Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

INTALASI GAWAT DARURAT ( IGD )

DIRUANG IGD RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA

Di Susun Oleh :

SRI WAHYUNINGSIH

NIM : P180747

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA

SAMARINDA

2019
LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP INSTANSI GAWAT DARURAT

A. Pengertian Instalasi Gawat Darurat


Menurut Azrul (1997) yang dimaksud gawat darurat (emergency care) adalah

bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera
untuk menyelamatkan kehidupannya (life saving).

Instalasi gawat darurat adalah salah satu sumber utama pelayanan kesehatan di rumah
sakit. Ada beberapa hal yang membuat situasi di IGD menjadi khas, diantaranya adalah

pasien yang perlu penanganan cepat walaupun riwayat kesehatannya belum jelas.
Maksud dari pelayanan rawat darurat adalah bagian dari pelayanan kedokteran

yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera untuk menyelamatkan


kehidupannya. Unit kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat darurat disebut

dengan nama Instalasi Gawat Darurat (IGD). Tergantung dari kemampuan yang dimiliki,
keberadaan IGD dapat beraneka macam. Namun yang lazim ditemukan adalah yang

tergabung dalam rumah sakit.


Meskipun telah majunya sistem rumah sakit yang dianut oleh suatu negara bukan

berarti tiap rumah sakit memiliki kemampuan mengelola IGD sendiri. Penyebab utama
kesulitan untuk mengelola IGD adalah karena IGD merupakan salah satu dari unit

kesehatan yang paling padat modal, padat karya, serta padat teknologi.
IRD yaitu suatu tempat / unit pelayanan dirumah sakit yang memiliki tim kerja

dengan kemampuan khusus dan peralatan yang memebrikan pelayanan pasien gawat
darurat yang terorganisir.

Instalasi pelayanan pertama bagi pasien yang datang ke rumah sakit terutama
dalam hal kedaruratan berdasrkan kriteria standart baku.
B. Kegiatan IGD

Instalasi Gawat Darurat yang merupakan suatu bentuk penanganan


kegawatdaruratan memiliki berbagai macam kegiatan. Menurut Flynn (1962) dalam

Azrul (1997) kegiatan IGD secara umum dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pelayanan gawat darurat.

Kegiatan utama yang menjadi tanggung jawab IGD adalah menyelenggarakan


pelayanan gawat darurat. Sayangnya jenis pelayanan kedokteran yang bersifat khas

seing disalah gunakan. Pelayanan gawat darurat yang sebenarnya bertujuan untuk
menyelamatkan kehidupan penderita (live saving), sering dimanfaatkan hanya untuk

memperoleh pelayanan pertolongan pertama (first aid) dan bahkan pelayanan rawat
jalan (ambulatory care)

2. Menyelenggarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang membutuhkan


pelayanan rawat inap intensif.

Kegiatan kedua yang menjadi tanggung jawab UGD adalah menyelenggarakan


pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang membutuhkan pelayanan intensif.

Pada dasarnya pelayanan ini merupakan lanjutan dari pelayanan gawat darurat, yakni
dengan merujuk kasus-kasus gawat darurat yang dinilai berat untuk memperoleh

pelayanan rawat inap intensif.


3. Menyelenggarakan pelayanan informasi medis darurat.

Kegiatan ketiga yang menjadi tanggung jawab UGD adalah menyelenggarakan


informasi medis darurat dalam bentuk menampung serta menjawab semua

pertanyaan anggota masyarakat yang ada hubungannya dengan keadaan medis


darurat (emergency medical questions).
C. Disiplin Pelayanan

Disiplin pelayanan adalah suatu aturan yang berkaitan dengan cara memilih anggota
antrian yang akan dilayani lebih dahulu. Disiplin yang biasa digunakan adalah (Subagyo,

1993) :
1. FCFS : First Come-First Served (pertama masuk, pertama dilayani)

