Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN


HERNIA

DISUSUN OLEH :

BABA ANTONIA 221133015


INDI ANDINI 221133038
KANSA RENAZA 221133041
NOPI KRISDAYANTI 221133108
REKA IBNUGRAHA 221133070
SAL SYADILLA 221133080

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
JURUSAN KEPERAWATAN PONTIANAK
PROFESI NERS
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
HERNIA

Telah mendapat persetujuan dari Pembimbing Akademik


(Clinical Teacher) dan Pembimbing Klinik (Clinical Instructure).
Telah disetujui pada :
Hari :
Tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

NIP. NIP.
BAB I
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Hernia adalah tonjolan yang timbul apabila pasien menangis,
mengejan atau berdiri dan biasanya menghilang secara spontan bila pasien
dalam keadaan istirahat atau terlentang (Sjamsuhidajat, 2010 dalam
Zurimi, 2017).
Menurut Muttaqin (2011), hernia adalah penonjolan sebuah
organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal
memang berisi bagian-bagian tersebut. Sumber lain mengatakan
bahwa hernia merupakan sebuah tonjolan atau benjolan yang terjadi
disalah satu bagian tubuhyang seharusnya tidak ada.Hernia merupakan
penonjolan isi suatu rongga bagian terlemah dari bagian
muskuloaponeurotik dinding perut, hernia terdiri atas cincin,kantong
dan isi hernia.
Hernia adalah merupakan dimana keadaan keluarnya suatu organ
yang tidak bisa kembali ke tempat semula secara manual atau struktur
organ dari tempatnya yang normal melalui suatu defek pada area inguinal
dan akan memberikan implikasi tindakan invasif bedah dengan
mengembalikan struktur organ terebut secara pembedahan dengan
menutup defek di inguinal, dan yang melalui inguinalis internis yang
terdapat di sebalah lateral vasa evisgastrika imperior menyusuri kanalis
inguinalis dan keluar kerongga perut melalui anulus inguinalis eksternus,
serta suatu keadaan terjadi pembesaran nya pada isi usus atau suatu rongga
melalui lubang (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012).
B. Etiologi
Hal-hal yang dapat mengakibatkan timbulnya hernia secara umum adalah
mengendong barang yang sangat berat, batuk, kegemukan, mengedan,
asites (terjadi kumpulan cairan abnormal di daerag rongga perut), aktifitas
fisik yang berlebihan. Etiologi terjadinya hernia yaitu :
1. Hernia inguinal Menurut Black,J dkk (2012) hernia ingunal terjadi
karena beberapa faktor antara lain :
a. Terjadi penurunan kekuatan otot dindingabdomen.
b. Terjadi tekanan pada intra abdominal
c. Hernia Hiatal
Faktor Hernia Hiatal biasanya belum diketahui, namun bisa terjadi
karena adanya kelemahan pada jaringan penyokong. Faktor resiko
terjadinya Hernia Hiatal adalah: Pertambahan usia, kegemukan,
dan Merokok
d. Hernia Umbilical
Hernia umbilical terdapat jika penutupan umbilikus tidak
sempurna.
e. Hernia Femoralis
Akibat adanya hernia Femoralis adalah kehamilan multipara,
kegemukan dan keturunan penahanikat. Faktor kekurangan bagan
fascia dan aponeurosis tranversa, degenerasi/atropi, tekanan intra
abdomen meningkat, pekerjaan mengangkat benda-benda berat,
batuk kronik, gangguan BAB, dan gangguan BAK.
C. Klasifikasi
1. Berdasarkan terjadinya menurut (Nurarif & Kusuma, 2015):
1) Hernia bawaan atau congenital
Hernia inguinalis congenital hernia yang bersifat kongenital dan
disebabkan oleh kegagalan penutupan prosesus vaginalis sewaktu
turunnya testis ke dalam skrotum atau keluar melalui anulus dan
kanalis inguinalis. Prosesus vaginalis terletak didalam funikulus
spermatikus, yang dikelilingi oleh muskulus kremaster yang
terbentuk dari pleksus venosus pampiniformis, duktus
spermatikus, dan arteri spermatika.
2) Hernia didapat atau akuisita
Hernia akuisita adalah hernia inguinalis yang terjadi karena faktor
pemicu seperti penekanan abdomen karena pengangkatan benda
berat, asites, batuk kronik, hipertrofi prostat, dan konstipasi.
Kemudian faktor usia yang mengakibatkan melemahnya otot
abdomen, degenerasi jaringan ikat, kehamilan paramulti, serta
obesitas.
2. Berdasarkan tempatnya:
a. Hernia Inguinalis: hernia isi perut yang tampak di daerah sela
paha (regio inguinalis).
b. Hernia femoralis: hernia isi perut yang tampak di daerah fosa
femoralis.
