Anda di halaman 1dari 25

TUGAS REFERAT

ILEUS OBSTRUKSI DAN ILEUS PARALITIK

Oleh :
I Made Windhu Suputra (21710112)
Ismi Fairoh Makiyyah (21710090)

Pembimbing :
dr. Dani Mustikawati Sp.Rad

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
RSUD NGANJUK
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, kami bisa menyelesaikan referat dengan judul “Ileus obstruksi dan Ileus
paralitik” untuk memenuhi tugas kepanittraan klinik di SMF Radiologi RSUD Nganjuk.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu kami dalam menyelaisaikan referat ini, antara lain :

1. dr. Dani Mustikawati Sp.Rad yang telah meluangkan waktunya untuk


membimbing kami selama di SMF Radiologi RSUD Nganjuk
2. dr. Soegiartiningsih Sp.Rad yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing kami selama di SMF Radiologi RSUD Nganjuk
3. Teman-teman kelompok F yang sudah mendukung dan memberikan bantuan
dalam menyelesaikan referat ini
4. Serta semua pihak yang membantu kami dalam menyelesaikan referat ini yang
tidak bisa kami sebut satu-persatu.
Kami menyadari ada kekurangan pada referat ini. Oleh sebab itu, saran dan kritik
senantiasa diharapkan demi perbaikan referat selanjutnya. kami juga berharap semoga
referat ini mampu memberikan pengetahuan tentang ileus obstruksi dan ileus paralitik.

Nganjuk, November 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN

A. ILEUS OBSTRUKSI
1. Definisi ………………………………………………………………….
2. Etiologi…………………………………………………………………..
3. Patofisiologi……………………………………………………………..
4. Manifestasi Klinis……………………………………………………….
5. Diagnosis………………………………………………………………..
6. Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………
7. Penatalaksanaan…………………………………………………………
8. Komplikasi………………………………………………………………
B. ILEUS PARALITIK
1. Definisi………………………………………………………………….
2. Etiologi………………………………………………………………….
3. Patofisiologi……………………………………………………………..
4. Diagnosis………………………………………………………………..
5. Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………
6. Penatalaksanaan…………………………………………………………
7. Komplikasi………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau oleh

gangguan peristaltis. Obstruksi usus disebut juga obstruksi mekanik.

Penyumbatan dapat terjadi dimana saja di sepanjang usus. Pada obstruksi usus

harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dan obstruksi strangulata. Obstruksi

usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi dan volvulus mungkin

sekali disertai strangulasi, sedangkan obstruksi oleh tumor atau askariasis

adalah obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan strangulasi (Indrayani,

Margaretha Novi , 2017).

Ileus paralitik adalah suatu keadaan patofisiologik dimana terdapat

hambatan motilitas pada traktus gastrointestinal dan tidak terdapat obstruksi

mekanik intestinal, yang merupakan suatu akibat dari gangguan motilitas dan

secara spesifik dapat diterangkan sebagai ileus paralitik atau adinamik ileus.

Baik ileus paralitik maupun ileus obstruksi merupakan dua gangguan yang

berpotensi mengancam jiwa, kecuali bila dilakukan terapi lebih awal . Tidak

mengherankan bahwa ileus paralitik dan ileus obstruksi termasuk dalam 10

penyebab kematian terbanyak di antara penyakit gastrointestinal

Pada bayi dan bayi baru lahir, penyumbatan usus biasanya disebabkan oleh

cacat lahir, massa yang keras dari isi usus (mekonium) atau ususnya berputar

(volvulus). Invaginasi merupakan penyebab tersering dari sumbatan usus akut

pada anak, dan sumbatan usus akut ini merupakan salah satu tindakan bedah

darurat yang sering terjadi pada anak

Satu per lima dari kasus abdomen akut yang dirawat di rumah sakit adalah

akibat obstruksi intestinal dan 80 % di antaranya terletak pada level usus halus

1
. Pada sebuah penelitian retrospektif di India Timur dinyatakan bahwa dalam 3

tahun masa penelitian, ditemukan 9,87 % kasus obstruksi intestinal akut. 75,20

% di antaranya adalah pria, sedangkan 24, 79 % sisanya adalah wanita dan pada

umumnya terjadi pada kelompok pasien usia 20- 60 tahun . Obstruksi intestinal

akut melebihi 3% dari seluruh penyebab perawatan gawat darurat bedah3 .

Berdasarkan perhitungan statistik Departemen Kesehatan Inggris, 75% kasus

ileus paralitik dan obstruksi intestinal membutuhkan perawatan di Rumah Sakit

dengan rata-rata usia pasien adalah 63 tahun . Angka mortalitas ileus paralitik

dan obstruksi intestinal bervariasi tergantung etiologinya yaitu berkisar 2 hingga

20 % bahkan mencapai 50% pada pasien dengan sakit berat dengan penyakit

sistemik dan disfungsi organ multiple

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ileus Obstruksi

1. Definisi

Ileus obstruktif merupakan kegawatan di bidang bedah digestive yang sering

dilaporkan. Ileus obstruksi adalah suatu gangguan aliran pada usus. Obstruksi usus

dapat berupa akut dan kronik, partial atau total. Pada ileus obstruksi terjadi gangguan

atau hambatan isi usus untuk melewati saluran gastrointestinal, dan memerlukan

pertolongan segera. Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus

atau oleh gangguan peristaltis. Penyumbatan atau hambatan dapat terjadi dimana saja

di sepanjang usus. Pada obstruksi usus harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dan

obstruksi strangulate.

Ileus obstruksi sering disebut sebagai ileus mekanik adalah keadaan dimana

makanan tidak bisa disalurkan dari bagian proksimal ke bagian distal saluran

pencernaan atau disebut anus karena terdapat sumbatan yang disesbabkan karena

adanya tekanan dari dinding usus, kelainan pada lumen usus, adanya tekanan dari luar

dinding usus, atau adanya kelainan vaskularisasi pada segmen usus yang dapat

menyebabkan nekrosis pada segmen usus tersebut. Akibat gangguan pasase tersebut

terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan pada bagian proximal

tempat penyumbatan.

Pada bayi penyebab tersering terjadinya ileus obstruksi adalah invaginasi, selain

itu dapat juga disebabkan oleh kecacatan dari lahir, adanya masa yang mengeras pada

lumen usus atau disebut meconium, adanya volvulus ata usus berputar. Pada bayi

kejadian ini merupakan kejadian yang membutuhkan Tindakan bedah segera.

3
Berdasarkanlokasi obstruksinya, ileus obstrukif dapat dibedakan menjadi Ileus

obstruktif letak tinggi, yaitu ileus obstruksi yang mengenai usus halus dan Ileus

obstruktif letak rendah yaitu ileus obstruksi yang mengenai usus besar.

2. Etiologi

Penyebab ileus obstruksi letak tinggi antara lain :

1. Hernia inkarserata

2. Non hernia :

a. Adhesi atau perlekatan usus

b. Invaginasi atau sering disebut intususepsi

c. Askariasis

d. Volvulus

e. Tumor

f. Batu empedu yang masuk ke ileus

Penyebab ileus obstruksi letak rendah antara lain :

a. Ca colon terutama pada daerah rectosigmoid dan distal colon ascenden

b. Diverticulitis

c. Striktur rectum

d. Stenosis usus

e. Volvulus

f. Dan penyakit Hirschprung

3. Patofisiologi

Usus di bagian distal kolaps, sementara bagian proksimal berdilatasi. Usus yang

berdilatasi menyebabkan penumpukan cairan dan gas. Kurang lebih 8 liter cairan

diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari dan akan diasorbsi sebelum menuju

kolon. Obstruksi usus terjadi karena adanya sumbatan pada lumen dan bakteri

4
berkembang biak disana sehingga mengakibatkan terjadinya akumulasi gas dan cairan

(70% dari gas yang tertelan).

Hal ini dapat terjadi di bagian proksimal atau distal usus. Saat akumulasi berada

di bagian distal mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan intra abdomen dan intra

lumen. Peningkatan tekanan yang terjadi dapat menyebabkan peningkatan

permeabilitas kapiler dan ekstravasasi air dan elektrolit di peritoneal. Terjadinya hal

tersebut menyebabkan adanya retensi cairan di usus dan rongga peritoneum sehingga

sirkulasi dan volume darah mengalami penurunan.

Jika akumulasi terjadi di bagian proksimal akan mengakibatkan kolaps pada

usus sehingga terjadi distensi abdomen. Kemudian terjadi penekanan vena mesenterika

yang mengakibatkan kegagalan oksigenasi dinding usus sehingga menurunnya aliran

darah ke usus lalu iskemia dan terjadi nekrosis pada usus. Saat usus mengalami nekrosis

akan terjadi peningkatan permeabilitas kapiler dan pelepasan bakteri dan toksin yang

mengakibatkan perforasi. Terjadinya perforasi menyebabkan bakteri akan masuk ke

dalam sirkulasi sehingga terjadi sepsis dan peritonitis.

Saat terjadi distensi abdomen , usus akan mengalami penurunan fungsi dan

sekresi usus akan meningkat sehingga terjadi penumpukan di dalam lumen secara

progresif yang menyebabkan terjadinya retrograde peristaltic sehingga terjadi

kehilangan cairan dan elektrolit, syok hipovolemik akan terjadi jika hal ini tidak

ditangani

4. Manifestasi Klinis

Obstruksi usus besar dan halus memiliki banyak gejala yang tumpang tindih.

Namun dalam kualitas, waktu, dan presentasi dinyatakan berbeda. Umumnya pada

obstruksi usus halus, nyeri perut digambarkan secara intermiten dan kolik tetapi

membaik dengan muntah, sedangkan nyeri yang terkait dengan obstruksi usus besar

5
terjadi terus menerus. Muntah pada pasien dengan obstruksi usus halus cenderung lebih

sering dengan volume yang lebih banyak, disertai bilious, yang berbeda dengan muntah

pada obstruksi usus besar, yang biasanya muncul intermiten dan feculen. Selain itu,

distensi ditandai dalam obstruksi usus besar dengan obstipasi lebih sering terjadi.

Dalam situasi tertentu obstruksi usus besar akan meniru gejala obstruksi usus halus jika

katup ileocecal tidak kompeten.

Gejala umum dapat berupa syok, gangguan elektrolit, dan oligouri. Kemudian

dapat ditemukan meteorisma dan kelebihan cairan di usus, hiperperistaltis berkala

(kolik) yang disertai mual dan muntah, kram, kembung, dan retensi tinja. Penderita akan

tampak gelisah dan setelah defekasi satu-dua kali tidak ada lagi defekasi atau flatus.

Semakin proksimal proses patologis ditemukan maka semakin cepat pasien

menjadi simtomatik dengan muntah makanan yang tidak tercerna. Retensi tinja dan

flatus merupakan manifestasi klasik dari ileus, mungkin tidak muncul sampai beberapa

hari kemudian. Berbeda dengan ileus usus halus yang biasanya dimulai secara akut

dengan gejala yang parah, ileus usus besar sering dimulai dengan gejala ringan.

Manifestasi utamanya adalah kembung (80%), kram (60%), dan retensi tinja dan flatus

(50%).

5. Diagnosis

a. Anamnesis

Pada anamnesis keluhan umum pasien yaitu distensi abdomen , nyeri atau rasa

tidak nyaman di perut, keluhan tersebut sering berhubungan dengan obstipasi dan

mual atau muntah. Pasien dengan obstruksi usus proksimal umumnya mengeluh

kembung dan distensi. Nyeri khas pada obstruksi yaitu rasa seperti tertekan yang

tumpul, atau seperti diremas dengan periode eksaserbasi kram dan gelombang yang

muncul secara bergantian. Nyeri pada obstruksi usus halus menjalar ke area

6
periumbilikal, derajat nyeri cukup berat dan bersifat kolik. Sedangkan nyeri pada

obstruksi kolon terlokalisasi sedikit di bawah umbilikus, sedangkan pada lesi distal

biasanya mengalami nyeri yang lebih terlokalisasi pada abdomen kiri bawah.

Beberapa pasien mengeluh adanya borborigmi, atau gerakan usus yang dapat

dilihat. Pada pasien dengan obstruksi pada outlet gaster, muntah akan bersifat asam

dan tidak mengandung cairan bilier. Sedangkan pada obstruksi usus halus, muntah

mengandung cairan bilier, terasa pahit dan dapat berbau feses. Ketika terjadi

obstruksi komplit, maka pasien tidak dapat flatus ataupun buang air besar. Selain

menanyakan mengenai keluhan yang dirasakan oleh pasien, kita juga perlu

mengetahui riwayat gejala gastrointestinal sebelumnya, adanya penyakit lain, trauma

atau operasi sebelumnya dan penggunaan obat-obatan

b. Pemeriksaan fisik

Dapat menghasilkan bukti dari ileus mekanik. Secara khusus, bising usus yang

intensif adalah temuan klasik pada fase awal, sedangkan tanda peritoneal biasanya

tidak ada. Gambaran ini tidak spesifik, khususnya pada fase akhir kerusakan usus

dapat menyebabkan kelumpuhan tanpa aktivitas peristaltik. Abdomen membuncit,

gerakan usus atau peristaltik usus terlihat, pada pemeriksaan colok dubur obstruksi

rendah didapatkan ampulla rekti kolaps dan kembung karena paralisis. Pada daerah

inguinal apabila disebabkan akibat hernia femoralis inkarserata.

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tidak mempunyai ciri-ciri khusus. Pada urinalisa, berat

jenis bisa meningkat dan ketonuria yang menunjukkan adanya dehidrasi dan asidosis

metabolik. Leukosit normal atau sedikit meningkat, jika sudah tinggi kemungkinan

sudah terjadi peritonitis. Kimia darah sering adanya gangguan elektrolit.

7
b. Pemeriksaan radiologi

Gambaran radiologi dari ileus berupa distensi usus dengan multiple air fluid

level,distensi usus bagian proksimal, absen dari udara kolon pada obstruksi usus

halus. Obstruksi kolon biasanya terlihat sebagai distensi usus yang terbatas dengan

gambaran haustra, kadang-kadang gambaran massa dapat terlihat. Pada gambaran

radiologi, kolon yang mengalami distensi menunjukkan gambaran seperti ‘pigura’

dari dinding abdomen

Untuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus obstruktif dilakukan

foto abdomen 3 posisi. Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan foto abdomen ini

antara lain :

1. Ileus obstruksi letak tinggi :

• Dilatasi di proximal sumbatan (sumbatan paling distal di ileocecal

junction) dankolaps usus di bagian distal sumbatan.

• Coil spring appearance

• Herring bone appearance

• Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak (step ladder sign)

Gambar 1 : Nampak step ladder sign

8
Gambar 2 : Nampak Herring bone appearance

2. Ileus obstruksi letak rendah :

• Gambaran sama seperti ileus obstruksi letak tinggi

• Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi

abdomen

• Air fluid level yang panjang-panjang di kolon.

Gambar 3 : Nampak step ladder sign

9
Gambar 4 : Nampak dilatasi colon

7. Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami

obstruksi untuk mencegah perforasi . Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan .

Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu

penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan

oleh perlengketan . Penderita penyumbatan usus harus dirawat dirumah sakit.

A. Persiapan

Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah , mencegah

aspirasi, dan mengurangi distensi abdomen 9 (dekompresi). Pasien

dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk

perbaikan keadaan umum .Setelah keadaan optimum tercapai barulah

10
dilakukan laparotomi. Pada obstruksi parsial atau karsinomatosis abdomen

ditangani dengan pemantauan dan konservatif.

B. Operasi

Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organorgan vital

berfungsi dengan baik. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah

pembedahan sesegera mungkin . Tindakan bedah dilakukan bila ada

strangulasi, obstruksi lengkap, hernia inkarserata. Tidak ada perbaikan

dengan pengobatan konservatif ( dengan pemasangan NGT , infus, oksigen

dan kateter)

C. Pasca bedah

Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan

elektrolit. Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus

memberikan kalori yang cukup. Perlu diingat bahwa pasca bedah usus

pasien masih dalam keadaan paralitik .

8. Komplikasi

Pada kasus ileus obstruktif menimbulkan beberapa komplikasi, antara lain

strangulasi, perforasi, peritonitis, syok septik, syok hipovolemik. Kasus kematian

pasien ileus obstruktif paling banyak disebabkan oleh strangulasi. Terdapat banyak

bakteri , darah dan jaringan nekrotik dalam usus. Saat usus mengalami strangulasi

kemungkinan terjadinya perforasi sangat besar dan dapat mengeluarkan isi lumen usus

ke rongga peritoneum.

Pada kasus obstruksi letak rendah dapat terjadi perforasi sekum akibat dilatasi

progresif pada sekum yang dapat menyebabkan terjadinya peritonitis. Pada kasus yang

tidak mengalami perforasi, bakteri dapat melewati usus masuk dalam sirkulasi tubuh

melalui cairan getah bening yang dapat mengakibatkan syok septik. Syok

11
hipovolemia, abses, pneumonia aspirasi dari proses muntah merupakan komplikasi

lain yang menyebabkan kematian.

B. Ileus Paralitik

1. Definisi

Ileus paralitik adalah suatu kondisi gangguan transportasi dari isi usus akibat

penurunan aktivitas otot polos di usus halus atau kolon. Penyakit ini kemungkinan

akan sembuh jika penyebab yang mendasari ileus ini berhasil diperbaiki. Ileus

paralitik merupakan salah satu penyebab penyakit gastrointestinal, tetapi dapat juga

merupakan salah satu gejala penyakit lain, termasuk peritonitis pascaoperasi, sepsis,

gangguan elektrolit.

Ileus paralitik adalah suatu keadaan patofisiologik dimana terdapat hambatan

motilitas pada traktus gastrointestinal dan tidak terdapat obstruksi mekanik

intestinal, yang merupakan suatu akibat dari gangguan motilitas dan secara spesifik

dapat diterangkan sebagai ileus paralitik atau adinamik ileus. Ileus paralitik dapat

terjadi secara akut ataupun berkembang secara lambat sebagai akibat dari penyakit

kronik. Ileus paralitik merupakan gangguan yang berpotensi mengancam jiwa,

kecuali bila dilakukan terapi lebih awal. Tidak mengherankan bahwa ileus paralitik

termasuk dalam 10 penyebab kematian terbanyak di antara penyakit

gastrointestinal.

2. Etiologi

Menurut Djumhana, Ali tahun 2016 dalam jurnalnya yang berjudul Ileum

Paralitik menyatakan bahwa terdapat beberapa etiologi terjadinya ileus paralitik

anatara lain:

a. Neurologik

12
1) Pasca operasi

2) Kerusakan medula spinalis

3) Keracunan timbal kolik ureter

4) Iritasi persarafan splanknikus

5) Pankreatitis

b. Metabolik

1) Gangguan keseimbangan elektrolit (terutama hipokalemia)

2) Uremia

3) Komplikasi DM

4) Penyakit sistemik seperti SLE, sklerosis multipel

c. Obat-obatan

1) Narkotik

2) Antikolinergik

3) Katekolamin

4) Fenotiasin

5) Antihistamin

d. Infeksi

1) Pneumonia

2) Empiema

3) Urosepsis

13
4) Peritonitis

5) Infeksi sistemik berat lainnya

e. Iskemia usus

3. Patofisiologi

Gerakan peristaltik merupakan suatu aktivitas otot polos usus yang

terkoordinasi dengan baik diatur oleh neuron inhibitory dan neuron exitatory dari

sistim enteric motor neuron. Kontraksi otot polos usus ini dipengaruhi dan

dimodulasi oleh berbagai faktor seperti sistim saraf simpatik – parasimpatik,

neurotransmiter (adrenergik, kolinergik, serotonergik,dopaminergik, hormon

intestinal, keseimbangan elektrolit dan sebagainya. Ileus paralitik hampir selalu

dijumpai pada pasien pasca operasi abdomen. Keadaan ini biasanya hanya

berlangsung antara 24-72 jam. Beratnya ileus paralitik pasca operasi bergantung

pada lamanya operasi/narkosis, seringnya manipulasi usus dan lamanya usus

berkontak dengan udara luar. Pencemaran peritoneum oleh asam lambung, isi

kolon, enzim pankreas, darah, dan urin akan menimbulkan paralisis usus. Kelainan

retroperitoneal seperti hematoma retroperitoneal, terlebih lagi bila disertai fraktur

vertebra sering menimbulkan ileus paralitik yang berat. Gangguan elektrolit

terutama hipokalemia, hiponatremia, hipomagnesemia atau hipermagnesemia

memberikan gejala paralisis usus

Sedangkan pada sumber lain menyatakan bahwa, patofisiologi dari ileus paralisi

dibagi menjadi beberapa anatara lain:

a. Perubahan Flora Normal Usus

14
Motilitas normal pada usus dapat membersihkan lumen usus dari nutrient dan

organism sehingga pada saat terjadi gangguan motilitas, maka akan terjadi stasis

dan pertumbuhan bakteri yang berlebihan serta malabsorbsi. Jumlah bakteri

yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan mukosa usus ringan dan

pembentukan gas yang berlebihan. Dekonjugasi cairan empedu oleh bakteri

mengganggu pembentukan micelle dan menyebabkan steatorea.

b. Perubahan Isi Lumen Usus

Belum terdapat studi yang menjelaskan perubahan aliran cairan dan elektrolit

pada ileus paralitik secara memuaskan, namun kemungkinan tidak begitu

berbeda dengan normal. Volume gas dapat bertambah dan kemungkinan karena

udara yang tertelan, di mana udara ini terdiri dari nitrogen yang kurang

diabsorbsi usus sehingga mengakibatkan distensi usus dan mengakibatkan rasa

tidak nyaman pada perut1. Selain itu dapat terjadi produksi oleh fermentasi

bakteri yang semakin bertambah dengan asupan makanan.

c. Efek Metabolik dan Efek Sistemik

Konsekuensi sistemik yang dapat terjadi adalah ketidakseimbangan asam basa,

elektrolit dan cairan. Distensi ekstrem juga akan menyebabkan elevasi

diafragma dengan ventilasi yang restriktif dan kejadian atelectasis.

4. Diagnosis

a. Anamnesis

Saat dilakukan anamnesis, pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya

kembung (abdominal distention), anoreksia, mual dan obstipasi. Muntah

mungkin ada mungkin pula tidak ada. Keluhan perut kembung pada ileus

paralitik ini perlu dibedakan dengan keluhan perut kembung pada ileus

15
obstruksi. Pasien ileus paralitik mempunyai keluhan perut kembung, tidak

disertai nyeri kolik abdomen yang paroksismal. Riwayat penyakit keluarga juga

perlu ditanyakan untuk mendeteksi adanya kemungkinan miopati atau neuropati

yang disebabkan oleh penyakit herediter

b. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik keadaan umum pasien bervariasi dari ringan sampai

berat bergantung pada penyakit yang mendasarinya, didapatkan adanya distensi

abdomen, perkusi timpani dengan bising usus yang lemah dan jarang bahkan

dapat tidak terdengar sama sekali. Pada palpasi, pasien hanya menyatakan

perasaan tidak enak pada perutnya. Tidak ditemukan adanya reaksi peritoneal

(nyeri tekan dan nyeri lepas negatif). Apabila penyakit primernya peritonitis,

manifestasi klinis yang ditemukan adalah gambaran peritonitis

Pasien biasanya berbaring dengan tenang. Pada pemeriksaan perkusi

abdomen dapat ditemukan perkusi timpani. Pada palpasi, pasien menyatakan

perasaan tidak enak pada perut dan tidak dapat menunjuk dengan jelas lokasi

nyeri. Auskultasi harus dilakukan secara cermat oleh karena dapat ditemukan

bising usus yang lemah, jarang, dan bahkan dapat tidak terdengar sama sekali.

Dapat terdengar low pitched gurgle, suara berdenting yang lemah yang kadang

dapat dicetuskan dengan cara menepuk perut pasien, atau dapat terdengar suara

air bergerak(succusion splash) saat pasien berpindah posisi. Pemeriksaan fisik

perlu dilakukan secara berulang karena komplikasi dapat timbul seiring waktu

berjalan sehingga dapat terjadi perubahan hasil pemeriksaan fisik. Demam,

hipotensi, atau tanda-tanda sepsis merupakan tanda bahaya akan terjadinya

komplikasi yang mengancam jiwa

16
5. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium Darah

Pemeriksaan laboratorium penting dalam mencari penyakit yang mendasari

ileus paralitik serta merencanakan manajemen terapinya. Pemeriksaan yang

penting untuk dilakukan yaitu leukosit darah, kadar elektrolit, ureum, glukosa

darah, dan amilase. Pemeriksaan elektrolit serum, blood urea nitrogen, dan

kreatinin membantu dalam menilai adanya ketidakseimbangan cairan dan ada

tidaknya dehidrasi serta derajat dehidrasi. Pemeriksaan leukosit penting dalam

menilai ada tidaknya infeksi atau inflamasi

b. Pemeriksaan Radiologi

Foto polos abdomen sangat membantu menegakkan diagnosis. Pada ileus

paralitik akan ditemukan distensi lambung usus halus dan usus besar

memberikan gambaran herring bone, selain itu bila ditemukan air fluid level

biasanya berupa suatu gambaran line up (segaris). Hal ini berbeda dengan air

fluid level pada ileus obstruktif yang memberikan gambaran stepladder (seperti

anak tangga). Apabila dengan pemeriksaan foto polos abdomen masih

meragukan adanya suatu obstruksi, dapat dilakukan pemeriksaan foto abdomen

dengan mempergunakan kontras kontras yang larut air

Gambar 2.2 Foto Polos Abdomen Ileus Paralitik (Sumber: Dairi, Leonardo

Basa.,ddk,2018).

17
6. Penatalaksanaan

Pengelolaan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif. Tindakannya

berupa dekompresi, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, mengobati kausa

atau penyakit primer dan pemberian nutrisi yang adekuat (Warsinggih,2017).

Pengobatan farmakologis dapat menggunakan alvimopan. Alvimopan adalah

antagonis reseptor μ-opioid yang dapat menghambat aksi opiat dalam menghambat

motilitas gastrointestinal tanpa mempengaruhi kerja opiat sebagai anti nyeri.

Sebuah penelitian doubled blind, placebo-controlled trial menyebutkan bahwa

kelompok pasien post reseksi usus halus dan usus besar yang diberi alvimopan

pergerakan usus terjadi lebih cepat, lebih cepat flatus dan dapat menkonsumsi

makanan padat. Alvimopan diberikan dengan dosis 12 mg 30-90 menit sebelum

operasi dan dua kali sehari setelah operasi selama 7 hari. Terdapat beberapa

penelitian dan studi klinis yang menyatakan bahwa NSAID meringankan mual dan

muntah serta memperbaiki transit gastrointestinal. Laksatif dapat digunakan pada

ileus paralitik , namun begitu belum terdapat penelitian randomized controlled trial

mengenai efeknya. Prostaglandin dilaporkan dapat meningkatkan masa transit pada

usus halus dan kolon, namun masih perlu dilakukan penelitian untuk memastikan

kegunaannya. Neostigmin, yang merupakan inhibitor reversibel dari

asetilkolinesterase yang dapat meningkatkan motilitas kolon pada periode awal

postoperative dengan cara meningkatkan aktivitas asetilkolin pada reseptor

muskarinik . Pemberian neostigmin 2 mg secara cepat dapat memacu flatus dan

pasase feses pada 80-90 % pasien. Neostigmin dapat diberikan 2- 2,5 mg intravena

bolus atau infuse selama 24 jam, dan perlu pengawasan oleh karena resiko

terjadinya bradikardia dan bronkospasme. Ceruletide merupakan peptide sintetis

18
yang dapat meningkatkan motilitas gastrointestinal dengan beraksi sebagai

antagonis kolesistokinin. Namun karena memiliki efek samping mual dan muntah,

maka tidak begitu efektif

7. Komplikasi

Ileus paralitik dapat menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk malnutrisi,

pertumbuhan bakteri yang berlebihan di usus dan pneumatosis cystoids intestinalis

atau akumulasi gas di usus yang dapat menyebabkan pneumoperitoneum. Selain itu,

ileus paralitik juga mampu menyebabkan sepsis karena translokasi bakteri usus ke

aliran darah.

19
BAB III

KESIMPULAN

Ileus obstruksi adalah keadaan dimana makanan tidak bisa disalurkan dari

bagian proksimal ke bagian distal saluran pencernaan karena terdapat sumbatan.

Berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus obstrukif dapat dibedakan menjadi Ileus

obstruktif letak tinggi, yaitu ileus obstruksi yang mengenai usus halus dan Ileus

obstruktif letak rendah yaitu ileus obstruksi yang mengenai usus besar. Penyebab

dari ileus obstruksi letak tinggi adalah Hernia inkarserata dan non hernia (adhesi

usus, invaginasi, askariasis, volvulus, tumor, batu empedu yang masuk ke ileus),

sedangkan penyebab ileus obstruksi letak rendah adalah Ca Colon, diverticulitis,

striktur rectum, stenosis usus, volvulus, dan penyakit hirschprung. Gejala pada ileus

obstruksi letak tinggi dan rendah dapat dibedakan. Nyeri pada obstruksi usus halus

menjalar ke area periumbilikal, derajat nyeri cukup berat dan bersifat kolik, muntah

mengandung cairan bilier, terasa pahit dan dapat berbau feses. Sedangkan nyeri

pada obstruksi kolon terlokalisasi sedikit di bawah umbilikus, sedangkan pada lesi

distal biasanya mengalami nyeri yang lebih terlokalisasi pada abdomen kiri bawah.

Gambaran radiologi dari ileus berupa distensi usus dengan multiple air fluid

level,distensi usus bagian proksimal, absen dari udara kolon pada obstruksi usus

halus. Obstruksi kolon biasanya terlihat sebagai distensi usus yang terbatas dengan

gambaran haustra, kadang-kadang gambaran massa dapat terlihat.

Ileus paralitik adalah suatu kondisi gangguan transportasi dari isi usus akibat

penurunan aktivitas otot polos di usus halus atau kolon. Ileus paralitik adalah suatu

keadaan patofisiologik dimana terdapat hambatan motilitas pada traktus

gastrointestinal dan tidak terdapat obstruksi mekanik intestinal, yang merupakan

suatu akibat dari gangguan motilitas dan secara spesifik dapat diterangkan sebagai

20
ileus paralitik atau adinamik ileus. Etiologi dari ileus paralitik adalah adanya

kelainan neurologik, metabolic, obat-obatan tertentu, infeksi, iskemia usus. Pasien

ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung (abdominal distention), anoreksia,

mual dan obstipasi, tidak disertai nyeri kolik abdomen yang paroksismal. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan adanya distensi abdomen, perkusi timpani dengan

bising usus yang lemah dan jarang bahkan dapat tidak terdengar sama sekali. Pada

palpasi, pasien menyatakan perasaan tidak enak pada perut dan tidak dapat

menunjuk dengan jelas lokasi nyeri. Dapat terdengar suara air bergerak (succusion

splash) saat pasien berpindah posisi. Foto polos abdomen sangat membantu

menegakkan diagnosis. Pada ileus paralitik akan ditemukan distensi lambung usus

halus dan usus besar memberikan gambaran herring bone, selain itu bila ditemukan

air fluid level biasanya berupa suatu gambaran line up (segaris). Hal ini berbeda

dengan air fluid level pada ileus obstruktif yang memberikan gambaran stepladder

(seperti anak tangga).

21
DAFTAR ISI

Dairi, Leonardo Basa.,ddk. 2018. Ileus. Divisi Gastroenterologi – Hepatologi


Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK – USU RSUP. HAJI Adam Malik Medan
Djumhana, Ali. 2016. Ileus Paralitik. Sub Bagian Gastroentero-Hepatologi Bagian
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNPAD : Bandung
Pridanta, I Putu Surya,.dkk. 2018. Recent Pathophysiology and Therapy for Paralytic
Ileus. Universitas Airlangga. Scitepress:Surabaya
Warsinggih. 2017. Bahan Ajar Peritonitis Dan Illeus. Jurnal Kedokteran Ilmu Bedah
Univeritas PadjajaranArief, M., Wirka, I. M., & Setyawati, T. (2020). ILEUS
OBSTRUKTIF: CASE REPORT. Jurnal Medical Profession (Medpro), 2(1), 41-
44.
Dei, K., F., P. 2020. Karakteristik Ileus Obstruktif Di Rsup Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar Tahun 2018. Skripsi. Program Studi Pendidikan Dokter
Universitas Hasanuddin Makassar.
Wahyudi, A., Siswandi, A., Purwaningrum, R., & Dewi, B. C. (2020). Angka
Kejadian Ileus Obstruktif Pada Pemeriksaan BNO 3 Posisi Di RSUD Abdul
Moeloek. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 9(1), 145-151.
Indriyani, M. N. (2013). Diagnosis Dan Tata Laksana Ileus Obstruktif. E-jurnal
Medica UDAYANA, diakses dari: http://ojs. unud. ac. id/indeks.
php/eum/article/view/5113/3903.
Dairi, Leonardo Basa.,dkk. 2016. Ileus. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK –
USU. Jurnal Universitas Sumatera Press
Indrayani, Margaretha Novi . 2017. Diagnosis Dan Tata Laksana Ileus Obstruktif.
Universitas Udayana

22

Anda mungkin juga menyukai