Anda di halaman 1dari 43

KUNJUNGAN RUMAH

PASIEN GOUT ARTHRITIS AKUT DI PUSKESMAS GEDEG

KECAMATAN GEDEG KABUPATEN MOJOKERTO

Disusun Oleh :

I Putu Arya Sagita Darastama 21710047

Pembimbing:

dr. Nurul Maslichana

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2021

i
ii
FORM HASIL KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH
LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH DOKTER KELUARGA

Puskesmas Gedeg No. RM : 5320

Tanggal Kunjungan Pertama Kali : 1 September 2021


Nama Pembina Keluarga Pertama Kali : dr. Nurul Maslichana

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Nama Kepala Keluarga : Tn. S
Alamat Lengkap : Batan Krajan RT3 RW4
Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Tabel 2. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah


No. Nama Kedudukan L/ Usia Pendidikan Pekerjaan Pasien Ket
dalam P Terakhir Klinik
Keluarga (Y/T)
Diagnosis
1. Tn. S KK L 33 th SMA Swasta T Gout
Arthritis
(GA)
Sumber: Data Primer, September 2021

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat rahmat, dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan penyusunan

laporan kunjungan rumah ini tepat pada waktunya. Penyusunan laporan

kunjungan rumah ini sebagai bagian dari tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu

Kesehatan Masyarakat, dan sebagai salah satu syarat kelulusan pendidikan

dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Atas terselesaikannya laporan kunjungan rumah ini, saya

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Widodo Ario Kentjono, dr., Sp.THT-KL(K), FICS Rektor

Universitas Wijaya Kusuma Surabaya yang telah memberi kesempatan

kepada penulis menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas

Wijaya Kusuma Surabaya.

2. Prof. Dr. Suhartati, dr., MS Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Wijaya Kusuma Surabaya yang telah memberi kesempatan kepada

penulis menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya

Kusuma Surabaya.

3. Dr. Atik Sri Wulandari, SKM, M.Kes, selaku Kepala Bagian Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma

Surabaya.

4. Hj. Andiani.,dr.,M.Kes, selaku Koordinator Kepaniteraan Klinik Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma

Surabaya.

iv
5. Prof. H. Didik Sarudji, M.Sc sebagai pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, arahan, serta dorongan dalam menyelesaikan

laporan kunjungan rumah ini.

6. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto dan Koordinator Putaran

Puskesmas Kepaniteraan Klinik IKM beserta staf dan jajarannya yang

telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan laporan kunjungan

rumah ini.

7. Kepala Puskesmas Gedeg beserta staff dan jajaran nya yang telah

memberikan bantuan dalam menyelesaikan laporan kunjungan rumah

ini.

Saya menyadari masih terdapat kekurangan dalam laporan ini sehingga


kritik dan saran sangat kami harapkan guna kesempurnaan laporan kinerja dalam
rangka praktek lapangan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
berbagai pihak yang terlibat.

Mojokerto, 2 September 2021

Penyusun

I Putu Arya Sagita Darastama

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………. ii
FORM HASIL KEGIATAN……………………………………………….. iii
KATA PENGANTAR………………………………………………………. iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………...…. vi

BAB I PENDAHULUAN………………………………………...…. 1

A. Latar Belakang………………………………………...…. 1
B. Rumusan Masalah……………………...……………...…. 2
C. Tujuan……………………...………………...….……...… 2
D. Manfaat……………………......……………...………...… 3

BAB II HASIL PEMERIKSAAN KLINIK……………………....…. 5

A. Identitas Penderita……………………………………........ 5
B. Anamnesis……………………………………………....… 5
C. Pemeriksaan Fisik……………………………………....… 7
D. Pemeriksaan Penunjang……………………………....…... 12
E. Resume……………………………………....…………… 12
F. Penatalaksanaan……………………………………....….. 13
G. Follow-up……………………………………....……….... 13

BAB III PENGELOLAAN PASIEN………………………………… 15


A. Pasien Centered Managemet…………………………….. 15
B. Prefensi Bebas Penyakit Untuk Keluarga Lainnya…….… 16

BAB IV HASIL IDENTIFIKASI FAKTOR KELUARGA DAN


LINGKUNGAN……………………………………….…….. 17

A. Faktor Keluarga…………………………………….……. 17
B. Penyakit Karena Faktor Genetik…………….…………... 19
C. Fungsi Keluarga…………………………….…………… 19
vi
D. Faktor Lingkungan……………………….………..….…. 23
E. Faktor Perilaku Keluarga………………….……………... 25
F. Faktor Pelayanan Kesehatan……………………………. 25

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN………………. 26

A. Temuan Masalah…………………………………….…. 26
B. Analisis…………………………………………………. 27
C. Pembahasan……………………………………….……. 27

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN…………….………..……. 30

A. Kesimpulan……………………………………….……. 31
B. Saran…………………………………...………………. 31

DAFTAR PUSTAKA…………………………………….………………. 32
LAMPIRAN………………………………………………………………. 33

vii
viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gout adalah penyakit sistemik yang diakibatkan oleh pengendapan kristal