2. LCFS : Last Come-First Served (terakhir masuk, pertama dilayani)


3. SIRO : Service In Random Order (pelayanan dengan urutan acak)

4. Emergency First : Kondisi berbahaya yang didahulukan.


Dalam hal kegawatdaruratan pasien yang datang ke IRD akan dilayani sesuai urutan

prioritas yang ditunjukan dengan labelisasi warna ,yaitu :


a. Biru : Gawat darurat,resusitasi segera yaitu Untuk penderita sangat gawat/

ancaman nyawa.
b. Merah : Gawat darurat,harus MRS yaitu untuk penderita gawat darurat (kondisi

stabil / tidak membahayakan nyawa )


c. Kuning : Gawat darurat ,bisa MRS /Rawat jalan yaitu Untuk penderita darurat,

tetapi tidak gawat


d. Hijau : Gawat tidak darurat,dengan penanganan bisa rawat jalan yaitu Untuk

bukan penderita gawat.


e. Hitam : Meninggal dunia

Prioritas dari warna


a. Biru

1) Henti jantung yang kritis


2) Henti nafas yang kritis

3) Trauma kepala yang kritis


4) Perdarahan yang kritis
b. Merah

1) Sumbatan jalan nafas atau distress nafas


2) Luka tusuk

3) Penurunan tekanan darah


4) Perdarahan pembuluh nadi

5) Problem kejiwaan
6) Luka bakar derajat II >25 % tidak mengenai dada dan muka

7) Diare dengan dehidrasi


8) Patah tulang

c. Kuning
1) Lecet luas

2) Diare non dehidrasi


3) Luka bakar derajat I dan derajat II > 20 %

d. Hijau
1) Gegar otak ringan

2) Luka bakar derajat I

Gawat : Suatu keadaan yang mengancam nyawa pasien


Darurat : Suatu keadaan yang segera memerlukan pertolongan

Saat tiba di IRD pasien biasanya menjalani pemilahan terlebih dahulu anamnesis
untuk membantu menentukan sifat dan keparahan penyakitnya. Penderita yang kena

penyakit serius biasanya lebih sering mendapat visite lebih sering oleh dokter daripada
mereka yang penyakitnya tidak begitu parah . Setelah penaksiran dan penanganan awal

pasien bisa dirujuk ke Rumah sakit distabilkan dan dipindahkan ke rumah sakit lain
karena berbagai alasan atau dikeluarkan. Kebanyakan IRD buka 24 jam ,meski pada

malam hari jumlah staf yang ada akan lebih sedikt.


D. Tujuan IGD

1. Mencegah kematian dan kecacatan pada penderita gawat darurat


2. Menerima rujukan pasien atau mengirim pasien

3. Melakukan penanggulangan korban musibah masal dan bencana yang


terjadi dalam maupun diluar rumah sakit

4. Suatu IRD harus mampu memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi pada
masyarakat dengan problem medis akut

E. Kriteria IGD

1. IRD harus buka 24 jam


2. IRD juga harus memiliki penderita – penderita false emergency (korban yang

memerlukan tindakan medis tetapi tidak segera),tetapi tidak boleh memggangu /


mengurangi mutu pelayanan penderita- penderita gawat darurat.

3. IRD sebaiknya hanya melakukan primary care sedangkan definitive care dilakukan
ditempat lain dengan cara kerjasama yang baik

4. IRD harus meningkatkan mutu personalia maupun masyarakat sekitarnya dalam


penanggulangan penderita gawat darurat (PPGD)

5. IRD harus melakukan riset guna meningkatkan mutu / kualitas pelayanan kesehatan
masyarakat sekitarnya.

F. Kemampuan minimal petugas IGD

Menurut Depkes 1990


1. Membuka dan membebaskan jalan nafas (Airway)

2. Memberikan ventilasi pulmoner dan oksigenasi (Breathing)


3. Memberikan sirkulasi artificial dengan jalan massage jantung luar (Circulation)

4. Menghentikan perdarahan,balut bidai,transportasi,pengenalan dan penanggulangan


obat resusitas,membuat dan membaca rekaman EKG
G. Kemampuan tenaga perawat IGD

Sesuai dengan pedoman kerja perawat,Depkes 1999


1. Mampu mengenal klasifikasi dan labelisasi pasien

2. Mampu mengatasi pasien : syok, gawat nafas,gagal


jantung,kejang,koma,perdarahan,kolik, status asthmatikus,nyeri hebat daerah

panggul dan kasus ortopedi.


