Anda di halaman 1dari 16

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

I. ANATOMI

Sumber: Mansjoer (2000)

Otot-otot dinding perut dibagi empat yakni musculus rectus abdominis,


musculus, obliqus abdominis internus, musculus transversus abdominis.
II. DEFINISI
Hernia merupakan suatu keadaan menojol isi usus suatu rongga melalui lubang
(Oswari, 2000). Sedangkan menurut Mutakin (2011), hernia adalah penonjolan
sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal
memang terisi bagian-bagian tersebut. Hernia paling sering terjadi pada rongga
abdomen sebagai akibat dari kelemahan muskular abdomen konginental atau didapat
(Monika Ester, 2004). Hernia umbilikalis adalah hernia isi perut yang tampak di
daerah pusat (Monika Ester, 2000).
Hernia merupakan penonjolan yang tidak normal organ dalam perut melalui suatu
defek (bukaan). Nama hernia berdasarkan lokasi lubang defeknya, misalnya hernia
inguninalis, hernia femoralis, hernia umbilikalis, dan lain sebagainya. Hernia
umbilikalis merupakan penonjolan organ dalam perut keluar dari daerah pusar akibat
kelemahan jaringan penyambung dan otot perut. Kelemahan tersebut membentuk
suatu “bukaan” yang dikenal dengan defek, yang menyebabkan jaringan lemak dan
organ dalam perut di bawah pusar dapat ikut menonjol keluar. Hernia umbilikalis
sering terjadi pada anak-anak, namun dapat pula terjadi pada orang dewasa walaupun
jarang. Pada anak-anak, defek seringkali tertutup seiring bertambahnya usia dan tidak
membutuhkan tindakan pembedahan. Pada dewasa, hernia umbilikalis tidak dapat
sembuh sendiri dan hanya dapat diperbaiki dengan tindakan bedah.
Umbilikalis (bodong) pada anak-anak biasanya tidak sakit atau berbahaya namun
bodong yang muncul pada orang dewasa dapat menyebabkan perut terasa tidak
nyaman. Umumnya bodong pada anak-anak akan hilang saat berusia sekitar 2 tahun.
Jika diameternya lebih kecil dari 5 mm, bodong itu akan menutup sendiri pada usia
kurang dari 2 tahun. Bodong berdiameter 5-15 mm biasanya menutup sebelum berusia
4 tahun dan jika diameternya lebih kecil dari 2 cm masih mungkin menutup pada usia
6 tahun. Kelainan umbilikus seringkali ditemukan oleh bedah anak.
Pada neonates , korda umbilikalis biasanya mengering dan terpisah dalam waktu
3 minggu, kemudian mengering, bekas luka di tengah perut yang berbentuk seperti
bintang yang akan membentuk umbilikus. Kegagalan cincin umbilikus untuk menutup
secara sempurna dapat menyebabkan terjadinya hernia umbilikalis, yang merupakan
kelainan umbilikus tersering. Adanya cairan ataupun jaringan yang abnormaldari
umbilikus sering disebabkan oleh granuloma umbilikal, tetapi juga dapat merupakan
hasil dari involusi tidak sempurna dari urachus ataupun duktus omfalomesenterikus.
Berbagai cairan, massa, ataupun adanya lubang merupakan suatu keadaan patologis
dan harus dievaluasi dengan tepat dan dilakukan pengobatan.
Komponen penting dari hernia yaitu:
- Kantung hernia: pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis.
- Isi hernia: berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia. Pada hernia
abdominalis berupa usus.
- Pintu hernia: merupakan bagian locus minoris resistence yang dilalui kantong hernia.
- Leher hernia/cincin hernia: bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan
kantong hernia.
- Locus minoris resistence (LMR): merupakan defek/bagian yang lemah dari dinding
rongga.
III. KLASIFIKASI
Klasifikasi hernia sebagai berikut :
1. Letaknya hernia :
a. Hernia inguinal
1) Indirek/lateralis, hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati
korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Umumnya terjadi pada pria
dibanding wanita. Pasien mengeluh adanya benjolan pada selengkangan dan
bisa mengecil atau menghilang saat tidur
2) Direk.medialis, hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot.
Hernia ini disebut dierk karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna
sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau
mengejan tetap akan timbul benjolan.
b. Femoral, hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi
pada wanita daripada pria. Penyumbatan ini dimulai dari lemak kanalis
femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritonium dan hampir
tidak dapat dihindari kandung kemih masuk kedalam kantung.
c. Umbilikal, hernia umbilikasl pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan
karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada pasien yang
gemuk atau wanita multipara.
d. Insisional, batang usus atau organ menonjol melalui parut lemah
2. Terjadinya hernia
a. Hernia bawaan, hernia bawaan bisa terjadi sejaklahir akibat prosesus vaginalis
yang tidak menutup sempurna saat bayi dalam kandungan.
b. Hernia dapatan/akuisita
c. Hernia yang timbul akibat faktor pemicu
3. Sifat hernia
a. Hernia reponibel/reducibel, yaitu bila isi hernia bisa keluar dan masuk. Usus
keluar jika berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong
masuk, tidak ada keluhan nyeri ataupun gejala obstruksi usus.
b. Henia ireponibel, yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke
dalam rongga. Ini biasanya terjadi karena perlengkapan isi kantong pada
peritonium kantung hernia. Hernia ini disebut juga hernia akreta.
c. Hernia strangulata, yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia
inkarserata berarti isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam
rongga perut disertai akibat berupa gangguan vaskularisasi. Hernia strangulata
mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak mendapat
darah akibat pembuluh darah terjepit (Long, 2001).