monosodium urat (MSU) di jaringan. Peningkatan serum asam urat di atas
ambang batas tertentu merupakan syarat untuk pembentukan kristal asam urat.
Terlepas dari kenyataan bahwa hiperurisemia adalah kelainan patogenik utama
pada gout, banyak orang dengan hiperurisemia tidak berkembang menjadi gout
atau bahkan membentuk kristal asam urat. Faktanya, hanya 5% orang dengan
hyperuriceamia di atas 9 mg/dL yang mengalami gout (Ragab et al., 2017).
Prevalensi umum gout adalah 1-4% pada populasi umum. Di negara barat,
gout terjadi pada 3-6% pada pria dan 1-2% pada wanita. Di beberapa negara,
prevalensi dapat meningkat hingga 10%. Prevalensinya meningkat hingga 10%
pada pria dan 6% pada wanita berusia lebih dari 80 tahun. Insiden tahunan gout
adalah 2.68 per 1.000 orang. Gout terjadi pada pria 2-6 kali lipat lebih banyak
daripada wanita (Ragab et al., 2017). Sedangkan di Indonesia sendiri, data
penyakit gout belum ada namun prevalensi hiperurisemia semakin meningkat.
Riskesdas 2018 menyatakan prevalensi penyakit asam urat berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan sebesar 11.9% dan berdasarkan diagnosis atau gejala 24.7%
(Febriyanti et al., 2020).
Meski jarang, gout dapat menjadi kronis dimana terjadi banyak serangan
akut yang dapat merusak sendi tersebut. Gout kronis juga dapat menyebabkan
benjolan kecil, yang disebut tophus, muncul di bawah kulit di tempat dimana
kristal urat terbentuk dan menyakitkan. Selain itu, gout juga berisiko terbentuk
batu ginjal karena kristal MSU dapat terdeposisi di saluran kemih. Jika tidak
ditangani, batu ginjal dapat menumpuk dan menyebabkan kerusakan hingga gagal
ginjal (American Kidney Fund, 2020).
Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang
penderita Gout Arthritis (GA), berjenis kelamin laki-laki berusia 33 tahun,
dimana penderita merupakan salah satu dari pasien dengan diagnosis Gout

1
Arthritis (GA) yang berada di wilayah UPT Puskesmas Gedeg, Kecamatan Gedeg,
Kabupaten Mojokerto, dengan berbagai permasalahan yang dihadapi. Mengingat
kasus ini masih banyak ditemukan di masyarakat khususnya di wilayah UPT
Puskesmas Gedeg, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto beserta
permasalahannya seperti masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Gout
Arthritis (GA) maka dipilihlah kasus ini sebagai kunjungan rumah.
Berdasarkan anamnesa pasien telah menderita GA sejak 5 tahun yang lalu
kambuh-kambuhan. Pasien telah mendapatkan pengobatan sebelumnya namun
tidak rutin kontrol ke puskesmas, hanya berobat kalau kambuh saja.
Diharapkan dari kunjungan rumah ini, dapat diketahui lingkungan,
perilaku pasien beserta keluarga dalam proses terjadinya penyakit dan upaya
penyembuhannya. Dari kunjungan rumah ini juga diharapkan dapat direncanakan
dan pemberian motivasi pada pasien dan keluarga terhadap upaya kesembuhan
penyakitnya. Oleh karena itu penting kiranya bagi penulis memperhatikan dan
mencermatinya yang kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di
lapangan.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang


berkesinambungan dan menyeluruh kepada Tn.S, sebagai penderita, anggota
keluarga dan anggota masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor
lingkungan, ekonomi dan sosial budaya keluarga maupun masyarakat sekitar?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
berkesinambungan dan menyeluruh kepada Tn.S, sebagai penderita,
anggota keluarga dan anggota masyarakat dengan memperhatikan
faktor- faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya keluarga
maupun masyarakat sekitar.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi penyakit pasien.

2
b. Mengidentifikasi kehidupan pasien dalam keluarga melalui
APGAR.
c. Mengidentifikasi faktor sosial ekonomi pasien melalui SCREEM.
d. Mengidentifikasi faktor keturunan pasien melalui Genogram.
e. Mengidentifikasi faktor pelayanan kesehatan.
f. Mengidentifikasi perilaku pasien terkait dengan penyakitnya.
g. Mengidentifikasi faktor lingkungan fisik dan sosial ekonomi.
h. Mengidentifikasi metode penanganan/manajemen pasien.
i. Menganalisis dan membahas (memecahkan masalah/faktor risiko)
yang dihadapi pasien (diilustrasikan dengan diagram Blum).
j. Menyimpulkan masalah pasien, keluarga dan lingkungannya
sertamemberi saran terhadap pasien, keluarga dan lingkungannya.

D. Manfaat

Manfaat dari kegiatan kunjungan rumah yang dilakukan antara lain:


1. Bagi Dokter Muda
a. Sebagai pengalaman riil di lapangan melakukan proses pendataan
yang di analisis secara holistik tentang hubungan antara penyakit
dengankondisi sosial ekonomi dan pelayanan kesehatan.
b. Mengetahui peran serta sarana pelayanan kesehatan pada
penatalaksanaan penyakit di masyarakat.
c. Memupuk sikap peduli dan sikap menolong sebagai bekal menjadi
seorang dokter.
2. Bagi Pasien dan Keluarganya
a. Meningkatkan kepuasan serta mengedukasi pasien dan
keluarganya.
b. Meningkatkan pemahaman mengenai penyakit.
3. Bagi Sarana Pelayanan Kesehatan
a. Menjamin terpenuhnya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien.
b. Mencapai derajat hidup yang baik dan dapat maksimal di
masyarakat.

3
c. Evaluasi dan pembelajaran tambahan terhadap kondisi penyakit
yang berdampak pada lingkungan di masyarakat.
4. Bagi Individu Tenaga Kesehatan
a. Meningkatkan pemahaman holistik pada kondisi penyakit pada
pasien.
b. Lebih meningkatkan hubungan baik dengan pasien.

