Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PENGKAJIAN PADA ANAK

DIRUANG MELATI ( BEDAH ) RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA

Di Susun Oleh :

SRI WAHYUNINGSIH

NIM : P180747

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA

SAMARINDA

2019
“Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Corpus Alineum”

Di Ruang Melati ( Bedah )

Mata Kuliah : Keperawatan Anak

Di Susun Oleh :

SRI WAHYUNINGSIH

Nim : P180747

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA

SAMARINDA

2019
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN CORPUS ALINEUM DI RUANG MELATI ( BEDAH )

RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA

STASE KEPERAWATAN ANAK

Disusun oleh:

SRI WAHYUNINGSIH

Nim : P180747

Telah disetujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing akademik

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


CORPUS ALIENUM SALURAN PENCERNAAN

A. Konsep Teori Corpus Alienum


1. Definisi
Corpus Alienum adalah benda, baik tajam ataupun tumpul atau makanan yang tersangkut atau

terjepit di esophagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja (Tanto, 2014).

2. Etiologi

a. Pada anak-anak penyebab masuknya benda asing dalam saluran napas atau saluran cerna antara
lain anomaly kongenital termasuk stenosis kongenital, fistel trakeoesofagus dan pelebaran

pembuliuh darah.
b. Pada orang dewasa sering terjadi akibat mabuk, pemakai gigi palsu yang telah kehilangan
sensasi rasa palatum, gangguan mental dan psikosis.

Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam saluran cerna, antara
lain:

1) Faktor individual; umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal.

2) Kegagalan mekanisme proteksi yang normal, antara lain: keadaan tidur, kesadaran menurun,

alkoholisme dan epilepsi.

3) Faktor fisik: kelainan dan penyakit neurologik.


4) Proses menelan yang belum sempurna pada anak.

5) Faktor dental, medical dan surgical, misalnya tindakan bedah, ekstraksi gigi, belum tumbuhnya

gigi molar pada anak usia kurang dari 4 tahun.

6) Faktor kejiwaan, antara lain: emosi, gangguan psikis.


7) Ukuran, bentuk dan sifat benda asing.
8) Faktor kecerobohan, antara lain; meletakkan benda asing di mulut, persiapan makanan yang

kurang baik, makan atau minum tergesa-gesa, makan sambil bermain, memberikan kacang atau

permen pada anak yang gigi molar nya belum tumbuh.

3. Klasifikasi

a. Corpus alienum esophagus


Banyak terjadi pada anal-anak. Hal ini disebabkan anak-anak mempunyai kebiasaan

memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya. Pada umumnya benda asing yang tertelan berupa
uang logam, peniti, tutup bollponi, dan lain-lain, pada orang tua hal ini juga dapat terjadi,

kebanyakan terjadi pada lansia yang giginya sudah habis sehingga makanan tidak dapat
dikunyah dengan baik. Benda yang tertekan biasanya daging yang keras, baksi, tulamng

ayam/bebek, paku, jarum, kawat gugu palsu dan lain-lain.


b. Corpus alienum di trakea-bronkus

Benda asing yang masuk ke trakea atau bronkus kebanyakan karena terhirup. Banyak terjadi

pada anaka kecil karena gigu geraham belum tumbuh sehingga makanan tidak data dikunyah
dengan baik. Secara tidak sadar karena menangis, berteriak atau terjatuh makanan akan terhiru
dan masuk ke jalan napas. Benda yang terhirup pada umumnya adalah makanan misalanya

kacang, nasiu dan lain-lain. Pada orang dewasa hal ini dapat terjadi terutama pada saat bekerja.

4. Anatomi dan Fisiologi Esophagus

Esophagus merupakan bagian saluran cerna yang menghubungkan hipofaring dengan lambung.
Bagian proksimalnya disebut introitus esophagus yang terletak setinggi batas bawah kartilago

krikoid atau setinggi vetebra sevical VI. Di dalam perjalanannya dari daerah servikal, esophagus
masuk ke dalam rongga toraks. Di dalam rongga toraks, esophagus berada di mediastinum superior
antara trakea dan kolumna vertebra terus ke mediastinum posterior di belakang atrium kiri dan

menembus diafragma setinggi vertebre torakal 10 dengan jarak kurang dari 3 cm di depan vertebra.
Akhirnya esophagus ini sampai di rongga abdomen dan bersatu dengan lambung di daerah kardia.

Berdasarkan letaknya esophagus dibagi dalam bagian servikal, torakal dan abdominal. Esofagus

menyempit pada tiga tempat. Penyempitan pertama bersifat sfingter terletak setinggi tulang rawan

krikoid pada batas antara esophagus dengan faring, yaitu tempat peralihan otot serat lintang

menjadi otot polos. Penyempitan terakhir terletak pada hiatus esophagus diafragma yaitu tempat
esophagus berakhir pada kardia lambung. Otot polos pada bagian ini murni bersifat sfingter. Inervasi

esophagus berasal dari dua sumber utama yaitu saraf parasimpatis nervus vagus dan saraf simpatis

dari serabut-serabut ganglia simpatis servikalis inferior, nervus torakal dan nervus splangnikus.

Gambar 1: Anatomi Esophagus (www.detik health.com)


5. Patofisiologi

Corpus alienum (benda asing) baik itu benda mati, hidup ataupun komponen tubuh dapat masuk ke
rongga mulut karena faktor kesengajaan, kecerobohan maupun faktor kebutuhan. Ketika benda

asing tertelandan masuk ke esophagus yang menyebabkan tersangkutnya benda tersebut, maka

akan dilakukan ekstyraksi untuk menghindari komplikasi. Ekstaksi tersebut dapat menimbulkan lesi
pada esophagus yang akan terasa yeri jika digunakan untuk menelan.
Benda asing yang berada lama di esophagus dapat menimbulkan berbagai komplikasi, antara lain

jaringan granulasi yang menutupi benda asing, radang periesofagus. Benda asing tertentu seperti

baterai alkali mempunyai toksisitas intriksik local dan sistemik dengan reaksi edema dan inflamasi

local, terutama bila terjadi pada anak-anak. Batu baterai (disc battery) mengandung elektrolit, baik

natrium atau kalium hidroksida dalam larutan kaustik pekat (concentrated caustic solution). Absorbsi

bahan metal dalam darah menimbulkan toksisitas sistemik. Oleh karena itu benda asing batu baterai
harus segera dikeluarkan.

6. Gejala Klinis

Gejala sumbatan akibat benda asing esophagus tergantung pada ukuran, bentuk dan jenis benda
asing, lokasi tersangkutnya benda asing (apakah berada didaerah penyempitan esophagus yang

normal atau patologis), komplikasi yang timbul akibat benda asing tersebut dan lama benda asing

tersebut tertelan. Gejala permulaan benda asing esophagus adalah rasa nyeri didaerah leher bila

benda asing tersangkut didaerah servikal. Bila benda asing tersangkut di esophagus bagian distal

timbul rasa tidak enak didaerah substernal atau nyeri di punggung.


Gejala disfasia bervariasi tergantung, pada ukuran dan benda. Disfagia lebih berat bila telah terjadi

edema mukosa yang memperberat sumbatan, sehingga timbul rasa sumbatan esophagus yang

persisten. Gejala lain ialah odinofagia yaitu nyeri menelan makanan atau ludah, hipersalivasi,

regurgitasi dan muntah. Kadang-kadang ludah berdarah. Nyeri di punggung menunjukkan tanda
perforasi atau mediastinitis. Gangguan nafas dengan gejala dispneu, stridor dan sianosis terjadi
akibat penekanan trakea oleh benda asing.

7. Pemeriksaan Fisik

Terdapat kekakuan lokal pada leher bila benda asing terjepit akibat edema yang timbul progresif.

Bila benda asing ireguler menyebabkan perforasi akut, didapatkan tanda pneumo-mediastinum,
emfisema leher dan pada auskultasi terdengar suara getaran didaerah prekordial atau interskapula.

Bila terjadi mediastinitis, tanda efusi pleura unilateral atau bilateral dapat dideteksi. Perforasi

langsung ke rongga pleura dan pneumothorak jarang terjadi, tetapi dapat timbul sebagai komplikasi
tindakan endoskopi.
Pada anak-anak gejala nyeri atau batuk dapat disebabkan oleh aspirasi ludah atau minuman dan

pada pemeriksaan fisik didapatkan ronkhi, mengi (wheezing), demam, abses leher atau tanda
emfisema subkutan. Tanda lanjut, berat badan menurun dan gangguan pertumbuhan. Benda asing

yang berada didaerah servikal esophagus dan dibagian distal krikofaring, dapat menimbulkan gejala
obstruksi saluran nafas dengan stridor, karena menekan dinding trakea bagian posterior (tracheo-

esophageal party wall), radang dan edema periesofagus. Gejala aspirasi rekuren akibat obstruksi

esophagus sekunder dapat menimbulkan pneumonia, bronkiektasis dan abses paru.

8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi berupa foto polos esophagus servikal dan torakal anteroposterior dan lateral

harus dilakukan pada semua pasien yang diduga tertelan benda asing. Bila benda asing radioopak

mudah diketahui lokasinya, sedangkan bila radiolusen dapat diketahui tanda inflamasi periesofagus

atau hiperinflamasu hipofaring dan esophagus bagian proksimal. Esofagogram dilakukan pada
benda asing radiolusen yang akan memperlihatkan filling detect persisten. Dapat dilakukan MRI dan

Tommografis Computer.
Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan untuk mengetahui adanya gangguan
keseimbanganasam basa, serta tanda-tanda infeksi saluran napas.

Tindakan endoskopi dilakukan untuk tuuan diagnostic dan terapi.

9. Komplikasi

Laserasi mukosa perdarahan, perforasi local dengan abses leher atau mediastinitis.Perforasi dapat

menyebabkan selulitis local, dan fistel esofagus. Benda asing bulat atau tumpul dapat menimbulkan

perforasi sebagai akibat sekunder dari inflamasi kronik dan erosi. Jaringan granulasi disekitar benda

asing timbul bila benda asing berada di seofagus dalam waktu yang lama. Gejala dan tanda perforasi
esophagus servikal dan torakal oleh karena benda asing atau alat, antara lain emfisema subkutis atau

mediastinum, krepitasi di daerah leher atau dada, pembengkakan leher, kaku leher, demam dan

menggigil, gelisah, nadi dan pernapasan cepat,nyeri yang menjalar ke punggung, retrosternal dan

epigastrium. Bila terjadi perforasi ke pleura dapat menimbulkan pneumothoraks.

10. Penatalaksanaan
Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan tepat, perludiketahui

dengan baik lokasi tersangkutnya benda asing tersebut. Secara prinsip benda asing disaluran napas
dapat ditangani dengan pengangkatan segera secara endoskopik dengan traumaminimum.

Umumnya penderita dengan aspirasi benda asing datang ke rumah sakit setelah melalui fase akut,
sehingga pengangkatan secara endoskopik harus dipersiapkan seoptimal mungkin, baik dari segi

alat maupun personal yang telah terlatih. Penderita dengan benda asing di laring harus mendapat

pertolongan segera, karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu hanya beberapa menit. Cara lain untuk
mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total ialah dengan cara perasat dari
Heimlich (Heimlich maneuver), dapat dilakukan pada anak maupun dewasa.
Menurut teori Heimlich, benda asing yang masuk ke dalam laring ialah pada saat inspirasi. Dengan

demikian paru penuh dengan udara, diibaratkan sebagai botol plastik yang tertutup, dengan
menekan botol itu, maka sumbatnya akan terlempar keluar. Komplikasi perasat Heimlich adalah

kemungkinan terjadinya ruptur lambung atau hati dan fraktur kosta. Oleh karena itu pada anak

sebaiknya cara menolongnya tidak dengan menggunakan kepalan tangan tetapi cukup dengan dua
buah jari kiri dan kanan.
Pada sumbatan benda asing tidak total di laring perasat Heimlich tidak dapat digunakan. Dalam hal

ini penderita dapat dibawa ke rumah sakit terdekat yang memiliki fasilitas endoskopik berupa

laringoskop dan bronkoskop.