IV. EPIDEMIOLOGI
Hernia terdapat 6 kali lebih banyak pada pria daripada wanita. 1 Pada pria, 97%
dari hernia terjadi di daerah inguinalis, 2% sebagai hernia femoralis, dan 1% sebagai
hernia umbilikalis.1 Pada wanita, variasinya menjadi berbeda, 50 % terjadi di
inguinalis, 34% sebagai hernia femoralis, dan 16% sebagai hernia umbilikalis. 1 Hernia
femoralis banyak pada wanita karena: Sering partus atau tekanan intraabdominal
meningkat dan annulus femoralis melemah. Bentuk pelvis lebih horizontal sehingga
tekanan ligamentum ingunale lebih besar dan annulus femoralis melemah Keadaan
tubuh obesitas, preperitoneal fat banyak,fascia transversa,abdominis lemah
menyebabkan Hernia Adiposa.3
Tempat umum hernia adalah lipat paha, umbilicus, linea alba, garis semilunaris
dari Spiegel, diafragma, dan insisi bedah. Tempat herniasi lain yang sebanding tetapi
sangat jarang adalah perineum, segitiga lumbal superior dari Grynfelt, segitiga lumbal
inferior dari Petit, dan foramen obturator serta skiatika dari pelvis.5
V. ETIOLOGI
Hernia dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga lemah. Lemahnya
dinding ini mungkin merupakan cacat bawaan atau keadaan yang didapat sesudah
lahir, contoh hernia bawaan adalah hermia omphalokel yang terjadi karena sewaktu
bayi lahir tali pusatnya tidak segera berobliterasi (menutup) dan masih terbuka.
Demikian pula hernia diafragmatika. Hernia dapat diawasi pada anggota keluarga
misalnya bila ayah menderita hernia bawaan, sering terjadi pula pada anaknya.
Pada manusia umur lanjut jaringan penyangga makin melemah, manusia umur
lanjut lebih cenderung menderita hernia inguinal direkta. Pekerjaan angkat berat yang
dilakukan dalam jangka lama juga dapat melemahkan dinding perut
(Oswari. 2000: 217).
Penyebab hernia umbikalis yaitu :
1. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat kemudian
dalam hidup.
2. Akibat dari pembedahan sebelumnya.
3. Kongenital
a. Hernia congenital sempurna, bayi sudah menderita hernia kerena adanya defek
pada tempat-tempat tertentu.
b. Hernia congenital tidak sempurna, bayi dilahirkan normal (kelainan belum
tampak) tapi dia mempunyai defek pada tempat-tempat tertentu (predisposisi)
dan beberapa bulan (0-1 tahun) setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek
tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan,
batuk, menangis).

VI. PATOFISIOLOGI
Hernia umbilicalis terjadi karena kegagalan orifisium umbilikal untuk menutup
(Nettina, 2001 : 253).Bila tekanan dari cincin hernia (cincin dari jaringan otot yang
dilalui oleh protusi usus) memotong suplai darah ke segmen hernia dari usus, usus
menjadi terstrangulasi. Situasi ini adalah kedaruratan bedah karena kecuali usus
terlepas, usus ini cepat menjadi gangren karena kekurangan suplai darah (Ester, 2002 :
55).Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau terdapat resiko
tinggi untuk terjadi inkarserasi.
Suatu tindakan herniorrhaphy terdiri atas tindakan menjepit defek di dalam fascia.
Akibat dan keadaan post operatif seperti peradangan, edema dan perdarahan, sering
terjadi pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan hernia inguinal indirek. Komplikasi
ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat pasien tidak
nyaman, kompres es akan membantu mengurangi nyeri (Long. 1996 : 246).
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar
atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot
abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan
menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis
atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau
terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan
kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding
abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu saja melakukan
pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga
terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah. Sehingga
akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami
kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan gangguan menyebabkan
ganggren.

VII. MANIFESTASI KLINIS


Tanda gejala yang muncul menurut Herdman (2012) pada pasien hernia secara umum:
1. Berupa benjolan keluar masuk/keras dan yang sering terjadi tampak benjolan pada
dilipat paha.
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual.
3. Terdapat gejala mual dan muntah distensi bila lelah ada komplikasi.
Tanda gejala pada pasien bayi atau anak-anak :
1. Anak menangis dan gelisah
2. Si kecil akan mudah menangis dan terus menerus terlihat gelisah. Benjolan di
lipatan paha tersebut juga akan terlihat hilang timbul ketika si kecil menangis.
3. Rewel
4. Demam
Gejala-gejala hernia umbilikalis yang diwakili hanya oleh tonjolan yang muncul
dan tidak lebih. Dalam kebanyakan kasus benjolan ini mendorong dirinya kembali ke
dalam jika bayi sedang duduk di punggungnya, tapi ketika dia batuk, bersin, atau
berdiri lurus itu sangat terlihat.
Nyeri pada umbilikalis. Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, maka akan
terasa nyeri. Apalagi bila akhirnya terjadi infeksi, penderita akan merasakan nyeri
yang hebat, dan infeksi tersebut akhirnya menjalar kemana-mana serta meracuni
seluruh tubuh. Jika sudah terjadi keadaan seperti ini, maka disebut gawat darurat yang
harus segera ditangani, karena dapat mengancam nyawa penderita
Hernia umbilikalis merupakan hernia congenital pada umbilicus yang hanya
ditutup peritoneum dan kulit, berupa penonjolan yang mengandung isi rongga perut
yang masuk melalui cincin umbilicus akibat peninggian tekanan intra abdomen,
biasanya jika bayi menangis. Angka kejadian hernia ini lebih tinggi pada bayi
premature. Hernia umbilikalis pada orang dewasa merupakan lanjutan hernia
umbilikalis pada anak. Peninggian tekanan karena kehamilan, obesitas atau asites
merupakan factor predisposisi.

VIII. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang hilang timbul,
muncul terutama pada waktu melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan
tekanan intra-abdomen seperti mengangkat barang atau batuk, benjolan ini
hilang pada waktu berbaring atau dimasukkan dengan tangan (manual).
Terdapat faktor-faktor yang berperan untuk terjadinya hernia. Dapat terjadi
gangguan passage usus (obstruksi) terutama pada hernia inkarserata. Nyeri
pada keadaan strangulasi, sering penderita datang ke dokter atau ke rumah
sakit dengan keadaan ini.
2. Pemeriksaan Fisik
Ditemukan benjolan lunak di lipat paha di bawah ligamentum
inguinale di medial vena femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Benjolan
tersebut berbatas atas tidak jelas, bising usus (+), transluminasi (-).

Gejala/tanda Obstruksi usus pada Nekrosis/gangren pada


hernia inkarserata hernia strangulate

Nyeri Kolik Menetap


Suhu badan Normal Normal/meninggi
Denyut nadi Normal/meninggi Meninggi/tinggi sekali

Leukosit Normal Leukositosis


Rangsang peritoneum Tidak ada Jelas
Sakit Sedang/berat Berat sekali/toksik

Tabel 1. Hernia inkarserata dengan obstruksi usus dan hernia strangulata yang menyebabkan
nekrosis atau ganggren
Teknik pemeriksaan
Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis (lateralis/internus) dan
mengikuti jalannya spermatid cord di canalis inguinalis serta dapat melalui annulus
inguinalis subcutan (externus) sampai scrotum. Mempunyai LMR ( Locus Minoris
Resistentie Secara klinis HIL dan HIM dapat dibedakan dengan tiga teknik
pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan Tumb test. Cara
pemeriksaannya sebagai berikut :
Pemeriksaan Finger Test :

1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.

2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus


eksternus ke kanal inguinal.

3. Penderita disuruh batuk:

Bila impuls diujung jari berarti Hernia


Inguinalis Lateralis.
Bila impuls disamping jari Hernia
Inguinnalis Medialis.

Pemeriksaan Ziemen Test :

1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan


dulu (biasanya oleh penderita).

2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.

3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :

jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.


jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
jari ke 4 : Hernia Femoralis.
Pemeriksaan Thumb Test :

Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh


mengejan Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

A. Pemeriksaan Penunjang
1. Herniografi
Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam kavum peritoneal
dan dilakukan X-ray, sekarang jarang dilakukan pada bayi untuk mengidentifikasi
hernia kontralateral pada groin. Mungkin terkadang berguna untuk memastikan
adanya hernia pada pasien dengan nyeri kronis pada groin.
2. USG Sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara klinis,
misalnya pada Spigelian hernia.
3. CT dan MRI Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi (misalnya :
hernia obturator)
4. Laparaskopi Hernia yang tidak diperkirakan terkadang ditemukan saat laparaskopi
untuk nyeri perut yang tidak dapat didiagnosa.
5. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien hernia adalah :
a. Lab darah : hematology rutin, BUN, kreatinin dan elektrolit darah.
b. Radiologi, foto abdomen dengan kontras barium, flouroskopi.
c. Data Px diagnostic X-Ray
d. Data laboratorium, meliputi:
Darah :
1) Leukosit 10.000 – 18.000/mm3
2) Serum elektrolit meningkat

IX. DIAGNOSIS BANDING


1. Omfalokel,
Omfalokel atau dikenal dengan nama lain exomfalos merupakan kelainan
dinding abdomen pada garis tengah, yaitu usus dan visera yang mengalami
herniasi keluar dari dinding abdomen namun diselubungi oleh membran yang
terdiri dari peritoneum, amnion, dan Wharton’s jelly. Omfalokel dapat muncul
dalam ukuran yang bervariasi, mulai dari ukuran kecil hingga besar (lebih 4
cm) dan diselubungi oleh kantung.
2. Gastrokisis
Gastroskisis adalah kelainan pada dinding abdomen anterior berupa usus yang
sebagiannya mengalami herniasi keluar dari dinding abdomen tanpa
diselubungi oleh membran atau kantung. Ukuran defek biasanya kurang dari 4
cm, lokasi pada persimpangan antara umbilikus serta kulit normal dan hampir
selalu di kanan umbilikus.
3. Abses Intra Abdomen
Untuk membedakannya perlu diketahui bahwa munculnya hernia erat
hubungannya dengan aktivitas seperti mengedan, batuk, dan gerak lain yang disertai
dengan peninggian tekanan intra-abdomen, sedangkan penyakit lain seperti limfadenitis
femoralis tidak berhubungan dengan aktivitas demikian.
X. PENATALAKSANAAN
Bila cincin hernia kurang dari 2 cm, umumnya regresi spontan akan terjadi
sebelum bayi berumur 6 bulan, kadang cincin baru tertutup setelah satu tahun. Usaha
untuk mempercepat penutupan dapat dikerjakan dengan mendekatkan tepi kiri dan
kanan kemudian memancangkannya dengan pita perekat (plester) untuk 2 – 3 minggu.
Dapat pula digunakan uang logam yang dipancangkan di umbilicus untuk mencegah
penonjolan isi rongga perut. Bila sampai usia 1,5 tahun hernia masih menonjol maka
umumnya diperlukan koreksi operasi. Pada cincin hernia yang melebihi 2 cm jarang
terjadi regresi spontan dan lebih sukar diperoleh penutupan dengan tindakan
konservatif. Saat pemeriksaan, dokter akan meraba isi hernia dengan ujung jarinya.
Dengan begitu, ia bisa tahu apakah isi hernia masih bisa dimasukkan kembali ke
tempatnya semula tanpa operasi atau tidak.
Pada bayi, proses masuknya kembali isi hernia bisa terjadi secara spontan. Ini
karena cincin hernia pada bayi masih elastis, terutama bila lubang hernia pusarnya lebih
kecil dari 1 cm. Tutup saja lubang hernia dengan kain kasa yang diberi uang logam di
dalamnya, lalu tempelkan di atas pusar. Umumnya, cincin hernia pada pusar yang tanpa
komplikasi ini akan tertutup sendiri ketika ia berusia 12-18 bulan. Operasi baru
dilakukan bila ukuran lubang hernia bayi sekitar 1,5 cm atau lebih. Pada kondisi seperti
ini, lubang tidak mungkin menutup sendiri. Meski begitu, operasi bisa saja dilakukan
secara terencana bila hernia tetap ada sampai anak memasuki usia sekolah. Untuk
hernia pada lipatan paha, operasi adalah terapi terbaik. Karena, pada hernia jenis ini
risiko untuk terjadi jepitan jauh lebih besar. Operasi harus segera dilakukan untuk
menyelamatkan organ yang terjepit dalam kantung hernia. Biasanya, operasi dilakukan
bila hernia menetap sampai bayi berusia 3 bulan. Usai operasi, orang tua sebaiknya
tetap memantau kondisi bayi. Sebab, hernia dapat kambuh lagi bila terjadi peningkatan
tekanan di dalam perut. Misalnya, ia batuk hebat atau sembelit.
Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang
rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi
hernia adalah hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.
a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya.
Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Indikasi :
1. Hernia Inkarserata / Strangulasi (cito)
2. Hernia Irreponabilis ( urgen, 2 x 24 jam)
3. Hernia Reponabilis dilakukan atas indikasi sosial : pekerjaan (elektif)
4. Hernia Reponabilis yang mengalami incarserasi (HIL,Femoralis)
Prinsip semua hernia harus dioperasi, karena dapat menyebabkan inkarserasi /
strangulasi. Herniotomy pada dewasa lebih dulu faktor-faktor penyebab harus
dihilangkan dulu, misal BPH harus dioperasi sebelumnya.
b. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus
dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting
artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi.
Dikenal berbagai metode hernioplasti seperti memperkecil anulus inguinalis
internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan
menjahitkan pertemuan m. tranversus internus abdominis dan m. oblikus internus
abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale
poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m. transversus
abdominis, m.oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mc
Vay. Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian
bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup defek.

XI. KOMPLIKASI
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi
hernia dapat tertahan di dalam kantong hernia pada hernia irreponibilis, hal ini
terjadi jika hernia terlalu besar atau terdiri dari omentum, organ ekstraperitoneal,
atau hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan.
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia
strangulata yang menimbulkan obstruksi usus yang sederhana. Jepitan cincin hernia
akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi
bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur di dalam hernia dan
transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem menyebabkan jepitan pada
cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan
terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat
berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi
perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau peritonitis jika
terjadi hubungan dengan rongga perut.
Hernia inguinalis dapat menjadi inkarserata dan strangulata. Mual, muntah,
dan nyeri abdomen yang berat dapat terjadi pada hernia strangulata. Hernia
strangulata merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa (gawat darurat) yang
membutuhkan pembedahan segera.

XII. PROGNOSIS
Prognosis dari hernia adalah baik bila segera ditangani sebelum terjadi
komplikasi hernia inkarserata maupun strangulate yang dapat membahayakan kondisi
pasien (Nyhus, 1991).
DAFTAR PUSTAKA

th
1. Abrahamson J. Hernias in Maingot’s Abdominal Operation 10 ed.Vol I. Connecticut,
Prentice Hall Int; 1997:479-580.
2. Bax T, Brett C, Sheppard, Crass RA. Surgical Options in the Management of Groin
Hernia. American Family Physician. AAFP 1999.
3. Callesen T, Klarskov B, Bech K, Kehlet H. Short Convalescene After Inguinal
Herniorrhaphy with Standard Recommendations. Duration and Reasons for Delayed
Return to Work. Eur J Surg 1999 ; 165 (3) : 236 – 41.
4. Divilio T. Inguinal Hernias and The Prolene (Polypropylene) Hernia System, Sept 1997.
http://www.herniasolution.com/profesionalcontent/clin.
5. Ismail W, Taylor SJC, Beddow E. Advice on Driving After Groin Hernia Surgery in The
United Kingdom. Questionnaire Survey BMJ 2000 ; 321 : 1056 – 7.
6. Nyhus LM, Bombeck T, Klein MS. 1991. Hernias. In: Sabiston DC, editor. Text book of
surgery. 14th ed. Philadelphia: WB Saunders Company,:1141-4.
7. Purnomo, Basuki B. 2009. Dasar-dasar Urologi Edisi Kedua. Malang: Sagung Seto.
8. Schwartz, Seymour I. 2000. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Mc-Graw-Hill Inc.
9. Schumpelick, V. 1990. Atlas of hernia surgery. 10th ed. Toronto: B.C. Decker Inc : 21-8.
10. Simarmata, Albiner. 2003. Perbandingan Pasca hernioplasty Shouldice “Pure Tissue”
dengan Lichtenstein “Tension Free”. Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera utara.
11. Sjamsuhidayat R, Wim de jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2. EGC: Jakarta.
12. Skandalakis J.E., Skandalakis P.N., Skandalakis LJ. Surgical Anatomy and Technique,
New York, Springer – Verley 1995 : 123 – 203.
13. Townsend et. Al. (e.d.) . Sabiston textbook of surgery, 17th edition. Elsevier-Saunders.

Anda mungkin juga menyukai