4
BAB II

HASIL PEMERIKSAAN KLINIK

A. Identitas Pasien

Nama : Tn. S
Umur : 33 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Swasta (karyawan pabrik)
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Batan Krajan RT3 RW4
Suku : Jawa
Tanggal periksa : 1 September 2021

B. Anamnesis

1. Keluhan Utama : Nyeri lutut sebelah kanan


2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh nyeri linu-linu seperti ditusuk-tusuk pada lutut
sebelah kanan. Nyeri dirasakan sepanjang hari dan hilang timbul.
Nyeri berkurang dalam posisi istirahat. Selain linu, pasien juga
mengeluh kesemutan pada jari tangan kanannya.
Tidak ada keluhan sesak, kelemahan lengan dan tidak mual
muntah. Makan dalam batas normal, BAK lancar tidak nyeri, warna
kuning jernih dan BAB tidak ada keluhan.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :


a. Riwayat MRS : tidak pernah rawat inap sebelumnya
b. Riwayat hipertensi : tidak ada
c. Riwayat kencing manis : tidak ada
d. Riwayat asma : tidak ada
e. Riwayat alergi obat/makanan : amoxicillin
5
f. Riwayat batuk lama : tidak ada
g. Riwayat penyakit jantung : tidak ada

4. Riwayat Penyakit Keluarga :


a. Riwayat penyakit serupa : ada 1 orang keluarga pasien yang
juga menderita asam urat
b. Riwayat hipertensi : tidak ada
c. Riwayat kencing manis : tidak ada
d. Riwayat asma : tidak ada

5. Riwayat Kebiasaan :
a. Riwayat merokok : tidak ada
b. Riwayat olahraga : jarang
c. Riwayat keluarga merokok : tidak ada

6. Riwayat Sosial Ekonomi:


Pasien adalah seorang karyawan swasta yang tinggal di rumahnya
dengan ayah dan istrinya. Kondisi ekonomi pasien termasuk menengah
ke bawah dengan penghasilan yang tidak menentu.

7. Riwayat Gizi :
Pasien sehari-hari makan 3 kali/hari dan teratur. Setiap kali dengan
nasi sepiring dengan lauk pauk seperti telur, tahu, tempe, ayam, dan
ikan. Pasien jarang mengkonsumsi buah dan sayuran.

8. Anamnesis Sistem :

a. Kulit : tidak ada kelainan


b. Kepala : tidak ada kelainan
c. Hidung : tidak ada kelainan
d. Mata : tidak ada kelainan
e. Telinga : tidak ada kelainan
f. Mulut : tidak ada kelainan
g. Tenggorokan : tidak ada kelainan
h. Pernafasan : tidak ada kelainan
i. Kardiovaskuler : tidak ada kelainan

6
j. Gastrointestinal : tidak ada kelainan
k. Nafsu makan : baik
Porsi makan : porsi yang disediakan
dihabiskan
Minum : 8 gelas perhari
l. Genitourinaria
Urine : 3-4 kali sehari, tidak ada kelainan
Warna : kuning
Bau : tidak bau
o. Neuropsikiatri
Neurologik : tidak ada kelainan
Psikiatrik : tidak ada cemas dan stress
p. Musculoskeletal : nyeri & kesemutan jari tangan kanan
menjalar hingga lengan kanan atas
q. Ekstremitas
Atas : tidak ada kelainan
Bawah : benjolan di lutut kanan, nyeri (+)
C. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum
Tampak cukup, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi
kesan baik.
2. Tanda Vital dan Status Gizi
a. Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 90 x/menit, reguler, kuat angkat
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 37°C
b. Status Gizi
Berat Badan : 75 kg
Tinggi Badan : 170 cm
BB 75
Body Mass Index (BMI) : = =¿ 24,4
TB 1.752
2

7
Nilai BMI Penilaian berat badan
>30 Obesitas
25 – 29.9 Berat badan lebih
18.5 – Berat badan ideal
24.9
<18.5 Berat badan kurang

Berdasarkan tabel BMI di atas, maka status gizi pasien masuk


dalam kategori berat badan ideal.
3. Kulit
a. Warna : sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)
b. Kelembaban : baik
c. Turgor : baik
d. Kepala : tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut
4. Mata
a. Conjunctiva : anemis (-/-)
b. Sklera : ikterik (-/-)
c. Pupil : isokor (3mm/3mm)
d. Refleks kornea : (+/+)
e. Katarak : (-/-)
f. Radang / conjunctivitis / uveitis : (-/-)
5. Hidung
a. Nafas cuping hidung : (-/-)
b. Sekret : (-/-)
c. Epistaksis : (-/-)
d. Deformitas hidung : (-/-)
6. Mulut
a. Bibir pucat : (-)
b. Lidah kotor : (-)
c. Papil lidah atrofi : (-)
d. Tepi lidah hiperemis : (-)
7. Telinga

8
a. Sekret : (-/-)
b. Cuping telinga : dalam batas normal
c. Nyeri tekan mastoid : (-/-)
d. Pendengaran berkurang : (-/-)
8. Tenggorokan
a. Tonsil : T1/T1
b. Faring : tidak hiperemis
9. Leher
a. JVP : tidak dilakukan pengukuran
b. Pembesaran kelenjar tiroid : (-)
c. Pembesaran kelenjar limfe : (-)
10. Toraks
Simetris (+), retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
a. Cor :
I : iktus kordis tidak tampak
P : iktus cordis kuat angkat
P : batas kiri atas : ICS II Parasternal line Sinistra
batas kanan atas : ICS II Parasternal line Dextra
batas kiri bawah : ICS V Midclavicular line Sinistra
batas kanan bawah : ICS IV Parasternal line Dextra
Batas jantung kesan tidak melebar
A : S1,S2 tunggal, reguler, murmur (-), bising (-)
b. Pulmo :
Pemeriksaan dilakukan dari depan dan belakang, posisi berbaring
dan duduk.
I : simetris, jejas (-)
P : nyeri tekan (-), fremitus raba simetris
P : sonor (+/+)

A : suara nafas dasar vesikuler ++


A : suara nafas dasar vesikuler ++
A : suara nafas dasar vesikuler ++

suara nafas tambahan Rhonkhi wheezing


9
11. Abdomen
I : jejas (-), scar bekas operasi (-), spider nevi (-)
A : bising usus (+) normal
P : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
P : timpani seluruh lapang perut
12. Sistem Columna Vertebralis
I : deformitas (-), gibus (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
P : nyeri tekan (-)
P : nyeri ketok (-)
13. Ekstremitas Palmar Eritema Normal
a. Akral : hangat
b. Edema :

c. CRT : < 2 detik


14. Sistem Genetalia
Tidak dilakukan
15. Pemeriksaan Neurologis
a. Meningeal sign : tidak dilakukan
b. Nervus Cranialis
NI : normosmia kanan dan kiri
N II : tajam penglihatan mata kanan dan kiri baik
lapang pandang mata kanan dan kiri baik
N III, N IV, N VI : tidak ada diplopia dan strabismus
pergerakan bola mata ke segala arah baik
pupil bulat isokor diameter 3mm/3mm
reflex cahaya (+/+)
NV : trismus (-)
N VII : kerutan dahi simetris
menutup mata simetris
lipatan nasolabial simetris

10
N VIII : pendengaran baik
N IX : disfagia (-), disfonia (-), reflex muntah
normal
N X, N XI : kekuatan m. sternocleidomastoideus
simetris
kekuatan bahu simetris
N XII : dysarthria (-), deviasi lidah (-), atrofi lidah
(-)
c. Motorik
Pengamatan : gaya berjalan normal
Palpasi otot : nyeri otot (-), kontraktur (-)
Tonus otot : normal
Kekuatan otot :5 5
Kekuatan otot :5 5
d. Reflex fisiologis
Biceps : (+/+)
Triceps : (+/+)
KPR : (+/+)
APR : (+/+)
e. Reflex patologis
Babinski : (-/-)
Schaefer : (-/-)
Openheim : (-/-)
Hoffman Tromner : (-/-)
f. Sensorik / Sensibilitas
Eksteroseptif : nyeri (+/+), suhu (+/+), taktil (+/+)
Proprioseptif : rasa gerak (+/+), rasa sikap (+/+), rasa getar (+/+)

g. Fungsi otonom
Miksi : inkontinensia (-)
16. Pemeriksaan Psikis
a. Penampilan : sesuai umur, perawatan diri cukup

11
b. Kesadaran : compos mentis, tidak berubah
c. Mood / Afek : sesuai
d. Psikomotor : normoaktif
e. Proses pikir : bentuk : realistik
isi : waham (-), halusinasi (-)
arus : koheren
f. Insight : baik
D. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah lengkap : tidak dilakukan


2. Pemeriksaan gula darah : 111 mg / dL (acak)
3. Pemeriksaan profil lipid : 167 mg / dL (kolesterol)
4. Pemeriksaan faal ginjal : 10.1 mg / dL (asam urat)
5. Pemeriksaan EKG : tidak dilakukan
6. Pemeriksaan rontgen toraks : tidak dilakukan

E. Resume

Pasien mengeluh nyeri linu-linu seperti ditusuk-tusuk pada lutut


sebelah kanan. Nyeri dirasakan sepanjang hari dan hilang timbul. Nyeri
berkurang dalam posisi istirahat. Selain linu, pasien juga mengeluh
kesemutan pada jari tangan kanannya.
Tidak ada keluhan sesak, kelemahan lengan, dan tidak mual muntah.
Makan dalam batas normal, BAK lancar tidak nyeri, warna kuning jernih
dan BAB tidak ada keluhan.
Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi. Obat tidak diminum bila
sudah dirasa membaik. Pasien tidak kontrol rutin dan hanya berobat ke
puskesmas bila ada keluhan. Dari riwayat penyakit keluarga, didapatkan 1
orang keluarga pasien juga menderita penyakit yang sama dan pasien
jarang berolahraga.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak cukup,
kesadaran compos mentis, status gizi kesan baik. Tanda vital tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi 90 x/menit, pernafasan 22 x/menit, suhu 37°C,
berat badan 75 kg, tinggi badan 175 cm, dan status gizi berdasarkan BMI
12
ideal.

F. Penatalaksanaan

1. Non-Medikamentosa
a. Minum obat rutin minimal setiap 1x/bulan bila obat akan habis
atau bila ada keluhan untuk dilakukan evaluasi terhadap terapi
yang akan diberikan.
b. Mengubah gaya hidup menjadi sehat dengan makan seimbang,
dan rutin berolah raga melakukan gerakan tangan dan kaki.
c. Motivasi yang adekuat dari keluarga agar asam urat dan tekanan
darah dapat terkontrol baik salah satunya dengan cara
mengingatkan penderita untuk makan sehat serta mengajak
berolah raga.
2. Medikamentosa
a. Allopurinol 100mg 1x1
G. Follow-up

Tanggal 2 September 2021


S: Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang dan sudah bisa menjalankan
aktifitas sehari-hari.
O: KU cukup, compos mentis
Tanda Vital Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 90 x/menit, reguler, kuat
angkat
Pernafasan : 22x/menit
Suhu : 37.0°C

Status Generalis : Dalam batas normal


Status Neurologis : Dalam batas normal
Status Mentalis : Dalam batas normal
A: Gout Arthritis (GA)
P : Non Medikamentosa
1. Edukasi mengenai kepatuhan untuk minum obat dan kontrol rutin
2. Makan sehat dan seimbang
13
3. Olahraga ringan
4. Istirahat cukup
Medikamentosa
1. Allopurinol 100mg 1x1