11. Pathway

Benda asing (tajam, tumpul, makanan

Faktor penyebab: fisik, psikis, kesengajaan /kecerobohan

Masuk rongga mulut dan esofagus

Obstruksi di esofagus Kecemasan

Batuk, tercekik, Timbul jaringan Benda asing seperti


sesak napas, granulasi yang alkaline
menutupi benda asing

Ketidakefektifan
Nyeri Menelan, muntah Toksisitas instrinsik
Bersihan Jalan Napas dan sistemik

Disfagia
Gangguan Menelan Ulserasi local,
perforasi,

Ketidakseimbangan Nutrisi
Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Risiko Infeksi
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Riwayat penyakit sekarang

Kejadian corpus alienum pada saluran napas atau saluran cerna dapat terjadi karena

beberapa faktor seperti kelainan fisik atau kongenital pada saluran esophagus, maslaah
psikis atau karena faktor kecerobohan/kesengajaan. Pada anak-anak biasanya terjadi karena
kecerobohan atau ketidaksengajaan ketika bermain.

b. Riwayat penyakit dahulu

Pada anak-anak perlu dikaji apakah ada riwayat tertelan benda asing secara tidak sengaja

sejak kecil, riwayat gangguan menelan sejak bayi. Pada orang dewasa atau lansia perlu dikaji

adanya gangguan menelan, atau riwayat tertelan benda asing sebelumnya.

Pada pasien dengan corpus alienum pada saluran cerna bisanya ditemukan beberapa gejala
seperti berikut ini:
1) Kesukaran dalam menelan (disfagia) makanan padat atau cairan.

2) Sumbatan komplit (ketidakmampuan untuk menelan).


3) Rasa tidak nyaman dalam menelan (odinofagia).

4) Regurgitasi dari makanan yang belum dicerna.

5) Hematemesis

6) Senasi benda asing

7) Sumbatan pada tenggorokan


8) Rasa panas dalam perut.

9) Penurunan berat badan

10) Suara serak

11) Sensitivitas terhadap makanan dingin atau panas


c. Pemeriksaan Fisik
1) Pada pemeriksaan esopahgus dengan endoskopi ditemukan adanya benda asing, lesi

atau mungkin hematoma.

2) Pada leher mungkin bisa terjadi abses.

3) Pada pemeriksaan paru ditemukan suara nafas tambahan seperti ronchi/mengi.


4) Adanya gangguan pertumbuhan pada anak – anak.

5) Jika terjadi obstruksi saluran nafas pasien bisa cyianosis dan takipnea.
6) Suhu tubuh demam dan BB turun.

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi pada saluran

pernapasan
b. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi benda asing

c. Gangguan menelan berhubungan dengan obstruksi benda asing pada saluran esophagus.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang

kurang

e. Resiko infeksi berhubungan dengan inflamasi pada area sumbatan


f. Kecemasan berhubungan dengan prosedur tindakan bedah.

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


. Keperawatan Hasil

1 Ketidakefektfa Setelah dilakukan Airway Manajemen (3140)

n bersihan tindakan keperawatan 1. Semifowler


1. Posisikan klien untuk
jalan napas selama 1x30 menit memaksimalkan
memaksimalkan ventilasi
berhubungan diharapkan jalan ventilasi paru.
2. Keluarkan secret dengan
dengan napas pasien efektif 2. Membebaskan jalan
batuk atau suction
obstruksi jalan dengan kriteria: napas dari obstruksi
3. Auskultasi suara napas,
napas. secret.
Airway patency catat adanya suara napas
3. Ronkhi atau
tambahan
 RR 16-20 kali/mnt wheezeing bisa
Terapi Oksigen (3320)
 Tidak ada sesak didengar saat
napas 1. Bersihkan secret di mulut, uasukutasi akibat
hidung dan adanya penumpukan
Ventilation trakea/tenggorokan carian dan
2. Pertahankan patensi jalan penyempitan saluran
Gerakan dada simetris
napas napas.
3. Jelaskan pada klien atau 4. Membebaskan jalan
keluarga tentang napas dari sumbatsn
pentingnya pemberian 5. Mempertahankan
oksigen ventilasi oksigen
4. Berikan oksigen sesuai 6. Pemahaman yang
kebutuhan baik akan
5. Monitor aliran okasigen meningkatkan
6. Monitor selang oksigen lancarnya
7. Cek secara periodic implementasi
selang oksigen, air keperawatan.
humidifier, aliran oksigen 7. Menghindari adanya
8. Observasi tanda komplikasi dan

kekurangan oksigen: gangguan mekanis

gelisah, sianosis dan lain- 8. Sianosis merupakaan


lain tanda adanya perfusi
9. Anjurkan klien dan oksigen yang buruk.

keluarga untuk

mengamati persediaan
oksigen, airhumedifaer,
jika habis laporkan

petugas.

2 Nyeri akut Setelah dilakukan NIC Label: Pain 1. Untuk mengetahui


berhubungan tindakan Management tingkat rasa nyeri
dengan keperawatan selama 1. Kaji karakteristik sehingga dapat

kompresi 1x24 jam, pasien nyeri meliputi menentukan jenis


jaringan dapat mengontrol lokasi, waktu, tindakannya.

sekunder nyeri dengan kriteria: frekuensi, kualitas, 2. Dengan mengetahui


akibat NIC: Pain Control faktor pencetus, faktor-faktor yang

osbtruksi 1. Menggunakan dan intensitas dapat memperburuk

analgetik sesuai nyeri nyeri, dapat mencegah

kebutuhan 2. Kaji faktor-faktor terjadinya faktor


2. Melaporkan yang dapat pencetus dan

perubahan gejala memperburuk menentukan intervensi

nyeri ke tenaga nyeri pasien apabila nyeri terjadi.

kesehatan 3. Monitor status TTV 3. Mencegah


3. Melaporkan nyeri sebelum dan kontraindikasi dan

terkontrol sesudah efek samping


NIC: Pain Level pemberian pemberian analgetik

1. Melaporkan nyeri analgetik 4. Analgesik yang dapat

berkurang 4. Memastikan membantu

2. Tidak meringis pasien mendapat mengurangi rasa nyeri


dan menangis terapi analgesik dan tidak
3. Tidak kehilangan yang tepat mengakibatkan

nafsu makan 5. Eliminasi faktor- adanya reaksi alergi

4. TTV dalam batas faktor pencetus terhadap obat.


normal: Suhu: 36- nyeri 5. Dengan

37±0,5˚C, Nadi: 6. Ajarkan teknik mengeleminasi faktor-


60-100x/menit, nonfarmakologi faktor pencetus nyeri,

RR: 16-20 (misalnya teknik dapat mengurangi

x/menit, TD: relaksasi, guided risiko munculnya nyeri


120/80 mmHg. imagery, terapi (mengurangi awitan
musik, dan terjadinya nyeri)

distraksi) yang 6. Dengan teknik

dapat digunakan manajemen nyeri,


saat nyeri timbul. pasien bisa
7. Berikan dukungan mengalihkan nyeri

selama sehingga rasa nyeri

pengobatan nyeri yang dirasakan

berlangsung berkurang.

8. Kolaborasi 7. Dukungan yang


pemberian diberikan dapat

analgetik membantu
. meningkatkan rasa
percaya terhadap

perawat.

8. Pemberian analgetik

dapat memblok

reseptor nyeri

3 Gangguan Setelah dilakukan NIC: Aspiration Precaution


Menelan tindakan 1. Monitor kesadaran, 1. Menentukan beratnya

berhubungan keperawatan selama reflex batuk, reflex obstuksi

dengan 1x24 jam diharapkan muntah dan 2. Menilai adanya

obstruksi pasien dapat kemampuan menelan komplikasi pada


benda asing menelan makanan 2. Pantau status sistem pernapasan
pada saluran secara bertahap pernapsan akibat obstruksi

cerna dengan kriteria: 3. Posisikan kepala 90° 3. Mencegah regurgitasi

Aspiration Prevention 4. Siapakn alat suction isi lambung dan


1. Posisi kepala k/p memaksimalkan

dan leher 5. Beriakn makaan halus ventilasi


lebih tinggi sedikit demi sedikit 4. Memenuhi kebutuhan

dari badan 6. Pertahankan posisi diet pasien

saat makan kepala lebih tinggi 30- 5. Mencegah regurgutasi


dan minum. 45 menit setelah 6. Menentukan
2. Pemilihan makan atau minum. intervemsi selajutnya

makanan Feeding 7. Diet sesuai kebutuhan

yang mudah 1. Kaji kemmapuan pasien


ditelan menelan 8. Rongga mulit
3. Makanan cair 2. Identifikasi diet yang merupakn pintu masuk

dapat ditelah diberikan makanan ke dalam

dengan baik. 3. Anjurkan oral hygiene tubuh.