3. Mampu melaksanakan pencatatan dan pelaporan Askep

4. Mampu berkomunikasi :intern dan ekstern

H. Sarana dan prasarana fisik ruangan yang diperlukan di IGD


Ketentuan umum fisik bangunan :

1. Harus mudah dijangkau oleh masyarakat


2. Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda (Alur masuk kendaraan

pasien tidak sama dengan alur keluar)


3. Harus memiliki ruang dekontaminasi (dengan fasilitas shawer) yang terletak antara

ruang “triage “(ruang penerimaan pasien) dengan ruang tindakan


4. Ambulans / kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di depan pintu

5. Ruang triage harus dapat memuat minimal 2 brankar

I. Prinsip penanggulangan penderita gawat darurat


Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dan salah

satu sistem / organ seperti :


1. Susunan saraf pusat

2. Pernafasan
3. Kardiovaskuler

4. Hati
5. Ginjal
6. Pancreas

Kegagalan (kerusakan) sistem/ organ tersebut dapat disebabkan oleh :


1. Trauma / cedera

2. Infeksi
3. Keracunan (polsoning)

4. Degenerasi (kailure)
5. Asfiksi

6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of water and
lectrolie)

Kegagalan sistem saraf pusat,kardiovaskuler,pernafasan dan kehilangan

hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (4-6 menit).


Sedangkan kegagaln sistem / organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam

waktu yang lebih lama. Drngan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita


Gawat Darurat (PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :

1. Kecacatan menemukan penderita gawat darurat


2. Kecepatan meminta pertolongan

3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :


a) Ditempat kejadian

b) Dalam perjalanan kerumah sakit


c) Pertolongan selanjutnya secara mantap di Puskesmas / Rumah Sakit
TRIAGE

Mempunyai arti menyortir atau memilih. Dirancang untuk menempatkan pasien


yang tepat diwaktu yang tepat dengan pemberi pelayanan yang

tepat. Triage merupakan suatu proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera
atau penyakit dan menentukan jenis perawatan gawat darurat serta transportasi. Dan

merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang pengelolaan.


Dalam Triage tidak ada standard nasional baku, namun ada 2 sistem yang dikenal, yaitu:

1. METTAG (Triage tagging system).


Sistim METTAG merupakan suatu pendekatan untuk memprioritisasikan tindakan.

Prioritas Nol (Hitam) :


a. Mati atau jelas cedera fatal.

b. Tidak mungkin diresusitasi.


Prioritas Pertama (Merah) :

Cedera berat yang perlukan tindakan dan transport segera.


1) gagal nafas,

2) cedera torako-abdominal,
3) cedera kepala / maksilo-fasial berat,

4) shok atau perdarahan berat,


5) luka bakar berat.

Prioritas Kedua (Kuning) :


Cedera yang dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat :

1) cedera abdomen tanpa shok,


2) cedera dada tanpa gangguan respirasi,

3) fraktura mayor tanpa shok,


4) cedera kepala / tulang belakang leher,

5) luka bakar ringan.


Prioritas Ketiga (Hijau) :
Cedera minor yang tidak membutuhkan stabilisasi segera :

1) cedera jaringan lunak,


2) fraktura dan dislokasi ekstremitas,

3) cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas,


4) gawat darurat psikologis.

Sistim METTAG atau pengkodean dengan warna system tagging yang sejenis, bisa
digunakan sebagai bagian dari Penuntun Lapangan START.

2. Sistim triase Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid Transportation).
Penuntun Lapangan START memungkinkan penolong secara cepat

mengidentifikasikan korban yang dengan risiko besar akan kematian segera atau
apakah tidak memerlukan transport segera.

Penuntun Lapangan START dimulai dengan penilaian pasien 60 detik, meliputi


pengamatan terhadap ventilasi, perfusi, dan status mental. Hal ini untuk memastikan

kelompok korban :
a. perlu transport segera / tidak,

c. tidak mungkin diselamatkan,


d. mati.

A. Sistem triase

Non Bencana : Memberikan pelayanan terbaik pada pasien secara individu.


