Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH

Ayu Miya Maryani 19710028


Deo Apringga Ayu Nanta 1970035
I Wayan Agus Parmadi 19710045
Puspita Deasy Rahmadiany 19710050
Gita Dwi Ristari 19710051
Jaka Primadhana R. 19710053
Putu Wiwik Yulandari 19710064

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

1
2020

2
LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH
PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MANDURO
KABUPATEN MOJOKERTO

Disusun oleh :

I Wayan Agus Parmadi 19710045


Jaka Primadhana R. 19710053

Pembimbing :
Luluk Tarwiyah, SST., M.Kes

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2020

ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH
PELAKSANAAN KUNJUNGAN RUMAH TERHADAP PASIEN HIPERTENSI
DI PUSKESMAS MANDURO
KABUPATEN MOJOKERTO

Laporan Kunjungan Rumah ini sebagai salah satu persyaratan untuk dapat mengikuti
ujian Profesi dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Oleh:

I Wayan Agus Parmadi 19710045


Jaka Primadhana R. 19710053

Menyetujui

Dosen Pembimbing Dokter Pembimbing

Dr. Wike Herawati, drg., M.Kes Luluk Tarwiyah,SST.,M.Kes


NIDN : 0721086304 NIP : 19660331 198703 2 003

Mengesahkan
Kepala Puskesmas Sekardangan

Yusi Maita Adriati, S.KM


NIP. 19850506 201001 2 011

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan

rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan kunjungan rumah ini tepat

pada waktunya. Penyusunan laporan kunjungan rumah ini sebagai bagian dari tugas

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat, dan sebagai salah satu syarat kelulusan

pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Atas terselesaikannya laporan kunjungan rumah ini, saya menyampaikan terima

kasih kepada:

1. Prof. Sri Harmadji, dr., Sp.THT-KL(K) Rektor Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

yang telah memberi kesempatan kepada penulis menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran

Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

2. Prof. Dr. Suhartati, dr., MS Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma

Surabaya yang telah memberi kesempatan kepada penulis menuntut ilmu di Fakultas

Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

3. Dr. Atik Sri Wulandari, SKM, M.Kes, selaku Kepala Bagian Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

4. Hj. Andiani.,dr.,M.Kes, selaku Koordinator Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

5. Dr. Wike Herawati, drg., M.Kes sebagai pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, arahan, serta dorongan dalam menyelesaikan laporan kunjungan rumah ini.

6. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto dan Koordinator Putaran Puskesmas

Kepaniteraan Klinik IKM beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan

dalam menyelesaikan laporan kunjungan rumah ini.

iv
7. Kepala Puskesmas Sekardangan beserta staf dan jajaran nya yang telah memberikan

bantuan dalam menyelesaikan laporan kunjungan rumah ini.

Saya menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran

yang membangun sangat saya hargai guna penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini

dapat bermanfaat bagi kita semua.

Sekardangan, Juni 2019

Penyusun

v
DAFTAR ISI

Cover…………………………………………………………………….. i
Lembar Pengesahan……………………………………………………... ii
Kata Pengantar…………………………………………………………… iii
Daftar Isi…………………………………………………………………. iv
Daftar Tabel……………………………………………………………… vii
Daftar Gambar…………………………………………………………… viii
Lembar Laporan Home Visit Keluarga………………………………….. 1
Karakteristik Demografi Keluarga………………………………………. 2

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………… 3
B. Rumusan Masalah…………………………………………...……. 7
C. Tujuan …………………………………………………………… 7
1. Tujuan Umum………………………………………………… 7
2. Tujuan Khusus………………………………………………… 7
D. Manfaat…………………………………………………………... 8

BAB II HASIL PEMERIKSAAN KLINIK


A. Identitas Pasien………….……………………………………..... 9
B. Anamnesis……………………………………………………….. 9
1. Keluhan Utama……………………………………………….. 9
2. Riwayat Penyakit Sekarang…………………………………... 9
3. Riwayat Penyakit Dahulu……………………………………. 10
4. Riwayat Penyakit Keluarga………………………………….. 10
5. Riwayat Kebiasaan…………………………………………… 10
6. Riwayat Sosial Ekonomi……………………………………... 10
7. Riwayat Gizi…………………………………………………. 11
8. Anamnesis SistemTubuh…………………………………….. 11
C. Pemeriksaan Fisik……………………………………………...... 12
D. Pemeriksaan Penunjang………………………………………….. 15
E. Resume…………………………………………………………… 15

vi
F. Penatalaksanaan………………………………………………….. 16
1. Non Medika Mentosa…………………………………………. 16
2. Medika Mentosa……………………………………………… 17

BAB III PENGELOLAAN PASIEN


A. Patient Centered Management.………………………………….. 19
a. Rencana promosi dan pendidikan kesehatan pasien dan
keluarga…………………………………………………. 19
b. Rencana edukasi penyakit kepada pasien dan keluarga… 19
B. Prevensi Bebas Penyakit untuk Keluarga lainnya..………………. 20

BAB IV IDENTIFIKASI KELUARGA DAN FAKTOR LINGKUNGAN


A. Faktor Keluarga………………………………………………….. 21
1. Struktur keluarga………………………………………… 21
2. Bentuk keluarga…………………………………………. 21
3. Pola interaksi keluarga…………………………………… 22
4. Perilaku pasien dan anggota keluarga……………………. 22
B. Penyakit karena faktor genetik…………………………………... 23
C. Fungsi keluarga………………………………………………….. 24
1. Fisiologi keluarga (identifikasi metode APGAR)……….. 24
2. Patologi lingkungan keluarga (identifikasi dengan metode SCREEM)
……………………………………………….. 26
D. Faktor Lingkungan………………………………………………. 27
1. Lingkungan fisik/sanitasi rumah…………………………. 27
2. Lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya……………….. 29
E. Faktor perilaku keluarga…………………………………………. 29
F. Faktor pelayanan kesehatan……………………………………… 30