sebelum makan dan 9. Meminimalisasi nyeri

Swallowing Status: minum akibat sumbatan


Esophageal Phase 4. Beri makanan dan esopahus

1. dapat menelan diikuti minum


makanan dan
minuman cair

yang diberikan

2. tidak ada batu

atau cegukan

selama

makan/minum
3. tidak ada

regusgutasi
cairan

4. tidak ada nyeri


lambung

5. tida ada

hematemesis

3 Perubahan Setelah dilakukan NIC: Nutrition Therapy 1. Dapat membantu

nutrisi kurang tindakan 1. Kaji status nutrisi meningkatkan status


dari keperawatan selama 2. Monitor masukan nutrisi selain dari diet

kebutuhan 3x24 jam, pasein makanan atau yang ditentukan.

tubuh dapat cairan dan hitung 2. Menjaga kebersihan


berhubungan mempertahankan kebutuhan kalori mulut dapat
dengan status nutrisi adekuat harian. meningkatkan nafsu

asupan yang dengan kriteria: 3. Tentukan jenis makan.


kurang. NOC: Nutritional makanan yang 3. Untuk menentukan
Status cocok dengan jumlah kalori dan
1. Masukan nutrisi tetap jenis nutrisi yang

adekuat mempertimbangka sesuai dengan

2. Masukan makanan n aspek agama kebutuhan pasien.

dalam batas normal dan budaya 4. Dengan memantau

NOC: Nutritional pasien. berat badan pasien


Status: Nutrient 4. Anjurkan untuk dengan teratur dapat

Intake menggunakan mengetahui kenaikan


1. Masukan kalori suplemen nutrisi ataupun penurunan
dalam batas sesuai indikasi. status gizi.

normal 5. Jaga kebersihan 5. Membantu memilih

2. Nutrisi dalam mulut, ajarkan oral alternatif pemenuhan

makanan cukup higiene pada nutrisi yang sesuai

mengandung pasien. dengan kebutuhan

protein, lemak, 6. Kolaborasi dengan dan penyebab


karbohidrat, serat, ahli gizi untuk penurunan berat

vitamin, mineral, menentukan badan.


ion, kalsium, jumlah kalori dan 6. Membantu

sodium jenis nutrisi yang mengetahui masukan


dibutuhkan untuk kalori harian pasien

memenuhi disesuaikan dengan

kebutuhan nutrisi. kebutuhan kalori

NIC: Weight Gain sesuai usia.


Assistance 7. Kadar albumin dan
7. Timbang berat elektrolit yang

badan pasien normal menunjukkan

secara teratur. status nutrisi


8. Diskusikan dengan baik. Sajikan

keluarga pasien makanan dengan


hal-hal yang menarik.Meningkatka

menyebabkan n nafsu makan

penurunan berat dengan intake dan


badan. kualitas yang
9. Pantau konsumsi maksimal.

kalori harian.

10. Pantau hasil


laboratorium,
seperti kadar

serum albumin,

dan elektrolit.

11. Tentukan makanan

kesukaan, rasa,
dan temperatur

makanan.
12. Anjurkan
penggunaan

suplemen

penambah nafsu

makan.

4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tindakan keperawatan dilakuakn berdasarkan prioritas


1. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi yang diharapakn pada pasien adalah


a. Fungsi pernapasan dan jalan napas adekuat.

b. Tidak ada nyeri selama menelan


c. Pasien dapat menelan dengan baik

d. Tidaka da muntah atau batuk selama makan dan minum


e. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
f. Tidak ada komplikasi akibat tindakan esophagoskopi seperti infeksi pada area obstruksi.
DAFTAR PUSTAKA

Docthwrman, J. M. & Bulecheck, G. N. (2004). Nursing Interventions Classification. St Louis, Mossouri, Elsevier
inc.

Herdman, T. H. & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi. Edisi 10. Jakarta: EGC

Moorhead, S., Jonson, M., Mass, M. L., & Swanson, E. (2008). Nursing Outcomes Classification. Mosby.
Elsevier inc
Smeltzer, S. C, & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2, Edisi 8. Jakarta: EGC

Tanto, C. et al. (2014). Kapita Salekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai