OLEH:
KELOMPOK 2
i
KATA PENGANTAR
ii
Kami menyadari sepenuhnya bahwa Laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu dengan hati terbuka kami menerima saran dan
kritik yang membangun dari semua pihak dari penyempurnaan laporan
Keperawatan Medical Bedah
Kami sangat berharap agar Laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca dan instansi-instansi yang lain.
Kelompok 2
iii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar belakang.............................................................................1
B. Tujuan..........................................................................................3
C. Manfaat........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................4
A. Definisi .......................................................................................4
B. klasifikasi.....................................................................................5
C. Etiologi........................................................................................6
D. Patofisiologi.................................................................................7
E. Pathways......................................................................................8
F. Manifestasi klinis......................................................................10
G. Pemeriksaan Penunjang.............................................................10
H. Penatalaksanaan.........................................................................11
I. Komplikasi................................................................................13
J. Pengkajian fokus ......................................................................15
K. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul..........................17
L. Intervensi...................................................................................17
BAB III TINJAUAN KASUS...................................................................20
A. Pengkajian.................................................................................20
B. Klasifikasi data..........................................................................34
C. Analisa data...............................................................................36
D. Diagnosa ...................................................................................41
E. Intervensi...................................................................................41
F. Implementasi.............................................................................44
G. Evaluasi.....................................................................................44
iv
BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................96
BAB V PENUTUP.....................................................................................99
A. Kesimpulan ...............................................................................99
B. Saran .........................................................................................99
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................100
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Rumah Sakit Umum Daerah Haji Padjonga Daeng Ngalle adalah
Rumah Sakit Umum Daerah Type C yang terletak di pusat kota Kabupaten
Takalar Sulawesi Selatan milik pemerintah Kabupaten Takalar. RSUD H.
Padjonga Dg Ngalle Kabupaten Takalar merupakan rumah sakit umum
daerah yang telah bekerjasama dengan badan penyelenggara jaminan
sosial ( BPJS ), sehingga menggunakan satu sistem pembayaran
berdasarkan indonesia case base group (INA CBGs). Pada saat ini telah
banyak penyakit dan unit pelayanan di rumah sakit yang ditanggung
pembiayaannya oleh BPJ, termasuk pemeriksaan darah rutin.
Data pasien rawat jalan selama tahun 2018 adalah sebanyak 80.084
orang. Pasien IRD sebanyak 15.198 orang ( baik pasien umum maupun
BPJS). Data pasien laboratorium selama tahun 2018 adalah 67.649 orang.
Pemeriksaan laboratorium terbanyak adalah pemeriksaan darah rutin yaitu
sebanyak 18.165 orang atau 27% dari seluruh pemeriksaan di laboratorium
pada tahun 2018.
World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah
penduduk dunia yang menderita diabetes mellitus pada tahun 2030 akan
meningkat paling sedikit menjadi 366 juta. Indonesia menempati urutan
ke-4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes mellitus dengan prevalensi
8,6% dari total penduduk. Tingginya prevalensi DM yang sebagian besar
tergolong dalam DM tipe 2 disebabkan oleh interaksi antara faktor-faktor
kerentanan genetis dan paparan terhadap lingkungan, Pengobatannya
sendiri memerlukan waktu yang sangat lama, karena penyakit ini
merupakan penyakit kronis (Yugo susanto, 2017).
Keberhasilan suatu pengobatan tidak hanya dipengaruhi oleh
kualitas pelayanan kesehatan, sikap dan keterampilan petugasnya, sikap
dan pola hidup pasien beserta keluarganya, tetapi dipengaruhi juga oleh
kepatuhan pasien terhadap pengobatannya. Ketua Umum Perkeni Prof
1
Achmad Rudijanto menyampaikan hal itu dalam jumpa pers di sela-sela
Simposium (Yugo Susanto, 2017).
Diabetes melitus (DM) merupakan penyebab mortalitas oleh
karena penyakit kardiovaskuler yang ditimbulkannya, penderita diabetes
mempunyai risiko 2-3 kali lebih tinggi dibandingkan populasi non-DM
(Siregar, 2010). Data terbaru dari International Diabetes Federation
( IDF) menunjukkan jumlah penderita diabetes untuk seluruh dunia
sebanyak 285 juta otang, sebesar 7 % populasi penderita diabetes
dikalangan orang dewasa
International Diabetes Federation tahun 2015 menyatakan
estimasi penderita Diabetes di Indonesia diperkirakan mencapai 10 juta.
Diabetes mellitus menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia
dan di Indonesia. Data Sample Registration Survey tahun 2014
menunjukkan bahwa Diabetes merupakan penyebab kematian terbesar
nomor 3 di Indonesia dengan persentase sebesar 6,7%, setelah Stroke
(21,1%) dan penyakit Jantung Koroner (12,9%).2 Berdasarkan data
Riskesdas (2013) prevalensi diabetes mellitus pada usia 55-64 tahun
sebesar 4,8% dan pada usia 65-74 tahun sebesar 4,2% prosentasi ini
menunjukkan bahwa prosentase terbesar diabetes mellitus di Indonesia
adalah pada lansia.
Diabetes melitus adalah penyakit kronis dimana tujuan dari
pengobatan diabetes mellitus dibagi menjadi dua yaitu jangka panjang dan
jangka pendek. Tujuan jangka pendek adalah hilangnya berbagai keluhan
atau gejala diabetes mellitus. Tujuan jangka panjang adalah tercegahnya
berbagai komplikasi baik pada pembuluh darah (mikroangiopati dan
makroangiopati) maupun pada susunan saraf (neuropati) sehingga dapat
menekan angka morbiditas dan mortilitas. Tujuan tersebut dapat dicapai
dengan mempertahankan kadar gula darah pada kriteria normal.
Penatalaksanaan DM tipe 2 yang kurang optimal akan
menimbulkan berbagai komplikasi, baik akut maupun kronis. Komplikasi
akut meliputi ketoasidosis diabetik (KAD), hipoglikemia dan
hiperglycemic hyperosmolar state (HHS), sedangkan komplikasi kronis
2
meliputi mikroangiopati dan makroangiopati.4 Komplikasi makrovaskuler
diantaranya adalah pembekuan darah di otak, penyakit jantung koroner,
gagal jantung kongestif dan stroke, sedangkan mikrovaskuler diantaranya
adalah nefropati, retinopati, neuropati dan amputasi.5,6 Berdasarkan
penelitian Satriawibawa dan Saraswati tahun 2012 yang dilakukan pada
pasien DM tipe 2 di poliklinik penyakit dalam RSUP Sanglah didapatkan
prevalensi komplikasi akut DM tipe 2 yaitu KAD sebanyak 7 orang
(6,6%), hipoglikemia sebanyak 18 orang (17%), sedangkan komplikasi
kronis yang terbanyak adalah gagal ginjal kronik sebanyak 28 kasus.7
Pada kelompok usia lansia komplikasi DM tipe 2 akan lebih cepat terlihat
dibandingkan dengan kelompok usia yang lain. Faktor yang dapat memicu
kondisi tersebut karena secara fisiologis sudah terdapat penurunan fungsi
berbagai organ pada lansia, penurunan respon tubuh terhadap terapi,
kondisi stress yang berhubungan dengan kondisi kesehatannya juga dapat
memicu penurunan imunitas tubuh.
Pada tahun 2020 diperoleh jumlah kasus Diabetes Mellitus di
BLUD RSUD H. Padjonga Daeng Ngalle ruangan Flamboyan mulai bulan
Januari-September sebanyak 75 orang sedangkan pada tahun 2021 dari
bulan Januari-Desember mengalami peningkatan sebanyak 127 orang.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui penyebab terjadinya penyakit Diabetes Mellitus
2. Tujuan khusus
Untuk mengetahui bagaimana perkembangan penyakit Diabetes
Melitus.
C. Manfaat
Diharapkan setelah diketahui bagaimana perkembangan penyakit
Diabetes mellitus pelayanan lebih ditingkatkan lagi.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan
atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari
kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada
metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme
lemak dan protein.
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula
(glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Yuliana elin, 2009).
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis defisiensi atau resistensi
insulin absolute atau relative yang ditandai dengan gangguan metabolism
karbohidrat,protein,lemak (Billota,2012). Sedangkan menurut Arisman dan
soegondo Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang di sebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
kekurangan insulin baik absolute maupun relative (Arisman dan
soegondo,2009).
B. Klasifikasi
1. Klasifikasi klinis :
a. DM
1) Tipe I : IDDM Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans
akibat proses autoimun
2) Tipe II : NIDDM Disebakan oleh kegagalan relatif sel beta dan
resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan
insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan
perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati :
3) Tipe II dengan obesitas
4) Tipe II tanpa obesitas
b. Gangguan toleransi glukosa
c. Diabetes kehamilan
2. Klasifikasi resiko statistik :
a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
5
b. Berpotensi menderita kelainan glukosa
Gangren kaki diabetik dibagi menjadi enam tingkatan, yaitu :
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan
kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “
claw,callus “.
Derajat 1 : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat 2 : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat 3 : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat 4 : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau
tanpa selulitis.
