Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA INGUINALIS

A. Anatomi Fisiologi
Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang
merupakan bagian terbuka dari fasia transpersalis dan aponeurosis muskulo-
tranversus abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum, kanal ini dibatasi oleh
anulus inguinalis eksternus,bagian terbuka dari aponeurosis muskulo-oblikus
eksternus. Atapnya adalah aponeurosis muskulo-oblikus eksternus, dan di dasarnya
terdapat ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma pada lelaki, dan ligamentum
rotundum pada perempuan. Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis
lateralis, karena keluar dari peritonium melalui anulus inguinalis internus yang
terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam
kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis
eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut
hernia skrotalis (Sjamsuhidayat, 2004).
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut
akan menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum
yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir,
umumnya proses ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat
melalui kanalis tersebut.
namun dalam beberapa hal, seringkali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri
turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis
kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis
yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan (Mansjoer, 2002).

B. Definisi
Hernia merupakan penonjolan pada dinding perut atau dari rongga perut ke
rongga tubuh lainnya (pinggul atau pelvis, dada atau toraks) yang dilapisi selaput
dinding perut (peritoneum) menonjol, melalui bagian lemah dinding perut yang bisa
berisi usus, penggantung usus, atau organ perut lainnya (Handaya, 2017).Sedangkan
pengertian hernia inguinalis adalah suatu keadaan yang abnormal dari penonjolan isi
perut ke daerah regio inguinalis, hernia inguinalis itu sendiri terbagi atas dua, yaitu
hernia inguinal direk (hernia yang keluar melalui segitiga Hasselbach) dan hernia
inguinal indirek (yang keluar melalui anulus dan kanalis inguinalis).Semua kasus
hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding
abdomen karena peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau
berkelanjutan.Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau
kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama
sesuai dengan lokasi anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis,
femoralis, dan lain-lain.hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia inguinal
direk, indirek, serta hernia femoralis (Fadhilah & Dewi, 2017).
Hernia merupakan penonjolan isi suatu rongga bagian terlemah dari bagian
muskuloaponeurotik dinding perut, hernia terdiri atas cincin,kantong dan isi hernia.
Faktor yang bisa meningkatkan risiko munculnya hernia, yakni jenis kelamin lebih
cenderung terjadi pada pria, kelebihan berat badan biasanya memiliki tekanan yang
lebih banyak pada bagian perut, batuk kronis, faktor pekerjaan tertentu seperti, yang
harus berdiri dalam waktu jangka lama atau harus mengangkat beban yang sangat
berat, kelahiran prematur, riwayat penyakit hernia, serta faktor keturunan yang
sebelumnya keluarga memiliki riwayat hernia (Fadjriansyah dkk, 2019).

C. Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital. Hernia dapat
dijumpai pada segala usia , dan lebih banyak pada laki-laki. Penyebab utama
terjadinya hernia adalah :
a Kelemahan dinding otot dalam abdomen untuk menahan rongga
abdomen
b Adanya peningkatan tekanan intra abdomen , kelemahan otot yang
dibawa, sejak lahir (congenital) merupakan salah satu faktor utama
yang menyebabkan terjadinya hernia, selain adanya peningkatan
tekanan intra abdomen.
c Kongenital
Faktor resiko yang dapat menyebabkan hernia adalah :
1. Kegemukkan
2. Angkat berat, karena dapat meningkatkan tekanan intra
abdomen (Deden Dermawan & Tutik Rahauningsih, 2010).
D. Tanda dan Gejala
Menurut Lailul Muna, 2018 tanda dan gejala hernia antara lain :
1. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan sering tampak benjolan dilipatan
paha.
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepiit
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
4. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar
5. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak benjolan
dilipatan bahu.

E. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk
kuat ataupun perpindahan usus kedaerah otot abdominal. Tekanan yang berlebihan
pada daerah abdominal tentunya akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin
disebabkan oleh dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup pada daerah tersebut
dimana kondisi itu ada sejak proses perkembangan yang cukup lama. Pertama terjadi
keruskan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadilah
hernia.Insiden hernia terjadi karena pertambahan umur karena meningkatnya penyakit
yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang berkurang
kekuatannya.
Biasanya hernia pada orang dewasa terjadi karena usia lanjut, karena
bertambahnya usia maka akan terjadi pelemahan rongga otot. Sejalan dengan
bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalamin proses degenerasi. Pada
usia lanjut kanalis itu telah menutup. Namun karena daerah ini merupakan locus
minorsresistence, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdomen
meningkat seperti batuk-batuk kronik, bersin yang kuat dan mengankat beban yang
berat, dan mengejan.Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul
hernia inguinalis lateralis karena terdorong sesuatu jaringan tubuh dan keluar karena
efek tersebut.
Pathway

Faktor kongenital(Kegagalan penutupan Faktor di dapat (Batuk kronis,


prosesus vaginalis pada saat kehamilan) ` mengejan saat defekasi, pekerjaan
mengangkat berat

Peningkatan tekanan intra abdomen

Masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis

Menonjol keluar dari alanis inguinalis ekstermus

Tonjolan sampai ke skrotum

HERNIA
Pre Operasi Post Operasi

Kurang terpapar Penurunan Adanya luka insisi


informasi fungsi usus
Dikontinuitas jaringan
Ketidaktahuan terhadapPencernaan terganggu
penyakit yang di derita NyeriNyeri
AkutAkut
Penurunan peristaltic
Defisit
Defisit Pengetahuan
Pengetahuan Keadaan tubuh melemah
tentang Hernia
Konstipasi Keterbatasan gerak

Gangguan Mobilitas Fisik

F. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan menurut Nurarif, A.H dan


Kusuma, Hardi. 2015 adalah sebagai berikut :

a. Herniografi
Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam kavum peritoneal dan
dilakukan X-ray, sekarang jarang dilakukan pada bayi untuk mengidentifikasi hernia
kontralateral pada groin. Mungkin

terkadang berguna untuk memastikan adanya hernia pada pasien dengan nyeri kronis
pada groin.

b. USG
Sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara klinis,
c. CT-Scan dan MRI
Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi.

G. Penatalaksanaan Medis
Menurut Sjamsulhidayat R, 2011 penatalaksaan medis hernia antara lain :
1. Terapi konservatif
a Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan
secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat
penyongkong.
b Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, berikan kompres
hangat dan setelah 5 ment di evaluasi kembali.
c Pengobatan dengan pemberian obat nyeri, misalnya asetaminofen,
antibiotic untuk membasmi infeksi , dan obat pelunak tinja untuk
mencegah sembelit.
d Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi. Makan
denga gizi seimbang dan tinggi protein.
2. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu satunya pengobatan hernia inguinalis
yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosa ditegakkan. Prinsip
dasar operasi hernia terdiri dari herniotomy dan hernioraphy.
a Herniotomy
Pada herniotomy dilakukan pembebasan kantong hernia sampai
kelehernya. Kantong dibuka dan isi hermia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi
mungkin lalu dipotong.
b Hernioraphy
Pada hernioraphy dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Hernioplasti mencegah terjadinya residif. Dikenal berbagai metode
hernioplastik seperti metode bassini, atau metode McVay. Bila defek
cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan
sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup
defek.
H. Komplikasi
Komplikasi pada hernia yang tidak diperbaiki adalah:
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali (hernia ireponibilis). Pada keadaan ini belum
ada gangguan penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkangangguan
penyaluran isi usus berakibat mual dan muntah. Jika hernia membesar
mengakibatkan nyeri dan tegang. Hernia tidak dapat direposisi. Keadaan ini
disebut hernia incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia strangulata.
4. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah
dan obstipasi.
5. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
6. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
7. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.
8. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah.

I. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Langkah-langkah
pengkajian meliputi :
1. Identitas Klien
Identitas Klien meliputi pengkajian nama, tanggal lahit, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, suku/bangsa, tanggal masuk
RS, tanggal pengkajian, tanggal/rencana operas, no medrec, diagnose medis,
dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a Keluhan utama
Keluhan utama ysng biasanya dirasakan pada pasien post operasi
hernioraohy adalah nyeri akut, mual muntah (Nurarif & Kusuma,
2015). Keluhan Utama pada saat dikaji, didapatkan dari hasil
pengkajian saat itu juga dan mengunakan metode P (Provokativ atau
paliatif), Q (Quality), R (Region), S (Scale), T (Timing)
b Riwayat Kesehatan Masuk Rumah Sakit
Menurut Mutaqin & Sari (2013) pada pasien hernia inguinalis lateral
keluhan utama yang menyebabkan pasien diawa ke rumah sakit yang
didapatkan adalah benjolan pada lipat paha atau nyeri hebat pada
abdomen.
c Riwayat Kesehatan Dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah mengkaji apakah sebelumnya
klien pernah menderita hernia, keluhan pada masa kecil, hernia dari
organ lain, dan penyakit lain yang memperberat hernia seperti diabetes
militus.
d Riwayat Kesehatan Keluarga
Secara patologi hernia tidak diturunkan, tetapi perawat perlu
menanyakan apakah penyakit ini pernah dialamioleh anggota keluarga
lainnya sebagai factor predisposisi
3. Aktivitas Sehari – hari
a Pola nutrisi Pada aspek ini dikaji mengenai makan dan minuman klien
saat dirumah maupun dirumah sakit, dengan mengkaji frekuensi makan
dan minum, jenis makanan dan minuman, porsi makanan, jumlah
minuman dan keluhan yang dialami.
b Pola EliminasiPada aspek ini dikaji mengenai BAB dan BAK klien
saat dirumah maupun dirumah sakit, dengan mengkaji frekuensi,
konsistensi, warna dan kelainan eliminasi, kesulitan-kesulitan eliminasi
dan keluhan.
c Istirahat tidur Pada aspek ini dikaji mengenai kebutuhan istirahat dan
tidur saat dirumah maupun dirumah sakit, dengan mengkaji kuantitas
tidur
d Pola Personal HyginePada pasien post operasi hernioraphy biasanya
pasien tidak dapat melakukan personal hygine
e AktivitasPada aspek ini dikaji mengenai kegiatan aktivitas yang
dilakukan dilingkungan dilingkungan keluarga dan dirumah sakit,
dilakukan secara mandiri atau tergantung.
4. Pemeriksaan Fisik

B1-B6:
1. B1 (breath) : biasanya tidak terjadi gangguan pernafasan yang spesifik
untuk pasien post operasi hernia.
2. B2 (blood) : biasanya tekanan darah masih dalam batas normal
3. B3 (brain) : Kesadaran secara kuantitatif (GCS) dalam batas normal
(Eye 4,verbal 5, motorik 6) Kesadaran secara kualitatif : kompos
mentis, kadang dijumpai kesadaran yang apatis dan gelisah pada hernia
inkarcerata dan strangulata.
4. B4 (bladder) : Biasanya di jumpai penurunan produksi urine
5. B5 (bowel) : Terdapat penurunan peristaltic usus.
6. B6 (bone) : Pasien biasanya mengalami kesulitan dalam berpindah dan
berejalan akibat luka post operasi herniotomi.
a Sistem pernafasanKlien post operasi hernia inguinalis akan mengalami
penurunan atau peningkatan frekuensi pernafasan dangkal, sesuai
rentang yang dapat ditoleransi klien
b Sistem KardiovaskulerUmumnya klien mengalami takikardi (sebagai
respon terhadap stre dan hipovolemia), mengalami hipertensi (sebagai
respon terhadap nyeri), hipotensi (kelemahan dan tirah baring).
c Sistem PencernaanSebelum operasi terdapat benjolan dilipat paha yang
muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan, dan
menghilang setelah berbaring, sesudah di operasi saat di inspeksi akan
tampak adanya luka operasi di abdomen bekas sayatan operasi dan
juga nyeri pada luka operasi.
d Sitem PerkemihanAwal post operasi klien klien akan mengalami
penurunan jumlah output urine, hal ini terjadi karena adanya intake
oral selama periode awal post operasi.
e Sistem MuskuloskeletalSecara umum, klien dapat mengalami
kelemahan karena tirah baring post operasi dan kekakuan. Kekuatan
otot berangsur membaik seiring dengan peningkatan toleransi aktivitas.
f Sistem IntegumenAkan tampak adanya luka operasi di abdomen
karena insisi bedah disertai kemerahan (biasanya pada awitan awal).
5. Data Psikologis
Data Psikologis meliputi status emosi, kecemasan, pola koping,
gayakomunikasi dan konsep diri.

J. Daftar Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik ( mis. Prosedur operasi) d.d
gelisah , susah tidur
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak
3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus
4. Defisit pengetahuan tentang hernia berhubungan dengan kurang terpapar
informasi
K. Intervensi keperawatan
Intervensi :
1. Manajemen nyeri
 Identifikasi lokasi, karakteristik, duras, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Monitor efek samping pemberian analgetik
 Berikan tehknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
 Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunaka anlgetik secara tepat
 Ajarkan tehknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
2. Pemantauan nyeri
 Identifikasi pencetus dan pereda nyeri
 Identifikasi kualits nyeri
 Monitor lokasi dan penyebaran nyeri
 Monitor durasi dan frekuensi nyeri
 Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi
pasien
 Dokumentas hasil pemantauan
 Informasikan pemantauan, jika perlu
Daftar Pustaka

Fanny, F., & Listianti, D. A. (2017). Hernioraphy Cyto Pada Pasien Hernia Inguinalis

Dekstra Inkarserata. Jurnal Majority, Vol.6 No.3.

Muna, L. (2018). Laporan Pendahuluan Hernia Inguinalis.

Qiemas, M. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Post Operasi Hernioraphy Atas Indikasi

Hernia Inguinalis Lateralis Dengan Nyeri Akut Di Ruang Wijaya Kusuma I RSUD

Ciamis. 97.

Sinurat, K. (2017). Gambaran Karakteristik Hernia Inguinalis di RSUD Pirngadi Medan

Selama Periode 01 Januari 2013- 31 Desember 2015. 19.

Wahid, F., Isnaniah, Sampe, J., & Langitan, A. (2019). Hernia Inguinalis Lateralis Dextra

Dengan Hemiparese Sinistra. Jurnal Medical Profession, Vol.1 No.1.

Zahro, A. (2019). Asuhan Keperawatan Pad Klien Post Op Hernia Inguinal Lateralis Dengan

Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Ruang Flamboyan. 25.

Anda mungkin juga menyukai