DISUSUN OLEH:
MUTIARA FITRI
NIM. 211133057
VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam
Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di
Tingkat Regional Tahun 2020"
MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang
Berbasis Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
IPTEK dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri,
Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan kerjasama baik lokal maupun regional.
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN GAWAT DARURAT LANJUT
DENGAN DIAGNOSA ILEUS OBSTRUKTIF
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
C. Klasifikasi
Menurut (Hartati Widya,2020)Terdapat 2 jenis obstruksi :
1. Obstruksi paralitik (ileus paralitik)
Peristaltik usus dihambat sebagian akibat pengaruh toksin atau
trauma yang mempengaruhi kontrol otonom pergerakan usus. Peristaltik
tidak efektif, suplai darah tidak terganggu dan kondisi tersebut hilang
secara spontan setelah 2 sampai 3 hari.
2. Obstruksi mekanik
Terdapat obstruksi intralumen atau obstruksi mural oleh tekanan
ekstrinsik. Obstruksi mekanik digolongkan sebagai obstruksi mekanik
simpleks (satu tempat obstruksi) dan obstruksi lengkung tertutup (paling
sedikit 2 obstruksi). Karena lengkung tertutup tidak dapat didekompresi,
tekanan intralumen meningkat dengan cepat, mengakibatkan penekanan
pebuluh darah, iskemia dan infark (strangulasi) sehingga menimbulkan
obstruksi strangulate yang disebabkan obstruksi mekanik yang
berkepanjangan. Obstruksi ini mengganggu suplai darah, kematian
jaringan dan menyebabkan gangren dinding usus.
E. Komplikasi
Komplikasi pada pasien dengan kanker ileus obstruktif
menurut Yolanda Felia (2020) meliputi:
1. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga
terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
2. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada
organ intra abdomen.
3. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik
dan cepat.
4. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume
plasma.
F. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan penunjang menurut Wolf et al. (2019) yang dapat dilakukan
sebagai berikut:
1. HB (hemoglobin), PCV (volume sel yang ditempati sel darah merah) :
meningkat akibat dehidrasi
2. Leukosit : normal atau sedikit meningkat ureum + elektrolit, ureum
meningkat, Na+ dan Cl- rendah.
3. Rontgen toraks : diafragma meninggi akibat distensi abdomen
a. Usus halus (lengkung sentral, distribusi nonanatomis, bayangan valvula
connives melintasi seluruh lebar usus) atau obstruksi besar (distribusi
perifer/bayangan haustra tidak terlihat di seluruh lebar usus)
b. Mencari penyebab (pola khas dari volvulus, hernia, dll)
4. Enema kontras tunggal (pemeriksaan radiografi menggunakan suspensi
barium sulfat sebagai media kontras pada usus besar) : untuk melihat
tempat dan penyebab.
5. CT Scan pada usus halus : mencari tempat dan penyebab, sigmoidoskopi
untuk menunjukkan tempat obstruksi
6. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolic.
G. Penatalaksanaan medic
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan
cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi,
mengatasi peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk
memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal menurut Komite
Penanggulangan Kanker Nasional (2015) dalam Hartati Widya (2020):.
1. Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu di perhatikan adalah mengawasi tanda –
tanda vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi
mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga
perlu diberikan cairan intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap
terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda - tanda vital dan jumlah
urin yang keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan juga
pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT di gunakan untuk
mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan
mengurangi distensi abdomen.
2. Farmakologis
Pemberian obat - obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan
sebagaiprofilaksis. Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala
mualmuntah.
3. Operatif
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk
mencegah sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi
kemudiandisusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil
eksplorasi selamalaparotomi. Berikut ini beberapa kondisi atau
pertimbangan untuk dilakukanoperasi: jika obstruksinya berhubungan
dengan suatu simple obstruksi atauadhesi, maka tindakan lisis yang
dianjurkan. Jika terjadi obstruksi stangulasimaka reseksi intestinal
sangat diperlukan. Pada umumnya dikenal 4 macamcara/tindakan bedah
yang dilakukan pada obstruksi ileus :
a. Koreksi sederhana (simple correction), yaitu tindakan bedah
sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada
hernia incarceratanon-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau
pada volvulus ringan.
b. Tindakan operatif by-pass, yaitu tindakan membuat saluran usus
baru yang “melewati” bagian usus yang tersumbat, misalnya
pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya
c. Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari
tempatobstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.
d. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat
anastomosisujung-ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas
lumen usus,misalnya pada carcinoma colon, invaginasi,
strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus,
kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh
karena penyakitnya sendiri maupun karenakeadaan penderitanya,
misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan
kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus dan
anastomosis.
BAB II
Menurunka
WOC n
pengaliran
A. Web Of Causation air dan Tindakan
natrium dari pembedahan
Tekanan fumen usus (laparatomi
Perlekatan,
Lumen usus tersumbat intralumen ke darah Ileus obstruktif dan
intusepsi,
meningkat ileostomy)
volvulus,
hernia, tumor
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional Tindakan
Keperawatan
1 Disfungsi motolitas Motilitas Manajemen nutrisi Manajemen nutrisi
gastrointestinal (D. gastrointestinal membaik (I.03119) (I.03119)
0021) berhubungan (L. 03023) Observasi Observasi
dengan Setelah dilakukan 1. Identifikasi status 1. Mengetahui
pembedahan; tindakan keperawatan nutrisi status nutrisi
kecemasan ditandai 3x24 jam, motilitas 2. Identifikasi 2. Mengetahui
dengan: gastrointestinal membaik alergi dan alergi makanan
Gejala dan Tanda dengan kriteria hasil: intoleransi yang dimiliki
Mayor 1. Nyeri menurun makanan pasien
Subjektif 2. Kram abdomen 3. Mengetahui
3. Identifikasi
1. Mengungkap menurun maul makanan yang
flatus tidak menurun
makanan yang disukai
ada 3. Muntah menurun disukai 4. Menentukan
2. Nyeri/kram 4. Regurgitasi 4. Identifikasi jumlah kalori
abdomen menurun kebutuhan kalori dan nutrisi yang
Objektif 5. Distensi abdomen dan jenis dibutuhkan
menurun nutrient pasien
1. Suara 6. Diare menurun 5. Dapat
5. Identifikasi
peristaltik 7. Suara peristaltik memberikan
berubah (tidak
perlunya
meningkat penggunaan intervensi dalam
ada, hipoaktif, 8. Pengosongan pemberian
atau selang
lambung meningkat makanan
hiperaktif) nasogastrik
9. Ratus meningkat 6. Mengetahui
Gejala dan Tanda 6. Monitor asupan asupan makanan
makanan yang dimakan
Minor 7. Monitor berat pasien
Subjektif badan 7. Menentukan
8. Monitor hasil intervensi yang
1. Merasa mual
pemeriksaan tepat dalam
Objektif laboratorium pemberian kalori
1. Residu Terapeutik dan nutrisi yang
lambung dibutuhkan
1. Lakukan oral pasien
meningkat/me
hygiene sebelum 8. Dapat
nurun
makan, jika perlu memberikan
2. Muntah
3. Regurgitasi 2. Fasilitasi intervensi dalam
4. Pengosongan menentukan pemberian
lambung cepat pedoman diet makanan
5. Distensi (mis. Piramida
Teraupetik
abdomen makanan) 1. Agar pasien
6. Diare 3. Sajikan makanan tampak nyaman
7. Feses kering secara menarik 2. Agar pasien
dan sulit dan suhu yang terpenuhi diet
keluar
Feses keras sesuai yang diberikan
4. Berikan makan 3. Menambah
tinggi serat nafsu makan
untuk mencegah pasien
4. Makanan tinggi
konstipasi
serat dapat
5. Berikan
mencegah
makanan tinggi konstipasi
kalori dan tinggi 5. Agar pasien
protein terpenuhi kalori
6. Berikan dan protein
suplemen 6. Menambah
makanan, jika nafsu makan
perlu pasien
7. Hentikan 7. Memandirikan
pemberian pasien dalam
memenuhi
makan melalui
kebutuhan
selang makan
nasigastrik jika
Edukasi
asupan oral
dapat ditoleransi 1. Mencegah
Edukasi pasien tersedak
saat makan
1. Anjurkan posisi 2. Memenuhi
duduk, jika kebutuhan diit
mampu pasien
2.Ajarkan diet Kolaborasi
yang
1. Rasa nyaman
diprogramkan
dapat
Kolaborasi meningkatkan
1. Kolaborasi nafsu makan
pemberian 2. Menentukan
medikasi sebelum jumlah kalori
makan (mis. dan jenis
Pereda nyeri, nutrient yang
antiemetik), jika dibutuhkan
perlu
2. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu