong berdiameter 5-15 mm biasanya menutup sebelum berusia 4 tahun dan jika
diameternya lebih kecil dari 2 cm masih mungkin menutup pada usia 6 tahun. Kelainan
umbilikus seringkali ditemukan oleh bedah anak. Pada neonates, korda umbilikalis biasanya
mengering dan terpisah dalamwaktu 3 minggu, kemudian mengering, bekas luka di tengah
perut yang berbentuk seperti bintang yang akan membentuk umbilikus.Kegagalan cincin
umbilikus untuk menutup secara sempurna dapatmenyebabkan terjadinya hernia umbilikalis,
yang merupakan kelainanumbilikus tersering. Adanya cairan ataupun jaringan yang
abnormaldari umbilikus sering disebabkan oleh granuloma umbilikal, tetapi juga dapat
merupakan hasil dari involusi tidak sempurna dari urachusataupun duktus
omfalomesenterikus.(Efandi,2014)
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Anestesiologi secara Komprehensif pada saat pre anestesi,
dan post anestesi terhadap pasien Hernia Umbilikalis
C. Tujuan
a. Agar mahasiswa mampu mengkaji data, menganamnesa, dan mampu memberikan asuhan
keperawatan anestesiologi terhadap penderita Hernia Umbilikalis
b. Agar mahasiswa mampu menegakkan diagnosa pre anestesi, dan post anestesi terhadap
penderita Hernia Umbilikalis
c. Agar mahasiswa mampu memberikan tindakan perencanaan selama pre anestesi, dan
post anestesi terhadap Hernia Umbilikalis
d. Agar mahasiswa mampu membuat pendokumentasian pada penderita Hernia Umbilikalis
D. Manfaat
a. Mahasiswa mampu mengkaji data, menganamnesa, dan mampu memberikan asuhan
keperawatan anestesiologi terhadap penderita Hernia Umbilikalis secara komprehensif.
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa pre anestesi, intra anestesi dan post anestesi
terhadap penderita Hernia Umbilikalis
c. Mahasiswa mampu memberikan tindakan perencanaan selama pre anestesi, intra anestesi
dan post anestesi terhadap penderita Hernia Umbilikalis
d. Mahasiswa mampu membuat pendokumentasian pada penderita Hernia Umbilikalis
E. Waktu dan Tempat
Yogyakarta , 23 Juni 2022
BAB II
LANDASAN TEORI
B. Pertimbangan Anestesi
1. Definisi Anestesi
Anestesi yang berarti pembiusan; berasal dari bahasa Yunani yaitu, ’An’ berarti
tidak, atau tanpa” dan ’aesthetos’, berarti persepsi atau kemampuan untuk merasa. Secara
umum anestesi berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika dilakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh
(Majid dkk, 2011).
Tipe Anestesi/pembiusan diantaranya adalah :
1) Pembiusan total, mengakibatkan hilangnya kesadaran total.
2) Pembiusan lokal, mengakibatkan hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan
(pada sebagian kecil daerah tubuh). Pembiusan lokal atau anestesi lokal adalah salah satu
jenis anestesi yang hanya melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tanpa menyebabkan
manusia kehilangan kesadaran. Obat bius jenis ini bila digunakan dalam operasi
pembedahan, maka setelah
selesai operasi tidak membuat lama waktu penyembuhan operasi. Pembiusan regional,
mengakibatkan hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade
selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya.
2. Jenis Anestesi
A. Regional Anestesi
Anestesi regional merupakan suatu metode yang lebih bersifat sebagai analgesik.
Anestesi regional hanya menghilangkan nyeri tetapi pasien tetap dalam keadaan
sadar. Oleh sebab itu, teknik ini tidak memenuhi trias anestesi karena hanya
menghilangkan persepsi nyeri saja (Pramono, 2017).Induksi anestesi regional
menyebabkan hilangnya sensasi pada daerah tubuh tertentu. Anestesi regional terdiri
dari spinal anestesi, epidural anestesi, kaudal anestesi. Metode induksi mempengaruhi
bagian alur sensorik yang diberi anestesi. Ahli anestesi memberi regional secara
infiltrasi dan lokal. Pada bedah mayor, seperti perbaikan hernia, histerektomi vagina,
atau perbaikan pembuluh darah kaki, anestesi regional atau spinal anestesi hanya
dilakukan dengan induksi infiltrasi. Blok anestesi pada saraf vasomotorik simpatis
dan serat saraf nyeri dan motoric menimbulkan vasodilatasi yang luas sehingga klien
dapat mengalami penurunan tekanan darah yang tiba – tiba.
3. Teknik Anestesi
A. Konsep Spinal Anestesi
1. Pengertian Spinal Anestesi
Anestesi spinal adalah injeksi agen anestesi ke dalam ruang intratekal, secara
langsung ke dalam cairan serebrospinalis sekitar region lumbal di bawah level
L1/2 dimana medulla spinalis berakhir (Keat, dkk, 2013).Spinal anestesi
merupakan anestesia yang dilakukan pada pasien yang masih dalam keadaan
sadar untuk meniadakan proses konduktifitas pada ujung atau serabut saraf
sensori di bagian tubuh tertentu (Rochimah, dkk, 2011).
2. Indikasi
a. Bedah ekstremitas bawah
b. Bedah panggul
c. tindakan sekita rectumperineum
d. Bedah urologi
e. Bedah abdomen
f. Pada bedah abdomen atas dan bawah pediatrik biasanya dikombinasikan
dengan anestesi umum ringan
3. Kontra indikasi
Menurut Sjamsuhidayat & De Jong tahun 2010 anestesi regional yang luas seperti
spinal anestesi tidak boleh diberikan pada kondisi hipovolemia yang belum terkorelasi
karena dapat mengakibatkan hipotensi berat.
Komplikasi yang dapat terjadi pada spinal anestesi menurut Sjamsuhidayat & De Jong
tahun 2010, ialah :
1. Hipotensi terutama jika pasien tidak prahidrasi yang cukup
2. Blokade saraf spinal tinggi, berupa lumpuhnya pernapasan dan
memerlukan bantuan napas dan jalan napas segera.
3. Sakit kepala pasca pungsi spinal, sakit kepala ini bergantung pada
besarnya diameter dan bentuk jarum spinal yang digunakan.
4. Rumatan Anestesi
Anestesi spinal menggunakan bupivacaine 0,75% sebanyak 10-12 mg dan untuk
perosedur yang kurang dari satu jam menggunakan bupivacaine 0,75% dosis rendah
sebanyak 7,5 mg atau mepivacaine 1,5% sebanyak 45 mg atau procaine 10% sebanyak
100-150 mg. Lidocaine bias digunakan namun dapat menyebabkan gejala transient
neurologic,
5. Resiko
Efek samping akibat prosedur ini bisa saja terjadi. Umumnya, gejala yang muncul
akibat prosedur ini adalah mual, pusing, kedinginan, dan kelelahan.Selain itu, pasien juga
dapat merasakan gatal dan mengalami tekanan darah rendah setelah prosedur ini.
Terutama pada pria, efek samping anestesi spinal yang sering dikeluhkan adalah sulit
buang air kecil.Pada beberapa kasus, prosedur ini juga dapat membuat pasien mengalami
kesulitan bernapas, kelemahan dan nyeri pada otot, bahkan hingga kerusakan saraf.
Namun tidak perlu khawatir, dokter akan menyiapkan semua antisipasi efek samping
sebelum operasi untuk mengurangi kemungkinan hal ini terjadi.
.
C. Web of Caoution (WOC)
b. Data Objektif
Pre operasi
Mata Pasien terlihat tidak segar
Pasien terlihat menahan nyeri
Terlihat wajah pasien cemas dan tegang saat akan dioperasi
TTV
- TD : 106/72 mmHg
- N : 83x/menit
- RR : 20x/menit
-S : 36,3oc
-SpO2: 96%
Post operasi
Pasien terlihat meringis kesakitan dan menahan nyeri
Pada abdomen pasien didekitaran pusarterlihat luka operasi yang tertutup kasa
TTV
-TD :164/112 mmHg
- N :83x/menit
-RR :18x/menit
-S : 36,5oc
-SpO2: 99%
2. Masalah Kesehatan Anastesi
A. Pre Operasi
1. Nyeri Akut
2. Ansietas
B. Post Operasi
1. Nyeri Akut
2. Resiko Infeksi
3. Rencana intervensi
A. Masalah kesehatan anestesi : Nyeri akut (pre operasi)
1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam masalah nyeri akut berkurang
atau hilang
2. Kriteria hasil :
Mampu menyebutkan faktor yang meningkatkan nyeri,skala nyeri,dan
penyebab nyeri
Mampu menyubutkan intervensi yang efektif
Menyampaikan bahwa orang lain membenarkan bahwa nyeri itu ada
3. Rencana Intervensi
a) Rencana tindakan 1 : Observasi/kaji tingkat nyeri pasien
b) Rencan tindakan 2 :Berikan injeksi katarolac kepada pasien
c) Rencana tindakan 3 : Ajarkan pasien teknik pereda nyeri dengan relaksasi
