A. Definisi
Chronic kidney disease atau penyakit ginjal kronik didefinisikan sebagai kerusakan ginjal untuk
sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan Glomerulus Filtration Rate (GFR) (Nahas & Levin,2010).
Sedangkan menurut Terry & Aurora, 2013 CKD merupakan suatu perubahan fungsi ginjal yang progresif
dan ireversibel. Pada gagal ginja kronik, ginjal tidak mampu mempertahankan keseimbangan cairan sisa
B. Etiologi
Penyebab tersering terjadinya CKD adalah diabetes dan tekanan darah tinggi, yaitu sekitar dua
pertiga dari seluruh kasus (National Kidney Foundation, 2015). Keadaan lain yang dapat menyebabkan
kerusakan ginjal diantaranya adalah penyakit peradangan seperti glomerulonefritis, penyakit ginjal
polikistik, malformasi saat perkembangan janin dalam rahim ibu, lupus, obstruksi akibat batu ginjal,
tumor atau pembesaran kelenjar prostat, dan infeksi saluran kemih yang berulang.
C. Patofisiologi
Patofisiologi CKD pada awalnya dilihat dari penyakit yang mendasari, namun perkembangan
proses selanjutnya kurang lebih sama. Penyakit ini menyebabkan berkurangnya massa ginjal. Sebagai
upaya kompensasi, terjadilah hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa yang
diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factor.Akibatnya, terjadi hiperfiltrasi yang
diikuti peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat,
hingga pada akhirnya terjadi suatu proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa.
Sklerosis nefron ini diikuti dengan penurunan fungsi nefron progresif, walaupun penyakit yang
mendasarinya sudah tidak aktif lagi.
Diabetes melitus (DM) menyerang struktur dan fungsi ginjal dalam berbagai bentuk. Nefropati
diabetik merupakan istilah yang mencakup semua lesi yang terjadi di ginjal pada DM (Wilson,2005).
Mekanisme peningkatan GFR yang terjadi pada keadaan ini masih belum jelas benar, tetapi kemungkinan
disebabkan oleh dilatasi arteriol aferen oleh efek yang tergantung glukosa, yang diperantarai oleh
hormon vasoaktif, Insuline-like Growth Factor (IGF) – 1, nitric oxide, prostaglandin dan glukagon.
Hiperglikemia kronik dapat menyebabkan terjadinya glikasi nonenzimatik asam amino dan protein.
Proses ini terus berlanjut sampai terjadi ekspansi mesangium dan pembentukan nodul serta fibrosis
tubulointerstisialis.
Hipertensi juga memiliki kaitan yang erat dengan gagal ginjal.Hipertensi yang berlangsung lama
dapat mengakibatkan perubahan-perubahan struktur pada arteriol di seluruh tubuh, ditandai dengan
fibrosis dan hialinisasi (sklerosis) dinding pembuluh darah.Salah satu organ sasaran dari keadaan ini
adalah ginja. Ketika terjadi tekanan darah tinggi, maka sebagai kompensasi, pembuluh darah akan
melebar. Namun di sisi lain, pelebaran ini juga menyebabkan pembuluh darah menjadi lemah dan
akhirnya tidak dapat bekerja dengan baik untuk membuang kelebihan air serta zat sisa dari dalam tubuh.
Kelebihan cairan yang terjadi di dalam tubuh kemudian dapat menyebabkan tekanan darah menjadi
lebih meningkat, sehingga keadaan ini membentuk suatu siklus yang berbahaya (National Institute of
menjalankan fungsinya.Klasifikasi ini ditujukan untuk memfasilitasi penerapan pedoman praktik klinis,
pengukuran kinerja klinis dan peningkatan kualitas pada evaluasi, dan juga manajemen CKD (National
menunjukkan adanya
penyakit ginjal
2 Penurunan ringan
pada stadium 1)
menunjukkan adanya
penyakit ginjal
3a Penurunan sedang
3b Penurunan sedang
4 Penurunan fungsi
masa hidup eritrosit memendek, bilirubuin serum meningkat/normal, uji comb’s negative dan
jumlah retikulosit normal.
2. Defisiensi hormone eritropoetin
Ginjal sumber ESF (Eritropoetic Stimulating Factor) → def. H eritropoetin → Depresi sumsum
usus.
2. Stomatitis uremia
Mukosa kering, lesi ulserasi luas, karena sekresi cairan saliva banyak mengandung urea dan
kurang menjaga kebersihan mulut.
3. Pankreatitis
Berhubungan dengan gangguan ekskresi enzim amylase.
c. Kelainan mata
d. Kardiovaskuler
1. Hipertensi
2. Pitting edema
3. Edema
4. periorbital
5. Pembesaran vena leher
6. Friction Rub Pericardial
e. Kelainan kulit
a) Gatal
Terutama pada klien dgn dialisis rutin karena:
1. Toksik uremia yang kurang terdialisis
2. Peningkatan kadar kalium phosphor
3. Alergi bahan-bahan dalam proses HD
4. Kering bersisik
Karena ureum meningkat menimbulkan penimbunan kristal urea di bawah kulit
5. Kulit mudah memar
6. Kulit kering dan bersisik
7. rambut tipis dan kasar
f. Neuropsikiatri
g. Kelainan selaput serosa
h. Neurologi :
1. Kelemahan dan keletihan
2. Konfusi
3. Disorientasi
4. Kejang
5. Kelemahan pada tungkai
6. rasa panas pada telapak kaki
7. Perubahan Perilaku
i. Kardiomegali
Tanpa memandang penyebabnya terdapat rangkaian perubahan fungsi ginjal yang serupa
disebabkan oleh destruksi nefron progresif. Rangkaian perubahan tersebut biasanya menimbulkan
efek berikut pada pasien : bila GFR menurun 5-10% dari keadaan normal dan terus mendekati nol,
maka pasien menderita apa yang disebut Sindrom Uremik
F. Gambaran Klinis
Gambaran klinis pasien CKD meliputi gambaran yang sesuai dengan penyakit yang mendasari,
sindrom uremia dan gejala kompikasi.Pada stadium dini, terjadi kehilangan daya cadang ginjal dimana
GFR masih normal atau justru meningkat. Kemudian terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif yang
ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada GFR sebesar 60%, pasien
masih belum merasakan keluhan.Ketika GFR sebesar 30%, barulah terasa keluhan seperti nokturia, badan
lemah, mual, nafsu makan kurang, dan penurunan berat badan.Sampai pada GFR di bawah 30%, pasien
menunjukkan gejala uremia yang nyata seperti anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan
metabolisme fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah dan lain sebagainya.Pasien juga mudah
terserang infeksi, terjadi gangguan keseimbangan elektrolit dan air.Pada GFR di bawah 15%, maka timbul
G. Penegakan Diagnosis
Kerusakan ginjal dapat dideteksi secara langsung maupun tidak langsung.Bukti langsung
kerusakan ginjal dapat ditemukan pada pencitraan atau pemeriksaan histopatologi biopsi ginjal.
Pencitraan meliputi ultrasonografi, computed tomography (CT), magnetic resonance imaging (MRI), dan
isotope scanning dapat mendeteksi beberapa kelainan struktural pada ginjal. Histopatologi biopsi renal
sangat berguna untuk menentukan penyakit glomerular yang mendasari (Scottish Intercollegiate
Guidelines Network,2010). Bukti tidak langsung pada kerusakan ginjal dapat disimpulkan dari
urinalisis.Inflamasi atau abnormalitas fungsi glomerulus menyebabkan kebocoran sel darah merah atau
protein.Hal ini dideteksi dengan adanya hematuria atau proteinuria (Scottish Intercollegiate Guidelines
Network, 2008).
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien CKD disesuaikan dengan stadium penyakit pasien
tersebut (National Kidney Foundation, 2010). Perencanaan tatalaksana pasien CKD dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
(mL/menit/1,73m2)
1 ≥ 90 Observasi, kontrol tekanan
darah
2 60 – 89 Observasi, kontrol tekanan
darah dan
faktor risiko
darah dan
faktor risiko
faktor risiko
4 15 – 29 persiapan untuk RRT
5 < 15 RRT
Sumber: (Suwitra, 2009; The Renal Association, 2013)
Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya paling tepatdiberikan sebelum terjadinya penurunan
GFR sehingga tidak terjadi perburukan fungsi ginjal.Selain itu, perlu juga dilakukan pencegahan dan terapi
terhadap kondisi komorbid dengan mengikuti dan mencatat penurunan GFR yang terjadi.Perburukan
fungsi ginjal dapat dicegah dengan mengurangi hiperfiltrasi glomerulus, yaitu melalui pembatasan
asupan protein dan terapi farmakologis guna mengurangi hipertensi intraglomerulus.Pencegahan dan
terapi terhadap penyakit kardiovaskular merupakan hal yang penting mengingat 40-45 % kematian pada
CKD disebabkan oleh penyakit kardiovaskular ini.Pencegahan dan terapi penyakit kardiovaskular dapat
dilakukan dengan pengendalian diabetes, pengendalian hipertensi, pengendalian dislipidemia dan
sebagainya.Selain itu, perlu dilakukan pencegahan dan terapi terhadap komplikasi yang mungkin muncul
seperti anemia dan osteodistrofi renal (Suwitra, 2009).