BAB V Hasil Analisis dan Pembahasan


A. Temuan Masalah………………………………………………… 31
1. Masalah aktif……………………………………………. 31
2. Faktor perilaku…………………………………………... 31
3. Faktor lingkungan……………………………………….. 31

vii
4. Faktor pelayanan kesehatan……………………………… 31
5. Faktor genetik………………………………………….... 31
B. Analisis………………………………………………………….. 32
1. Faktor Keturunan………………………………………… 32
2. Faktor Lingkungan………………………………………. 33
3. Faktor Perilaku…………………………………………… 33
4. Faktor Pelayanan Kesehatan……………………………... 34
C. Pembahasan……………………………………………………… 34
1. Edukasi mengenai penyakit Skizofrenia…………………. 35
2. Pengendalian penyakit Skizofrenia………………………. 36
3. Mengatur pola hidup untuk memperbaiki kualitas hidup
pasien…………………………………………………….. 38
4. Edukasi dan deteksi dini masyarakat mengenai Skizofrenia serta
PHBS………………………………………………. 39

BAB VI Kesimpulan dan Saran


A. Kesimpulan……………………………………………………… 40
B. Saran…………………………………………………………….. 41
Daftar Pustaka…………………………………………………………... 43

Lampiran………………………………………………………………... 44

viii
DAFTAR TABEL

Tabel IV.1 Tabel APGAR…………..……………………………………. 25


Tabel IV.2 Tabel SCREEM……………………………………………… 26
Tabel V.1 Tabel Daftar Permasalahan Kesehatan……….……..………… 34
Tabel V.2 Tabel Scoring Prioritas Masalah………………………………. 35
Tabel V.3 Tabel golongan Obat TB-MDR………………………………. 36

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 Konsep Hidup Sehat Menurut H. L. Blum……………………6


Gambar IV.1 Bentuk Keluarga……………………………………………25
Gambar IV.2 Pola Interaksi Keluarga……………………………………..28
Gambar IV.3 Genogram Keluarga………………………...…....…………30
Gambar IV.4 Denah Ruma Pasien………………………………………....31
Gambar V.1 Diagram Faktor Resiko Pasien……………………………....32

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi atau yang dikenal tekanan darah tinggi hampir diderita oleh

semua golongan masyarakat di seluruh dunia. Jumlah mereka yang menderita

hipertensi terus bertambah, terdapat sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa

Amerika yang menderita hipertensi, Thailand 17%, Vietnam 34,6%,Singapura

24,9%, dan Malaysia 29,9%. Di Indonesia, angka kejadian hipertensi berkisar

6-15%.(Yogiantoro, 2014)

Menurut perkiraan, sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosis

adanya hipertensi (underdiagnosed condition). Hal ini disebabkan karena gejala

yang muncul ringan atau bahkan tidak adanya gejala sama sekalu bagi mereka

yang menderita hipertensi. Sedangkan, hipertensi ini sudah dipastikan dapat

merusak organ tubuh seperti jantung (70% penderita hipertensi akan merusak

jantung), ginjal, otak, mata, serta organ tubuh lainnya sehingga hipertensi

disebut sebagai silent killer.(Armilawaty dkk., 2007)

Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu-waktu bisa jatuh

kedalam keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi

berlanjut menjadi “krisis hipertensi” dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70

tahun. Namun, krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan

tekanan darah normal tanpa penyebab sebelumnya.Pengobatan yang baik dan

teratur dapat mencegah insiden krisis

Mengingat kasus hipertensi sering kita jumpai di puskesmas Manduro,

maka dipilihlah kasus ini sebagai kunjungan rumah.

Diharapkan dari kunjungan rumah ini, dapat diketahui lingkungan,

perilaku pasien beserta keluarga dalam proses terjadinya penyakit dan upaya
2

penyembuhannya. Dari home visite ini juga diharapkan dapat direncanakan dan

pemberian motivasi pada pasien dan keluarga terhadap upaya kesembuhan

penyakitnya. Oleh karena itu penting kiranya bagi penulis memperhatikan dan

mencermatinya yang kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di

lapangan.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang


berkesinambungan dan menyeluruh kepada Ny. I, sebagai penderita, anggota
keluarga dan anggota masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor
lingkungan, ekonomi dan sosial budaya keluarga maupun masyarakat sekitar.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum :

Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang


berkesinambungan dan menyeluruh kepada Ny.I, sebagai penderita, anggota
keluarga dan anggota masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor
lingkungan, ekonomi dan sosial budaya keluarga maupun masyarakat sekitar.
2. Tujuan Khusus :

a. Identifikasi pasien
b. Identifikasi kehidupan pasien dalam keluarga melalui APGAR
c. Identifikasi faktor sosial ekonomi pasien melalui SCREEM
d. Identifikasi faktor keturunan pasien melalui genogram
e. Identifikasi faktor pelayanan kesehatan
f. Identifikasi perilaku pasien terkait dengan penyakitnya
g. Identifikasi faktor lingkungan
h. Sebagai salah satu tugas akhir kepaniteraan klinik bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya
3

D. Manfaat

Manfaat dari kegiatan home visit yang dilakukan antara lain :