nafas dalam
d) Rencana Tindakan 4 :Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetic
sesuai indikasi
B. Masalah kesehatan Anestesi : Ansietas (Pre Operasi )
1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 15 menit masalah ansietas terratasi
2. Kriteria hasil :
Menjelaskan Kecemasan dan pla kopingnya
Mengidentifikasi dua strategi untuk mengurangi kecemasan
Mengetahui tingkat ansietas
3. Rencana Intervensi
a) Rencana tindakan 1: Kaji tingkat ansietas klien (ringan,sedang,berat,panik)
b) Rencana tindakan 2: Berikan kenyamanandan ketentraman hasil
c) Rencana tindakan 3: Ajarkan pasien untuk melakukan tindakan pengurangan
ansietas dengan relaksasi napas dalam dan berdoa sebelum tindakan operasi
d) Rencana tindakan 4 : Kolabrasi dengan dokter untuk terapi apa yang
diberikan pada pasien
C. Masalah kesehatan anestesi : Nyeri akut (post operasi)
1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam masalah nyeri akut berkurang
atau hilang
2. Kriteria hasil :
Mampu menyebutkan faktor yang meningkatkan nyeri,skala nyeri,dan
penyebab nyeri
Mampu menyubutkan intervensi yang efektif
Menyampaikan bahwa orang lain membenarkan bahwa nyeri itu ada
3. Rencana Intervensi
a) . Rencana tindakan 1 : Observasi/kaji tingkat nyeri pasien
b) Rencan tindakan 2 :Berikan injeksi katarolac kepada pasien
c) Rencana tindakan 3 : Ajarkan pasien teknik pereda nyeri dengan relaksasi
nafas dalam
d) Rencana Tindakan 4 :Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetic
sesuai indikasi
D. Masalah kesehatan anestesi : Resiko Infeksi (post Operasi)
1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam masalah resiko infeksi dapat
teratasi
2. Kriteria hasil :
Mampu mengenali tanda gejala yang mengindikasi resiko infeksi
Mengedukasi pasien dan kluarga pasien tenteang bagaiman acara mengurangi
reskio infeksi pada pasien
3. Rencana Intervensi
a) Rencana tindakan 1 : Mengkaji luka post operasi pada pasien dan kaji tanda
vital secara berkala , batasi pengunjung, evaluasi kemampuan pasien dan
keluarga dalam menjaga hygine.
b) Rencana tindakan 1 : Mengkaji luka post operasi pada pasien dan kaji tanda
vital secara berkala , batasi pengunjung, evaluasi kemampuan pasien dan
keluarga dalam menjaga hygine.
c) Rencan tindakan 2 : Cuci tangan sebelum bertemu dengan pasien
d) Rencana tindakan 3 : Jelaskan pada pasien dan keluarga terkait dengan
perawatan luka dan cara mencegah penyebaran infeksi
e) Rencana Tindakan 4 :Berkolaborasi dengan dokter unuk mengatasi luka post
operasi pasien yang belum mengering.
4. Evaluasi
a. Masalah kesehatan anestesi : Nyeri Akut (pre operasi )
S:
Pasien mengatakan nyeri pada benjolan yang terdapat sekitar pusarnya
Pasien mengatkan skala nyeri 5 dari 10
O:
Pasien terlihat menahan nyeri
TTV
- TD : 106/72 mmHg
- N : 83x/menit
- RR : 20x/menit
-S : 36,3oc
-SpO2: 96%
P: Lanjutkan Intervensi
O:
Mirza, B., & All, W. 2016. Distinct Presentations of Hernia of Umbilical Cord. Department of
Pediatric Surgery, Children Hospital Faisalabad, Pakistan. Vol 5. (p1-2)
Gera, P. 2016. Umbilical Hernia in Childhood: Indications and Mode of Repair. J Surg
Transplant Sci 4(4): 1037.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. (2015).Buku ajar keperawatan medikal bedah.
Jakarta: EGC Doengoes, M.E. (2015). Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC Nanda NIC-NOC.
(2015).Aplikasi asuhan keperawatan diagnosa medis.Yogyakarta Medical Action Publishing
Mayo Clinic Staff. 2012. Umbilical Hernia. In: Mayo Foundation for Medical Education and
Research 1998-2015. Available on: http://www.mayoclinic.org/diseases