Oleh:
Herlina Susi Armawanti – P17112205020
Mengetahui, Menyetujui,
Supervisor Klinik Instruktur Klinik
Mengetahui,
Kepala Instalasi Gizi
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan laporan studi kasus dengan judul “Asuhan Gizi pada Paisen
Intracerebral Hemorrhage dan Hipertensi Di Ruang WKC RSUD dr. Soedono”
Madiun dengan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian laporan ini banyak pihak yang telah
terlibat, serta penulisan laporan ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan bantuan
dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Budi Susatya, S.Kep. M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Malang
2. dr. Mochamad Hafidin Ilham, Sp.An selaku Direktur RSUD dr. Soedono Madiun.
3. Tapriadi, S.KM. M.Pd selakuKetua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan
kemenkes Malang.
4. Dr. Dra. Nurul Hakimah, SST.,M,Kes selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Profesi Dietisien, Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
5. Wilujeng Suci Untarsih, DCN selaku Kepala Instalasi Gizi RSUD dr. Soedono
Madiun
6. Galuh Ardianti, S.Gz selaku instruktur Klinik di RSUD dr. Soedono Madiun
7. Endang Widajati, S.ST, M.Kes, RD selaku dosen Pembimbing atau Supervisor
Praktik Kerja Profesi di RSUD dr.Soedono Madiun
8. Gendut Subekti, S.ST selaku pembimbing klinik (Clinical Instructure) yang telah
bersedia membimbing laporan studi kasus penyakit dalam.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
penyempurnaan laporan ini. Atas kekurangan yang ada dalam laporan ini mohon
kiranya dimaklumi.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
5. Ekologi ................................................................................................. 28
D. Diagnosis Gizi .......................................................................................... 28
E. Rencana Intervensi .................................................................................. 28
F. Implementasi ............................................................................................ 32
G. Monitoring dan Evaluasi ........................................................................... 34
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................................. 63
B. Saran ....................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 65
LAMPIRAN................................................................................................... 69
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi syaraf lokal dan/atau
global, muncul mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi syaraf pada
stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik.
Gangguan syaraf tersebut menimbulkan gejala antara lain: kelumpuhan wajah
atau anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo), mungkin
perubahan kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain-lain (Riskesdas, 2013).
Stroke melibatkan onset mendadak defisit neurologis fokal yang berlangsung
setidaknya 24 jam dan diduga berasal dari pembuluh darah. Stroke bisa berupa
iskemik atau hemoragik (Dipiro et al., 2014).
Menurut World Health Organization, di seluruh dunia stroke menjadi penyebab
utama kematian nomor dua dan penyebab utama ketiga untuk kecacatan. Secara
global, 70% kematian disebabkan oleh stroke dan 87% kematian disebabkan oleh
stroke dan kecacatan yang terjadi pada beberapa tahun terakhir di negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Selama empat dekade terakhir, insiden
stroke di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah terjadi lebih dari
dua kali lipat. Selama dekade ini insiden stroke telah menurun sebesar 42% di
negara-negara berpenghasilan tinggi (WHO, 2016).
Prevalensi estimasi stroke menunjukkan sedikit variasi di negara-negara Asia
Selatan. Sri Lanka, dengan populasi sekitar 20 juta jiwa, diperkirakan memiliki
prevalensi stroke 9 per 1.000 penduduk. Data yang terbatas yang tersedia dalam
kaitannya dengan prevalensi stroke pada Bangladesh: satu studi melaporkan
prevalensi keseluruhan 3 per 1.000 penduduk, naik setinggi 10 per 1.000 pada
orang di atas usia 70 tahun (Wasay et al., 2014). Prevalensi stroke di Indonesia
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis
tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan
diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi Utara (10,8‰), diikuti DI Yogyakarta
(10,3‰), Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil. Prevalensi
Stroke berdasarkan terdiagnosis nakes dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi
Selatan (17,9‰), DI Yogyakarta (16,9‰), Sulawesi Tengah (16,6‰), diikuti Jawa
Timur sebesar 16 per mil (Riskesdas, 2013).).
1
Jumlah pasien penyakit stroke di Indonesia tahun 2013 berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan (Nakes) diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0%),
sedangkan berdasarkan diagnosis/gejala diperkirakan sebanyak 2.137.941 orang
(12,1%). Berdasarkan diagnosis Nakes maupun diagnosis/gejala, provinsi Jawa
Barat memiliki estimasi jumlah penderita terbanyak yaitu sebanyak 238.001 orang
(7,4%) dan 533.895 orang (16,6%), sedangkan provinsi Papua Barat memiliki
jumlah penderita paling sedikit yaitu sebanyak 2.007 orang (3,6%) dan 2.955 orang
(5,3%) (Litbangkes, 2013).
Berdasarkan penyebabnya stroke terbagi menjadi 2, stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Stroke iskemik merupakan jenis stroke yang paling sering terjadi yaitu
sebanyak 87% terjadi karena adanya pembentukan trombus lokal atau embolus
oklusi arteri serebral. Stroke hemoragik atau dapat disebut stroke pendarahan
merupakan jenis stroke yang paling sedikit terjadi yaitu 13% namun lebih
berbahaya daripada stroke iskemik (ASA, 2013). Penyebab stroke hemoragik
diantaranya adalah kerusakan aliran darah pada jaringan parenkim otak di
sekitarnya akibat penumpukan dan neurotoksisitas komponen darah hemoragik
dapat mengakibatkan peningkatan yang mendadak pada tekanan intrakranial
sehingga dapat menyebabkan kematian (Fagan and Hess, 2008).
Menurut National Stroke Association stroke hemoragik terjadi karena pecahnya
pembuluh darah di otak dan tumpahan darahnya masuk ke dalam atau ke area
sekitar otak. Hal ini dapat menyebabkan hematoma yang dapat mengubah dan
melukai jaringan otak. Adanya tekanan dapat menyebabkan hilangnya suplai
darah akan berdampak ke jaringan otak sehingga menghasilkan infark. Penyebab
utamanya adalah tekanan darah tinggi (hipertensi) dan aneurisma (daerah yang
lemah atau tipis pada pembuluh darah) yang dapat membuat pembuluh darah
cukup lemah sehingga lebih mudah robek (NSA, 2014).
Intracerebral hemorrhage (ICH) terjadi bila pembuluh darah pecah di dalam otak
dan menyebabkan hematoma. Hal ini biasanya akibat dari kerusakan pembuluh
darah oleh hipertensi kronis atau kelainan pembuluh darah. Subarachnoid
hemorrhage (SAH) biasanya berasal dari trauma atau pecahnya aneurisma atau
arteriovenous malformation intrakranial (AVM).
Pada stroke hemoragik terdapat gejala seperti ketidakmampuan untuk
berbicara, gangguan penglihatan, vertigo, atau bisa jatuh. Defisit neurologis pada
pemeriksaan fisik tergantung pada daerah otak yang terlibat. Pasien dengan
peredaran stroke posterior mungkin memiliki vertigo dan diplopia sedangkan
2
pasien dengan peredaran stroke anterior umumnya mengakibatkan aphasia
(Fagan and Hess, 2008).
Tujuan terapi pada pasien stroke adalah untuk mengurangi adanya cedera
neurologis dan penurunan angka kematian serta kecacatan dalam jangka panjang,
mencegah komplikasi sekunder imobilitas dan disfungsi neurologis, dan
mencegah kekambuhan stroke. Untuk mencapai tujuan tersebut dapat dilakukan
dengan pemberian terapi secara farmakologis pada pasien stroke yaitu
antifibrinolitik (Dipiro et al., 2014).
Obat golongan antifibrinolitik dapat menurunkan kejadian perdarahan ulang (re-
bleeding) tanpa peningkatan efek samping yang serius melalui penghambatan
fibrinolisis endogen (Meier et al., 2013).
Asam traneksamat bekerja mengurangi perdarahan dengan cara menghambat
aktivasi plasminogen menjadi plasmin pada cascade pembekuan darah. Karena
plasmin berfungsi mendegradasi fibrin, maka asam traneksamat bekerja
menghambat degradasi fibrin, yang berujung pada meningkatnya aktivitas
pembekuan darah. Asam aminokaproat bekerja menghambat aktivasi
plasminogen, sehingga mengurangi konversi plasminogen menjadi plasmin
(fibrinolisin), enzim yang mendegradasi bekuan fibrin serta fibrinogen dan protein
plasma lainnya termasuk faktor-faktor prokoagulan V dan VIII (Drugs, 2016).
Vitamin K memiliki peran sebagai kofaktor penting untuk enzim gamma-
karboksilase yang mengkatalisis gamma-carboxylation posttranslasional residu
asam glutamat pada prekursor hati yang tidak aktif dari faktor koagulasi II
(protrombin), VII, IX dan X. Gamma-karboksilasi mengubah prekursor tidak aktif
ini menjadi aktif (Drugbank, 2017).
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sprigg et al. (2014) menguji kelayakan
asam traneksamat untuk menurunkan mortalitas secara signifikan pada
perdarahan setelah trauma. Penelitian ini memberikan perlakuan pada pasien
intracerebral hemorrhage (ICH) spontan dengan pemberian asam traneksamat
secara intravena 1g bolus dan dilanjutkan dengan infus asam traneksamat 1g/jam
selama 8 jam. Dari penelitian tersebut dinyatakan bahwa asam traneksamat dapat
digunakan pada pasien stroke hemoragik dengan intracerebral hemorrhage (ICH)
karena dapat mengurangi terjadinya perdarahan ulang (re-bleeding) pada otak.
Studi penelitian lain dilakukan oleh Arumugam et al. (2015), penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi ukuran dan volume hematoma menggunakan
Computed Tomography (CT) Scan dengan asam traneksamat sebagai obat yang
3
digunakan dalam penelitian ini. Hasilnya menunjukkan tidak ada ekspansi ukuran
hematoma signifikan antara awal dan setelah 24 jam pada kelompok perlakuan.
Hal ini menyatakan bahwa asam traneksamat merupakan obat yang sangat efektif
untuk menstabilkan hematoma pada pasien stroke hemoragik dengan pemberian
secara intravena 1g bolus dan dilanjutkan dengan infus asam traneksamat 1g/jam
selama 8 jam. Namun diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi
kebutuhan dosis dan signifikansi efek dari asam traneksamat agar pemberian
terapinya dapat menjadi lebih efektif dan efisien.
Pada penelitian Morgenstren et al. (2010) pasien stroke hemoragik intracerebral
hemorrhage (ICH) tidak direkomendasikan asam traneksamat, pasien stroke
hemoragik intracerebral hemorrhage (ICH) direkomendasikan vitamin K dan fresh
frozen plasma (FFP) sebagai terapi hemolitik, akan tetapi akhir-akhir ini
prothrombin complex concentrates (PCCs) dan recombinant factor VIIa (rFVIIa)
muncul sebagai terapi yang potensial. Dengan penjelasan diatas maka kasus pada
pasien ICH perlu dilakukan pengkajian gizi untuk menentukan asuhan gizi yang
sesuai dengan kebutuhan pasien.
4
B. Tujuan Umum
Merancang dan melaksanakan terkait manajemen asuhan gizi pada paisen
Intracerebral Hemorrhage dan Hipertensi Di Ruang WKC RSUD dr. Soedono
C. Tujuan Khsus
1. Melakukan assessment kepada pasien dengan mengkaji data
antropometri, biokimia, fisik klinis, asupan makan pasien, keadaan sosial,
serta data farmakologi pasien.
2. Menetapkan diagnosis gizi yang tepat sesuai dengan hasil assessment
pada pasien.
3. Memberikan dan melakukan perencanaan intervensi gizi sesuai dengan
diagnosa yang telah ditegakkan.
4. Melakukan monitoring dan evaluasi mengenai data antropometri, biokimia,
fisik klinis, asupan makan pasien, serta data farmakologi pasien selama
intervensi berlangsung
5. Menyusun dan merencanakan menu sesuai dengan kebutuhan gizi standar
menu rumah sakit Rumah Sakit
D. Manfaat Studi Kasus
5
BAB II
TUNJAUAN PUSTAKA
A. Stroke
1. Definisi Stroke
2. Epidemiologi Stroke
6
Prevalensi Stroke berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi Utara
(10,8‰), diikuti DI Yogyakarta (10,3‰), Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-
masing 9,7 per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan terdiagnosis nakes dan gejala
tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9‰), DI Yogyakarta (16,9‰), Sulawesi
Tengah (16,6‰), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil (Riskesdas, 2013).
Tabel 2.1 Epidemiologi stroke berdasarkan kelompok ras dan etnis(U.S.
Department of Health and Human Services, 2007)
3. Klasifikasi Stroke
7
Gambar 2.1 Klasifikasi stroke dengan mekanisme frekuensi berbagai
kelainan (Albers, 2007)
4. Etiologi Stroke
Gambar 2.2 Tipe stroke (Chino Avenue Congregate
Home, 2016)
8
bila pembuluh darah yang membawa darah ke otak tersumbat oleh gumpalan
darah. Hal ini menyebabkan darah tidak mencapai otak. Hipertensi merupakan
faktor resiko yang paling utama untuk stroke jenis ini (NSA, 2016).Stroke iskemik
disebabkan oleh trombus lokal atau emboli, sehingga menyebabkan penyumbatan
arteriserebral.Emboli bisa terjadi baik dari arteri intra atau ekstrakranial (termasuk
arkus aorta) atau seperti pada 20% kasus stroke iskemik berasal dari jantung.
Emboli kardiogenik terjadi jika pasien memiliki fibrilasi atrium (denyut jantung tidak
teratur), kelainan pada katup jantung, atau kondisi lain dari jantung yang dapat
menyebabkan terbentuknya gumpalan (Hess, 2008). Gumpalan darah dapat
disebabkan oleh timbunan lemak (plak) terbentuk dalam arteri sehingga
mengurangi aliran darah (aterosklerosis) atau kondisi arteri lainnya.
Gambar 2.3 Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik (Heart and
Stroke Foundation of Canada, 2013)
9
a. Intracerebral hemorrhage (ICH)
10
vaskuler. Bagian kedua, subarachnoid hemorrhage (SAH) berpusat di
perimesencephalic atau bagian basal rendah yang tidak meluas ke perifer. Hal
ini terjadi akibat perdarahan perimesencephalic idiopatik, namun pecahnya
aneurisma vertebrobasilar sekitar 5% dari kasus stroke. Penyebab lainnya
yang jarang dari pola perimesencephalic termasuk tumor cervicomedullary
persimpangan, malformasi vaskular, atau diseksi arteri akut (Marder C.P.et
al., 2014)
11
melalui efek mekanik menghasilkan massa dan neurotoksisitas dari komponen
darah dan produk degradasi. Sekitar 30% dari intracerebral hemorrhage (ICH)
terus membesar selama 24 jam pertama, paling cepat dalam waktu 4 jam, dan
volume gumpalan adalah prediktor yang paling penting dari hasil perdarahan
yang terlepas dari lokasi. Perdarahan dengan volume > 60 mL berhubungan
dengan 71% kematian pada 15 hari dan 93% kematian pada 30 hari.
Sebagian besar kematian dini stroke hemoragik (hingga 50% pada 30 hari)
disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan intrakranial yang dapat
menyebabkan herniasi dankematian (Dipiro et al., 2014).
Gambar 2.5 Lokasi stroke hemoragik (Judith, 2011)
12
Gambar 2.6 Intracerebral Hemorrhage (ICH) (UW Medicine, 2016)
6. Faktor Resiko
▪ Umur
• Jenis Kelamin
Tingkat insiden stroke 1,25 kali lebih besar pada pria, tapi karena wanita
cenderung hidup lebih lama daripada pria, lebih banyak perempuan yang
meninggal karena stroke tiap tahun dibandingkan laki-laki. Sebuah studi dari
13
rumah sakit menunjukkan bahwa laki-laki sedikit lebih dominan dibandingkan
perempuan (51% vs 49%) dengan usia berkisar 21-78 tahun dan usia rata-
rata adalah 50 tahun. Usia perempuan berkisar antara 24-83 tahun dengan
usia rata-rata 53 tahun. Sebuah penelitian menunjukkan,stenosis intrakranial
lebih umum terjadi pada pria, terutama di kelompok usia muda dan di lokasi
tertentu, seperti arteri basilar (Jahirul et al., 2015).
Ras kulit hitam dan beberapa ras hispanik atau ras amerika latin, memiliki
insiden yang lebih tinggi dari semua jenis stroke dan tingkat kematian yang
lebih tinggi dibandingkan dengan ras kulit putih. Hal ini terutama berlaku untuk
ras kulit hitam yang berusia muda dan setengah baya, yang memiliki resiko
jauh lebih tinggi terkena subarachnoid hemorrhage (SAH)dan intracerebral
hemorrhage (ICH) dibandingkan ras kulit putih pada usia yang sama
(Goldstein et al., 2011).
• Faktor Genetik
Riwayat keluarga yang positif stroke meningkatkan resiko stroke sekitar 30%.
Pada wanita yang memiliki orang tua dengan riwayat stroke lebih mungkin
terkena stroke dibandingkan pria. Peningkatan resiko stroke disampaikan dari
riwayat keluarga yang positif dapat dimediasi melalui berbagai mekanisme,
meliputi heritabilitas genetik faktor resiko stroke, warisan dari kerentanan
terhadap efek dari faktor resiko tersebut, budaya lingkungan dan gaya hidup,
dan interaksi antara faktor genetik dan lingkungan (Goldstein et al., 2011).
• Hipertensi
Hipertensi & usia merupakan faktor resikoutama untuk gejala dan penyakit
serebrovaskular. Resiko pendarahan otak pada pasien hipertensi 3,9 kali lebih
tinggi dari pada pasien non hipertensi. Pada aneurisma subarachnoid
hemorrhage (SAH) resiko relatif 2.8 lebih tinggi. Diagnosis dan kontrol
hipertensi merupakan salah satu strategi utama untuk pencegahan primer dan
sekunder dari stroke. Pengaruh hipertensi kronis pada pembuluh darah otak
dan jaringan (microhemorhages, silent infarctions, lesi materi putih dan atrofi)
juga mendukung mekanisme fisiopatologis untuk hubunganantara hipertensi
14
dan gangguan kognitif (Arboix A., 2015).
• Diabetes Melitus
• Merokok
• Dislipidemia
Gejala yang paling umum dari stroke adalah kelemahan secara tiba-tiba atau
mati rasa pada wajah, lengan atau kaki, paling sering pada satu sisi tubuh.
Efek dari stroke tergantung pada bagian mana dari otak terluka dan seberapa
parah itu dipengaruhi. Stroke yang sangat parah dapat menyebabkan
15
kematian mendadak (WHO, 2014).
16
yang menjanjikan untuk intracerebral hemorrhage (ICH) yang dapat
meningkatkan prognosis jangka panjang (Liebeskind, 2016). Pada stroke
hemoragik, pemeriksaan pencitraan yang cepat dengan CT atau MRI
direkomendasikan untuk membedakan stroke iskemik dengan perdarahan
intrakranial. Angiografi CT dan CT dengan kontras dapat dipertimbangkan
untuk membantu mengidentifikasi pasien dengan resiko perluasan hematoma.
Bila secara klinis atau radiologis terdapat kecurigaan yang mengarah ke lesi
struktural termasuk malformasi vaskuler dan tumor, sebaiknya dilakukan
angiografi CT, venografi CT, CT dengan kontras, MRI dengan kontras, MRA,
dan venografi MR (PERDOSSI, 2011).
17
B. HIPERTENSI
1 Definisi Hipertensi
Menurut Price (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016), Hipertensi adalah
sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau
tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti
penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah,
makin besar resikonya.
Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes (2018),
hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat bermacam-macam
pada setiap individu dan hampir sama dengan penyakit lain. Gejala-gejala
tersebut adalah sakit kepala atau rasa berat ditengkuk. Vertigo, jantung
berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging atau
tinnitus dan mimisan
2. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan(Ardiansyah M.,
2012) :
b. Jenis kelamin dan usia = Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita
yang telah menopause berisiko tinggi mengalami penyakit
hipertensi
c. Diit konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak = Konsumsi
garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan kandungan
lemak yang tinggi secara langsung berkaitan dengan
berkembangnya penyakit hipertensi.
18
e. Gaya hidup merokok dan konsumsi alcohol = Merokok dan
konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan berkembangnya
hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang terkandung dalam
keduanya
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui penyebabnya.
Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit, yaitu :
a. Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin terjadi
beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta abdominal. Penyembitan pada
aorta tersebut dapat menghambat aliran darah sehingga terjadi peningkatan
tekanan darah diatas area kontriksi.
c. Satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke
ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien dengan hipertensi disebabkan
oleh aterosklerosis atau fibrous dyplasia (pertumbuhan abnormal jaringan
fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta
perubahan struktur serta fungsi ginjal.
h. Kehamilan
f. Luka bakar
19
i. Merokok.
Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin. Peningkatan
katekolamin mengakibatkan iritabilitas miokardial, peningkatan denyut jantung
serta menyebabkan vasokortison yang kemudian menyebabkan kenaikan
tekanan darah
3. Klasifikasi Hipertensi
- Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.
- Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg
da n diastolik 91-94 mmHg.
- Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg.
20
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang memiliki 5 orang anak,
pasien biasanya memasak makanan dirumah dengan dibantu dengan anak ke 3 .
Pasien telah mengetahui hipertensi sejak lama >4 tahun dan kolesterol sejak 3
tahunan . Pasien tidak pernah control kedokter ataupun ke tenaga kesehatan
terdekat sehigga pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan untuk
meredakan keluhan seperti pusing, sendi terasa nyeri dan sakit, saat kolesterol
dan tekanan darah meningkat. Pasien belum pernah mendapatkan infomasi terkait
gizi namun pasien mengurangi makanan yang sekirangya menyebabkan
kolesterol dan hipertensi. Suaminya sudah lama meninggal sejak 2 tahun silam.
Pasien dilarikan di rumah sakit setelah mendapatkan rujukan dari rumah sakit yang
berbeda .
B. Skrining Tools
Skrining tools diberikan dari rumah sakit yakni SGA modifikasi karena tidak
adanya penurunan berat badan beberapa minggu atau beberapa bulan lalu. Berat
badan pasien tetap saat sebelum masuk rumah sakit dan saat masuk rumah sakit.
C. Assesment
1. Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthopros (tubuh) dan metros (ukuran). Secara
umum antropometri diartikan sebagai ukuran tubuh manusia. Dalam bidang gizi,
antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Dalam bidang
ilmu gizi, antropometri digunakan untuk menilai status gizi. Ukuran yang sering
digunakan adalah berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, tinggi duduk,
lingkar perut, lingkar pinggul, dan lapisan lemak bawah kulit. Pengukuran
antropometri yang dilakukan dengan TL yakni 46 cm dan LLA yakni 36 cm .
21
Yang didapatkan data hasil antropometri :
36
= (157,54-100) – 10% (157,54-
30,4
x 100% 100)
Kreteria Nilai
Dari hasil pengukuran Tinggi badan estimasi menggunakan tinggi lutut adalah 157
cm dan menghitung status gizi menggunakan LLa tergolong overweight. Untuk
menghitung estimasi BB pasien adalah 72,68 kg berat bdan pasien tergolong lebih
dari BBI pasien yakni 51,78 kg. Pengukuran dilakukan dengan TL dan LLA karena
pasien tidak dapat berdiri dan pasien tidak dapat melakukan pengukuran TB dan
BB secara normal dengan prosedur yang benar. Sehingga data yang diambil dari
data estimasi pengukuran TL dan LLA.
22
2. Biokimia
3. Clinical Fisik
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidak cukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan
epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral
atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar
23
tiroid. Metode ini digunakan untuk survey klinis secara cepat (rapid clinical
surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis
umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu pula digunakan
untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan
fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyaki. Pengamtan
dilakukan tanggal 20-Maret-2021
A. Data Klinis
- Mual (+)
- Lemah (+)
- Pusing (+)
Data klinis yakni menunjukan normal kecuali keadaan pasien lemah karena
penyakit pasien yakni stroke dan tekanan darah pasien yakni hipertensi stage 2
hal ini yang menyebabkan pasien menglami stroke karena hipertensi dimana
adanya tekanan darah meningkat → aterosklorosis sehingga pasien mengalami
penyumbatan pada pembuluh darah. Pasien mengalami mual dikarenakan darah
yang merembes dari pembuluh darah otak dapat menyebabkan peningkatan
tekanan otak dan merangsang saraf nyeri pada selaput otak. Peningkatan tekanan
dalam tengkorak ini juga berperan dalam timbulnya keluhan mual dan muntah
menyemprot (Intan, 202). Kesulitan mengunyah karena pasien terkena stroke.
24
4. Dietary Assesment
a. Dietary Dahulu
25
Tabel 3.4 Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ)
Frekuensi
Rata-
Rata
No Bahan Makanan URT Gram rata/hari
TP Hr Mgg Bln frekuensi/hari
(gram)
1 Nasi 1 ctg 100 3 3 300
2 Jagung manis ½ gls 120 2 2/7 34,3
3 Kentang 1 bh sdg 100 1 1/7 14,3
4 Mie instan 1 bks 85 4 4/7 48,6
5 Roti 2 slice 40 2 2/7 11,4
6 Biscuit 3 keping 30 2 2/7 8,6
7 Singkong/ubi 1 ptg 100 4 4/7 57,1
8 Tempe 1 ptg 30 2 2 60
9 Tahu 1 ptg 50 2 2 100
10 Daging sapi 1 ptg 40 1 1/30 1,3
11 Ayam 1 ptg 60 3 3/7 25,7
12 Ikan 1 ptg 40 3 3/7 17,1
13 Ikan asin 3 ptg 45 1 1/7 6,4
14 Telur ayam 1 butir 60 4 4/7 34,3
15 Jeroan √
16 Seafood √
17 Sayuran daun 1 gls 100 3 3/7 42,9
18 Sayuran buah 1 gls 100 3 3/7 42,9
19 Sayuran kacang 1 gls 100 2 2/7 28,6
20 Belimbing 1 bh sdg 100 3 3/7 42,9
21 Pisang 1 bh 75 4 4/7 42,9
22 Semangka 1 ptg sdg 90 3 3/30 9
23 Pepaya 1 ptg bsr 110 3 3/7 47,1
24 Jeruk 1 bh sdg 75 2 2/30 5
25 Apel 1 bh sdg 100 2 2/30 6,7
26 Gorengan 1 ptg 40 2 2 80
27 Santan 1/3 gls 40 2 2/7 11,4
28 Susu 1 gls 200 1 1/7 28,6
29 Keju √
30 Teh manis 1 gls 200 4 4/7 114,3
31 Kopi susu instan 1 bks 35 1 1 35
32 Jamu √
33 Chiki/kripik 1 bks 20 2 2 40
34 Minyak 1 sdt 5 4 4 20
35 Es krim 1 cup 100 2 2/7 29
36 Es cendol 1 plastik 50 1 1 50
26
Tabel 3.5 Hasil SQ FFR/Nilai Gizi Perhari
Zat Gizi Hasil
Energi (kkal) 2923,7
Protein (gram) 88
Lemak (gram) 74,1
Karbohidrat (gram) 378
b. Dietary Sekarang
27
Makanan diberikan sesuai kebutuhan pasien. Hasil data recall pasien saat
berada dirumah sakit pada hari minggu 21 maret 2021 adalah sebagai berikut :
5. Ekologi
Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan kolesterol sekitar 2-3 tahun
silam. Pendidikan terkahir pasien adalah SMP pasien bekerja sebagai pedagang
makanan dirumahnya yang dibantu oleh beberapa anaknya. Atas dasar
pengakuan anaknya pasien biasanya makan dengan tidak terkontrol sehingga
pasien kelebihan berat badan dan mengalami kolesterol serta terjadinya
hipertensi. Pasien masuk rumah UGD tanggal 13 maret 2021 dengan stroke dan
dipindahkan di ruang WK-C pada tanggal 19 maret 2021 karena kondisi sudah
hampir membaik sehingga dilakukan asuhan gizi pada tanggal 21 maret 2021.
D. Diagnosis Gizi
• NI 2.1 Asupan oral tidak adekuat yang berkaitan dengan nafsu makan
rutun karena kesulitan mengunyah dan menelan yang ditandai dengan
asupan makan pasien recall yakni energi 53% deficit rendah, protein
85,7% deficit ringan, lemak 70,7% deficit sedang dan karbohidrat 47,7%
deficit rendah.
28
• NI- 5.4 Penurunan kebutuhan zat gizi Natrium berkaitan penyempitan
pembuluh darah menyebabkan tekanan darah menajdi tingi yang ditandai
dengan hasil fisik klinis tekanan darah menunjukkan 201/11 mmHg yakni
hipertensi tegolong stage II dan asupan natrium yakni 700mg
• NI - 5.4 Penurunan Kebutuhan Zat Gizi kolesterol berkaitan adanya
penyumbatan pada pembuluh darah karena plak yang ditandai dengan
data laboratorium terkait hasil profil lipid yang abnormal yakni kolesterol
total tinggi , LDL tinggi dan HDL rendah serta asupan kolesterol >200
mg/dl
• NC 2.2 perubahan nilai laboratorium terkait dengan kondisi pasien
CVA-ICH + HT st.II yang ditandai dengan data lab profil lipid kolesterol
total tinggi yakni 225 mg/dl , LDL tinggi yakni 155 mg/dl dan HDL rendah
yakni 43 mg/dl serta tekanan darah pasien tinggi yakni 201/111 mmHg.
• Nb 1.1 kurangnya pengetahuan terkait makanan dan zat gizi berkaitan
dengan pasien belum pernah mendapatkan edukasi gizi tentang
hipertensi dan kolesterol pasien yang ditandai dengan hasil SQFFQ
berlebih yakni energy 145%, protein 146%, lemak 208%, karbohidrat
145% serta kebiasaan makan pasien dengan pengolahan digoreng dan
mengkonsumsi kopi pada setiap hari
E. Rencana Intervensi
a. Intervensi Gizi
Tujuan :
29
Syarat =
1. Makanan diberikan secara oral dalam bentuk lunak diberikan 3 kali sehari
dengan selingan 1 kali.
2. Energi diberikan 25 kkal/kgBB untuk memenuhi kebutuhan pasien stroke.
3. Protein diberikan cukup yakni 1 gram/kgBB sesuai kebutuhan untuk
memperbaiki sel rusak dan sebagai regenerasi sel dalam tubuh. Sumber
protein 50% dengan bioavailabilitas tinggi contoh bahan makanan adalah
telur.