14
BAB III

PENGELOLAAN PASIEN

A. Patient Centered Management


1. Promosi dan pendidikan kesehatan pasien dan keluarga

Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga bahwa gout


arthritis (GA) ini dapat mengakibatkan kerusakan organ jika terus
menerus tidak terkontrol seperti keruskan sendi dan gagal ginjal.
Selain itu, nyeri yang dirasakan berulang dapat mempengaruhi
psikologis pasien. Oleh karena itu, pasien dianjurkan untuk :
a. Minum obat teratur sehingga asam urat dapat terkontrol dalam
keadaan stabil untuk mencegah komplikasi kerusakan organ
b. Minum air yang cukup minimal 8 gelas sehari dan makan sehat
c. Mengatur pola makan yang lebih sehat dan seimbang
2. Rencana edukasi penyakit kepada pasien dan keluarga

a. Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit asam urat adalah


golongan penyakit yang umumnya ditemukan pada lansia. Gout
arthritis (GA) dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu usia,
konsumsi makanan tinggi purin, kurangnya aktifitas fisik, dan
riwayat keluarga.
b. Pada penderita GA, penatalaksanaan pengobatan dan penanganan
difokuskan pada gaya hidup terutama pola makan dan aktivitas
fisik. Pengontrolan kadar asam urat darah adalah menjadi kunci
program pengobatan yaitu dengan diet rendah purin, berolahraga,
dan minum air yang cukup. Jika hal ini tercapai maka dapat
mengontrol kadar asam urat darah untuk mendapat hasil yang
diharapkan.
c. Pengobatan pasien dalam mengontrol kadar asam urat haruslah
dilakukan sedini mungkin untuk mencegah kerusakan organ. Perlu
juga diberitahukan bahwa gout arthritis adalah penyakit kronis
yang penanganannya seumur hidup. Sehingga pasien perlu terus
15
rutin kontrol selamanya.
B. Prevelensi Bebas Penyakit untuk Keluarga Lainnya

Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien dan anggota


keluarga bahwa penyakit gout arthritis dapat terjadi oleh karena beberapa
faktor, di antaranya yaitu aktifitas fisik saat bekerja dan pola makan yang
kurang sehat dan tidak seimbang

Pada penderita gout arthritis, upaya pencegahan dan


penanggulangan difokuskan pada perubahan gaya hidup terutama pada
aktifitas fisik saat bekerja dan pola makan yang kurang sehat. Kesehatan
menyeluruh juga harus dikontrol dengan menghindari makanan tinggi
protein dan lemak dan aktivitas yang dapat meningkatkan risiko trauma
pada sendi

16
BAB IV
HASIL IDENTIFIKASI FAKTOR KELUARGA DAN
LINGKUNGAN

A. Faktor Keluarga
1. Struktur Keluarga
Keluarga Tn. S termasuk keluarga patriakal, dimana yang
dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah Tn. S
sendiri.

2. Bentuk Keluarga
Alamat lengkap : Batan Krajan RT 3 RW 4
Bentuk Keluarga. : Nuclear Family

3. Pola Interaksi Keluarga

Pola interaksi antar anggota keluarga berjalan dengan baik

Ayah Istri

Suami
(pasien)

Gambar. IV.1 Diagram Pola Hubungan Interaksi


antara Tn. S dan Anggota Keluarganya yang lain (Tn.
S, 2021)
Keterangan :

: Hubungan baik

: Hubungan tidak baik


Pola interaksi antar anggota keluarga Tn. S

17
berjalan dengan baik dalam suatu harmoni hubungan
keluarga yang baik pula.
4. Perilaku pasien dan anggota keluarga

Metode menggunakan pertanyaan sirkuler ini berfungsi


untuk mengetahui siapa secara individual anggota
keluarga yang mendukung atau menentang pasien (Tn. S)
apabila yang bersangkutan berbuat sesuatu baik yang
merugikan atau menguntungkan kesembuhan penyakitnya.
a. Ketika pasien jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh
keluarganya?
Jawab : Pasien diantar berobat oleh istrinya.

b. Ketika pasien seperti itu apa yang dilakukan anggota


keluarga yang lain?
Jawab: Ikut menjaga dan mendukung apa yang telah
diputuskan untuk pasien.

c. Jika butuh dirawat inap, izin siapa yang dibutuhkan?


Jawab: Dibutuhkan izin dari istri pasien jika pasien
tidak sanggup untuk menulis informed consent.
d. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan pasien ?

Jawab: Anggota keluarga yang terdekat dengan pasien


adalah istrinya.

e. Selanjutnya siapa?

Jawab: Selanjutnya adalah ayah pasien.

f. Siapa yang secara emosional jauh dari pasien ?

Jawab: Tidak ada.

g. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?

Jawab : keluarga pasien selalu mendukung pasien


jika hal tersebut memberi dampak positif bagi
kesehatan pasien.
18
h. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota
keluarga lainnya?
Jawab : Tidak ada.

Kesimpulan:
Keluarga pasien selalu mendukung hal-hal yang positif dan tidak
setuju apabila hal tersebut negatif dan mengganggu kesehatan
keluarganya. Hubungan antara Tn. S dan keluarganya baik dan dekat.

B. Penyakit Karena Faktor Genetik

Dari informasi Tn. S diperoleh keterangan bahwa terdapat


anggota keluarga atau famili terdekat yang menderita asam urat.

Keterangan:

:Laki-laki : Pasien

: Perempuan. : Keluarga dengan penyakit

:Meninggal yang sama

Gambar. IV.2 Genogram Keluarga


Tn. S (Sumber: Keterangan Tn. S, 2021)
C. Fungsi Keluarga

1. Fisiologi keluarga (identifikasi dengan metode APGAR)

a. Adaptation

Jika ada masalah keluarga dalam hal apapun pasien selalu


pertama kali membicarakannya kepada istrinya. Dukungan dari
istri dan ayahnya sangat memberi motivasi bagi pasien untuk
bisa sembuh.

19
Tabel IV.1 Tabel APGAR, Adaption
No Pernyataan anggota keluarga thd Ya Ka- Tdk
. keadaan dan perilaku Tn. E dang
2

1. Ikhlas menerima atas beban akibat Tn. S √


sakit asam urat

2 Memotivasi Tn. S dalam hal mengurangi √


konsumsi makanan tinggi protein dan lemak

3 Memotivasi Tn. S dalam hal mengatur √


frekuensi makan

4 Memotivasi Tn. S dalam beraktivitas fisik √

5 Mengingatkan Tn. S untuk rutin minum obat √

6 Memotivasi Tn. S apabila waktunya kontrol √


ke yankes

7 Bersedia mengantar Tn. S untuk kontrol ke √


yankes

8 Menerima bila Tn. S mengeluh karena √


makanan harus teratur

9 Tidak menerima keluhan bila Tn. S bosan √


minum obat.

10 Tidak menerima keluhan saat Tn. S malas √


beraktivitas fisik

Skor total 12 4 0

Jawaban Ya diberi skor = 2, kadang-2 skor = 1 dan tidak skor = 0.


Berilah nilai :
- Nilai 2 (menerima) bila nilai pernyataan keluarga > 15 (>75%)
- Nilai 1 (kurang menerima) bila nilai pernyataan keluarga 12 -15 (60-
75%)
- Nilai 0 (tidak menerima) bila nilai pernyataan keluarga < 12 (<60%)
Skor total =16 diberi nilai = 2 artinya anggota keluarga menerima
keluhan Tn. S. (Nilai Adaptation = 2) (masukkan ke Tabel IV.6)

20
b. Partnership

Pasien selalu mengkomunikasikan mengenai penyakitnya dengan


istri dan ayahnya. Mereka selalu bersedia merawat pasien dan
meminta untuk tidak terlalu lelah, serta meyakinkan bahwa
pasien akan cepat sembuh.

Tabel IV.2 Tabel APGAR, Partnership


No. Pernyataan harmonisasi (kesepakatan Ya Ka- Tdk
bersama) antar anggota keluarga dang
terhadap perilaku Tn. S 2
1 Keluarga sepakat atas beban akibat Tn. S √
sakit Demam Tifoid
2 Kesepakatan bila Tn. S tidak mampu √
mengurangi konsumsi makanan tinggi serat
dan pedas
3 Kesepakatan bila Tn. S tidak bisa mengatur √
frekuensi makan
4 Kesepakatan bila Tn. S tidak rajin √
beraktivitas fisik
5 Kesepakatan bila Tn. S tidak rutin minum √
obat
6 Kesepakatan bila Tn. S malas kontrol ke √
yankes
7 Kesepakatan bila Tn. S tidak kontrol ke √
yankes
8 Kesepakatan bila Tn. S mengeluh karena √
makanan harus teratur
9 Kesepakatan bila Tn. S bosan minum obat. √

21
10 Kesepakatan bila Tn. S malas beraktivitas √
fisik

Skor total 14 2 0
Jawaban Ya diberi skor = 2, kadang-2 diberi skor = 1 dan tidak diberi skor =
0.
Kemudian berilah nilai :
- Nilai 2 bila skor pernyataan keluarga > 15 (harmonis) (>75%)
- Nilai 1 bila skor pernyataan keluarga 10 -15 (kurang harmonis) (60-75%)
- Nilai 0 bila skor pernyataan keluarga < 10 (tidak harmonis) (<60%)
Skor total = 16 diberi nilai = 2 artinya keluarga harmonis menghadapi
perilaku Tn. S. (berilah nilai partnership = 1 pada Tabel IV.6)

22
2. Patologi lingkungan keluarga (identifikasi dengan metode SCREEM)
SUMBER PATOLOGI KET
Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga begitu juga -
dengan tetangga, di masyarakat cukup baik dan di tempat ia
bekerja.
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat -
dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di
lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti.
Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan.
Religius Pemahaman agama cukup baik, dan rajin menjalankan sholat 5 -
waktu dan rutin ikut pengajian.
Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke bawah, untuk -
memenuhi kebutuhan primer pasien sendiri saja sudah cukup
karena anak pun telah hidup mandiri meski belum mampu
mencukupi kebutuhan sekunder.
Edukasi Tingkat pendidikan dan pengetahuan pasien masih tergolong -
rendah.
Medis Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga ini biasanya pergi -
ke Puskesmas Gedeg dengan menggunakan kartu BPJS. Jarak
yang cukup dekat dengan puskesmas memudahkan pasien untuk
kontrol. Meskipun demikian, kesadaran pasien akan kesehatan
masih kurang.

Keterangan :
Tekanan Patologi Sosial
Patologi : (-) artinya tidak ada tekanan (masalah) antara Tn. S dan
keluarga
menyangkut SCREEM di masyarakat Desa Batan Krajan.

Patologi : (+) artinya Tn. S dan keluarga ada hambatan/tekanan/masalah


menyangkut SCREEM di masyarakat Desa Batan Krajan.

22
Hasil Analisis

Pasien dan keluarga yang tinggal di Desa Batan Krajan tidak merasa
mendapat tekanan (masalah) dalam menghadapi fungsi patologi sosial.
Masalah yang berkaitan dengan ekonomi dan edukasi, untuk memenuhi
kebutuhan primer dan sekunder juga sudah bisa terpenuhi. Dalam mencari
pelayanan kesehatan juga tidak ada kendala, karena biasanya
menggunakan Puskesmas yang mudah dijangkau dan menggunakan kartu
BPJS kesehatan yang memadai.

