Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling vital.
Oksigen dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan hidup metabolisme sel
sehingga dapat mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai sel/jaringan
atau organ. Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi karena
apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang maka akan terjadi
kerusakan pada jaringan otak dan apabila hal tersebut berlangsung lama
akan terjadi kematian. Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan
adalah system pernafasan, pesarafan dan kardiovaskuler.
Proses pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia dapat
dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui saluran pernafasan
membebaskaan aluran pernapasan dari sumbatan yang menghalangi
masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernapasan agar
berfungsi normal
Oksigen (O2) merupakan gas yang sangat vital dalam
kelangsungan hidup sel dan jaringan tubuh karena oksigen diperlukan
untuk proses metabolisme tubuh secara terus-menerus dan oksigen
diperoleh dari atmosfer melalui proses bernafas (Tarwoto & Wartonah,
2010).
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2).
Penambahan oksigen kedalam tubuh dapat dilakukan secara alami dengan
cara bernafas. Pernafasan atau respirasi merupakan proses pertukaran gas
antara individu dan lingkungannya. Pada saat bernafas tubuh menghirup
udara untuk mendapatkan oksigen dari lingkungan dan menghembuskan
udara untuk mengeluarkan karbondioksida ke lingkungan.

Oksigen yang dihirup akan diangkut melalui pembuluh darah ke


sel-sel tubuh. Di dalam sel-sel tubuh oksigen akan dibakar untuk
mendapatkan energi. Salah satu hasil pembakaran tersebut adalah karbon

1
dioksida. Karbon dioksida akan diangkut melalui pembuluh darah ke paru-
paru untuk kemudia dikeluarkan tubuh

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang perumusan masalah diatas, maka penulis
mengambil perumusan masalah “Bagaimana Melaksanakan Asuhan
Keperawatan yang Baik dan Benar pada Klien dengan Gangguan
Kebutuhan Oksigen”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan memperoleh pengalaman nyata dan perencanaan
asuhan keperawatan dasar pada pasien dengan gangguan kebuthan
oksigen di Ruang Kenanga RSUD Cilacap
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusu yang ingin dicapai dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini adalah penulis mampu:
a. Melakukan pengkajian keperawatan ganggua kebutuhan oksigen
b. Merumuskan diagnosa keperawatan ganguan kebutuhan oksigen
c. Merummuskan tujuan keperawatan gangguan kebutuhan oksigen
d. Menyusun rencana tindakan keperawatan gangguan kebutuhan
oksigen
e. Mengevaluasi tindakan keperawatan gangguan kebutuhan oksigen
D. Manfaat Penulisan
a. Mahasiswa
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang konsep dan teori
mengenai asuhan keperawatan dengan gangguan oksigenasi
b. Institusi
Sebagai referensi tentang asuhan keperawatan pada Ny.T dengan
gangguan oksigenasi di ruang Kenanga RSUD Cilacap

2
c. Rumah sakit
Memberikan masukan kepada tenaga kesehatan yang ada supaya
mempertahankan dan meningkatkan asuhan keperawatan secara
profesional agar terhindar dari kejadian yang tidak diinginkan yang
mungkin muncul.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel-
sel tubuh. Kebutuhan oksigen didalam tubuh harus terpenuhi karena
apabila berkurang maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan
apa bila berlangsung lama akan menyebebkan kematian. Apabila lebih
dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat
pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien
akan meninggal (Asmadi, 2008).
Proses pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia dapat
dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui saluran pernafasan,
pembebasan jalan nafas dari sumbatan yang menghalangi masuknya
oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernafasan agar
berfungsi secara normal. (Taqwaningtyas Ficka (2013) dalam Hidayat
dan Uliyah, 2005)
Pemberian oksigen berupa pemberian oksigen ke dalam paru-paru
melalui saluran pernafasan menggunakan alat bantu oksigen.
Pemberian oksigen pada klien dapat melalui tiga cara yaitu melalui
kateter nasal, kanual nasal dan masker oksigen.
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen lebih dari 21%
pada tekanan 1 atmosfer sehingga konsentrasi oksigen meningkat
dalam tubuh. (Kristina (2013) dalam Suryono dan Widianti,2010).
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen kedalam system kimia
dan fisika. Oksigen merupakan gas tidak berwarana dan tidak berbau
yang snagat dibutuhkan dalam metabolisme sel, sebagian hasilnya
terbentuk karbondioksida, energy dan air.

4
Sistem pernafasan berperan penting untuk mengatur pertukaran
oksigen dan karbondioksida antara udara dan darah. Oksigen
diperlukan sel untuk menghasilkan sumber energy, adenosine triposfat
(ATP), karbondioksida dihasilkan oleh sel-sel yang secara
metabolisme aktif dan membentuk asam, yang harus dibuang dari
tubuh. Untuk melakukan pertukaran gas, system kardiovaskuler dan
system respirasi harus bekerja sama. Sistem kardiovaskuler
bertanggung jawab untuk perfusi darah melalui paru-paru. Sedangkan
system pernafasan melakukan dua fungsi terpisah ventilasi dan respiasi
(Mardyudianto, Wahyu (2012) dalam Elisabeth J. Corwin, 2009)
2. Anatomi dan Fisiologi
Sruktur sisitem pernafasan
1. Sistem pernafasan atas
Terdiri atas mulut, hidung, faring dan laring. Pada hidung yang masuk
mengalami penyaringan, humidifikasi dan penghangatan. Faring terdiri
atas nasofaring dan orofaring yang kaya akan jaringan lomfoid yang
berfungsi menangkap dan menghancurkan kuman panthogen yang
masuk bersamaan udara. Laring atau jakun selain berperan sebagai
penghasil suara, laring juga berfungsi untuk mempertahankan
kepatenan dan melindungi jalan nafas dari air dan makanan yang
masuk.
2. Sistem pernafasan bawah
Terdiri atas trakea dan paru-paru yang dilengkapi dengan bronkus,
bronkiolus, aleveolus, jaringan kapiler paru dan pleura. Trakea
merupakan pipa membrane yang dikosongkan yang oleh cincin
kartilago yang menghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan
kiri. Paru-paru ada buah terletak dikana dan dikiri. Masing- masing
paru terdiri atas beberapa lobus (paru kanan 3 lobus dan paru kiri 2
lobus) dan di pasok oleh bronkus

5
Fisiologi Oksigen
Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:
a. Menghirup udara (inpirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui
saluran pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi: volume
rongga dada naik/lebih besar, tekanan rongga dada turun/lebih kecil.
b. Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu
gerakan pasif yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses
ekspirasi: volume rongga dada turun/lebih kecil, tekanan rongga dada
naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga
tahapan, yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh
beberapa faktor:
1) Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu
tempat, maka tekanan udaranya semakin rendah.
2) Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
3) Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk
mengembang di sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah
kemampuan untuk mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.
b. Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler
paru-paru dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Luasnya permukaan paru-paru.

6
2) Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel
alveoli dan interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi
apabila terjadi proses penebalan.
3) Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi
sebagaimana O² dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi
karena tekanan O² dalam rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan
O² dalam darah vena vulmonalis.
4) Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat
HB.
c. Transportasi gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke
jaringan tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1) curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
2) kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan
darah secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.
3. Faktor- Faktor yang mempengaruhi kebutuhan Oksigen
1. Faktor fisiologi
a. Menuruunnya kemampuan mengikat O2 seperti pada anemia.
b. Menurunnya konsentrasi O2 diinspirasi seperti pada obstruksi
saluran pernafasan bagian atas.
c. Hipovolemia, sehingga tekanan darah menurun yang
mengakibatkan terganggunya oksigen.
d. Mengikatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, luka
dll.
e. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan didnding dada seperti
pada kehamilan, obesitas, muskus skleton yaabnormal, penyakit
kronis seperti TBC paru.
2. Faktor Perkembangan
a. Bayi premature yang disebabkan kurangnya pembentukan
surfktan.

7
b. Bayi dan toddler, adanya risiko infeksi saluran pernafasan akut.
c. Usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernafan dan
merokok.
d. Dewasa muda dan pertengahan, diet yang tidak sehat, kurang
aktifitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-
paru.
e. Dewasa tua, adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosclerosis, elastisitas menurun, ekspansi
paru menurun.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi
b. Exercise, akan menikatkan kebutuhan oksiigen
c. Merokok
d. Subtanse abuse (obat-obatan alkohol)
e. Kecemasan, menyebabkan metabolism meningkat
4. Faktor Lingkungan
a. Tempat kerja atau polusi
b. Suhu lingkungan
c. Ketinggian tempat dari permukaan laut

4. Penatalaksanaan Medis

1. Pemantauan Hemodinamika
2. Pengobatan bronkodilator
3. Melakukan tindakan delegative, dalam pemeberian medikasi oleh
dokter missal, nebulizer, oksigenasi menggunakan kanul nasal,
masker oksigen atau membatu pemberian oksigen jika diperlukan
4. Penggunaan ventilator mekanik
5. Fisioterapi dada

8
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian Fokus Oksigenasi

a. Data objektif

1. Dispnea kesulitan bernafas dan merupakan persepsi subjektif


kesulitan bernafas yang mencangkup komponen fisiologis dan
kognitif.
2. Mengi jalan nafas yang sebagian tersumbat atau menyempit pada
saat inspirasi atau ekspirasi.
3. Terlihat penggunaan otot bantu pernafasan.
4. Klien tampak gelisah.

b. Data subjektif

Merupakan keluhan pasien seperti pasien mengatakan nyeri pada


dadanya dan mengeluh sesak nafas.

c. Pemeriksaan Fisik

Kondisi dan warna kulit diperhatikan selama pemeriksaan toraks


(pucat, biru, kemerahan). Kaajai tingkat kesadaran klien
orientasikan selama pemeriksaan untuk menentukan kecukupan
pertukaran gas. Melakukan pengkajian inspeksi palpasi, perkusi dan
auskultasi.
a. Inspeksi: perhatikan manifestasi distress pernafasan saat ini
posisi yang nyaman,takipena,mengap-
mengap,sianosis,mulut terbuka,cuping hidung mengembang,
dispea,warna kulit wajah dan bibir dan penggunaan otot-otot
bantu pernafasan.
b. Palpasi: dilakukan dengan menggunakan tangan untuk
meraba struktur diatas atau dibawah permukaan tubuh. Dada
di palpasi untuk mengevaluasi kulit dan dinding dada.
c. Perkusi: tekhik pengkajian yang menghasilkan bunyi dengan
mengetuk dindimg dada dengan tangan atau jari bunyi yang

9
dihasilkan dengan sifat akuistiknya resonan, hipersonan,
pekak, timpani.
d. Auskultasi mendengarkan bunyi menggunakan stetoskop
dengan mendengarkan paru-paru ketika klien bernafas
melalui mulut, mengkaji karakter bunyi pernafasan, adanya
bunyi nafas tambahan dan karakter suara yang diucapkan
atau dibidikan.
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Gangguan pertukaran Gas
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Ketidakbersihan jalan nafas

3. Intervensi

1. Gangguan Pertukaran Gas


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan respon ventilasi klien dapat efektif dengan kriteria
hasil:
Tabel Indikator respon ventilasi mekanik: dewasa

No Indikator Awal Tujuan Akhir


1 Kesulitan mengatakan kebutuhan 4 5
2 Kegelisahan 4 5
Kesulitan bernafas dengan
3 ventilator 5 5

Keterangan
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi cukup-cukup berat dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal

10
Intervensi

a. Memonitor kecepatan irama, kedalaman bernafas


b. Monitor suara nafas tambahan
c. Kaji perlunya penyedotan jalan nafas dengan auskultasi suara nafas
ronkhi paru
d. Catat onset karakteristik dan durasi batuk
e. Berikan terapi nafas jika di perlukan
2. Ketidakefektifan pola nafas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x24 jam
diharapkan ststus penafasan klien normal dengan kriteria hasil
Tabel Indikator status pernafasan

No Indikator Awal Tujuan Akhir


1 Frekuensi pernfasan 3 5
2 Irama pernafasan 3 5
3 Kedalaman Inspirasi 4 5
4. Suara auskultasi nafas 4 5

Keterangan
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi cukup-cukup berat dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal

Intervensi

a. Monitor kecepatan irama, kedalaman dan kesulitan bernafas


b. Catat pergerakan didnding dada, catat ketidaksimetrisan
penggunaan otot-otot bantu nafas dan retraksi pada otot
supraclaviculas dan interkosa
c. Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok atau mengi

11
d. Monitor pola nafas (misalnya bradipneu, takipneu, hiperventilasi
pernafasan kusmaul, pernafasan 1:1, apneustik, respirasi biot dan
pola ataxic)
e. Monitor kelelahan otot otot diafragma dengan pergerakan paroksisl

3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan


status kepatenan jalan nafas klien normal dengan kriteria hasil

Tabel Indikator

No Indikator Awal Tujuan Akhir


1 Penggunaan cuping hidung 3 5
2 Batuk 3 5
3 Akumulasi sputum 3 5

Keterangan
1. Sangat Berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak Ada

Intervensi

a. Monitor status pernafasan dan oksigenasi


b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c. Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif
d. Buang secret dengan meotivasi pasien untuk melakukan batuk
efektif
e. Kelola nebulizer

12
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian

Asuhan keperawatan pada Ny. T di Ruang Kenanga RSUD


Cilacap dengan gangguan kebutuhan oksigenasi. Dengan ini
penulis mengkaji Ny. T pada hari Sabtu, 21 Juli 2018 pukul 09.00
WIB dan di kelola selama 3 hari.

1. Identitas Klien

Pada data biografi didapatkan bahwa pasien bernama Ny.T,


berumur 53 tahun, jenis kelamin peremuan, pasien sudah menikah,
alamatnya Sidamulya Kawunganten, pasien beragama islam,
Pendidikan terakhir pasien adalah SD, pekerjaan ibu rumah tangga,
pasien masuk rumah sakit pada tanggal 15 Juli 2018. Sumber
informasi di dapatkan dari pasien dan rekam medik rumah sakit.

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan utama saat masuk rumah sakit yaitu pasien mengatakan


batuk, sesak nafas, dan mual muntah. Keluhan utama saat
pengkajian pasien mengatakan sesak nafasnya bekurang setelah
terpasang oksigen, akan tetapi ketika batuk secret/sputumnya tidak
bisa keluar, masih merasakan mual dan muntah

b. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit TBC, sudah 3


tahun yang lalu, dan mempunyai riwayat penyakit jantung sudah 1
tahun dan klien rutin melakukan terapi pengobatan penyakit TBC
dan penyakit jantung

13
c. Riwayat penyakit keluarga

Pasien mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang


mempunyai penyakit TBC dan penyakit Jantung.

d. Diagnosa medis, pada saat masuk rumah sakit, pemeriksaan


penunjang dan tindakan yang telah dilakukan.

Diagnosa medis yaitu Bekas TBC, Pneumonia, Chephalgia, CPC


Dekompensata. Tindakan yang telah di lakukan infus RL 20 tmp,
oksigennasi menggunakannasal kanul, pemasangan kateter dan
tindakan nebulizer

3. Pengkajian Fungsional Gordon

Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan pasien mengatakn


bahwa kesehatan itu penting, terbukti dengan pasien melakukan
pengobatan rutin untuk penyembuhan penyakitnya dan ketika
sakit pasien meminta keluarganya untuk di bawa ke RS terdekat
untuk mendapatkan pelayanan dan perawatan kesehatan yang
tepat.

Pola nutrsi/metabolik sebelum sakit pasien dianjurkan melakukan


diit rendah garam sesuai perintah dokter tidak boleh memakan
makanan yang asin-asin, selama dirawat dirumah sakit pasien
mengatakan melakukan diit TKTP, memakan makanan lunak
(bubur kasar) makanan dicerna melalui oral/mulut. Sebelum sakit
makan sehar 3x dengan nasi dan sayur, selam sakit nafsu makan
menurun, makan tidak menentu kadang hanya 3 sendok makan,
paling banyak habis ¼ porsi makan/hari.Pasien juga mengatakn
sebelum sakit minum air putih kurang lebih 8 gelas/hari
sedangkan selama sakit pasien mengatakan tidak boleh minum
lebih dari 8 gelas, pasien minum 4-5 gelas perhari

14
Pola eliminasi sebelum sakit pasien mengatakan BAB lancar satu
hari 1x sedangkan selama sakit, selama 1 minggu di rawat di RS
pasien mengatakan baru sekali BAB, pasien juga mengatakan
sebelum sakit BAKnya lancar 5x/hari sedangkan selama sakit
pasien BAK menggunakan selang kateter/menggunakan alat
bantu, keluarga klien membuang urin klien yang di tampung di
urine bag dibuang sehari 4 kali dengan jumlah urine 600 ml,
dalam sehari pasien BAK 2400 ml.

Pola aktivitas dan latihan pasien mengatakan sebelum sakit selalu


beraktifitas seperti memasak dan bersih- bersih, dan selama sakit
pasien mengatakan aktivitasnya terganggu, seperti makan/minum,
ambulasi/ROM pasien bisa sendiri sedangkan mandi, toileting,
berpakaian, mobolitas di tempat tidur, berpindah pasien bantu
orang lain

Pola tidur dan istirahat sebelum sakit pasien mengatakan tidur


hanya 3-4 jam dengan kualitas tidur tidak nyenyak, sedangkan
selama sakit pasien mengatakan tidur hanya 1-2 jam bangun
kemudian tidur lagi dengan kualitas tidur tidak nyenyak

Pola persepsual pasien mengatakn sebelum sakit pasien


mengatakan semua panca indranya masih berfungsi dengan baik
sedangkan saat sakit pasien mengtakan indra pengecapannya
terganggu yaitu lidah merasakan pahit

Pola persepsi diri sebelum sakit pasien mengatakan cemas dengan


kondisi kesehatannya saat ini sedangkan selama sakit pasien
mengatakan ingi cepat sembuh dan ingin segera pulang dengan
kondisi yang sehat.

Pola seksualitas dan reproduksi sebelum sakit pasien mengatakan


menstruasi tidak menentu kadang menstruasi 3 bulan sekali

15
kadang 5 bulan sekali sedangkan selama sakit pasien mengatakan
belum menstruasi

Pola peran hubungan sebelum sakit klien mengatakan mempunyai


hubungan yang baik dengan keluarga sedangkan selama sakit
pasien mengatakan pola hubungan dengan keluargannya masih
tetap baik.

Pola management dan koping stress sebelum sakit pasien


mengatkan sedikit stress dan cemas akan kondisinya.

Sistim nilai dan keyakinan sebelum skit pasien mengatakan selalu


menjalankan sholat 5 waktu sedangkan selama sakit pasien jarang
melakukan sholat 5 waktu.

4. Pemeriksaan Fisik
Saat dilaakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil yaitu
kesadaran composmetis dengan KU cukup, Tanda -tanda vital
(TTV), berupa Tekanan Darah 120/80 mmHg, RR 26x/mnt, ND
80x/mnt, S 360C, TB 155 cm, BB 48 kg. Kepala bentuk simetris
tidak ada benjolan, rambut rontok dan sedikit beruban. Mata
simetris, konjungtiva anemis, bulu mata ada, penglihatan mata
jelas dan kantung mata berwarna hitam. Hidung bentuknya
simetris, tidak ada pembengkakan, hidun g bersih. Telinga
bentuknya simetis, bersih pendengaran jelas dan tidak
menggunakan alat bantu. Mulut, bibir lembab, tidak ada lesi, gigi
bersih tetapi gigi ada yang bolong disebelah kanandan lidah
normal. Leher bentuk simetristidak ada pembesaran dan tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada nyeri tekan. Pemeriksaan
thorak, Payudara bentuk simetris, tidak ada luka, tidak ada nyeri
tekan, Jantung inspeksi ictus kordis tidak tampak, Palpasi tidak
ada nyeri tekan, Perkusi redup, Auskultasi regular. Paru-paru
inspeksi simetris, palpasi tidak ada nyeri tekan, perkusi redup dan

16
auskultasi paru ronkhi. Abdomen inspeksi simetris tidak ada yang
luka, auskultasi bising usus 10x/mnt, perkusi bunyi timpani,
palpasi tidak ada nyeri tekan. Genetalia jenis kelamin perempuan,
tidak ada kelainan, terpasang kateter, genetalia bersih. Punggung
tidak ada luka, tidak ada kelainan tulang belakang. Ekstermitas
atas dan bawah, bentuk tanagn simetris, pada tangan kiri terpasang
infus, tidak ada edema, Bentuk kaki simetris tidak ada kelainan
kekuatan otot semua anggota ekstermitas atas dan bawah.
5. Program Terapi
Infus RL 20 tpm, injeksi iv dexamethasone 1gr/8 jam, obat
oral aspilet 1x1, pemasangan oksigen, injeksi iv citicoline
500mg/12 jam, injeksi ceftriaksone 1gr/12jam, pemasangan
nebulizer (Ventolin 2.5 mg)
6. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan instalasi radiologi, Foto Thorak PA,
tanggal 17/7/18 yaitu: Cor besar dan bentuk normal, Pulmo
tampak fibroinfiltrat disupra-parahiler kanan kiri dengan
banyangan radiopaque di paracardial kiri, Sinus phenicocostalis
kanan dan kiri tajam, Kesimpulan TB paru dengan granuloma TB
pada lobus inferior paru kiri
Hasil laboratorium pada tanggal 17/7/18 yaitu asam urat 4.2
mg/dL, kolesterol total 136 mg/dL, kolesterol HDL 35 mg/dL,
kolesterol LDL 91 mg/dL, trigliserida 73 mg/dL, natrium 128
mEq/L, kalium 3,8 mEq/L, klorida 91 mEq/L.
Hasil pemeriksaan radiologi pada tangal 19/7/18 yaitu foto
CT kepalam irisan axial, tampak penurunan densitas pada white
matter seluruh hemisphere dengan penyempitan ventrikel lateralis
kanan kiri, tak tampak midline shifting, sulci dan gri normal, pons
cerebellum dan cerebellopointine angel normal ,tak tampak
klasifikasi abnormal orbita sinus paranalis dan mastoid kanan kiri
normal, cranio cerebral space tak tampak melebar,clavaria intake,

17
tak tampak osteodestruksi, kesimpilan suspect vasogenic cerebral
edema.
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital TD 120/80mmHg, ND
80x/mnt, RR 24x/mnt, S 36,60C.

B. Analisa Data dan Perumusan Diagnosa Keperawatan

1. Analisa data
Tabel Analisa data
Tanggal Data Penyebab Masalah
22 Juli Ds: Pasien mengatakan sesak Ansietas Ketidakefektifana
2018 nafas pola nafas
Do: Pasien tampak cemas,
pasien tampak
menggunakan otot bantu
pernafasan dan
menggunakan cuping
hidung
RR : 26x/mnt
22 Juli Ds: Pasien mengatakan batuk Sekresi yang Ketidakefektifan
2018 dan tidak mengeluarkan bertahan bersihan jalan
sekret/dahak nafas
Do: Batuk yang tidak efektif
dan terjadinya perubahan
pola nafas
Sekret yang menyumbat
saluran pernafasan
Batuk tidak mengeluarkan
dahak
RR : 26x/mnt
Sura paru ronkhi

22 Juli Ds: Pasien mengatakan mual Rasa makanan Mual


2018 dan muntah /minuman yang
Do: Setiap pasien tidak enak
makan,makanan yang
dimakan selalu
dikeluarkan tetapi jika air
hangat bisa masuk dan
bisa ditelen

Pasien terlihat lemas

1. Perumusan Diagnosa Keperawatan


a. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d ansietas

18
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi yang
bertahan
3. Mual b.d rasa makanan minuman yang tidak enak
b. Prioritas diagnosa keperawatan per hari
1.) Hari ke 1
a. Ketidakefektifan pola nafas b.d ansietas
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi yang bertahan
2.) Hari ke 2

a.. Ketidakefektifan pola nafas b.d ansietas

b.. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi yang


bertahan

c. Mual b.d rasa makanan minuman yang tidak enak

3.) Hari ke 3

1. Ketidakefektifan pola nafas b.d ansietas


2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi yang
bertahan
3. Mual b.d rasa makanan minuman yang tidak enak

C. Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi

1. Ketidakfektifan pola nafas


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x24 jam diharapkan
ststus penafasan klien normal dengan kriteria hasil
Tabel Indikator status pernafasan

No Indikator Awal Tujuan Akhir


1 Frekuensi pernfasan
2 Irama pernafasan
3 Kedalaman Inspirasi
4. Suara auskultasi nafas

19
Keterangan
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi cukup-cukup berat dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal

Intervensi

1. Monitor kecepatan irama, kedalaman dan kesulitan bernafas


2. Catat pergerakan di dnding dada, catat ketidaksimetrisan
penggunaan otot-otot bantu nafas dan retraksi pada otot
supraclaviculas dan interkosa
3. Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok atau mengi
4. Monitor pola nafas (misalnya bradipneu, takipneu, hiperventilasi
pernafasan kusmaul, pernafasan 1:1, apneustik, respirasi biot dan
pola ataxic)
5. Monitor kelelahan otot otot diafragma dengan pergerakan
parasoksikal

Implementasi

1. Hari ke 1
a. Melakukan monitoring pernafasan
b. Pemasangan infus RL 20 tpm
c. Memposisikan pasien semi fowler
d. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
e. Mencatat pengunaan otot bantu pernafasan
f. Memberikan memberikan oksigenasi menggunkan nasal kanul
2. Hari ke 2
a. Memberikan terapi obat injeksi Iv dexamethasone 1gr/8 jam
b. Memonitor pernafasan kilen
c. Memonitor suara nafas tambahan

20
d. Injeksi IV citicoline 500 mg/12j

3. Hari ke 3
a. Melakukan pemeriksaaan tanda-tanda vital
b. Mengobservasi status respirasi dan isi tabung O2
c. Mencatat penggunaan otot bantu pernafasan dan mengkaji
suara nafas tambahan
d. Pemberian obat oral Aspilet 1x1

Evaluasi :

S : Pasien mengatakan sesak nafas hilang

O : auskultasi suara nafas klien sudah tidak ngorok,pasien tampak


bernafas dengan normal dan tidak menggunakan otot bantu
pernafasan / cuping hidung

TD: 130/80 mmHg

ND: 80 x/ menit

RR: 20 x / menit

S: 36° C

A: masalah ketidakefektifa pola nafas teratasi

No Indikator awal tujuan akhir

1. Frekuensi pernafasan 4 5 5
2. Irama pernafasan 4 5 5
3. Kedalaman inspirasi 4 5 5

Keterangan:

1. Deviasi berat dari kisaran normal

2. Deviasi yang cukup dari kisaran normal

21
3. Deviasi sedang dari kisaran normal

4. Deviasi ringan dari kisaran normal

5. Tidak ada dari kisaran normal

P : Hentikan Intervensi

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan


status kepatenan jalan nafas klien normal dengan kriteria hasil

Tabel Indikator

No Indikator Awal Tujuan Akhir


1 Penggunaan cuping hidung 3 5
2 Batuk 3 5
3 Akumulasi sputum 3 5

Keterangan
1. Sangat Berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak Ada

Intervensi

1. Monitor status pernafasan dan oksigenasi


2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif
4. Buang secret dengan meotivasi pasien untuk melakukan batuk
efektif

22
5. Kelola nebulizer (Ventolin 2,5 mg)
Hari ke 1
a. Melakukan monitoring pernafasan
b. Melakukan pemeriksaan TTV
c. mengganti infus RL 20 tpm
d. Memposisikan pasien semi fowler
e. Memberikan memberikan oksigenasi menggunkan nasal kanul
Hari ke 2
a. Memberikan terapi obat injeksi Iv dexamethasone 1gr/8 jam
b. Memonitor faktor penyebab mual
c. Mengajarkan kepada klien untuk melakukan batuk efektif

Hari ke 3

a. Melakukan pemeriksaaan tanda-tanda vital


b. Mengobservasi status respirasi dan isi tabung O2
c. Mencatat penggunaan otot bantu pernafasan dan mengkaji
suara nafas tambahan
d. Pemberian obat oral Aspilet 1x1
e. Mengkolaborasikan tindakan nebulizer (Ventolin 2,5 mg)
untuk mempermudah batuk dan mempermudah mengeluarkan
secret

Evaluasi

S: Pasien mengatakn sesak nafas hilang tatapi masih batuk

O: Batuk ringan dan sudah bisa mengeluarkan secret

A: Masalah belum teratasi

Tabel Indikator status pernafasan: kepatenan jalan nafas

No Indikator Awal Tujuan Akhir


1 Penggunaan cuping hidung 3 5 5

23
2 Batuk 3 5 4
3 Akumulasi sputum 3 5 4

Keterangan
1. Sangat Berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak Ada

P: Lanjutkan intervensi 3,5

3. Mual

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam


diharapkan mual dan muntah pada klien hilang dengan kriteria hasil

Tabel Indikator mual dan muntah: efek yang mengganggu

No Indikator Awal Tujuan Akhir


1 Asupan makanan berkurang 4 5
2 Perubahan asam/basa 4 5
3 Kehilangan selera makan 3 5

Keterangan

1. Parah
2. Banyak
3. Cukup
4. Sedikit
5. Tidak ada

Intervensi

1. Monitor dari manajemen mual secara keseluruhan


2. Observasi tanda-tanda nonverbal dari ketidaknyamanan

24
3. Lakukan kebersihan mulut sesering mungkin untuk
meningkatan kenyamanan
4. Ajari penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi) untuk
mengatasi mual
5. Dorong pola makan dengan porsi sedikit makanan yang
menarik bagi pasien
6. Instruksikan mengenai diit tinggi karbohidrat dan rendah
lemak yang sesuai

Implementasi

Hari ke 1
a. Melakukan TTV
b. Memonitor faktor penyebab mual
c. Mengobervasi tanda ketidaknyamanan menenai mual
d. Memasang infus RL 20 tpm
Hari ke 2
a. Memberikan terapi obat injeksi Iv dexamethasone 1gr/8 jam
b. Memonitor factor penyebab mual
c. Melakukan tekhik nonfarmakologi seperti relaksasi untuk
mengatasi mual
d. Memberikan makanan yang menarik agar menambah selera
makan
e. Memerintahkan kepada keluarga untuk menjaga kebersian
mulut klien

Hari ke 3

a. Memberikan terapi obat injeksi Iv dexamethasone 1gr/8 jam


b. Memonitor factor penyebab mual
c. Melakukan tekhik nonfarmakologi seperti relaksasi untuk
mengatasi mual

25
d. Memberikan makanan yang menarik agar menambah selera
makan
e. Memerintahkan kepada keluarga untuk menjaga kebersian
mulut klien

Evaluasi

S: Pasien mengatakan sudah tidak merasakan mual, muntah dan nafsu


makan mulai meningkat

O: Pasien terlihat tidak mual dan muntah

A: Masalah teratasi

Tabel Indikator mual dan muntah: efek yang mengganggu

No Indikator Awal Tujuan Akhir


1 Asupan makanan berkurang 3 5 5
2 Perubahan asam/basa 4 5 5
3 Kehilangan selera makan 3 5 5

Keterangan

1.Parah
2.Banyak
3.Cukup
4.Sedikit
5.Tidak ada

P: Hentikan Intervensi

26
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas tentang pelaksanaan Asuhan


Keperawatan pada Ny.T dengan gangguan Oksigenasi di ruang Kenanga RSUD
Cilacap mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Pembahasan ini, penulis
mencoba untuk mengkaitkan antara referensi yang didapat tentang pasien dengan
kondisi pasien.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah salah satu dari komponen proses keperawatan yang
merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali
permasalahan pasien, meliputi usaha pengumpulan data dan membuktikan
data tentang status kesehatan seorang pasien. Keahlian dalam melakukan
observasi, komunikasi, wawancara, dan pemeriksaan fisik sangat penting
untuk mewujudkan fase proses keperawatan (Muttaqin, 2009).
Pada tahap pengkajian hal-hal yang dikaji sesuai dengan konsep
keperawatan yaitu identifikasi, status kesehatan, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga dan pengkajian pola
fungsional Gordon. Alasan penulis menggunakan pola pengkajian fungsional
gordon adalah pola fungsional gordon ini mempunyai aplikasi luas untuk para
perawat dengan latar belakang pratek yang beragam. Setiap pola merupakan
suatu rangkaian perilaku yang membantu perawat mengumpulkan,
mengorganisasikan, dan memilah-milah data (Judith M, Wilkinson, 2012).
Pada saat pengkajian, penulis memperoleh data fokus bahwa pasien
mengeluh sesak nafas. Pada data objektif ditemukan pasien tampak sesak
nafas dan nafas tidak teratur, cepat dan suara abnormal.
Pemeriksaan fisik adalah metode pengumpulan data yang sistematis
yang menggunakan observasi (yaitu indra penglihatan, pendengar, pencium,
dan peraba) untuk mendeteki masalah kesehatan ( Kozier, dkk, 2011).
Pendekatan pengkajian pemeriksaan fisik yang dilakukan penulis yaitu
secara head to toe yaitu observasi dari kepala secara berurutan sampai ke kaki

27
(keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, telinga, hidung, mulut dan
tenggorokan, leher, punggung, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal, genetalia
dan kaki ). Alasan penggunaan pemeriksaan fisik secara head to toe adalah
hasil pengkajian lebih spesifik dan memiliki urutan yang runtut dari tubuh
bagian atas sampai ujung kaki (Asmadi,2008 )
Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan tanda-tanda vital,
merupakan satu cara untuk mendeteksi adanya perubahan pada sistem tubuh.
Adanya perubahan tanda vital misalnya suhu tubuh dapat menunjukkan
keadaan metabolisme dalam tubuh, denyut nadi dapat menunjukkan
perubahan pada sistem kardiovaskuler yang dapat dikaitkan dengan denyut
nadi. Perubahan tanda vital dapat tetjadi bila tubuh dalam kondisi aktivitas
berat/ dalam keadaan sakit dan perubahan tersebut merupakan indikator
adanya gangguan sistem tubuh (Hidayat da Musrifatul, 2012)
Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi nadi ( nilai normal 60-100
x/menit), irama nadi teraturr/tidak teratur, kualitas lemah atau kuat. Tekanan
darah (nilai normal diastolik 60-80, sistolik 90-130 mmHg) pernafasan (nilai
normal untuk dewasa yaitu 16-24 x/menit, irama pernafasa teratur atau
tidak). Suhu (nilai normal 36,0° - 37,5° c ) (Hidayat, 2013)
Pemeriksaan fisik pernafasan pada klien dengan gangguan kebutuhan
dasar oksigenasi merupakan pemeriksaan fokusyang terdiri dari inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi (Muttaqin, 2008). Pada pemeriksaan
abdomen dengan inspeksi di dapatkan perut simetris, tidak ada lesi, pada
palpasi tidak ada nyeri tekan, genetalia bersih, tidak ada luka dan
perdarahan.

B. Analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan didefinisikan sebagai penilaian klinis tentang


pengalaman/ respon individu, keluarga, kelompok, atau komunitas tehadap
masalah kesehatan/ proses kehidupan aktual atau potensial, dan memberi
dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang dapat
dipertanggungjawabkan (T.Heather Herdman,& Shigemi Kamitsuru 2015).

28
1. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus yang sesuai dengan
teori
a) Ketidakefektifan pola nafas, adalah inspirasi dan/ atau ekspirasi yang
tidak memberi ventilasi adekuat (T. Heather Herdman & Shigemi
Kamitsuru 2015).

