Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA INGUINALIS

DI SUSUN OLEH :
WINDA SITI JULIANI
SN162208

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMI 2016/2017

1
LAPORAN PENDAHULUAN
HERNIA INGUINALIS

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Hernia inguinalis adalah hernia berisi abdomen yang menonjol di daerah sela
paha (regio inguinalis) (Haryono, 2012). Hernia inguinalis lateralis adalah
tonjolan dari abdomen di lateral pembuluh epigastrika inferior melalui dua
pintu yaitu anulus dan kanalis inguinalis (Sjamsuhidajat & Jong, 2010).
Hernia adalah penonjolan isi organ yang biasanya melewati rongga di dekat
organ tersebut. Hernia inguinalis adalah hernia yang keluar melewati celah
anulus inguinalis sampai ke anulus inguinalis eksternus (Brooker, 2008).
Berdasarkan pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa hernia inguinalis
lateralis adalah penonjolan isi abdomen yang abnormal melalui celah dinding
abdomen atau anulus inguinalis yang dikarenakan tekanan atau otot abdomen
yang lemah.

2. Etiologi
Hal yang mengakibatkan hernia menurut Haryono (2012) adalah :
a. Kelainan kongenital atau kelainan bawaan
b. Kelainan didapat, meliputi :
1) Jaringan kelemahan
2) Luasnya daerah di dalam ligamen inguinal
3) Trauma
4) Kegemukan
5) Melakukan pekerjaan berat
6) Terlalu mengejan saat buang air kecil atau besar

2
3. Manifestasi klinik
a. Penonjolan di daerah inguinal
b. Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi.
c. Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti kram
dan distensi abdom
d. Terdengar bising usus pada benjolan
e. Kembung
f. Perubahan pola eliminasi BAB
g. Gelisah
h. Dehidrasi
i. Hernia biasanya terjadi/tampak di atas area yang terkena pada saat pasien
berdiri atau mendorong.
(Kowalak, 2011)

4. Komplikasi
Komplikasi hernia inguinalis menurut Mansjoer (2007):
a. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat dikembalikan lagi (hernia inguinalis
ireponibilis)
b. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus
yang masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti
dengan gangguan vaskuler (proses strangulasi) hernia inguinalis
strangulate.

5. Patofisiologi
Patofisiologi hernia menurut Kowalak (2011) pada hernia inguinalis dapat
terjadi penonjolan usus besar atau usus halus, omentum atau kandung kemih
ke dalam kanalis inguinalis. Pada hernia indirek (tidak langsung), visera
abdomen meninggalkan rongga abdomen melalui anulus inguinalis dan
mengikuti funikulus spermatikus (pada laki-laki) dan ligamentum teres uteri

3
(pada wanita). Organ visera tersebut muncul pada anulus eksterna dan
membentang ke bawah ke dalam kanalis inguinalis serta sering masuk ke
dalam skrotum atau labia. Pada hernia inguinalis direk (langsung), organ
visera tidak masuk ke dalam kanalis melalui kanalis interna tetapi melalui
dinding inguinal posterior, menonjol langsung melalui fasia transveralis
kanalis tersebut (di daerah yang dikenal sebagai trigonum hasselbach), dan
muncul pada anulus eksterna. Hernia dapat direposisi jika hernia dapat
dikembalikan atau direposisi ke tempat semula dengan cukup mudah,
inkarserata (jika hernia tidak dapat direposisi karena terjadi adhesi yang
merintangi aliran isi usus) atau strangulata (jika bagian usus yang mengalami
herniasi terpuntir atau bengkak/edematosa) sehingga timbul gangguan yang
serius pada aliran darah normal, pada gerak peristaltik usus, dan dapat pula
menyebabkan obstruksi serta nekrosis intestinal.
Tonjolan yang semakin besar, lama kelamaan tidak bisa masuk
kembali secara spontan maupun dengan berbaring tetapi membutuhkan
dorongan dengan jari yang disebut hernia reponable. Jika kondisi seperti ini
dibiarkan saja maka dapat terjadi perlengketan dan lama kelamaan
perlengketan tersebut menyebabkan tonjolan yang tidak dapat dimasukan
kembali dan disebut hernia irreponable. Untuk mencegah terjadinya
komplikasi pada hernia maka dilakukan pembedahan. Dari pembedahan
tersebut terdapat luka insisi yang biasanya dapat menimbulkan nyeri yang
dapat membuat tidak nyaman sehingga mengurangi pergerakan dan resiko
infeksi. ( Liu & Campbell, 2011 ).

4
Pathway
Etiologi (Kerja berat, batuk kronis, bawaan sejak lahir)

Penurunan rongga abdomen ke dalam


kantung rongga peritorium

Hernia inguinal

Ansietas / cemas Gangguan rasa


Distensi inguinal
nyaman, nyeri

krisis situasional Hemiotomi

Efek anastesi luka insisi lingkungan aseptic kurangnya informasi


tentang kondisi
Menekan system syaraf diskontravitas munculnya zat
jaringan patogen kontaminasi Defisiensi
Penurunan reflek pengetahuan
gastrointestinal trauma jaringan
Nyeri akut

peningkatan Hcl Resti infeksi

mual, muntah

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

(Dermawan, D &Rahayuningsih, T. 2010)

5
6. Penatalaksanaan (medis dan keperawatan)
a. Manajemen medis
Setiap penderita hernia inguinalis lateralis selalu harus diobati dengan
jalan pembedahan.pembedahan secepat mungkin setelah diagnosa ditegak
kan. Adapun prinsip pembedahan hernia inguinalis lateralis adalah :
1) Herniotomy : membuang kantong hernia, ini terutama pada anak
anak karena dasarnya dalah kongenital tanpa adanya
kelemahandinding perut.
2) Herniorrhaphy : membuang kantong hernia disertai tindakan bedah
plastik untuk memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang
kanalis inguinalis.
3) Pada pasien yang didapatkan kontraindikasi pembedahan ataumenolak
dilakukan pembedahan dapat dianjurkan untuk memakai sabuk hernia
(truss). Sabuk itu dipakai waktu pagi dimana penderita aktif dan
dilepas pada waktu istirahat (malam).
b. Manajemen keperawatana.
Pre operasi :
1) Pengkajian : ditujukan pada nyeri, ada tonjolan pembengkakan
daerahinguinal, cemas, tingkat pengetahuan pasien tentang hernia dan
penanganannya. Pengkajian juga ditujukan pada riwayat.
2) Diagnosa keperawatan: masalah keperawatan yang bisa muncul
adalahgangguan kenyamanan, kecemasan, kurang pengetahuan dan res
iko tinggi terjadi infeksi.
3) Intervensi keperawatan (secara umum):Beri posisi kepala tempat
tidur ditinggikan, bila hernia turun / menonjol dimasukan kembali
secaramanual,anjurkan menggunakan sabuk hernia, beri analgesik sesu
ai advis, hindari manuever yang bisa meningkatkan tekanan intra
abdominal : batuk kronik, angkat berat, mengedan secara kuat dan
anjurkan untuk kompres dingin pada daerah yang bengkak.

6
Post operasi
1) Dihubungkan dengan pembedahan umum lainnya seperti masalah
resikotinggi infeksi, masalah gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan lukaoperasi, dan pendidikan pasien untuk perencanaan pulang.
2) Hernia inguinalis lateralis reponibilis dilakuakn tindakan bedah elektif
karena di takutkan akan terjadi komlikasi yaitu Herniatomy dan
Herniagrafi.
3) Bedah elektif adalah kanalis di buka, isi hernia di masukkan kantong
di ikat dan di lakukan bassiny plasty untuk memperkuat dinding
belakang kanalis inguinalis.
4) Hernia inkarserata dan strangulasi dilakukan bedah darurat yaitu
cincin hernia di cari dan di potong usus dilihat apakah vital atau tidak
bila vital dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak di lakukan
reseksi usus dan Anastomisis (Haryono, R. 2012)

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian Fokus Pre Operatif
Fokus pengkajian Pre Operatif menurut Simon dan Schuster dalam
Mutaqin (2007) pengkajian difokuskan pada optimalisasi pembedahan
hernioraphy inguinal atau femoral. Keluhan gastrointestinal perlu
ditanyakan dan hubungannya dengan status nutrisi pasien. Pasien yang
mempunyai riwayat kadar glukosa darah dan hipertensi perlu dikoreksi
sebelum pembedahan. Kaji adanya riwayat alergi obat-obatan.
Perhatikan tingkat kecemasan pasien, persepsi dan kemampuan untuk
memahami diagnosis, operasi yang direncanakan dan prognosis,
perubahan citra tubuh, tingkat koping dan teknik menurunkan kecemasan.
Kaji pasien terhadap tanda dan gejala cemas dan pemahaman pasien
tentang intervensi bedah yang direncanakan. Lakukan pengkajian

7
gastrointestinal tentang adanya gangguan defekasi, pembesaran abdomen,
kembung, kemampuan flatus, dan bunyi peristaltik usus apakah normal.
Pada hernia inguinalis, keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di
lipat paha yang timbul pada waktu mengejan, batuk, atau mengangkat
beban berat, dan menghilang waktu istirahat atau berbaring. Pada inspeksi
perhatikan keadaan asimetris pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau
labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengejan atau
batuk, sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat.
Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba
konsistensinya, dan coba mendorong apakah benjolan dapat direposisi
ditambahkan pendapat dari Erickson (2009) diperlukan juga pengkajian
diagnostik yang dapat membantu, meliputi pemeriksaan kultur jaringan
untuk mendeteksi adanya adenitis tuberkulosis, foto polos abdomen untuk
mendeteksi adanya udara pada usus dan untuk mendeteksi adanya ileus,
CT Scan untuk mendeteksiadanya hernia ekstrakolon, dan USG untuk
menilai masaa hernia inguinal.
b. Fokus Pengkajian Post Operatif
Menurut Brunner (2008) pengkajian segera pasien bedah saat kembali ke
unit klinik terdiri atas pengkajian respiratori kepatenan jalan napas,
kedalaman, frekuensi, dan karakter pernapasan, sifat dan bunyi napas,
pengkajian sirkulasi terdiri atas tanda-tanda vital termasuk tekanan darah,
kondisi kulit. Pengkajian neurologi, tingkat respon, pengkajian drainase
terdiri atas keharusan untuk menghubungkan selang ke sistem drainase
yang spesifik dan kondisi balutan.
Pengkajian kenyamanan meliputi tipe nyeri dan lokasi, diangkat dari
Journal of Clinical Nursing, post operative pain management-the
influence of surgical ward nursing (2007) petunjuk untuk pengelolaan
post operasi rekomendasi dari The Swedish Society of medicine bahwa
pasien harus menerima informasi lengkap tentang pengelolaan nyeri post
operasi, pengkajian nyeri meliputi pada saat istirahat dan aktivitas, efek

8
perawatan harus dievaluasi sebelum dan sesudah mendapatkan terapi
analgesik.

2. Diagnosis Keperawatan
a. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengetahui sumber
sumber informasi.
b. Cemas berhubungan dengan prosedur pengobatan (operasi)
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik tindakan pembedahan.
d. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.

3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan Keperawatan ( Tujuan dan kriteria hasil menggunakan
pendekatan NOC. Sedangkan intervensi menggunakan pendekatan NIC.

No Dx. Tujuan & Kriteria hasil Intervensi


Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Pain Management (NIC):
berhubungan tindakan keperawatan 3 - Kaji tingkat nyeri,
meliputi: lokasi,
dengan agen hari diharapkan nyeri
karakteristik, durasi,
cedera fisik berkurang,dengan kriteria: kualitas, intensitas
- Kontrol faktor-faktor
atau trauma - Kontrol nyeri
lingkungan yang
- Mengenal faktor
dapat mempengaruhi
penyebab
respon pasien
- Mengenal reaksi
terhadap
serangan nyeri
ketidaknyamanan
- Mengenali gejala
- Berikan informasi
nyeri
tentang nyeri
- Melaporkan nyeri
- Ajarkan tehnik
terkontrol
relaksasi bila nyeri
timbul
- Tingkatkan tidur /
istirahat yang cukup
- Turunkan dan
hilangkan faktor yang
dapat meningkatkan
nyeri

9
Analgetik Administration
- Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgetik
- Berikan analgetik
yang tepat sesuai
dengan resep

2 Kurang Setelah dilakukan asuhan Pendidikan tentang


pengetahuan keperawatan selama 3 proses penyakit
berhubungan hari tentang kurangnya
a. Berikan penilaian
dengan pengetahuan, pasien dapat
tingkat pengetahuan
kurangnya memahami dengan
pasien tentang proses
paparan kriteria hasil:
penyakit yang
informasi
1. Pasien dan keluarga spesifik
paham tentang b. Gambarkan dengan
penyakit, kondisi, cara tepat tentang
prognosis, dan tanda dan gejala yang
program pengobatan muncul dan proses
2. Pasien dan keluarga penyakit, serta
mampu menjelaskan kemungkinan
kembali apa yang penyebab dengan
dijelaskan perawat cara yang tepat
atau tim kesehatan c. Sediakan informasi
lain pada pasien tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat
d. Edukasi pasien untuk
mengenali tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
perawat atau tim
kesehatan
-

10
3 Cemas Setelah dilakukan Penurunan kecemasan
berhubungan tindakan keperawatan - Tenangkan klien
- Berusaha memahami
dengan selama 3 hari, diharapkan
keadaan klien
prosedur kecemasan menurun atau - Berikan informasi
tentang diagnosa,
pengobatan pasien dapat tenang,
prognosis dan
(operasi) dengan kriteria: tindakan
- Kaji tingkat
- Control cemas
kecemasan dan reaksi
- Menyingkirkan tanda
fisik pada tingkat
kecemasan
kecemasan
- Menurunkan stimulasi
- Gunakan pendekatan
lingkungan ketika
dengan sentuhan
cemas
verbalisasi
- Melaporkan
- Temani klien untuk
penurunan kebutuhan
mendukung keamanan
tidur adekuat
dan menurunkan rasa
- Tidak ada manifestasi
takut
perilaku kecemasan
- Berikan pengobatan
untuk menurunkan
cemas dengan cara
yang tepat
Peningkatan koping
- Hargai pemahaman
pasien tentang proses
penyakit
- Gunakan pendekatan
yang tenang dan
memberikan jaminan
- Sediakan informasi
actual tentang
diagnosa, penanganan
dan prognosis

-Dukung keterlibatan
keluarga dengan cara
yang tepat
4 Resiko injury Setelah dilakukan Enviroment Manajement:
berhubungan tindakan keperawatan - Sediakan lingkungan
yang aman untuk
dengan selama 3 hari diharapkan
pasien
imobilisasi tidak ada cedera dengan - Identifikasi kebutuhan
keamanan pasien,
kriteria:
sesuai dengan kondisi
Risk Control: fisik dan riwayat
penyakit terdahulu

11
- Klien terbebas dari pasien
cedera - Hindari lingkungan
- Klien mampu yang berbahaya
menjelaskan - Memasang side rail
cara/metode untuk tempat tidur
mencegah cedera - Sediakan tempat tidur
- Klien mampu yang aman dan bersih
menjelaskan faktor - Berikan penerangan
resiko dari yang cukup
lingkungan/perilaku
personal
- Mampu memodifikasi
untuk mencegah
injury
- Mampu mengenali
perubahan status
kesehatan
5 resiko infeksi Setelah diberikan asuhan a) Kaji tanda-tanda
berhubungan keperawatan 3x24 jam infeksi pada klien
dengan diharapkan kontrol infeksi b) Anjurkan
prosedur dengan kriteria hasil: peningkatan nutrisi
invasif 1. Pasien mengetahui c) Monitor tanda-tanda
tanda-tanda infeksi vital klien
2. Tidak ada tanda-tanda d) Ajarkan keluarga
infeksi pada klien cara cuci tangan yang
3. Status nutrisi klien baik dan benar
baik e) Kolaborasi
4. Klien dan keluarga pemberian antibiotik
mengetahui cara
mencegah infeksi
nosokomial
5. TTV dalam batas
normal

12
4. Evaluasi
a. Diagnosa 1: Nyeri akut berhubngan dengan agen cedera fisik atau trauma
Evaluasi : Nyeri dapat berkurang, nyeri dapat terkontrol, ekspresi wajah
tampak rileks
b. Diagnosa 2: kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan
informasi
Evaluasi : klien dan keluarga dapat memahami tentang penyakitnya
c. Diagnosa 3: Cemas berhubungan dengan prosedur pengobatan (operasi)
Evaluasi : Kecemasan menurun atau pasien dapat tenang, tidak ada
manifestasi perilaku kecemasan
d. Diagnosa 4: Resiko injury berhubungan dengan imobilisasi
Evaluasi : Tidak terjadi cedera atau bebas dari cedera
a. Diagnosa 5: resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Evaluasi: terbebas dari infeksi

13
DAFTAR PUSTAKA

Brooker, C. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.

Dermawan, D., & Rahayuningsih, T. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Sistem


Pencernaan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Haryono, R. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Kelainan Bawaan Sistem


Pencernaan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Liu, T., & Campbell, A. 2011. Case Files Ilmu Bedah. Jakarta: Karisma Publishing
Group.

Mansjoer, A. (2007). Kapita Selekta Kedokteran. (Jilid I). FKUI . Jakarta


Nanda. 2015-2016. Diagnosis keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Sjamsuhidajat & Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

14

Anda mungkin juga menyukai