Bencana / Korban Berganda : Memberikan pelayanan paling efektif untuk sebanyak

mungkin pasien

B. Objektif primer di ird


1. Pengenalan tepat yang butuh pelayanan segera

2. Menentukan area yang layak untuk tindakan


3. Menjamin kelancaran pelayanan dan mencegah hambatan yang tidak perlu
4. Menilai dan menilai ulang pasien baru / pasien yang menunggu

5. Beri informasi /rujukan pada pasien / keluarga


6. Redam kecemasan pasien / keluarga; humas.

C. Aturan primer petugas

1. Skrining pasien secara cepat.


2. Penilaian terfokus.

D. Sasaran primer dan sekunder triase

1. Primer : Mengenal kondisi yang mengancam jiwa.


2. Sekunder : Memberi prioritas pasien sesuai kegawatannya.

E. Prinsip umum triase

1. Perkenalkan diri anda dan jelaskan apa yang akan anda lakukan.
2. Pertahankan rasa percaya diri pasien.

3. Coba untuk mengamati semua pasien yang datang, bahkan saat mewawancara
pasien.

4. Pertahankan arus informasi petugas triase dengan area tunggu & area tindakan.
Komunikasi lancar sangat perlu. Bila ada waktu adakan penyuluhan.

5. Pahami sistem IRD dan keterbatasan anda. Ingat objektif primer aturan triase.
Gunakan sumber daya untuk mempertahankan standar pelayanan memadai.

F. Pahami juga :
1. Struktur pembagian ruangan dengan perangkat yang sesuai.

2. Pemeriksaan fisik singkat dan terfokus.


3. WASPADA atas pasien dengan ancaman jiwa atau serius potensial terancam hidup

atau anggota badannya harus didahulukan dalam penilaian hingga dapat segera
ditindak.
Prinsip dari triage :

a. Triase harus cepat dan tepat


Kemampuan untuk merespon secara cepat, terhadap keadaan yang mengancam

nyawa merupakan suatu yang sangan penting pada bagian kegawatdaruratan


b. Pemeriksaan harus adekuat dan akurat
Akurasi keyakinan dan ketangkasan merupakan suatu element penting pada proses
pengkajian

c. Keputusan yang diambil berdasarkan pemeriksaan


Keamanan dan keefektifan perawatan pasien hanya dapat direncanakan jika ada

informasi yang adekuat dan data yang akurat


d. Memberikan intervensi berdasarkan keakutan kondisi
Tanggungjawab utama dari perawat triase adalah untuk mengkaji dan memeriksa
secara akurat pasien, dan memberikan perawatan yang sesuai pada pasien,

termasuk intervensi terapiutik, prosedur diagnostic, dan pemeriksaan pada tempat


yang tepat untuk perawatan

e. Kepuasan pasien tercapai


1) Perawat triase harus melaksanakan prinsip diatas untuk mencapai kepuasan

pasien
2) Perawat triase menghindari penundaan perawatan yang mungkin akan

membahayakan kesehatan pasien atau pasien yang sedang kritis


3) Perawat triase menyampaikan support kepada pasien, keluarga pasien, atau

teman (Department Emergency Hospital Singapore, 2009)


Prinsip umum lain dalam asuhan keperawatan yang di berikan oleh perawat di ruang
gawat darurat antara lain :
a) Penjaminan keamanan diri perawatan dan klien terjaga, perawat harus

menerapkan
b) Prinsip universal precaution, mencegah penyebaran infeksi dan memberikan

asuhan yang nyaman untuk klien


c) Cepat dan tepat dalam melakukan triage, menetapkan diagnose keperawatan,

tindakan keperawatan dan evaluasi yang berkelanjutan


d) Tindakan keperawatan meliputi resusitasi dan stabilisasi diberikan untuk

mengatasi masalah biologi dan psikologi klien


e) Penjelasan dan pendidikan kesehatan untuk klin dan keluarga diberikan untuk

menurunkan kecemasan dan meningkatkan kerjasama perawat dan klien


f) System monitoring kondisi klien harus dapat dijalankan

g) Sisten dokumentasi yang dipai dapat digunakan secara mudah, cepat dan tepat
h) Penjaminan tindakan keperawatan secara etik dan legal keperawatan perlu

dijaga.
Tipe Triage :

Ada beberapa Tipe triage, yaitu :


a. Daily triage
Daily triage adalah triage yang selalu dilakukan sebagai dasar pada system kegawat
daruratan. Triage yang terdapat pada setiap rumah bsakit berbeda-beda, tapi secara

umum ditujukan untuk mengenal, mengelompokan pasien menurut yang memiliki


tingkat keakutan dengan tujuan untuk memberikan evaluasi dini dan perawatan

yang tepat. Perawatan yang paling intensif dberikan pada pasien dengan sakit yang
serius meskipun bila pasien itu berprognosis buruk.
b. Mass Casualty incident
Merupakan triage yang terdapat ketika sestem kegawatdaruratan di suatu tempat
bencana menangani banyak pasien tapi belum mencapai tingat ke kelebihan

kapasitas. Perawatan yang lebih intensif diberikan pada korban bencana yang
kritis. Kasus minimal bisa di tunda terlebih dahulu.

