Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. Y DENGAN DIAGNOSA DIABETES MELITUS


DENGAN KEBUTUHAN DASAR PERSONAL HYGIENE DI
RUANG BOUGENVILLE RSUD DR. DORIS SYLVANUS
PALANGKARAYA

Di Susun Oleh:

NAMA : Fredrick Immanuel


NIM : 2018.C.10a.0968.

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan ini di susun oleh :


Nama : Fredrick Immanuel
NIM : 2018.C.10a.0968
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. Y
Dengan Diabetes Melitus dan Kebutuhan Dasar Personal
Hygiene Di Ruang Bougenville RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan I (PPK I) Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademi Pembimbing Lahan

Mengetahui:
Ketua Program Studi S1 Keperawatan,

Meilitha Carolina, Ners., M.Kep


Kata Pengantar

Puji syukur  kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkah rahmat dan hidayahNya jugalah penyusunan laporan ini dapat
terselesaikan dalam bentuk yang sederhana.
Walaupun dalam penyusunan laporan ini memenuhi banyak kendala yang
dihadapi namun berkat dukungan dan motivasi dari semua pihak sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan ini.
Didalam menyelesaikan laporan ini masih banyak hambatan dan kendala
yang dihadapi, namun berkat dukungan dan kerja sama yang baik dari semua
pihak hingga penulis dapat menyelsaikan laporan ini tepat pada waktunya. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
terlibat.

Palangka Raya, 8 Juni 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i


KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum ..............................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus...............................................................3
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................3
1.4.1 Untuk Mahasiswa..........................................................3
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga.............................................3
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit).............3
1.4.4 Untuk IPTEK.................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit...........................................................5
2.1.1 Definisi .........................................................................5
2.1.2 Anatomi fisiologi ..........................................................5
2.1.3 Etiologi .........................................................................6
2.1.4 Klasifikasi .....................................................................8
2.1.5 Patofisiologi .................................................................9
2.1.6 Manisfestasi Klinis .......................................................13
2.1.7 Komplikasi ...................................................................15
2.1.8 Pemeriksa Penunjang ...................................................16
2.1.9 Penatalaksanaan Medis.................................................17
2.2 Konsep Dasar Manusia ..........................................................19
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan .........................................23
2.3.1 Pengkajian Keperawatan ..............................................23
2.3.2 Diagnosa Keperawatan .................................................25
2.3.3 Intervensi Keperawatan ................................................25
2.3.4 Implementasi Keperawatan ..........................................26
2.3.5 Evaluasi keperawatan ...................................................26
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian ..............................................................................27
3.1.1. Identitas Klien ..............................................................27
3.1.2. Riwayat Kesehatan/Perawatan .....................................27
3.1.3. Genogram .....................................................................28
3.1.4 Pemeriksaan fisik...........................................................29
3.2 Tabel Analisa Data..................................................................36
3.3 Rencana Keperawatan ...........................................................38
3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan...............................40

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................42
4.2 Saran......................................................................................42