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian dengan pasien gagal ginjal kronik, meliputi :
a. Identitas
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan,
utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai dari urine output sedikit sampai tidak dapat BAK,
gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa
kering, rasa lelah, napas berbau ( ureum ), dan gatal pada kulit.
c. Riwayat penyakit saat ini
Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di anamnesa meliputi palliative,
provocative, quality, quantity, region, radiaton, severity scala dan time.Untuk kasus gagal ginjal
kronis, kaji onet penurunan urine output, penurunan kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan
fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau ammonia, dan perubahan pemenuhan nutrisi. Kaji
pula sudah kemana saja klien meminta pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan mendapat
pengobatn apa.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat
nefrotoksik, Benign prostatic hyperplasia, dan prostektomi. Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran
kemih, infeksi sistem perkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan penyakit hipertensi
pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab.Penting untuk dikaji mengenai riwayat
pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian
dokumentasikan.
yang berulang dan riwayat alergi, penyakit hereditas dan penyakit menular pada keluarga.
f. Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )
1) Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital
2) Keadaan umum : Klien lemah dan terlihat sakit berat.
3) Tingkat Kesadaran : Menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat mempengaruhi
system saraf pusat.
4) TTV : Sering didapatkan adanya perubahan RR meningkat, tekanan darah terjadi perubahan dari
kussmaul.Pola nafas cepat dan dalam merupakan upaya untuk melakukan pembuangan karbon
dioksida yang menumpuk di sirkulasi.
2) Kardiovaskuler B2 (blood)
Pada kondisi uremia berat tindakan auskultasi akan menemukan adanya friction rub yang
merupakan tanda khas efusi pericardial. Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung kongestif,
TD meningkat, akral dingin, CRT > 3 detik, palpitasi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama
didapatkan adanya anemia. Anemia sebagai akibat dari penurunan produksi eritropoetin, lesi
gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah merah, dan kehilangan darah, biasanya dari
aldosteron.Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi pericardial, penyakit jantung
koroner akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung akibat penimbunan cairan dan
hipertensi.
3) Persyarafan B3 (brain)
Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral, seperti perubahan proses berfikir
dan disorientasi. Klien sering didapatkan adanya kejang, adanya neuropati perifer, burning feet
syndrome, restless leg syndrome, kram otot, dan nyeri otot.
4) Perkemihan B4 (bladder)
Penurunan urine output < 400 ml/ hari sampai anuri, terjadi penurunan libido berat.
5) Pencernaan B5 (bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia, dan diare sekunder dari bau mulut ammonia,
peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga sering di dapatkan penurunan
intake nutrisi dari kebutuhan.
6) Musculoskeletal/integument B6 (bone)
Di dapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki (memburuk saat malam
hari), kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi, pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), petekie, area
ekimosis pada kulit, fraktur tulang, deposit fosfat kalsium pada kulit jaringan lunak dan sendi,
keterbatasan gerak sendi.Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari anemia
dan penurunan perfusi perifer dari hipertensi.
2. Diagnosa Keperawatan
Keperawatan
Keperawatan
Mual Mual dan Muntah 1. Anjurkan untuk
Definisi : fenomena Setelah dilakukan tindakan keperawatan
miinum air hangat
subjektif ttg rasa tidak selama 4 jam diharapkan didapan hasil : 2. Jelaskan terjadinya
Criteria hasil :
nyaman pd bagian mual
- Klien melaporkan mual berkurang (4)
3. Anjurkan untuk
lambung yg dapat Indikator skala :
1. Parah kompres di perut
atau tidak dapat
2. Banyak
menyebabkan muntah. 3. Cukup
4. Sedikit
BK : 5. Tidak ada
- Enggan terhadap
makanan
- Rasa asam di
lambung
- Sensasi muntah
Doagnosa NOC NIC
Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Beiber, S.D. dan Himmelfarb, J. 2013. Hemodialysis. In: Schrier’s Disease of the Kidney. 9th edition. Coffman,
T.M., Falk, R.J., Molitoris, B.A., Neilson, E.C., Schrier, R.W. editors. Lippincott Williams & Wilkins.
Philadelphia:2473-505.
Daugirdas, J.T., Blake, P.G., Ing, T.S. 2007. Handbook of Dialysis. 4th ed. Phildelphia. Lipincott William &
Wilkins.
Mutaqqin, Arif & Kumala Sari. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba
Medika.
Kusuma, Hardhi & Amin, Huda Nurarif. (2012). Handbook for Health Student. Yogyakarta: Mediaction
Publishing.