c. Hernia umbilikalis: hernia isi perut yang tampak di daerah isi
perut.
d. Hernia diafragmatik: hernia yang masuk melalui lubang
diafragma ke dalam rongga dada.
e. Hernia nucleus pulposus (HNP).
3. Berdasarkan sifatnya
a. Hernia reponibel: yaitu isi hernia masih dapat dikembalikan ke
kavum abdominalis lagi tanpa operasi.
b. Hernia irreponibel: yaitu isi kantong hernia tidak dapat
dikembalikan ke dalam rongga.
c. Hernia akreta: yaitu perlengketan isi kantong pada peritonium
kantong hernia.
d. Hernia incarcerated: yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin
hernia.
4. Berdasarkan isinya
a. Hernia adiposa: adalah hernia yang isinya terdiri dari jaringan
lemak.
b. Hernia litter: adalah hernia inkarserata atau strangulate yang
sebagian dinding ususnya saja yang terjepit di dalam cincin
hernia.
c. Slinding hernia: adalah hernia yang isi hernianya menjadi
sebagian dari dinding kantong hernia (Sjamsuhidajat, 2010)
D. Tanda dan Gejala
Gejala hernia bervariasi, tergantung lokasi dan tingkat keparahan.
Hernia di perut atau selangkangan ditandai dengan munculnya benjolan
atau tonjolan yang dapat hilang ketika berbaring. Namun, benjolan dapat
muncul kembali ketika penderita tertawa, batuk, atau mengejan. Gejala
hernia lainnya adalah:
1. Nyeri di area benjolan, terutama ketika mengangkat atau membawa
benda berat.
2. Rasa berat dan tidak nyaman di perut, terutama ketika membungkuk.
3. Konstipasi.
4. Ukuran benjolan semakin membesar seiring waktu.
5. Benjolan di selangkangan.
E. Komplikasi
Hernia akan semakin membesar dan semakin menekan jaringan
atau organ di sekitarnya. Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi yang
dapat dialami pasien hernia. Komplikasi tersebut di antaranya adalah:
1. Hernia inkarserata (obstruksi hernia), yaitu kondisi ketika usus
terjebak di dinding perut atau di dalam kantung hernia (ingunal
canal), sehingga mengganggu kerja usus.
2. Hernia strangulata, yaitu kondisi ketika usus atau jaringan terjepit,
sehingga aliran atau pasokan darah terhambat. Jika tidak segera
ditangani, kondisi ini dapat mengancam jiwa penderita. Hernia
strangulata biasanya terjadi ketika obstruksi hernia tidak segera
ditangani. Tindakan operasi harus segera dilakukan untuk mencegah
kematian jaringan.
Komplikasi pasca operasi juga mungkin terjadi pada pasien. Di
antaranya adalah:
1. Hernia berulang.
2. Infeksi.
3. Nyeri jangka panjang.
4. Cedera kandung kemih.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pengecekan laboratorium untuk mengetahui kerusakaan organ lain
seperti jantung dan ginjal.
2. Pemeriksaan EKG untuk mengetahui hasil hipertrofi ventrikel kiri.
3. Pemeriksaan urin untuk mengetahui hasil urin, glukosa, darah dan
protein serta faal ginjal.
4. Rontgen dan CT-SCAN
G. Penatalaksanaan Medis
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi
dan pemakaian penyangga yaitu untuk mempertahankan isi hernia
yang telah di reposisi (pengembalian kembali organ pada posisi
normal). Reposisi ini tidak dilakukan pada hernia stranggulata,
pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia
yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan
sehingga harus dipakai seumur hidup. Sebaiknya cara ini tidak
dilanjutkan karena mempunyai komplikasi antara lain merusak kulit
dan tonus otot dinding di didaerah yang tertekan sedangkan
strangulasi tetap mengancam.
2. Operatif
Tindakan operatif yaitu dengan jalan operasi. Cara yang paling
efektif mengatasi hernia adalah pembadahan. Untuk
mengembalikan lagi organ dan menutup lubanghernia agar tidak
terjadi lagi.
a. Hernia Repair
Hernia repair adalah untuk menutup defek myofacial di mana
menjadi tempat keluarnya keluarnya penonjolan penonjolan
organ. Indikasi operasi hernia repair adalah terjadinya hernia
reponibel, hernia irreponibel, hernia inkaserata dan hernia
strangulate. Hernia repair terbagi atas 3 jenis yaitu :
1) Herniotomy
Pada Herniotomy di lakukan pembedahan kantong hernia
sampai lehernya, kantong di buka dan isi hernia
dibebaskan kalau ada perlengketan kemudian direposisi.
kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu di
potong. Menurut Oswari penatalaksanaan hermia yang
terbaik adalah operasi dengan jalan menutup lubang
hernianya.
2) Herniorraphy
Herniorraphy merupakan tindakan yang hampir serupa
dengan Herniotomi namun akan dilakukan penjahitan
pada area keluarnya hernia untuk memperkuat dinding
perut.
3) Hernioplasty
Tindakan Hernioplasty dilakukan ketika lubang tempat
keluarnya hernia cukup besar. Kemudian jaring sintetis
(mesh) digunakan untuk menutup dan memperkuat lubang
tersebut sehingga hernia tidak kambuh kembali.
b. Laparoskopi
Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorrhaphies
dilakukan menggunakan salah satu pendekatan transabdominal
pre-peritoneal (TAPP) atau total extraperitoneal (TEP).
Pendekatan TAPP dilakukan dengan meletakkan trokar
laparoscopic dalam cavum abdomen dan memperbaiki
region inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh
diletakkan dan kemudian ditutupi dengan peritoneum.
Sedangkan pendekatan TAPP adalah prosedur
laparoskopic langsung yang mengharuskan masuk ke
cavum peritoneal untuk diseksi. Konsekuensinya, usus atau
pembuluh darah bisa cidera selama operasi(Sjamsuhidajat R,
2011).
BAB II
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Pasien
1) Nama
2) Umur
3) Alamat
4) Pendidikan
5) Pekerjaan
6) Tanggal masuk
7) Diagnosa medis
8) Nomor register
b. Identitas Penanggung jawab
1) Nama
2) Umur
3) Alamat
4) Pendidikan
5) Pekerjaan
6) Hubungan dengan klien
2. Pengkajian Fokus
Data dasar, meliputi:
a. Akfivitas dan Istirahat
Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu niengangkat benda berat.
 Penurunan rentang gerak dari ekstremitas pada salah
satu bagian tubuh.
 Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa
dilakukan.
Tanda :
 Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena
 Gangguan berjalan
b. Eliminasi
Gejala :
 Gejala Konstipasi mengalarrti kesakitan defekasi
 Adanya inkontinensia/retensi urin.
c. Intregritas ego
Gejala :
 Ketakutan, ansietas, masalah pekerjaan, finansial
keluarga..
Tanda :
 Sempat cemas, depresi; menghindar dari keluarga.
d. Neurosensori
Gejala : Kekakuan, kelemahan dari tangan dan kaki
Tanda : Penemuan reflek dalam atau kelemahan otot, nyeri yang tak
ada hentinya atau adanya nyeri yang beratnya secara
intermiten
e. Nyeri dan kenyamanan
Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan memperburuk
dengan adanya batuk, bersin, mengangkat benda-benda
berat, defekasi, mengangkat kaki, nyeri yang tak ada
hentinya atau adanya episode nyeri yang beratnya secara
intermiten.
Tanda : Perubahan cara berjalan, berjalan dengan terpincang-pincang
nyeri pada palpasi.
f. Penyuluhan atau pembelajaran
Gejala : Gaya hidup (monoton)
3. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
1) Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul
pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan
menghilang setelahberbaring.
2) Hernia inguinalLateralis : uncul benjolan di regio inguinalis
yang berjalan dari lateral ke medial, tonjolan berbentuk
lonjong.Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk
bulat.
3) Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum
yang merupakan tojolanlanjutandari hernia inguinalislateralis.
4) Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentuminguinal.
5) Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
6) Hernia umbilikal : benjolandiumbilikal.
b. Palpasi
1) Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL)
ditekan lalu pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan
di sebelah medial maka dapat diasumsikan bahwa itu
hernia inguinalismedialis.
2) 2)Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum
(AIM) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat
benjolan di lateral titik yang kita tekan maka dapat diasumsikan
sebagai nernia inguinalislateralis.
3) Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan
canalis inguinalis) ditekan lalu pasien disuruh mengejan
jika terlihat benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis
lateralis jika di medialnya hernia inguinalismedialis.
4) Hernia inguinalis: kantong hernia yang kosong kadang dapat
diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dua
permukaan
sutera, tanda ini disebut sarung tanda sarung tangan sutera.
Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum
(seperti karet), atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi
pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien
mulai mengedan kalau hernia menyentuh ujung jari berarti
herniainguinalislateralis dan kalau samping jari yang
menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis.lipat paha
dibawah ligamentum inguina dan lateral tuberkulum pubikum.
5) Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah
ligamentuminguinal
6) Hernia inkarserata : nyeritekan
c. Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus
dipikirkan kemungkinan hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar
pekak.
d. Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia
yang mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pengecekan laboratorium untuk mengetahui kerusakaan organ lain
seperti jantung dan ginjal.
b. Pemeriksaan EKG untuk mengetahui hasil hipertrofi ventrikel kiri.
c. Pemeriksaan urin untuk mengetahui hasil urin, glukosa, darah dan
protein serta faal ginjal.
d. Rontgen dan CT-SCAN
B. Masalah Keperawatan
a. Nyeri Akut
b. Intoleransi Aktivitas
c. Resiko Infeksi
C. Intervensi
Diagnosa
No Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan MANAJEMEN NYERI
Definisi asuhan keperawatan (I. 08238)
Pengalaman sensorik selama 1 x 1 jam Observasi
atau emosional yang diharapkan nyeri a. lokasi,
berkaitan dengan pada pasien karakteristik,
kerusakan jaringan berkurang dengan durasi, frekuensi,
aktual atau fungsional, kriteria hasil : kualitas,
dengan onset Tingkat Nyeri intensitas nyeri
mendadak atau lambat a. Nyeri b. Identifikasi skala
dan berintensitas berkurang nyeri
ringan hingga berat dengan skala 2 c. Identifikasi
yang berlangsung b. Pasien tidak respon nyeri non
kurang dari 3 bulan. mengeluh verbal
Penyebab nyeri d. Identifikasi faktor
1. Agen pencedera c. Pasien tampak yang
fisiologis (mis. tenang memperberat dan
Inflamasi, d. Pasien dapat memperingan
iskemia, tidur dengan nyeri
neoplasma) tenang e. Identifikasi
2. Agen pencedra e. Frekuensi nadi pengetahuan dan
kimiawi (mis. dalam batas keyakinan tentang
Terbakar, bahan normal (60- nyeri
kimia iritan) 100 x/menit) f. Identifikasi
3. Agen pencidra f. Tekanan darah pengaruh budaya
fisik (mis. Abses, dalam batas terhadap respon
trauma, amputasi, normal (90/60 nyeri
terbakar, mmHg – g. Identifikasi
terpotong, 120/80 mmHg) pengaruh nyeri
mengangkat g. RR dalam pada kualitas
berat,prosedur batas normal hidup
operasi,trauma, (16-20 h. Monitor
latihan fisik x/menit) keberhasilan
berlebihan Kontrol Nyeri terapi
a. Melaporkan komplementer
bahwa nyeri yang sudah
berkurang diberikan
dengan i. Monitor efek
menggunakan samping
manajemen penggunaan
nyeri analgetik
b. Mampu Terapeutik
mengenali a. Berikan teknik
nyeri (skala, nonfarmakologis
intensitas, untuk mengurangi
frekuensi dan rasa nyeri (mis.
tanda nyeri) TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
musik,
biofeedback,
terapi pijat, aroma
terapi, teknik
imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
b. Control
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat
dan tidur
d. Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
a. Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c. Anjurkan
memonitor nyri
secara mandiri
d. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
e. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu
PEMBERIAN
ANALGETIK (I.08243)
Observasi
a. Identifikasi
karakteristik nyeri
(mis. Pencetus,
pereda, kualitas,
lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
b. Identifikasi riwayat
alergi obat
c. Identifikasi
kesesuaian jenis
analgesik (mis.
Narkotika, non-
narkotika, atau
NSAID) dengan
tingkat keparahan
nyeri
d. Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik
e. Monitor efektifitas
analgesik
Terapeutik
a. Diskusikan jenis
analgesik yang
disukai untuk
mencapai analgesia
optimal, jika perlu
b. Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan
kadar dalam serum
c. Tetapkan target
efektifitas analgesic
untuk
mengoptimalkan
respon pasien
d. Dokumentasikan
respon terhadap efek
analgesic dan efek
yang tidak
diinginkan
Edukasi
Jelaskan efek terapi
dan efek samping
obat
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian dosis dan
jenis analgesik,
sesuai indikasi

2 Intoleransi aktivitas Setelah diberikan MANAJEMEN


DEFINISI asuhan keperawatan ENERGI (I. 05178)
Ketidakcukupan selama 1 x 1 jam 1. Observasi
energi untuk diharapkan toleransi  Identifkasi
melakukan aktivitas melakukan aktivitas gangguan fungsi
sehari-hari meningkat dengan tubuh yang
PENYEBAB kriteria hasil : mengakibatkan
 Ketidak  Frekuensi nadi kelelahan
seimbangan antara dalam batas  Monitor kelelahan
suplai dan normal fisik dan emosional
kebutuhan oksigen  Keluhan Lelah  Monitor pola dan
 Tirah baring menurun jam tidur
 Kelemahan  Dypsnea ketika  Monitor lokasi dan
 Imobilitas menurun ketidaknyamanan
 Gaya hidup  Dypsnea setelah selama melakukan
monoton beraktivitas aktivitas
menurun 2. Terapeutik
 Sediakan
lingkungan nyaman
dan rendah
stimulus (mis.
cahaya, suara,
kunjungan)
 Lakukan rentang
gerak pasif
dan/atau aktif
 Berikan aktivitas
distraksi yang
menyenangkan
 Fasilitas duduk di
sisi tempat tidur,
jika tidak dapat
berpindah atau
berjalan
3. Edukasi
 Anjurkan tirah
baring
 Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
 Anjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan
4. Kolaborasi
 Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan makanan
B. TERAPI
AKTIVITAS
(I.05186)
1. Observasi
 Identifikasi deficit
tingkat aktivitas
 Identifikasi
kemampuan
berpartisipasi
dalam aktivotas
tertentu
 Identifikasi sumber
daya untuk
aktivitas yang
diinginkan
 Identifikasi strategi
meningkatkan
partisipasi dalam
aktivitas
 Identifikasi makna
aktivitas rutin (mis.
bekerja) dan waktu
luang
 Monitor respon
emosional, fisik,
social, dan spiritual
terhadap aktivitas
2. Terapeutik
 Fasilitasi focus
pada kemampuan,
bukan deficit yang
dialami
 Sepakati komitmen
untuk
meningkatkan
frekuensi
danrentang
aktivitas
 Fasilitasi memilih
aktivitas dan
tetapkan tujuan
aktivitas yang
konsisten sesuai
kemampuan fisik,
psikologis, dan
social
 Koordinasikan
pemilihan aktivitas
sesuai usia
 Fasilitasi makna
aktivitas yang
dipilih
 Fasilitasi
transportasi untuk
menghadiri
aktivitas, jika
sesuai
 Fasilitasi pasien
dan keluarga dalam
menyesuaikan
lingkungan untuk
mengakomodasikan
aktivitas yang
dipilih
 Fasilitasi aktivitas
fisik rutin (mis.
ambulansi,
mobilisasi, dan
perawatan diri),
sesuai kebutuhan
 Fasilitasi aktivitas
pengganti saat
mengalami
keterbatasan waktu,
energy, atau gerak
 Fasilitasi akvitas
motorik kasar
untuk pasien
hiperaktif
 Tingkatkan
aktivitas fisik untuk
memelihara berat
badan, jika sesuai
 Fasilitasi aktivitas
motorik untuk
merelaksasi otot
 Fasilitasi aktivitas
dengan komponen
memori implicit
dan emosional
(mis. kegitan
keagamaan khusu)
untuk pasien
dimensia, jika
sesaui
 Libatkan dalam
permaianan
kelompok yang
tidak kompetitif,
terstruktur, dan
aktif
 Tingkatkan
keterlibatan dalam
aktivotasrekreasi
dan diversifikasi
untuk menurunkan
kecemasan ( mis.
vocal group, bola
voli, tenis meja,
jogging, berenang,
tugas sederhana,
permaianan
sederhana, tugas
rutin, tugas rumah
tangga, perawatan
diri, dan teka-teki
dan kart)
 Libatkan kelarga
dalam aktivitas,
jika perlu
 Fasilitasi
mengembankan
motivasi dan
penguatan diri
 Fasilitasi pasien
dan keluarga
memantau
kemajuannya
sendiri untuk
mencapai tujuan
 Jadwalkan aktivitas
dalam rutinitas
sehari-hari
 Berikan penguatan
positfi atas
partisipasi dalam
aktivitas
3. Edukasi
 Jelaskan metode
aktivitas fisik
sehari-hari, jika
perlu
 Ajarkan cara
melakukan
aktivitas yang
dipilih
 Anjurkan
melakukan
aktivitas fisik,
social, spiritual,
dan kognitif, dalam
menjaga fungsi dan
kesehatan
 Anjurka terlibat
dalam aktivitas
kelompok atau
terapi, jika sesuai
 Anjurkan keluarga
untuk member
penguatan positif
atas partisipasi
dalam aktivitas
4. Kolaborasi
 Kolaborasi dengan
terapi okupasi
dalam
merencanakan dan
memonitor
program aktivitas,
jika sesuai
 Rujuk pada pusat
atau program
aktivitas
komunitas, jika
perlu

3 Resiko infeksi Setelah diberikan PENCEGAHAN


Definisi asuhan INFEKSI
Berisiko mengalami keperawatan Observasi
peningkatan terserang selama 1 x 1 jam a. Identifikasi riwayat
organisme patogenik diharapkan tidak kesehatan dan
Faktor risiko riwayat alergi
terjadi tanda-tanda
a. Penyakit Kronis b. Identifikasi
b. Efek prosedur
infeksi dengan kontraindikasi
Infasif kriteria hasil : pemberian imunisasi
c. Malnutrisi a. Demam tidak c. Identifikasi status
d. Peningkatan terjadi imunisasi setiap
paparan b. Kemerahan kunjungan ke
organisme tidak terjadi pelayanan kesehatan
patogen c. Nyeri Terapeutik
lingkungn berkurang a. Berikan suntikan
e. Ketidakadekuatan d. Bengkak pada pada bayi
pertahanan tubuh berkurang dibagian paha
perifer : anterolateral
atau tidak
1) Gangguan b. Dokumentasikan
peristltik
terjadi informasi vaksinasi
2) Kerusakan e. Kadar sel c. Jadwalkan imunisasi
integritas darah putih pada interval waktu
kulit membaik yang tepat
3) Perubahan Edukasi
sekresi PH a. Jelaskan tujuan,
4) Penurunan manfaat, resiko yang
kerja siliaris terjadi, jadwal dan
5) Ketuban efek samping
pecah lama b. Informasikan
6) Ketuban imunisasi yang
pecah diwajibkan
sebelum pemerintah
waktunya c. Informasikan
7) Merokok imunisasi yang
8) Statis cairan melindungiterhadap
tubuh penyakit namun saat
f. Ketidakadekuatan ini tidak diwajibkan
pertahan tubuh pemerintah
sekunder d. Informasikan
1) Penuruna vaksinasi untuk
Hemoglobin kejadian khusus
2) Imunosupresi e. Informasikan
3) Leukopenia penundaan
4) Supresi pemberian imunisasi
Respon tidak berarti
Inflamasi mengulang jadwal
5) Faksinasi imunisasi kembali
tidak adekuat f. Informasikan
penyedia layanan
pekan imunisasi
nasional yang
menyediakan vaksin
gratis
MANAJEMEN
IMUNISASI/ VAKSIN
Observasi
a. Identifikasi riwayat
kesehatan dan
riwayat alergi
b. Identifikasi
kontraindikasi
pemberian imunisasi
c. Identifikasi status
imunisasi setiap
kunjungan ke
pelayanan kesehatan
Terapeutik
a. Berikan suntikan
pada pada bayi
dibagian paha
anterolateral
b. Dokumentasikan
informasi vaksinasi
c. Jadwalkan imunisasi
pada interval waktu
yang tepat
Edukasi
a. Jelaskan tujuan,
manfaat, resiko yang
terjadi, jadwal dan
efek samping
b. Informasikan
imunisasi yang
diwajibkan
pemerintah
c. Informasikan
imunisasi yang
melindungiterhadap
penyakit namun saat
ini tidak diwajibkan
pemerintah
d. Informasikan
vaksinasi untuk
kejadian khusus
e. Informasikan
penundaan
pemberian imunisasi
tidak berarti
mengulang jadwal
imunisasi kembali
f. Informasikan
penyedia layanan
pekan imunisasi
nasional yang
menyediakan vaksin
gratis
BAB IV
EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE

Hernia adalah tonjolan yang timbul apabila pasien menangis,


mengejan atau berdiri dan biasanya menghilang secara spontan bila pasien
dalam keadaan istirahat atau terlentang (Sjamsuhidajat, 2010 dalam Zurimi,
2017).
Dalam penatalaksanaannya hernia dapat dilakukan dengan cara
pembedahan yaitu hernia repair. Namun setelah dilakukan tindakan ini masih
terdapat kemungkinan untuk hernia kambuh kembali yang dikarenakan gaya
hidup penderita hernia. Salah satunya adalah kelemahan otot yang tidak
dilatih sehingga mudah terjadinya keluarnya pembuluh darah ke area
eksternal.
Corestability dapat digambarkan sebagai kotak berotot dengan perut
di depan, paraspinals dan gluteals di belakang, diafragma sebagai atap, dan
otot dasar panggul sebagai bagian bawah. Dalam kotak ini ada 29 pasang otot
yang membantu untuk menstabilkan tulang belakang, panggul, dan rantai
kinetik selama gerakan fungsional.
Teknik Latihan ini terbukti dapat menurunkan tingkat kekambuhan
hernia. Dari hasil penelitian Roselina et al., (2014) ditemukan bahwa dengan
Latihan core stability dapat menurunkan resiko terjadinya kekambuhan hernia
dibandingkan dengan teknik latihan yang lainnya.
Latihan meliputi Plank dan side plank, curl up dan bridging. Latihan
dapat dilakukan sebanyak 3 kali dalam satu minggu. Setiap exercise terdapat
10 detik menahan 5 detik istirahat untuk 10 repetisi setiap setnya.
(PPNI, 2017, 2018a, 2018b)
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Dianosa Medis & Nanda NIC-NOC (3rd ed.). Mediaction.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.). DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (2nd ed.). DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (2nd ed.). DPP PPNI.
Roselina, E., Arifin, S., & Gidion, H. (2014). Hernia Inguinalis Melalui Core
Stability. Jurnal Vokasi Indonesia, 2(1).
Kurniawan, R., & Falah, N. (2019). Aplikasi Sistem Pakar Untuk Diagnosa
Penyakit Hernia Menggunakan Metode Forward Chaining Dan Backward
Chaining. INFORMATIKA , 8(2), 24.
https://doi.org/10.36723/juri.v8i2.125
Lassandro, F. (2011). Abdominal hernias: Radiological features. World Journal of
Gastrointestinal Endoscopy, 3(6), 110.
https://doi.org/10.4253/wjge.v3.i6.110
LeBlanc, K. A., Kingsnorth, A., & Sanders, D. L. (2018). Management of
abdominal hernias. Management of Abdominal Hernias: Fifth Edition, 1–
541. https://doi.org/10.1007/978-3-319-63251-3

Anda mungkin juga menyukai