Daftar Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan masalah kesehatan yang perlu
ditangani dengan seksama. Prevalensi DM meningkat setiap tahun, terutama
dikelompok resiko tinggi. DM yang tidak terkendali dapat menyebabkan
komplikasi metabolik ataupun komplikasi vaskuler jangka panjang, yaitu
mikroangiopati, sehingga rentan terhadap infeksi kaki luka yang kemudian
dapat berkembang menjadi gangren sehingga menimbulkan masalah gangguan
integritas jaringan kulit yang apabila tidak segera ditangani akan menimbulkan
komplikasi dan hal ini akan meningkatkan kasus amputasi (Kartika, 2017).
Menurut International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2015 jumlah
orang yang menderita Diabetes Mellitus di dunia mencapai 415 juta orang.
Pada tahun 2040 ini akan meningkat menjadi 2152 juta. Ada 10 juta kasus
diabetes di Indonesia pada tahun 2015. World Health Organization (WHO)
pada tahun 2012 disebutkan bahwa angka kematian akibat Diabetes Mellitus
mencapai 1,5 juta kematian. Indonesia menduduki peringkat ke 7 (7,6 juta
penderita) dari 10 peringkat negara dengan kasus Diabetes Mellitus terbanyak
di Dunia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) 2013,
prevalensi penderita penyakit Diabetes Mellitus berdasarkan diagnosa dokter
di Indonesia adalah 2,4%. Prevalensi penderita ulkus diabetik di Indonesia
sekitar 15% dengan risiko amputasi sebesar 30%, angka mortalitas 32% dan
ulkus diabetik merupakan penyebab terbesar perawatan di rumah
sakit yakni sebanyak 80%, berdasarkan data RSD dr Soebandi Jember angka
prevalensi Diabetes Mellitus 11% pada tahun 2013 (Agustin,2014), pada 6
bulan terakhir sejak bulan Januari sampai bulan Juni tahun 2017 jumlah kasus
Diabetes Mellitus sebanyak 73 pasien.
Faktor resiko tinggi terjadinya Diabetes Mellitus antara lain dislipedemia,
hipertensi, stres, rokok, obesitas, kurang olahraga, usia, riwayat keluarga serta
kebiasaan makan yang tidak sehat (Amu, 2014). Diabetes Mellitus terjadi
ketika sel beta tidak dapat memproduksi insulin (DM tipe 1) atau
memproduksi dalam jumlah yang tidak cukup (DM tipe 2). Salah satu
komplikasi kronik yang biasanya ditemukan pada penderita DM adalah
adanya ulkus pada kaki yang sering disebut dengan kaki diabetik, ulkus pada
kaki penderita diabetes disebabkan tiga faktor yang sering disebut trias, yaitu
iskemi, neuropati, dan infeksi. DM yang tidak terkendali akan menyebabkan
penebalan tunika intima (hiperplasia membran basalis arteri) pembuluh darah
besar dan kapiler, sehingga aliran darah jaringan tepi ke kaki terganggu dan
nekrosis yang mengakibatkan ulkus diabetikum sehingga menimbulkan
masalah gangguan integritas jaringan kulit (Kartika, 2017).
Pengelolaan holistic ulkus/gangren diabetic membutuhkan kerjasama
multidisipliner. Perawatan ulkus diabetes pada dasarnya terdiri dari 3
komponen utama yaitu debridement, pengurangan beban tekanan pada kaki,
dan penanganan infeksi. Bentuk pencegahan ulkus yang dapat dilakukan
adalah dengan perawatan kaki. Perawatan kaki merupakan aktivitas sehari-hari
pasien diabetes melitus yang terdiri dari memeriksa kondisi kaki setiap hari,
menjaga kebersihan kaki, memotong kuku, memilih alas kaki yang baik,
pencegahan cedera pada kaki. Perawatan kaki yang baik dapat mencegah dan
mengurangi komplikasi diabetik hingga 50% (American Diabetic Association,
2012). Manajemen diabetes melitus meliputi edukasi, diit perencanaan makan,
latihan jasmani, intervensi farmakologis dan monitoring keton dan gula darah
(Perkeni, 2011).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah dari
laporan ini adalah:Bagaimana asuhan keperawatan yang komprehensif pada
pasien dengan gangguan penyakit Diabetes Melitus dan Kebutuhan Dasar
Personal Hygiene?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan tentang asuhan
keperawatan KDM pada Ny. Y yang komprehensif dengan diagnosa
Penyakit Diabetes Melitus dan Kebutuhan Dasar Personal Hygiene di
ruang Bougenville RSUD dr.Doris Sylavanus Palangka Raya?

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1.Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar Penyakit Diabetes Melitus?

1.3.2.2.Mahasiswa mampu menjelaskan Kebutuhan Dasar Personal Hygiene ?

1.3.2.3.Mahasiswa mampu menjelaskan Manajemen Asuhan Keperawatan Pada


pasien Penyakit Diabetes Melitus dan Kebutuhan Dasar Personal Hygiene ?

1.3.2.4.Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Ny. Y di


ruang Bougenville RSUD dr.Doris Sylavanus Palangka Raya ?

1.3.2.5.Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun intervensi keperawatan


pada Ny. Y di ruang Bougenville RSUD dr.Doris Sylavanus Palangka Raya

1.3.2.6.Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada Ny. Y


di ruang Bougenville RSUD dr.Doris Sylavanus Palangka Raya ?

1.3.2.7.Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. Y di ruang


Bougenville RSUD dr.Doris Sylavanus Palangka Raya ?

1.3.2.8.Mahasiswa mampu menyusun dokumentasi keperawatan pada Ny. Y di


ruang Bougenville RSUD dr.Doris Sylavanus Palangka Raya ?

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Bagi Penulis
Memberikan pengalaman yang nyata tentang asuhan keperawatan
pada pasien dengan diagnosa Diabetes Melitus dengan Kebutuhan Dasar
Personal Hygiene.
1.4.2 Manfaat Bagi Klien dan Keluarga
Pasien dan keluarga mengerti cara perawatan dan menghindari
penyebab pada penyakit secara benar dan bisa melakukan perawatan
dirumah dengan mandiri.
1.4.3 Manfaat Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan
datang.
1.4.4 Manfaat Bagi IPTEK.
Dapat berguna sebagai ilmu pengetahuan bagi setiap orang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Konsep Penyakit
2.1.1. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai
dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat
dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak
pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan
metabolisme lemak dan protein.
Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat
kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya
(Brunner&Suddart, 2011).
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai
berbagai kelainaan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah
(Rendy, 2012)

2.1.2 Etiologi
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat
menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya
memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang
dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta
sampai kegagalan sel beta melepas insulin.

2. Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara


lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana
pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara
berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh
autoimunitas yang disertai pembentukan sel-sel antibodi
antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel- sel penyekresi
insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan
terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada
membran sel yang responsir terhadap insulin.

2.1.2 Klasifikasi
2.1.3.1 Tipe I : IDDM

Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses


autoimun

2.1.3.2 Tipe II : NIDDM

Disebakan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi
insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat
produksi glukosa oleh hati :
- Tipe II dengan obesitas
- Tipe II tanpa obesitas
2.1.3 Patofisiologi

Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan


mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10%
menjadi glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada
diabetes mellitus semua proses tersebut terganggu karena terdapat
defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan proses
metabolisme yang terjadi menjadi terganggu. Keadaan ini
menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi
darah sehingga terjadi hiperglikemia (Rendy, 2012).
Penyakit diabetes mellitus disebabkan oleh karena gagalnya
hormon insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat
diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan
terjadi hiperglikemia. Saat kadar glukosa darah meningkat, jumlah
yang difiltrasi oleh glomelurus ginjal melampaui kemampuan tubulus
untuk melakukan reabsorbsi glukosa. Akibatnya terjadi ekskresi
glukosa kedalam urine yang disebut glikosuria. Kandungan glukosa
yang tinggi juga menimbulkan tekanan osmotik yang tinggi secara
abnormal dalam filtrat ginjal sehingga terjadi diuresis osmotik, yang
menyebabkan ekskresi air dan elektrolit secara berlebihan. Produksi
insulin yang kurang juga dapat menyebabkan menurunnya transport
glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan
karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan
untuk melakukaan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa
lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia.
Terlau banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan
asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat
atau asidosis (Casanova, 2014).
Penderita diabetes juga menderita kelainan vaskular berupa
iskemi. Hal ini disebabkan proses makroangiopati dan menurunnya
sirkulasi jaringan yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut
nadi artri dorsalis pedis, arteri tibialis, dan arteri poplitea;
menyebabkan kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal.
Selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang
biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai (Kartika, 2017)
Pathway

DM TIPE 1 DM TIPE 2

Reaksi autoimun Indiopatik, usia,


genetic dll

Sel beta pangkreas hancur Jumlah sel beta pangkreas


menurun

Defisiensi insulin

Resiko Hiperglikemia
ketidakstabilan
kadar glukosa
darah Pembentukan Glukosuria Sel tidak mendapatkan
glikogen menurun asupan makanan

Deuresis osmotik
Produksi energy menurun
Glukosuria Sintesis protein
menurun
Dehidrasi
Konversi asam amino
Deuresis osmotik dalam hati
Kerusakan antibodi Hemokonsentrasi

Polifagia
Poliuri Antibodi menurun Arterosklerosis

Glukosa hanya sampai ke


Kekurangan cairan Makrovaskuler pembuluh darah
elektrolit Resiko Infeksi

Viskositas darah Ekstremitas Berat badan menurun


Ketidakseimbangan meningkat
cairan kurang dari
kebutuhan tubuh Kaki diabetik
Aliran darah Defisit nutrisi
lambat
Diskontinuitas jaringan
Ketidakseimbangan
perfusi jaringan
Iskemik jaringan Kerusakan integritas
perifer
kulit
2.1.4 Manifestasi Klinis
Menurut Brunner&Suddart (2011) manifestasi klinis DM antara lain:

1. Poliuri, polidipsi, dan polifagia


2. Keletihan dan kelemahan, perubahan pandangan secara
mendadak, sensasi kesemutan atau kebas di tangan atau kaki,
kulit kering, lesi kulit atau luka yang lambat sembuh, atau infeksi
berulang
3. Awitan diabetes tipe 1 dapat disertai dengan penurunan berat
badan mendadak atau mual, muntah atau nyeri lambung
4. Diabetes tipe 2 disebabkan oleh intoleransi glukosa yang
progresif dan berlangsung perlahan (bertahun-tahun) dan
mengakibatkaan komplikasi jangka panjang apabila diabetes tidk
terdeteksi selama bertahun-tahun (mis, penyakit mataa, neuropati
perifer, penyakit vaskuler perifer). Komplikasi dapat muncul
sebelum diaagnosa yang sebenarnya ditegakkan
Tanda dan gejala ketoasidosis diabetes (DKA) mencakup nyeri abdomen,
mual, muntah, hiperventilasi, dan napas berbau buah. DKA yang tidak
tertangani dapat menyebabkan perubahan tingkat kesadaran, koma dan
kematian.

2.1.5 Komplikasi
Menurut Rendy (2012) komplikasi dari diabetes mellitus adalah
2.1.5.1 Akut
A. Hipoglikemia dan hiperglikemia
B. Penyakit makrovaskuer : mengenai pembuluh darah besar, penyakit
jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler)
dan menyebabkan kematian.
C. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati,
nefropati
D. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstremitas), saraaf
otonom berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler
2.1.5.2 Komplikasi menahun diabetes melitus
A. Neuropati diabetik
B. Retinopati diabetik
C. Nefropati diabetik
D. Proteinuria
E. Kelainan koroner
F. Ulkus/gangren

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


2.1.6.1 Pemeriksaan kadar serum glukosa
Gula darah puasa : glukosa lebih dari 120 mg/dl pada 2x tes
Gula darah 2 jam pp : 200 mg / dl
Gula darah sewaktu : lebih dari 200 mg / dl
2.1.6.2 Tes toleransi glukosa
Nilai darah diagnostik : kurang dari 140 mg/dl dan hasil 2 jam serta satu
nilai lain lebih dari 200 mg/ dlsetelah beban glukosa 75 gr
2.1.6.3 HbA1C
> 8% mengindikasikan DM yang tidak terkontrol

2.1.7.4 Pemeriksaan kadar glukosa urin.

Pemeriksaan reduksi urin dengan cara Benedic atau menggunakan enzim


glukosa . Pemeriksaan reduksi urin positif jika didapatkan glukosa dalam
urin.

2.1.7 Penatalaksanaan Medis


Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktifitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadi
komplikasi vaskuler serta neuropatik.Tujuan terapetik pada setiap tipe DM
adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia
dan gangguan serius pada pola aktifitas pasien. Ada 5 komponen dalam
penatalaksanaan DM yaitu diet, latihan, pemantauan, terapi dan
pendidikan kesehatan.
2.1.7.1 Penatalaksanaan diet
Prinsip umum : diet dan pengndalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan DM.
Tujuan penatalaksanaan nutrisi :

