Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA UMBILIKAL

A. Pengertian

Hernia merupakan suatu keadaan menojol isi usus suatu rongga melalui lubang

(Oswari, 2000). Sedangkan menurut Mutakin (2011), hernia adalah penonjolan sebuah
normal
organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara memang terisi

bagian-bagian tersebut.

Hernia paling sering terjadi pada rongga abdomen sebagai akibat dari kelemahan

muskular abdomen konginental atau didapat (Monika Ester, 2004). Hernia umbilikalis

adalah hernia isi perut yang tampak di daerah pusat (Monika Ester, 2000).

Hernia merupakan penonjolan yang tidak normal organ dalam perut melalui suatu

defek (bukaan). Nama hernia berdasarkan lokasi lubang defeknya, misalnya hernia

inguninalis, hernia femoralis, hernia umbilikalis, dan lain sebagainya.

Hernia umbilikalis merupakan penonjolan organ dalam perut keluar dari daerah

pusar akibat kelemahan jaringan penyambung dan otot perut. Kelemahan tersebut

membentuk suatu “bukaan” yang dikenal dengan defek, yang menyebabkan jaringan

lemak dan organ dalam perut di bawah pusar dapat ikut menonjol keluar.

Hernia umbilikalis sering terjadi pada anak-anak, namun dapat pula terjadi pada

orang dewasa walaupun jarang. Pada anak-anak, defek seringkali tertutup seiring

bertambahnya usia dan tidak membutuhkan tindakan pembedahan.

Pada dewasa, hernia umbilikalis tidak dapat sembuh sendiri dan hanya dapat

diperbaiki dengan tindakan bedah. Umbilikalis (bodong) pada anak-anak biasanya tidak
sakit atau berbahaya namun bodong yang muncul pada orang dewasa dapat

menyebabkan perut terasa tidak nyaman.

Umumnya bodong pada anak-anak akan hilang saat berusia sekitar 2 tahun. Jika

diameternya lebih kecil dari 5 mm, bodong itu akan menutup sendiri pada usia kurang

dari 2 tahun. Bodong berdiameter 5-15 mm biasanya menutup sebelum berusia 4 tahun

dan jika diameternya lebih kecil dari 2 cm masih mungkin menutup pada usia 6 tahun.

Kelainan umbilikus seringkali ditemukan oleh bedah anak. Pada neonates, korda

umbilikalis biasanya mengering dan terpisah dalamwaktu 3 minggu, kemudian

mengering, bekas luka di tengah perut yang berbentuk seperti bintang yang akan

membentuk umbilikus. Kegagalan cincin umbilikus untuk menutup secara sempurna

dapatmenyebabkan terjadinya hernia umbilikalis, yang merupakan kelainan umbilikus

tersering. Adanya cairan ataupun jaringan yang abnormaldari umbilikus sering

disebabkan oleh granuloma umbilikal, tetapi juga dapat merupakan hasil dari involusi

tidak sempurna dari urachusataupun duktus omfalomesenterikus. Berbagai cairan, massa,

ataupun adanya lubang merupakan suatu keadaan patologis dan harusdievaluasi dengan

tepat dan dilakukan pengobatan.

B. Penyebab dan presdiposisi

Hernia dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga lemah. Lemahnya

dinding ini mungkin merupakan cacat bawaan atau keadaan yang didapat sesudah lahir,

contoh hernia bawaan adalah hermia omphalokel yang terjadi karena sewaktu bayi lahir

tali pusatnya tidak segera berobliterasi (menutup) dan masih terbuka. Demikian pula

hernia diafragmatika.
Hernia dapat diawasi pada anggota keluarga misalnya bila ayah menderita hernia

bawaan, sering terjadi pula pada anaknya. Pada manusia umur lanjut jaringan penyangga

makin melemah, manusia umur lanjut lebih cenderung menderita hernia inguinal direkta.

Pekerjaan angkat berat yang dilakukan dalam jangka lama juga dapat melemahkan

dinding perut (Oswari. 2000: 217).

Penyebab hernia umbikalis yaitu :

1. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat kemudian dalam

hidup.

2. Akibat dari pembedahan sebelumnya Kongenital

a. Hernia congenital sempurna, bayi sudah menderita hernia kerena adanya defek

pada tempat-tempat tertentu.

b. Hernia congenital tidak sempurna, bayi dilahirkan normal (kelainan belum

tampak) tapi dia mempunyai defek pada tempat-tempat tertentu (predisposisi)

dan beberapa bulan (0-1 tahun) setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek

tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan,

batuk, menangis).