Diagnosa keperawatan ketidakefektifan pola nafas ditegakkan


karena data hasil pengkajian pasien mengatakan sesak nafas di tandai
dengan pasien tampak gelisah, pasien tampak menggunakan otot bantu
pernafasan dan menggunakan cuping hidung RR: 24x/mnt
Etiologi ditegakkan ansietas pasien tampak gelisah karena sesak
nafas. Tindakan yang telah dilakukan untuk diagnosa ketidakefektifan
polanafas adalah pemberian posisi semifowler, pemberian terapi
oksigen, mengauskultasi suara nafas tambahan serta memonitor status
pernafasan pasien, tindakan tersebut telah dilakukan selama 3 hari dan
masalah ketidakefektifan polanafas teratasi semua karena pasien
mengatakan sesak nafas hilang dan nasal kanul yang terpasang sudah
di lepas
b) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi yang bertahan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan
untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan
untuk mempertahankan bersihan jalan nafas (T.Heather Herdman,&
Shigemi Kamitsuru 2015).
Diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
ditegakkan karena data hasil pengkajian pasien mengatakan sesak
nafas yang disertai dengan batuk serta didapatkan hasil rontgen thorak
pa, dengan hasil TB paru dengan granuloma TB pada lobus inferior
paru kiri.
Etiologi ditegakkan sekresi bertahan karena pada data hasil
pengkajian didapatkan pasien mengatakan batuk dan tidak
mengeluarkan sekret. Tindakan yang telah dilakukan untuk diagnosa
ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah pemberian posisi
semifowler, pemberian terapi nebulizer, memotivasi pasien untuk

29
melakukan batuk efektif, mengauskultasi suara nafas tambahan serta
memonitor status pernafasan pasien, tindakan tersebut telah dilakukan
selama 3 hari dan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas
belum teratasi semua karena masih ada batuk ringan yang
mengganggu pasien.
c). Mual, adalah suatu fenomena subjektif tentang rasa tidak nyaman
pada bagian belakang tenggorokan atau lambung, yang atau tidak
dapat mengakibatkan muntah (T. Heather Herdman & Shigemi
Kamitsuru 2015).
Etiologi di tegakkan rasa makanan dan minuman yang tidak enak
karena pasien setiap kali makan selalu d buang/ mual muntah tetapi
jika minum air hangat, minuman itu bisa d telen. Tindakan yang telah
di lakukan untuk diagnose mual adalah melakukan TTV, memonitor
faktor penyebab mual, mengobervasi tanda ketidaknyamanan menenai
mual, memberikan terapi obat injeksi Iv dexamethasone 1gr/8 jam,
memerintahkan kepada keluarga untuk menjaga kebersian mulut
klien. Tindakan tersebut telah dilakukan selama 3 hari dan masalah
mual teratasi semua karena pasien sudah tidak merasakan mual dan
muntah sehingga nafsu makan mulai membaik.

30
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dari hasil pengkajian yang dilakukan penulis pada Ny. T diperoleh data
bahwa diagnosa medis Ny.T adalah bekas TBC,
pneumonia,chepalgia,cpc dekompensata
2. Diagnosa keperawatan yang dirumuskan pada kasus Ny. T dengan
gangguan oksigenasi, ditemukan ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan ansietas, ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan sekresi yang bertahan, mual berhubungan dengan
rasa makanan dan minuman yang tidak enak.
3. Intervensi keperawatan yang dirumuskan untuk diagnosa
ketidakefektifan pola nafas adalah memposisikan semifowler, pemberian
terapi oksigen,mengauskultasi suara nafas tambahan serta memonitor
status pernafasan pasien. Untuk diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan
nafas adalah memposisikan semifowler, pemberian terapi nebulizer,
memotivasi pasien untuk melakukan batuk efektif, mengauskultasi suara
nafas tambahan serta memonitor status pernafasan pasien. Untuk
diagnose mual memonitor faktor penyebab mual, mengobervasi tanda
ketidaknyamanan mengenai mual, memberikan terapi obat,
memerintahkan kepada keluarga untuk menjaga kebersian mulut klien
4. Implementasi untuk diagnosa ketidakefektifan pola nafas,
ketidakefektifan bersihan jalan nafas dan mual dilakukan selama 3x24
jam. Implementasi diagnosa ketidakefektifan pola nafas dengan
memberikan terapi oksigen. Implementasi diagnose ketidaefektifan
bersihan jalan nafas yaitu memberikan teraoi nebulizer, dan untuk
diagnose mual memberikan terapi obat injeksi dexamethasone 1gr/8 jam
5. Evaluasi pada catatan perkembangan pasien menggunakan SOAP dengan
diagnosa ketidakefektifan pola nafas dan mual telah teratasi dan diagnosa
ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi.

31
B. Saran
1. Mahasiswa
Lebih termotivasi untuk mencari informasi atau menambah pengetahuan
dan wawasan dari buku atau tenaga kesehatan sehingga dapat mencegah
atau menangani gangguan oksigenasi ini.
2. Institusi Pendidikan
Perlu ditingkatkan pembelajaran pada mahasiswa Akper Serulingmas
tentang pembelajaran praktek yang sesuai dengan teori.
3. Rumah Sakit
Perlu adanya kerjasama antara ruangan dengan bagian tenaga kesehatan
yang lain untuk mengatasi masalah yang ada pada pasien.

32
DAFTAR PUSTAKA

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2728
Uliyah, Musrifatus.S.K.P,dkk.2004.Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta.
Buku Kedokteran EGC
Dr.Saputra Lyndon. 2013.Kebutuhan Dasar Manusia.Tanggerang
Selatan.Binarupa Aksara
Herdman.T Heather,2015. Nanda International Inc.diagnosis
keperawatan, Definini & Klasifikasi 2015-2017, Jakarta .EGC
Bulechek Gloria M,dkk:2016:Nursing Interventions Clasification
(NIC):Indonesia: CV. Mocomedia
Moorhead Sue,dkk:2016:Nursing Outcomes Clasification
(NOC):Indonesia:CV.Mocomedia

33
LAMPIRAN

34

Anda mungkin juga menyukai