Derajat 5 : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
C. Etiologi
1. Diabetes tipe I :
a. Faktor genetik Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu
sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik
ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan
pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi Adanya respons otoimun yang merupakan
respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel
pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Diabetes tipe II disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan
resistensi insulin. Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum
diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
6
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
D. Patofisiologi
Diabetes Tipe II
Pada diabetes tipe ini terdapat 2 masalah utama yang berhubungan dengan
insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya
insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akiabt terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suaru rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes
tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel. Dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan.Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
diekskresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi
akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan
pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian jika sel-sel
beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka
kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi
ganggua sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabetes tipe II namun
masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan prodeuksi badan keton yang menyertainya.Karena itu
ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada tipe ini. Meskipun demikian, diabetes
tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut yang dinamakan
Sindrom Hiperglikemik Hiperosmoler Nonketotik(HHNK). Diabetes tipe ini
paling sering terjadi pada penderita yang berusia lebih dario 30 tahun dan
obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif
maka awitan diabetes ini dapat berjalan tanpa terdeteksi
7
E. Pathway
8
9
F. Manifestasi Klinis
Pada klien dengan DM sering ditemukan gejala-gejala :
1. Kelainan kulit : gatal-gatal, bisul dan luka tidak sembuh
2. Kelainan ginekologis : gatal-gatal sampai dengan keputihan
3. Kesemutan
4. Lemah tubuh atau cepat lelah
5. Trias gejala hyperglikemi (poliuri, polipagi, polidipsi) ditambah
penurunan BB
Sedangkan pada tahap awal klien dengan Diabetes Mellitus Tipe II/
NIDDM mungkin sama sekali tidak memperlihatkan gejala apapun dan
diagnosis hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan darah dan tes toleransi
glukosa. Sedangkan pada tahap lanjut klien akan mengalami gejala yang sama
dengan penderita Diabetes Mellitus Tipe I/ IDDM
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Anamnesis : Polidipsi, poliuria, polifagia, perasaan lesu, lemas dan BB
menurun, beberapa penderita tidak mengeluhkan suatu gejala sampai
timbul komplikasi. Gejala lain berupa kesemutan, gatal, mata kabur,
impotensia pluritus vulvae
2. Pemeriksaan Laboratorium : Ureum, kreatinin, SGOT, SGPT,
kolesteroltotal, kolesterol LDL, trigliserida, asam urat
3. Pemeriksaan Penunjang lain : EKG, EMG, Foto dada, Fundiskopi
Kriteria Diagnosis
1. Kadar glukosa darah sewaktu (GDS) > 200 mg% (plasma vena) bila
disetai dengan gejala klasik seperti 3 P (polidipsi, poliuria dan polifagi),
BB menurun, kelemahan dan gatal pada badan
2. Kadar Glukosa darah Puasa (GDP) . 126 mg%
3. Kadar Glukosa darah 2 jam setelah pembebanan dengan glukosa 75 gram
pada tes toleransi glukosa oral (TTGO) > 200 mg%
10
H. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropati.
Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan DM :
1. Diet
a. Komposisi makanan :
1) Karbohidrat = 60 % – 70 %
2) Protein = 10 % - 15 %
3) Lemak = 20 % - 25 %
b. Jumlah kalori perhari
a) Antara 1100 -2300 kkal
b) Kebutuhan kalori basal
1) Laki – laki : 30 kkal / kg BB
2) Perempuan : 25 kkal / kg BB
c. Penilaian status gizi :
BB
BBR = x 100 %
TB – 100
1) Kurus :
BBR < 90 %
2) Normal (ideal) :
BBR 90 % - 110 %
3) Gemuk :
BBR > 110 %
4) Obesitas bila BBRR
> 110 %
a. Obesitas ringan 120% - 130 %
b. Obesitas sedang 130% - 140%
c. Obesitas berat 140% - 200%
d. Obesitas morbit > 200 %
11
Jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk penderita DM yang bekerja
biasa adalah
a. Kurus : BB x 40 – 60 kalori/hari
b. Normal (ideal) : BB x 30 kalori/hari
c. Gemuk : BB x 20 kalori/hari
d. Obesitas : BB x 10 – 15 kalori/hari
2. Latihan jasmani
Latihan jasmani secara umum dianjurkan agar lamanya periode
latihan ditingkatkan secara bertahap.Bagi banyak pasien, berjalan
merupakan bentuk latihan yang aman dan bermanfaat karna tidak
memerlukan alat khusus (kecuali sepatu yang sesuai) serta dapat dilakukan
dimana saja.Penderita diabetes harus membicarakan program latihan
dengnan dokter sebelum melakukan latihan tersebut.
3. Penyuluhan
Dilakukan pada kelompok resiko tinggi :
a. Umur diatas 45 tahun
b. Kegemukan lebih dari 120 % BB idaman atau IMT > 27 kg/m
c. Hipertensi > 140 / 90 mmHg
d. Riwayat keluarga DM
e. Dislipidemia, HDL < 35 mg/dl atau TG > 250 mg/dl
f. Parah TGT atau GPPT ( TGT : > 140 mg/dl – 2200 mg/dl), glukosa
plasma puasa derange / GPPT : > 100 mg/dl dan < 126 mg/dl)
4. Obat berkaitan Hipoglikemia
a. Obat berkaitan Hipoglikemia
1) Obat hipoglikemi oral :
Indikasi :DM Tipe II, gemuk atau BB normal, tidak ada komplikasi
atau infeksi.
Kontra indikasi : Wanita hamil, DM Tipe I, infeksi berat, operasi,
gangguan fungsi hati dan ginjal.
Sediaan :
a) Sulfoniluria : Glibenglamida, glikosit, gliguidon, glimeperide,
glipizid.
12
b) Biguanid ( metformin )
c) Golongan glucosidase inhibitor : Ascarbose.
d) Tiosolidinedlones : Troglitazone
e) Golongan Repaglinide : Novonorm
5. Insulin
Penyuntikan insulin dilakukan pada jaringan bawah kulit
(subkutan).Pada umumnya suntikan dengan sudut 900.Pada pasien kurus
dan anak-anak, kulit dijepit dan insulin disuntikkan dengan sudut 45 0 agar
tidak terjadi penyuntikkan otot (intra muskular).
I. Komplikasi
a. Komplikasi Akut
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia secara harafiah berarti kadar glukosa darah di bawah
harga normal. Walaupun kadar glukosa plasma puasa pada orang
normal jarang melampaui 99 mg% (5,5 mmol/L), tetapi kadar <180 mg
% (6 mmol/L) masih dianggap normal. Kadar glukosa plasma kira-kira
10 % lebih tinggi dibandingkan dengan kadar glukosa darah
keseluruhan (whole blood) karena eritrosit mengandung kadar glukosa
yang relatif lebih rendah. Kadar glukosa arteri lebih tinggi
dibandingkan vena, sedangkan kadar glukosa darah kapiler diantara
kadar arteri dan vena (Wahono Soemadji, 2006).
b. Hiperglikemia
Hiperglikemia dapat terjadi karena meningkatnya asupan glukosa
dan meningkatnya produksi glukosa hati. Glukosa yang berlebihan ini
tidak akan termetabolisme habis secara normal melalui glikolisis.
Tetapi, sebagian melalui perantara enzim aldose reduktase akan diubah
menjadi sorbitol, yang selanjutnya akan tertumpuk dalam sel/jaringan
tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi (Arifin).
Hiperglikemia terdiri dari:
1) Diabetes Keto Asidosis (DKA)
13
Diabetes Ketoasidosis (DKA) adalah keadaan
dekompensasi-kekacauan metabolik yang ditandai dengan trias
hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh
defisiensi insulin absolut atau relatif (Soewondo, 2006).
14
kebutaan.Diagnosa dini retinopati dapat diketahui melalui pemeriksaan
retina secara rutin (Waspadji, 2006).
c. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastrointestinal, kardiovaskuler (Suddarth dan
Brunner, 2002).
c. Ulkus/gangren (Avicenna, 2009).
15
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang
penyakit, obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak
lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan,
trauma, infeksi, penyakit) atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik
tiasid, kontrasepsi oral).
6. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
7. Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus
Poliuria, polidipsia, polifagia,penurunan berat badan, pruritus
vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram otot.
Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi
aterosklerosis.
Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan
diagnostik dan tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes mellitus :
a. Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe
b. Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat
dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan
koma.
c. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan
pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah,
dan bola mata cekung.
d. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
e. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek,
mual/muntah.
f. Neurosensori
16
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah
otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
g. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun
dan terjadi impoten pada pria.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (abses)
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran arteri
atau vena
3. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
5. Resiko infeksi ditandai dengan penyakit kronis
6. Defisit nutrisi berhubungan dengan menghindari makanan
7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur
C. Intervensi Keperawatan
17
5. Gelisah menurun 5. Kolaborasi pemberian
6. Kesulitan tidur menurun analgetik
2. SDKI: SLKI: SIKI:
Perfusi perifer tidak Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya daerah
efektif b/d penurunan keperawatan 3×24 jam diharapkan tertentu yang hanya peka
aliran arteri atau vena perfusi perifer meningkat terhadap panas/ dingin/
Kriteria Hasil : tajam/ tumpul
1. Denyut nadi perifer meningkat 2. Observasi adanya paratese
(5) 3. Instruksikan keluarga
2. Penyembuhan luka meningkat untuk mengobservasi kulit
(5) jika ada isi atau laserasi
3. Sensasi meningkat (5) 4. Menganjurkan banyak
minum
5. Kolaborasi pemberian
analgetik
3. SDKI: SLKI : SIKI:
Hipovolemia b/d Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji intake dan output
kehilangan cairan keperawatan 3×24 jam diharapkan cairan
aktif status cairan meningkat 2. Observasi vital sign
Kriteria Hasil : 3. Anjurkan banyak minum
1. Kekuatan nadi meningkat (5) 4. Anjurkan banyak makan
2. Turgor kulit meningkat (5) 5. Kolaborasi pemberian
3. Output urine meningkat (5) cairan IV
18
2. Kekuatan otot meningkat teratur
3. Nyeri menurun 4. Berikan HE
5. Kolaborasi dengan ahli
gizi
5. SDKI: SLKI: SIKI:
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan
Resiko infeksi 1. Kaji kondisi luka
keperawatan 3×24 jam diharapkan
ditandai dengan 2. Observasi tanda dan
infeksi menurun
penyakit kronis gejala infeksi
Kriteria hasil:
3. Lakukan perawatan luka
1. Demam menurun (5)
4. Ajarkan cara mencegah
2. Kemerahan (5)
infeksi
3. Nyeri (5)
5. kolaborasi anti biotik bila
4. Bengkak (5)
perlu
6. SDKI: SLKI: SIKI:
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya alergi
Defisit nutrisi b//d
keperawatan 3×24 jam diharapkan makanan
menghindari makanan
status nutrisi membaik 2. observasi jumlah nutrisi
Kriteria hasil: dan kandungan nutrisi
1. Berat badan membaik (5) 3. Berikan makanan yang
2. Indeks Massa Tubuh (IMT) terpilih
Membaik (5) 4. Berikan informasi tentang
3. Frekuensi makan(5) kebutuhan nutrisi
4. Nafsu makan (5) 5. Kolaborasi dengan ahli
gizi dalam pemberian
makanan
7. SDKI: SLKI: SIKI:
1. Monitor/catat kebutuhan
Gangguan pola tidur Tujuan: Setelah dilakukan tindakan
tidur pasien setiap hari
berhubungan dengan asuhan keperawatan 3×24 jam
dan jam
kurang control tidur diharapkan pola tidur membaik
2. Identifikasi faktor
Kriteria hasil: penganggu tidur
3. Ciptakan lingkungan yang
19
1. Keluhan sulit tidur menurun (1) nyaman
2. Keluhan sering terjaga menurun 4. Jelaskan pentingnya tidur
(1) ang adekuat
3. Keluhan istirahat tidak cukup 5. Kolaborasi pemberian
menurun (1) obat tidur
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. IDENTITAS KLIEN
20
Pasien mengatakan nyeri pada kaki kiri, klien mengatakan ada luka di kaki
kiri, klien mengatakan sering terasa kram pada kaki bagian kiri, klien
mengatakan sulit bergerak karena lukanya, pasien mengatakan sulit tidur,
sering terbangun tengah malam
P : luka post operasi
Q : teriris-iris
R : kaki kiri
S : Skala 5 (sedang)
T : Hilang timbul
C. Riwayat kesehatan masa lalu :
Kebiasaan : Merokok Obat-obatan Alkohol
Penyakit Yang Pernah Dialami : DM_± 2 thn
Riwayat Pengobatan :_Periksa dipuskesmas terdekat
Riwayat Alergi : Ya Tidak
Makanan
Obat-Obatan tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga :
GENOGRAM
× ×
51
21
GII : _Orang tua klien tidak mempunyai riwayat penyakit __________
22
Apakah anda puas dengan hubungan personal/sosial anda? Ya Tidak
Merasa bahagia dengan hubungan dengan keluarga/orang lain?
YaTidak
Hubungan dengan anggota keluarga? Baik Tidak baik
Pola komunikasi: Baik Tidak baik
E. Pola spiritual
Sumber kekuatan: __Ibadah____________________
Kegiatan ibadah: Ya Tidak
Apakah keyakinan/kepercayaan yang anda anut memberi makna pada
kehidupan anda?
Ya Tidak
Apakah keyakinan pribadi anda memberikan anda kekuatan untuk
menghadapi kesulitan- kesulitan? Ya Tidak
IV.PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE
23
Tanda tanda infeksi Tidak Ya
Letak Luka:
2. Palpasi
Perabaan : Dingin Hangat Panas
Kelembaban kulit : Kering Berkeringat
Tektur kulit: halus lembut Lunak Lentur
Turgor kulit: baik Jelek
Edema: Ya Tidak
3. Lainya:
Tidak ada kelainan
E. KEPALA DAN RAMBUT
1. Inspeksi
Simetris : Ya Tidak
Distribusi rambut : Tebal Jarang Tipis Botak
Luka di kulit kepala : Ya Tidak
Kebersihan Rambut: Bersih Kotor Ketombe
2. Palpasi
Pembengkakan/ benjolan: Ya Tidak
Nyeri Tekan: Ya Tidak
Massa: Ya Tidak
3. Lainnya:
F. WAJAH
1. Inspeksi
Simetris: Ya Tidak
Bentuk wajah : Bulat
24
Ekspresi wajah : Kurang Baik
Gerakan abnormal Ya Tidak
Moon Face: Ya Tidak
Lapang pandang : 1800 < 1800
Pergerakan bola mata : Segala arah Terbatas
2. Palpasi
Nyeri tekan: Ya Tidak
Sensasi wajah: Ada Tidak Ada
3. Lainnya: Tidak ada kelainan
G. MATA
1. Inspeksi
Oedema palpebra : Ya Tidak
Peradangan: Ya Tidak
Konjungtiva: merah muda pucat
Sklera: Putih Ikterik
Pupil : isokor anisokor
Reflex pupil terhadap cahaya miosis midriasis
Reflex kornea: Ada Tidak Ada
Penglihatan: Jelas Kabur Diplopia
Visus: __normal____, Alat bantu SoftLens Kacamata
Pergerakan bola mata:
Tidak Ada gangguan
Ada gangguan , kearah ____________________________
2. Palpasi
Nyeri tekan : Ya Tidak
Peningkatan TIO: Ya Tidak
3. Lainnya: Tidak ada kelainan
H. HIDUNG
1. Inspeksi
Simetris ki=ka: Ya Tidak
Pembengkakan Ya Tidak
25
Epistaksis Ya Tidak
Septum deviasi: Ya Tidak
2. Palpasi
Nyeri tekan Ya Tidak
Benjolan/tumor Ya Tidak
3. Fungsi penciuman :
Mampu Membedakan Bau
Tidak Mampu Membedakan Bau
4. Lainya : Tidak ada kelainan
I. TELINGA
1. Inspeksi
Telinga bagian luar simetris ki=Ka: Ya Tidak
Kebersihan Bersih Serumen Nanah
Membran Timfani: Utuh Tidak
2. Palpasi
Nyeri Tekan Mastoid : Ya Tidak
3. Fungsi pendengaran:
Rinne : /-
+
Weber __ _______________________
Swabach :
4. Lainnya: Tidak ada kelainan
J. GIGI DAN MULUT
1. Inspeksi
Keadaan gigi: lengkap Tidak Lengkap
Karies gigi: Ya Tidak
Gigi palsu: Ya Tidak
Pembengkakan/peradangan gusi Ya Tidak
Lidah kotor: Ya Tidak
Pergerakan lidah : Baik Tidak
Bibir : Merah muda Sianosis , Basah Kering
pecah-pecah
26
Mukosa: Kemerahan Pucat
Peradangan tonsil : Ya Tidak
Nyeri menelan : Ya Tidak
2. Fungsi pengecapan : Baik Tidak
3. Lainnya: Tidak ada kelainan
K. LEHER
1. Inspeksi
Pembesaran kelenjar tiroid : Ya Tidak
Benjolan/tumor: Ya Tidak
Distensi vena jugularis Ya Tidak
Pembesaran tonsil: Ya Tidak
2. palpasi
kelenjar tiroid : Teraba Tidak teraba
kaku kuduk: Ya Tidak
pembesaran kelenjar limfe : Ya Tidak
nyeri tekan: Ya Tidak
3. fungsi menelan : Baik Tidak
4. Lainnya: tidak ada kelainan
L. THORAX DAN PERNAPASAN
1. Inspeksi
Bentuk dada :
normo chest pigeon chest, barel chest Funnel Chest
RR: ____20___x/i
Simetris Ya Tidak
Retraksi Dada Ya Tidak
Irama Normal Takypnea
Bradipnea Kussmaul Cheyne-stokes
Sianosis Ya Tidak
2. Palpasi
Taktil Fermitus : Kanan + / - , Kiri + / -
3. Perkusi
27
sonor Letak : _Lapang paru__
4. Auskultasi
Bronchial Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi
Hijau Kuning
Merah
28
Irama Reguler Irreguler
Kekuatan Kuat Lemah
CRT < 2 detik > 2 detik
3. Perkusi
Pembesaran jantung Ya Tidak
4. Auskultasi
TD : __110/80___mmHg
Bunyi jantung
S1 – S2 normal Gallop
Paradoksial Murmur
5. Lainnya: Tidak ada kelainan
N. ABDOMEN
1. Inspeksi
Bentuk abdomen Normal Asites
Stoma Ya Tidak
Ikterus Ya Tidak
Tumor/benjolan Ya Tidak
2. Palpasi
Nyeri tekan Ya , di quadran___________Tidak
Pembesaran hati Ya Tidak
Pembesaran spleen Ya Tidak
Teraba massa Ya Tidak
3. Perkusi
Normal Abnormal di Quadran ______________
4. Auskultasi
Peristaltic : ____18___x/menit
5. Lainnya : Tidak ada kelainan
O. EKSTREMITAS
Atrofi otot Ya Tidak
Parese otot: Ya Tidak
Kemampuan berjalan
29
Sendiri Membutuhkan alat Membutuhkan bantuan orang lain
Membutuhkan alat dan orang lain
Kemampuan rentang gerak
Kepala Fleksi Ektensi Rotasi
Bahu Elevasi Depresi
Ekstermitas atas kanan
Flexi Ekstensi Abduksi Aduksi
Supinasi Pronasi Sirkumduksi
Ekstermitas atas kiri
Flexi Ekstensi Abduksi Aduksi
Supinasi Pronasi Sirkumduksi
Ekstermitas bawah kanan
Flexi Ekstensi Abduksi Aduksi
Supinasi Pronasi Sirkumduksi
Ekstermitas bawah kiri
Flexi Ekstensi Abduksi Aduksi
Supinasi Pronasi Sirkumduksi
Kekuatan otot
5 5
3 5
Refleks Patella /-
+
Achilles /-
+
Bisep /-
+
Trisep +
/-
Brankioradialis +
/-
Babinski +/
+
30
Lainnya: Tidak ada kelainan
P. GENITALIA
Kebersihan: bersih Tidak
Peradangan: Ya Tidak
Perdarahan: Ya Tidak
Pembengkakan: Ya Tidak
Lainnya: Tidak dilakukan pengkajian
1 NUTRISI
_______________________ _______________________
Makanan yg
disukai __Nasi goreng____________ _Bubur_________________
Makanan
pantangan __tidak ada______________ _Makanan yang manis-manis_
2 CAIRAN
Minuman yg
31
disukai ___Air teh______________ __air putih_______________
Minuman
pantangan ___tidak ada____________ __Minuman yg manis-manis_
3 ELIMINASI
FECAL
Tidak Tidak
32
Jika Ya, Berapa Kali:2xsehari Jika Ya, Berapa Kali: 1xsehari
_______________________ _______________________
14/2/2022
Foto pedis;
- tulang-tulang pedis sinistra baik
- tulang-tulang intake
- mineralisasi tulang normal
- sendi normal
- soft tissue swelling terutama aspek medial
kesan: soft tissue swelling region pedis dengan tulang yang intake
15/2/2022
Pemeriksaan
Rapid tes: negatif
Antigen: negatif
16/2/2022
GDS: 292 mg/dl
17/2/2022
33
GDS: 290 mg/dl
18/2/2022
GDS: 280 mg/dl
Yang Mengkaji
Kelompok 2
B. KLASIFIKASI DATA
34
riwayat DM ± 2 tahun S : Skala 5
9. Klien mengatakan sering kram
T : hilang timbul
10. Klien mengatakan susah bergerak
ketika ingin ke wc 6. 16/2/2022
11. Keluarga klien mengatakan klien GDS: 292 mg/dl
dibantu 17/2/2022
12. Klien mengatakan terkadang GDS: 290 mg/dl
memakai kursi roda 18/2/2022
13. Klien mengatakan sulit tidur GDS: 280 mg/dl
14. Klien mengatakan sering terbangun
7. Penyembuhan luka lambat
tengah malam BAK
8. Klien tampak terbaring
15. Klien mengatakan kurang tidur
9. Tampak luka pada kaki kiri
10. Ukuran 10cm×5 cm×3cm
11. Nampak sulit bergerak
12. Nampak dibantu keluarga
13. Nampak memakai kursi roda
14. Klien Nampak sering menguap
15. Kelopak mata pasien Nampak
cekungpasien berbicara tidak
semangat
35
C. ANALISA DATA
hilang timbul
DO: Tubuh bereaksi untuk perlindungan
1. Klien nampak meringis terhadap penyebaran infeksi
2. Klien nampak lemas
3. Klien Nampak pusing
4. TTV: Proses peradangan
TD: 110/80mmHg
Pelepasan mediator kimia (histamine,
P: 20x/mnt
prostaglandin, bradicinin)
N:80x/mnt
S: 360C
Merangsang reseptor nyeri
(Nociceptor nyeri) oleh serabut saraf
C,A
P: Nyeri area kaki kiri
Q : teriris-iris
36
R : kaki kiri Kornu posterior medulla spinalis
T : hilang timbul
Nyeri dipersepsikan
Nyeri akut
37
4. DS: Metabolisme tubuh menurun Intoleransi
aktivitas
1. Klien mengatakan susah
bergerak ketika ingin ke Adenosine tripospat (ATP) menurun
wc
2. Keluarga klien
mengatakan klien dibantu Keterbatasan gerak
3. Klien mengatakan
terkadang memakai kursi Bengkak
roda
DO:
Aktivitas terhambat
1. Nampak sulit bergerak
2. Nampak dibantu
keluarga Intoleransi aktivitas
3. Nampak memakai krsi
roda
38
2. DS: Aterosklorosis Kerusakan