C. Manifestasi Klinik

Tanda gejala yang muncul menurut Herdman (2012) pada pasien hernia secara umum:

1. Berupa benjolan keluar masuk/keras dan yang sering terjadi tampak benjolan pada

dilipat paha.

2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual.

3. Terdapat gejala mual dan muntah distensi bila lelah ada komplikasi.
Tanda gejala pada pasien bayi atau anak-anak :

1. Anak menangis dan gelisah

2. Si kecil akan mudah menangis dan terus menerus terlihat gelisah. Benjolan di lipatan

paha tersebut juga akan terlihat hilang timbul ketika si kecil menangis.

3. Rewel

4. Demam

Gejala-gejala hernia umbilikalis yang diwakili hanya oleh tonjolan yang muncul dan

tidak lebih. Dalam kebanyakan kasus benjolan ini mendorong dirinya kembali ke dalam jika bayi

sedang duduk di punggungnya, tapi ketika dia batuk, bersin, atau berdiri lurus itu sangat terlihat.

Nyeri pada umbilikalis. Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, maka akan terasa nyeri.

Apalagi bila akhirnya terjadi infeksi, penderita akan merasakan nyeri yang hebat, dan infeksi

tersebut akhirnya menjalar kemana-mana serta meracuni seluruh tubuh. Jika sudah terjadi

keadaan seperti ini, maka disebut gawat darurat yang harus segera ditangani, karena dapat

mengancam nyawa penderita

Hernia umbilikalis merupakan hernia congenital pada umbilicus yang hanya ditutup

peritoneum dan kulit, berupa penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui

cincin umbilicus akibat peninggian tekanan intra abdomen, biasanya jika bayi menangis. Angka

kejadian hernia ini lebih tinggi pada bayi premature.

Hernia umbilikalis pada orang dewasa merupakan lanjutan hernia umbilikalis pada anak.

Peninggian tekanan karena kehamilan, obesitas atau asites merupakan factor predisposisi.
D. Patofisiologi

Hernia umbilicalis terjadi karena kegagalan orifisium umbilikal untuk menutup

(Nettina, 2001 : 253).Bila tekanan dari cincin hernia (cincin dari jaringan otot yang dilalui

oleh protusi usus) memotong suplai darah ke segmen hernia dari usus, usus menjadi

terstrangulasi. Situasi ini adalah kedaruratan bedah karena kecuali usus terlepas, usus ini

cepat menjadi gangren karena kekurangan suplai darah (Ester, 2002 : 55).

Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi

untuk terjadi inkarserasi. Suatu tindakan herniorrhaphy terdiri atas tindakan menjepit defek di

dalam fascia. Akibat dan keadaan post operatif seperti peradangan, edema dan perdarahan,

sering terjadi pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan hernia inguinal indirek. Komplikasi

ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat pasien tidak

nyaman, kompres es akan membantu mengurangi nyeri (Long. 1996 : 246).

Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti

tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk yang

kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal, tekanan yang

berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan

mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah

tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup

lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat

kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu saja

melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga

terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah. Sehingga akhirnya
menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika

suplai darah terganggu maka berbahaya dan gangguan menyebabkan ganggren

E. Pathway Keperawatan

F. Penatalaksaan

1. Pra Operasi

a. Cegah menangis

b. Beri posisi semi-fowler (H. Diafragmatik), terlentang (H. Femoralis)


c. Lakukan perawatan rutin jalur IV. Pengisapan NG. Puaskan

d. Hindari tindakan sendiri (mis. Siagen, koin)

e. Jaga agar kontong atau visera tetap lembab

f. Gunakan tindakan kenyamanan

2. Pasca Operasi

a. Lakukan perawatan dan observasi secara rutin

b. Berikan tindakan kenyamanan c

c. Dukungan orang tua (Wong, 2004: 521)

Bila cincin hernia kurang dari 2 cm, umumnya regresi spontan akan terjadi sebelum

bayi berumur 6 bulan, kadang cincin baru tertutup setelah satu tahun. Usaha untuk

mempercepat penutupan dapat dikerjakan dengan mendekatkan tepi kiri dan kanan

kemudian memancangkannya dengan pita perekat (plester) untuk 2 – 3 minggu.

