Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI PADA PASIEN HERNIA UMBILIKALIS


DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI HERNIO REPAIR DENGAN TINDAKAN
ANESTESI REGIONAL ANESTESI (SPINAL)

DI IBS/BANGSAL RSUD WATES

Tugas ini disusun untuk memenuhiMata Kuliah Praktik Klinik Dasar

Dosen Pembimbing: Aisyah Nur Azizah,M.Tr.Kep

OLEH :

NAMA : ANNORA ADHEVANIA SORENGGANI

NIM: 2011604034

UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


PROGRAM SARJANA TERAPAN

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pencernaan adalah sebuah proses metabolisme dimana suatu makhluk hidup memproses
sebuah zat dalam rangka untuk mengubah secara kimia atau mekanik sesuatu zat menjadi
nutrisi. Namun, jika proses ini terjadi perubahan maka akan terjadi gangguan pencernaan
salah satunya yaitu hernia umbilikalis. Hernia sendiri dapat berarti penonjolan sebuah organ,
jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-
bagian tersebut (Nettina, 2017). Sedangkan hernia umbilikalis merupakan penonjolan yang
mengandung isi rongga perut yang masuk melalui cincin umbilikus akibat peninggian
tekanan intra abdomen. Hernia umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi
inkarserasi (Syamsuhidayat, 2016).
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup
peritoneum dan kulit. Hernia ini terdapat kira-kira 20% bayi dan angka ini lebih tinggi lagi
pada bayi prematur. Tidak ada perbedaan angka kejadian antara bayi laki-laki dan
perempuan. Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena
peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara
(Erfandi 2014),
Umbilikalis (bodong) pada anak-anak biasanya tidak sakit atau berbahaya namun
bodong yang muncul pada orang dewasa dapat menyebabkan perut terasa tidak nyaman.
Umumnya bodong pada anak-anak akan hilang saat berusia sekitar 2 tahun. Jika diameternya
lebih kecil dari 5 mm, bodong itu akan menutup sendiri pada usia kurang dari 2 tahun.
Bodong berdiameter 5-15 mm biasanya menutup sebelum berusia 4 tahun dan jika
diameternya lebih kecil dari 2 cm masih mungkin menutup pada usia 6 tahun. Kelainan
umbilikus seringkali ditemukan oleh bedah anak. Pada neonates, korda umbilikalis biasanya
mengering dan terpisah dalamwaktu 3 minggu, kemudian mengering, bekas luka di tengah
perut yang berbentuk seperti bintang yang akan membentuk umbilikus.Kegagalan cincin
umbilikus untuk menutup secara sempurna dapatmenyebabkan terjadinya hernia umbilikalis,
yang merupakan kelainanumbilikus tersering. Adanya cairan ataupun jaringan yang
abnormaldari umbilikus sering disebabkan oleh granuloma umbilikal, tetapi juga dapat
merupakan hasil dari involusi tidak sempurna dari urachusataupun duktus
omfalomesenterikus.(Efandi,2014)
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Anestesiologi secara Komprehensif pada saat pre anestesi,
dan post anestesi terhadap pasien Hernia Umbilikalis
C. Tujuan
a. Agar mahasiswa mampu mengkaji data, menganamnesa, dan mampu memberikan asuhan
keperawatan anestesiologi terhadap penderita Hernia Umbilikalis
b. Agar mahasiswa mampu menegakkan diagnosa pre anestesi, dan post anestesi terhadap
penderita Hernia Umbilikalis
c. Agar mahasiswa mampu memberikan tindakan perencanaan selama pre anestesi, dan
post anestesi terhadap Hernia Umbilikalis
d. Agar mahasiswa mampu membuat pendokumentasian pada penderita Hernia Umbilikalis
D. Manfaat
a. Mahasiswa mampu mengkaji data, menganamnesa, dan mampu memberikan asuhan
keperawatan anestesiologi terhadap penderita Hernia Umbilikalis secara komprehensif.
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa pre anestesi, intra anestesi dan post anestesi
terhadap penderita Hernia Umbilikalis
c. Mahasiswa mampu memberikan tindakan perencanaan selama pre anestesi, intra anestesi
dan post anestesi terhadap penderita Hernia Umbilikalis
d. Mahasiswa mampu membuat pendokumentasian pada penderita Hernia Umbilikalis
E. Waktu dan Tempat
Yogyakarta , 23 Juni 2022
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Teori Penyakit


1. Definis
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding
rongga yang secara normal memang terisi bagian-bagian tersebut. Hernia paling
sering terjadi pada rongga abdomen sebagai akibat dari kelemahan muskular
abdomen konginental atau didapat (Monika Ester, 2012)
Hernia umbilikalis merupakan penonjolan organ dalam perut keluar dari daerah
pusar akibat kelemahan jaringan penyambung dan otot perut. Kelemahan tersebut
membentuksuatu “bukaan” yang dikenal dengan defek, yang menyebabkan jaringan
lemak dan organ dalam perut di bawah pusar dapat ikut menonjol keluar.
Hernia umbilikalis sering terjadi pada anak-anak, namun dapat pula terjadi pada
orang dewasa walaupun jarang. Pada anak-anak, defek seringkali tertutup seiring
bertambahnya usia dan tidak membutuhkan tindakan pembedahan.Pada dewasa,
hernia umbilikalis tidak dapat sembuh sendiri dan hanya dapat diperbaiki dengan
tindakan bedah
2. Etiologi
Hernia Umbilikalis dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga lemah.
Lemahnya dinding ini mungkin merupakan cacat bawaan atau keadaan yang didapat
sesudah lahir, contoh hernia bawaan adalah hermia omphalokel yang terjadi karena
sewaktu bayi lahir tali pusatnya tidak segera berobliterasi (menutup) dan masih
terbuka. Demikian pula hernia diafragmatika. Hernia dapat diawasi pada anggota
keluarga misalnya bila ayah menderita hernia bawaan, sering terjadi pula pada
anaknya. Pada manusia dewasa jaringan penyangga makin melemah, manusia umur
lanjut lebih cenderung menderita hernia inguinal direkta. Pekerjaan angkat berat
yang dilakukan dalam jangka lama juga dapat melemahkan dinding perut (Oswari.
2000: 217)
Hernia umbilikalis terjadi ketika otot perut tidak menutup secara sempurna.
Akibatnya, tersisa lubang kecil bekas tali pusar pada otot perut. Dari lubang ini,
sebagian usus halus bisa keluar dan menyebabkan benjolan di pusar. Benjolan ini
bisa timbul sejak bayi atau setelah dewasa.
Penyebab terjadinya hernia umbilikalis yaitu :
a. Didapat (acquired)
Terjadi setelah dewasa atau pada usia lanjut. Disebabkan adanya tekanan
intraabdominal yang meningkat dan dalam waktu yang lama misalnya batuk
kronis, konstipasi kronis, gangguan proses kencing (hipertropi prostat, striktur
uretra), ascites dan sebagainya.
b. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
c. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh,
termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu penyebab hernia.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau
penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
d. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan
lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi penyebab terjadinya
hernia.
e. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan
terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang
berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-
otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi penyebab terjadinya
prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
f. Kongenital
1. Hernia congenital sempurna,bayi sudah menderita hernia karena adany
defek pada tempat tempat tertentu
2. Hernia congenital tidak sempurna, bayi dilahirkan normal (kelainan belum
tampak) tapi dia mempunyai defek pada tempat tempat tertentu
(predisposisi) dan beberapa bulan (0-1 tahun ) setelah lahir akan terjadi
hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan
intrabnormal (mengenjan ,batuk,menangis)

3. Tanda dan gejala


Tanda gejala yang muncul menurut Herdman (2012) pada pasien hernia secara
umum:
1. Berupa benjolan keluar masuk/keras dan yang sering terjadi tampak benjolan
pada dilipat paha.
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan
mual.
3. Terdapat gejala mual dan muntah distensi bila lelah ada komplikasi.

Tanda Gejala pada pasien bayi atau anak-anak :

1. Anak menangis dan gelisah


2. Si kecil akan mudah menangis dan terus menerus terlihat gelisah. Benjolan di
lipatan paha tersebut juga akan terlihat hilang timbul ketika si kecil menangis.
3. Rewel
4. Demam
Gejala-gejala hernia umbilikalis yang diwakili hanya oleh tonjolan yang muncul
dan tidak lebih. Dalam kebanyakan kasus benjolan ini mendorong dirinya kembali ke
dalam jika bayi sedang duduk di punggungnya, tapi ketika dia batuk, bersin, atau berdiri
lurus itu sangat terlihat. Nyeri pada umbilikalis. Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia,
maka akan terasa nyeri. Apalagi bila akhirnya terjadi infeksi, penderita akan merasakan
nyeri yang hebat, dan infeksi tersebut akhirnya menjalar kemana-mana serta meracuni
seluruh tubuh. Jika sudah terjadi keadaan seperti ini, maka disebut gawat darurat yang
harus segera ditangani, karena dapat mengancam nyawa penderita.
Hernia umbilikalis merupakan hernia congenital pada umbilicus yang hanya
ditutup peritoneum dan kulit, berupa penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang
masuk melalui cincin umbilicus akibat peninggian tekanan intra abdomen, biasanya jika
bayi menangis. Angka kejadian hernia ini lebih tinggi pada bayi premature.
Hernia umbikalis pada orang dewasa merupakan lanjutan hernia umbikalis pada
anak.Peninggian tekanan karena kehamilan,obesitas atau asites merupakan faktor
predisposisi.
4. Pemeriksaan diagnostik/ pemeriksaan penunjang
1. Herniografi
Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam kavum peritoneal
dan dilakukan X-ray, sekarang jarang dilakukan pada bayi untuk mengidentifikasi
hernia kontralateral pada groin. Mungkin terkadang berguna untuk memastikan
adanya hernia pada pasien dengan nyeri kronis pada groin.
2. USG Sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara klinis,
misalnya pada Spigelian hernia.
3. CT dan MRI Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi (misalnya :
hernia obturator)
4. Laparoskopi Hernia yang tidak diperkirakan terkadang ditemukan saat laparaskopi
untuk nyeri perut yang tidak dapat didiagnosa
5. Operasi Eksplorasi pada beberapa bayi,dengan riwayat meyakinkan dari
ibunya,nakun tidak ditemukan secara klinis.Operasi eksplorasi dapat dilakukan
6. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien hernia umbilikalis :
a. Lab darah :Hematology rutin BUN,kreatinin dan elektrolit darah b.
b. Radiologi,foto abdomen denngan kontras barium,flouroskopi
c. Data Px Diasnostic X-Ray
d. Data Laboratorium,Meliputi:
1) . Leukosit 10.000 - 18.000/mm3
2) Serum elektrolit meningkat

5. Penata Laksanaan Medis


A. Penata Laksanaan Terapi
Penatalaksaan terapi pada pasien hernia umbilikalis adalah pengobatan
konservatif.Pada sebagian besar kasus hernia umbilikalis kongenital, defek akan
menutup dengan sendirinya pada saat anak menginjak usia 4 hingga 5 tahun. Bila
usia anak sudah di atas 5 tahun dan benjolan masih muncul, tindakan pembedahan
perlu dipertimbangkan. Sedangkan pada orang dewasa konservatif tidak
dianjurkan untuk hernia umbilikalis akuisata pada orang dewasa karna jika
dibiarkan akan beresiko tinggi untuk terjadinya komplikasi .
B. Penata Laksanaan Operatif
Tata laksana pembedahan pada hernia umbilikalis baik akuisata maupun
kongenital harus sesuai dengan indikasi. Indikasi operasi pada hernia umbilikalis
yakni sebagai berikut :
1.Ukuran hernia lebih dari 2 cm
Defek hernia umbilikalis tidak menghilang setelah anak berusia 5 tahun
2.Ukuran hernia pada anak bertambah besar setelah anak menginjak usia
1–2 tahun
3.Muncul tanda-tanda inkarserata atau strangulata (nyeri, mual, muntah,
gangguan pasase usus)
Dalam tindakan pembedahan hernia, yakni herniotomi, herniorafi, dan
hernioplasti. Herniotomi adalah eksisi dari kantong hernia, herniorafi adalah
perbaikan dan penutupan dari defek dengan bantuan jaringan sekitar untuk
mengembalikan defek menjadi anatomi normal, dan hernioplasti yakni
memasukkan material tambahan seperti mesh prostetik.Tata laksana
pembedahan terbagi menjadi dua teknik pendekatan, yakni teknik
pendekatan terbuka dan teknik pendekatan laparoskopik.
1. Teknik Pendekatan Terbuka

Teknik pendekatan terbuka adalah sebagai berikut :

a. Lakukan insisi curvilinear pada kulit di sekitar hernia umbilikus


b. Pisahkan isi hernia (usus, omentum atau kolon) dari kulit dan fasia
yang berada di sekitarnya
c. Masukkan kembali isi hernia melalui otot atau defek yang terbuka
d. Perbaiki defek pada dinding abdomen dengan jahitan menggunakan
benang jahit absorbable dengan teknik interrupted.
Pada kasus-kasus hernia dengan ukuran yang lebih besar (ukuran lebih
dari 4 cm) perlu menambahkan mesh prostetik untuk mencegah terjadinya
rekurensi.
2. Teknik Pendekatan Laparoskopik
Teknik pendekatan laparoskopik dengan cara membuat insisi kecil
sebanyak 3 hingga 4 buah pada lokasi yang berbeda di regio abdomen,
lalu isi rongga abdomen dengan gas karbon dioksida agar mengembang.
Kemudian, instrumen khusus laparoskopik dimasukkan melalui
insisi-insisi kecil tersebut untuk memperbaiki defek hernia. Mesh
prostetik dapat dipasang pada kasus hernia berukuran besar.
Teknik laparoskopik lebih disarankan dibanding teknik pendekatan
secara terbuka karena menurunkan angka terjadinya komplikasi
(terutama infeksi luka operasi), durasi atau lamanya rawat inap, serta
menurunkan angka kejadian rekurensi.

B. Pertimbangan Anestesi
1. Definisi Anestesi
Anestesi yang berarti pembiusan; berasal dari bahasa Yunani yaitu, ’An’ berarti
tidak, atau tanpa” dan ’aesthetos’, berarti persepsi atau kemampuan untuk merasa. Secara
umum anestesi berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika dilakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh
(Majid dkk, 2011).
Tipe Anestesi/pembiusan diantaranya adalah :
1) Pembiusan total, mengakibatkan hilangnya kesadaran total.
2) Pembiusan lokal, mengakibatkan hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan
(pada sebagian kecil daerah tubuh). Pembiusan lokal atau anestesi lokal adalah salah satu
jenis anestesi yang hanya melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tanpa menyebabkan
manusia kehilangan kesadaran. Obat bius jenis ini bila digunakan dalam operasi
pembedahan, maka setelah
selesai operasi tidak membuat lama waktu penyembuhan operasi. Pembiusan regional,
mengakibatkan hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade
selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya.
2. Jenis Anestesi
A. Regional Anestesi
Anestesi regional merupakan suatu metode yang lebih bersifat sebagai analgesik.
Anestesi regional hanya menghilangkan nyeri tetapi pasien tetap dalam keadaan
sadar. Oleh sebab itu, teknik ini tidak memenuhi trias anestesi karena hanya
menghilangkan persepsi nyeri saja (Pramono, 2017).Induksi anestesi regional
menyebabkan hilangnya sensasi pada daerah tubuh tertentu. Anestesi regional terdiri
dari spinal anestesi, epidural anestesi, kaudal anestesi. Metode induksi mempengaruhi
bagian alur sensorik yang diberi anestesi. Ahli anestesi memberi regional secara
infiltrasi dan lokal. Pada bedah mayor, seperti perbaikan hernia, histerektomi vagina,
atau perbaikan pembuluh darah kaki, anestesi regional atau spinal anestesi hanya
dilakukan dengan induksi infiltrasi. Blok anestesi pada saraf vasomotorik simpatis
dan serat saraf nyeri dan motoric menimbulkan vasodilatasi yang luas sehingga klien
dapat mengalami penurunan tekanan darah yang tiba – tiba.

3. Teknik Anestesi
A. Konsep Spinal Anestesi
1. Pengertian Spinal Anestesi
Anestesi spinal adalah injeksi agen anestesi ke dalam ruang intratekal, secara
langsung ke dalam cairan serebrospinalis sekitar region lumbal di bawah level
L1/2 dimana medulla spinalis berakhir (Keat, dkk, 2013).Spinal anestesi
merupakan anestesia yang dilakukan pada pasien yang masih dalam keadaan
sadar untuk meniadakan proses konduktifitas pada ujung atau serabut saraf
sensori di bagian tubuh tertentu (Rochimah, dkk, 2011).
2. Indikasi
a. Bedah ekstremitas bawah
b. Bedah panggul
c. tindakan sekita rectumperineum
d. Bedah urologi
e. Bedah abdomen
f. Pada bedah abdomen atas dan bawah pediatrik biasanya dikombinasikan
dengan anestesi umum ringan
3. Kontra indikasi
Menurut Sjamsuhidayat & De Jong tahun 2010 anestesi regional yang luas seperti
spinal anestesi tidak boleh diberikan pada kondisi hipovolemia yang belum terkorelasi
karena dapat mengakibatkan hipotensi berat.
Komplikasi yang dapat terjadi pada spinal anestesi menurut Sjamsuhidayat & De Jong
tahun 2010, ialah :
1. Hipotensi terutama jika pasien tidak prahidrasi yang cukup
2. Blokade saraf spinal tinggi, berupa lumpuhnya pernapasan dan
memerlukan bantuan napas dan jalan napas segera.
3. Sakit kepala pasca pungsi spinal, sakit kepala ini bergantung pada
besarnya diameter dan bentuk jarum spinal yang digunakan.

4. Rumatan Anestesi
Anestesi spinal menggunakan bupivacaine 0,75% sebanyak 10-12 mg dan untuk
perosedur yang kurang dari satu jam menggunakan bupivacaine 0,75% dosis rendah
sebanyak 7,5 mg atau mepivacaine 1,5% sebanyak 45 mg atau procaine 10% sebanyak
100-150 mg. Lidocaine bias digunakan namun dapat menyebabkan gejala transient
neurologic,

5. Resiko
Efek samping akibat prosedur ini bisa saja terjadi. Umumnya, gejala yang muncul
akibat prosedur ini adalah mual, pusing, kedinginan, dan kelelahan.Selain itu, pasien juga
dapat merasakan gatal dan mengalami tekanan darah rendah setelah prosedur ini.
Terutama pada pria, efek samping anestesi spinal yang sering dikeluhkan adalah sulit
buang air kecil.Pada beberapa kasus, prosedur ini juga dapat membuat pasien mengalami
kesulitan bernapas, kelemahan dan nyeri pada otot, bahkan hingga kerusakan saraf.
Namun tidak perlu khawatir, dokter akan menyiapkan semua antisipasi efek samping
sebelum operasi untuk mengurangi kemungkinan hal ini terjadi.
.
C. Web of Caoution (WOC)

D. Tinjauan Teori Asuhan Kepenataan Anestesi


1. Pengkajian Pre Anestesi
a. Data Subjektif :
Pre operasi
 Pasien mengatakan pusing karna tidak tidur semalaman dan juga cemas dan
khawatir
 Pasien mengatakan nyeri pada benjolan yang terdapat sekitar pusarnya
 Pasien mengatkan skala nyeri 5 dari 10
 Pasien mengatakan takut cemas dan khawatir akan dilakukan operasi
Post operasi
 Pasien mengatakan nyeri pada luka operasi area perut
 Pasien mengatakan nyeri skala 3 dari 10

b. Data Objektif
Pre operasi
 Mata Pasien terlihat tidak segar
 Pasien terlihat menahan nyeri
 Terlihat wajah pasien cemas dan tegang saat akan dioperasi
 TTV
- TD : 106/72 mmHg
- N : 83x/menit
- RR : 20x/menit
-S : 36,3oc
-SpO2: 96%
Post operasi
 Pasien terlihat meringis kesakitan dan menahan nyeri
 Pada abdomen pasien didekitaran pusarterlihat luka operasi yang tertutup kasa
 TTV
-TD :164/112 mmHg
- N :83x/menit
-RR :18x/menit
-S : 36,5oc
-SpO2: 99%
2. Masalah Kesehatan Anastesi
A. Pre Operasi
1. Nyeri Akut
2. Ansietas
B. Post Operasi
1. Nyeri Akut
2. Resiko Infeksi

3. Rencana intervensi
A. Masalah kesehatan anestesi : Nyeri akut (pre operasi)
1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1x24 jam masalah nyeri akut berkurang
atau hilang
2. Kriteria hasil :
 Mampu menyebutkan faktor yang meningkatkan nyeri,skala nyeri,dan
penyebab nyeri
 Mampu menyubutkan intervensi yang efektif
 Menyampaikan bahwa orang lain membenarkan bahwa nyeri itu ada
3. Rencana Intervensi
a) Rencana tindakan 1 : Observasi/kaji tingkat nyeri pasien
b) Rencan tindakan 2 :Berikan injeksi katarolac kepada pasien
c) Rencana tindakan 3 : Ajarkan pasien teknik pereda nyeri dengan relaksasi
nafas dalam
d) Rencana Tindakan 4 :Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetic
sesuai indikasi
B. Masalah kesehatan Anestesi : Ansietas (Pre Operasi )
1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 15 menit masalah ansietas terratasi
2. Kriteria hasil :
 Menjelaskan Kecemasan dan pla kopingnya
 Mengidentifikasi dua strategi untuk mengurangi kecemasan
 Mengetahui tingkat ansietas
3. Rencana Intervensi
a) Rencana tindakan 1: Kaji tingkat ansietas klien (ringan,sedang,berat,panik)
b) Rencana tindakan 2: Berikan kenyamanandan ketentraman hasil
c) Rencana tindakan 3: Ajarkan pasien untuk melakukan tindakan pengurangan
ansietas dengan relaksasi napas dalam dan berdoa sebelum tindakan operasi
d) Rencana tindakan 4 : Kolabrasi dengan dokter untuk terapi apa yang
diberikan pada pasien
C. Masalah kesehatan anestesi : Nyeri akut (post operasi)
1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam masalah nyeri akut berkurang
atau hilang
2. Kriteria hasil :
 Mampu menyebutkan faktor yang meningkatkan nyeri,skala nyeri,dan
penyebab nyeri
 Mampu menyubutkan intervensi yang efektif
 Menyampaikan bahwa orang lain membenarkan bahwa nyeri itu ada
3. Rencana Intervensi
a) . Rencana tindakan 1 : Observasi/kaji tingkat nyeri pasien
b) Rencan tindakan 2 :Berikan injeksi katarolac kepada pasien
c) Rencana tindakan 3 : Ajarkan pasien teknik pereda nyeri dengan relaksasi
nafas dalam
d) Rencana Tindakan 4 :Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetic
sesuai indikasi
D. Masalah kesehatan anestesi : Resiko Infeksi (post Operasi)
1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam masalah resiko infeksi dapat
teratasi
2. Kriteria hasil :
 Mampu mengenali tanda gejala yang mengindikasi resiko infeksi
 Mengedukasi pasien dan kluarga pasien tenteang bagaiman acara mengurangi
reskio infeksi pada pasien
3. Rencana Intervensi
a) Rencana tindakan 1 : Mengkaji luka post operasi pada pasien dan kaji tanda
vital secara berkala , batasi pengunjung, evaluasi kemampuan pasien dan
keluarga dalam menjaga hygine.
b) Rencana tindakan 1 : Mengkaji luka post operasi pada pasien dan kaji tanda
vital secara berkala , batasi pengunjung, evaluasi kemampuan pasien dan
keluarga dalam menjaga hygine.
c) Rencan tindakan 2 : Cuci tangan sebelum bertemu dengan pasien
d) Rencana tindakan 3 : Jelaskan pada pasien dan keluarga terkait dengan
perawatan luka dan cara mencegah penyebaran infeksi
e) Rencana Tindakan 4 :Berkolaborasi dengan dokter unuk mengatasi luka post
operasi pasien yang belum mengering.
4. Evaluasi
a. Masalah kesehatan anestesi : Nyeri Akut (pre operasi )
S:
 Pasien mengatakan nyeri pada benjolan yang terdapat sekitar pusarnya
 Pasien mengatkan skala nyeri 5 dari 10
O:
 Pasien terlihat menahan nyeri
 TTV
- TD : 106/72 mmHg
- N : 83x/menit
- RR : 20x/menit
-S : 36,3oc
-SpO2: 96%

A: Masalah Nyeri Akut Pada pasien belum teratsi

P: Lanjutkan Intervensi

b. Masalah kesehatan anestesi : Ansietas (pre operasi )


S:
 Pasien mengatakan pusing karna tidak tidur semalaman dan juga cemas dan
khawatir
 Pasien mengatakan takut cemas dan khawatir akan dilakukan operasi
O:
 Terlihat wajah pasien cemas dan tegang saat akan dioperasi
 TTV
- TD : 106/72 mmHg
- N : 83x/menit
- RR : 20x/menit
-S : 36,3oc
-SpO2: 96%
A: Masalah Ansietas pasien teratasi
P: Lanjutkan intervensi

c. Masalah kesehatan anestesi : Nyeri akut (post operasi)


S:
 Pasien mengatakan nyeri pada luka operasi area perut
 Pasien mengatakan nyeri skala 3 dari 10

O:

 Pasien terlihat meringis kesakitan dan menahan nyeri


 TTV
-TD :164/112 mmHg
- N :83x/menit
-RR :18x/menit
-S : 36,5oc
-SpO2: 99%
A: Masalah nyeri akut pasien belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

d. Masalah kesehatan anestesi : Resiko Infeksi (post operasi)


S: -
O:
 Pada abdomen pasien didekitaran pusarterlihat luka operasi yang tertutup kasa
 TTV
-TD :164/112 mmHg
- N :83x/menit
-RR :18x/menit
-S : 36,5oc
-SpO2: 99%
A: Masalah resikko infeksi pasien belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Hanifa. 2017. Tinjauan pustaka Regional anestesi.


http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/415/5/Chapter2.pdf

T.Kusumawati.2019.teknik teknik general anestesi:poltekes yogyakarta

Mirza, B., & All, W. 2016. Distinct Presentations of Hernia of Umbilical Cord. Department of
Pediatric Surgery, Children Hospital Faisalabad, Pakistan. Vol 5. (p1-2)

Gera, P. 2016. Umbilical Hernia in Childhood: Indications and Mode of Repair. J Surg
Transplant Sci 4(4): 1037.

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. (2015).Buku ajar keperawatan medikal bedah.
Jakarta: EGC Doengoes, M.E. (2015). Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC Nanda NIC-NOC.
(2015).Aplikasi asuhan keperawatan diagnosa medis.Yogyakarta Medical Action Publishing

MF Rhamadan.2020Asuhan keperawatan pada klien dengan ernia umbilikalis RSUD


Dr.R.Koesma kabupaten Tuban.Surabaya:poltekes surabaya

Mayo Clinic Staff. 2012. Umbilical Hernia. In: Mayo Foundation for Medical Education and
Research 1998-2015. Available on: http://www.mayoclinic.org/diseases

Anda mungkin juga menyukai