c. Disaster Triage
Ada ketika system emergensi local tidak dapat memberikan perawatan intensif

sesegera mungkin ketika korban bencana sangat membutuhkan. Filosofi perawatan


berubah dari memberikan perawatan intensif pada korban yang sakit menjadi

memberikan perawatan terbaik untuk jumlah yang terbesar. Fokusnya pada


identifikasi korban yang terluka yang memiliki kesempatan untuk bertahan hidup

lebih besar dengan intervensi medis yang cepat. Pada disaster triage dilakukan
identifikasi korban yang mengalami luka ringan dan ditunda terlebih dahulun tanpa

muncul resko dan yang mengalami luka berat dan tidak dapat
bertahan. Prioritasnya ditekankan pada transportasi korban dan perawatan

berdasarkan level luka.


d. Military Triage
Sama dengan tiage lainnya tapi berorientasi pada tujuan misi disbanding dengan
aturan medis biasanya. Prinsip triage ini tetap mengutamakan pendekatan yang

paling baik karena jika gagal untuk mencapai tujuan misi akan mengakibatkan efek
buruk pada kesehatan dan kesejahteraan populasi yang lebih besar.

e. Special Condition triage


Digunakan ketika terdapat faktor lain pada populasi atau korban. Contohnya

kejadian yang berhubungan dengan senjara pemusnah masal dengan radiasi,


kontaminasi biologis dan kimia. Dekontaminasi dan perlengkapan pelindung sangat

dibutuhkan oleh tenaga medis. (Oman, Kathleen S., 2008;2)


Klasifikasi dan penentuan prioritas pasien!
Ada beberapa istilah yang digunakan dalam unit gawat darurat berdasarkan Prioritas

perawatannya, antara lain :


a. Gawat Darurat (P1)
Keadaaan yang mengancam nyawa/adanya gangguan ABC dan perlu tindakan
segera, misalnya cardiac arrest, penurunan kesadaran , trauma mayor dengan

perdarahan hebat
b. Gawat Tidak Darurat (P2)
Keadaan mengangancam nyawa tetepi tidak memerlukan tindakan darurat. Setelah
dilakukan resusitasi maka ditindak lanjuti oleh dokter specialis. Misalnya : pasien

kanker tahap lanjut, fraktur, sickle cell dan lainya.


c. Darurat Tidak Gawat (P3)
Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi memerlukan tindakan darurat. Pasien
sadar, tidak ada gangguan ABC dan dapat langsung diberikan terapi definitif. Untuk

tindak lanjut dapat ke poliklinik, misalnya: laserasi, fraktur minor/tertutup,sistitis,


otitis media dan lainya.

d. Tidak Gawat Tidak Darurat


Keaadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan tindakan gawat.

Gejala dan tanda klinis ringan/asimptomatis. Misalnya penyakit kulit, batuk, flu, dan
sebagainya (ENA, 2001;Iyer, 2004)
DAFTAR PUSTAKA

Fauzanlampoeng.http://www.scribd.com/doc/50079020/sarana-dan-prasarana-fisik-

unh-gawat-darurat
STIKBINAHUSADA.2008.http://blogspot.com/2008/12/konsep-dasar-keperawatan-

gawat darurat.html
http://www.angelfire.com/nc/neurosegery/falsafahgd.html

http://id.wikipedia.org/wiki/unitgawatdarurat
http://www.rsob.online.net.informasi/pengertian-umum

http://vita-insani.co.id/rsjombang/fasilitas.php
Iyer, P. 2004. Dokumentasi Keperawatan : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan,Jakarta

: EGC
Oman, K 2008. Panduan Belajar Keperawatan Gawat Darurat : Jakarta : EGC

Aninomous,1999. Triage officers course.


Singapore : departement of emergency medicine singapore general hospital

Wikipedia, the free encyclopedia, 2009, triage, (Online), (http://en.wikipedia.


org/wiki/triage, Diakses pada tgl 21 Maret 2010).

Anda mungkin juga menyukai