D. Faktor Lingkungan
1. Lingkungan fisik/sanitasi rumah

Gambar Denah Rumah


Tn. S tinggal di sebuah rumah berukuran 4 x 10 m. Lantai

23
rumah seluruhnya ditehel kecuali dapur dan kamar mandi hanya
semen saja. Atap rumah dilengkapi plafon kecuali dapur, kamar
mandi, dan tempat mencuci. Dinding rumah seluruhnya terbuat dari
tembok. Rumah terdiri dari 1 ruang tamu, 3 kamar tidur, dapur dan
kamar mandi yang terpisah dari ruang utama. Rumah memiliki 1
pintu keluar saja di depan, jendela di depan ruang tamu dan kamar
tidur ada ventilasi. Ventilasi dan penerangan rumah cukup baik.
Atap rumah tersusun dari genteng. Sumber air untuk kebutuhan
sehari-harinya keluarga ini menggunakan sumur bor yang terletak di
bagian belakang rumah. Secara keseluruhan kebersihan rumah
cukup baik. Sehari-hari memasak terkadang menggunakan gas.
Fasilitas penyimpanan sampah setempat tidak dimiliki, sampah
yang dihasilkan langsung dikumpulkan di tempat yang terletak
beberapa meter dari rumah. Fasilitas pembuangan air limbah
keluarga sudah memenuhi sanitasi lingkungan karena air limbah
keluarga dialirkan ke septic tank di belakang rumah yang jaraknya
sudah jauh (> 10 m) dari sumur yang ada.

2. Lingkungan sosial, ekonomi dan budaya

a. Lingkungan Sosial

Di pandang dari segi ekonomi, pasien ini termasuk


keluarga ekonomi menengah ke bawah. Pasien ini
memiliki sumber penghasilan dari diri sendiri dan istrinya
yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Tingkat pendidikan cukup baik untuk mengakses
informasi tentang penyakit Gout Arthritis.

b. Lingkungan Ekonomi

Dari kondisi perumahan dan pemukiman dan fasilitas


umum yang tersedia lingkungan kehidupan masyarakat di
sekitar keluarga Tn. S tergolong kelas menengah ke

24
bawah.

E. Faktor Perilaku Keluarga

Tidak ada masalah dari faktor perilaku keluarga, hubungan kondisi yang
baik antar keluarga cukup baik. Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini
termasuk keluarga menengah ke bawah. Rumah yang dihuni keluarga ini cukup
memadai karena sudah memenuhi dalam pemenuhan standar kesehatan. Lantai
ditehel, pencahayaan ruangan yang cukup, ventilasi cukup, dan memiliki fasilitas
MCK bagi keluarga. Sampah keluarga dibuang ditempat pembuangan sampah
yang ada di belakang rumah. Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh
keluarga ini jika sakit adalah Puskesmas Gedeg.

F. Faktor Pelayanan Kesehatan

Akses pelayanan Kesehatan Tn. S sesungguhnya cukup baik, karena cukup dekat
dengan Puskesmas.

1. Aspek Pelayanan

Tentang aspek pelayanan Kesehatan, Tn. S tidak menemui kendala apapun.

2. Kepesertaan BPJS Kesehatan

Tn. S merupakan peserta pelayanan BPJS Kesehatan, jadi setiap kali kontrol
Tn. S selalu menggunakan BPJS, sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya
dan dana pribadi.

BAB V

25
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Masalah

1. Masalah aktif (individu pasien)

a. Tn. S menderita Gout Arthritis (GA)

2. Faktor perilaku
a. Tidak rutin kontrol ke puskesmas
b. Aktifitas berat saat bekerja
c. Pola makan yang kurang sehat dan tidak seimbang
3. Faktor lingkungan
a. Lingkungan fisik

Sanitasi rumah cukup baik

b. Lingkungan sosial/budaya
1. Kondisi sosial ekonomi kelas menengah ke bawah
2. Tingkat pendidikan lulusan SMA
4. Faktor pelayanan kesehatan
Setiap kali kontrol Tn. S selalu menggunakan BPJS, sehingga tidak
perlu mengeluarkan biaya dan dana pribadi.

5. Faktor genetik
Orang tua Tn. S ada yang menderita Gout Arthritis.

26
B. Analisis

Keturunan

Orang tua Tn. S ada yang


menderita Gout Arthritis
Perilaku
Lingkungan

Rutin meminum
 Rumah layak obat sesuai
huni anjuran
Tn. S, 33 tahun
 Kebersihan  Aktifitas berat
masih dapat saat bekerja
ditingkatkan  Pola makan yang
kurang sehat dan
tidak seimbang
Pelayananan Kesehatan

Setiap kali kontrol Tn. S


selalu menggunakan BPJS,
sehingga tidak perlu
mengeluarkan biaya dan dana
pribadi

Gambar Diagram Faktor Resiko Penyakit Gout Arthritis dari Tn. S

Berdasarkan konsep H.L. Blum diatas, faktor perilaku menjadi faktor


penyebab terjadinya gout arthritis (GA) pada pasien ini. Dari segi perilaku
pasien pola makannya kurang sehat dan tidak seimbang. Konsep bahwa
GA bisa menyebabkan berbagai macam komplikasi merupakan fokus
utama pada pasien agar memiliki keinginan untuk dapat terus menerus
memperhatikan kondisi asam urat dan pola makannya.
C. Pembahasan
Dalam mengatasi masalah Tn. S (33 tahun) dengan status sebagai
pasien gout arthritis yang tinggal di tengah-tengah masyarakat Desa Batan

27
Krajan RT3 RW4 dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai
berikut:

1. Mengatur pola hidup untuk mencegah gout arthritis


Pola makan yang kurang sehat dan tidak seimbang, aktivitas fisik
yang berat, dan tidak rutin kontrol ke puskesmas yang dilakukan oleh
pasien (Tn. S) harus di ubah agar penyakit gout arthritis tidak sering
kambuh dengan menghindari makanan tinggi purin seperti daging
merah, jeroan, makanan laut, minuman manis. Menghindari aktifitas
fisik yang berat seperti mengangkat barang yang terlalu berat agar tidak
memperparah trauma pada sendi. Pengobatan pasien dalam mengontrol
kadar asam urat haruslah dilakukan sedini mungkin untuk mencegah
kerusakan organ. Perlu juga diberitahukan bahwa gout arthritis adalah
penyakit kronis yang penanganannya seumur hidup. Sehingga pasien
perlu terus rutin kontrol selamanya.

2. Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit Gout Arthritis


Adapun permasalahan yang ditemukan dalam diri pasien dan
keluarganya yaitu pentingnya pemberian edukasi yang menyangkut
pola makan yang kurang sehat dan tidak seimbang, aktivitas fisik yang
berat
Tingkah laku tentang pola makan yang kurang sehat dan tidak
seimbang, aktivitas fisik yang berat dapat meningkatkan resiko
kambuhnya penyakit yang telah diderita (gout arthritis). Maka dari itu,
dukungan keluarga juga sangat dibutuhkan agar pasien dapat mengikuti
pola makan yang baik dan benar menurut kondisi penyakitnya.
3. Edukasi masyarakat sekitar pasien tentang penyakit Gout Arthritis
Deskripsi mengenai kasus gout arthritis pada Tn. S dan
keluarganya kemungkinan juga merupakan ilustrasi apa yang terjadi
pada masyarakat di sekitar kediaman keluarga pasien tersebut. Perilaku
negatif Tn. S dalam menghadapi penyakitnya seperti tersebut di atas

28
kemungkinan juga terbiasa seperti dilakukan masyarakat sekitarnya.
Pola makan yang tidak sehat dan aktivitas yang berat masih banyak
dijumpai di masyarakat dengan sosial budaya seperti kediaman Tn. S.
Kegiatan kunjungan rumah (home visit) seperti kunjungan rumah ke
pasien (Tn. S) tersebut perlu dikembangkan dengan penyuluhan
kesehatan di sekitar kediaman pasien. Programnya dapat disusun
secara sederhana seperti:
a. Sasaran pada keluarga di satu wilayah RT
b. Waktu dan lokasi disesuaikan dengan kegiatan sasaran, misalnya
saat pertemuan di RT yang bersangkutan
c. Materi disampaikan secara sederhana, jelas, dan mudah dipahami.
d. Sesekali dokter puskesmas turun langsung. Biasanya apabila dokter
turun langsung, masyarakat cenderung lebih antusias

29
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Hasil identifikasi penyakit pasien
Berdasarkan hasil resume anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang sampai pada kerimpulan bahwa Tn. S (33 tahun) menderita gout
arthritis.
2. Hasil identifikasi metode penanganan/manajemen pasien
Penanganan pasien dilakukan secara patient centered oriented.
3. Hasil identifikasi fungsi faktor keluarga dan lingkungan

a. Segi Biologis

Pasien tahu mengenai penyakit yang di deritanya namun masih kurang


kesadaran pada pola makan dan kontrol rutin secara teratur.

b. Segi Psikologis
Hubungan keluarga pasien terjalin cukup baik.

c. Segi Sosial
Hubungan penderita dengan tetangga cukup baik, sosialisasi dengan
tetangga cukup baik.

d. Segi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan


Kebutuhan ekonomi tercukupi.

e. Segi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi


Penderita termasuk individu yang terbuka sehingga bila mengalami
kesulitan atau masalah penderita sering bercerita kepada tetangganya.

f. Segi Perilaku Keluarga


Keluarga ini meyakini bahwa sakitnya disebabkan oleh pola hidup yang
tidak sehat sebagai pemicunya.
30
g. Segi Lingkungan Rumah
Lingkungan rumah cukup bersih, namun masih dapat ditingkatkan.
4. Hasil analisis faktor risiko
Faktor resiko dari pasien (Tn. S) sebagai penderita Gout Arthritis adalah
sebagai berikut :
a. Pasien (Tn. S) menderita Gout Arthritis.
b. Perilaku pasien : pola makan yang kurang sehat dan tidak seimbang
cenderung menyebabkan pasien menderita gout arthritis.
c. Faktor lingkungan : secara fisik sanitasi tempat tinggal cukup baik dan
harus ditingkatkan lagi karena masih tergolong pada tingkat ekonomi
menengah ke bawah.
B. Saran

Untuk membantu memecahkan masalah medis gout arthritis keluarga Tn. S,


dilakukan langkah-langkah diantaranya :

1. Mengatur pola hidup untuk mencegah gout arthritis.

Mengatur pola makan yang sehat dan seimbang, aktivitas fisik yang berat,
dan rutin kontrol ke puskesmas untuk mencegah penyakit gout arthritis

2. Edukasi pasien dan keluarga pasien gout arthritis.


Perubahan sikap dan perilaku pasien sangat membutuhkan pendampingan
agar pasien mampu mandiri dalam mengatasi masalah penyakitnya dan
mampu menghindari terjadinya komplikasi dan kekambuhan saat sudah
sembuh.

3. Edukasi masyarakat sekitar pasien gout arthritis.


Pentingnya mencegah terjadinya penyakit gout arthritis sebelum menimpa
diri mereka dengan menambah wawasan tentang penyakit yang bersangkutan
serta mengubah perilaku dan gaya hidup sehat dengan pola makan sehat dan
olahraga secara teratur.

31
DAFTAR PUSTAKA

Febriyanti T, Nubadriyah WD, Dewi NLDAS. Hubungan kemampuan pengaturan


diet rendah purin dengan kadar asam urat. Jurnal Ners LENTERA
2020;8(1):72-79.
Ragab G, Elshahaly M, Bardin T. Gout: An old disease in new perspective - A
review. J Adv Res. 2017;8(5):495-511.
American Kidney Fund. (2020). Complications of gout. MD: American Kidney
Fund. [Internet].

32
LAMPIRAN

33
34

Anda mungkin juga menyukai