Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

DI RUANG DAHLIA
RUMAH SAKIT GOETENG PURBALINGGA

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

OLEH:

BUNJAMIN DANTE MASEPIA, S.Kep

I4B019039

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

PENDIDIKAN PROFESI

2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskulo-aponeurotik dinding perut.
Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Berdasarkan
terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia
dapatan atau akuisita. Hernia diberi nama menurut letaknya, misalnya
diafragma, inguinal, umbilikal, femoral.
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia
dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi
jika berbaring atau didorong masuk ke perut, tidak ada keluhan nyeri atau
gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke
dalam rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan
oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Tidak ada
keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus. Hernia disebut hernia
inkarserata atau hernia strangulata bila isinya terjepit oleh cincin hernia
sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga
perut. Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis,
hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan
gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai hernia
strangulata. Pada keadaan sebenarnya, gangguan vaskularisasi telah terjadi
pada saat jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari
bendungan sampai nekrosis.

B. Tujuan
1. Mampu menjelaskan pengertian hernia femoralis.
2. Mampu menjelaskan etiologi hernia femoralis.
3. Mampu menjelaskan patofisiologi hernia femoralis.
4. Mampu menjelaskan tanda gejala hernia femoralis.
5. Mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang hernia femoralis.
6. Mampu menjelaskan penatalaksanaan hernia femoralis.
7. Mampu menjelaskan pathway hernia femoralis.
8. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan hernia femoralis
9. Mampu menegakkan diagnosis keperawatan pada pasien dengan hernia
femoralis.
10. Mampu menentukan rencana keperawatan pada klien dengan hernia
femoralis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Secara umum hernia merupakan penonjolan (protrusi) sebagian atau
seluruh viscus dari posisi normalnya melalui suatu celah (defek atau bukaan)
dimana organ dalam itu berada.

Gambar 1. Usus Masuk ke dalam Kantung atau Selangkangan

Hernia eksternal merupakan protrusi abnormal organ intra-abdominal


melewati defek fascia pada dinding abdominal. Hernia yang sering terjadi
adalah inguinal, femoral, umbilical, dan paraumbilikal. Hernia femoralis
adalah batang usus yang masuk menuju kanalis femoralis melalui cincin
femoral (Dwi, 2018). Semua hernia terjadi melalui celah lemah pada dinding
abdomen yang dipengaruhi oleh peningkatan tekanan intraabdomen secara
berulang atau berkelanjutan.
B. Etiologi
Hernia dapat terjadi karena adanya tekanan intrabadomen seperti
mengangkat barang yang berat atau batuk serta melemahnya jaringan lemak
preperitonial karena multipara, usia lanjut (>40 tahun), atau kelainan bawaan
(congenital). Penyakit ini lebih banyak diderita perempuan dari pada laki-laki
dan sering terjadi pada usia lanjut karena melemahnya melemahnya jaringan
lemak preperitonial.

C. Patofisiologi
Secara patofisiologi peningkatkan tekanan intrabdomen akan mendorong
lemak preperitoneal ke dalam kanalis femoralis yang akan menjadi pembuka
jalan terjadinya hernia (Mcvay dan Savage, 1961).. Faktor penyebab lainnya
dalah kehamilan multipara, obesitas, dan lemahnya jaringan ikat karena usia
lanjut. Hernia femoralis sekunder dapat terjadi sebagai komplikasi herniorafi
pada hernia inguinalis, terutama yang memakai teknik Bassini dan Shouldice
yang menyebabkan fasia tranversa dan ligamnetum ingunale lebih tergeser ke
ventrokranial sehingga kanalis femoralis lebih luas. Komplikasi yang paling
sering terjadi adalah strangulasi dengan segala akibatnya. Hernia femoralis
keluar di sebelah bawah ligamnetum inguinale pada fossa ovalis. Kadang-
kadang hernia femoralis tidak teraba dari luar, terutama bila merupakan hernia
Ritcher (Amrizal, 2017).

D. Tanda dan Gejala


Sebagian besar hernia adalah asimtomatik, dan kebanyakan ditemukan
pada pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi benjolan pada annulus inguinalis
superfisialis atau suatu kantong setinggi annulus inguinalis profundus dan
terasa lebih menonjol bila pasien batuk. Menurut Mahmudah (2017) tanda
pertama adalah terdapat benjolan sekitar daerah femoralis atau dekat lipatan
paha. Pada kasus hernia inguinalis terdapat benjolan sekitar lipatan paha dan
dapat turun ke skrotum. Pada saat itu pasien mengeluh tidak nyaman seperti
nyeri dan pegal pada daerah skrotum, yang dapat dihilangkan dengan reposisi
manual hernia ke dalam kavitas peritonealis. Tetapi dengan berdiri atau
terutama dengan gerak badan, maka biasanya hernia muncul lagi.

E. Klasifikasi

Gambar 2. Hernia berdasarkan lokasi


Klasifikasi hernia menurut Sinurat (2015) adalah :
1. Pembagian menurut isi:
a. Hernia adiposa adalah hernia yang isinya terdiri dari jaringan lemak.
b. Hernia Littre adalah hernia inkarserata atau strangulata yang sebagian
dinding ususnya saja terjepit di dalam cincin hernia.
c. Sliding hernia adalah hernia yang berisi hernia menjadi sebagian dari
dinding kantong hernia.

2. Hernia menurut tempat :


a. Hernia inguinalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela
paha (regio inguinalis).
b. Hernia femoralis terletak pada femoralis melalui anulus femoralis.
Selanjutnya, isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang
berbentuk corong sejajar dengan vena femoralis sepanjang kurang
lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis.
c. Hernia umbilikalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah
pusar.
d. Hernia diafragmatika adalah hernia isi perut yang masuk melalui
lubang diafragma ke dalam rongga dada.
e. Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah hernia yang terjadi pada
sumsum tulang belakang. Hernia ini terjadi karena nucleus pulposus
yang berada diantara dua tulang belakang menonjol keluar. Benjolan
ini dapat menekan sumsum tulang belakang atau sarafnya. Biasanya
hernia ini terjadi pada tulang punggung, akibatnya penderita merasa
sakit pada kedua tungkai bawah dan bila lebih hebat dapat
menyebabkan kelumpuhan kedua kaki.
3. Sifat hernia :
a. Hernia reponibel
Hernia yang terjadi bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar
jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau
didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi
usus. Hernia ireponibel Hernia yang terjadi bila isi kantong tidak dapat
direposisi kembali ke dalam rongga perut.
b. Hernia akreta
Hernia yang disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum
kantong hernia.
c. Hernia inkarserata
Hernia yang terjadi bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi
kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut.
Akibatnya terjadi gangguan pasase.
d. Hernia strangulate
Hernia yang terjadi akibat dari isi hernia yang terjepit oleh cincin
hernia yang mengalami edema dan menjadi iskemia parah dan gangren
usus yang mengharuskan tindakan operasi segera.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada kasus hernia femoralis adalah cek darah. Cek
darah dilaukan untuk mengkaji substansi yang ada seperti Hb dan sel darah
putih serta syarat sebelum pembedahan. Tujuan tindakan ini adalah untuk
mengurangi dampak yang akan terjadi saat dan setelah pembedahan.

G. Pathway
H. Penatalaksanaan
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia
yang telah direposisi.
2. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis
yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan.
Prinsip dasar operasi hernia adalah hernioraphy, yang terdiri dari
herniotomi dan hernioplasti.
a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi
mungkin lalu dipotong.
b. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah terjadinya residif
dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode
hernioplasti seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan
jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan
menjahitkan pertemuan m. tranversus internus abdominis dan m.
oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon
ke ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini, atau
menjahitkan fasia tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus
internus abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mc Vay. Bila
defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian
bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk
menutup defek.

I. Pengkajian
Umumnya pasien dengan hernia femoralis adalah wanita dengan usia lebih
dari 40 tahun. Pengkajian yang harus dilakukan adalah pengkajian Gordon
dan pengkajian fisik. Tidak terdapat masalah serius saat dilaukan
pengkajian karena pasien akan mengatakan bahwa hanya timbul benjolan
dan tidak terasa nyeri.

J. Diagnosa Keperwatan
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
ditandai oleh ketidakcukupan pengetahuan.

K. Rencana Keperawatan

Tgl/ No
Tujuan Intervensi
Jam DP
1/10/ 1. Setelah dilakukan tindakan a. Petunjuk system kesehatan
2019 keperawatan selama 1x24 1) Memberitahu pasien
jam, klien dapat: pusat kesehatan yang
a. Mengerti informasi harus didatangi (bila
tentang sumber kesehatan follow up harus ke RS
dengan kriteria hasil: Goeteng Pbg)
1) Pentingnya follow up 2) Memberikan no telp
care (2) tenaga kesehatan agar
2) Rencana follow up (2) membantu dalam follow
up.
3) Mengingatkan kembali
jadwal follow up pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Amrizal, A., 2017. Hernia Inguinalis: Tinjauan Pustaka. Syifa'medika: Jurnal


Kedokteran Dan Kesehatan, Edisi 6, Vol.1, Pp.1-12.

Dwi, K.P., 2018. Asuhan Keperawatan Tn. D Dengan Hernia Inguinalis Serta
Aplikasi Pendidikan Kesehatan Pre Operasi Terhadap Kecemasan Di Irna
Bedah Pria Rsup Dr. M. Djamil Padang. Karya Tulis Ilmiah, Universitas
Andalas.

Johnson, M, Meriden M, Sue M. 2000. Nursing Outcomes Classification (Noc).


St. Louis Baltimore: Mosby

Mahmudah, E.N., 2017. Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Hernia
Inguinalis Di Poli Bedah Rsud Dokter Haryoto Kabupaten Lumajang,
Doctoral Dissertation, University Of Muhammadiyah Malang.

Mc Closkey, Jc, Gloria Mb, 2000. Nursing Intervention Classification (Nic). St.
Louis Baltimore: Mosby.

Mcvay, C.B. And Savage, L.E., 1961. Etiology Of Femoral Hernia. Annals Of
Surgery, Edisi 154 Vol.6, P.25.

Nanda. 2005. Nursing Diagnosis: Definition And Classification. Philadelphia:


Nanda International.

Sinurat, K.E.S., 2017. Gambaran Karakteristik Hernia Inguinalis Di Rsud


Pirngadi Medan Selama Periode 01 Januari 2013–31 Desember 2015.
Skripsi, Universitas Hkbp Nommensen.

Anda mungkin juga menyukai