Dapat pula digunakan uang logam yang dipancangkan di umbilicus untuk mencegah

penonjolan isi rongga perut. Bila sampai usia 1,5 tahun hernia masih menonjol maka

umumnya diperlukan koreksi operasi. Pada cincin hernia yang melebihi 2 cm jarang

terjadi regresi spontan dan lebih sukar diperoleh penutupan dengan tindakan

konservatif. Saat pemeriksaan, dokter akan meraba isi hernia dengan ujung jarinya.

Dengan begitu, ia bisa tahu apakah isi hernia masih bisa dimasukkan kembali ke

tempatnya semula tanpa operasi atau tidak. Pada bayi, proses masuknya kembali isi

hernia bisa terjadi secara spontan. Ini karena cincin hernia pada bayi masih elastis,

terutama bila lubang hernia pusarnya lebih kecil dari 1 cm. Tutup saja lubang hernia

dengan kain kasa yang diberi uang logam di dalamnya, lalu tempelkan di atas pusar.

Umumnya, cincin hernia pada pusar yang tanpa komplikasi ini akan tertutup sendiri
ketika ia berusia 12-18 bulan. Operasi baru dilakukan bila ukuran lubang hernia bayi

sekitar 1,5 cm atau lebih. Pada kondisi seperti ini, lubang tidak mungkin menutup

sendiri. Meski begitu, operasi bisa saja dilakukan secara terencana bila hernia tetap

ada sampai anak memasuki usia sekolah. Untuk hernia pada lipatan paha, operasi

adalah terapi terbaik. Karena, pada hernia jenis ini risiko untuk terjadi jepitan jauh

lebih besar. Operasi harus segera dilakukan untuk menyelamatkan organ yang terjepit

dalam kantung hernia. Biasanya, operasi dilakukan bila hernia menetap sampai bayi

berusia 3 bulan. Usai operasi, orang tua sebaiknya tetap memantau kondisi bayi.

Sebab, hernia dapat kambuh lagi bila terjadi peningkatan tekanan di dalam perut.

Misalnya, ia batuk hebat atau sembelit

G. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Penunjang

1. Herniografi

Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam kavum peritoneal dan

dilakukan X-ray, sekarang jarang dilakukan pada bayi untuk mengidentifikasi hernia

kontralateral pada groin. Mungkin terkadang berguna untuk memastikan adanya

hernia pada pasien dengan nyeri kronis pada groin.

2. USG Sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara klinis, misalnya

pada Spigelian hernia.

3. CT dan MRI Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi (misalnya : hernia

obturator)
4. Laparaskopi Hernia yang tidak diperkirakan terkadang ditemukan saat laparaskopi

untuk nyeri perut yang tidak dapat didiagnosa.

5. Operasi Eksplorasi Pada beberapa bayi, dengan riwayat meyakinkan dari ibunya,

namun tidak ditemukan secara klinis. Operasi eksplorasi dapat dilakukan.

6. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien hernia adalah :

a. Lab darah : hematology rutin, BUN, kreatinin dan elektrolit darah.

b. Radiologi, foto abdomen dengan kontras barium, flouroskopi.

c. Data Px diagnostic X-Ray

d. Data laboratorium, meliputi:

Darah :

1) Leukosit 10.000 – 18.000/mm3 2)

H. Pengkajian Focus

Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

a) Pre Operasi,

1) Identitas pasien meliputi: - Pasien yaitu nama, jenis kelamin, tempat tanggal

lahir, umur, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan,

alamat, dx medis .

- Keluarga yaitu nama, hubungan dengan pasien,

umur, pekerjaan, alamat


2) Riwayat kesehatan

3) Pola kebiasaan

4) Pemeriksaan fisik

- Perut kembung

- Terdapat penonjolan di abdomen/inguinal/femoralis

- Anak merasa tidak nyaman/nyeri pada daerah penonjolan

- Obstipasi

- Muntah

b) Pasca operasi

1) Identitas

- Pasien, yaitu nama, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, umur, suku/bangsa,

pendidikan, pekerjaan, alamat, dx medis

- Keluarga, yaitu nama, hubungan dengan pasien, umur, pekerjaan, alamat.

2) Riwayat kesehatan

3) Pola kebiasaan

4) Pemeriksaan fisik

- Inspeksi, inspeksi keadaan umum abdomen : ukuran, kontur, warna kulit dan pola

pembuluh vena (venous pattern)

- Auskultasi, auskultasi abdomen untuk mendengarkan bising usus

- Perkusi, perkusi transluminasi tidak bisa masuk (hidrokel). Transluminasi

penyinaran: ruangan biasanya dibuat gelap, tapi masalahnya anak kulitnya tipis,

kalau hernia tembus. Transluminasi +/- bisa bedain hernia/hidrokel.


- Palpasi, palpasi abdomen untuk menentukan : lemah, keras atau distensi, adanya nyeri

tekan, adanya massa atau asites. Kaji adanya nausea dan vomitus. Kaji tipe diet,

jumlah, pembatasan diet dan toleransi terhadap diet. Kaji adanya perubahan selera

makan, dan kemampuan klien untuk menelan. Kaji adanya perubahan berat badan.

Kaji pola eliminasi : BAB dan adanya flatus

- Status kesadaran

- Tanda-tanda vital

- Terpasang infuse

- Nyeri pada area insisi

5) Pengkajian gastro intestinal Status hidrasi , yaitu turgor kulit, membran mukosa, intake

dan output

6) Abdomen

- Nyeri

- Bising usus

- Kembung

- Sistensi abdomen

- Muntah frekhdensi dan karakteristik

- Kram dan tenesinus

7) Psikososial

- Ketabahan

- Rewel

- Status emosional
I. Diagnosa keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik

2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

3) Cemas berhubungan dengan krisis situasi (prosedur pembedahan)

J. Perencanaan Keperawatan

a) Pre Operasi

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapakan

nyeri pada klien berkurang Kriteria Hasil :

- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik non

farmokologi untuk mengurangi nyeri)

- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajement nyeri.

- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

Intervensi :

- Monitor skala nyeri dan observasi tanda non verbal dari ketidaknyamanan.

- Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum menjadi berat.

- Ajarkan teknik non farmakologis.

- Kolaborasikan dengan tim medis untuk pemberian obat analgetik, fisioterapis.


2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan

informasi pasien bertambah Kriteria Hasil :

- Klien mampu menjelaskan tentang materi yang telah diberikan.

- Klien tidak kekurangan informasi

- Klien menyatakan sudah mengetahui sumber-sumber informasi

Intervensi :

- Identifikasi faktor internal dan eksternal yang dapat meningkatkan motivasi

orang tua dan keluarga.

- Jelaskan pengertian, tanda gejala, komplikasi, rencana tindakan yang akan

dilakukan.

- Jelaskan mengenai jadwal, dan lokasi operasi.

- Jelaskan durasi tindakan operasi

3) Cemas berhubungan dengan krisis situasi (prosedur pembedahan)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, diharapkan kecemasan

klien berkurang atau hilanng

Kriteria Hasil :

- Mampu mengurangi penyebab kecemasann.

- Menggunakan strategi koping yang efektif

Intervensi :

- Gunakan pendekatan yang tenang dan menyenangkan

- Dorong kelurga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat.

- Puji/kuatkan perilaku yang baik secara tepat.


b) Pasca Operasi

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapakan nyeri

pada klien berkurang.

Kriteria Hasil:

- Nyeri berkurang minimal satu tingkat (dari skala 6 menjadi 3)

- Nyeri terkontrol, mengambil tindakan untuk mengurangi nyeri,

- Ekspresi wajah klien rileks

- Klien mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi nafas dalam

- Klien dapat memilih posisi nyaman untuk mengurangi nyeri.

Intervensi :

- Beri posisi semi-fowler (H. Diafragmatik), terlentang (H. Femoralis)

- Lakukan perawatan rutin jalur IV. Pengisapan NG. Puaskan

- Hindari tindakan sendiri (mis. Siagen, koin)

- Jaga agar kontong atau visera tetap lembab

- Gunakan tindakan kenyamanan 2.


K. Daftar Pustaka

- Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah.

Jakarta: EGC

- Doengoes, M.E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan

pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC

- Nanda NIC-NOC. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan diagnosa medis. Yogyakarta: Media

Action Publishing

- Bararah, T., Mohammad Jauhar. 2013. Asuhan Keperawatan; panduan Lengkap menjadi

Perawat Profesional. Jilid 2. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai