Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA

Disusun Oleh

Olifa Karniati Wunu

2014301141

FAKULTAS KESEHATAN

PRODI DIV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PRORAM B

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

2020
LAPORAN PENDAHUAN

A.Konsep Teori Penyakit

1.Definisi

Hernia adalah protusi atau penonolan isi suatu rongga melauli devek atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan,pada hernia abdomen isi perut menonjol melalui devek aau bagian
lemah dari lapisan musculo datar aponeurotik dinding perut (Samsulhidayat ,2004).

Hernia adalah proporsi abnormal organ jaringan atau bagian organ melalui struktur yang secra
normal berisi bagian ini.hernia paling sering terjadi pada rongga abdomen sebagai akibat
kelemahan muscular abdomen konginental atau didapat (Ester ,2004).

Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang normal
melalui sebuah defek kongenital atau yang didapat (Long ,2002)

Hernia terdiri atas beberapa jenis yaitu:

a.Hernia Inguinalis,

Terjadi ketika sebagian usus atau jaringan lemak I rongga perut mencuat ke selangkangan.hernia
engunalis meripakan jenis hernia yang paling sering terjadi dan pria memiliki resiko lebih tinggi
untuk mengalaminya.

b.Hernia Femoralis,

Terjadi ketika jaringan lemak atau sebagian usus mencuat ke paha atas bagian dalam.resiko
wanita menderita jenis hernia ini lebih tinggi terutama wanita hamil atau memiliki berat badan
berlebih (obesitas).

c.Hernia Umbilikus,

Terjadi ketika sebagian usus atau jaringan lemak mendorong dan mencuat di dinding
perut,tepatnya di pusar.Jenis hernia ini biasanya di alami oleh bayi dan anak dibawah usia 6 bulan
akibat lubang tali pusat tidak tertutup sempurna setelah bayi lahir.

d.Hernia Hiatus,

Terjadi ketika lambung mencuat kedalam rongga dada melalui diagfragma(sekat antara rongga
dada dan rongga perut).Jenis hernia ini umumnya terjadi pada lansia(>50 tahun).Jika seorang anak
mengalami hernia hiatus,kondisi tersebut disebabkan oleh kelainan bawahan.

e.Hernia Insisional,

Terjadi ketika usus atau jaringan mencuat melalui bekas luka operasi dibagian perut atau
pinggul.Hernia insisional dapat terjadi bila luka operasi diperut tidak menutup dengan sempurna.
f.Hernia Epigastrik,

Terjadi jika jaringan lemak mencuat melalui dinding perut bagian atas,tepatnya di uluh hati hingga
pusar.

g.Hernia Spigelian,

Terjadi ketika usus mendorong jaringan ikat( spigelian fascia)yeng etrletak disisi luar otot rektud
abdominus,yaitu otot yang membentang dari tulang rusuk hingga tulang pinggul dengan
karateristik tonjolan yang dikaenal dengan “six pack”.Hernia ini sering timbul di daerah sabuk
spigelian,yaitudaerah pusar kebawah.

i.Hernia Diafragma,

Terjadi ketika sebagian organ lambung mencuat masuk kerongga dada melalui cela
diafragma.hernia jenis ini juga dapat dialami oleh bayi ketika pembentukan diafragma krang
semurna.

j.Hernia Otot,

Terjadi ketika sebagian otot mencuat melalui dinding perut.Jenis hernia ini juga dapat terjadi
pada otot kaki akibat cedara saat berolahraga.

2.Etiologi

a.Umur

Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua ,muda,pria maupun wanita.pada anak –anak
penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk mrenutup seiring
dengan turunnya testis.pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan oleh
melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan
peningkatan tekanan dalam rongga perut.

b.Jenis Kelamin

Hernia yang sering diderita oleh laki-laki adalah jenis hernia inguinal.Hernia inguinal adalah
penonjolan yang terjadi pada daerah selangkangan,hal ini disebabkan oleh proses perkembangan
alat reproduksi.Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan karena
factor profesi, yaitu pada buruh kasar atau buruh pabrik.profesi buruh yang sebagian besar
kekuatannya mengandalkan kekuatan otot menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut
sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut.
c.Penyakit penyerta

Penyakiat penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah pada kondisi tersumbatnya saluran
kencing,baik akibat batu kandung kencing atau pembesaran prostat,penyakit kolon,batuk
kronis,sembelit dll.Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat
meyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah.

d.Keturunan

Resiko lebih besar jika ada keluarga dekat yang terkena hernia.

e.Obesitas

Berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh termasuk di bagian
perut.Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan dapat menjadi pencetus
penonjolan organ melalui didnding organ yang lemah.

f.Kehamilan

Kehamilan dapat melemahkan otot disekitar perut sekaligus memberi tekanan yang lebih di
bagian perut.kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.

g.Pekerjaan

Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat meyebabkan terjadinya
hernia.Aktifitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus menerus pada
otot-otot abdomen.Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostusi
atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.

h.Kehamilan premature

Bayi yang lahir premature lbih beresiko menderita hernia inguinal daripada bayi yang lahir
normal,Karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna,sehingga memungkinkan menjadi
jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut.Apabila seseorang pernah
terkena hernia besar kemungkinan ia akan mengalami lagi(Giri made kusula 2009.

3.Tanda dan Gejala

Gejala hernia bervariasi,tergantung lokasi dan tingkat keparahan.Hernia diperut atau


selangkangan ditandai dengan munculnya benjolan atau tonjolan yang dapat hilang ketika
berbaring.Namun,benjolan dapat muncul kembali ketika penderita tertawa,batuk,atau
mengejan.Gejala hernia lainnya adalah:

 Nyeri diarea benjolan,terutama ketika mengangkat atau membawa beban berat.


 Rasa gberat dan tidak nyaman diperut,terutama ketika membungkuk.
 Konstipasi
 Ukuran benjolan semakin membesar seiring waktu.
 Benjolan diselangkangan.

Hernia ditandai dengan dengan gejala nyeri dada,sulit menelan,Segerah priksa diri ke
dokter,jika mengalami gejala rasa nyeri hebat dan muncul secara tiba –tiba,muntah,sulit buang
air besar,serta benjolan mengeras,sakit kerika disentuh,dan sulit didorong masuk.

4.Pemeriksaan Diagnostik/Pemeriksaan penunjang terkait.

Diagnosa hernia dilakukan melalui pemeriksaan fisik.Dokter akan merabah bagian perut atau
selangkangan pasien untuk mersakan benjolan atau tonjolan yang dapat terlihat ketika pasien berdiri
atau batuk.Untuk hernia hiatus,dokter akan melakukan pemeriksaan barium adema dan endoskopi
dalam proses diagnosis.Berium adema adalah pemeriksaan foto rontgen dengan menggunakan
bantuan cairan barium yangditelan untuk menghasilakan gambar detail bagian dalam saluran
pencernaan.Jenis pemeriksaan ini juga dilakukan untuk mendeteksi obstruksi usus.

Tes pencitraan juga dilakukan untuk memastikan diagnosis dan mendeteksi gangguan lain yang
mungkin diebabkan oleh hernia,seperti:

 USG,Untuk memperoleh gambaran bagian dalam organ perut dan panggul.


 CT scan,Untuk memeriksa organ-organ bagian dalam rongga perut.
 MRI,untuk mendeteksi adanya robekan pada otot perut,meskipun tidak terlihat tonjolan.

5.Penatalaksanaan Medis

a.Penatalaksanaan terpai

Prinsip terpi pada pasien hernia :

 Untuk memperoleh keberhasilan maka factor-faktor yang menimbulkan terjadinya hernia harus
di cari dan di perbaiki(batuk kronik,prostat ,tumor,dll) dan efek yang di rekontruksi dan
diakproksimasi tanpa tegangan

Sakus hernia harus diisolasi,dipisahkan dari paritonium dan diligasi.pada bayi dan anak-anak
yang emepunyai anatomi inguinal normal,repair hanya terbatas pada ligase tinggi,memisahkan
sakus dan mengecilkan cincin keukur

Memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah,cara ini sering dilakukan pada anak-anak.

 an yang semestinya.pada kebanyakan terjadi pada orang dewasa.

b.Penatalaksanaan Operatif.

Merupakan satu satunya pengobatan hernia inguanalis yang rasional.Indikasi operatif sudah ada
begitu diagnosis ditegakan,perinsipnya terdiri dari:
1.Hernioraphy:

Pada bedah efektif,kanialis dibuka,isi hernia dimasukan,kantong diikat,dan dilakukan


bainyplasty,atau teknik yang lain yang memperkuat didnding belakang kanalis inguanalis,ini sering
dilakukan pada orang dewasa

2.Herniotomy:

Seluruh hernia di potong dan diangkat lalu dibuang.ini dilakukan pada hernia yang sudah nekrosis

B.Pertimbangan Anastesi

1.Definisi Anestesi

Anestesi merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan sakit ketika dilakukan pembedahan
dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit,dalam hal ini rasah takut perlu ikut
dihilangkan untuk menciptakan hasil optimal bagi pelaksana pembedahan (Sabstion,2011)

2.Jenis Anestesi

a.General Anestesi

General anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasah sakit secara sentral disertai
hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversible).komponen anestesi yang ideal
terdiri dari:Hipnotik,analgesi,relaksasi otot..Obat anestesi yang masuk kepembuluh darah atau
sirkulasi kemudian menyebar kejaringan.Yang pertama terpengaruh oleh obat anestesi ialah
jaringan kaya akan pembuluh darah seperti otak,sehingga hilangnya kesadaran,hilangnya rasa
sakit,hilangnya respon terhadap rangsangan atau reflek dan hilangnya gerak spontan(immobility)
(Tranquilly et al.,2007).Tindakan general anestesi terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan
adalah general anestesi dengan teknik intravena anestesi dan general anestesi dengan inhalasi
yaitu dengan face mask(sungkup muka)dan teknik intubasi yaitu pemasangan endotracheal tube
atau gabungan keduanya inhalasi dan intravena(Latief,2007).

Seseorang yang memberikan anestesi perlu mengetahui stadium anestesi untuk


menentukan stadium terbaik pembedahan itu dan mencegah terjadinya kelebihan dosis.Tanda-
tanda klinis anestesi umum(menggunakan zat anestesi yang mudah menguap).

* ) Stadium I : Anestesi dari mulainya induksi anestesi hingga hilangnya kesadaran.

*) Stadium II : Excitement,dari hilangnya kesadaran hingga mulainya respirasi teratur,mungkin


terdapat batuk,kegelisahan atau muntah.

*) Stadium III : Dari mulai respirasi teratur hingga berhentinya respirasi.Dibagi 4 plane :

Plane 1 : dari timbulnya pernafasan teratur hingga berhentinya pergerakkan bola mata.
Plane 2 : dari tidak adanya pergerakan bola mata hingga mulainya paralisis intercostal.

Plane 3 : dari mulainya paralisis intercostal hingga total paralisis intercostal.

Plane 4 : dari kelumpuhan intercostal hingga paralisis diafragma.

*) Stadium IV : Overdosis,dari timbulnya paralysis diafragma hingga cardiac arrest.

b.Regional Anestesi

Anestesi regional merupakan suatu metode yang lebih bersifat sebagai analgesik.Anastesi
regional hanya menghilangkan nyeri tetapi pasien tetap dalam keadaan sadar.Oleh sebab
itu,teknik ini tidak memenuhi trias anestesi karena hanya menghilangkan persepsi nyeri
saja(pramono,2017).

Jenis Anestesi regional menurut pramono(2017) digolongkan sebagai berikut:

1) Anestesi Spinal

Penyuntikan anstesi loka kedalam ruang subaraknoid disgmen lumbal 3-4 atau lumbal 4-5.untuk
mencapai ruang subaraknoid,jaru spinal menembus kulit subkutan lalu menembus ligamenttum
supraspinosum,ligamentum flavum,ruang epidural,durameter,dan ruang subaraknoid.Tanda
dicapainya ruang subaraknoid adalah dengan keluarnya liguor cerebrospinal (LCS).Menurut latief
(2010)Anestesi spinal menjadi pilihan untuk operasi abdomen bawah dan ekstermitas bawah.

Teknik anestesi ini popular karena sederhana,efektif,aman terhadap system syaraf,konsetrasi


obat dalam plasma yang tidak berbahay serta mempunyai analgesi yang kuat namun pasien
masih tetap sadar,relaksasi otot cukup,perdarahan luka operasi lebih sedikit,aspirasi dengan
lambung penuh lebih kecil,pemulihan saluran cerna lebih cepat(Longdong,2011).

Anestesi spinal memiliki komplikasi,beberapa komplikasi yaitu hipotensi terjadi 20-70%


pasien,nyeri panggung 25%pasien,kegagalan tindakan spinal 3-17% pasien dan post dural
puncture headache di Indonesia insidensinya sekitar 10% pada pasien pasca spinal anestesi

2). Anestesi Epidural

Anestesi yang menempatkan obat diruang epidural(peridural,ektradural).ruang ini berbeda


diantara ligamentum flavum dandurameter.bagian atas berbatasan dengan foramen magnum
didasar tengkorak dan bagian bawah dengan selaput sakrokoksigeal.kedalaman ruang rata-rata
5 mm dan di bagian posterior kedalaman maksimal terletak pada bagian daerah
lumbal.Anastetik lokal di ruang epidural bekerja langsung pada syaraf spnal yang terletak
dibagian leteral.Onset kerja anastesi epidural lebih lambat dibandingkan anestesi spinal.Kualitas
blockade sensoris dan motoriknya lebih lemah.

3). Anestesi Kaudal


Anestesi kudal sebenarnya sama dengan anastesi epidural, karena kanalis kuadalis adalah
kepanjangan dari ruang epidural dan obat ditempatkan diruang kaudal melalui haitus
sakralis.Haitus sakralis ditutup oleh ligamentum sakrokoksigeal.Ruang kaudal berisi syaraf
sacral,pleksus fenosus,dan kantong dura.teknik ini biasanya dilakukan pada anak-anak karena
bentuk anatominya lebih mudah ditemukan dibandigkan dengan daerah seputar perineum dan
anorektal,misalnya hemoroid,dan fistula perianal.

3.Teknik Anestesi

Macam-macam teknik anestesi yang dapat digunakan:

1.Open drop method

Cara ini dapat digunakan untuk anastesik yang menguap,peralatan yang sangat sederhana dan
tidak mahal.Zat anestesik diteteskan pada kapas dan diletakan di depan hidung penderita sehingga
kadar yang dihisap tidak diketahui,dan pemakainnya boros karena zat anestesi menguap ke udara
terbuka.

2.Semi open drop method

Hampir sama dengan open drop,hanya untuk mengurangi pembuangan zat anestesik,digunakan
masker.karbondioksida yang dikeluarkan sering terhisap kembali sehingga dapat terjadi
hipoksida.untuk menghindarinya dialirkan volume fresh gas fliw yang tinggi minimal 3X dari minimal
volume udara semenit.

3.Semi Closed method :

Udara yang dihisap diberikan bersama oksigen murni yang dapat ditentukan kadarnya kemudian
dilewatkan pada vaporizer sehinggga kadar zat anestesik dapat ditentukan.Udara panas yang
dikeluarkan akan dibuang ke udara luar.Keuntungan dalam anestesi dapat diatur dengan
memberikan kadar tertentu dari zat anestesik,dan hipoksia dapat diindari dengan memberikan
volume fresh gas flow kurang dari 100% kebutuhan.

4.Closed method

Cara ini hamper sama seperti semi closed hanya udara eksipirasi dialirkan melalui soda lime yang
dapat mengikat CO2,sehingga udara yang mengandung anestesik dapat digunakan lagi.pada kasus isi
yang dipakai semi closed anestesi karena memiliki beberapa keuntunga ,yaitu:

 Konsentrasi inspirasi relative constan


 Konservasi panas dan uap
 Menurunkan polusi kamar
 Menurunkan resiko ledakan dengan obat yang mudah terbakar.
4.Rumatan Anestesi

a.Regional anestesi

1. Oksigen nasal 2 liter/menit

2.Obat analgetik

3.Obat hipnotik sedative

4.Obat antiemetic

5.Obat vasokonstriktor

b. General Anestesi

1. induksi inhalasi,rumatan anestesi dengan anestetika inhalasi(VIMA=Volatile induction and


maintenance of anestesi)

2.induksi intravena,rumatan anestesi dengan anestetika intravena(TIVA=Total intravenous


anesthesia)

3.obat pelumpuh otot

4.Obat analgetik

5.Obat hipnotik sedative

6.Obat antiemetik

5.Resiko

Resiko untuk mengalami efek samping anestesi akan semakin tinggi apabila pasien memiliki
penyakit ,misalnya :jantung, atau obesitas.usia yang terlalu muda atau terlalu tua,kebiasaan
merokok dan mengkomsumsi alcohol,akan meningkatkan resiko efek samping anestesi.Untuk
mencega munculnya efek samping,maka dilakukan pemeriksaan lengkap dan memberitahukan hal-
hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebelum operasi berlangsung.

C.Web of Caution (WOC )

Obesitas batuk,kongental,mengedan,

pengangkatan beban
Tekanan intra abdomen lengkap

Rusaknya integritas dinding peru

Organ terdorong keluar melalui defek

Hernia Mengeluarkan zat-zat perteoliti,bradikini respon nyeri Nyeri

Hernia umbkalis konginetal hernia paraumbikalis hernia unginalis Hiatus hernia Hernia insisional

Kantung herna keluar kantong hernia melawati kantong hernia memasuki kantong hernia memasuki kantong hernia memasuki

Melalui umbikalis dinding abdomen celah inguinal rongga thorak celah insisi

Terdorong lewat dinding posterior

Canalis unginal yang lemah

Benjolan padan regioninguinal

Rencana Pembedahan Kurang pengetahuan Ansietas/ Cemas

Herniatomi

Insisi bedah

Trauma pembedahan Terputusnya kontinitas

Resiko cedera jaringan

trauma pembedahan Luka terbuka Dampak anestesi

Port de entry kuma SAB

Resiko Infeksi Blokade simpatis Ekstremitas bawah tdk dpt digerakan

Vasodilitas prifer

Respon kompensasi Hambatan mobilitas Fisik

suhu terlambat

Akral dingin

Hipotermia

D.Tinjauan teori Askan Pembedahan Khusus

1.Pengkajian

Pengkajian merupakan dasar proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data
tentang penderita agar dapat mengidentifikasi kebutuhan serta masalahnya.
Pengkajian meliputi :

a.Data subyektif

1)Pasien mengeluh nyeri pada bagian selangkangan paha

2)Pasien mengatakan takut dioperasi

3)Pasien merasa tidak dapat rileks

4)Pasien mengatakan belum pernah menjalani operasi

5)pasien mengeluh pusing dan mual

6)Pasien mengatakan kedinginan

7)Pasien merasa badan lemas

8)Pasien mengatakan Demam

9)Pasien mengatakan kakinya sulit digerakan

b.Data Obyektif

1)Skala nyeri sedang sampai berat

2)Wajah tampak grimace

3)Mukosa bibir kering dan pucat

4)Akral teraba dingin

5)CRT>3dtk

6)Tekanan darah pasien dibawah batas normal

7)Denyut nadi lemah dan tidak teratur

8)Pasien tampak lemah

9)Suhu tubuh>38,50C

10)Bromage score>1

2. Masalah kesehatan Anestesi

Pre Anestesi :
a.Nyeri

b.Ansietas

Intra anestesi:

a. Resti infeksi
b. Resiko cedera trauma pembedahan

Post anestesi :

a.Hipotermi

b.Hambatan mobilitas fisik

3.Perencanaan intervensi/ Pre anestesi

a. Nyeri
1)Tujuan

Setelah dilakukan tindakan kepenataan anestesi diharapkan nyeri hilang atau


terkontrol,klien tampak rileks.

2)Kriteria hasil :
a)pasien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
b)pasien mampu istirahat atau tidur
c)Ekspresi wajah nyaman dan tenang
d)TTV dalam batas normal (TD : 100-120/70-80,N:60-100x/mnt,RR 16-24x/mnt)
3)Rencana tindakan :
a)Observasi TTV
b)Identifikasi derajat,lokasi,durasi,frekwensi dan karakteristik nyeri
c)Lakukan teknik komunikasi terapeutik
d)Ajarkan teknik relaksasi
e)Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik

b.Ansietas

1)Tujuan setelah dilakukan tindakan kepenataan anestesi diharapkan cemas


berkurang/hilang

2)Kriteria hasil :
a)pasien menyatakan tahu tentang proses kerja obta anestesi/pembiusan
b)Pasien mengkomunikasikan persaan negative,catat verbal dan non verabal pasien
c)Jelaskan jenis prosedur tindsakan prosedur yang akan dilakukan
d)berikan dorongn pada pasien untuk mengungkapkan perasaan
e)Ajarkan teknik relaksasi
f)Kolaborasi untuk pemberian obat sedasi
3)Rencana tindakan
a)Kaji tingkat ansietas,catat verbal dan non verbal pasien
b)Jelaskan jenis prosedur tindakan yang akan dilakukan
c)Berikan dorongan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan
d)Ajarkan teknik relaksasi
e)Kolaborasi untuk pemberian obat sedasi
Intra anestesi :
a.Resti infeksi
1) Tujuan setelah dilakukan tindakan kepenataan anestesi diharapkan tidak terjadi
infeksi
2)Kriteria hasil :
a)Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus
b)TTV stabil(suhu dalam batas normal 36oc-37oc)
c)Terdapat tanda2 penyembuhan pada luka operasi(luka bersih,tidak lembab dan
kotor
d)Jumlah leukosit dalam batas normal
3)Rencana tindakkan
a)Monitor tanda dan gejala infeksi
b)Inspeksi kondisai luka atau insisi luka
c)Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
d)Ajarkan cara menghindari infeksi
e)Kolaborasi dalam pemberian antibiotic
b.Resiko cedera trauma pembedahan
1.Tujuan:setelah dilakukan tindakan keperwatan anestesi diharapkan tidak terjadi
resiko cedara trauma pembedahan
2. Kriteria hasil ;
a.Tidak ada tanda-tanda trauma pembedahan
b.Pasien tampak rileks selama operasi berlangsung
c. TTV dalam batas normal,TD:110-120/70-80 mmhg,Nadi:60-100
kali/menit,Suhu:36-37 0C,RR :16-20 kali/menit
d.Saturasi oksigen lebih dari 95%
e.Pasien tealah teranetesi,Relaksasi otot cukup dan menunjukan respon nyeri
f.Tidak adanya komplikasi anestesi selama operasi berlangsung
3.Rencana Tindakan
a.Siapkan peralatan dan obat-obatan sesuai dengan perencanaan teknik anestesi
b.Atur posisi pasien
c.Bantu pemasangan alat monitoring noninvasive
d.Monitor vital sain
e.Pantau kecepatan/kelancaran infus
f.Pasang nasal canul 3 liter/menit
g.Bantu pelaksana anestesi(regional anestesi) sesuai dengan program kolabotratif
spesialis anestesi
h.Atur pasien dalam posisi pembedahan
i.Cek tinggi blok spinal
j.Lakukan monitoring
k.Tidak adanya komplikasi anestesi selama operasi berlangsung perianestesi
l.Atasi penyulit yang timbul
m.Melakukan pemeliharaan jalan napas
n.Melakukan pemasangan alat ventilasi mekanik
o.Lakukan pengakiran tindakan anestesi

Post Anestesi:
Hipotermi
1)Tujuan
Setelah dilakukan tindakan kepenataan anestesi diharapkan pasien menunjukkan
termoregulasi
2)Kriteria hasil :
a)Akral hangat
b)Suhu tubuh dalam batas normal(36,5-37oc)
c)CRT<2dtk
d)Pasien mengatakan tidak kedinginan
e)pasien tampak tidak menggigil
3)Rencana intervensi :
a) Monitoring TTV
b) Berikan selimut hangat
c) Berikan infus hangat
d) Kolaborasi pemberian obat untuk mengurangi/mencegah menggigil

Hambatan Mobilitas fisik


1) Tujuan setelah dilakukan tindakan kepenataan anestesi diharapkan pasien aman
setelah pembedahan
2) Kriteria hasil :
a)Perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri
b)Pasien mengatakan kaki dapat digerakan
c)TTV dalam batas normal
d)Bromage score<1
e)Pasien tampak tidak lemah

3) Rencana tindakan

a) Monitoring TTV
b) Lakukan penilaian bromage score
c) Berikan pengaman pada tempat tidur
d) Berikan gelang resiko jatuh
e) Latih angkat atau gerakkan ekstremitas bawah

4.Evaluasi

Pre anestesi

a.Nyeri

S: pasien menyatakan nyeri berkurang atau hilang

O: Sekala nyeri ringan,TTV dalam batas normal

A : masalah teratasi sebagian/masalah teratasi

P : Lanjutkan intervensi/ pertahankan intervensi

b.Ansietas

S : Pasien mengtakan paham akan tindakan

O : Pasien tampak tidak gelisah lagi

A : Masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi

Intra anestesi

a.Resti infeksi

S:-

O : pasien terpasang infus RL 20 tetes/menit,terdapat luka insisi bedah


A : Masalah belum teratasi/teratasi sebagian

P : Pertahankan intervensi

b.Resiko cedera trauma pembedahan

S :-

O :-Tidak ada tanda-tanda trauma pembedahan

- Pasien tanpak rilaks selama operasi berlangsung


- TTV dalam batas normal,TD:110-120/70-80 mmhg,Nadi:60-100kali/menit Suhu : 36-37oc
RR 16-20 x/menit
- Saturasi oksigen > 95 %
- Pasien telah teranestesi,relaksasi otot cukup,tidak menunjukkan respon nyeri
- Tidak adanya komplikasi anestesi selama operasi berlangsung

A : Masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi

Post anestesi

a.Hipotermi

S : Pasien mengatakan sudah tidak kedinginan

O : Akral hangat,TTV dalam batas normal,pasien tampak tidak menggigil

A : Masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi

b.Hambatan mobilitas fisik

S : Pasien mengatakan tidak merasa lemas,pasien mengatakan kaki dapat digerakkan

O : TTV dalam batas normal,bromage score<1,pasien mampu mobilitas dini

A : Masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi
E.DAFTAR PUSTAKA

Ester,2004,Keperawatan Medical Bedah, EGC.Jakarta

Latief,2007. Petunjuk Praktis Anestesiologi.Jakarta:Bagian anestesiologi dan terapi intensif


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Pramono ,2017 ,Buku Kulia Anestesi ,Jakarta :EGC

Syamsuhidajat,2004.Buku Ajar Ilmu Bedah.Penerbit Buku kedokteran EGC : Jakarta

Sabiston,D.C.2011.Buku Ajar Bedah.Jakarta: EGC.

Nanda,2013.Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC.


Yogyakarta: Mediaction Publishing

Long ,2004.Perawatan medical bedah (suatu pendekatan proses keperawtan),alih bahasa


karnean,et al,yayasaN iapk,Bandung

Anda mungkin juga menyukai