Oleh :
Frida
17.021
PENGESAHAN
Penguji
Tanda Tangan
Cilacap,………………………….2020
KATA PENGANTAR
1. Dr. Endang Kartini Ariati, M., M.S., Apt Selaku Ketua STIKES Serulingmas
Cilacap.
2. Arif Hendra Kusuma, Ns., M.Kep. Selaku Ketua Ka Prodi STIKES
Serulingmas Cilacap.
3. Intan Diah Pramithasari, Ns., M.Kep.. Selaku Pembimbing I penulisan lapoan
kasus ini.
4. Yenni Kristiana., S..Kep. Selaku Pembimbing II penulisan laporan kasus ini.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah Beliau berikan
Besar harapan penulis, mudah-mudahan laporan kasus ini bermanfaan bagi
pembaca. Kritik dan saran untuk lebih sempurnanya laporan kasus ini sangat
penulis nantikan.
Cilacap,.....................2020
Penulis
4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii
KATA PENGANTAR..................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL........................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 2
C. Tujuan Studi Kasus................................................................. 2
B. Analisa Data................................................................... 24
C. Perumusan Diagnosa Keperawatan............................... 25
D. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi.......................... 26
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian...................................................................... 32
B. Diagnosa Keperawatan.................................................. 34
C. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi.......................... 37
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................46
B. Saran...............................................................................47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
6
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ganggungan kesehatan yang sering terjadi pada sistem reproduksi wanita
di kalangan masyarakat diantaranya kanker serviks, kanker payudara, kista
ovarium, gangguan menstruasi, mioma uteri dan lain sebagainya (Manuaba,
2010). Salah satu gangguan kesehatan yang sering terjadi pada sistem
reproduksi wanita adalah kista ovarium. Kista ovarium merupakan suatu
benjolan yang berada di ovarium yang dapat mengakibatkan pembesaran pada
abdomen bagian bawah (Prawirohardjo, 2011). Kista ovarium paling sering
ditemui, bentuknya kistik berisi cairan kental dan ada pula yang berbentuk
anggur. Kista juga ada yang berisi udara, cairan, nanah ataupun bahan-bahan
lainnya. (Wijayanti, 2012). Sebagian besar kelainan ovarium tidak
menimbulkan gejala dan trauma pada kista yang masih kecil (Rasjidi, dkk.
2010). Kista ovarium sering terjadi pada wanita dimasa reproduksi, pada
pemeriksaan mikroskopik kista tampak dilapisi oleh epitel torak tinggi
dengan inti pada dasar sel, jika terdapat sobekan di dinding kista maka sel-sel
epitel menyebar pada permukaan peritoneum rongga perut yang akan
menimbulkan penyakit menahun dengan musin terus bertambah dan
menyebabkan banyak perlekatan sehingga penderita meninggal karena ileus
dan inanisi. Risiko yang paling ditakuti dari kista ovarium yaitu mengalami
degenerasi keganasan, disamping itu bisa mengalami torsi atau terpuntir
sehingga menimbulkan nyeri akut, perdarahan atau infeksi. Sehingga Kista
ovarium memerlukan penanganan yang profesional dan multi disiplin
(Wiknjosastro, 2010). Menurut WHO, US statistik (2014), menunjukkan
bahwa kejadian dan laporan kematian, 20.095 perempuan di Amerika Serikat
mengetahui bahwa mereka menderita kista ovarium, 6.600 wanita yang
didiagnosis dengan kista ovarium di Inggris setiap tahun, sekitar 1.500 di
Australia dan 2.300 di Kanada. Tingkat kematian untuk penyakit ini tidak
9
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari karya tulis ilmiah ini adalah, “Bagaimana
gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Umur 31 Tahun
Dengan P1 A0 Indikasi Kista Ovarium Di Ruang Bougenvil RSUD Dr. R
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran dan memperoleh pengalaman tentang
pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Umur 31 Tahun Dengan P1
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik yang kecil maupun
yang besar, kristik atau padat, jinak atau gans. Dalam kehamilan tumor
ovarium yang dijumpai yang paling sering adalah kista dermonal, kista
coklat atau kista lutein, tumor ovarium yang cukup besar dapat
disebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang-
halangi masuknya kepala dalam panggul ( Nurarif dan Kusuma, 2015)
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi
pada indung telur atau ovarium, cairan yang terkumpul dibungkus oleh
semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium
(Agusfarly, 2011)
Kista ovarium adalah kantung berisi cairan, normalnya berukuran
kecil yang terletak di indung telur (ovarium) (Nugraha, 2012).
Kista ovarium (atau kista indung telur) berati kantung berisi cairan,
normalnya berukuran kecil yang terletak diindung telur dan dapat
terbentuk kapan saja, pada masa pubertas sampai menopouse, juga
selama kehamilan (Billota, 2012)
Berdasarkan beberapa pernyataan diatasdapat disimpulkan bahwa
kista ovarium adalah kantung yang berisi cairan, normalnya berukuran
kecil yang terletak di indung telur (ovarium).
2. Etiologi
12
3. Patofisiologi
Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan
folikel yang terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium. Folikel
tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur,
terbentuknya secara tidak sempurna didalam ovarium karena itu
terbentuknya kista ovarium. Setiap hari, ovarium normal akan
membentuk beberapa kista kecil yang disebut “ folikel de graff “.
Pertengahan siklus folikel dominan dengn ukuran diametr lebih dari 2-
8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur akan menjadi
korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm
dengan kista di tengah-tengah.
Bila tidak terjadi fertilisasi pada saat oosit, korpus luteum akan
mengalami fibrosis dab pengerutan secara progresif. Namun bila
terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian
secara gradual akan mengecil selama kehamilan. Kista ovari yang
berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu
14
jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang – kadang
disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh
ganadotropin, termasuk FSH dan HSG. Kista fungsional dapat
terbentuk karena stimulasi ganadotropin atau sensivitas terhadap
ganadropin yang lebih
4. Pathways
15
5. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala kista ovarium menurut Nugroho (2012), yaitu :
a. Nyeri saat menstruasi
b. Nyeri diperut bagian bawah
c. Nyeri saat berhubungan seksual
d. Nyeri pada punggung terkadang menjalar kekaki
e. Terkadang disertai nyeri saat berkemih atau BAB
f. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa jugaa jumlah darah yang
keluar banyak
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk membantu
menegakan diagnosa kista ovarium menurut Nurarif dan Kusuma
(2015), adalah:
a. Pap smear : untuk mengetahui displosia seluler menunjukkan
kemungkinan adanya kanker atau kista
b. Ultrasound / Scan CT: membantu mengidentifikasi ukuran atau
lokasi masa
c. Laparaskopi : dilakukan untuk melihat tumor, perdarahan,
perubahan endometrial, untuk mengetahui apakah sebuah tumor
berasal dari ovarium atau tidak.
d. Pemeriksaan laboratorium
16
7. Penatalaksanaan
a. Observasi
Jika tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau)
selama 1-2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan
sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil
jika tidak curiga panas (Nugroho, 2012)
b. Terapi bedah atau operasi
Pengobatan kista ovarium biasanya adalah pengangkatan melalui
tindakan bedah bila ukurannya kurang dari 5 cm dan tampak terisi
cairan / fisiologis pada pasien muda yang sehat. Perawatan pasca
operatif pasca pembedahan untuk mengangkat kista ovarium
adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen
dengan satu pengecualian. Penurunan tekanan intra abdomen yang
diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah
pada distensi abdomen yang berat komplikasi ini dapat dicegah
sampai suatu tingkat dengan memberikan gurita abdomen yang
ketat (Nurarif dan Kusuma, 2015)
2) Riwayat Kesehatan
(a) KeluhanUtama Biasanya mengalami perdarahan abnormal
atau menorrhagia pada wanita usia subur atau wanita diatas
usia 50 tahun / menopause untuk stadium awal (Hutahaean,
2010). Pada stadium lanjut akan mengalami pembesaran
massayangdisertaiasites(Reeder,dkk.2013).
(b) Riwayat kesehatan sekarang menurut Williams (2011)
yaitu:
(1) Gejala kembung, nyeri pada abdomen atau pelvis,
kesulitan makan atau merasa cepat kenyang dan gejala
perkemihan kemungkinan menetap.
(2) Pada stadium lanjut sering berkemih, konstipasi,
ketidaknyamanan pelvis, distensi abdomen, penurunan
berat badan dan nyeri pada abdomen.
(3) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu pernah memiliki kanker
kolon, kanker payudara dan kanker endometrium
(Reeder,dkk.2013).
(4) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang pernah mengalami
kanker payudara dan kanker ovarium yang beresiko50%
(Reeder,dkk.2013).
(5) Riwayat haid/ status ginekologi
Biasanya akan mengalami nyeri hebat pada saat
menstruasi dan terjadi gangguan siklus menstruasi
(Hutahaean,2009).
(6) Riwayat obstetri
Biasanya wanita yang tidak memiliki anak karena
ketidakseimbangan sistem hormonal dan wanita yang
melahirkan anak pertama di usia > 35 tahun
(Padila,2015).
18
b. Nyeri akut
c. Konstipasi
d. Ketidakseimbangan jaringan perifer
3. Intervensi
a. Ansietas
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam,
diharapkan tingakat kecemasan menurun dengan kriteria hasil:
Tabel indikator 2.1 tingkat kecemasan
Indikator Awal Tujuan
1. Perasaan gelisah
2. Otot tegang
3. Wajah tegang
Keterangan:
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
Pengurangan Kecemasan
1. Identifikasi tingkat kecemasan pasien
2. Pahami persepektif pasien terhadap situasi stressnya
3. Gunakan pendekatan yang menenangkan
4. Batu pasien untuk mengenal situasi yang menyebabkan
kecemasan
5. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan teknik
relaksasi
6. Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian obat-obatan
jika perlu
b. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik
22
Keterangan:
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
Intervensi
Manajemen nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi
lokasi, karakteristik, onset, frekuensi kualitas dan faktor
pencetus
2. Tentukan lokasi, kualitas dan tingkatan nyeri pada pasien
3. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
ketidaknyamanan
4. Kendalikan faktor lingkunagn yang dapat mempengaruhi
respon terhadap ketidaknyamanan
5. Dukung istirahat / tidur yang adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
6. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi seperti relaksasi
nafas dalam
7. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi dokter
c. Resiko infeksi
23
1. Suhu tubuh
2. Integritas kulit
3. Jumlah sel darah putih
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
Intervensi
Perlindungan Infeksi
1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
3. Periksa kulit dan selaput lendir untuk adanya kemerahan,
kehangatan ektrem atau drainase
4. Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
5. Anjurkan istirahat
6. Kolaborasikan dengan pemberian antibiotik yang telah
direspkan.
d. Konstipasi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam
diharapkan masalah konstipasi yang dialami pasien dapat teratasi
dengan kriteria hasil :
Tabel indikator 2.4 eliminasi usus
Indikator Awal Tujuan
1. Pola eliminasi
24
Keterangan:
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Setikit terganggu
5. Tidak terganggu
Intervensi
Manajemen saluran cerna
1. Monitor BAB termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk, volume
dan warna dengan cara yang tepat.
2. Monitor adanya tanda dan gejala konstipasi
3. Monitor bising usus
4. Masukan obat supositoria rectal sesuai dengan kebutuhan
5. Lapor berkurangnya bising usus
6. Catat masalaah BAB yang sudah ada sebelumnya
7. Instruksikan pasien mengenai makanan tinggi serat dengan cara
yang tepat.
e. Ketidakfektifan perfusi jaringan perifer
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam,
diharapkan maslah ketidakefektifan perfusi jaringan pasien dapat
teratasi dengan kriteria hasiil:
Tabel indikator 2.5 perfusi jaringan perifer
Indikator Awal Tujuan
1. Edema perifer
2. Muka pucat
3. Kram otot
Keterangan:
1. Berat
2. Cukup berat
25
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
Intervensi
Manajemen sensasi perifer
1. Monitor sensasi tumpul atau tajam dan panas dan dingin (yang
dirasakan pasien)
2. Monitor adanya parathesia dengan tepat (misalnya mati rasa
atau tingkat nyeri)
3. Monitor untuk kemampuan BAK dan BAB
4. Instruksikan pasien dan keluarga untuk memeriksa adanya
kerusakan kulit sentral lainnya
5. Berikan obat analgesik kortikosteroid sesuai dengan indikasi
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Asuhan keperawatan pada Ny. S diruang Bougenvil RSUD Dr. R Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga dengan P1 A0 Indikasi Kista Ovarium.
Dengan ini penulis mengkaji Ny.S pada tanggal 28 januari 2020 pukul
20.00 WIB dan dikelola selama 3 hari.
1. Identitas pasien
Pada data biografi didapatkan bahwa pasien bernama Ny. S , berumur
31 tahun, jenis kelamin perempuan, tempat tanggal lahir Purbalingga
11 oktober 1988, pasien agama islam, pasien sudah menikah,
alamatnya Badak, suku/ bangsa Jawa/ Indonesia, Pendidikan terakhir
pasien adalah SD, pekerjaan IRT (ibu rumah tangga), pasien masuk
rumah sakit pada tanggal 28 januari 2020. Sumber informasi
didapatkan dari pasien dan rekam medik rumah sakit.
26
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri
P : nyeri terjadi saat kambuh
Q: nyeri seperti ditusuk tusuk
R: nyeri dibagian perut kanan bawah dan menjalar ke punggung
S: skala nyeri 7
T: nyeri kadang-kadang bila kambuh
b. Keluhan tambahan
Pasien mengataakan demam naik turun sejak 1 minggu yang lalu,
mual-mual serta badan terasa lemas
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pasie mengatakan sejak 3 bulan yang lalu mengalami perubahan
siklus haid dan haid tidak teratur, biasanya haid 4 harii sudah
selesai tetapi sekarng 1 minggu baru selesai, sehari pasien
mengganti pembalt 4 x frekuensi penuh. Dua bulan yang lalu
pasien pernah dirawat di puskesmas selata kumplit dengan
diagnosa thypoid.
Pasien datang diantar oleh keluarganya ke VK IGD RSUD
Dr.R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga pada jam 16.00 WIB
tanggal 27 januari 2020 dengan keluhan nyeri perut kanan bawah
dan menjalar kepinggang, pasien juga mengatakan demam naik
turun sejak 1 mingggu yang lalu, mual-mual serta badan terasa
lemas, di IGD pasien mendapatkan terapi infus RL 20 tpm, injeksi
ketorolax 30 mmg, ranitidin 25 mg dan ondan mg .kemudian pada
jam 01.00 WIB pasien dipindahkan keruang rawat inap Bougenvil
pada tanggal 28 januari 2020 dengan terpasang infus RL 20 tpm.
Pasien dipindahkan keruang bougenvil untuk mendapatkan
pengobatan dan perawatan medis dengan tepat untuk mengatasi
sakitnya saat ini.
d. Riwayat kesehatan dahulu
27
6. Therapi Obat
Infus RL 20 tpm, injeksi ceftriaxon 2 x 1 gr, infus metronidazole 3
x 500 mg, kaltropen suppositoria, infus paracetamol 1 gr, paracetamol
tablet 500 mg, injeksi ondansentron 4 mg, injeksi ketorolac 30 mg.
Keterangan:
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
34
5. Tidak ada
Intervensi
Manajemen nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset, frekuensi kualitas dan faktor pencetus
2. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan
3. Kendalikan faktor lingkunagn yang dapat mempengaruhi respon
terhadap ketidaknyamanan
4. Dukung istirahat / tidur yang adekuat untuk membantu penurunan
nyeri
5. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi seperti relaksasi nafas
dalam
6. Berikan obat – obatan penurun nyeri yang adekuat
7. Kolaborasikan dengan dokter dan tim kesehatan lainnya mengenai
tindakan yang akan dilakukan
a. Hari ke 1
1) Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi
lokasi, karakteristik, onset, frekuensi kualitas dan faktor
pencetus
2) Mengatur pencahayaan ruangan agar pasien dapat istirahat/
tidur
3) Membatasi jumlah pengunjung
4) Mengajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi relaksasi
nafas dalam
5) Memberikan injeksi ketorolax 30 mg melalui IV bolus
b. Hari ke 2
1) Melakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi
lokasi, karakteristik, onset, frekuensi kualitas dan faktor
pencetus
2) Mengatur pencahayaan ruangan agar pasien dapat istirahat/
tidur
35
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
Intervensi
Perawatan demam
1. Pantau suhu dan tanda – tanda vital lainnya
2. Monitor warna kulit dan suhu
3. Monitor asupan dan keluaran kehilangan cairan
4. Dorong konsumsi cairan
5. Berikan obat atau cairan IV (misalnya antipirektik, agen antibakteri
dan agen anti menggigil)
6. Anjurkan pasien menggunakan pakaian ringan
a. Hari ke 1
1) Mengukur suhu tubuh pasien dan melakkan pengukuran tanda
tanda vital
2) Memasukan infus paracetamol 1 gr
3) Menganjurkan pasien untuk banyak minum
4) Menganjurkan pasien untuk menggunakan baju yang ringan atau
menyerap keringat
5) Mengganti infus RL 20 tpm
6) Mengukur suhu tubuh pasien setelah 2 jam pemberian
7) Mengobservasi warna kulit pasien
b. Hari ke 2
37
P: Pertahankan intervensi
3. Resiko infeksi
38
b. Hari ke 2
1) Melakukan pemeriksaan untuk mengetahui ada atau tidaknya tanda
dan gejala infeksi
2) Memeriksa kulit pasien untuk mengetahui adanya kemerahan dann
kehangatan ekstrem
3) Memasukan injeksi ceftriaxon (antibiotik) 1gr melalui IV bolus
4) Memasukan obat ondansentron
c. Hari ke 3
1) Melakukan pemeriksaan untuk mengetahui ada atau tidaknya tanda
dan gejala infeksi
2) Memeriksa kulit pasien untuk mengetahui adanya kemerahan dann
kehangatan ekstrem
3) Memasukan injeksi ceftriaxon (antibiotik) 1gr melalui IV bolus
Evaluasi diagnosa ke 3 (SOAP akhir)
S: pasien mengatakan badan terasa lemas, mual (-), tidak adaa tanda
gejala infeksi
O: Pasien tampak membaik, tidak terlihat tanda dan gejla infeksi
A: masalah resio infeksi teratasi
N
o Indikator Awal Tujuan Akhir
1 Suhu tubuh 3 5 5
2 Integritas kulit 3 5 5
3 Jumlah leukosit 4 5 5
P: Pertahankan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
tubuh dan kesehatan berhubungan satu sama lain keampuan klien dalam
menata diri apabila tingkat kemampuan 0: mandiri, 1: dengan alat bantu, 2:
dibantu orang lain, 3: dengan bantun orang dan alat, 4: ketergantungan
penuh.
Pemeriksaan fisik adalah metode pengumpulan data yang sistematis
yang menggunakan observasi (yaitu indra penglihatan, pendengar, pencium,
dan peraba) untuk mendeteki masalah kesehatan ( Kozier, dkk, 2011).
Pendekatan pengkajian pemeriksaan fisik yang dilakukan penulis yaitu
secara head to toe yaitu observasi dari kepala secara berurutan sampai ke kaki
(keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, telinga, hidung, mulut dan
tenggorokan, leher, punggung, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal,
genetalia dan kaki ). Alasan penggunaan pemeriksaan fisik secara head to toe
adalah hasil pengkajian lebih spesifik dan memiliki urutan yang runtut dari
tubuh bagian atas sampai ujung kaki (Asmadi,2012 )
Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan tanda-tanda vital,
merupakan satu cara untuk mendeteksi adanya perubahan pada sistem tubuh.
Adanya perubahan tanda vital misalnya suhu tubuh dapat menunjukkan
keadaan metabolisme dalam tubuh, denyut nadi dapat menunjukkan
perubahan pada sistem kardiovaskuler yang dapat dikaitkan dengan denyut
nadi. Perubahan tanda vital dapat tetjadi bila tubuh dalam kondisi aktivitas
berat/ dalam keadaan sakit dan perubahan tersebut merupakan indikator
adanya gangguan sistem tubuh (Hidayat & Musrifatul, 2012)
Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi nadi ( nilai normal 60-100
x/menit), irama nadi teratur/tidak teratur, kualitas lemah atau kuat. Tekanan
darah (nilai normal diastolik 60-80, sistolik 90-130 mmHg) pernafasan (nilai
normal untuk dewasa yaitu 16-24 x/menit, irama pernafasa teratur atau tidak).
Suhu (nilai normal 36,0° - 37,5° c ) (Hidayat, 2013). Dari hasil observasi
tanggal 28 Januari 2020 penulis mendapatkan data kondisi umum pasien
lemah, kesadaran composmetis, GCS 15, TD: 100/60 mmHg, Nadi:
89x/menit, RR: 22x/menit, Suhu: 38,90C, BB: 57 kg, TB: 158 cm.
42
c. Resiko infeksi
Resiko infeksi adalah rentan mengalami invasi dan multiplikasi
organisme patogenik yang dapat menganggu kesehatan. Faktor resiko;
kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen, prosedur
invasif, gangguan integritas kulit, penurunan hemoglobin, leukopenia,
obesitas, supresi respons inflamasi Herdman dan Kamitsuru 2015)..
Diagnosa keperawatan resiko infeksi pada kasus ditemukan karena dari
44
b. Konstipasi
Konstipasi adalah penurunan frekuensi normal defekasi yang disertai
kesulitan atau pengeluaran fese tidak tuntas atau feses yag keras, kering
dan bayak. Batas karakteristik diagnosa konstipasi meliputi; bising usus
hipoaktif, feses keras dan berbentuk, massa abdomen yang dapat teraba,
mengejan saat defekasi, nyeri abdomen, nyeri pada saat defekasi,
45
BAB V
PENUTUP
48
A. Kesimpulan
1. Dari hasil pengkajian yang dilakukan penulis pada Ny. S diperoleh data
bahwa diagnosa medis Ny. S adalah Kista ovarium dan mempunyai
riwayat penyakit TBC pada tahun 2007 dan melakukan pengobatan
tuntas.
2. Diagnosa keperawatan yang dirumuskan pada kasus Ny. S dengan kista
ovarium, ditemukan nyeri akut b.d ageens cidera biologis, hipertermi b.d
proses penyyakit dan resiko infeksi.
3. Intervensi keperawatan yang dirumuskan untuk diagnosa lakukan
pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset,
frekuensi kualitas dan faktor pencetus, tentukan lokasi, kualitas dan
tingkatan nyeri pada pasien, observasi adanya petunjuk nonverbal
mengenai ketidaknyamanan, kendalikan faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon terhadap ketidaknyamanan, dukung istirahat /
tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri, ajarkan
penggunaan teknik nonfarmakologi seperti relaksasi nafas dalam,
kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi dokter. Untuk diagnosa
pantau suhu dan tanda – tanda vital lainnya, monitor warna kulit dan
suhu, monitor asupan dan keluaran kehilangan cairan, dorong konsumsi
cairan, berikan obat atau cairan IV (misalnya antipirektik, agen
antibakteri dan agen anti menggigil), anjurkan pasien menggunakan
pakaian ringan. Untuk diagnosa ; monitor adanya tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal, monitor kerentanan terhadap infeksi, periksa kulit
untuk mengetahui adanya kemerahan, kehangatan ekstrem, anjurkan
istirahat, kolaborasikan pemberian obat aantibiotik sesuai anjuran.
4. Implementasi untuk diagnosa nyeri akut berhubunga dengan agens cidera
biologis, hipotermi berhubungn dengan proses penyakit, dan resiko
infeksi dilakukan selama 3x24 jam. Implementasi diagnosa nyeri akut
yaitu menginjeksi keterolac 30 mg dan relaksasi nafas dalam, untuk
diagnosa hipertermi yaitu pemberian infus paracetamol dan menganjurka
49
B. Saran
1. Mahasiswa
Lebih termotivasi untuk mencari informasi atau menambah pengetahuan
dan wawasan dari buku atau tenaga kesehatan sehingga dapat mencegah
atau menangani gangguan sistem pernafasan ini.
2. Institusi Pendidikan
Penulis sangat mengharapkan kepada Stikes Serulingmas Cilacap untuk
menambah referensi terbaru tentang penyakit kista ovarium, untuk
mempermudah dalam pencarian sumber referensi materi penususnan
tinjauan teori pada asuhan keperawatan.
3. Rumah Sakit
Perlu adanya kerjasama antara ruangan dengan bagian tenaga kesehatan
yang lain untuk mengatasi masalah yang ada pada pasien.
50
DAFTAR PUSTAKA
Kozier ,B.,Glenora Erb, Audrey Berman dan Shirlee J.Snyder. (2010). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan ( Alih bahasa : Esty Wahyu ningsih, Devi
yulianti, yuyun yuningsih. Dan Ana lusyana ). Jakarta :EGC
Kozier ,B.,Glenora Erb, Audrey Berman dan Shirlee J.Snyder. (2010). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan ( Alih bahasa : Esty Wahyu ningsih, Devi
yulianti, yuyun yuningsih. Dan Ana lusyana ). Jakarta :EGC