4. Lemak diberikan 20% dari kebutuhan, diberikan lemak cukup agar dapat
membantu menurunkan kadar profil lipid pasien mendektai normal dengan
mengurangi plak plak pada pembuluh darah. Konsumsi kolesterol dianjurkan
< 200 mg/ hari.
5. Karbohidrat diberikan cukup yakni 60 % sesuai dengan kebutuhan pasien
sebagai penyedia energy didalam tubuh.
6. Vitamin A,C,E, sebagai anti oksidan untuk pendertia stroke
7. Asam folat, B12 untuk mencegah hiper homosisten yang dapat
menyebabkan proses aterosklerosis
8. Pemberian kalsium sebagai membantu efek menurunkan tekanan darah.
9. Pemberian natrium 400-600 mg sebagai pengontrol tekanan darah agar
tidak meningkat
10. Konsumsi serat 30gram/hari untuk mencukupi kebutuhan serat pasien dan
sebagai penurun tekanna darah serta dapat menurunkan kolesterol
11. Cairan cukup, yaitu 8 gelas/hari untuk mencukupi kebutuhan cairan dalam
sehari.
30
4. Karbohidrat 60% = 194 gram dierikan 80% dari kebutuhan sesuai dengan
kebutuhan dan diberikan secara bertahap menjadi 155,2 garm
b. Intervensi Edukasi
Tujuan :
31
- Materi daftar bahan makanan penukar dengan ukuran rumah tangga
- Memotivasi kepada pasien untuk meningkatkan diet yang diberikan
F. Implementasi
a. Terapi Diet :
Terapi gizi yang menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan
tentunya harus diperhatikan agar pemberian tidak melebihi kemampuan organ
tubuh untuk melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu
disesuaikan seiring dengan perubahan fungsi organ selama penyembuhan.
Terpenuhinya kebutuhan zat gizi pasien sangat membantu proses penyembuhan
yang berarti mengurangi waktu rawat inap pasien, meningkatkan kualitas hidup
pasien dan menurunkan total biaya terapi yang harus dikeluarkan. Dengan kata
lain, pemberian diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan
perubahan keadaan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat
inap maupun rawat jalan. Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan
masyarakat baik dalam maupun diluar rumah sakit, merupakan tugas dan
tanggung jawab tenaga kesehatan, terutama tenaga yang bergerak di bidang gizi
(Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Penderita stroke memiliki keterbatasan pada penerimaan, pencernaan, dan
penyerapan berbagai makanan (zat gizi). Pemberian diet (makanan) yang tepat
untuk penderita stroke perlu pertimbangan juga factor risiko yang terjadi (Roman,
2006). Menurut Almatsier (2002) bentuk makanan yang diberikan pada pasien
stroke dalam fase akut atau bila ada gangguan fungsi menelan adalah dalam
bentuk cairan kental atau kombinasi cair jernih dan cairan kentan yang diberikan
secara oral atau NGT sesuai dengan keadaan penyakit pasien. Makanan diberikan
dalam porsi kecil tiap2-3 jam. Lama pemberian disesuaikan dengan keadaan
pasien. Kemudian pada fase pemulihan, bentuk makanan merupakan kombinasi
cairan jernih dan cairan kental, saring, lunak, dan biasa, sebagai makanan
perpindahan dari diet sebelumnya (Nurmala, 2019).
Pemberian makan disesuaikan dengan kondisi dan daya terima pasien . Pada
pasien Ny. S diberikan diet DSRG dengan makanan lunak . Pasien diberikan diet
stroke dengan rendah garam karena pasien mengalami tekanan darah tinggi sejak
>5tahun lalu dan asupan makan pasien tidak terkontrol saat terdahulu. Diberikan
diet dnegan kalori 1300 kkal sesuai dengan kebutuhan pasien agar tidak
memperburuk keadaan pasien dan enunjang kesembuhan pasien
32
b. Terapi Medis
Selama pasien menjalani terapi di rumah sakit terdapat beberapa terapi medis
yang diberikan untuk membantu memulikhkan onidisi pasien. Terpi medis yang
diberikan kepada pasien perlu diperhatikan jenis, dosis, serta adanya interaksi
antar obat maupun interaksi antar makanan. Hal ini bertujuan untuk
memaksimalkan efek farmakoterapi dari tiap jenis obat yang diberikan. Dibawah
ini merupakan terapi medis yang diberikan kepada pasien selama dirawat di rumah
sakit :
Tabel 3.7 Terapi Medis yang Diberikan
33
F. Monitoring Evaluasi
Hasil pemeriksaan fisik klinis menunjukkan suatu tanda atau gejala dari beberapa
kondisi tubuh seseorang. Oleh karena itu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi
fisik klinis dari pasien secara berkala. Dengan melakukan monitoring dan evaluasi
fisk klinis dapat diketahui apakah terapi yang telah diberikan pada pasien
dinyatakan berhasil atau sebaliknya.
34
Tabel 3.8 Hasil Monitoring dan Evaluasi Klinis
Data Klinis Hasil Hasil Hail Nilai Normal
(22-03-2021) (23-03-2021) (24-03-2021)
Keadaan Lemah Lemah Lemah Baik
umum
Kesadaran Compos Mentis Compos Compos CM
Mentis Mentis
Tekanan 201/111 mmHg 180/110 180/111 <120/80
Darah mmHg mmHg mmHg
Nadi 90x/menit 86x/menit 88x/menit 60-
100x/menit
RR 23x/menit 20x/menit 20x/menit 12-24x/menit
Suhu 37,2°C 37,2°C 36,7°C 36,5-37,5°C
DATA FISIK
Monitoring dan evaluasi fisik klinis dilaksanakan selama 3 hari. Selama tiga hari
tersebut dilakukan pengukuran dan pengamatan pada suhu, tekanan darah, nadi,
nafas, dan kesadaran. Berdasarkan tabel 3.7 diketahui bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan diantara beberapa komponen hasil monitoring dan
evaluasi fisik klinis diatas. Suhu, nadi, nafas, dan kesadaran berada pada nilai
normal. Sedangkan tekanan darah masih mengalami mengalami penurunan sejak
hari pertama hingga hari ketiga monev. Hal ini dapat disebabkan oleh pemberian
terapi clopidogrel yang diberikan pada pasien. Clopidrogel berfungsi untuk
menurunkan kejadian trombolitik pada aliran darah sehingga mencegah terjadinya
vasokontriksi yang dapat meningkatkan tekanan darah (ISO, 2015).
35
Mual dan lemah pada pasien karena darah yang merembes dari pembuluh
darah otak dapat menyebabkan peningkatan tekanan otak dan merangsang saraf
nyeri pada selaput otak. Peningkatan tekanan dalam tengkorak ini juga berperan
dalam timbulnya keluhan mual dan muntah menyemprot. Serangan stroke
hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak pada saat klien melakukan
aktivitas. Biasanya terjadinya nyeri kepala, mual, muntah, bahkan kejang sampai
tidak sadar selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak
yang lain. Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran dalam hal
perubahan di dalam intrakranial.Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi.
Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif, dan
koma(Mutaqin, 2011). Stroke perdarahan adalah suatu keadaan ketika pembuluh
darah otak pecah dan menyebabkan darah masuk ke ruang tengkorak. Tengkorak
adalah rongga dengan volume tetap, sehingga peningkatan volume akan
menyebabkan desakan pada struktur yang berada di dalam tengkorak. Darah yang
merembes dari pembuluh darah otak dapat menyebabkan peningkatan tekanan
otak dan merangsang saraf nyeri pada selaput otak. Peningkatan tekanan dalam
tengkorak ini juga berperan dalam timbulnya keluhan mual dan muntah
menyemprot.
d) Monitoring dan Evaluasi Dietary Assesment
36
Rumah Sakit, yaitu indicator sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien
menggunakan nilai standar <20%, sehingga :
< 80% : Asupan Makan Kurang
≥ 80% : Asupan Makan Normal
Dan asupan menurut Gibson (2005), yaitu:
• < 70% : defisit tingkat berat
• 70 – 79% : defisit tingkat sedang
• 80 – 89% : defisit tingkat ringan
• 90 – 119% : normal
• ≥ 120% : lebih
Tabel 3.10 Monitoring Evaluasi Pemantauan Asupan Makan
Protein (g) 41,42 38,7 93% 41,4 99% 49,9 120% 43,3 104%
Lemak (g) 23,2 22,5 97% 20,2 87% 21,6 93% 21,43 92%
Kh (g) 155,2 97,1 62,5% 111,9 72% 151,1 97,3% 120 77%
Serat (g) 24 10,3 42,9% 14,2 59% 18,4 75% 14,3 59,5%
Vitamin C (mg) 60 49 82,6% 58,3 97% 84 140% 63,7 106%
Kalsium (mg) 800 900 112% 818 102% 967,2 120% 895 111%
Asam folat 320 85,5 26% 104 32% 164 51% 83,63 26%
Vitamin b 12 3,2 1 31% 1,7 53% 1,9 59% 1,53 485
Natrium (mg) 200 200 100% 265 130% 292.9 140% 252 126%
Asupan makan pasien diberikan 80% dari total kebutuhan pasien karena data
recall menunjukkan bahwa pasien tidak memenuhi kebutuhan basal sehingga
asupan makan pasien diberikan bertahap . Makanan yang diberikan yakni diet
stroke dengan rendah garam karena pasien memilik hipertensi. Asupan makan
pasien pada monev 1 sampai hari ke 3 mengalami peningkatan karena pasien
setiap hari dipantau asupan makanan dengan diberikan motivasi dan materi
terkait hipertensi, obesitas dan stroke yang dialami pasien.
37
menyebabkan perlunya manajemen gizi yang adekuat agar malnutrisi dapat
dicegah. Respon stress yang terjadi pada stroke, berhubungan erat dengan
perubahan imunologis dalam tubuh. Pada kondisi stroke, faktor-faktor yang
berperan termasuk perubahan metabolik yang menghasilkan hipermetabolisme
dan anoreksia sehingga menurunkan asupan makanan. Beberapa mediator yang
bertanggung jawab pada perubahan ini termasuk sitokin proinflamasi, salah
satunya adalah TNF-α. TNF-α mengalami peningkatan ekspresi beberapa jam
setelah terjadi lesi iskemik, TNF-α mempunyai efek menstimulasi ekspresi adhesi
molekul pada endotel yang mengakibatkan akumulasi leukosit, perlekatan dan
migrasi leukosit dari kapiler ke dalam jaringan otak, serta berperan pada kematian
neuron karena keterlibatannya pada proses apoptosis. Salah satu sitokin anti
inflamasi yang berfungsi menghambat produksi TNF-α, adalah interleukin 10 (IL-
10). Hasil akhir dari aktifasi IL-10 adalah hambatan reaksi imun non spesifik
maupun spesifik yang diperantarai oleh sel T.
1. Asupan Energi
Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari zat gizi yang merupakan
sumber utama yang menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik.
Energi diperoleh dari protein, lemak, dan karbohidrat yang ada di dalam bahan
makanan. Satuan energi dinyatakan dalam kilokalori (Almatsier, 2004).
Kebutuhan energi seseorang menurut WHO dalam Almatsier (2009) adalah
asupan energi yang berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi
pengeluaran energi seseorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh
dengan tingkat aktifitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang dan yang
memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan
ekonomi. Kebutuhan energi terbesar pada umumnya diperlukan untuk
metabolisme basal. Dengan pengertian lain, bahwa perhitungan kebutuhan energi
salah satunya dipengaruhi oleh Aktivitas Fisik seseorang.
Hal ini sejalan dengan pendapat Supariasa (2002) yang mengatakan bahwa
kebutuhan tubuh akan zat gizi ditentukan oleh banyak faktor antara lain Angka
Metabolisme Basal, tingkat pertumbuhan, aktifitas fisik, dan faktor yang bersifat
relatif yaitu gangguan pencernaan, perbedaan daya serap, dan perbedaan
pengeluaran dan penghancuran dari zat gizi tersebut dalam tubuh.
38
Tabel 3.11 Kebutuhan Asupan Energi Selama Pengamatan
Waktu Kebutuhan Asupan Asupan Total %Asupan
Energi RS (kkal) LRS (kkal) Asupan
(kkal) (kkal)
Hari 1 757 0 757 72,7%
Hari 2 1040 800 0 800 79%
Hari 3 963,8 0 963,8 96%
Rata – Rata Asupan Selama 3 Hari 840 80,7%
Energi dibutuhkan tubuh untuk memelihara fungsi dasar tubuh yang disebut
metabolisme basal sebesar 60-70% dari kebutuhan energi total. Kebutuhan energi
untuk metabolisme basal dan diperlukan untuk fungsi tubuh seperti mencerna,
mengolah dan menyerap makanan dalam alat pencernaan, serta untuk bergerak,
berjalan, bekerja dan beraktivitas lainnya. Sumber energi utama di dalam tubuh
adalah karbohidrat, yang mana karbohidrat banyak terdapat dalam berbagai
bahan pangan yang banyak mengandung zat tepung/pati (padi-padian, umbi-
umbian, kacang-kacangan, biji-bijian berminyak, buah-buahan, sayur-sayuran),
gula, sirop, dan madu.
Energi dibutuhkan untuk pasien stroke karena adanya peningkatan stress dan
metabolisme pada pasien stroke. Pemberian makanan pada pasien disesuaikan
dengan kondisi dan daya terima pasien. Pada table 3.9 tidak adanya asupan
makanan dari luar rumah sakit, pasien mengasup makanan dari apa yang
diberikan rumah sakit. Asupan makan pasien tergolong deficit karena adanya
keluhan mual dan kesulitan dalam mengunyah sehingga asupan makan pasien
tergolong deficit. Grafik dapat dilihat dari gambar 3.1 didapatkan bahwa asupan
makan pasien meningkat dari monev hari 1 sampai hari 3
39
Gambar 3.1 Asupan Monitoring Evaluasi Energi
Pada grafik diatas asupan makan pasien meningkat pada monev 3 hari . Pada
monev hari 1 pasien mengalami mual, lemah dan badan terasa sakit serta adanya
kesulitan dalam mengunyah, namun pada monev gari ke 2 kesulitan mengunyah
pasien berkurang namun terasa pusing, dan monev hari ketiga keluhan pasien
masih etrasa mual dan abdan terasa lemas. Pasien mampu mengausp energy
dengan peningkatan karena diberikan edukasi dan motivasi untuk menghabiskan
makanan yang diberikan rumah sakit demi kesembuhan pasien. Pada monev hari
1 pasien mendapatkan persentase 72,7%, monev hari ke 2 79% dan monev hari
ke 3 yakni 96%. Kebutuhan energy pasien 1300 kkal namun dari evaluasi monev
pasien yang hanya mampu mengasup 53% dari total kebutuhan makan diberikan
makanan 80% dari 1300 yakni 1040 kkal dengan tujuan pemberian makanan
secara bertahap sesuai dengan kebutuhan agar tidak memperburuk keadaan
pasien.
2. Asupan Protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar
tubuh sesudah air (Almatsier,2010). Protein merupakan suatu zat makanan yang
amat penting bagi tubuh, karena selain berfungsi sebagai bahan bakar dalam
tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein juga
mengganti jaringan tubuh yang rusak dan yang perlu dirombak. Fungsi utama dari
protein bagi tubuh adalah untuk membentuk jaringan baru dan mempertahankan
jaringan yang telah ada (Winarno,2004).
Salah satu nutrien yang dibutuhkan dalam hal ini adalah protein, khususnya
albumin. Peranan albumin yang menjanjikan bagi penderita stroke antara lain
40
fungsinya sebagai anti oksidan, kemampuannya mempertahankan integritas
mikrovaskular (permeabilitas vaskular), memodulasi respon inflamasi, dan efek
antikoagulannya, di samping tentu saja fungsi metaboliknya (Novarina 2019).
Tabel 3.12 Kebutuhan Asupan Protein elama Pengamatan
Waktu Kebutuhan Asupan Asupan Total %Asupan
Protein RS LRS Asupan
(gram) (gram) (gram) (graml)
Hari 1 38,7 0 38,7 93%
Hari 2 41,42 41,4 0 41,4 99%
Hari 3 49,9 0 49,9 120%
Rata – Rata Asupan Selama 3 Hari 43,3 104%
Pada grafik diatas menunjukan adanya peningkatan asupan makan dari hari
1 sampai hari ke 3 pengamatan monev asupan. Pada hari 1 asupan makan pasien
41
adalah 93%, pada hari 2 asupan makan pasien 99% dan asupan pada hari ke 3
adalah 120% dengan rata rata asupan makan 104%. Data diatas menunjukan
asupan makan pasien emningkat pada hari 1 sampai 3 hal ini dikarekan nafsu
makan pasien membaik pada hari kehari.
Protein memiliki fungsi untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh.
Penelitian Citrakesumasari (2012) menyatakan, pada dasarnya asupan protein
yang kurang dapat meningkatkan kadar homosistein dalam darah. Pengaruh
asupan protein juga memegang peran penting dalam penanggulangan gizi
penderita stroke, karena dapat mencegah terjadinya komplikasi gagal ginjal kronik
(GGK), dimana gejala sindrom uremik disebabkan menumpuknya katabolisme
protein tubuh oleh karena it semakin baik asupan protein maka semakin baik pula
dalam mempertahankan asupan gizinya (Almatsier, 2004).
3. Asupan Lemak
42
Tabel 3.13 Kebutuhan Asupan Lemak Selama Pengamatan
Waktu Kebutuhan Asupan Asupan Total %Asupan
Protein RS LRS Asupan
(gram) (gram) (gram) (gram)
Hari 1 22,5 0 22,5 97%
Hari 2 23,32 20,2 0 20,2 87%
Hari 3 21,6 0 21,6 93%
Rata – Rata Asupan Selama 3 Hari 21,43 92%
43
akan tidak dapat berada pada volume darah dan tekanan darah. Meningkatnya
tekanan darah tersebut dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi (Jansen, 2006).
Pada gambar 3.3 grafik diatas menunjukan asupan monev pada hari 1 sampai
hari ke 3 mengalami peningkatan. Asupan zat gizi lemak pada monev hari 1
sampai ke 3 selisih tidak jauh berbeda. Dikarenakan lauk yang digoreng dan di
tumis membutuhkan minyak yang sedikit menurut standar resep dari rumah sakit.
Lemak juga sangat dibutuhkan oleh pasien stroke namun asupan lemak yang
berlebih juga tidak baik dalam pasien stroke. Asupan lemak pada hari 1 yakni 97%,
pada monev hari 2 yakni 87%. Adanya penurunan karena lauk yang menggunakan
minyak hanya pada lauk hewani dan pemilihan bahan makanan pada hari ke 2
sedikit kandungan lemak dan pada hari ketiga asupan lemak menjadi 93% dengan
rata rata asupan selama 3 hari pengamatan monev adalah 92%. Persentase dari
data asupan lemak menunjukan persentase yang normal.
Pada Dietary Approaches to Stop Hypertension, direkomendasikan untuk
menurunkan tekanan darah dan asupan lemak jenuh pada pasien stroke, dimana
pada diet ini mengkonsumsi buah-buahan, sayuran, dan produk susu rendah
lemak ditingkatkan (Goldstein dkk, 2011). Sekitar 80-85% strok non hemorogik
yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan disalah satu atau lebih (atheroklerosis)
menjadi salah satu penyebab tersering terjadinya stroke. Perlu pembatasan
asupan lemak dan kolesterol terutama lemak jenuh dalam tatalaksana yang
diberikan (Wahyuningsih, 2013)
Konsumsi tinggi lemak dapat menyebabkan tekanan darah meningkat.
Konsumsi lemak yang berlebihan akan meningkatkan kadar kolesterol dalam
darah terutama kolesterol LDL dan akan tertimbun dalam tubuh. Timbunan lemak
yang disebabkan oleh kolesterol yang akan menempel pada pembuluh darah yang
lama-kelaman akan terbentuk plak. Terbentuknya plak dapat menyebabkan
penyumbatan pembuluh darah atau aterosklerosis. Pembuluh darah yang terkena
aterosklerosis akan berkurang elastisitasnya dan aliran darah ke seluruh tubuh
akan tidak dapat berada pada volume darah dan tekanan darah. Meningkatnya
tekanan darah tersebut dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi (Jansen, 2006).
4. Asupan Karbohidrat
44
membantu pengeluaran feses , Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan
energi untuk tubuh. Karbohidrat merupakan sumber utama di seluruh dunia
karena banyak didapat dan harganya relatif murah. Sebagian karbohidrat di dalam
tubuh berada dalam sirkulasi darah untuk keperluan energi segera dan sebagian
disimpan sebagai glikogen dalam hati dan jaringan pada otot lalu sebagian nya
diubah menjadi lemak untuk kemudian disimpan sebagai cadangan energi di
dalam jaringan lemak . Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai zat pembangun
zat makanan tidak tercukupi maka protein akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sebaliknya bila karbohidrat makanan mencukupi protein utama akan
digunakan sebagai zat pembangun (Almatsier,2010).
Tabel 3.14 Kebutuhan Asupan Karbohidrat Selama Pengamatan
Waktu Kebutuhan Asupan Asupan Total %Asupan
Karbohidrar RS LRS Asupan
(gram) (gram) (gram) (gram)
Hari 1 97,1 0 97,1 62,5%
Hari 2 155.2 111,9 0 111,9 72%
Hari 3 151,1 0 151,1 97,3%
Rata – Rata Asupan Selama 3 Hari 120 77%
45
Gambar 3.4 Asupan Monitoring Evaluasi Karbohidrat
Setelah mengalami stroke, fase pertama yang dialami oleh tubuh adalah
fase ebb yang berlangsung 12-24 jam pertama setelah kejadian stroke. Dalam
fase ini, metabolisme tubuh akan menurun karena fokus perhatian tubuh tertuju
kepada upaya bertahan hidup. Peningkatan kadar katekolamin dan glukagon
akan meningkatkan penguraian glikogen (glikogenolisis) dan sintesis glukosa dari
asam-asam amino seperti alanin, serin, glisin, sistein, metionin dan triptofan
(glukoneogenesis) sehingga timbul keadaan hiperglikemia. Pasien akan merasa
mengantuk dan pencernaan melambat. Tujuan respons stress ini adalah untuk
memulihkan perfusi darah ke dalam jaringan tubuh dan mempertahankan
oksigenasi yang adekuat.Peningkatan kadar hormon-hormon glukokortikoid,
katekolamin, dan glukagon, akan menimbulkan hipermetabolisme (peningkatan
pamakaian energi), hiperkatabolisme (peningkatan pemecahan protein), dan
hiperglikemia persisten kendati kadar insulin serumnya normal atau meninggi.
46
5. Asupan Vitamin C
Vitamin C adalah Kristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam keadaan
kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut vitamin C mudah rusak
karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas.
Oksidasi dipercepat dengan adanya tembaga dan besi. Vitamin C tidak stabil
dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam (Almatsier S, 2005).
Vitamin ini mempunyai rasa asam, enak untuk di konsumsi sehari-hari, dan
fungsinya banyak sekali untuk kesehatan. Banyak bukti dari penilitian yang
mendukung fakta bahwa vitamin C memiliki peran penting dalam pelbagai
mekanisme imunologis. Kadarnya yang tinggi di dalam sel darah putih (10 sampai
80 kali lebih tinggi dari kadar plasma), terutama limfosit, dengan cepat habis
selama infeksi. Kondisi tersebut mirip dengan kasus gusi berdarah bila
kekurangan vitamin C (Vitahealth, 2004 dalam Dwi dan Istikhomah)
Fungsi vitamin C adalah Membantu membentuk dan memelihara substansi
segmen intraseluler dalam jaringan ikat dalam tubuh, yakni kalogen dan senyawa-
senyawa yang memperkuat jaringan. Kolagen adalah protein yang merupakan
komponen semua jaringan pengikat dan juga merupakan komponen utama kulit,
tulang rawan, gigi dan jaringan bekas luka serta melengkapi struktur kerangka
tulang. Dalam pembentukan kalogen vitamin C bertindak sebagai katalisator
reaksi hidroksilasi perubahan lisin dan prolin (di dalam serat kolagen), melindungi
tubuh terhadap infeksi dan membantu penyembuhan luka.
Tabel 3.15 Kebutuhan Asupan Vitamin C Selama Pengamatan
Waktu Kebutuhan Asupan Asupan Total %Asupan
Vitamin C RS (mg) LRS (mg) Asupan
(mg) (mg)
Hari 1 49 0 49 81,6%
Hari 2 60 58,3 0 58,3 97%
Hari 3 84 0 84 140%
Rata – Rata Asupan Selama 3 Hari 63,7 106%
47
kebutuhan 75 mg . dierikan 80% kebutuhan karena mengikuti energi pasien yang
belum tercukupi dan asupan makan yang kurang baik. Rata rata asupan makan
pasien normal karena 106% .
Gambar 3.5 merupakan grafik asupan vitamin c dari pemantauan monev hari 1 –
hari 3 hal ini. Pada monev hari 1 asupan zat gizi vitamin C adalah 81,6% tergolong
devicit ringan, pada monev hari ke 2 asupan makan 97% termasuk normal
dikarenakan pasien mengasup buah papaya lebih banyak dari pada monev hari 1.
Sedangkan pada monev hari 3 pasien mengasup buah papaya habis sehingga
48
sumbahan vitamin C juga baik. Kebutuhan pasien yang diberikan 80% dari total
kebutuhan sebenarnya . Diberikan secara bertahap karena keluhan pasien yang
sulit menerima makanan karena penyakit pasien stroke sehingga kesulitan
mengunyah.
Asupan zat gizi vitamin C pada monev hari ke 3 berlebih 140% hal ini akan di
keluarkan melalui urine dan keringat. Penjelasan ini didukung oleh almatsir, 2009
bahwa vitamin C mudah diabsorpsi secara aktif dan mungkin pula secara difusi
pada bagian atas usus halus lalu masuk ke peredaran darah melalui vena porta.
Rata-rata absorpsi adalah 90% untuk konsumsi di antara 20 dan 120 mg sehari.
Konsumsi tinggi sampai 12 gram (sebagai pil) hanya diabsorpsi sebanyak 16%.
Vitamin C kemudian dibawa ke semua ja- ringan. Konsentrasi tertinggi adalah di
dalam jaringan adrenal, pituitari, dan retina. Tubuh dapat menyimpan hingga 1500
mg vitamin C bila konsumsi mencapai 100 mg sehari. Jumlah ini dapat mencegah
terjadinya skorbut selama tiga bulan. Tanda-tanda skorbut akan terjadi bila
persediaan tinggal 300 mg. Konsumsi melebihi taraf kejenuhan berbagai jaringan
dikeluarkan melalui urin dalam bentuk asam oksalat. Pada konsumsi me- lebihi
100 mg sehari kelebihan akan dikeluarkan sebagai asam askorbat atau sebagai
karbon dioksida melalui pernapasan. Walaupun tubuh mengandung sedikit vitamin
C, Sebagian tetap akan dikeluarkan.
Makanan yang tinggi dalam seng atau pektin dapat mengurangi absorpsi
sedangkan zat-zat di dalam ekstrak jeruk dapat meningkatkan absorpsi. akosa
Status vitamin C tubuh ditetapkan melalui tanda-tanda klinik dan pengukuran
kadar vitamin C di dalam darah. Tanda-tanda klinik antara lain, perdarahan gusi
dan perdarahan apat kapiler di bawah kulit. Tanda dini kekurangan vitamin C dapat
diketahui bila kadar vitamin idro C darah di bawah 0,20 mg/dl. Fungsi viitamin
C pada pasien obesitas dan stroke adalah merupakan komponen penting dalam
pemecahan kolesterol di dalam tubuh. Kolesterol sulit dikeluarkan bila vitamin ini
berada dalam jumlah sedikit dalam diet, yang dapat menimbulkan kadar kolesterol
darah yang meningkat. Vitamin C yang berasal dari sayuran dan buah-buahan
juga dapat meningkatkan kolesterol HDL dan menurunkan kolesterol LDL
(Fatmah, 2010). Penelitian Muzakar (2010) menunjukkan adanya hubungan
asupan vitamin C dengan kadar kolesterol.
49
6. Asupan Asam Folat dan Vitamin B12
Folat juga disebut asam folat yang diperlukan untuk pembentukan sel darah
merah dan pertumbuhan. Asam folat dapat diperoleh dengan mengkonsumsi
sayuran berdaun hijau dan hati. Karena folat tidak disimpan dalam tubuh dalam
jumlah besar, maka perlu untuk mendapatkan pasokan vitamin ini terus-menerus
melalui diet untuk mempertahankan tingkat normal. Vitamin B12 juga dibutuhkan
karena fungsi dari fungsi B12 adalah untuk mengubah folat menjadi bentuk aktif,
dan dalam fungsi normal metabolism semua sel tertama pada sel-sel saluranc
erna, sumsum tulang belakang, dan pada jaringan saraf. Vitamin B12 merupakan
kofaktor dua jenis enzim pada manusia yaitu metionin sintetase dan
metilo,alomom-KoA mutase. Stroke iskemik ditandai dengan berkurangnya aliran
darah serebral yang berdampak pada kurangnya penghantaran oksigen dan
glukosa menuju otak sehingga menyebabkan kematian sel saraf . Sebagian besar
pasien stroke tidak pernah mengalami pemulihan fungsi secara sempurna karena
terapi stroke saat ini memiliki efektivitas yang sangat terbatas. Meskipun
perbaikan fungsi secara total sangat langka terjadi, kemajuan di bidang
neurobiologi telah membangun dasar sebagai era baru restorasi otak
Pada table diatas menunjukkan asupan asam folat masih tegrolong rendah dalam
rata rata tiga hari pengamatan tergolong deficit rendah yakni 26% namun pada
hari kehari adanya peningkatan terkait asupan zat gizi asam folat. Pemberian
asam folat diberikan 80% dari total kebutuhan yakni 400 µg yang diberikan menjadi
320 µg agar mencukupi kebutuhan maka pemberian diberikan secara bertahap
dengan memantau keadaan dan asupan makan pasien.
50
Tabel 3.17 Kebutuhan Asupan Vitamin B12 Selama Pengamatan
Pada table diatas menunjukkan asupan Vitamin B12 masih tegrolong rendah
dalam rata rata tiga hari pengamatan tergolong deficit rendah yakni 48% namun
pada hari kehari adanya peningkatan terkait asupan zat gizi Vitamin B12.
Pemberian Vitamin B12 diberikan 80% dari total kebutuhan yakni 4 µg yang
diberikan menjadi 3,2 µg agar mencukupi kebutuhan maka pemberian diberikan
secara bertahap dengan memantau keadaan dan asupan makan pasien. Pada
dasarnya vitamin b 12 dan asam folat sangat berpengaruh pada pencegahan
aterosklorosis karena peningkatan homosistein. Asupan asam folat dan vitamin C
dapat dilihat dari gambar dibawah ini
51
Gambar 3.7 Asupan Monitoring Evaluasi Vitamin B12
52
glutathione peroxidase dan superoxide dismutase yang secara potensial
meningkatkan efek sitotoksik penyebab kerusakan oksidatif → Neurotoksisitas
Hcy terjadi melalui stimulasi berlebih reseptor N-methyl-D- aspartate yang
merupakan salah satu mekanisme kerusakan neuronal → Meningkatkan Nitrite
Oxide Synthase sehingga terjadi penurunan endothelium-derived relaxation factor
yang menyebabkan disfungsi sel endotel vascular → Mengurangi elastisitas
dinding arteri serta menyebabkan akumulasi kalsium dalam sel otot polos vascular.
Kadar Hcy yang tinggi merupakan prediktor terjadinya stroke berulang. Semakin
tinggi kadar Hcy maka kejadian infark berulang pada stroke semakin besar .
7. Asupan Kalsium
Kalsium merupakan zat gizi mikro yang dibutuhkan oleh tubuh dan mineral yang
paling banyak terdapat dalam tubuh, yaitu1,5-2 % dari berat badan orang dewasa
atau kurang lebih sebanyak 1 kg . Hampir seluruh kalsium didalam tubuh ada
didalam tulang yang berperan sentral dalam struktur dan kekuatan gigi dan tulang
(Rachmiaty, 2009). Dari jumlah ini 99% berada pada jaringan yang keras yaitu
tulang dan gigi. Selebihnya kalsium tersebar dalam didalam tubuh. Didalam cairan
ekstraselular dan intraselular kalsium memegang peran penting dalam mengatur
fungsi sel, seperti untuk transmisi saraf, kontraksi otot, pengumpulan darah dan
menjaga permebealitas membran sel (Almatsir, 2009).
Tabel 3.16 Kebutuhan Asupan Kalsium Selama Pengamatan
53
Gambar 3.8 Asupan Monitoring Evaluasi Kalisum
Dari grafik data diatas ditunjukan bahwa asupan kalsium pada monev hari 1
sampai 3 adanya terjadi peningkatan dan penurunan hal ini masih dalam batas
normal dengan persentase monev hari 1 yakni 112% denga 900 mg , pada monev
hari 2 yakni 818 gram dengan persentase 102%, pada monev hari 3 pasien
mengasup kalsium 967 gram dengan persentase 120%. Hal ini dikarenakan pada
monev hari 2 zat gizi kaslium yang terdapat pada jenis makanan hari 1 dan 3
berbeda . pada monev hari 3 pasien mengasup daging sapi dengan mengandung
tinggi kalsiu, tahu, dan sayur bayam. Pasien diberikan makanan dengan
mempertimbangkan kalsium untuk mencegah dan menurunkan tekanan darah
sehingga tekanna darah normal yang ditunjang dari nutrisi.
Kalsium yang dimakan akan biasanya diserap oleh usus halus dan diangkut
dalam darah berikatan dengan albumin (protein), sehingga kadar kalsium darah
juga akan dipengaruhi oleh albumin. Kalsium disimpan dalam tulang dalam bentuk
kristal berikatan dengan fosfor yang dinamakan Kalsium Fosfor (Muliani, 2012)
Karena sangat penting fungsinya, kadar kalsium darah diatur oleh 3
mekanisme utama yaitu parathyroid hormone (PTH), vitamin D, dan calcitonin.
PTH biasanya dihasilkan oleh 4 kelenjar kecil parathyroid yang ada di leher
sebagai respon rendahnya kadar kalsium. Vitamin D bekerja sama dengan PTH
pada tulang dan ginjal serta penyerapannya lewat saluran cerna. Vitamin D
didapat tubuh dari makanan atau dihasilkan kulit yang terkena sinar matahari.
Kekurangan vitamin D dari kedua sumber ini akan mengakibatkan ricketsia pada
anak dan osteomalasia pada orang dewasa, sehingga menyebabkan kelainan
54
bentuk tulang. Calcitonin, suatu hormon yang dilepaskan oleh kelenjar thyroid
(gondok), parathyroid, dan kelenjar thymus, menurunkan kadar kalsium dalam
darah dengan cara menyimpannya ke dalam tulang jika kadar kalsium meningkat
dalam darah. Namun jika kalsium dalam darah rendah maka kelenjar tiroid
mengeluarkan hormon paratiroid sebagai sistem pengendalian agar kalsium dalam
darah terkontrol dan normal.
Secara umum kalsium yang berasal dari makanan lebih mudah diserap
ketimbang yang berasal dari suplemen. Vitamin D sangat dibutuhkan dalam
penyerapan kalsium sehingga susu dengan vitamin D merupakan sumber kalsium
yang sangat mudah diserap (Muliani, 2012). Kadar Kalsium dalam darah rendah
akan merangsang hormon paratiroid dan menyebabkan ion kalsium intrasel
meningkat, yang akan menyebabkan sel otot polos pembuluh darah hiperaktif
terhadap zat-zat penekanan sehingga resisten perifer pembuluh darah meningkat
dan akan meningkatkan tekanan darah (Permaesih, 2016).
Fungsi paratiroid (PTH) adalah mempertahankan konsentrasi kalsium cairan
ekstraselular (CES). Hormon tersebut bekerja secara langsung pada tulang dan
ginjal serta secara tidak langsung pada usus melalui efeknya pada sintesis 1,25
(OH)2D untuk meningkatkan konsentrasi kalsium serum. Kelenjar paratiroid yang
tidak menyelesaikan PTH dalam jumlah cukup (hipoparatiroidisme),
mengakibatkan reabsorpsi osteositik kalsium yang dapat bertukar akan menurun
dan osteoklas menjadi inaktif seluruhnya. Hal ini menyebabkan reabsorbsi kalsium
dari tulang menjadi sangat tertekan sehingga kadar kalsium dalam cairan tubuh
menurun (Guyton and Hall, 2007). Fungsi kalsium dapat membantu melenturkan
otot pembuluh darah sehingga memudahkan lepasnya plak atau endapan yang
menempel pada pembuluh darah.
8. Asupan Serat
Serat adalah jenis karbohidrat yang tidak terlarut. Serat dalam pencernaan
manusia tidak dapat dicerna karena manusia tidak memiliki enzim. Meskipun
demikian, dalam usus besar manusia terdapat beberapa bakteri yang dapat
mencerna serat menjadi komponen serat sehingga produk yang dilepas dapat
diserap ke dalam tubuh dan dapat digunakan sebagai sumber energi ( Syafiq
Ahmad, 2007 ). Ada dua tipe serat, yaitu serat yang dapat larut dan tidak dapat
larut. Serat tersebut tidak dapat diserap langsung, teapi dapat mempengaruhi
pencernaan dan penyerapan zat gizi, dan berperan sebagai bahan kasar dalam
proses pencernaan.
55
Serat tidak larut adalah serat makanan yang tidak larut dalam air.serat yang
tergolong ke dalam serat tidak larut air diantaranya selulosa, hemiselulosa dan
lignin. Serat larut adalah serat makanan yang larut dalam air, golongan serat yang
termasuk serat larut diantaranya pektin, musilase dan gum.
Konsumsi serat makanan di Inggris hanya sekitar 32-40 gram/hari per orang,
untuk penduduk Asia dan Afrika rata-rata 55- 125 gram/hari per orang. (F.G
Winarno, 1993). Dan di Amerika disarankan untuk mengkonsumsi serat antara
40-51 gram/hari, serta di Indonesia dianjurkan mengkonsumsi serat antara 20-35
gram/hari. Penambahan konsumsi harus bertahap karena penambahan yang
mendadak dapat menyebabkan flatus, kram yang mungkin biasa, pengaruh ini
biasanya hanya beberapa hari sampai terjadi adaptasi. Dan perlu diingat bila
mengkonsumsi banyak serat harus cukup minum.
56
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Leveille tahun 1977, bahwa serat
makanan yang diberikan pada pria dan wanita dewasa berusia 70-79 tahun dapat
mencegah terjadinya risiko stroke. Selain itu, Leveille juga menyatakan bahwa
serat makanan mampu mengikat asam empedu, dengan demikian dapat
mencegah penyerapannya kembali dari usus, disamping itu juga meningkatkan
konversi kolesterol dari darah menjadi asam empedu. Produk akhir pencernaan
lemak dalam usus adalah monogliserida, asam lemak, kolesterol, fosfolipid,
trigliserida berantai pendek dan medium. Dalam lumen usus halus senyawa
tersebut bergantung dengan cairan empedu membentuk agregat yang disebut
misel. Lignin dan pektin sebagai penyusun serat makanan mempunyai gugus
penukar kation yang mampu mengikat asam empedu dan berfungsi sebagai
emulsifier. Dengan demikian kolesterol yang berikatan dengan asam empedu dan
lignin/pektin tidak dapat diserap usus, tetapi akan keluar bersama feces (Murray
K, 1997).
Pada gambar diatas menunjukkan bahwa asupan makan pasien dari hari
kehari meningkat hal ini dikarenakan pada monev hari 2 dan 3 keluhan pasien
berkurang sehingga mampu mengasup makanan dari rumah sakit yakni sayur dan
buah dimakan lebih dari 50% sehingga sumbangan serat bagi pasien pada hari 2
dan 3 mengalami peningkatan. Pada monev hari 1 pasien masih mengekuh terkait
mual dan adanya kesulitan mengunyah sehingga pasien tidak nafsu untuk
menghabiskan makanan terutama pada sayurnya hanya dimakan kuahnya saja.
Pada grafik diatas pada monev 1 pasien konsumsi serat 10,3 gram setara dengan
57
42,9%, pada monev hari ke 2 14,3 gram setara dengan 59% dan pada monev hari
3 pasien mengasup 18,4 gram setara dengan 75%.
Asupan zat gizi serta meningkat karena pasien telah mendapatkan edukasi
erkait pentingnya mengkonsumsi serat yang bisa terdapat pada buah dan sayur.
Serat mempunyai manfaat yaitu dapat menurunkan tekanan darah sistolik hingga
5,5 mmHg dan diastolik 3 mmHg. Konsumsi serat dalam kategori baik, sebanyak
25–30 gram, dapat mengikat asam empedu sehingga dapat menurunkan absorbsi
lemak dan kolesterol darah yang nantinya dapat menurunkan risiko tekanan darah
tinggi. Konsumsi serat dapat membuat rasa kenyang, membantu mencegah
terjadinya konstipasi, dan menurunkan risiko penyakit jantung karena kadar
kolestrol dalam batas normal
Salah satu dari faktor resiko hipertensi adalah kekurangan asupan serat.
Asupan serat yang rendah dapat menyebabkan obesitas, karena obesitas akan
cenderung mengonsumsi makanan tinggi lemak yang lebih mudah cerna
dibandingkan serat.(Thompson JL, Manore MM, Voughan LA, 2011) Penelitian di
Amerika tentang asupan serat menyatakan bahwa asupan serat yang rendah ≤
8,8 g/hari meningkatkan C- Reactive Protein(CRP) 4 kali lebih tinggi pada orang
dengan dua atau tiga risiko penyakit (obesitas, hipertensi, diabetes) dibandingkan
dengan orang yang tanpa risiko penyakit.(King DE,Mainous AG, Egan BM,
Woolson RF, Geesey ME, 2005). Menurut lestari, dkk. 2012) mengatakan bahwa
mekanisme serat untuk menurunkan hipertensi,berkaitan dengan asam empedu.
Serat pangan mampu mengurangi kadar kolesterol yang bersirkulasi dalam
plasma darah, sebab serat pangan bisa mengikat garam empedu, mencegah
penyerapan kolesterol di dalam usus, dan meningkatkan pengeluaran asam
empedu lewat feses, sehingga dapat meningkatkan konversi kolesterol plasma
menjadi asam empedu. Pada penderita dengan kelebihan berat badan berisiko
lebih besar menderita hipertensi dibandingkan dengan orang yang kurus. Obesitas
adalah faktor resiko yang dikaitkan dengan hipertensi. (Suarthana,Taqiran, Kaligis,
Sandra, Purwanta, dan Hadi, 2001 cit Pratiwi VR, Zaimah Z, Tala, 2013).
58
mencegah kejadian obesitas dengan hipertensi. Serat mengabsobsi air,
memperluas penyerapan di usus, dan memperlambat pergerakan makanan
pada saluran pencernaan sehingga menimbulkan rasa kenyang lebih lama.
Selain itu, beberapa jenis serat seperti pektin, gum, glukan, dan lignin yang
membentuk chitosan mengikat asam lemak dan kolesterol sehingga tidak dapat
membentuk misel. Misel dibutuhkan untuk hasil akhir pencernaan lemak,
apabila misel tidak terbentuk maka mengakibatkan penurunan jumlah
lemak dalam tubuh. Asupan serat yang rendah mengakibatkan asam
empedu lebih sedikit diekskresi feses, sehingga banyak kolesterol yang
di absorpsi dari hasil sisa empedu. Semakin banyak kolesterol beredar
dalam darah, maka akan semakin besar penumpukan lemak di pembuluh
darah dan menghambat aliran darah yang berdampak pada peningkatan
tekanan darah
9. Natrium
Natrium banyak sekali dipergunakan dalam makanan dan dalam bentuk yang
lain. Bahan pangan, baik nabati maupun hewani, merupakan sumber alami
natrium. Umumnya pangan hewani mengandung natrium lebih banyak
dibandingkan dengan nabati. Kebanyakan makanan dalam keadaan mentah
sudah mengandung natrium sebesar 10 persen, dan 90 persen sisanya
ditambahkan selama proses pemasakan. Namun, sumber utamanya adalah
garam dapur (NaCl), soda kue (natrium bikarbonat), penyedap rasa monosodium
glutamat (MSG), serta bahan-bahan pengawet yang digunakan pada pangan
olahan, seperti natrium nitrit dan natrium benzoat. Natrium juga mudah ditemukan
dalam makanan sehari-hari, seperti pada kecap, makanan hasil laut, makanan
siap saji (fast food), serta makanan ringan (snack).
Natrium bersifat mengikat air saat garam dikonsumsi, natrium tersebut akan
mengikat air sehingga air akan diserap ke dalam intravaskular, yang akan
menyebabkan meningkatnya volume darah. Apabila volume darah meningkat,
maka mengakibatkan tekanan darah juga meningkat. Selain itu natrium
merupakan salah satu komponen zat terlarut dalam darah. Dengan mengonsumsi
garam, konsentrasi zat terlarut akan tinggi sehingga penyerapan air masuk dan
selanjutnya menyebabkan peningkatan tekanan darah. Natrium diabsorpsi di
usus halus secara aktif (membutuhkan energi), lalu dibawa oleh aliran darah ke
ginjal untuk disaring kemudian dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah cukup
59
untuk mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan natrium akan
dikeluarkan melalui urine yang diatur oleh hormon aldosteron yang dikeluarkan
oleh kelenjar adrenal jika kadar natrium darah menurun.
60
penyempitan dan kemungkinan pembesaran plak yang menghambat gangguan
peredaran darah perifer. Kekakuan dan kelambanan aliran darah menyebabkan
beban jantung bertambah berat, yang akhirnya dekompensasi dengan
peningkatan upaya pemompaan jantung yang memberikan gambaran
peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi. Tekanan darah tinggi biasa
ditemui pada pasien yang sudah berusia lanjut (lansia). Hal ini erat hubungannya
dengan proses menua pada seseorang. Di sini terjadi perubahan berupa
berkurangnya elastisitas pembuluh darah, sehingga terjadi kekakuan pembuluh
darah. Keadaan ini diperberat dengan terjadinya penimbunan lemak di lapisan
dalam pembuluh darah. Tekanan darah tinggi pada orang lansia yang sering
tampak adalah tekanan darah sistol, atau yang terekam paling atas pada alat
pengukur tekanan darah.
61
putih, jika berlangsung terus menerus akan menyebabkan penyempitan saluran
pembuluh darah oleh lemak dan berakibat pada peningkatan tekanan darah.
Selain hal tersebut, individu dengan berat badan berlebih dan obesitas
kemungkinan besar memiliki sensitifitas garam yang berpengaruh pada tekanan
darah. Sensitifitas garam adalah kondisi seseorang mudah mengalami
peningkatan tekanan darah dengan mengonsumsi makanan tinggi natrium
(bentuk garam) dan cara untuk menurunkan tekanan darah dengan
mengurangi asupan garam.
e) Monitoring dan Evaluasi Pengetahuan
1. Edukasi Hari 1
Materi edukasi adalah makanan yang diberikan pasien dari rumah sakit yakni diet
stroke rendah garam dimana dilakukan terapi nutrisi dari makanan untuk
mempercepat proses penyembuhan pasien, serta menjelaskan terkait gambaran
penyakit stroke dan hipertensi, serta memantau asupan makanan pasien.
2. Edukasi Hari 2
Pada monev hari kedua dilakukan monitoring dan evaluasi terkait asupan
makanan recall , menjelaskan makanan yang boleh dimakan dan tidka boleh
dimakan serta makanan yang dianjurkan serta dilakukan motivasi kepada pasien
terkait menghabiskan makanan yang diberikan rumah sakit
3. Edukasi Hari 3
Pada monev hari 3 dilakukan pemanatauan monitoring dan evaluasi terkait asupan
makanan dan materi terkait contoh menu makanan, adanya materi terkait bahan
makanan penukar beserta takaran ukuran rumah tangga dan zat gizi yang penting
untuk penunjang kesembuhan penyakit serta dilakukan motivasi kepada pasien
terkait menghabiskan makanan yang diberikan rumah sakit
62
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesiumpulan
1. Diagnose pasien yakni ICH Intracerebral Hemoagic + hipertensi
2. Persentase status gizi pasien menggunakan lla adalah 118,4%
dikategorikan sebagai overweight
3. Hasil skrining pasien menggunakan Skrining Tools menggunakan SGA
modifikasi dari RSUD dr.Soedono, dengan hasil skrining memiliki masalah
gizi sehingga perlu dilakukan pengkajian status gizi pada pasien. Pasien
diberikan form skrining SGA modifikasi karena didalam skrining tools
memiliki pertanyaan yang cocok digunakan untuk pasien karena
sebelumnya pasien tidak memiliki masalah terkait gizi . Pasien masuk rumah
sakit dikarenakan kecelakaan sehingga pertanyaan yang terdapat pada
skrining tools SGA modifikasi RSUD dr.Soedono sesuai
4. Kebutuhan Energi adalah energi 1300 kkl, Protein 51,78 gram, Lemak 29
gram, Karbohidrat 194 gram
5. Hasil monitoring dan evaluasi antropometri tidak dapat dilakukan dan tidak
dapat dipantau
6. Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada awal pengambilan data yakni total
kolesterol, LDL tinggi dan HDL rendah, namun tidak adanya pemantauan
terkait biokimia
7. Pengamatan fisik klinis pasien selama 4 hari mengalami peningkatan dan
kondisi lebih membaik , Terkait kondisi baik awalnya yang kesulitan
mengunyah pada monev hari terakhir keluhan tersebut berkurang . Namun
masih adanya mual dikarenakan penyakit pasien
8. Terapi diet selama proses asuhan gizi yakni diberikan makanan lunaj dengan
diet stroke rendah garam dengan melihat dan memantau daya terima pasien
serta mempertimbangkan asupan yang dimakan pasien agar tidak
memperparah keadaan pasien
9. Rata rata asupan makan pasien selama dilakukan asuhan gizi adalah energi
840 kkal, Protein 43,3 gram (104%), Lemak 21,43 gram (92%), Karbohidrat
120 gram (77%), Serat 14,3 gram (59,5%), Vitamin C 63,7mg (106%),
Kalsium 895 mg (111%), Asam folat 83,63 µg(26%), Natrium 252 mg(126%)
63
10. Asupan makan pasien selama 3 hari pengamatan menglamai peningkatan
namun ada beberapa zat gizi yang belum terpenuhi.
11. Edukasi gizi diberikan kepada pasien untuk meningkatkan pemahaman
pasien terkait jenis diet yang didapatkan. Edukasi berupa materi diet stroke
dan diberikan diet rendah garam yang gunanya untuk penyakit pasien
hipertensi yang dilakukan edukasi, serta adanya materi terkait aktivitas fisik.
Setelah pelaksanaan edukasi pasien mampu memahami dengan baik tujuan
dari diet yang didapatkan di rumah sakit
B. Saran
1. Bagi Pasien dan Keluarga Keluarga pasien
Dapat turut serta memberikan motivasi kepada pasien agar mematuhi dan
memahami diet yang telah diberikan untuk membantu mempercepat proses
penyembuhan pasien serta dapat menerapkannya di rumah.
2. Bagi Mahasiswa
Perlu adanya bimbingan guna meningkatkan kerja sama dengan dokter, perawat,
maupun tenaga kesehatan lainnya agar lebih memahami tugas pelayanan gizi
yang diberikan kepada pasien.
64
DAFTAR PUSTAKA
65
Tranexamic Acid): Treatment Perspectives for Dental Surgery. Current Oral
Health
Reports, 2(3), 143–147. https://doi.org/10.1007/s40496-015-0051-1 Brunton, L.,
Parker, K., Blumenthal, D., and Buxyon I. (2008). Goodman &Gilman’s
Manual of Pharmacology and Therapeutics. USA:
TheMcGraw-Hill Companies. Chapter 28: 492-493.
Davey P. Medicine at a glance fourth edition. UK:Jhon Wiley and Sons. Pages
138.
Dipiro et al. (2014). Pharmacotherapy Handbook ed.9. New york: The McGraw
Hills.
Fagan, S.C., & Hess, D.C. (2008). Pharmacotherapy : A Phatophysiology
approach seventh edition. New York: Appleton and Lange.
Flint, A. C., Conell, C., Klingman, J. G., Rao, V. A., Chan, S. L., Kamel, H., ...
Johnston, S. C. (2016). Impact of Increased Early Statin Administration on
Ischemic Stroke Outcomes: A Multicenter Electronic Medical Record
Intervention. Journal of the American Heart Association, 5(8), e003413.
https://doi.org/10.1161/JAHA.116.003413
French, K. F., White, J., & Hoesch, R. E. (2012). Treatment of intracerebral
hemorrhage with tranexamic acid after thrombolysis with tissue plasminogen
activator. Neurocritical Care, 17(1), 107–111.
https://doi.org/10.1007/s12028-012-9681-5
Goldstein, L. B., Bushnell, C. D., Adams, R. J., Appel, L. J., Braun, L. T.,
Chaturvedi, S., ... Pearson, T. A. (2011). Guidelines for the primary
prevention of stroke: A Guideline for Healthcare Professionals from the
American Heart Association/American Stroke Association. Stroke, 42(2),
517–584. https://doi.org/10.1161/STR.0b013e3181fcb238
Gonzalez, E., Moore, H. B., & Moore, E. E. (2016). Trauma induced coagulopathy.
Trauma Induced Coagulopathy, 1–601. https://doi.org/10.1007/978-3-319-
28308-1
Harrigan, M. R., Rajneesh, K. F., Ardelt, A. A., & Fisher, W. S. (2010). Short-term
antifibrinolytic therapy before early aneurysm treatment in subarachnoid
hemorrhage: Effects on rehemorrhage, cerebral ischemia, and
hydrocephalus. Neurosurgery, 67(4), 935–939.
https://doi.org/10.1227/NEU.0b013e3181ebaa36
Harter, K., Levine, M., & Henderson, S. O. (2015). Anticoagulation Drug Therapy:
A Review. Western Journal of Emergency Medicine, 16(1), 11– 17.
https://doi.org/10.5811/westjem.2011.5.6700
Jahirul, M. S., Choudhury, H., Chowdhury, T. I., & Nayeem, A. (2015).
Modifiable and Non-Modifiable Risk Factors of Stroke : A Review Update, 1(1), 22–
26.
66
Katzung. (2012). Farmakologi Dasar Klinik. Jakarta: Salemba Medika. Liebeskind,
D. (2016). Hemorrhagic Stroke Treatment & Management, MedScape, 1–22.
Litbangkes. (2013). Situasi Kesehatan Jantung. Jakarta: Pusdatin Kementrian RI.
Lutsep, H. et al. (2015). Neuroprotective Agents in Stroke Overview of
Neuroprotective Agents. MedScape, 1–10. Retrieved from
http://emedicine.medscape.com/article/1161422-overview#a6
Marder, C. P., Narla, V., Fink, J. R., & Tozer Fink, K. R. (2014). Subarachnoid
hemorrhage: Beyond aneurysms. American Journal of Roentgenology,
202(1), 25–37. https://doi.org/10.2214/AJR.12.9749
Meier, K., & Hoesch, R. (2013). Antifibrinolytic therapy in intracranial hemorrhage.
Drug Development Research, 74(7), 478–484.
https://doi.org/10.1002/ddr.21105
Meretoja, A., Churilov, L., Campbell, B. C. V, Aviv, R. I., Yassi, N., Barras, C., ...
Davis, S. M. (2014). The Spot sign and Tranexamic acid On Preventing ICH
growth - AUStralasia Trial (STOP-AUST): Protocol of a phase II randomized,
placebo-controlled, double-blind, multicenter trial. International Journal of
Stroke, 9(4), 519–524. https://doi.org/10.1111/ijs.12132
Minnerup, J., Sutherland, B. A., Buchan, A. M., & Kleinschnitz, C. (2012).
Neuroprotection for stroke: current status and future perspectives.
International Journal of Molecular Sciences, 13(9), 11753–11772.
https://doi.org/10.3390/ijms130911753
National Stroke Assosiation. (2014). Hemorrhagic Stroke Fact Sheet. Amerika:
NSA.
Nilsson, I. M. (1980). Clinical pharmacology of aminocaproic and tranexamic acids.
Journal of Clinical Pathology, 14(Supplement), 41–47.
https://doi.org/10.1136/jcp.s3-14.1.41
Perdossi. (2011). Guideline Stroke. Jakarta: Perdossi.
Pugh, S; Mathiesen, C; Meighan, M; Summers, D. (2005). Guide to the Care of the
Patient with Intracranial Pressure Monitoring. AANN Reference
Series for Clinical Practice. Pillbrant, A; Schannong, M; Vessman, J. (1984).
Pharmacokinetics And
Bioavailability Of Tranexamic Acid. Journal of Pharmaceutical Sciences, 73(10),
1376–1379.
Rajguru, M., Agrawal, A., Kumar, N.S.S., and Kumar, T.A. 2014. An overview of
clinical and therapeutic implications of citicoline. Narayana Medical Journal.
Vol. 3. 2 : 2
Reed, M. R., & Woolley, L. T. (2015). Uses of tranexamic acid. Continuing
Education in Anaesthesia, Critical Care and Pain, 15(1), 32–37.
https://doi.org/10.1093/bjaceaccp/mku009
67
Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Riskesdas (hal. 129). Jakarta: Badan
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.
Romero, J. R., Morris, J., & Pikula, A. (2008). Stroke prevention: modifying risk
factors. Ther.Adv.Cardiovasc.Dis., 2(1753–9447 (Print)), 287–303.
https://doi.org/10.1177/1753944708093847.Stroke
Safrita, Y., Dinata, C.A., and Sastri, S. (2013). Gambaran Faktor Resiko dan Tipe
Stroke Pada Pasien Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUD Kabupaten
Solok Selatan Periode 1 Januari 2010 – 31 Juni 2012.Artikel
Penelitian : Jurnal Kesehatan Andalas. 2 (2) : 57-61.
Sprigg, N., Renton, C. J., Dineen, R. A., Kwong, Y., & Bath, P. M. W. (2014).
Tranexamic acid for spontaneous intracerebral hemorrhage: A randomized
controlled pilot trial (ISRCTN50867461). Journal of Stroke and
Cerebrovascular Diseases, 23(6), 1312–1318.
https://doi.org/10.1016/j.jstrokecerebrovasdis.2013.11.007
Starke, R. M., Kim, G. H., Fernandez, A., Komotar, R. J., Hickman, Z. L., Otten, M.
L., ... Connolly, E. S. (2008). Impact of a protocol for acute antifibrinolytic
therapy on aneurysm rebleeding after subarachnoid hemorrhage. Stroke,
39(9), 2617–2621. https://doi.org/10.1161/STROKEAHA.107.506097
van Gijn, J., & Rinkel, G. J. (2001). Subarachnoid haemorrhage: diagnosis, causes
and management. Brain : A Journal of Neurology, 124(Pt 2), 249–278.
https://doi.org/10.1093/brain/124.2.249
Wasay, M., Khatri, I. a, & Kaul, S. (2014). Stroke in South Asian countries. Nature
Reviews. Neurology, 10(3), 135–43.
https://doi.org/10.1038/nrneurol.2014.13
WHO. (2016). Stroke, Cerebrovascular accident. World Health Organization
http://www.who.int/topics/cerebrovascular_accident/en/ (Diakses pada
tanggal 15 Oktober 2016).
68
LAMPIRAN
69
Asupan Monev 1 (22 Maret 2021)
Asam Vit.
Bahan Berat E P L KH Serat Vit. C Ca folat B12 Na
Menu
Makanan
g kcal g g g g mg mg µg µg mg
Pagi :
Nasi Tim Nasi Tim 40 46.8 0.9 0.1 10.3 0.1 0 1.2 0.8 0 0
Sayur
Bening Bayam 30 11.1 1.1 0.1 2.2 0.2 9.9 63.3 31.2 0 3.3
Rolade
Tahu Tahu 20 15.2 1.6 1 0.4 0.2 0 21 3 0 1.4
Bola Bola
Tahu Bb Daging
Woku Ayam 30 85.5 8.1 5.7 0 0 0 3.9 1.5 0.1 21.9
Telur
Ayam 3 4.7 0.4 0.3 0 0 0 1.5 1.3 0 3.7
Minyak
Kelapa
Sawit 1 8.6 0 1 0 0 0 0.1 0 0 0
Selingan :
Kue Cake
Pandan Pandan 25 20.7 0.4 0.2 4.3 0.1 0 1.2 1.1 0 2.2
Susu
Entrasol
Susu Gold 30 122.3 4.7 2.8 18 1.9 675 98.4
Siang :
Nasi Tim Nasi Tim 125 146.4 2.8 0.3 32.1 0.4 0 3.8 2.5 0 0
Sayur Sup Wortel 30 7.7 0.3 0.1 1.4 1.1 2.1 12.3 3.6 0 18
Labu
Siam 25 5 0.2 0.1 1.1 0.3 1.5 6.8 5 0 0.3
Kembang
Kool 10 2.5 0.1 0 0.5 0.2 3.2 4.7 4.3 0 1.8
Tuna Bb Ikan
Mentega Tongkol 25 27.7 6 0.3 0 0 0 4.3 0.8 0.6 9.5
Mentega 5 35.5 0 4 0 0 0 0.3 0.1 0 11.1
Tempe Bb
Wijen Tempe 10 19.9 1.9 0.8 1.7 0.1 0 9.3 5.2 0 0.6
Buah Pepaya 50 19.5 0.3 0.1 4.9 0.9 31 12 19 0 1.5
Malam:
Nasi Tim Nasi Tim 75 87.8 1.7 0.2 19.3 0.2 0 2.3 1.5 0 0
Sayur Sup Wortel 10 2.6 0.1 0 0.5 0.4 0.7 4.1 1.2 0 6
Labu
Siam 10 2 0.1 0 0.4 0.1 0.6 2.7 2 0 0.1
Ayam Bb Daging
Abang Ayam 30 85.5 8.1 5.7 0 0 0 3.9 1.5 0.1 21.9
TOTAL 757.1 38.7 22.5 97.1 6.3 49 833.5 85.5 1 201.6
KEBUTUHAN 1040 41.42 23.2 155.2 24 60 800 320 3.2 200
PERSENTASE 72.70% 93% 97% 62.50% 43% 81.60% 112% 26% 31% 100.50%
70
Asupan Monev 2 (23 Maret 2021)
Bahan Asam Vit.
Menu Makanan Berat E P L KH Serat Vit. C Ca Folat B12 Na
g kcal g g g g mg mg µg µg mg
Pagi :
nasi tim nasi tim 75 87.8 1.7 0.2 19.3 0.2 0 2.3 1.5 0 0
sayur bening wortel 20 5.2 0.2 0 1 0.7 1.4 8.2 2.4 0 12
labu siam 30 6 0.3 0.1 1.3 0.4 1.8 8.1 6 0 0.3
tempe kuning tempe 5 10 0.9 0.4 0.9 0.1 0 4.7 2.6 0 0.3
printil lele bb
lapis ikan lele 50 41.9 7.4 1.1 0 0 0.5 4.5 4 1.1 20
tepung
terigu 10 36.4 1 0.1 7.6 0.3 0 1.5 1.8 0 0.2
Snack :
susu
entrasol
susu entrasol gold 30 122.3 4.7 2.8 18 1.9 675 98.4
roti
kue pisang pisang 20 29.4 0.7 0.3 6.4 0.5 1.2 1.4 4.6 0 36.6
Siang :
nasi tim nasi tim 75 87.8 1.7 0.2 19.3 0.2 0 2.3 1.5 0 0
bayam
sayur bening segar 5 1.9 0.2 0 0.4 0 1.6 10.6 5.2 0 0.6
jagung
kuning 5 5.4 0.2 0.1 1.3 0.1 0.3 0.1 2.3 0 0.9
wortel 10 2.6 0.1 0 0.5 0.4 0.7 4.1 1.2 0 6
labu siam 5 1 0 0 0.2 0.1 0.3 1.4 1 0 0.1
tahu tahu 20 15.2 1.6 1 0.4 0.2 0 21 3 0 1.4
galantin ayam daging
bb lada hitam ayam 40 114 10.8 7.6 0 0 0 5.2 2 0.1 29.2
Malam :
nasi tim nasi tim 90 105.4 2 0.2 23.1 0.3 0 2.7 1.8 0 0
orek tempe tempe 10 19.9 1.9 0.8 1.7 0.1 0 9.3 5.2 0 0.6
fuyunghai telur
saos ayam 40 62 5 4.2 0.4 0 0 20 17.6 0.4 49.6
buncis
sayur sup mentah 20 7 0.4 0.1 1.6 0.6 2 9.2 6.6 0 0.6
labu siam
mentah 20 4 0.2 0.1 0.9 0.3 1.2 5.4 4 0 0.2
wortel 10 2.6 0.1 0 0.5 0.4 0.7 4.1 1.2 0 6
buah pepaya 75 29.2 0.5 0.1 7.4 1.3 46.5 18 28.5 0 2.3
TOTAL 800 41.4 19.2 111.9 8.2 58.3 818.8 104 1.7 265.1
KEBUTUHAN 1040 41.42 23.2 155.2 24 60 800 320 3.2 200
PERSENTASE 79% 99% 87% 72% 59% 97% 102% 32% 53% 130%
71
Asupan Monev 3 (24 Maret 2021)
asam Vitamin
Bahan Berat E P L Kh Serat Vit. C Ca folat b12 Na
Menu
Makanan
g kcal g g g g mg mg µg µg mg
Pagi
nasi tim nasi tim 125 146.4 2.8 0.3 32.1 0.4 0 3.8 2.5 0 2.8
tahu sakura
kukus tahu 40 30.4 3.2 1.9 0.8 0.5 0 42 6 0 15.9
bola daging daging
tariyaki sapi 30 80.7 7.5 5.4 0 0 0 1.2 1.8 0.6 0.2
tepung
terigu 8 29.1 0.8 0.1 6.1 0.2 0 1.2 1.4 0 8.7
telur
ayam 7 10.9 0.9 0.7 0.1 0 0 3.5 3.1 0.1 0
minyak 2 17.2 0 2 0 0 0 0.1 0 0 14.4
sayur sop wortel 24 6.2 0.2 0 1.2 0.9 1.7 9.8 2.9 0 2.7
kembang
kool 15 3.8 0.2 0 0.8 0.3 4.8 7.1 6.4 0
Snack:
susu
entrasol
susu gold 30 122.3 4.7 2.8 18 1.9 675 98.4
agar agar agar agar 30 29.1 0.6 0.2 6.9 0.4 3.9 87.9 54 0 70.8
Siang :
masi tim nasi tim 120 140.5 2.6 0.2 30.8 0.4 0 3.6 2.4 0 0
patin saos ikan
tiram patin 35 29.4 6.4 0.2 0 0 0.3 3.8 3.5 0.3 21.7
tempe bb tempe
sarden kedele 15 29.9 2.8 1.2 2.5 0.2 0 13.9 7.8 0.1 0.9
minyak 2 17.2 0 2 0 0 0 0.1 0 0 0
sayur sup buncis 20 7 0.4 0.1 1.6 0.6 2 9.2 6.6 0 0.6
wortel 30 7.7 0.3 0.1 1.4 1.1 2.1 12.3 3.6 0 18
kembang
kool 10 2.5 0.1 0 0.5 0.2 3.2 4.7 4.3 0 1.8
buah pepaya 100 39 0.6 0.1 9.8 1.8 62 24 38 0 3
Malam
nasi tim nasi tim 135 158.1 3 0.3 34.7 0.4 0 4.1 2.7 0 0
pepes tuna ikan tuna 40 44.4 9.6 0.4 0 0 0 6.8 1.2 1 15.2
minyak 2 17.2 0 2 0 0 0 0.1 0 0 0
tahu bb
kuning tahu 30 22.8 2.4 1.4 0.6 0.4 0 31.5 4.5 0 2.1
sayur sup buncis 25 8.7 0.5 0.1 2 0.8 2.5 11.5 8.3 0 0.8
wortel 25 6.5 0.2 0.1 1.2 0.9 1.8 10.3 3 0 15
TOTAL 1006.9 49.9 21.6 151.1 11.4 84.3 967.5 164 1.9 292.9
KEBUTUHAN 1040 41.42 23.2 155.2 24 60 800 320 3.2 200
PERSENTASE 96% 120% 93% 98% 75% 140% 120% 51% 59% 140%
72
Perencanaa Menu 1
Bahan Asam Vit.
Menu Makanan Berat E P L Kh Serat Vit. C Ca Folat B12 Na
g kcal g g g g mg mg µg µg mg
Pagi :
nasi tim nasi tim 150 175.7 3.3 0.3 38.6 0.5 0 4.5 3 0 0
sayur
bening bayam 40 14.8 1.5 0.1 2.9 0.2 13.2 84.4 41.6 0 4.4
rolade tahu tahu 50 38 4.1 2.4 0.9 0.6 0 52.5 7.5 0 3.5
bola bola
tahu bb daging
woku ayam 40 114 10.8 7.6 0 0 0 5.2 2 0.1 29.2
telur
ayam 10 15.5 1.3 1.1 0.1 0 0 5 4.4 0.1 12.4
minyak 1 8.6 0 1 0 0 0 0.1 0 0 0
Selingan :
cake
Kue pandan pandan 25 51.7 1.1 0.5 10.7 0.2 0 3 2.8 0.1 5.5
susu
entrasol
susu gold 30 122.3 4.7 2.8 18 1.9 675 98.4
Siang :
nasi tim nasi tim 150 175.7 3.3 0.3 38.6 0.5 0 4.5 3 0 0
Carrot
sayur sup fresh 40 10.3 0.4 0.1 1.9 1.5 2.8 16.4 4.8 0 24
labu
siam
mentah 30 6 0.3 0.1 1.3 0.4 1.8 8.1 6 0 0.3
kembang
kool
mentah 20 5 0.3 0.1 1.1 0.5 6.4 9.4 8.6 0 3.6
tuna bb ikan
mentega tongkol 35 38.8 8.4 0.3 0 0 0 5.9 1 0.8 13.3
mentega 5 35.5 0 4 0 0 0 0.3 0.1 0 11.1
tempe
tempe bb kedele
wijen murni 25 49.8 4.8 1.9 4.3 0.3 0 23.3 13 0.1 1.5
buah pepaya 100 39 0.6 0.1 9.8 1.8 62 24 38 0 3
Malam:
nasi tim nasi tim 150 175.7 3.3 0.3 38.6 0.5 0 4.5 3 0 0
Carrot
sayur sup fresh 30 7.7 0.3 0.1 1.4 1.1 2.1 12.3 3.6 0 18
labu
siam
mentah 20 4 0.2 0.1 0.9 0.3 1.2 5.4 4 0 0.2
ayam bb daging
abang ayam 35 99.7 9.4 6.6 0 0 0 4.6 1.8 0.1 25.5
Tempe bb
kemiri tempe 25 49.8 4.8 1.9 4.3 0.3 0 23.3 13 0.1 1.5
TOTAL 1237.6 62.6 31.6 173.2 10.4 89.5 971.6 161.1 1.4 255.4
KEBUTUHAN 1300 51.42 28.7 194 30 75 1000 400 4 200
PERSENTASE 95% 121% 110% 89% 35% 119% 97% 40% 35% 127%
73
Perencanaa Menu 2
Bahan Asam Vit.
Menu Makanan Berat E P L Kh Serat Vit. C Ca Folat B12 Na
g kcal g g g g mg mg µg µg mg
Pagi :
nasi tim nasi tim 150 175.7 3.3 0.3 38.6 0.5 0 4.5 3 0 0
Wortel 30 7.7 0.3 0.1 1.4 1.1 2.1 12.3 3.6 0 18
sayur
bening labu siam
mentah 30 6 0.3 0.1 1.3 0.4 1.8 8.1 6 0 0.3
tempe
tempe kedele
kuning murni 30 59.7 5.7 2.3 5.1 0.4 0 27.9 15.6 0.1 1.8
printil lele
bb lapis ikan lele 50 41.9 7.4 1.1 0 0 0.5 4.5 4 1.1 20
tepung
terigu 10 36.4 1 0.1 7.6 0.3 0 1.5 1.8 0 0.2
Snack :
susu
susu entrasol
entrasol gold 30 122.3 4.7 2.8 18 1.9 675 98.4
kue roti
pisang pisang 50 73.5 1.6 0.6 16 1.3 3 3.5 11.5 0 91.5
Siang :
nasi tim nasi tim 150 175.7 3.3 0.3 38.6 0.5 0 4.5 3 0 0
bayam
segar 20 7.4 0.7 0 1.5 0.1 6.6 42.2 20.8 0 2.2
jagung
kuning
sayur
pipil baru 15 16.2 0.5 0.2 3.8 0.4 0.9 0.3 6.9 0 2.5
bening
Carrot
fresh 30 7.7 0.3 0.1 1.4 1.1 2.1 12.3 3.6 0 18
labu siam
mentah 20 4 0.2 0.1 0.9 0.3 1.2 5.4 4 0 0.2
tahu tahu 50 38 4.1 2.4 0.9 0.6 0 52.5 7.5 0 3.5
galantin
ayam bb
lada daging
hitam ayam 40 114 10.8 7.6 0 0 0 5.2 2 0.1 29.2
Malam :
nasi tim nasi tim 150 175.7 3.3 0.3 38.6 0.5 0 4.5 3 0 0
tempe
orek kedele
tempe murni 30 59.7 5.7 2.3 5.1 0.4 0 27.9 15.6 0.1 1.8
fuyunghai telur
saos ayam 40 62 5 4.2 0.4 0 0 20 17.6 0.4 49.6
buncis
mentah 20 7 0.4 0.1 1.6 0.6 2 9.2 6.6 0 0.6
labu siam
sayur sup
mentah 20 4 0.2 0.1 0.9 0.3 1.2 5.4 4 0 0.2
Carrot
fresh 30 7.7 0.3 0.1 1.4 1.1 2.1 12.3 3.6 0 18
buah pepaya 100 39 0.6 0.1 9.8 1.8 62 24 38 0 3
TOTAL 1241.5 59.6 25.2 192.8 13.4 85.5 963 181.7 1.9 359.1
KEBUTUHAN 1300 51.42 28.7 194 30 75 1000 400 4 200
PERSENTASE 95% 115% 87% 99% 44% 114% 96% 45% 47% 179
74
Perencanaan Menu 3
Asam Vit.
Menu Food Berat E P L Kh Serat Vit. C Ca Folat B12 Na
g kcal g g g g mg mg µg µg mg
Pagi :
nasi tim nasi tim 150 175.7 3.3 0.3 38.6 0.5 0 4.5 3 0 0
tahu
sakura
kukus tahu 60 45.6 4.9 2.9 1.1 0.7 0 63 9 0 4.2
bola
daging daging
tariyaki sapi 40 107.6 10 7.2 0 0 0 1.6 2.4 0.8 21.2
tepung
terigu 10 36.4 1 0.1 7.6 0.3 0 1.5 1.8 0 0.2
telur
ayam 10 15.5 1.3 1.1 0.1 0 0 5 4.4 0.1 12.4
minyak 1 8.6 0 1 0 0 0 0.1 0 0 0
sayur sop wortel 30 7.7 0.3 0.1 1.4 1.1 2.1 12.3 3.6 0 18
kembang
kool 20 5 0.3 0.1 1.1 0.5 6.4 9.4 8.6 0 3.6
Selingan
susu
entrasol
susu gold 30 122.3 4.7 2.8 18 1.9 675 98.4
agar
agar agar agar 30 29.1 0.6 0.2 6.9 0.4 3.9 87.9 54 0 70.8
Siang :
nasi tim nasi tim 150 175.7 3.3 0.3 38.6 0.5 0 4.5 3 0 0
patin saos ikan
tiram kakap 40 33.6 7.3 0.3 0 0 0.4 4.4 4 0.3 24.8
tempe bb tempe
sarden kedele 40 79.6 7.6 3.1 6.8 0.6 0 37.2 20.8 0.2 2.4
sayur sup buncis 20 7 0.4 0.1 1.6 0.6 2 9.2 6.6 0 0.6
wortel 30 7.7 0.3 0.1 1.4 1.1 2.1 12.3 3.6 0 18
kembang
kool 10 2.5 0.1 0 0.5 0.2 3.2 4.7 4.3 0 1.8
Buah pepaya 100 39 0.6 0.1 9.8 1.8 62 24 38 0 3
Malam
nasi tim nasi tim 150 175.7 3.3 0.3 38.6 0.5 0 4.5 3 0 0
pepes ikan
tuna tongkol 40 44.4 9.6 0.4 0 0 0 6.8 1.2 1 15.2
tahu 40 30.4 3.2 1.9 0.8 0.5 0 42 6 0 2.8
tahu bb
kuning buncis 25 8.7 0.5 0.1 2 0.8 2.5 11.5 8.3 0 0.8
sayur sup wortel 25 6.5 0.2 0.1 1.2 0.9 1.8 10.3 3 0 15
TOTAL 1164.2 62.7 22.3 176.1 12.7 86.3 1031.6 188.6 2.3 313.1
KEBUTUHAN 1300 51.42 28.7 194 30 75 1000 400 4 200
PERSENTASE 90% 120% 77% 90% 42 115% 103% 47% 57% 156%
75
76
77
78
79
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. SOEDONO MADIUN
Jl. Dr. Soetomo No. 59 Telp (0351)464325, 464326
MADIUN 63116
ASSESMEN GIZI
Nama Penderita :Ny. S Tanggal Lahir : 27 Juli 1973
SKOR
NO A B C
RIWAYAT MEDIS
Data Subyektif
1. Perubahan Berat Badan: V
- Berat badan bulan lalu : A. Naik B. Tetap C. Turun
2. Perubahan Asupan Makanan : V
A. Tetap
B. Turun saat masuk RS
C. Turun sebelum masuk RS
3. Gejala Gastrointestinal : V
- Anorexia (-) Ya (V) Tidak
- Mual (-) Ya (V) Tidak
- Muntah (-) Ya (V) Tidak
- Diare (-) Ya (V) Tidak
- Konstipasi (V) Ya (-) Tidak
Kesimpulan:
A. Bila Ada 1 gejala/tidak ada gejala
B. Bila ada 2-3 gejala
C. Bila ada >3 gejala
4. Perubahan Aktifitas : V
A. Normal B. Ringan C. Bedrest
5. Diberikan diet khusus : V
A. Tidak
B. Ya
C. Ya dengan Modifikasi
6. Pemeriksaan fisik & klinis : V
- Ikterus : a. Ada b.Tidak ada
- Edema/Ascites: a. Ada b.Tidak ada
- Suhu : a. Tinggi b. Normal
- Tensi : a. Tinggi b. Normal
Kesimpulan :
A. Bila Ada 1 gejala/tidak ada gejala
B. Bila ada 2-3 gejala
C. Bila ada >3 gejala
Data Obyektif
7. Status Gizi : A. Baik B. Kurang/Lebih C. Buruk/Obesitas V
2 5
Kesimpulan : Beresiko masalah gizi: Sedang (total skor 5)
Ket : - Ringan: Bila pilihan A ≥ 4
- Sedang : Bila pilihan B ≥ 4 atau B+C ≥
- Berat : Bila pilihan C ≥ 4
80
CATATAN ASUHAN GIZI
Nama : Ny. S
Alamat :-
No. Register :-
Ruang : WKC
Usia : 48 tahun
Diagnosa : ICH + Hipertensi
No Medical Record : -
ASSESSMENT/REASSESSMENT KESIMPULAN
ANTROPOMETRI
Menghitung TB estimasi Pasien status
= 84,88 + (1,83 x TL) – (0,243 x U)
gizi overweight
= 157,54 cm
= 72,68 kg
36
x 100%
30,4
118,4% → overweight
= 57,54 – 5,754
= 51,786 kg
81
penyumbatan pada
pembuluh darah.
Plak tersebut jika
tidak ditangani
maka akan
menyebabkan
stroke karena
penyumbatan
kolesterol atau
penyakit jantung
yang
membahayakan
pasien serta aliran
darah akan
terganggu karena
plak plak yang
menempel pada
pembuluh darah.
Hal ini juga
menandakan
bahwa kelebihan
berat badan /
obesias sehingga
banyakanya lemak
yang berada pada
darah dan
menyumbat
pembuluh darah
yang menyebabkan
stroke
FISIK KLINIS
Data Hasil Nilai Data klinis yakni
Klinis Normal
menunjukan
Keadaan Lemah Baik
normal kecuali
umum
Kesadaran Compos CM
keadaan pasien
Mentis lemah karena
Tekanan 201/111 <120/80 penyakit pasien
Darah mmHg mmHg
yakni stroke dan
Nadi 90x/menit 60-
tekanan darah
100x/menit
RR 23x/menit 12-
pasien yakni
24x/menit hipertensi stage
Suhu 37,2°C 36,5- 2 hal ini yang
37,5°C
menyebabkan
82
meningkat →
aterosklorosis
sehingga
pasien
mengalami
penyumbatan
pada pembuluh
darah. Pasien
mengalami
mual
dikarenakan
darah yang
merembes dari
pembuluh darah
otak dapat
menyebabkan
peningkatan
tekanan otak
dan
merangsang
saraf nyeri pada
selaput otak.
Peningkatan
tekanan dalam
tengkorak ini
juga berperan
dalam timbulnya
keluhan mual
dan muntah
menyemprot
(Intan, 202).
Kesulitan
mengunyah
83
karena pasien
terkena stroke.
Protein (gram) 88
SEKARANG :
84
sehingga diberikan makanan dengan
rendah garam agar tidak
memperparah keadaan pasien.
Pasien diberikan makanan dengan
energy 1300. Asupan makan
dikatakan membaik jika pasien dapat
mengasup makanan ±50% dan
meningkat secara bertahap untuk
memperbaiki keadaan pasien dan
ridak memperburuk keadaan pasien.
Makanan diberikan sesuai kebutuhan
pasien.
RECALL 24 JAM :
Karbohidrat 92,6
(gram)
85
KEBIASAAN HIDUP (OR, MEROKOK
DLL) :
-
OBAT-
OBATAN/SUPLEMENT/PANTANGAN/
ALERGI :
-
EDUKASI GIZI :
Belum mendapat edukasi terkait gizi
DIAGNOSA GIZI
NI 2.1 Asupan oral tidak adekuat
yang berkaitan dengan kondisi
pasien stroke hemoragik (CVA-ICH)+
Hipertensi stage.2 yang ditandai
dengan asupan makan pasien recall
yakni energi 53% deficit rendah,
protein 85,7% deficit ringan, lemak
70,7% deficit sedang dan karbohidrat
47,7% deficit rendah dan data fisik
klinis pasien mual, pusing, lemah,
adan terasa sakit semua, kesulitan
mengunyah sehingga nafsu makan
menurun
NI- 5.4 Penurunan kebutuhan zat
gizi spesifik Natrium dan kolesterol
berkaitan dengan kondisi pasien
CVA-ICH + HT st.II yang ditandai
dengan peningkatan tekanan darah
mencapai 201/11 mmHg dan data
laboratorium terkait hasil profil lipid
yang abnormal yakni kolesterol total
tinggi , LDL tinggi dan HDL rendah
Nb 1.1 kurangnya pengetahuan
terkait makanan dan zat gizi
berkaitan dengan pasien belum
pernah mendapatkan edukasi gizi
tentang hipertensi dan kolesterol
pasien yang ditandai dengan hasil
SQFFQ berlebih yakni energy 145%,
protein 146%, lemak 208%,
karbohidrat 145% serta data
kolesterol yang tinggi dengan data
laboratorium kolesterol total tinggi ,
LDL tinggi dan HDL rendah.
NC 2.2 perubahan nilai
laboratorium terkait dengan kondisi
pasien CVA-ICH + HT st.II yang
ditandai dengan data lab profil lipid
kolesterol total tinggi , LDL tinggi dan
86
HDL rendah serta tekanan darah
pasien tinggi yakni 201/111 mmHg.
87
penyedia energy didalam tubuh. karbohidrat di
dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah untuk
keperluan energy.
• Vitamin cukup, terutama vitamin A,C,E, sebagai
anti oksidan ( sumber dari buah yang berwarna,
hati sapi dll), asam folat, B12 untuk mencegah
hiper homosisten yang dapat menyebabkan
proses aterosklerosis (sumber pada rumpt laut,
hati ayam dll).
• Mineral cukup, terutama kalsium sebagai efek
penurunan tekanan darah.
• Penggunaan natrium dibatasi dengan
memberika garam dapur maksimal 200-
400mg/hari sesuai Rendah garam 1 sesuai
dengan pasien hipertensi stage 1
• Konsumsi serat 30gram/hari untuk mencukupi
kebutuhan serat pasien dan sebagai penurun
tekanna darah serta dapat menurunkan
kolesterol pasien sehingga diperbanyak
kecukupan serat (buah dan sayur)
• Cairan cukup, yaitu 6-8 gelas/hari, kecuali pada
keadaan udema dan asites cairan dibatasi.
Minuman hendaknya diberikan setelah selesai
makan agar porsi makan dapat dihabiskan.
Untuk pasien yang disfagia cairan diberikan
secara berhati-hati. cairan dapat dikentalkan
dengan gel atau guarcol
Perhitungan Kebutuhan Gizi Saat Ini:
• Energi : 25 kkal/kgBB = 25 x 51,786 = 1294 ->
1300 kkl. Energi diberikan 1300 kkal namun
diberikans ecara bertahap yakni 80% dari total
kebutuhan yakni 1040 kkal
• Protein = 1 gram/kgBB = 51,78 gram diberikan
protein 80% dari total kebutuhan sesuai dengan
energy dan diberikan secara bertahap. Protein
didapatjan 41,42 gram
• Lemak 20% = 29 gram. Lemak diberikan 80%
dari total kebutuhan sesuai dengan energy dan
diberikan secara bertahap yakni 23,2 gram
• Karbohidrat 60% = 194 gram dierikan 80% dari
kebutuhan sesuai dengan kebutuhan dan
diberikan secara bertahap menjadi 155,2 garm
b. Intervensi Edukasi
Tujuan :
- Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga
terkait pentingnya menerapkan pola hidup sehat.
Serta terkait penyakit pasien tentang dampak
kedepan jika tidak ditangani.
88
- Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga
pasien mengenai pengaturan makanan dan
bahan makanan penukar yang dianjurkan
- Memberikan informasi kepada pasien dan
keluarga pasien terkait pentingnya pengaturan
pola makan diit Rendah Garam 1 dalam
menunjang proses penyembuhan serta bahan
makanan yang dianjurkan, dibatasi dan daftar
bahan makanan penukar.
- Menambah motivasi pasien agar mengkonsumsi
makanan dari rumah sakit >80%
- Memberikan informasi terkait zat gizi yang
dibutuhkan untuk pasien dengan penyakit stroke
dan hipertensi dengan status gizi obesitas agar
tidak memperparah dan memperburuk keadaan
pasien.
Sasaran :
Pasien dan keluarga pasien
Metode :
Edukasi dengan metode tanya jawab dan ceramah
dengan dilakukan pre dan post test
Media :
Leaflet Stroke, Leaflet hipertensi, Leaflet Daftar Bahan
makanan penukar
Frekuensi :
Durasi pemberian materi 15 menit menggunakan
telvon dengan frekuensi 2 kali pemberian yakni monev
hari 1, dan 3 serta pada setiap pemberian makan
dengan menayakan monev asupan pasien.
Materi :
- Menjelaskan secara singkat tentang penyakit
stroke dan hipertensi
- Pemberian materi terkait makanan yang
dianjurkan dan tidak dianjurkan
- Pemberian materi terkait contoh menu makanan
dan zat gizi yang penting untuk penunjang
kesembuhan penyakit
- Materi daftar bahan makanan penukar dengan
ukuran rumah tangga
- Memotivasi kepada pasien untuk meningkatkan
diet yang diberikan
PERUBAHAN DIET
-
89
CATATAN ASUHAN GIZI
(Monitoring dan Evaluasi)
Renca
Antropomet Klinik Identifikasi na
Tanggal Biokimia Diet Edukasi
ri (Fisik & Klinik) Masalah Baru Tindak
Lanjut
2/03/202 Tidak ada Tidak ada
1 pemantau pemeriksa Data Klinis Hasil Energi dan Zat Hasil Materi Asupan -
Gizi
(22-03-2021)
an an edukasi makan
Keadaan Lemah
antropom biokimia Energi (kkal) 757
adalah pasien masih
umum
makanan
etri pada terhadap Kesadaran Compos Protein (g) 38,7 kurang
Mentis Lemak (g) 22,5 yang
pasien pasien Kh (g) 97,1 karena
Tekanan 201/111 diberikan
Serat (g) 10,3
karena Darah mmHg Vitamin C (mg) 49 keluhan
pasien dari
Kalsium (mg) 900
melalui Nadi 90x/menit pasien dan
Asam folat 85,5 rumah sakit
RR 23x/menit Vitamin b 12 1
online yakni diet
data fisik
Suhu 37,2°C Natrium (mg) 200
stroke klinis pasien
Mual, lemah, badan
rendah abnormal
terasa sakit,
garam yang
90
kesulitan dimana mengakibatk
mengunyah dilakukan an asupan
terapi nutrisi
dari
makanan
untuk
mempercep
at proses
penyembuh
an pasien,
serta
menjelaskan
terkait
gambaran
penyakit
stroke dan
hipertensi,
serta
memantau
asupan
makanan
pasien
91
23/03/20 Tidak ada Tidak ada
21 pemantau pemeriksa Data Klinis Hasil Energi dan Zat Hasil Pada monev Asupan -
Gizi
(23-03-2021)
an an hari kedua makan
Keadaan Lemah
antropom biokimia Energi (kkal) 800
dilakukan pasien masih
umum
monitoring
etri pada terhadap Kesadaran Compos Protein (g) 41,4 kurang
Mentis Lemak (g) 20,2 dan evaluasi
pasien pasien Kh (g) 111,9 karena
Tekanan 180/110 terkait
Serat (g) 14,2
karena Darah mmHg Vitamin C (mg) 58,3 keluhan
asupan
Kalsium (mg) 818
melalui Nadi 86x/menit pasien dan
Asam folat 104 makanan
RR 20x/menit Vitamin b 12 1,7
online recall ,
data fisik
Suhu 37,2°C Natrium (mg) 265
menjelaskan klinis pasien
makanan abnormal
Mual, lemah, badan
yang boleh namun
terasa sakit,
dimakan sudah
kesulitan
dan tidka berkurang
mengunyah sudah
boleh sehingga
berkurang, pusing dimakan
adanya
serta
peningkatan
makanan
asupan dari
yang
monev hari 1
dianjurkan
serta
92
dilakukan
motivasi
kepada
pasien
terkait
menghabisk
an makanan
yang
diberikan
rumah sakit
Instruktur Klinik
……………………….
95
96