2.1 Pengertian
Kejang demam adalah munculnya kejang yang terjadi pada pasien dengan
suhu rektal diatas 38oC yang disebabkan oleh proses ekstrakranial.
Kejadian kejang demam umumnya dialami oleh anak usia 6 bulan sampai 5
tahun. Pada anak yang pernah kejang tanpa demam lalu mangalami kejang
demam tidak termasuk dalam kejang demam (Ismet, 2017).
2.2 Etiologi
Kondisi yang dapat menyebabkan kejang demam diantaranya adalah
infeksi yang mengenai jaringan ekstrakranial seperti otitis media akut,
bronkitis dan tonsilitis (Riyadi, 2013 dalam Sudarto, 2018). Setiap anak
memiliki ambang kejang yang berbeda dan kejang tidak selalu timbul pada
suhu yang paling tinggi. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah,
serangan kejang telah terjadi pada suhu 38°C bahkan kurang, sedangkan pada
anak dengan ambang kejang tinggi, serangan kejang baru terjadi pada suhu
40°C bahkan lebih (Schwartz, 2005 dalam Rani, 2015).
1.3 Patofisiologi
Organ otak memerlukan energi yang didapat dari metabolisme.
Metabolisme terjadi apabila glukosa melalui proses oksidasi dipercah menjadi
CO2, air, dan energi. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Pada keadaan
normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium dan
sangat sulit dilalui oleh ion natrium dan elektrolit lainnya kecuali ion klorida.
Akibatnya konsentrasi kalium dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi natrium
rendah, sedangkan di luar sel terdapat keadaan sebaliknya. Pada keadaan
demam kenaikan suhu 1 derajat celcius akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada
seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Oleh karena itu,
kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron
dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion
natrium melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan
listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke
seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang
disebut neurotransmitter dan terjadi kejang (Ngastiyah, 2014).
Infeksi
Respon imun
Demam Hipertermi
Setiap kenaikan 1oC
Perubahan keseimbangan
(Membran sel neuron)
1.7 Pengkajian
Identitas Pribadi
a. Identitas: nama, alamat, usia, tempat tanggal lahir, pendidikan terakhir,
pekerjaan, agama
b. Riwayat penyakit sekarang: suhu tubuh >37,5oC dan pasien mengalami
kejang
c. Riwayat penyakit dahulu: Infeksi saluran pencernaan, pernafasan, ataupun
infeksi selaput otak.
Anamnesa
a. Airway: Tidak terdapat sumbatan pada jalan nafas, tidak terdengar suara
nafas tambahan seperti stridor, gurgling, atau snoring.
b. Breathing: Irama pernafasan pasien irregular karena terdapat apnea saat
kejang, takipneu karena panas, tidak dispneu, tidak ada retraksi dinding
dada, tidak ada deviasi trakea, ekspansi paru simetris, tidak terlihat
menggunakan otot bantu nafas, tidak ada lebam atau jejas, saat di perkusi
bunyi sonor.
c. Circulation: Akral dingin, capillary refill >2detik, dan irama nadi
takikardi, pasien tidak mengalami perdarahan kecuali hipertermi suhu
tinggi. Pasien mengalami penurunan kesadaran
d. Disability: Pasien tidak mengalami kelemahan anggota gerak, namun
pasien mengalami tonik dan atau klonik saat kejang
Pemeriksaan fisik:
a. Sistem pernafasan
Pola nafas irregular apabila kejang, dan mengalami takipnea (RR>
24x/menit), tidak ada retraksi ataupun menggunakan otot bantu
pernafasan serta.
b. Sistem Persarafan
Klien dengan kejang dapat mengalami penurunan kesadaran.
c. Sistem Perkemihan
Tidak ada perubahan maupun gangguan perkemihan.
d. Sistem Pencernaan
Klien tidak mengalami. Muntah dapat muncul akibat proses kejang.
a. Sistem kardiovaskuler/Sirkulasi
Tanda: Takikardia yang terjadi akibat respon dari syok karena kebutuhan
oksigen otak tidak terpenuhi.
b. Muskuloskeletal
Gejala: Spasme otot atau otot mengencang karena kejang, terjadi
fleksi/ekstensi abnormal.