Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

DENGAN DIAGNOSA MEDIS HERNIA INGUINALIS LATERALIS

DISUSUN OLEH :

WENING TYAS PANGESTI

NIM.S18158

KELAS S18C

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
HERNIA INGUINALIS LATERALIS

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan
(R. Sjamsuhidayat & Wim de Jong, 2017).
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis
internus yang terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri
kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis
eksternus (Wijaya, A. S. & Putri, Y. M. (2013).

2. Etiologi
Beberapa etiologi/penyebab terjadinya hernia menurut Wijaya
(2013) adalah sebagai berikut :
a. Faktor kongenital
Pada pria terdapat suatu processus yang berasal dari
peritoneum parietalis, yang dalam masa intra uterin merupakan guide
yang diperlukan dalam desenskus testikulorm, processus ini
seharusnya menutup. Bila testis tidak sampai ke skrotum, processus ini
tetap akan terbuka, atau bila penurunan baru terjadi 1 – 2 hari sebelum
kelahiran, processus ini belum sempat menutup dan pada waktu lahir
masih tetap terbuka.
b. Faktor utama
Terjadi setelah operasi sebagai akibat gangguan penyembuhan
luka.
c. Faktor umur dan jenis kelamin
Orang tua lebih sering daripada anak muda, pria lebih banyak
dari pada wanita.
d. Faktor adipositas
Pada orang gemuk jaringan lemaknya tebal tetapi dinding
ototnya tipis sehingga mudah terjadi hernia.
e. Faktor kelemahan muskulo aponeurosis
Biasanya ditemukan pada orang kurus.
f. Faktor tekanan intra abdominal
Ditemukan pada orang-orang dengan batuk yang kronis, juga
pada penderita dengan kesulitan miksi seperti hypertrofi prostat,
gangguan defekasi, serta pada orang yang sering mengangkat berat.
3. Manifestasi Klinis
Menurut Mansjoer (2017), manifestasi klinis hernia adalah sebagai
berikut :
a. Hernia inguinalis lateralis / indirekta
1) Adanya benjolan di selakangan/ kemaluan
2) Benjolan bisa hilang atau timbul dan mengecil
3) Timbul bila menangis, mengejan saat defekasi, mengangkat benda
berat
4) Dapat ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau mual muntah bila
terjadi komplikasi
5) Pada bayi dan anak-anak sering gelisah, banyak menangis dan
kadang perut kembung
b. Hernia inguinalis medialis / direkta
1) Terlihat adanya masa yang bundar pada annulus inguinalis eksterna
yang mudah mengecil bila tiduran
2) Tetap akan terdapat benjolan meskipun tidak mengejan
3) Mudah kencing karena buli-buli ikut membentuk dinding medial
hernia
4) Bila hernia ke skrotum maka hanya akan ke bagian atas skrotum
4. Patofisiologi dan Pathway
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah
faktor kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada
waktu kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga pertu
melalui kanalis inguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang dapat
seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan
factor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup
panjang maka akan menonjol keluar dari annulus ingunalis ekstermus.
Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal
inguinalis berisi talis perma pada laki-laki, sehingga menyebakan hernia.
Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada
yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi
perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali (Erfandi, 2011).
Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau
berpindah sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan
terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi
hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala illeus yaitu gejala
abstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang
akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan
iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri
atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses
local atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Obstruksi
usus juga menyebabkan penurunan peristaltikusus yang bisa menyebabkan
konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala illeus yaitu perut
kembung, muntahdan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul lebih
berat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah (Erfandi, 2011).
Pathway

Aktivitas mengejan saat bak/bab, batuk kronis, mengangakat bedan berat

TIA meningkat

Prosesus tidak mengalami obliterasi (tetap terbuka)

Hernia inguinal

Kantung hernia memasuki celah inguinal

Dinding posterior canalis inguinal yang lemah


Gangguan Rasa Nyaman
Pembesaran skrotum

Pembedahan

Insisi bedah
Terputusnya
Risiko Infeksi jaringan saraf

Kerusakan spasme
otot dan jaringan

Terputusnya
jaringan saraf Gangguan
Mobilitas Fisik
Nyeri akut

Sumber : Erfandi (2011)


5. Komplikasi
a. Perlekatan / hernia akreta
b. Hernia irreponibel
c. Jepitan → vaskularisasi terganggu → iskhemi → gangrene → nekrosis
d. Infeksi
e. Obstipasi → obstruksi / konstipasi
f. Hernia incarserata → Illeus
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
2. Rontsgen
3. EKG
4. USG
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksaan Medis
Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan
hernioplastik.
1) Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia
sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan
kalau ada perlengketan, kemudian direposisi. Kantong hernia
dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong. 
2) Hernioplastik
Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis. (R. Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 2017).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Tindakan asuhan keperawatan yang bersifat non-farmakologis,
seperti melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri.
B. Asuhan Keperawatan
 Pengkajian
I. BIODATA
Meliputi nama pasien, umur, alamat, jenis kelamin, agama,
pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, No.RM, dan tanggal MRS.
II. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan
mengganggu oleh klien pada saat perawat mengkaji (misal pusing,
mual, muntah, nyeri)
b. Riwayat kesehatan sekarang
Kaji status kesehatan pasien untuk mendapatkan informasi
tentang perasaan yang dirasakan sekarang mengenai penyakitnya,
kaji bagaimana proses dari awal mula muncul penyakit hingga
dibawa ke RS dan dirawat.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan yang berkitan dengan penyakit hernia.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui apakah
terdapat penyakit keturunan seperti hipertensi, DM, dll.
III. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON
a. Pola persepsi dan Pemeliharaan kesehatan
Kaji persepsi pasien terhadap penyakitnya, dan penggunaan
tembakau, alkohol, alergi, dan obat-obatan yang dikonsumsi secara
bebas atau resep dokter.
b. Pola aktivitas dan latihan ( Sebelum dan Selama Sakit )
Pola aktivitas terkait dengan ketidakmampuan pasien yang
disebabkan oleh kondisi kesehatan tertentu atau penggunaan alat
bantu yang mempengaruhi aktivitas keseharian.
c. Pola istirahat tidur
Kebiasaan tidur pasien dan masalah yang dialami.
d. Pola nutrisi/metabolisme
Mengkaji diet khusus yang diterapkan pasien, perubahan
BB, dan gambaran diet pasien dalam sehari-hari untuk mengetahui
adanya konsumsi makanan atau minuman yang mungkin
mengganggu proses metabolisme dalam tubuhnya.
e. Pola eliminasi
Kaji kebiasaan miksi dan defekasi serta masalah yang
dialami. Seperti warna, penggunaan obat, frekuensi, konsistensi,
dan gangguan lainnya.
f. Pola kognitif dan perceptual
Kaji status nyeri, fungsi panca indra, ansietas,
ketidaknyamanan, kemampuan bicara, kemampuan membaca.
g. Pola Konsep Diri
Kaji mengenai bagaimana pasien memandang dirinya,
harga diri, identitas diri, ideal diri, dan peran.
h. Pola koping
Keadaan emosi pasien, hal yang dilakukan jika ada
masalah, dan penggunaan obat untuk menghilangkan stres,
pandangan terhadap masa depan.
i. Pola seksual reproduksi
Kaji adanya masalah seksualitas pasien. Misal menstruasi,
alat kontrasepsi yang digunakan, apakan penyakit sekarang
menggangu seksualitas.
j. Pola peran dan hubungan
Kaji pekerjaan pasien, sistem pendukung, ada/tidaknya
masalah keluarga berkenaan dengan masalah di rumah sakit,
apakah punya teman dekat, siapa yang dipercaya ketika kesulitan.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Agama yang dianut pasien dan pengaruhnya terhadap
kehidupan, apakah penyakitnya menggangu ibadahnya.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
Menurut Ardiansyah (2015), pemeriksaan fisik pada pasien
dengan hernia yaitu:
1. Status Kesehatan Umum
Meliputi keadaan pasien, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan, dan tanda-tanda vital.
2. Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala normochepal. Melihat apakah bentuk kepala
simetris atau tidak, terdapat lesi atau tidak.
3. Pemeriksaan Mata
Meliputi pemeriksaan edema periorbital dan konjungtiva
apakah anemis atau tidak.
4. Pemeriksaan Hidung
Adanya pernapasan cuping hidung jika pasien sesak nafas.
5. Pemeriksaan Telinga
Fungsi pendengaran, kebersihan telinga, dan ada tidaknya
keluaran.
6. Pemeriksaan Gigi dan Mulut
Kebersihan gigi, pertumbuhan gigi, jumlah gigi yang
tanggal, mukosa bibir biasanya kering dan pucat.
7. Pemeriksaan Leher
Bentuk leher normal, tidak terdapat pembesaran tyroid,
nampak pembesaran vena jugularis akibat tekanan darah tinggi.
8. Pemeriksaan Jantung
Mungkin ditemukan adanya bunyi jantung abnormal,
kardiomegali.
9. Pemeriksaan Paru
Pengembangan ekspansi paru sama atau tidak. Suara nafas
normal atau abnormal.
10. Pemeriksaan Abdomen
Terdapat nyeri tekan atau tidak, frekuensi bising usus
terdengar normal atau tidak.
11. Pemeriksaan Genitalia
Memeriksa keadaan genetalia apakah bersih atau tidak,
terpasang selang kateter atau tidak, terdapat tonjolan saat berdiri
dan mengejan.
12. Pemeriksaan Ekstremitas
Tidak ada hambatan pergerakan sendi pada saat jalan, duduk
dan bangkit dari posisi duduk, tidak ada deformitas dan fraktur.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Laboratorium
 Rontgen
 EKG
 USG
VI. TERAPI MEDIS
Terapi obat yang diberikan kepada pasien sesuai dengan
advise dari dokter.
 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis (D.0077)
2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Nyeri (D.0054)
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan Efek Prosedur Invasif (D.0142)
 Intervensi/Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


No
Keperawatan Hasil Keperawatan

1. Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


(D.0077) intervensi keperawatan (I.08238) :
berhubungan selama 3 x 24 jam, maka 1. Identifikasi lokasi,
dengan Agen diharapkan : karakteristik,
Pencedera Tingkat Nyeri (L.08066) durasi, frekuensi,
Fisiologis menurun dengan kriteria kualitas, intensitas
hasil : nyeri
1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala
menurun nyeri
2. Gelisah menurun 3. Identifikasi respons
3. Ketegangan otot nyeri non verbal
menurun 4. Identifikasi faktor
4. Frekuensi nadi yang memperberat
membaik dan memperingan
5. Pola napas membaik nyeri
5. Monitor
keberhasilan terapi
komplementer
yang sudah
diberikan
6. Fasilitasi istirahat
dan tidur
7. Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
8. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
9. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mindiri
10. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
11. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri
12. Kolaborasi
pemberian
analgetik
2. Gangguan Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi
Mobilitas Fisik intervensi keperawatan (I.05173) :
berhubungan selama 3 x 24 jam, maka 1. Identifikasi adanya
dengan Nyeri diharapkan : Mobilitas nyeri atau keluhan
(D.0054) Fisik (L.05042) fisik lainnya
meningkat dengan 2. Identifikasi
kriteria hasil : toleransi fisik
1. Pergerakan ekstremitas melalui pergerakan
meningkat 3. Monitor kondisi
2. Kekuatan otot umum selama
meningkat melakukan
3. Rentang gerak (ROM) moblisasi
meningkat 4. Fasilitasi aktivitas
4. Nyeri menurun mobilisasi dengan
5. Kecemasan menurun alat bantu
6. Kelemahan fisik (mis.pagar tempat
menurun tidur)
5. Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
6. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
7. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis.duduk di
tempat tidur, duduk
di sisi tempat tidur,
pindah dari tempat
tidur ke kursi
3. Risiko Infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
berhubungan intervensi keperawatan (I.14539) :
dengan Efek selama 3 x 24 jam maka 1. Monitor tanda dan
Prosedur Invasif diharapkan : Tingkat gejala infeksi lokal
(D.0142) Infeksi (L.14137) dan iskemik
menurun dengan kriteria 2. Berikan perawatan
hasil : kulit pada area
1. Kemerahan menurun edema
2. Nyeri menurun 3. Pertahankan teknik
3. Bengkak menurun aseptik pada pasien
4. Kultur area luka berisiko tinggi
membaik 4. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
5. Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka
operasi

 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang mengacu
pada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini, perawat
menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil
atau gagal (Deswani, 2011).
Pada tahap evaluasi, perawat dapat menemukan reaksi klien
terhadap intervensi keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan
apakah sasaran dari rencana keperawatan dasar mendukung proses
evaluasi. Selain itu, juga dapat menetapkan kembali informasi baru yang
ditunjukkan oleh pasien untuk mengganti atau menghapus diagnosa
keperawatan, tujuan atau intervensi keperawatan (Deswani, 2011).

No.Dx Evaluasi Ttd

1. S : Pasien mengatakan nyeri kepala sudah berkurang


O : Pasien tampak nyaman dan tidak kesakitan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

2. S : Pasien mengatakan sudah tidak nyeri dan tidak


merasa lelah
O : Pasien tampak bugar, dapat melakukan ROM
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

3. S : Pasien mengatakan sudah lebih nyaman pada luka


pembedahan
O : Pasien tampak tidak menahan nyeri
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Brunner & Suddarth. (2010).Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.EGC: Jakarta.

Heffner & Scuhst. (2006). At a glance reproduction system. Alih bahasa Alimul
Azis, Hidayat. Jakarta: Erlangga.

Mansjoer, A. (2017). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Media Aesculapius:


Jakarta.

Marilynn, E.D. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumnetasian Keperawatan Pasien Edisi III. EGC
:Jakarta

Purnomo, B.B. (2011). Dasar-dasar urologi. Edisi ketiga. Jakarta: CV. Sagung
Seto.

Syamsuhidayat, R.., & Jong, W. (2017). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi.
Jakarta: EGC.

Wijaya, A. S. & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai