PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling vital.
Oksigen dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan hidup metabolisme sel
sehingga dapat mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai sel/jaringan
atau organ. Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi karena
apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang maka akan terjadi
kerusakan pada jaringan otak dan apabila hal tersebut berlangsung lama
akan terjadi kematian. Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan
adalah system pernafasan, pesarafan dan kardiovaskuler.
Proses pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia dapat
dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui saluran pernafasan
membebaskaan aluran pernapasan dari sumbatan yang menghalangi
masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernapasan agar
berfungsi normal
Oksigen (O2) merupakan gas yang sangat vital dalam
kelangsungan hidup sel dan jaringan tubuh karena oksigen diperlukan
untuk proses metabolisme tubuh secara terus-menerus dan oksigen
diperoleh dari atmosfer melalui proses bernafas (Tarwoto & Wartonah,
2010).
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2).
Penambahan oksigen kedalam tubuh dapat dilakukan secara alami dengan
cara bernafas. Pernafasan atau respirasi merupakan proses pertukaran gas
antara individu dan lingkungannya. Pada saat bernafas tubuh menghirup
udara untuk mendapatkan oksigen dari lingkungan dan menghembuskan
udara untuk mengeluarkan karbondioksida ke lingkungan.
1
dioksida. Karbon dioksida akan diangkut melalui pembuluh darah ke paru-
paru untuk kemudia dikeluarkan tubuh
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang perumusan masalah diatas, maka penulis
mengambil perumusan masalah “Bagaimana Melaksanakan Asuhan
Keperawatan yang Baik dan Benar pada Klien dengan Gangguan
Kebutuhan Oksigen”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan memperoleh pengalaman nyata dan perencanaan
asuhan keperawatan dasar pada pasien dengan gangguan kebuthan
oksigen di Ruang Kenanga RSUD Cilacap
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusu yang ingin dicapai dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini adalah penulis mampu:
a. Melakukan pengkajian keperawatan ganggua kebutuhan oksigen
b. Merumuskan diagnosa keperawatan ganguan kebutuhan oksigen
c. Merummuskan tujuan keperawatan gangguan kebutuhan oksigen
d. Menyusun rencana tindakan keperawatan gangguan kebutuhan
oksigen
e. Mengevaluasi tindakan keperawatan gangguan kebutuhan oksigen
D. Manfaat Penulisan
a. Mahasiswa
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang konsep dan teori
mengenai asuhan keperawatan dengan gangguan oksigenasi
b. Institusi
Sebagai referensi tentang asuhan keperawatan pada Ny.T dengan
gangguan oksigenasi di ruang Kenanga RSUD Cilacap
2
c. Rumah sakit
Memberikan masukan kepada tenaga kesehatan yang ada supaya
mempertahankan dan meningkatkan asuhan keperawatan secara
profesional agar terhindar dari kejadian yang tidak diinginkan yang
mungkin muncul.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel-
sel tubuh. Kebutuhan oksigen didalam tubuh harus terpenuhi karena
apabila berkurang maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan
apa bila berlangsung lama akan menyebebkan kematian. Apabila lebih
dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat
pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien
akan meninggal (Asmadi, 2008).
Proses pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia dapat
dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui saluran pernafasan,
pembebasan jalan nafas dari sumbatan yang menghalangi masuknya
oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernafasan agar
berfungsi secara normal. (Taqwaningtyas Ficka (2013) dalam Hidayat
dan Uliyah, 2005)
Pemberian oksigen berupa pemberian oksigen ke dalam paru-paru
melalui saluran pernafasan menggunakan alat bantu oksigen.
Pemberian oksigen pada klien dapat melalui tiga cara yaitu melalui
kateter nasal, kanual nasal dan masker oksigen.
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen lebih dari 21%
pada tekanan 1 atmosfer sehingga konsentrasi oksigen meningkat
dalam tubuh. (Kristina (2013) dalam Suryono dan Widianti,2010).
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen kedalam system kimia
dan fisika. Oksigen merupakan gas tidak berwarana dan tidak berbau
yang snagat dibutuhkan dalam metabolisme sel, sebagian hasilnya
terbentuk karbondioksida, energy dan air.
4
Sistem pernafasan berperan penting untuk mengatur pertukaran
oksigen dan karbondioksida antara udara dan darah. Oksigen
diperlukan sel untuk menghasilkan sumber energy, adenosine triposfat
(ATP), karbondioksida dihasilkan oleh sel-sel yang secara
metabolisme aktif dan membentuk asam, yang harus dibuang dari
tubuh. Untuk melakukan pertukaran gas, system kardiovaskuler dan
system respirasi harus bekerja sama. Sistem kardiovaskuler
bertanggung jawab untuk perfusi darah melalui paru-paru. Sedangkan
system pernafasan melakukan dua fungsi terpisah ventilasi dan respiasi
(Mardyudianto, Wahyu (2012) dalam Elisabeth J. Corwin, 2009)
2. Anatomi dan Fisiologi
Sruktur sisitem pernafasan
1. Sistem pernafasan atas
Terdiri atas mulut, hidung, faring dan laring. Pada hidung yang masuk
mengalami penyaringan, humidifikasi dan penghangatan. Faring terdiri
atas nasofaring dan orofaring yang kaya akan jaringan lomfoid yang
berfungsi menangkap dan menghancurkan kuman panthogen yang
masuk bersamaan udara. Laring atau jakun selain berperan sebagai
penghasil suara, laring juga berfungsi untuk mempertahankan
kepatenan dan melindungi jalan nafas dari air dan makanan yang
masuk.
2. Sistem pernafasan bawah
Terdiri atas trakea dan paru-paru yang dilengkapi dengan bronkus,
bronkiolus, aleveolus, jaringan kapiler paru dan pleura. Trakea
merupakan pipa membrane yang dikosongkan yang oleh cincin
kartilago yang menghubungkan laring dan bronkus utama kanan dan
kiri. Paru-paru ada buah terletak dikana dan dikiri. Masing- masing
paru terdiri atas beberapa lobus (paru kanan 3 lobus dan paru kiri 2
lobus) dan di pasok oleh bronkus
5
Fisiologi Oksigen
Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:
a. Menghirup udara (inpirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui
saluran pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi: volume
rongga dada naik/lebih besar, tekanan rongga dada turun/lebih kecil.
b. Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu
gerakan pasif yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses
ekspirasi: volume rongga dada turun/lebih kecil, tekanan rongga dada
naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga
tahapan, yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh
beberapa faktor:
1) Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu
tempat, maka tekanan udaranya semakin rendah.
2) Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
3) Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk
mengembang di sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah
kemampuan untuk mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.
b. Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler
paru-paru dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Luasnya permukaan paru-paru.
6
2) Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel
alveoli dan interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi
apabila terjadi proses penebalan.
3) Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi
sebagaimana O² dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi
karena tekanan O² dalam rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan
O² dalam darah vena vulmonalis.
4) Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat
HB.
c. Transportasi gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke
jaringan tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1) curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
2) kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan
darah secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.
3. Faktor- Faktor yang mempengaruhi kebutuhan Oksigen
1. Faktor fisiologi
a. Menuruunnya kemampuan mengikat O2 seperti pada anemia.
b. Menurunnya konsentrasi O2 diinspirasi seperti pada obstruksi
saluran pernafasan bagian atas.
c. Hipovolemia, sehingga tekanan darah menurun yang
mengakibatkan terganggunya oksigen.
d. Mengikatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, luka
dll.
e. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan didnding dada seperti
pada kehamilan, obesitas, muskus skleton yaabnormal, penyakit
kronis seperti TBC paru.
2. Faktor Perkembangan
a. Bayi premature yang disebabkan kurangnya pembentukan
surfktan.
7
b. Bayi dan toddler, adanya risiko infeksi saluran pernafasan akut.
c. Usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernafan dan
merokok.
d. Dewasa muda dan pertengahan, diet yang tidak sehat, kurang
aktifitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-
paru.
e. Dewasa tua, adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosclerosis, elastisitas menurun, ekspansi
paru menurun.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi
b. Exercise, akan menikatkan kebutuhan oksiigen
c. Merokok
d. Subtanse abuse (obat-obatan alkohol)
e. Kecemasan, menyebabkan metabolism meningkat
4. Faktor Lingkungan
a. Tempat kerja atau polusi
b. Suhu lingkungan
c. Ketinggian tempat dari permukaan laut
4. Penatalaksanaan Medis
1. Pemantauan Hemodinamika
2. Pengobatan bronkodilator
3. Melakukan tindakan delegative, dalam pemeberian medikasi oleh
dokter missal, nebulizer, oksigenasi menggunakan kanul nasal,
masker oksigen atau membatu pemberian oksigen jika diperlukan
4. Penggunaan ventilator mekanik
5. Fisioterapi dada
8
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian Fokus Oksigenasi
a. Data objektif
b. Data subjektif
c. Pemeriksaan Fisik
9
dihasilkan dengan sifat akuistiknya resonan, hipersonan,
pekak, timpani.
d. Auskultasi mendengarkan bunyi menggunakan stetoskop
dengan mendengarkan paru-paru ketika klien bernafas
melalui mulut, mengkaji karakter bunyi pernafasan, adanya
bunyi nafas tambahan dan karakter suara yang diucapkan
atau dibidikan.
2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Gangguan pertukaran Gas
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Ketidakbersihan jalan nafas
3. Intervensi
Keterangan
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi cukup-cukup berat dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
10
Intervensi
Keterangan
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi cukup-cukup berat dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
Intervensi
11
d. Monitor pola nafas (misalnya bradipneu, takipneu, hiperventilasi
pernafasan kusmaul, pernafasan 1:1, apneustik, respirasi biot dan
pola ataxic)
e. Monitor kelelahan otot otot diafragma dengan pergerakan paroksisl
Tabel Indikator
Keterangan
1. Sangat Berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak Ada
Intervensi
12
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Riwayat Kesehatan
13
c. Riwayat penyakit keluarga
14
Pola eliminasi sebelum sakit pasien mengatakan BAB lancar satu
hari 1x sedangkan selama sakit, selama 1 minggu di rawat di RS
pasien mengatakan baru sekali BAB, pasien juga mengatakan
sebelum sakit BAKnya lancar 5x/hari sedangkan selama sakit
pasien BAK menggunakan selang kateter/menggunakan alat
bantu, keluarga klien membuang urin klien yang di tampung di
urine bag dibuang sehari 4 kali dengan jumlah urine 600 ml,
dalam sehari pasien BAK 2400 ml.
15
kadang 5 bulan sekali sedangkan selama sakit pasien mengatakan
belum menstruasi
4. Pemeriksaan Fisik
Saat dilaakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil yaitu
kesadaran composmetis dengan KU cukup, Tanda -tanda vital
(TTV), berupa Tekanan Darah 120/80 mmHg, RR 26x/mnt, ND
80x/mnt, S 360C, TB 155 cm, BB 48 kg. Kepala bentuk simetris
tidak ada benjolan, rambut rontok dan sedikit beruban. Mata
simetris, konjungtiva anemis, bulu mata ada, penglihatan mata
jelas dan kantung mata berwarna hitam. Hidung bentuknya
simetris, tidak ada pembengkakan, hidun g bersih. Telinga
bentuknya simetis, bersih pendengaran jelas dan tidak
menggunakan alat bantu. Mulut, bibir lembab, tidak ada lesi, gigi
bersih tetapi gigi ada yang bolong disebelah kanandan lidah
normal. Leher bentuk simetristidak ada pembesaran dan tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada nyeri tekan. Pemeriksaan
thorak, Payudara bentuk simetris, tidak ada luka, tidak ada nyeri
tekan, Jantung inspeksi ictus kordis tidak tampak, Palpasi tidak
ada nyeri tekan, Perkusi redup, Auskultasi regular. Paru-paru
inspeksi simetris, palpasi tidak ada nyeri tekan, perkusi redup dan
16
auskultasi paru ronkhi. Abdomen inspeksi simetris tidak ada yang
luka, auskultasi bising usus 10x/mnt, perkusi bunyi timpani,
palpasi tidak ada nyeri tekan. Genetalia jenis kelamin perempuan,
tidak ada kelainan, terpasang kateter, genetalia bersih. Punggung
tidak ada luka, tidak ada kelainan tulang belakang. Ekstermitas
atas dan bawah, bentuk tanagn simetris, pada tangan kiri terpasang
infus, tidak ada edema, Bentuk kaki simetris tidak ada kelainan
kekuatan otot semua anggota ekstermitas atas dan bawah.
5. Program Terapi
Infus RL 20 tpm, injeksi iv dexamethasone 1gr/8 jam, obat
oral aspilet 1x1, pemasangan oksigen, injeksi iv citicoline
500mg/12 jam, injeksi ceftriaksone 1gr/12jam, pemasangan
nebulizer (Ventolin 2.5 mg)
6. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan instalasi radiologi, Foto Thorak PA,
tanggal 17/7/18 yaitu: Cor besar dan bentuk normal, Pulmo
tampak fibroinfiltrat disupra-parahiler kanan kiri dengan
banyangan radiopaque di paracardial kiri, Sinus phenicocostalis
kanan dan kiri tajam, Kesimpulan TB paru dengan granuloma TB
pada lobus inferior paru kiri
Hasil laboratorium pada tanggal 17/7/18 yaitu asam urat 4.2
mg/dL, kolesterol total 136 mg/dL, kolesterol HDL 35 mg/dL,
kolesterol LDL 91 mg/dL, trigliserida 73 mg/dL, natrium 128
mEq/L, kalium 3,8 mEq/L, klorida 91 mEq/L.
Hasil pemeriksaan radiologi pada tangal 19/7/18 yaitu foto
CT kepalam irisan axial, tampak penurunan densitas pada white
matter seluruh hemisphere dengan penyempitan ventrikel lateralis
kanan kiri, tak tampak midline shifting, sulci dan gri normal, pons
cerebellum dan cerebellopointine angel normal ,tak tampak
klasifikasi abnormal orbita sinus paranalis dan mastoid kanan kiri
normal, cranio cerebral space tak tampak melebar,clavaria intake,
17
tak tampak osteodestruksi, kesimpilan suspect vasogenic cerebral
edema.
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital TD 120/80mmHg, ND
80x/mnt, RR 24x/mnt, S 36,60C.
1. Analisa data
Tabel Analisa data
Tanggal Data Penyebab Masalah
22 Juli Ds: Pasien mengatakan sesak Ansietas Ketidakefektifana
2018 nafas pola nafas
Do: Pasien tampak cemas,
pasien tampak
menggunakan otot bantu
pernafasan dan
menggunakan cuping
hidung
RR : 26x/mnt
22 Juli Ds: Pasien mengatakan batuk Sekresi yang Ketidakefektifan
2018 dan tidak mengeluarkan bertahan bersihan jalan
sekret/dahak nafas
Do: Batuk yang tidak efektif
dan terjadinya perubahan
pola nafas
Sekret yang menyumbat
saluran pernafasan
Batuk tidak mengeluarkan
dahak
RR : 26x/mnt
Sura paru ronkhi
18
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi yang
bertahan
3. Mual b.d rasa makanan minuman yang tidak enak
b. Prioritas diagnosa keperawatan per hari
1.) Hari ke 1
a. Ketidakefektifan pola nafas b.d ansietas
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi yang bertahan
2.) Hari ke 2
3.) Hari ke 3
19
Keterangan
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi cukup-cukup berat dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
Intervensi
Implementasi
1. Hari ke 1
a. Melakukan monitoring pernafasan
b. Pemasangan infus RL 20 tpm
c. Memposisikan pasien semi fowler
d. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
e. Mencatat pengunaan otot bantu pernafasan
f. Memberikan memberikan oksigenasi menggunkan nasal kanul
2. Hari ke 2
a. Memberikan terapi obat injeksi Iv dexamethasone 1gr/8 jam
b. Memonitor pernafasan kilen
c. Memonitor suara nafas tambahan
20
d. Injeksi IV citicoline 500 mg/12j
3. Hari ke 3
a. Melakukan pemeriksaaan tanda-tanda vital
b. Mengobservasi status respirasi dan isi tabung O2
c. Mencatat penggunaan otot bantu pernafasan dan mengkaji
suara nafas tambahan
d. Pemberian obat oral Aspilet 1x1
Evaluasi :
ND: 80 x/ menit
RR: 20 x / menit
S: 36° C
1. Frekuensi pernafasan 4 5 5
2. Irama pernafasan 4 5 5
3. Kedalaman inspirasi 4 5 5
Keterangan:
21
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
P : Hentikan Intervensi
Tabel Indikator
Keterangan
1. Sangat Berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak Ada
Intervensi
22
5. Kelola nebulizer (Ventolin 2,5 mg)
Hari ke 1
a. Melakukan monitoring pernafasan
b. Melakukan pemeriksaan TTV
c. mengganti infus RL 20 tpm
d. Memposisikan pasien semi fowler
e. Memberikan memberikan oksigenasi menggunkan nasal kanul
Hari ke 2
a. Memberikan terapi obat injeksi Iv dexamethasone 1gr/8 jam
b. Memonitor faktor penyebab mual
c. Mengajarkan kepada klien untuk melakukan batuk efektif
Hari ke 3
Evaluasi
23
2 Batuk 3 5 4
3 Akumulasi sputum 3 5 4
Keterangan
1. Sangat Berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak Ada
3. Mual
Keterangan
1. Parah
2. Banyak
3. Cukup
4. Sedikit
5. Tidak ada
Intervensi
24
3. Lakukan kebersihan mulut sesering mungkin untuk
meningkatan kenyamanan
4. Ajari penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi) untuk
mengatasi mual
5. Dorong pola makan dengan porsi sedikit makanan yang
menarik bagi pasien
6. Instruksikan mengenai diit tinggi karbohidrat dan rendah
lemak yang sesuai
Implementasi
Hari ke 1
a. Melakukan TTV
b. Memonitor faktor penyebab mual
c. Mengobervasi tanda ketidaknyamanan menenai mual
d. Memasang infus RL 20 tpm
Hari ke 2
a. Memberikan terapi obat injeksi Iv dexamethasone 1gr/8 jam
b. Memonitor factor penyebab mual
c. Melakukan tekhik nonfarmakologi seperti relaksasi untuk
mengatasi mual
d. Memberikan makanan yang menarik agar menambah selera
makan
e. Memerintahkan kepada keluarga untuk menjaga kebersian
mulut klien
Hari ke 3
25
d. Memberikan makanan yang menarik agar menambah selera
makan
e. Memerintahkan kepada keluarga untuk menjaga kebersian
mulut klien
Evaluasi
A: Masalah teratasi
Keterangan
1.Parah
2.Banyak
3.Cukup
4.Sedikit
5.Tidak ada
P: Hentikan Intervensi
26
BAB IV
PEMBAHASAN
27
(keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, telinga, hidung, mulut dan
tenggorokan, leher, punggung, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal, genetalia
dan kaki ). Alasan penggunaan pemeriksaan fisik secara head to toe adalah
hasil pengkajian lebih spesifik dan memiliki urutan yang runtut dari tubuh
bagian atas sampai ujung kaki (Asmadi,2008 )
Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan tanda-tanda vital,
merupakan satu cara untuk mendeteksi adanya perubahan pada sistem tubuh.
Adanya perubahan tanda vital misalnya suhu tubuh dapat menunjukkan
keadaan metabolisme dalam tubuh, denyut nadi dapat menunjukkan
perubahan pada sistem kardiovaskuler yang dapat dikaitkan dengan denyut
nadi. Perubahan tanda vital dapat tetjadi bila tubuh dalam kondisi aktivitas
berat/ dalam keadaan sakit dan perubahan tersebut merupakan indikator
adanya gangguan sistem tubuh (Hidayat da Musrifatul, 2012)
Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi nadi ( nilai normal 60-100
x/menit), irama nadi teraturr/tidak teratur, kualitas lemah atau kuat. Tekanan
darah (nilai normal diastolik 60-80, sistolik 90-130 mmHg) pernafasan (nilai
normal untuk dewasa yaitu 16-24 x/menit, irama pernafasa teratur atau
tidak). Suhu (nilai normal 36,0° - 37,5° c ) (Hidayat, 2013)
Pemeriksaan fisik pernafasan pada klien dengan gangguan kebutuhan
dasar oksigenasi merupakan pemeriksaan fokusyang terdiri dari inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi (Muttaqin, 2008). Pada pemeriksaan
abdomen dengan inspeksi di dapatkan perut simetris, tidak ada lesi, pada
palpasi tidak ada nyeri tekan, genetalia bersih, tidak ada luka dan
perdarahan.
28
1. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus yang sesuai dengan
teori
a) Ketidakefektifan pola nafas, adalah inspirasi dan/ atau ekspirasi yang
tidak memberi ventilasi adekuat (T. Heather Herdman & Shigemi
Kamitsuru 2015).
29
melakukan batuk efektif, mengauskultasi suara nafas tambahan serta
memonitor status pernafasan pasien, tindakan tersebut telah dilakukan
selama 3 hari dan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas
belum teratasi semua karena masih ada batuk ringan yang
mengganggu pasien.
c). Mual, adalah suatu fenomena subjektif tentang rasa tidak nyaman
pada bagian belakang tenggorokan atau lambung, yang atau tidak
dapat mengakibatkan muntah (T. Heather Herdman & Shigemi
Kamitsuru 2015).
Etiologi di tegakkan rasa makanan dan minuman yang tidak enak
karena pasien setiap kali makan selalu d buang/ mual muntah tetapi
jika minum air hangat, minuman itu bisa d telen. Tindakan yang telah
di lakukan untuk diagnose mual adalah melakukan TTV, memonitor
faktor penyebab mual, mengobervasi tanda ketidaknyamanan menenai
mual, memberikan terapi obat injeksi Iv dexamethasone 1gr/8 jam,
memerintahkan kepada keluarga untuk menjaga kebersian mulut
klien. Tindakan tersebut telah dilakukan selama 3 hari dan masalah
mual teratasi semua karena pasien sudah tidak merasakan mual dan
muntah sehingga nafsu makan mulai membaik.
30
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari hasil pengkajian yang dilakukan penulis pada Ny. T diperoleh data
bahwa diagnosa medis Ny.T adalah bekas TBC,
pneumonia,chepalgia,cpc dekompensata
2. Diagnosa keperawatan yang dirumuskan pada kasus Ny. T dengan
gangguan oksigenasi, ditemukan ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan ansietas, ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan sekresi yang bertahan, mual berhubungan dengan
rasa makanan dan minuman yang tidak enak.
3. Intervensi keperawatan yang dirumuskan untuk diagnosa
ketidakefektifan pola nafas adalah memposisikan semifowler, pemberian
terapi oksigen,mengauskultasi suara nafas tambahan serta memonitor
status pernafasan pasien. Untuk diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan
nafas adalah memposisikan semifowler, pemberian terapi nebulizer,
memotivasi pasien untuk melakukan batuk efektif, mengauskultasi suara
nafas tambahan serta memonitor status pernafasan pasien. Untuk
diagnose mual memonitor faktor penyebab mual, mengobervasi tanda
ketidaknyamanan mengenai mual, memberikan terapi obat,
memerintahkan kepada keluarga untuk menjaga kebersian mulut klien
4. Implementasi untuk diagnosa ketidakefektifan pola nafas,
ketidakefektifan bersihan jalan nafas dan mual dilakukan selama 3x24
jam. Implementasi diagnosa ketidakefektifan pola nafas dengan
memberikan terapi oksigen. Implementasi diagnose ketidaefektifan
bersihan jalan nafas yaitu memberikan teraoi nebulizer, dan untuk
diagnose mual memberikan terapi obat injeksi dexamethasone 1gr/8 jam
5. Evaluasi pada catatan perkembangan pasien menggunakan SOAP dengan
diagnosa ketidakefektifan pola nafas dan mual telah teratasi dan diagnosa
ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi.
31
B. Saran
1. Mahasiswa
Lebih termotivasi untuk mencari informasi atau menambah pengetahuan
dan wawasan dari buku atau tenaga kesehatan sehingga dapat mencegah
atau menangani gangguan oksigenasi ini.
2. Institusi Pendidikan
Perlu ditingkatkan pembelajaran pada mahasiswa Akper Serulingmas
tentang pembelajaran praktek yang sesuai dengan teori.
3. Rumah Sakit
Perlu adanya kerjasama antara ruangan dengan bagian tenaga kesehatan
yang lain untuk mengatasi masalah yang ada pada pasien.
32
DAFTAR PUSTAKA
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2728
Uliyah, Musrifatus.S.K.P,dkk.2004.Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta.
Buku Kedokteran EGC
Dr.Saputra Lyndon. 2013.Kebutuhan Dasar Manusia.Tanggerang
Selatan.Binarupa Aksara
Herdman.T Heather,2015. Nanda International Inc.diagnosis
keperawatan, Definini & Klasifikasi 2015-2017, Jakarta .EGC
Bulechek Gloria M,dkk:2016:Nursing Interventions Clasification
(NIC):Indonesia: CV. Mocomedia
Moorhead Sue,dkk:2016:Nursing Outcomes Clasification
(NOC):Indonesia:CV.Mocomedia
33
LAMPIRAN
34