Anda di halaman 1dari 14

MATERI ISOLASI SOSIAL DAN JENIS TAK

A. Definisi
Menurut Herdman & Kamitsuru dalam Wuryaningsih, dkk (2020) isolasi sosial adalah
keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak
mampu berintegrasi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak
diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
Faktor predisposisi yang menyebabkan isolasi sosial diantaranya (1) faktor biologis karena
herediter, riwayat trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA, (2) faktor psikologis
berdasarkan pengalaman yang tisak menyenangkan terhadap gambaran diri, kegagalan dalam
mencapai harapan, dan kurangnya penghargaan baik dari orang sekitar, (3) faktor sosial
budaya seperti penolakan lingkungan, kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian),
bullying dan pendidikan rendah.
Penetapan diagnosis dalam PPNI (2018) menjelaskan bahwa isolasi sosial merupakan
ketidakmampuan untuk membina hubungan yang erat, hangat, terbuka, dan interdependen
dengan orang lain. Tanda dan gejala mayor pada pasien dengan isolasi sosial pada keadaan
subjektif pasien merasa ingin sendirian, merasa tidak aman di tempat umum sedangkan
secara objektif pasien cenderung menarik diri dan tidak berminat/ menolak berinteraksi
dengan orang lain. Kemudian tanda dan gejala minor yang terjadi pada keadaan subjektif
pasien merasa berbeda dengan orang lain, merasa asyik dengan dunia sendiri, dan merasa
tidak memiliki tujuan yang jelas. Sedangkan objektifnya pasien mengalami afek datar, sedih,
menunjukan permusuhan, tidak mampu memenuhi harapan orang lain, tindakan tidak berarti,
tidak ada kontak mata saat berinteraksi, dan tidak bergairah/lesu.
Apabila pasien tidak segera ditangani, pasien akan mengalami harga diri rendah,
keputusasaan bahkan resiko bunuh diri. Hal ini diperlukan terapi aktivitas kelompok. Terapi
aktivitas kelompok merupakan suatu psikoterapi yang diberikan kepada sekelompok pasien
dengan masalah keperawatan yang sama dipimpin oleh perawat atau tenaga kesehatan.
Manfaat TAK pada pasien isolasi sosial antara lain :
Secara umum :
1. Meningkatkan kemampuan menilai dan menguji kenyataan melalui komunikasi dan
umpan balik dengan atau dari orang lain
2. Meningkatkan kemampuan sosialisasi pasien
3. Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya hubungan antara reaksi emosional diri
sendiri dengan perilaku defensive (bertahan terhadap stress) dan adaptasi
4. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti kognitif dan
afektif.
Secara khusus :
1. Meningkatkan identitas diri pasien
2. Menyalurkan emosi pasien secara konstruktif
3. Meningkatkan keterampilan hubungan sosial yang akan membantu pasien didalam
kehidupan sehari-hari
4. Bersifat rehabilitatif : meningkatkan kemampuan ekspresi diri, keterampilan
sosial, kepercayaan diri, kemampuan empati, dan meningkatkan kemampuan
tentang masalah-masalah kehidupan serta cara pemecahannya (Handayani, dkk
2020).

Terdapat tiga terapi yang dapat diberikan yaitu : terapi perilaku kognitif, terapi
perilaku sensori dan terapi aktivitas kelompok sosial. Berikut Terapi Aktivitas Kelompok
yang dapat diterapkan pada pasien dengan isolasi sosial :
1. Terapi Perilaku Kognitif
a) Definisi
Terapi perilaku kognitif adalah salah satu bentuk psikoterapi yang didasarkan
pada teori bahwa tanda-tanda gejala fisiologis berhubungan dengan interaksi antara
pikiran, perilaku dan emosi (Pedneault 2008).
Terapi kognitif adalah terapi jangka pendek dan dilakukan secara teratur, yang
memberikan dasar berpikir pada pasien untuk mengekspresikan perasaan negatifnya,
memahami masalahnya, mampu mengatasi perasaan negatifnya, serta mampu
memecahkan masalah tersebut (Yusuf 2015)
Terapi perilaku kognitif adalah suatu terapi psikososial yang mengintegrasikan
modifikasi perilaku melalui pendekatan restrukturisasi kognitif ( Martin 2010)
Dapat disimpulkan bahwa terapi perilaku kognitif adalah salah satu bentuk terapi
psikososial yang merubah pola pikir negatif menjadi positif sehingga perilaku mal
adaptif yang timbul akibat pola pikir yang salah juga akan berubah menjadi perilaku
yang adaptif, sehingga pada akhirnya diharapkan individu memiliki kemampuan
untuk bereaksi secara adaptif dalam menghadapi masalah atau situasi yang sulit dalam
hidup.
b) Indikasi
Terapi perilaku kognitif diberikan pada individu dengan indikasi gangguan klinis
khusus seperti
 Depresi
 Ansietas
 Panik agrophobia
 Social phobia
 Bulimia
 Obsessive compulsive disorder
 PTSD
 Psikosis
 Marah
 Distress HIV (Workshop Keperawatan Jiwa 2011)
c) Mekanisme
Pada proses pelaksanaan terapi perilaku kognitif dibagi dalam 5 sesi, setiap sesi
dilaksanakan selama 30-45 menit untuk setiap klien
 Sesi 1 : Pengkajian
Mengungkapkan pikiran otomatis negatif tentang diri sendiri, perasaan dan
perilaku negatif yang dialami klien yang berkaitan dengan stressor yaitu
pengalaman traumatis yang dialami, mengidentifikasi hal positif yang dimiliki,
serta latihan satu pikiran otomatis negatif.
 Sesi 2 : Terapi Kognitif
Mereview latihan pikiran otomatis yang negatif yang pertama yang sudah
dilatih sebelumnya dan melatih untuk mengatasi pikiran otomatis negatif yang
kedua.
 Sesi 3 : Terapi Perilaku
Mengevaluasi pikiran otomatis negatif yang masih ada, mengidentifikasi
perilaku positif yang dimiliki, mengidentifikasi perilaku positif yang baru,
menyusun rencana perilaku yang ditampilkan untuk mengubah perilaku
negatif yang timbul akibat stressor kejadian traumatis dengan memberikan
konsekwensi positif atau konsekuensi negatif jika perilaku dilakukan atau
tidak dilakukan.
 Sesi 4 : Evaluasi Terapi kognitif dan perilaku
Mengevaluasi kemajuan dan perkembangan terapi, mereview pikiran otomatis
negatif dan perilaku negatif, memfokuskan terapi, dan mengevaluasi perilaku
yang dipelajari berdasarkan konsekuensi yang disepakati
 Sesi 5 : Mencegah Kekambuhan
Menjelaskan pentingnya psikofarmaka dan terapi modalitas lainnya disamping
terapi perilaku kognitif untuk mencegah kekambuhan dan mempertahankan
dan membudayakan pikiran positif dan perilaku positif secara mandiri dan
berkesinambungan dalam mengatasi masalah.

2. Terapi Persepsi Sensori


a) Definisi
Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori merupakan terapi yang diberikan
dengan menstimulus semua panca indra pada pasien sehingga terjadi perubahan
perilaku dan memberikan respon yang adekuat (Keliat, 2012).
Menurut Prabowo (2014) terapi aktivitas kelompok untuk menstimulasi
sesnsori pada penderita yang mengalami kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang
digunakan meliputi fasilitasi penggunaan panca indera dan kemampuan
mengekspresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal. TAK stimulasi sensori
sebagai aktivitas yang digunakan untuk menstimulasi sensori klien dengan
mengobservasi reaksi sensori klien terhadap stimulasi yang disediakan, berupa
ekspresi perasaan secara nonverbal pada ekspresi wajah dan gerakan tubuh (Keliat
2004 dalam Hidayah 2015).
b) Indikasi
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori ini diindikasikan pada
pasien dengan gangguan persepsi sensori. Indikasi dan kontra indikasi pasien yang
dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok menurut (Depkes RI 1997) yaitu ; semua
pasien, terutama pasien rehabiltasi perlu memperoleh terapi aktivitas kelompok
kecuali mereka yg : psikopat, dan sosiopat, selalu diam, autistic, delusi tak terkontrol,
mudah bosan. Ada berbagai persyaratan bagi klien untuk bisa mengikuti TAK antara
lain : sudah ada observasi dan diagnosis yang jelas, sudah tidak terlalu gelisah, dan
waham tidak terlalu berat sehinggga kooperatif dan tidak menggangu proses TAK
(Depkes RI, 1997).
c) Mekanisme
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori :
Sesi 1 : membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab isolasi sosial,
mengidentifikasi keuntungan dan kerugian berhubungan dengan orang lain
Sesi 2 : mengajrakan berkenalan dengan dua orang atau lebih
Sesi 3 : melatih pasien berhubungan sosial dengan kelompok secara bertahap,
mendengarkan musik, menonton video dan film.

3. TAK Sosialisasi Pada Pasien Isolasi Sosial

Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) merupakan suatu rangkaian kegiatan


yang sangat penting dilakukan untuk membantu dan memfasilitasi klien isolasi sosial agar
mampu bersosialisasi secara bertahap melalui tujuh sesi guna melatih kemampuan sosialisasi
klien. Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dalam TAKS dibagi menjadi beberapa
tahap, yaitu tahap persiapan, tahap orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi dengan
menggunakan metode dinamika kelompok, diskusi/tanya jawab serta bermain peran/stimulasi
(Efendi, Rahayuningsih dan Muharyati, 2012). Pelaksanaan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi dilakukan dalam 7 sesi untuk melatih kemampuan interaksi sosial pasien isolasi
sosial. Adapun tujuan tiap sesi adalah (Hastutiningtyas dan Setyabudi, 2016):
a. Sesi 1 : Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap,
nama panggilan, asal dan hobi.
b. Sesi 2 : Klien mampu memperkenalkan diri sendiri, nama panggilan, asal dan hobi,
serta mampu berkenalan dengan orang lain dengan menanyakan nama
lengkap, nama panggilan asal dan hobi anggota kelompok lain.
c. Sesi 3 : Klien mampu menanyakan kehidupan pribadi kepada satu anggota kelompok
dan mampu mampu menjawab tentang kehidupan pribadinya sendiri
d. Sesi 4 : Klien mampu menyampaikan topik yang ingin dibicarakan, memilih topik
yang ingin dibicarakan, dan memberikan pendapat tentang topik yang telah
dipilih
e. Sesi 5 : Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan
orang lain seperti menyampaikan masalah pribadi, memilih satu masalah
untuk dibicarakan, serta memberi pendapat tentang masalah pribadi yang
dipilih
f. Sesi 6 : Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok seperti
bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan pada orang lain, menjawab
dan memberi sesuatu pada orang lain sesuai dengan permintaan. Contoh
permainannya bisa menggunakan kartu
g. Sesi 7 : Klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap,
mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan-kegiatan TAK
yang telah dilakukan.

Indikasi TAK Sosialisasi

a. Klien isolasi sosial yang sudah mendapatkan asuhan keperawatan untuk masalah
isolasi sosial.
b. Klien isolasi sosial yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal.
c. Klien isolasi sosial yang telah mulai berespon sesuai dengan stimulus.
d. Klien yang mengalami kerusakan komunikasi verbal yang telah berespons sesuai
dengan stimulus (Efendi, Rahayuningsih dan Muharyati, 2012).

Media dan Alat yang mungkin dibutuhkan


1. Laptop, MP3 atau tape recorder
2. Musik/lagu
3. Bola Tenis
4. Buku catatan dan pulpen
5. Kartu permainan
6. Jadwal kegiatan pasien

Pembagian Tugas dalam TAK Sosialisasi


1. Leader, tugas yang dimiliki adalah:
 Menyiapkan proposal kegiatan TAKS
 Menyampaikan tujuan dan peraturan terapi aktifitas kelompok sebelum kegiatan
dimulai
 Menjelaskan permainan
 Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kclompok dan memperkenalkan
dirinya
 Mampu memimpin tcrapi aktilitas kelompok dengan baik dan tertib
 Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
2. Co-leader, tugas yang dimiliki adalah:
 Mendampingi leader
 Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang altiviatas pasien
 Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan yang telah
dibuat
 Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami blocking dalam proses terapi
3. Fasilitator, tugas yang dimiliki adalah:
 Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung
 Memotivasi klien yang kurang aktif
 Memfalitasi dan memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok
untuk aktif mengikuti jalanya terapi
4. Observer, tugas yang dimiliki adalah:
 Mengobservasi jalanya proses kegiatan
 Mengamati serta mencatat prilaku verbal dan non-verbal pasien selama kegiatan
berlangsung (dicatat pada format yang tersedia)
 Mengawasi jalanya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses, hingga
penutupan
Mekanisme TAK Sosialisasi

Sesi 1. Langkah-langkah kegiatannya sebagai berikut:


1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak pada anggota kelompok
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik, dengan memberikan salam serta memastikan peserta dan terapis
memakai name tag
b. Evalusi/validasi, dengan menanyakan perasaan pasien saat ini, menanyakan apakah
pernah memperkenalkan diri pada orang lain.
c. Kontrak, dengan menjelaskan tujuan kegiatan, aturan main, menjelaskan bahwa
kegiatan hari ini adalah berkenalan dengan anggota kelompok, menjelaskan jika
ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus minta izin pada pemimpin
TAK, menjelaskan lama kegiatan TAK selama 45 menit, dan setiap pasien wajib
mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Tahap Kerja
a. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah
jarum jam
b. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat
giliran untuk berkenalan dengan anggota kelompok yang ada disebelah kanan
dengan cara memberikan salam, menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal
dan hobi. Dimulai oleh terapis sebagai contoh.
c. Ulangi kegiatan a dan b sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
d. Berikan pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk
tangan
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi, dengan menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK dan
memberi pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut. Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih
memperkenalkan diri kepada orang lain dikehidupan sehari-hari, lalu memasukan
kegiatan dalam jadwal kegiatan harian pasien.
c. Membuat kontrak TAK yang akan datang.
5. Evaluasi dan Dokumentasi
Sesi 2. Langkah-langkah kegiatannya sebagai berikut:
1. Persiapan
a. Melakukan kontrak dengan anggota kelompok sehari sebelumnya
b. Mengingatkan kontrak pada anggota kelompok
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Memberi salam terapeutik, dan memastikan peserta dan terapis memakai papan
nama
b. Evaluasi/validasi, dengan menanyakan perasaan pasien saat ini, menanyakan
apakah pasien telah mencoba memperkenalkan diri pada orang lain
c. Kontrak, dengan menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berkenalan dengan anggota
kelompok lain dan menjelaskan aturan main seperti pada TAK 1.
3. Tahap Kerja
a. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah
jarum jam.
b. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat
giliran untuk berkenalan dengan anggota kelompok yang ada disebelah kanan
dengan cara memberi salam, menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal
dan hobi. Kemudian menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
anggota kelompok disebelah kanannya. Dimulai oleh terapis sebagai contoh.
c. Ulangi kegiatan a dan b sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
d. Hidupkan lagi lagu pada tape dan edarkan bola tenis kembali.
e. Pada sat tape dimatikan, minta anggota kelompok yang memegang bola untuk
memperkenalkan anggota kelompok yang disebelah kananya kepada kelompok
yaitu, nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi. Dimulai oleh terapis sebagai
contoh.
f. Ulangi kegiatan d dan e sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
g. Berikan pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk
tangan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi, dengan menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK dan
memberi pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut. Menganjurkan tiap anggota kelompok untuk melatih
berkenalan dengan orang lain dikehidupan sehari-hari, lalu memasukkan kegiatan
dalam jadwal kegiatan harian pasien.
c. Membuat kontrak TAK yang akan datang.
5. Evaluasi dan Dokumentasi

Sesi 3. Langkah-langkah kegiatannya sebagai berikut:


1. Persiapan
a. Melakukan kontrak dengan anggota kelompok sehari sebelumnya
b. Mengingatkan kontrak pada anggota kelompok
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Memberikan salam terapeutik
b. Evaluasi/validasi, dengan menanyakan perasaan pasien saat ini, menanyakan
apakah pasien telah mencoba berkenalan dengan orang lain
c. Kontrak, dengan menjelaskan tujuan kegiatan dan menjelaskan aturan main seperti
pada TAK sebelumnya.
3. Tahap Kerja
a. Hidupkan lagu pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah
jarum jam.
b. Pada saat tape dimatikan peseta yang sedang memegang bola tenis mendapat
giliran untuk bertanya tentang kehidupan pribadi anggota kelompok yang ada
disebelah kanannya dengan cara memberi salam, memanggil nama panggilannya,
menanyakan kehidupan pribadi (misalnya menanyakan siapa orang terdekatnya
atau pengalaman yang berkesan bagi dirinya, dan lain-lain). Dapat dimulai dari
terapis sebagai contoh.
c. Ulangi kegiatan a dan b sampai semua anggota kelompok mendapatkan giliran
untuk bercerita.
d. Berikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi, dengan menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK dan
memberi pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut. Menganjurkan agar pasien bercakap-cakap tentang
kehidupan pribadinya dengan orang lain dan memasukkan kegiatan tersebut
kedalam jadwal harian pasien.
c. Membuat kontrak TAK yang akan datang.
5. Evaluasi dan Dokumentasi

Sesi 4. Langkah-langkah kegiatannya sebagai berikut:


1. Persiapan
a. Melakukan kontrak dengan anggota kelompok sehari sebelumnya
b. Mengingatkan kontrak pada anggota kelompok
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Memberikan salam terapeutik
b. Evaluasi/validasi, dengan menanyakan perasaan pasien saat ini, menanyakan
apakah pasien telah mencoba bercakap-cakap dengan orang lain
c. Kontrak, dengan menjelaskan tujuan kegiatan dan menjelaskan aturan main seperti
pada TAK sebelumnya.
3. Tahap Kerja
a. Hidupkan lagu pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah
jarum jam.
b. Saat musik dihentikan, peserta yang sedang memegang bola tenis mendapat giliran
untuk menyampaikan suatu topik yang ingin dibicarakan misalnya cara mencari
teman, atau yang lain. Lalu musik kembali dimainkan dan dihentikan sampai
semua anggota mendapat giliran untuk menyampaikan tema yang ingin
dibicarakan. Tulis semua topik yang disampaikan oleh semua anggota kelompok
pada whiteboard.
c. Tape dihidupkan kembali dan bola kembali diedarkan. Saat musik dihentikan,
peserta yang sedang memegang bola tenis mendapat giliran untuk memilih topik
yang disukai. Hidupkan dan matikan tape sampai semua peserta mendapatkan
giliran untuk memilih topik yang ingin disukai.
d. Setelah semua menyampaikan topik yang disukai, terapis dapat membantu
menentukan topik yang paling banyak dipilih oleh anggota kelompok.
e. Hidupkan lagi tape dan edarkan bola. Saat musik dihentikan, peserta yang sedang
memegang bola tenis mendapatkan giliran untuk memberi pendapat tentang topik
yang telah ditentukan. Ulangi sampai semua mendapatkan giliran
e. Berikan pujian, setiap kali pasien selesai menyampaikan pendapatnya
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi, dengan menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK dan
memberi pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut. Menganjurkan agar pasien bercakap-cakap tentang topik
tertentu dan memasukkan kegiatan tersebut kedalam jadwal harian pasien.
c. Membuat kontrak TAK yang akan datang.
5. Evaluasi dan Dokumentasi

Sesi 5. Langkah-langkah kegiatannya sebagai berikut:


1. Persiapan
a. Melakukan kontrak dengan anggota kelompok sehari sebelumnya
b. Mengingatkan kontrak pada anggota kelompok
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Memberikan salam terapeutik
b. Evaluasi/validasi, dengan menanyakan perasaan pasien saat ini,
c. Menjelaskan tujuan kegiatan dan aturan main seperti pada TAK sebelumnya.
3. Tahap Kerja
a. Hidupkan lagu pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah
jarum jam.
b. Saat musik dihentikan, peserta yang sedang memegang bola tenis mendapat giliran
untuk menceritakan masalah yang ingin dibicarakan. Ulangi sampai semua anggota
kelompok selesai menceritakan masalah yang ingin dibicarakan dan diceritakan.
c. Berikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasannya
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi, dengan menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK dan
memberi pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut. Menganjurkan agar pasien bercakap-cakap tentang masalah
pribadi dan memasukkan kegiatan tersebut kedalam jadwal harian pasien.
c. Membuat kontrak TAK yang akan datang.
5. Evaluasi dan Dokumentasi

Sesi 6. Langkah-langkah kegiatannya sebagai berikut:


1. Persiapan
a. Melakukan kontrak dengan anggota kelompok sehari sebelumnya
b. Mengingatkan kontrak pada anggota kelompok
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Memberikan salam terapeutik
b. Evaluasi/validasi, dengan menanyakan perasaan pasien saat ini,
c. Menjelaskan tujuan kegiatan dan aturan main seperti pada TAK sebelumnya.
3. Tahap Kerja
a. Hidupkan lagu pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah
jarum jam.
b. Saat musik dihentikan, peserta yang sedang memegang bola tenis memulai
permainan dengan cara : 1) Meminta satu kartu kepada anggota kelompok
disebelah kanannya; 2) Jika kartu yang dipegangnya telah lengkap maka
diumumkan pada semua anggota kelompok; 3) Namun jika kartu yang dipegang
belum lengkap, maka diperkenankan mengambil kartu yang berada diatas meja; 4)
Jika anggota kelompok memberikan kartu yang dipegang pada anggota kelompok
yang meminta, ia berhak mengambil satu kartu yang berada diatas meja; 5) Setiap
menerima kartu dari orang lain anjurkan untuk mengucapkan terima kasih
c. Ulangi langkah a dan b sampai semua anggota kelompok telah selesai
mengumpulkan setiap kartu.
d. Berikan pujian untuk tiap kali keberhasilan pasien
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi, dengan menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK dan
memberi pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut. Menganjurkan agar pasien dapat terus berlatih bekerja sama
dengan orang lain dan memasukkan kegiatan tersebut kedalam jadwal harian
pasien.
c. Membuat kontrak TAK yang akan datang.
5. Evaluasi dan Dokumentasi

Sesi 7. Langkah-langkah kegiatannya sebagai berikut:


1. Persiapan
a. Melakukan kontrak dengan anggota kelompok sehari sebelumnya
b. Mengingatkan kontrak pada anggota kelompok
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Memberikan salam terapeutik
b. Evaluasi/validasi, dengan menanyakan perasaan pasien saat ini,
c. Menjelaskan tujuan kegiatan dan aturan main seperti pada TAK sebelumnya.
3. Tahap Kerja
a. Hidupkan lagu pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah
jarum jam.
b. Saat musik dihentikan, peserta yang sedang memegang bola tenis menyebutkan
manfaat dari 6 pertemuan TAK sosialisasi yang telah dilakukan sebelumnya.
c. Ulangi kegiatan a dan b sampai semua anggota kelompok menyampaikan pendapat
mengenai manfaat dari ke 6 sesi TAK yang telah dilakukan sebelumnya.
d. Berikan pujian setiap kali peserta selesai mengemukakan pendapatnya.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi, dengan menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK dan
memberi pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut. Menganjurkan agar pasien dapat terus melatih diri dan
mengimplementasikan 6 kemampuan yang telah dimiliki
c. Membuat kontrak kembali untuk evaluasi kemampuan anggota kelompok secara
periodik
5. Evaluasi dan Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, S., Rahayuningsih, A. dan Muharyati, W. (2012) ‘Pengaruh Pemberian Terapi


Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Perubahan Perilaku Klien Isolasi Sosial’,
Jurnal Keperawatan, 8(2), pp. 105–114.
Handayani, dkk. 2020. Modul praktikum keperawatan jiwa. Indramayu : penerbit adab
Hastutiningtyas, W. R. dan Setyabudi, I. (2016) ‘Peran Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi (TAKS) Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial dan Masalah Isolasi Sosial
Pasien (Review Literature)’, Jurnal Care, 4(3), pp. 62–69.
Hidayah, A. 2015. Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi-sensori
terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien halusinasi di rsjd dr.
Amino gondohutomo semarang. Jurnal Keperawatan, Vol. 8, No.1, Hal. 44-55
Keliat, B.A. & Akemat. 2004. Keperawatan jiwa : terapi aktivitas kelompok. Jakarta :
EGC.
Keliat, B A. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic Course).
Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Martin, P.F. (2010).CBT. 27 Pebruari 2012
http://www.minddisorders.com/Brdel/Cognitive-behavioral-therapy.html
Prabowo, E. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta : sNuha
Medika.
Yusuf, Fitryasari R, Nihayati E H, 2015, ‘ Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa,
Salemba Medika : Jakarta.
Wuryaningsih, dkk (2018). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa I. Jember : UNEJ Press
Workshop Keperawatan Jiwa FIK UI. (2011). Draft Standar Asuhan Keperawatan Program
Spesialis Jiwa

Anda mungkin juga menyukai