1. Bagi Dokter Muda

a. Sebagai pengalaman riil di lapangan melakukan proses pendataan yang di

analisis secara holistic tentang hubungan antara penyakit dengan

kebersihan individu dan lingkungan

2. Bagi Pasien dan Keluarganya

a. Meningkatkan kepuasan dan juga mengedukasi pasien dan keluarganya

b. Meminimalisir angka kekambuhan penyakit dengan pemahaman

pengobatan yang baik

3. Bagi Sarana Pelayanan Kesehatan

a. Menjamin terpenuhnya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien

b. Mencapai derajat hidup yang baik dan dapat maksimal di masyarakat

c. Evaluasi dan pembelajaran tambahan terhadap kondisi penyakit yang

berdampak pada lingkungan di masyarakat

4. Bagi Individu Tenaga Kesehatan

a. Lebih meningkatkan pemahaman terhadap kasus hipertensi

b. Meningkatkan pemahaman tentang kondisi penyakit pasien

c. Lebih meningkatkan hubungan baik dengan pasien


BAB II

HASIL KUNJUNGAN

1. IDENTITAS PASIEN

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. I

Umur : 45 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SD

Agama : Islam

Alamat : Ngoro , Mojokerto

Suku : Jawa

Tanggal periksa : 1 September 2020

B. Anamnesis

1. Keluhan Utama : Nyeri kepala

2. Riwayat penyakit sekarang :

Paisen perempuan usia 45 tahun dengan keluhan nyeri di seluruh bagian

kepala, nyeri terasa seperti tertekan, hilang timbul dengan durasi sekitar satu

sampai dua menit, dalam sehari nyeri muncul hingga lima kali. Nyeri

berkurang saat pasien beristirahat dan nyeri kepala timbul apabila pasien

kurang tidur maupun kurang beristirahat. Saat ini tidak ada keluhan sesak,

maupun nyeri dada, bila tidur menggunakan satu bantal, tidak pernah pingsan,

tidak mengeluh pandangan kabur, tidak mengeluh mual maupun muntah-

muntah. Nafsu makan cukup baik. BAK lancar tidak nyeri, warna kuning
5

jernih.BAB lancar, normal.

2. Riwayat Penyakit Dahulu :

a. Pasien mengatakan menderita darah tinggi sekitar ± 5 bulan, tidak terkontrol

dan tidak pernah meminum obat.

b. Riwayat kencing manis : tidak ada

c. Riwayat Asma : tidak ada

d. Riwayat alergi makanan / obat : tidak ada

e. Riwayat penyakit jantung : tidak ada

f. Riwayat kolestrol : tidak ada

g. Riwayat asam urat : tidak ada

3. Riwayat penyakit keluarga :

a. Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : tidak ada

b. Riwayat Hipertensi : tidak ada

c. Riwayat alergi obat/makanan : (-)

4. Riwayat kebiasaan :

a. Riwayat keluarga merokok : (-)

b. Riwayat olahraga : pasien jarang berolahraga

5. Riwayat sosial ekonomi

Pasien saat ini tinggal di rumah bersama empat orang anggota keluarga,

dengan 3 orang anak, anak pertama sudah menikah dan bekerja sebagai

wirausaha, anak kedua berusia 22 tahun sebagai pengajar sedangkan anak

terakhir berusia 18 tahun sedang pendidikan di pondok pesantren.

6. Riwayat Gizi

Pasien sehari-hari makan 3 kali/hari dengan porsi satu piring biasanya berupa

goreng maupun rebusan, tetapi pasien lebih sering makan makanan rebus.
6

7. Riwayat pengobatan

Pasien tidak pernah minum obat khusus untuk darah tinggi.

C. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum

Cukup, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi cukup.

2. Tanda Vital

a. Tanda Vital

1) Tensi : 150/100 mmHg

2) Nadi : 86 x/menit, regular, kuat angkat

3) Pernafasan : 20 x/menit

4) Suhu : 37,1oC

3. Kulit

a. Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-).

b. Kepala : Tidak ada luka, rambut tidak mudah

dicabut

4. Mata

a. Conjunctiva anemis (-/-)

b. Sklera ikterik (-/-)

c. Pupil isokor (3mm/3mm)

d. Reflek kornea (+/+)

e. Katarak (-/-)

f. Radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)

5. Hidung

a. Nafas cuping hidung (-/-)

b. Sekret (-/-)
7

c. Epistaksis (-/-)

d. Deformitas hidung (-)

6. Mulut

a. Bibir pucat (-)

b. Lidah kotor (-)

c. Papil lidah atrofi (-)

d. Tepi lidah hiperemis (-)

7. Telinga

a. Sekret (-/-)

b. Othorea (-/-)

c. Cuping telinga dalam batas normal

8. Tenggorokan

a. Tonsil T1/T1

b. Pharing hiperemis (-/-)

9. Leher

Pembesaran kelenjar tiroid & limfe (-)

10. Thoraks

Simetris (+/+), retraksi (-)

a. Cor : I : ictus cordis tampak

P : ictus cordis kuat angkat

P : batas kiri atas : ICS II Parasternal line Sinistra

batas kanan atas : ICS II Parasternal lineDextra

batas kiri bawah : ICS V Midclavicular line Sinistra

batas kanan bawah : ICS IV Parasternal line Dextra

batas jantung kesan tidak melebar


8

A : S1 tunggal,S2 tunggal.Murmur (-), bising (-)

b. Pulmo :

Pemeriksaan dilakukan dari depan dan belakang, posisi berbaring dan

duduk.

I : Simetris (+/+)

P : fremitus raba simetris

P : sonor/sonor

A: suara dasar vesikuler Rhonki Wheezing


- - - -
+ +

- - - -
+ +

- - - -
+ +

11. Abdomen

I : scar (-), bekas operasi (-) Spidernevi (-)

A : bising usus (+) normal

P : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba

P : timpani seluruh lapang perut

12. Sistem Collumna Vertebralis

I:deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)

P : nyeri tekan (-)

P : NKCV (-)

13. Ektremitas: Akral hangat (+), edema (+), CRT <2’

14. Sistem genetalia: dalam batas normal


9

15. Pemeriksaan Neurologik :

1. Meningeal Sign:

- Kaku kuduk : tidak dilakukan

- Lasseque : tidak dilakukan

- Kernique : tidak dilakukan

- Brudzinky : tidak dilakukan

2. N Cranialis :

- NI : Normosmia kanan dan kiri

- N II : Tajam penglihatan mata kanan dan kiri baik

Lapang pandang mata kanan dan kiri baik

- N III, N IV, N VI:Tidak ada diplopia dan strabismus

Pergerakan bola mata ke segala arah baik

Pupil bulat isokor diameter 3mm/3mm

Reflex cahaya (+/+)