1. Klien mengatakan susah integritas /
jaringan
bergerak ketika ingin ke
Makrovaskuler
wc
2. Keluarga klien
mengatakan klien ekstermitas
dibantu
3. Klien mengatakan
Jaringan menjadi abses dan pus
terkadang memakai
kursi roda
Gangreng
DO:
39
3. DS: DM Tipe II Perfusi perife
1. Klien mengatakan badan tidak efektif
terasa lemas
Sel beta pancreas hancur
2. Klien mengatakan
mempunyai riwayat DM ±
2 tahun Kenaikan pemakaian glukosa
3. Klien mengatakan sering
kram
Viskositas darah meningkat
16/2/2022
GDS: 292 mg/dl Perfusi perifer tidak efektif
17/2/2022
GDS: 290 mg/dl
18/2/2022
GDS: 280 mg/dl
- Penyembuhan luka
lambat
40
No. Data Etiologi Masalah
tidur
Merangsang RAS
2. Klien mengatakan sering
terbangun tengah malam
BAK RAS teraktivasi
3. Klien mengatakan kurang
tidur
REM menurun
DO:
Klien terjaga
1. Tampak menguap
2. Kelopak mata pasien
nampak cekung Gangguan pola tidur
3. Pasien berbicara tidak
semangat
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
41
2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan neuropati perifer
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya abses
4. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya persepsi nyeri
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
No. Kriteria hasil Intervensi
keperawatan
1. Nyeri akut Tujuan: Setelah 1. Observasi reaksi non
berhubungan dengan dilakukan tindakan verbal dari ketidak
agen pencedera fisik keperawatan 3×24 jam nyamanan
(prosedur operasi) diharapkan tingkat nyeri 2. Kaji nyeri secara
menurun komprehensif
Kriteria hasil : 3. Ajarkan tehnik relaksasi
1. Frekuensi nadi nafas dalam
membaik 4. Berikan Healt Education
2. Pola nafas membaik tentang penyebab nyeri
3. Keluhan nyeri 5. Kolaborasi pemberian
menurun analgetik
4. Meringis menurun
5. Gelisah menurun
6. Kesulitan tidur
menurun
2. Gangguan integritas Tujuan: Setelah 1. Monitor karakteristik
jaringan dilakukan tindakan luka (drainase, warna,
berhubungan dengan keperawatan 3×24 jam ukuran, bau)
neuropati perifer diharapkan integritas kulit 2. Identifikasi tanda-tanda
dan jaringan menurun. infeksi
Kriteria hasil: 3. Ubah posisi tiap 2 jam
1. Elastisitas meningkat jika tirah baring
2. Hidrasi meningkat 4. Jelaskan tanda dan gejala
3. Kerusakan lapisan
42
kulit menurun infeksi
5. Kolaborasi prosedur
debridement
43
Kriteria hasil: 3. Ciptakan lingkungan
4. Keluhan sulit tidur
yang nyaman
menurun (1)
4. Jelaskan pentingnya tidur
5. Keluhan sering terjaga
ang adekuat
menurun (1)
5. Kolaborasi pemberian
6. Keluhan istirahat tidak
obat tidur
cukup menurun (1)
44
F. IMPLEMENTASI
Shift siang
44
4. Memberikan HE pemberian obat
tentang penyebab nyeri analgetik
14.20
Hasil : pasien mengetahui
peyebab nyeri
5. Mengkolaborasikan
pemberian obat
analgetik
Hasil : santagesik 1 gr / 8
jam/IV
2. Rabu , 16/2/2022 Gangguan integritas 14.25 1. Memonitor 15.00 S : pasien mengatakan ada
kulit/ jaringan karakteristik luka luka pada kaki kiri
berhubungan dengan Hasil : berwarna kemerahan O : berwarna kemerahan dan
neuropati perifer dan berisi pus, berisi pus, 10cm×5cm×3cm
10cm×5cm×3cm A : masalah gangguan
14.30
2. Mengidentifikasi integritas jaringan belum
tanda-tanda infeksi teratasi
14.35 Hasil : terdapat pus P : lanjutkan intervensi
3. Mengubah posisi tiap 2 1,2,3,4,5
jam 1. Monitor karakteristik
Hasil : miring kanan dan kiri luka
45
14.40 4. Menjelaskan tanda dan 2. Mengidentifikasi
gejala infeksi tanda-tanda infeksi
Hasil : pasien mengetahui jika 3. Mengubah posisi tiap
ada kemerahan, 2 jam
bengkak, nyeri, 4. Jelaskan tanda dan
bernanah termasuk gejala infeksi
14.45 gejala infeksi 5. Kolaborasi prosedur
5. Mengkolaborasikan debridement
prosedur debridement
Hasil : dilakukan
pengangkatan jaringan
kulit mati
3. Rabu , 16/2/2022 Perfusi perifer tidak 14.50 1. Memonitor panas, 16.00 S: klien mengatakan badan
efektif berhubungan kemerahan, nyeri, atau terasa lemas
dengan hiperglikemia bengkak pada ekstremitas O: GDS: 292 mg/dl
Hasil: klien merasa nyeri pada A: masalah perfusi jaringan
luka post operasi perifer tidak efektif belum
14.55
2. Mengidentifikasi faktor teratasi
resiko gangguan sirkulasi P: lanjutkan intervensi
Hasil: proses penyakit 1,2,3,4,5
46
15.00 diabetes mellitus 1. Monitor panas,
3. Melakukan perawatan kemerahan, nyeri,
luka sesuai kebutuhan atau bengkak pada
Hasil: belum dilakukan ekstremitas
perawatan luka post 2. Identifikasi faktor
15.05
operasi hari-1 pengganggu sirkulasi
4. Menganjurkan 3. Lakukan perawatan
menghindari penekanan luka sesuai
pada kaki yang kebutuhan
mengalami ulkus 4. Anjurkan
Hasil: menggunakan kursi menghindari
15.10
roda saat ke wc penekanan pada kaki
yang ulkus
5. Mengkolaborasikan
5. Kolaborasi
pemberian antibiotic
pemberian antibiotik
Hasil: ambacim 1 gr/8
jam/ IV
4. Rabu, 16/2/2022 Intoleransi aktivitas 15.15 1. Mengobservasi sumber 16.10 S : pasien mengatakan tidak
berhubungan dengan yang diperlukan untuk bisa bergerak karena lemah
47
adanya abses aktivitas yang O : pasien tampak lemah
diinginkan A : masalah intoleransi
Hasil : pasien memerlukan aktivitas belum teratasi
keluarga untuk P : lanjutkan intervensi
48
makanan yang bagus
untuk proses
penyembuhan stelah
15.35
operasi seperti bubur,
ikan gabus, yang tinggi
protein, sayur dan buah
5. Mengkolaborasikan
dengan ahli gizi dalam
pemberian makanan
Hasil : diberikan bubur, sayur,
ikan dan buah
5. Rabu, 16/2/2022 Gangguan pola tidur 15.40 1. Memonitor/catat kebutuhan S : klien mengatakan masih
berhubungan dengan tidur pasien setiap hari dan belum bisa tidur dengan baik
adanya persepsi nyeri jam O : pasien tampak lemah
Hasil: 6-8 jam/ hari Pasien tampak sering
15.45
2. Mengidentifikasi faktor menguap
pengganggu tidur A : masalah gangguan pola
Hasil: klien mengatakan tidur belum teratasi
15.50 nyeri pada luka post P : lanjutkan intervensi
49
operasi dan sering BAK 1,2,3,4,5
saat malam hari 1. Monitor/catat kebutuhan
3. Menciptakan lingkungan tidur pasien setiap hari
yang nyaman dan jam
15.55
Hasil:mengurangi 2. Identifikasi faktor
pembesuk diwaktu jam pengganggu tidur
tidur 3. Ciptakan lingkungan yang
4. Menjelaskan pentingnya nyaman
16.00
tidur yang adekuat 4. Jelaskan pentingnya tidur
Hasil: klien belum paham ang adekuat
mengenai pentingnya tidur 5. Kolaborasi pemberian
yang cukup obat tidur
5. Mengkolaborasikan
pemberian obat tidur
Hasil: Tidak dilakukan
kolaborasi pemberian obat
tidur
Shift malam
50
1. Rabu, 16/2/2022 Nyeri akut 21.00 1. Mengobservasi reaksi 22.00 S : pasien mengatakan nyeri
berhubungan dengan nonverbal dari pada kaki kiri
agen pencedera fisik ketidaknyamanan O : pasien tampak meringis
(prosedur operasi) Hasil : pasien tampak A : masalah nyeri belum
meringis teratasi
21.05
2. Mengkaji nyeri secara P : lanjutkan intervensi
komperenshif 1,2,3,4,5
Hasil : p : luka post op 1. Observasi reaksi
Q : seperti teriris-iris nonverbal dari
R : kaki kanan ketidaknyamanan
S : skala 5 2. Kaji nyeri secara
21.10
T : hilang timbul komperenshif
3. Menganjurkan teknik 3. Anjurkan teknik
relaksasi nafas dalam relaksasi nafas dalam
Hasil : pasien 4. Berikan HE tentang
22.15
melakukan teknik nafas penyebab nyeri
dalam 5. Kolaborasi pemberian
4. Mengajarkan HE tentang obat analgetik
penyebab nyeri
51
22.20 Hasil : pasien
mengetahui peyebab
nyeri
5. Mengkolaborasikan
pemberian obat
analgetik
Hasil : santagesik 1 gr /
8 jam/IV
2. Rabu, 16/2/2022 Gangguan integritas 22.25 1. Memonitor karakteristik 23.00 S : pasien mengatakan ada
kulit/ jaringan luka luka pada kaki kiri
berhubungan dengan Hasil : berwarna O : berwarna kemerahan dan
neuropati perifer kemerahan dan berisi berisi pus, 10cm×5cm×3cm
pus, 10cm×5cm×3cm A : masalah gangguan
22.30
2. Mengidentifikasi tanda- integritas jaringan belum
tanda infeksi teratasi
22.35 Hasil : terdapat pus P : lanjutkan intervensi
3. Mengubah posisi tiap 2 1,2,3,4,5
jam 1. Monitor karakteristik
Hasil : miring kanan dan luka
22.40
kiri 2. Mengidentifikasi
52
4. Menjelaskan tanda dan tanda-tanda infeksi
gejala infeksi 3. Mengubah posisi tiap
Hasil : pasien 2 jam
mengetahui jika ada 4. Jelaskan tanda dan
3. Rabu , 16/2/2022 Perfusi perifer tidak 22.50 1. Memonitor panas, 23.00 S: klien mengatakan sering
efektif berhubungan kemerahan, nyeri, atau terasa kram
dengan hiperglikemia bengkak pada ekstremitas O: GDS: 292 mg/dl
Hasil: klien merasa nyeri pada A: masalah perfusi jaringan
luka post operasi perifer tidak efektif belum
22.55
2. Mengidentifikasi faktor teratasi
resiko gangguan sirkulasi P: lanjutkan intervensi
53
Hasil: proses penyakit diabetes 1,2,3,4,5
23.00 mellitus 1. Monitor panas,
3. Melakukan perawatan luka kemerahan, nyeri,
sesuai kebutuhan atau bengkak pada
Hasil: dilakukan perawatan ekstremitas
23.05
luka 2. Identifikasi faktor
4. Menganjurkan menghindari pengganggu sirkulasi
penekanan pada kaki yang 3. Lakukan perawatan
mengalami ulkus luka sesuai kebutuhan
Hasil: menggunakan kursi roda 4. Anjurkan menghindari
23.10
saat ke wc penekanan pada kaki
yang ulkus
5. Mengkolaborasikan
5. Kolaborasi pemberian
pemberian antibiotic
antibiotik
Hasil: ambacim 1 gr/8 jam/
IV
4. Rabu, 16/2/2022 Intoleransi aktivitas 23.15 1. Mengobservasi sumber 24.00 S : pasien mengatakan tidak
berhubungan dengan yang diperlukan untuk bisa bergerak karena lemah
54
adanya abses aktivitas yang O : pasien tampak lemah
diinginkan A : masalah intoleransi
Hasil : pasien aktivitas belum teratasi
memerlukan keluarga P : lanjutkan intervensi
55
mengetahui makanan
yang bagus untuk proses
penyembuhan stelah
23.35
operasi seperti bubur,
ikan gabus, yang tinggi
protein, sayur dan buah
5. Mengkolaborasikan
dengan ahli gizi dalam
pemberian makanan
Hasil : diberikan bubur,
sayur, ikan dan buah
5. Rabu, 16/2/2022 Gangguan pola tidur 23.40 1. Memonitor/catat kebutuhan 24.00 S : klien mengatakan masih
berhubungan dengan tidur pasien setiap hari dan belum bisa tidur dengan baik
adanya persepsi nyeri jam O : pasien tampak lemah
Hasil: 6-8 jam/ hari Pasien tampak sering
23.45
2. Mengidentifikasi faktor menguap
pengganggu tidur A : masalah gangguan pola
Hasil: klien mengatakan tidur belum teratasi
23.50 nyeri pada luka post operasi P : lanjutkan
dan sering BAK saat malam intervensi1,2,3,4,5
56
hari 1. Monitor/catat kebutuhan
3. Menciptakan lingkungan tidur pasien setiap hari
yang nyaman dan jam
23.55
Hasil: mengurangi 2. Identifikasi faktor
pembesuk diwaktu jam penganggu tidur
tidur 3. Ciptakan lingkungan
4. Jelaskan pentingnya tidur yang nyaman
24.00 yang adekuat 4. Jelaskan pentingnya
Hasil: klien belum paham tidur ang adekuat
mengenai pentingnya tidur 5. Kolaborasi pemberian
yang cukup obat tidur
5. Kolaborasi pemberian obat
tidur
Hasil:-
Shift pagi
57
No Hari / tanggal Diagnose keperawatan Jam Implementasi Jam Evaluasi
1. Kamis, 17/2/2022 Nyeri akut 09.00 1. Mengobservasi reaksi 09.50 S : pasien mengatakan nyeri
berhubungan dengan nonverbal dari pada kaki kiri
agen pencedera fisik ketidaknyamanan O : pasien tampak meringis
(prosedur operasi) Hasil : pasien tampak A : masalah nyeri belum
meringis teratasi
09.10
2. Mengkaji nyeri secara P : lanjutkan intervensi
komperenshif 1,2,3,4,5
Hasil : p : luka post op 1. Observasi reaksi
Q : seperti teriris- nonverbal dari
iris ketidaknyamanan
R : kaki kiri 2. Kaji nyeri secara
58
tentang penyebab nyeri
Hasil : pasien
09.40
mengetahui peyebab
nyeri karena luka pada
kaki
5. Kolaborasikan
pemberian obat
analgetik
Hasil : santagesik 1 gr /
8 jam
2. Kamis , 17/2/2022 Gangguan integritas 09.45 1. Memonitor 10.10 S : pasien mengatakan ada
kulit/ jaringan karakteristik luka luka pada kaki kiri
berhubungan dengan Hasil : berwarna O : berwarna kemerahan dan
neuropati perifer kemerahan dan berisi berisi pus, 10cm×5cm×3cm
pus, 10cm×5cm×3cm A : masalah gangguan
09.50
2. Mengidentifikasi integritas jaringan belum
tanda-tanda infeksi teratasi
09.55 Hasil : terdapat pus P : lanjutkan intervensi
3. Mengubah posisi tiap 2 1,2,3,4,5
jam 1. Monitor karakteristik
59
Hasil : miring kanan luka
10.00 dan kiri 2. Mengidentifikasi
4. Menjelaskan tanda dan tanda-tanda infeksi
gejala infeksi 3. Mengubah posisi tiap
Hasil : pasien 2 jam
mengetahui jika ada 4. Jelaskan tanda dan
kemerahan, bengkak, gejala infeksi
10.05 nyeri, bernanah 5. Kolaborasi prosedur
termasuk gejala infeksi debridement
5. Kolaborasikan
prosedur debridement
Hasil : dilakukan
pengangkatan jaringan
kulit mati
3. Kamis, 17/2/2022 Perfusi perifer tidak 10.10 1. Memonitor panas, 11.00 S: klien mengatakan terasa
efektif berhubungan kemerahan, nyeri, atau keram pada kaki post operasi
dengan hiperglikemia bengkak pada ekstremitas O: GDS: 292 mg/dl
Hasil: klien merasa nyeri pada A: masalah perfusi jaringan
luka post operasi perifer tidak efektif belum
10.15
2. Mengidentifikasi faktor teratasi
60
resiko gangguan sirkulasi P: lanjutkan intervensi
Hasil: proses penyakit 1,2,3,4,5
10.20
diabetes mellitus 1. Monitor panas,
3. Melakukan perawatan kemerahan, nyeri,
luka sesuai kebutuhan atau bengkak pada
4. Kamis, 17/2/2022 Intoleransi aktivitas 10.35 1. Mengobservasi sumber 12.00 S : pasien mengatakan tidak
berhubungan dengan yang diperlukan untuk
61
adanya abses aktivitas yang bisa bergerak karena lemah
diinginkan O : pasien tampak lemah
Hasil : pasien A : masalah intoleransi
memerlukan keluarga aktivitas belum teratasi
untuk beraktivitas P : lanjutkan intervensi
10.35 2. Mengkaji aktivitas 1,2,3,4,5
yang mampu dilakukan 1. Observasi sumber
Hasil : pasien belum yang diperlukan
bisa melakukan untuk aktivitas yang
aktivitas diinginkan
10.40
3. Membantu pasien 2. Kaji aktivitas yang
melakukan aktivitas mampu dilakukan
fisik secara teratur 3. Bantu pasien
Hasil : pasien belum melakukan aktivitas
bisa melakukan fisik secara teratur
10.45
aktivitas fisik 4. Berikan HE
4. Mengajarkan HE 5. Kolaborasi dengan
tentang makanan yang ahli gizi
bagus untuk proses
penyembuhan setelah
62
operasi
Hasil : pasien
mengetahui makanan
yang bagus untuk
proses penyembuhan
10.50 luka seperti bubur, ikan
gabus, yang tinggi
protein, sayur dan buah
5. Kolaborasikan dengan
ahli gizi dalam
pemberian makanan
Hasil : diberikan bubur,
sayur, ikan dan buah
5. Kamis, 17/2/2022 Gangguan pola tidur 10.55 1. Memonitor/catat kebutuhan 17.00 S : klien mengatakan masih
berhubungan dengan tidur pasien setiap hari dan belum bisa tidur dengan baik
adanya persepsi nyeri jam O : pasien tampak lemah
Hasil: 6-8 jam/ hari Pasien tampak sering
11.00
2. Mengidentifikasi faktor menguap
pengganggu tidur A : masalah gangguan pola
63
Hasil: klien sering BAK tidur belum teratasi
11.05 saat malam hari P : lanjutkan intervensi
3. Menciptakan lingkungan 1,2,3,4,5
yang nyaman 1. Monitor/catat kebutuhan
Hasil: mengurangi tidur pasien setiap hari
Shift siang
64
1. Kamis, 17/2/2022 Nyeri akut 14.00 1. Mengobservasi reaksi 14.30 S : pasien mengatakan nyeri
berhubungan dengan nonverbal dari pada kaki kiri
agen pencedera fisik ketidaknyamanan O : pasien tampak meringis
(prosedur operasi) Hasil : pasien tampak A : masalah nyeri belum
meringis teratasi
14.05
2. Mengkaji nyeri secara P : lanjutkan intervensi
komperenshif 1,2,3,4,5
Hasil : p : luka post op 1. Observasi reaksi
Q : seperti teriris- nonverbal dari
iris ketidaknyamanan
R : kaki kiri 2. Kaji nyeri secara
65
tentang penyebab nyeri
14.20 Hasil : pasien
mengetahui peyebab
nyeri
5. Kolaborasikan
pemberian obat
analgetik
Hasil : santagesik 1 gr /
8 jam
2. Kamis, 17/2/2022 Gangguan integritas 14.25 1. Memonitor 13.20 S : pasien mengatakan ada
kulit/ jaringan karakteristik luka luka pada kaki kiri
berhubungan dengan Hasil : berwarna O : berwarna kemerahan dan
neuropati perifer kemerahan dan berisi berisi pus, 10cm×5cm×3cm
pus, 10cm×5cm×3cm A : masalah gangguan
14.30
2. Mengidentifikasi integritas jaringan belum
tanda-tanda infeksi teratasi
14.35 Hasil : terdapat pus P : lanjutkan intervensi
3. Mengubah posisi tiap 2 1,2,3,4,5
jam 1. Monitor karakteristik
Hasil : miring kanan luka
66
14.40 dan kiri 2. Mengidentifikasi
4. Menjelaskan tanda dan tanda-tanda infeksi
gejala infeksi 3. Mengubah posisi tiap
Hasil : pasien 2 jam
mengetahui jika ada 4. Jelaskan tanda dan
kemerahan, bengkak, gejala infeksi
14.45 nyeri, bernanah 5. Kolaborasi prosedur
termasuk gejala infeksi debridement
5. Kolaborasikan
prosedur debridement
Hasil : dilakukan
pengangkatan jaringan
kulit mati
3. Kamis, 17/2/2022 Perfusi perifer tidak 14.50 1. Memonitor panas, S: klien mengatakan badan
efektif berhubungan kemerahan, nyeri, atau terasa lemas
dengan hiperglikemia bengkak pada O: GDS: 292 mg/dl
ekstremitas A: masalah perfusi jaringan
Hasil: klien merasa nyeri pada perifer tidak efektif belum
67
resiko gangguan sirkulasi 1,2,3,4,5
Hasil: proses penyakit 1. Monitor panas,
15.00
diabetes mellitus kemerahan, nyeri,
3. Melakukan perawatan atau bengkak pada
luka sesuai kebutuhan ekstremitas
4. Kamis, 17/2/2022 Intoleransi aktivitas 15.15 1. Mengobservasi sumber 14.20 S : pasien mengatakan tidak
berhubungan dengan yang diperlukan untuk bisa bergerak karena lemah
aktivitas yang
68
adanya abses diinginkan O : pasien tampak lemah
Hasil : pasien A : masalah intoleransi
memerlukan keluarga aktivitas belum teratasi
untuk beraktivitas P : lanjutkan intervensi
15.20
2. Mengkaji aktivitas 1,2,3,4,5
yang mampu dilakukan 1. Observasi sumber
Hasil : pasien belum yang diperlukan
bisa melakukan untuk aktivitas yang
15.25
aktivitas diinginkan
3. Membantu pasien 2. Kaji aktivitas yang
melakukan aktivitas mampu dilakukan
fisik secara teratur 3. Bantu pasien
Hasil : pasien belum melakukan aktivitas
15.30 bisa melakukan fisik secara teratur
aktivitas fisik 4. Berikan HE
4. Memberikan HE 5. Kolaborasi dengan
tentang makanan yang ahli gizi
bagus untuk proses
penyembuhan
Hasil : pasien
69
mengetahui makanan
yang bagus untuk
proses penyembuhan
stelah operasi seperti
15.35
bubur, ikan gabus,
yang tinggi protein,
sayur dan buah
5. Kolaborasikan dengan
ahli gizi dalam
pemberian makanan
Hasil : diberikan bubur,
sayur, ikan dan buah
5. kamis, 17/2/2022 Gangguan pola tidur 15.40 1. Memonitor/catat 15.00 S : klien mengatakan masih
berhubungan dengan kebutuhan tidur pasien belum bisa tidur dengan baik
adanya persepsi nyeri setiap hari dan jam O : pasien tampak lemah
Hasil: 6-8 jam/ hari Pasien tampak sering
15.45
2. Mengidentifikasi faktor menguap
pengganggu tidur A : masalah gangguan pola
Hasil: klien sering BAK tidur belum teratasi
70
15.50 saat malam hari P : lanjutkan intervensi
3. Menciptakan lingkungan 1,2,3,4,5
yang nyaman 1. Monitor/catat
Hasil: mengurangi kebutuhan tidur
pembesuk diwaktu jam pasien setiap hari dan
15.55
tidur jam
4. Menjelaskan pentingnya 2. Identifikasi faktor
tidur yang adekuat pengganggu tidur
Hasil: klien belum paham 3. Ciptakan lingkungan
16.00
mengenai pentingnya tidur yang nyaman
yang cukup 4. Jelaskan pentingnya
5. Kolaborasikan pemberian tidur ang adekuat
obat tidur 5. Kolaborasi
Hasil:- pemberian obat tidur
Shift malam
71
No Hari / tanggal Diagnose keperawatan Jam Implementasi Jam Evaluasi
1. Kamis , 17/2/2022 Nyeri akut 21.00 1. Mengobservasi reaksi 21.20 S : pasien mengatakan nyeri
berhubungan dengan nonverbal dari pada kaki kiri
agen pencedera fisik ketidaknyamanan O : pasien tampak meringis
(prosedur operasi) Hasil : pasien tampak A : masalah nyeri belum
meringis teratasi
21.05
2. Mengkaji nyeri secara P : lanjutkan intervensi
komperenshif 1,2,3,4,5
Hasil : p : luka post op 1. Observasi reaksi
Q : seperti teriris-iris nonverbal dari
R : kaki kiri ketidaknyamanan
S : skala 4 2. Kaji nyeri secara
72
22.20 mengetahui peyebab nyeri
nyeri 5. Kolaborasi
pemberian obat
5. Kolaborasikan
pemberian obat analgetik
Hasil : santagesik 1 gr / 8
jam
2. Kamis, 17/2/2022 Gangguan integritas 22.25 1. Memonitor karakteristik 23.00 S : pasien mengatakan ada
kulit/ jaringan luka luka pada kaki kiri
berhubungan dengan Hasil : berwarna O : berwarna kemerahan dan
neuropati perifer kemerahan dan berisi berisi pus, 10cm×5cm×3cm
pus, 10cm×5cm×3cm A : masalah gangguan
22.30
2. Mengidentifikasi tanda- integritas jaringan belum
tanda infeksi teratasi
22.35 Hasil : terdapat pus P : lanjutkan intervensi
3. Mengubah posisi tiap 2 1,2,3,4,5
jam 1. Monitor karakteristik
Hasil : miring kanan dan luka
22.40
kiri 2. Mengidentifikasi
4. Menjelaskan tanda dan tanda-tanda infeksi
73
gejala infeksi 3. Mengubah posisi tiap
Hasil : pasien 2 jam
mengetahui jika ada 4. Jelaskan tanda dan
kemerahan, bengkak, gejala infeksi
22.45
nyeri, bernanah termasuk 5. Kolaborasi prosedur
gejala infeksi debridement
5. Kolaborasikan prosedur
debridement
Hasil : dilakukan
pengangkatan jaringan
kulit mati
3. Kamis, 17/2/2022 Perfusi perifer tidak 22.50 1. Memonitor panas, 23.00 S: klien mengatakan badan
efektif berhubungan kemerahan, nyeri, atau terasa lemas
dengan hiperglikemia bengkak pada ekstremitas O: GDS: 290 mg/dl
Hasil: klien merasa nyeri pada A: masalah perfusi jaringan
luka post operasi perifer tidak efektif belum
22.55
2. Mengidentifikasi faktor teratasi
resiko gangguan sirkulasi P: lanjutkan intervensi
Hasil: proses penyakit diabetes 1,2,3,4,5
23.00 mellitus 1. Monitor panas,
74
3. Melakukan perawatan luka kemerahan, nyeri,
sesuai kebutuhan atau bengkak pada
Hasil: dilakukan perawatan luka ekstremitas
23.05
post operasi 2. Identifikasi faktor
4. Menganjurkan menghindari pengganggu sirkulasi
penekanan pada kaki yang 3. Lakukan perawatan
mengalami ulkus luka sesuai
23.10 Hasil: menggunakan kursi roda kebutuhan
saat ke wc 4. Anjurkan
menghindari
5. Mengkolaborasikan
penekanan pada kaki
pemberian antibiotic
yang ulkus
Hasil: ambacim 1 gr/8 jam/
5. Kolaborasi
IV
pemberian antibiotic
4. Kamis, 17/2/2022 Intoleransi aktivitas 23.15 1. Mengobservasi sumber 24.00 S : pasien mengatakan tidak
berhubungan dengan yang diperlukan untuk bisa bergerak karena lemah
75
adanya abses aktivitas yang diinginkan O : pasien tampak lemah
Hasil : pasien A : masalah intoleransi
memerlukan keluarga aktivitas belum teratasi
untuk beraktivitas P : lanjutkan intervensi
23.20
2. Mengkaji aktivitas yang 1,2,3,4,5
mampu dilakukan 1. Observasi sumber
Hasil : pasien belum bisa yang diperlukan
23.25 melakukan aktivitas untuk aktivitas yang
3. Membantu pasien diinginkan
melakukan aktivitas fisik 2. Kaji aktivitas yang
secara teratur mampu dilakukan
76
penyembuhan stelah
23.35 operasi seperti bubur,
ikan gabus, yang tinggi
protein, sayur dan buah
5. Kolaborasikan dengan
ahli gizi dalam
pemberian makanan
Hasil : diberikan bubur,
sayur, ikan dan buah
5. Kamis, 17/2/2022 Gangguan pola tidur 23.40 1. Memonitor/catat kebutuhan 24.00 S : klien mengatakan masih
berhubungan dengan tidur pasien setiap hari dan belum bisa tidur dengan baik
adanya persepsi nyeri jam O : pasien tampak lemah
Hasil: 6-8 jam/ hari Pasien tampak sering
23.45
2. Mengidentifikasi faktor menguap
pengganggu tidur A : masalah gangguan pola
Hasil: klien sering BAK saat tidur belum teratasi
23.50 malam hari P : lanjutkan intervensi
3. Menciptakan lingkungan 1,2,3,4,5
yang nyaman 1. Monitor/catat kebutuhan
Hasil: mengurangi pembesuk tidur pasien setiap hari
77
23.55 diwaktu jam tidur dan jam
4. Menjelaskan pentingnya 2. Identifikasi faktor
tidur yang adekuat pengganggu tidur
Hasil: klien belum paham 3. Ciptakan lingkungan
mengenai pentingnya tidur yang nyaman
24.00
yang cukup 4. Jelaskan pentingnya tidur
5. Kolaborasikan pemberian yang adekuat
obat tidur 5. Kolaborasi pemberian
Hasil: Tidak dilakukan obat tidur
kolaborasi pemberian obat
tidur
Shift pagi
78
1. Jum’at, 18/2/2022 Nyeri akut 09.00 1. Mengobservasi reaksi 10.10 S : pasien mengatakan nyeri
berhubungan dengan nonverbal dari pada kaki kiri
agen pencedera fisik ketidaknyamanan O : pasien tampak meringis
(prosedur operasi) Hasil : pasien tampak A : masalah nyeri belum
meringis teratasi
09.10
2. Mengkaji nyeri secara P : lanjutkan intervensi
komperehenshif 1,2,3,4
Hasil : p : luka post op 1. Observasi reaksi
Q : seperti teriris- nonverbal dari
iris ketidaknyamanan
R : kaki kiri 2. Kaji nyeri secara
79
pemberian obat
analgetik
Hasil : santagesik 1 gr /
8 jam
2. Jum’at, 18/2/2022 Gangguan integritas 09.35 1. Memonitor 10.20 S : pasien mengatakan ada
kulit/ jaringan karakteristik luka luka pada kaki kiri
berhubungan dengan Hasil : berwarna O : berwarna kemerahan dan
neuropati perifer kemerahan dan berisi berisi pus, 10cm×5cm×3cm
pus, 10cm×5cm×3cm A : masalah gangguan
09.40
2. Mengidentifikasi integritas jaringan belum
tanda-tanda infeksi teratasi
09.45 Hasil : terdapat pus P : lanjutkan intervensi
3. Mengubah posisi tiap 2 1,2,3,4
jam 1. Monitor karakteristik
Hasil : miring kanan luka
09.50
dan kiri 2. Mengidentifikasi
4. Kolaborasikan tanda-tanda infeksi
prosedur debridement 3. Mengubah posisi tiap
Hasil : dilakukan 2 jam
pengangkatan jaringan 4. Kolaborasi prosedur
80
kulit mati debridement
3. Jum’at, 18/2/2022 Perfusi perifer tidak 09.55 1. Memonitor panas, S: klien mengatakan sering
efektif berhubungan kemerahan, nyeri, atau terasa kram pada kaki post
dengan hiperglikemia bengkak pada ekstremitas operasi
Hasil: klien merasa nyeri pada O: GDS: 280 mg/dl
luka post operasi A: masalah perfusi jaringan
81
5. Mengkolaborasikan menghindari
pemberian antibiotic penekanan pada kaki
Hasil: ambacim 1 gr/8 yang ulkus
jam/ IV 5. Kolaborasi
pemberian antibiotik
4. Jum’at, 18/2/2022 Intoleransi aktivitas 10.20 1. Mengobservasi sumber 11.00 S : pasien mengatakan tidak
berhubungan dengan yang diperlukan untuk bisa bergerak karena lemah
adanya abses aktivitas yang O : pasien tampak lemah
diinginkan A : masalah intoleransi
Hasil : pasien aktivitas belum teratasi
memerlukan keluarga P : lanjutkan intervensi
10.25 untuk beraktivitas 1,2,3,4
2. Mengkaji aktivitas 1. Observasi sumber
yang mampu dilakukan yang diperlukan
Hasil : pasien belum untuk aktivitas yang
bisa melakukan diinginkan
10.30
aktivitas 2. Kaji aktivitas yang
3. Membantu pasien mampu dilakukan
melakukan aktivitas 3. Bantu pasien
fisik secara teratur melakukan aktivitas
82
Hasil : pasien belum fisik secara teratur
10.35 bisa melakukan 4. Kolaborasi dengan
aktivitas fisik ahli gizi
4. Kolaborasikan dengan
ahli gizi dalam
pemberian makanan
Hasil : diberikan bubur,
sayur, ikan dan buah
5. Jum’at, 18/2/2022 Gangguan pola tidur 10.40 1. Memonitor/catat 12.00 S : klien mengatakan bisa
berhubungan dengan kebutuhan tidur pasien tidur dengan baik
adanya persepsi nyeri setiap hari dan jam O : pasien tampak segar
Hasil: 6-8 jam/ hari Pasien tidak menguap lagi
10.50
2. Mengidentifikasi faktor A : masalah gangguan pola
pengganggu tidur tidur belum teratasi
Hasil: klien sudah tidak P : lanjutkan intervensi 1,2,3
sering BAK saat malam 1. Monitor/catat kebutuhan
10.55 hari tidur pasien setiap hari
3. Menciptakan lingkungan dan jam
yang nyaman 2. Monitor waktu makan dan
Hasil: mengurangi minum dengan waktu
83
pembesuk diwaktu jam tidur
tidur 3. Ciptakan lingkungan yang
nyaman
Shift siang
84
relaksasi nafas dalam nafas dalam
Hasil : pasien 4. Kolaborasi
14.15
melakukan teknik nafas pemberian obat
dalam analgetik
4. Kolaborasikan
pemberian obat
analgetik
Hasil : santagesik 1 gr /
8 jam
2. Jum’at, 18/2/2022 Gangguan integritas 14.25 1. Memonitor 14.10 S : pasien mengatakan ada
kulit/ jaringan karakteristik luka luka pada kaki kiri
berhubungan dengan Hasil : berwarna O : berwarna kemerahan dan
neuropati perifer kemerahan dan berisi berisi pus, 10cm×5cm×3cm
pus, 10cm×5cm×3cm A : masalah gangguan
14.30
2. Mengidentifikasi integritas jaringan belum
tanda-tanda infeksi teratasi
14.35 Hasil : terdapat pus P : lanjutkan intervensi
3. Mengubah posisi tiap 2 1,2,3,4
jam 1. Monitor karakteristik
Hasil : miring kanan luka
85
14.40 dan kiri 2. Mengidentifikasi
4. Kolaborasikan tanda-tanda infeksi
prosedur debridement 3. Mengubah posisi tiap
Hasil : dilakukan 2 jam
pengangkatan jaringan 4. Kolaborasi prosedur
kulit mati debridement
3. Jum’at, 18/2/2022 Perfusi perifer tidak 14.45 1. Memonitor panas, S: klien mengatakan sering
efektif berhubungan kemerahan, nyeri, atau terasa kram
dengan hiperglikemia bengkak pada O: GDS: 280 mg/dl
ekstremitas A: masalah perfusi jaringan
Hasil: klien merasa nyeri pada perifer tidak efektif belum
86
luka post operasi pengganggu sirkulasi
4. Menganjurkan 3. Lakukan perawatan
menghindari penekanan luka sesuai
pada kaki yang kebutuhan
4. Jum’at, 18/2/2022 Intoleransi aktivitas 15.15 1. Mengobservasi sumber 15.20 S : pasien mengatakan tidak
berhubungan dengan yang diperlukan untuk bisa bergerak karena lemah
adanya abses aktivitas yang O : pasien tampak lemah
diinginkan A : masalah intoleransi
Hasil : pasien aktivitas belum teratasi
memerlukan keluarga P : lanjutkan intervensi
15.20 untuk beraktivitas 1,2,3,4
2. Mengkaji aktivitas 1. Observasi sumber
yang diperlukan
87
yang mampu dilakukan untuk aktivitas yang
Hasil : pasien belum diinginkan
15.25
bisa melakukan 2. Kaji aktivitas yang
aktivitas mampu dilakukan
3. Membantu pasien 3. Bantu pasien
melakukan aktivitas melakukan aktivitas
fisik secara teratur fisik secara teratur
15.30 Hasil : pasien belum 4. Kolaborasi dengan
bisa melakukan ahli gizi
aktivitas fisik
4. Kolaborasikan dengan
ahli gizi dalam
pemberian makanan
Hasil : diberikan bubur,
sayur, ikan dan buah
5. Jum’at, 18/2/2022 Gangguan pola tidur 15.35 1. Memonitor/catat kebutuhan 17.00 S : klien mengatakan masih
berhubungan dengan tidur pasien setiap hari dan belum bisa tidur dengan baik
adanya persepsi nyeri jam O : pasien tampak segar
Hasil: 6-8 jam/ hari Pasien tidak sering menguap
15.40
2. Mengidentifikasi faktor lagi
88
pengganggu tidur A : masalah gangguan pola
Hasil: klien sudak tidak tidur teratasi
sering BAK saat malam P : pertahankan intervensi
15.45
hari 1,2,3
3. Menciptakan lingkungan 1. Monitor/catat kebutuhan
yang nyaman tidur pasien setiap hari
Hasil: mengurangi dan jam
pembesuk diwaktu jam 2. Identifikasi faktor
tidur pengganggu tidur
3. Ciptakan lingkungan yang
nyaman
Shift malam
89
1. Jum’at, 18/2/2022 Nyeri akut 21.00 1. Mengobservasi reaksi 21.30 S : pasien mengatakan tidak
berhubungan dengan nonverbal dari nyeri lagi
agen pencedera fisik ketidaknyamanan O : pasien tampak tidak
(prosedur operasi) Hasil : pasien tampak meringis lagi
tidak meringis lagi A : masalah nyeri belum
21.05
2. Mengkaji nyeri secara teratasi
komperenshif P : lanjutkan intervensi 1,2,3,
Hasil : 1. Observasi reaksi
p : luka post op nonverbal dari
Q : seperti teriris- ketidaknyamanan
iris 2. Kaji nyeri secara
R : kaki kiri komperenshif
21.10 S : skala 1 3. Evaluasi teknik nafas
T : hilang timbul dalam
3. Mengevaluasi teknik
relaksasi nafas dalam
Hasil : pasien
melakukan teknik nafas
dalam
2. Jum’at, 18/2/2022 Gangguan integritas 22.25 1. Memonitor 23.00 S : pasien mengatakan ada
90
kulit/ jaringan karakteristik luka luka pada kaki kiri
berhubungan dengan Hasil : berwarna O : berwarna kemerahan dan
neuropati perifer kemerahan dan berisi berisi pus, 10cm×5cm×3cm
pus, 10cm×5cm×3cm A : masalah gangguan
22.30
2. Mengidentifikasi integritas jaringan belum
tanda-tanda infeksi teratasi
22.35 Hasil : terdapat pus P : lanjutkan intervensi
3. Mengubah posisi tiap 2 1,2,3,4
jam 1. Monitor karakteristik
Hasil : miring kanan luka
22.40
dan kiri 2. Mengidentifikasi
4. Menjelaskan tanda dan tanda-tanda infeksi
gejala infeksi 3. Mengubah posisi tiap
Hasil : pasien 2 jam
mengetahui jika ada 4. Kolaborasi prosedur
kemerahan, bengkak, debridement
22.45
nyeri, bernanah
termasuk gejala infeksi
5. Kolaborasikan
prosedur debridement
91
Hasil : dilakukan
pengangkatan jaringan
kulit mati
3. Jum’at, 18/2/2022 Perfusi perifer tidak 22.50 1. Memonitor panas, S: klien mengatakan badan
efektif berhubungan kemerahan, nyeri, atau terasa lemas
dengan hiperglikemia bengkak pada ekstremitas O: GDS: 280 mg/dl
Hasil: klien merasa nyeri pada A: masalah perfusi jaringan
luka post operasi perifer tidak efektif belum
22.55
2. Mengidentifikasi faktor teratasi
resiko gangguan sirkulasi P: lanjutkan intervensi
Hasil: proses penyakit 1,2,3,4,5
23.00 diabetes mellitus 1. Monitor panas,
3. Melakukan perawatan kemerahan, nyeri,
luka sesuai kebutuhan atau bengkak pada
Hasil: belum dilakukan ekstremitas
92
pada kaki yang kebutuhan
mengalami ulkus 4. Anjurkan
23.10
Hasil: menggunakan kursi menghindari
roda saat ke wc penekanan pada kaki
yang ulkus
5. Mengkolaborasikan
5. Kolaborasi
pemberian antibiotic
pemberian antibiotik
Hasil: ambacim 1 gr/8
jam/ IV
4. Jum’at, 18/2/2022 Intoleransi aktivitas 23.15 1. Mengobservasi sumber 24.00 S : pasien mengatakan tidak
berhubungan dengan yang diperlukan untuk bisa bergerak karena lemah
adanya abses aktivitas yang O : pasien tampak lemah
diinginkan A : masalah intoleransi
Hasil : pasien aktivitas belum teratasi
memerlukan keluarga P : lanjutkan intervensi
23.20 untuk beraktivitas 1,2,3,4
2. Mengkaji aktivitas 1. Observasi sumber
yang mampu dilakukan yang diperlukan
Hasil : pasien belum untuk aktivitas yang
bisa melakukan diinginkan
23.25
aktivitas 2. Kaji aktivitas yang
93
3. Membantu pasien mampu dilakukan
melakukan aktivitas 3. Bantu pasien
fisik secara teratur melakukan aktivitas
Hasil : pasien belum fisik secara teratur
94
3. Menciptakan lingkungan dan jam
yang nyaman 2. Identifikasi faktor
Hasil: mengurangi pengganggu tidur
pembesuk diwaktu jam 3. Ciptakan lingkungan yang
tidur nyaman
95
BAB IV
PEMBAHASAN
terhadap insulin, atau kombinasi keduanya. Kepatuhan diit adalah suatu perilaku
pengeluaran insulin oleh sel β. Dengan asupan glukosa yang rendah, maka
glukosa darah tidak akan terlalu meningkat selama keadaan absorptif. Asupan
dalam saluran penceraan yang akan mempengaruhi sel beta pankreas untuk
mensekresikan insulin Pada saat kita makan sebagai reaksi, pankreas akan
dengan teori adalah Nyeri akut, Perfusi perifer tidak efektif, Hipovolemia,
Tangga dengan diagnosa medis Diabetes melltus Tipe 2. Keluhan utama yaitu
nyeri pada luka pos operasi, kemudian riwayat dari keluhan utama yaitu klien
mengatakan nyeri pada kaki kiri, klien mengatakan ada luka di kaki kiri, klien
juga mengatakan sulit bergerak karena lukanya, klien mengatakan sulit tidur dan
mengeluh sering terbangun tengah malam. Kemudian pada saat pemeriksaan fisik
96
head to toe didapatkan keadaan umum klien lemas, tingkat kesadaran GCS 15
composmentis, keadaan kulit lesi, kelainan pada kulit terdapat ulkus, terdapat luka
dengan panjang 10 cm dan diameter 5 cm terdap warna kuning dan berair, letak
luka yaitu pada kaki bagian kiri (sinistra), pada saat kulit diraba terasa hangat,
kelembaban kulit kering, dengan turgor kulit baik. Kemampuan berjalan klien
membutuhkan alat dan orang lain, kemampuan rentang gerak ekstermitas atas
kanan dan kiri, ekstermitas bawah kanan dapat digerakkan sedangkan bagian
istirahat dan tidur klien, jam tidur malam sebelum sakit yaitu 23:00-06:00 dan
selama sakit tidur pada jam 24.00-04.00 dan jam tidur siang sebelum sakit 14.00-
15.00 dan selama sakit tidak bisa tidur siang. Pada pemeriksaan penunjang pada
tanggal 14/2/2022 yaitu ureum: 38,7, keratin 0,71 denan terapi medis ambacim 1
paracetamol 1 gr/ 12 jam/ Iv, neurosanbe 1 ampul/ 24 jam/ Iv, novorapid 12-12-12
unit.
nyeri pada area kaki kiri, klien mengatakan nyeri yang dirasakan sedang, klien
mengatakan nyerinya hilang timbul, klien mengatakan ada luka pada kaki kirinya,
klien mengatakan lukanya terdapat nanah, klien mengatakan lukanya dalam, klien
sering terbangun tengah malam BAK dank lien juga mengatakan kurang tidur.
Kemudian dari data objektif didapatkan klien Nampak meringis, klien Nampak
lemas, klien Nampak pusing, TTV: TD: 110/80 mmhg, P: 20 kali/ menit, N: 80
97
kali/ menit, S: 36 ˚ C, kemudian klien tampak terbaring, tampak luka pada kaki
kiri, ukurang 10 cm×5 cm×3 cm, Nampak sulit bergerak, Nampak dibantu
keluarga, memakai kursi roda, klen Nampak serin menguap, kelopak mata pasien
Nampak cekung, dan berbicara dengan tidak semangat. Dari data tersebut
yang diperoleh pada kasus Ny “M” tidak semua terdapat pada teori hal ini
disebutkan.
98
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari kasus Ny” M” didapatkan empat masalah keperawatan yaitu nyeri
akut, intoleransi aktivitas, gangguan integritas kulit/jaringan, gangguan pola
tidur. sedangkan pada teori diagnosa keperawatan yang sering muncul yaitu
nyeri akut, Perfusi perifer tidak efektif, Hipovolemia, Intoleransi aktivitas,
Resiko infeksi, Defisit nutrisi, Gangguan pola tidur.
Selama 3 hari implementasi tidak semua masalah keperawatan yang terjadi
teratasi yaitu:
1. Nyeri akut teratasi karena pasien sudah tidak merasakan nyeri pada luka
post operasi
2. Gangguan pola tidur teratasi karena pasien sudah mau tidur kebutuhan
tidur pasien sudah terpenuhi
3. Perfusi perifer tidak efektif belum teratasi karena masih kram pada kaki
kiri post operasi
4. Intolerasansi aktivitas belum teratasi karena masih lemah dan masih
dibantu dengan alat kursi roda dan dibantu keluarga
5. Ganggguan integritas kulit/jaringan belum teratasi karena luka masih
nampak dan terdapat pus
B. Saran
Pada kasus Ny” M” kepada pasien diharapkan mampu mengontrol
penyakitnya dengan cara dianjurkan diet makanan yang mengandung tinggi
karbohidrat, makanan dan minuman manis, dan bisa mengonsumsi sayur dan
buah-buahan, kemudian rutin olahraga jika keadaan memungkinkan, hal ini
dilakukan agar gula darah pasien bisa kembali normal atau mencegah
peningkatan gula darah secara signifikan.
99
DAFTAR PUSTAKA
Tim pokja SDKI DPP PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta: PPNI
Tim pokja SLKI DPP PPNI (2019) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta: PPNI
Tim pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta: PPNI
Arisman, (2012).Diabetes Mellitus. Dalam: Arisman, ed. Buku Ajar Ilmu Gizi
Obesitas, Diabetes Mellitus dan Dislipidemia. Jakarta: EGC, 44-54.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
100