- NV :Trismus (-)

- N VII : Kerutan dahi simetris, menutup mata simetris

- N VIII : Pendengaran baik

- N IX. : Disfagia (-)Disfonia (-)Reflex muntah normal

- N X, N XI : Kekuatan muskulus sternocleidomastoideus simetris,

Kekuatan bahu (muskulus trapezius) simetris

- N XII : Dysarthria (-), Atrofi lidah (-)

3. Motorik

- Palpasi otot : Nyeri otot (-) Kontraktur (-)

- Tonus otot

Normotonus Normotonus
10

Normotonus Normotonus

- Kekuatan otot

5 5

5 5

4. Reflex fisiologis :

- Bicep : (+/+)

- Tricep : (+/+)

- KPR : (+/+)

- APR : (+/+)

5. Reflex patologis :

- Babinski : tidak dilakukan

- Schaefer : tidak dilakukan

- Openheim : tidak dilakukan

- Hoffman Trommer: tidak dilakukan

6. Sensorik/ Sensibilitas :

- Eksteroseptif:

 Nyeri : (+/+)

 Suhu : (+/+)

 Taktil : (+/+)

- Proprioseptif:

 Rasa gerak : (+/+)

 Rasa sikap : (+/+)

 Rasa getar : (+/+)

7. Fungsi otonom
11

Miksi : Inkotinensia (-)

16. Pemeriksaan Neurologik

 Fungsi Luhur : dalam batas normal

 Fungsi Vegetatif : dalam batas normal

 Fungsi Sensorik : dalam batas normal

 Fungsi motorik : dalam batas normal

17. Pemeriksaan Psikiatrik

 Penampilan : baik, perawatan diri cukup

 Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis

 Afek : appropriate

 Psikomotor : normoaktif

 Proses pikir : tidak dievaluasi

D. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah lengkap : tidak dilakukan


2. Pemeriksaan gula darah puasa: tidak dilakukan
3. Pemeriksaan asam urat : tidak dilakukan
4. Pemeriksaan EKG : tidak dilakukan
5. Pemeriksaan rontgen thoraks : tidak dilakukan

E. Resume

Seorang perempuan usia 45 tahun dengan Nyeri kepala seperti tertekan,

bersifat kambuh kambuhan, membaik saat istirahat dan muncul saat pasien kurang

tidur maupun kurang beristirahat. Penyakit pasien tidak sampai mengganggu

aktivitas sehari-hari. Kebiasaan makan pasien campur kadang gorengan maupun

rebusan. Dari pemeriksaan fisik ditemukan tanda vital dengan tensi 1500/--, Nadi
12

80x / menit, Respiration rate 22x / menit, suhu 36,3 C. Pada regio thorax tidak

ditemukan kelainan baik jantung maupun paru, dari Regio abdomen tidak

ditemukan kelainan, dari regio ekstremitas tidak di temukan adanya kelainan.

F. Patient Centered Diagnosis

1. Diagnosis Biologis : Hipertensi Grade I

2. Diagnosis Psikologis : -

3. Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya

a. Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit dan cara

pengobatan.

b. Penyakit tidak begitu mengganggu aktivitas sehari hari

G. Penatalaksanaan

Non Medikamentosa

a. Pasien dianjurkan untuk menjaga pola makan dengan

membatasi konsumsi garam sebanyak 2 gr/hari atau sekitar

1 sendok teh selama sehari, dan membatasi makanan asin-

asin dan MSG atau vetsin.

b. Pasien dianjurkan untuk minum rutin obat darah tinggi serta

melakukan kontrol tekanan darah minimal setiap 1x/bulan

bila obat akan habis atau bila ada keluhan untuk dilakukan

evaluasi terhadap terapi yang akan diberikan.

c. Olah raga, diharapkan penderita dapat menjaga kesehatan

tubuhnya dengan melakukan olah raga ringan seperti jalan


13

pagi hari di lingkungan dekat rumahnya sekitar minimal 30-

45 menit/hari sebanya 3-4x/minggu.

d. Mengurangi stres tertentu dan menghindari begadang.

Mediakametosa

- Captopril 2 X 25 mg
14

BAB III

PENGELOLAAN PASIEN

Tujuan terapi menggunakan obat antihipertensi adalah untuk mengurangi risiko

morbiditas dan mortalitas kardiovaskular dan ginjal. Target tekanan darah adalah

<140/90 mmHg disertai dengan penurunan risiko penyakit kardiovaskular. Pada pasien

dengan diabetes atau penyakit ginjal, target tekanan darah adalah <130/80 mmHg.

Keuntungan dari obat antihipertensi ini berhubungan dengan penurunan dari (1)

insiden stroke, skitar 35-40 %; (2) MCI, sekitar 20-25%; dan gagal jantung, sekitar >

dari 50 %. Estimasi ini dlakukan pada hipertensi derajat 1 dengan tekanan sistolik 140-

159 mmHg dan atau tekanan diastolic 90-99 mmHg (Chobanian, 2003).

Terapi non Farmakologi

Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan

darah, dan secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko

permasalahan kardiovaskular. Pada pasien yang menderita hipertensi derajat 1, tanpa

faktor risiko kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan

tatalaksana tahap awal, yang harus dijalani setidaknya selama 4 – 6 bulan. Bila setelah

jangka waktu tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang diharapkan

atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain, maka sangat dianjurkan untuk

memulai terapi farmakologi.

Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines adalah :

 Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan

memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan dapat memberikan manfaat


15

yang lebih selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan

dislipidemia.

 Mengurangi asupan garam. Di negara kita, makanan tinggi garam dan lemak

merupakan makanan tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula

pasien tidak menyadari kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan

kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini juga

bermanfaat untuk mengurangi dosis obat antihipertensi pada pasien hipertensi

derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari

 Olah raga. Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60 menit/

hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah.

Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga secara khusus,

sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau

menaiki tangga dalam aktifitas rutin mereka di tempat kerjanya.

 Mengurangi konsumsi alcohol. Walaupun konsumsi alcohol belum menjadi

pola hidup yang umum di negara kita, namun konsumsi alcohol semakin hari

semakin meningkat seiring dengan perkembangan pergaulan dan gaya hidup,

terutama di kota besar. Konsumsi alcohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria

atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan

demikian membatasi atau menghentikan konsumsi alcohol sangat membantu

dalam penurunan tekanan darah.

 Berhenti merokok. Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti berefek

langsung dapat menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah

satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dan pasien sebaiknya

dianjurkan untuk berhenti merokok.(PERKI, 2015).


16

Terapi Farmakologi

Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien

hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6 bulan

menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2. Beberapa

prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan

meminimalisasi efek samping, yaitu : (PERKI, 2015)

a) Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal

b) Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi biaya

c) Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun ) seperti pada usia 55 –

80 tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid

d) Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-i)

dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs)

e) Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi farmakologi

f) Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.

Algoritme tatalaksana hipertensi yang direkomendasikan berbagai guidelines

memiliki persamaan prinsip, dan dibawah ini adalah algoritme tatalaksana

hipertensi secara umum, yang disadur dari A Statement by the American Society

of Hypertension and the International Society of Hypertension2013 (PERKI,

2015)
17

Gambar III.1. Prinsip dasar terapi hipertensi (PERKI, 2015)


BAB IV

HASIL IDENTIFIKASI FAKTOR KELUARGA DAN LINGKUNGAN

A. Faktor Keluarga

1. Struktur keluarga

Keluarga Ny. I termasuk keluarga patriakal dimana yang dominan dan

memegang kekuasaan dalam keluarga adalah suami Ny. I.

2. Bentuk keluarga

Bentuk Keluarga : Nuclear family

Alamat lengkap : Ngoro, Mojokerto

Genogram Keluarga Ny.SM.

Ny.I (45 Tahun) adalah Pasien saat ini tinggal di rumah bersama 3 orang

anggota keluarga, dengan 3 orang anak, anak pertama sudah menikah dan

bekerja sebagai wirausaha serta telah hidup dengan suaminya, anak kedua

berusia 22 tahun sebagai pengajar sedangkan anak terakhir berusia 18 tahun

sedang pendidikan di pondok pesantren.

Pola Interaksi keluarga

Pola interaksi antar anggota keluarga berjalan dengan baik interaksi antara ibu

dengan anak, suami dengan istri, anak satu dengan anak lainnya dan sebaliknya

berjalan dengan baik dalam suatu harmoni hubungan keluarga yang baik pula.
19

Anak Anak

Anak Istri (pasien)

Keterangan :

: Hubungan baik

: Hubungan tidak baik

Gambar IV.1: Diagram Pola Hubungan Interaksi antara Ny. I dan Anggota

Keluarganya yang lain. (Sumber: Informasi dari Ny. I, 2020)

3. Perilaku pasien dan anggota keluarga (metode pertanyaan sirkuler);

Metode menggunakan pertanyaan sirkuler ini berfungsi untuk mengetahui

siapa secara individual anggota keluarga yang mendukung atau menentang

pasien (Ny. I) apabila yang bersangkutan berbuat sesuatu baik yang merugikan

atau menguntungkan kesembuhan penyakitnya.

(1) Ketika pasien jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh keluarganya ?

Jawab :

keluarga pasien langsung mengantarkan pasien berobat ke puskesmas atau

rumah sakit terdekat.

(2) Ketika pasien seperti itu apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain?
20

Jawab:

Ikut mendukung dan membantu apa yang telah diputuskan. Bila perlu ikut ke

Puskesmas menemani dan menjaga pasien.

(3) Jika butuh dirawat inap, izin siapa yang dibutuhkan?

Jawab:

Dibutuhkan izin dari suami pasien sebagai wali.

(4) Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan pasien?

Jawab:

Anggota keluarga yang terdekat dengan pasien adalah suaminya.

(5) Selanjutnya siapa?

Jawab:

Anaknya.

(6) Siapa yang secara emosional jauh dari pasien?

Jawab: tidak ada.

(7) Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?

Jawab :

anak pasien selalu tidak setuju dengan pasien apabila hal tersebut dapat

mengganggu kesehatan pasien.

(8) Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?

Jawab :

Tidak ada.

Kesimpulan:

Keluarga pasien selalu mendukung hal-hal yang positif dan tidak setuju apabila

hal tersebut negatif dan mengganggu kesehatan keluarganya. Hubungan antara


21

Ny. I dan keluarganya baik dan dekat.

B. Penyakit Karena Faktor Genetik

Dari informasi Ny. I diperoleh keterangan bahwa tidak ada anggota keluarga atau

famili terdekat yang menderita Hipertensi (Lihat Gambar III.2) .

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien (Penderita Hipertensi)

: Meninggal dunia

Gambar III.2: Genogram Keluarga Ny. I (45) (Sumber: Keterangan Ny.I ,


22

2020)

C. Fungsi Keluarga

1. Fisiologi keluarga (identifikasi dengan metode APGAR)

APGAR SCORE

Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R SCORE

dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0.

A.P.G.A.R SCORE disini akan dilakukan pada masing-masing anggota

keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis

keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 =

baik.

1) ADAPTATION

Dalam kehidupan sehari-hari selama ini pasien selalu mendapatkan

dukungan dari keluarga.

2) PARTNERSHIP

Komunikasi dengan anggota keluarga lainnya dan masyarakat sekitar berjalan

dengan baik.
An.B Ny.D

3) GROWTH

Pasien sadar tentang kondisinya dan pasien memiliki harapan dan usaha yang
An.P
tinggi untuk
(adikkesembuhanya. Tn.N
pasien
4) )
AFFECTION

Pasien merasa di sayangi dan didukung oleh seluruh anggota keluarganya.

5) RESOLVE

Pasien merasa puas dengan kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama

anak anaknya.

Tabel IV.1 Skor APGAR Ny. I


23

A.P.G.A.R Ny. I. Terhadap Keluarga Hampir Kadang Hampir

selalu -kadang tidak

pernah
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke 

keluarga saya bila saya menghadapi

masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya 

membahas dan membagi masalah dengan

saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya 

menerimadan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah

hidup yang baru


A Saya puas dengan cara keluarga saya 

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan 

saya membagi waktu bersama-sama


Total poin = 8

Hasil analisis dan temuan : Total nilai APGAR keluarga Ny.I adalah 8. Hal ini
menunjukan bahwa fungsi fisiologis keluarga Ny.I dalam keadaan baik dan tidak perlu
intervensi. Namun disini perlu beberapa catatan yang terkait dengan prilaku pasien
Ny.SM sebagai berikut :
(1) APGAR yang menyangkut Growth anggota keluarga kurang sabar dalam
menghadapi Ny.I yang tidak mengerti cara mencegah penyakitnya yang
secara rinci adalah : pola makan yang tidak baik, aktivitas fisik yang
kurang, tidak teratur minum obat.
24

(2) APGAR yang menyangkut Ressolve , pasien Ny.I kurang puas terhadap
kebersamaan pasien dengan keluarga dikarenakan hanya tinggal dengan
suami dan seorang anaknya sehingga sulit membagi waktu bersama-sama

2. Patologi lingkungan keluarga (identifikasi dengan metode SCREEM)


Metode SCREEM digunakan untuk mengidentifikasi adanya kendala yang
dihadapi keluarga panderita (Ny. I) yang menyangkut persoalan interaksi Social,
penerimaan Cultural, agama (Religious), tingkat Economi, tingkat pendidikan
(Education) serta tingkat Pelayanan Medis (Medical).
(1) Social (sosial) yaitu kualitas keterlibatan Ny. I beserta keluarga pada
kegiatan-kegiatan masyarakat sekitar yang ditunjukkan dengan intensitas
partisipasi terhadap kegiatan-kegiatan tersebut.
(2) Culturan (budaya) yaitu kualitas kebanggaan Ny. I dan keluarga terhadap
budaya yang ditunjukkan dengan sikap dan perilaku sesuai tata krama, adat
dan budaya yang berlaku di masyarakat sekitar.
(3) Religius (Agama)yaitu kualitas ibadah pada suatu agama dari Ny. I dan
keluarga yang ditunjukkan dengan intensitas peribadatan utama (wajib) yang
dilakukan baik dalam keluarga maupun bersama masyarakat (jemaah).
(4) Economic (Ekonomi) yaitu penggolongan masyarajat menurut derajat
ekonomi (tingkat penghasilan keluarga) yang secra kualitatif dikelompokkan
menjadi ekonomi tingkat atas, menengah dan bawah.
(5) Education(pendidikan) yaitu penggolongan masyarakat secara kualitatif menurut
tingkat pendidikan terakhir yang umumnya diraih oleh kepala keluarga, yang
distratakan menjadi tingkat pendidikan tinggi, menengah dan rendah.

(6) Medical (medis) yaitu derajat pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
seseorang (Ny. I).

SCREEM

SUMBER PATOLOGI KET


25

Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga

Sosial dengan saudara partisipasi mereka dalam masyarakat -

cukup meskipun banyak keterbatasan ekonomi.


Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini

dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam

Cultural keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya -

yang masih diikuti. Menggunakan bahasa jawa, tata

krama dan kesopanan.


Pemahaman agama cukup. Penerapan ajaran agama juga

Religius cukup.Agama menawarkan pengalaman spiritual yang baik


-
untuk ketenangan individu yang tidak didapatkan dari yang

lain.
Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke bawah,

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dibantu oleh

anaknya. Kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski


Ekonomi +
belum mampu mencukupi kebutuhan sekunder rencana

ekonomi tidak memadai, diperlukan skala prioritas untuk

pemenuhan kebutuhan hidup


Pendidikan anggota keluarga cukup memadai. Tingkat

pendidikan dan pengetahuan orang tua masih rendah.

Edukasi Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki fasilitas +

pendidikan seperti buku-buku, koran dan internet

terbatas.
Mampu menggunakan pelayan kesehatan dengan baik.
Medical
Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga ini -

biasanya menggunakan puskesmas Manduro.


Tabel IV.2 SCREEM

Hasil analisis : Pasien dan keluarga mempunyai masalah dalam ekonomi


26

(sumber penghasilannya dari anak pasien), dan edukasi (pendidikan pasien dan

suami kurang). Keterbatasan ekonomi dan edukasi berpengaruh dalam

menghadapi penyakit.

D. FAKTOR LINGKUNGAN PASIEN

a. Gambaran lingkungan

Ny. I. tinggal di sebuah rumah yang terdapat dapur dan jamban sendiri. Air

yang digunakan yaitu air sumur. Ventilasi dan penerangan cukup. Atap rumah

tersusun dari asbes. Dinding rumah berupa tembok yang sudah di cat

permanen, perabot rumah tangga minim. Sumber air untuk kebutuhan sehari-

hari adalah air sumur.

b. Denah rumah

Tidak melakukan kunjungan langsung

E. PERILAKU PASIEN

Identifikasi faktor perilaku dan non perilaku keluarga

a. Faktor perilaku keluarga

Ny. I. tinggal di lingkungan padat penduduk, ia dan anggota keluarganya

memiliki pengetahuan yang masih kurang tentang kesehatan khususnya tentang

penyakit hipertensi dan cara pencegahan. Pasien tinggal di rumahnya bersama

suami, anak, dan menantunya saja. Pasien mulai mengalami sakit seperti ini

sejak 5 bulan yang lalu. Lingkungan pasien termasuk rapi dan bersih. Tetapi

tidak ada alat untuk melatih kaki dan tangan.

b. Faktor non-perilaku

Di pandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga ekonomi

menengah kebawah. Keluarga ini memiliki sumber penghasilan dari anaknya.


27

Dari total semua penghasilan tersebut keluarga dapat memenuhi kebutuhan

sehari-hari walaupun belum semua kebutuhan dapat terpenuhi terutama

kebutuhan sekunder dan tertier.

F. FAKTOR PELAYANAN KESEHATAN

Pasien tidak pernah berobat khususnya untuk hipertensi serta jarang mengukur

tekanan darah ke puskesmas. Namun tidak terdapat masalah dalam pelayanan

kesehatan di puskesmas Manduro.


BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Konsep hidup sehat dari H.L Blum merupakan suatu konsep yang masih

digunakan secara luas dalam identifikasi dan pembahasan masalah sebagai dasar

suatu intervensi yang akan dilakukan di masyarakat. Menurut H.L Blum ada empat

faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor

tersebut merupakan faktor detreminan sebagai penyebab timbulnya masalah

kesehatan. Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (life style),

faktor lingkungan, (social, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan

(jenis cakupan dan kualitasnya), dan faktor genetic (keturunan).

Genetik

Lingkungan
Derajat Pelayanan
kesehatan
Kesehatan

Perilaku

Gambar V.1 Konsep Derajat Kesehatan Menurut H.L.Blum


28

A. Temuan Masalah

1. Masalah aktif (individu pasien) :

a. Ny.I menderita Hipertensi grade 1

b. Minimnya pengetahuan tentang penyakit Hipertensi

2. Faktor perilaku

a. Ketidakteraturan minum obat

b. Kurangnya berolahraga dan melakukan aktivitas fisik ringan

3. Faktor lingkungan

a. Kondisi sosial ekonomi menengah kebawah

b. Tingkat pendidikan rendah

4. Faktor pelayanan kesehatan (tidak dijumpai)

5. Faktor genetik

Keluarga tidak mempunyai riwayat Hipertensi


29

B. Analisis

Faktor Genetik:
Tidak ada keluarga yang mengalami tekanan
darah tinggi

Faktor Lingkungan: Faktor Perilaku:


Pendidikan yang kurang Ny. I. 45 thn Pola makan yang kurang
Sosial ekonomi menengah Hipertensi baik
kebawah Tidak pernah kontrol
tekanan darah maupun
berobat
Tidak pernah olahraga

Faktor Pelayanan Kesehatan:


Tidak ditemukan

Gambar V.2. Diagram Permasalahan Pasien

(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan, yang ada

dengan faktor-faktor risiko ada dalam kehidupan pasien)

a. Masalah Aktif: Hipertensi grade I

Hipertensi merupakan keadaan peningkatan tekanan darah dalam arteri

ketika jantung sedang berkontraksi (sistolik) sama dengan atau diatas 140

mmHg dan tekanan darah saat jantung sedang berelaksasi (diastolik) sama

dengan atau diatas 90 mmHg (WHO, 2013)


30

Hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi seperti stroke,

kelemahan jantung, penyakit jantung koroner (PJK), gangguan ginjal

dan lain-lain yang berakibat pada kelemahan fungsi dari organ vital seperti

otak, ginjal dan jantung yang dapat berakibat kecacatan bahkan kematian.

Hipertensi atau yang disebut the silent killer yang merupakan salah satu faktor

resiko paling berpengaruh penyebab penyakit jantung (cardiovascular) (Soedirjo,

2008).

Hipertensi dapat dikelompokan menjadi dua golongan yaitu: Hipertensi

Esensial atau primer lebih dari 90% pasien hipertensi merupakan hipertensi

primer. Hipertensi sering terjadi karena turun menurun dalam suatu keluarga, hal

ini menunjukan bahwa faktor genetik berperan penting pada kejadian hipertensi

primer. Faktor lain yang menjadi penyebab hipertensi primer ini adalah

lingkungan, kelainan metabolisme intra selulerdan faktor-faktor yang

meningkatkan obesitas, konsumsi alkohol, merokok dan kelainan darah

(Muchid,2006). Kedua adalah Hipertensi Renal atau Sekunder merupakan

penyakit ikutan dari penyakit sebelumnya. Kurang dari 10% penderita hipertensi

sekunder adalah dari gangguan hormonal, diabetes, ginjal, penyakit pembuluh,

penyakit jantung atau obat-obatan tertentu yang dapat meningkatkan tekanan

darah (Muchid,2006).
31

Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 7

Gambar V.3. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 7

Faktor Risiko Hipertensi

Beberapa faktor yang merupakan faktor resiko dari hipertensi yaitu

(Habermann,2008):

1) Faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga tersebut

memiliki risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan

kadar natrium intraseluler dan rendahnya rasio antara kalium terhadap natrium.

Penelitian yang dilakukan oleh Androgue dan Madias mengenai patogenesis

kalium dan natrium pada hipertensi, menyebutkan faktor keturunan berpengaruh

terhadap hipertensi primer melalui beberapa gen yang terlibat dalam regulasi

vaskuler dan reabsorpsi natrium oleh ginjal.

2) Usia. Tekanan darah meningkat seiring dengan berjalanya usia. Tekanan sistolik

meningkat sesuai dengan usia, sedangkan tekanan diastolik tidak berubah mulai

dekade ke-5. Hipertensi sistolik isolasi merpakan jenis hipertensi yang paling

ditemukan pada orang tua.


32

3) Ras Afrika-Amerika. Hipertensi lebih sering terdapat pada ras AFrika-Amerika

dibandingkan dengan orang kulit putih, dan pada kedua ras tersebut biasanya

lebih banyak pada golongan sosioekonomi rendah.

4) Berat Badan Berlebih. Semakin tinggi berat badan, semakin banyak darah yang

dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan utrisi jaringan. Volume

darah meningkat di dalam pembuluh darah dan terjadi peningkatan tekanan

dinding arteri.

5) Kurang Aktivitas. Orang yang kurang aktivitas cenderung memiliki denyut

jantung yang lebih banyak. Semakin tinggi denyut jantung, semakin berat

jantung harus bekerja pada setiap kontraksi dan lebih kuat tekanan pada arteri.

6) Konsumsi Tinggi Natrium. Konsumsi makanan yang mengandung banyak

natrium dapat menyebabkan tertahannya air di dalam pembuluh darah, sehingga

meningkatkan tekanan darah. Kalium membantu menyeimbangkan banyaknya

natrium di dalam sel. Jika kurang mengkonsumsi natrium, maka akan banyak

terakumulasi natrium di dalam darah.

7) Merokok. Zat-zat kimia pada rokok dapat menyebaban kerusakan pada dinding

arteri yang menyebabkan penyempitan arteri sehingga dapat meningkatkan

tekanan darah.

8) Sindroma Metabolik. Sindroma metabolik didefinsikan sebagai jika tiga dari

criteria terpenuhi: lingkar perut membesar (pria: > 100 cm, wanita: 90 cm), gula

puasa darah terganggu (normal < 126 md/dl), peningkatan tekanan darah 130/85

mmHg, trigliserida plasma 150 mg/dl, atau kolesterol HDL <40 mg/dL , <50

mg/dL pada wanita. Di hipotesiskan bahwa resistensi insulin mungkin

merupakan patofisiologi teradinya sindroma metabolik.


33

Diagnosis

Dalam menegakan diagnosis hipertensi, diperlukan beberapa tahapan

pemeriksaan yang harus dijalani sebelum menentukan terapi atau tatalaksana yang

akan diambil. Algoritme diagnosis ini diadaptasi dari Canadian Hypertension

Education Program. The Canadian Recommendation for The Management of

Hypertension 2014 (PERKI, 2015).

Gambar V.4. Algoritme diagnosis hipertensi

b.Faktor Resiko

1) Faktor Genetik

Dalam Hipertensi merupakan penyakit yang terkait pada Genetik.

Dimana penyakit ini merupakan penyakit keturunan yang dapat dicegah

dengan mengatur pola hidup agar sehat.

Penyelesaian: Faktor Genetik tidak dapat dihindari namun dapat dicegah.


34

Pencegahan sedini mungkin terhadap penyakit Hipertensi menjadi sasaran

utama dalam penyelesaian faktor genetik

2) Faktor Lingkungan

Dalam lingkungan tempat tinggal pasien terdapat hubungan yang

kurang baik terhadap pasien dan anak yang tidak tinggal serumah karena

kesibukan anak tersebut. Hal tersebut membuat pasien merasa kurang

nyaman, dimana hal tersebut dapat meningkatkan tekanan darah pasien.

Penyelesaian: sebaiknya pasien dan keluarganya lebih sering untuk

berkumpul dan bertukar fikiran, sehingga masalah dapat dibicarakan

bersama-sama sehingga dapat menemukan solusinya, serta dapat mempererat

hubungan antar anggota keluarga.

3) Faktor Perilaku

Pasien dalam hal ini banyak memakan-makanan yang dapat

meningkatkan tensi. Selain itu pasien juga tidak pernah berolahraga sama-

sekali dan tidak rutin mengkonsumsi obat.

Penyelesaian: Sebaiknya pasien memulai pola hidup sehat dan olahraga yang

teratur. Hal tersebut dapat menurunkan tekanan darah pasien. Selain itu

kegiatan posbindu sangat mendukung untuk mengontrol gula darah dan

tekanan darah pasien. Selain itu pihak puskesmas membantu dalam

mengontrol kepatuhan pasien minum obat


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Segi Biologis:

a. Ny.I (45 tahun) menderita Hipertensi, pasien tidak mengerti secara

mendalam tentang penyakitnya sehingga pasien tidak pernah kontrol,

maupun berobat sama sekali.

2. Segi Psikologis:

a. Hubungan antara anggota keluarga cukup akrab, terbukti dari

penyelesaian masalah yang dapat diatasi dengan baik di keluarga ini.

3. Segi Sosial Ekonomi:

a. Tidak ada masalah dari segi sosial masyarakat

b. Tidak Ada masalah dari segi ekonomi dalam keluarga ini

4. Segi Lingkungan:

Rumah dan lingkungan sekitar tempat tinggal pasien cukup tetapi

kurang alat alat untuk latihan sendiri

5. Segi Fisik:

Pengetahuan akan Hipertensi yang masih rendah

B. SARAN

1. Promotif :

Memberikan pengertian kepada penderita dan anggota keluarga mengenai

penyakit hipertensi merupakan penyakit yang harus dikontrol dengan

pengobatan teratur dan diet yang baik.


36

2. Preventif :

a) Olahraga teratur

b) Diet rendah garam

c) Menghindari makanan yang mengandung MSG dan yang berminyak

d) Mengikuti kegiatan Posbindu PTM


DAFTAR PUSTAKA

Chobanian AV et al. 2003. The Seventh Report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: the
JNC 7 report. JAMA. May 21;289(19):2560–72.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2015. Pedoman
Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular.
World Health Organization (WHO)/International Society of Hypertension (ISH).
2003. statement on management of hypertension.
Armilawaty, dkk. 2007. Hipertensi dan Faktor Risikonya dalam Kajian
Epidemiologi. Bagian Epidemiologi FKM UNHAS : Makassar.
Yogiantoro. Pendekatan Klinis Hipertensi. Dalam: Sudoyo WA, Setiyohadi B, Alwi
I, et al, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II. Edisi keenam. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2014.

Anda mungkin juga menyukai