a. Memberikan semua unsur makanan esensial missal vitamin,


mineral
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c. Memenuhi kebutuhan energi
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap haridengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui
cara-cara yang aman dan praktis.
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
2.1.7.2 Latihan Fisik
Latihan penting dalam penatalaksanaan DM karena dapat menurunkan
kadar glikosa darah dan mengurangi factor resiko kardiovaskuler. Latihan
akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan
glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan
tonus otot juga diperbaiki dengan olahraga.
2.1.7.3 Pemantauan
Pemantauan glukosa dan keton secara mandiri untuk deteksi dan
pencegahan hipoglikemi serta hiperglikemia.
2.1.7.4 Terapi
a. Insulin
Dosis yang diperlukan ditentukan oleh kadar glukosa darah
b. Obat oral anti diabetik
- Sulfonaria
1. Asetoheksamid ( 250 mg, 500 mg )
2. Clorpopamid(100 mg, 250 mg )
3. Glipizid ( 5 mg, 10 mg )
4. Glyburid ( 1,25 mg ; 2,5 mg ; 5 mg )
5. Totazamid ( 100 mg ; 250 mg; 500 mg )
6. Tolbutamid (250 mg, 500 mg )
- Biguanid
Metformin 500mg
2.1.7.5 Pendidikan Kesehatan
Informasi yang harus diajarkan pada pasien antara lain :
a. Patofisiologi DM sederhana, cara terapi termasuk efek samping obat,
pengenalan dan pencegahan hipoglikemi / hiperglikemi
b. Tindakan preventif (perawatan kaki, perawatan mata , hygiene umum )
c. Meningkatkan kepatuhan progranm diet dan obat

2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

2.2.1 Definisi Rasa Personal Hygiene

Personal Hygiene adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam


memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Direja, 2011).
Personal hygiene atau kebersihan diri adalah upaya seseorang dalam
memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan
fisik dan psikologis (Wartonah, 2010).
Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara
kesehatan mereka. Pemeliharaan hygiene perorang diperlukan untuk kenyamanan
individu, keamanan, dan kesehatan. Praktek hygiene sama dengan meningkatkan
kesehatan ( Potter dan Perry, 2012 ).
Berdasarkan pengertian di atas maka saya menyimpulkan bahwa pesona hygiene
adalah kebersihan tubuh seseorang, dari ujung rambut sampai ujung kaki.

2.2.2 Anatomi Fisiologi

Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai fungsi
sebagai pelindung tubuh dan berbagai trauma ataupun masuknya bakteri, kulit
juga mempunyai fungsi utama reseptor yaitu untuk mengindera suhu, perasaan
nyeri, sentuhan ringan dan tekanan, pada bagian stratum korneum mempunyai
kemampuan menyerap air sehingga dengan demikian mencegah kehilangan air
serta elektrolit yang berlebihan dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan
subkutan.
Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil
metabolisme makanan yang memproduksi energi, panas ini akan hilang melalui
kulit, selain itu kulit yang terpapar sinar ultraviolet dapat mengubah substansi
yang diperlukan untuk mensintesis vitamin D. Kulit tersusun atas 3 lapisan utama
yaitu epidermis, dermis dan jaringan subkutan.
1. Lapisan epidermis, terdiri atas
1) Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya
sudah mati dan mengandung keratin, suatu protein fibrosa tidak larut yang
membentuk barier terluar kulit dan mempunyai kapasitas untuk mengusir
patogen dan mencegah kehilangan cairan berlebihan dari tubuh.
2) Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini hanya terdapat pada telapak
tangan dan telapak kaki.
3) Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipi seperti kumparan,
sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan
kulit.
4) Stratum spinosum/stratum akantosum. Lapisan ini merupakan lapisan yang
paling tebal dan terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya terdiri dari sel yang
bentuknya poligonal (banyak sudut dan mempunyai tanduk).
5) Stratum basal/germinatum. Disebut stratum basal karena sel-selnya terletak
di bagian basal/basis, stratum basal menggantikan sel-sel yang di atasnya
dan merupakan sel-sel induk.
2. Lapisan dermis terbagi menjadi dua yaitu
a) Bagian atas, pars papilaris (stratum papilaris).
Lapisan ini berada langsung di bawah epidermis dan tersusun
dari sel-sel fibroblas yang menghasilkan salah satu bentuk kolagen.
Bagian bawah, pars retikularis (stratum retikularis). Lapisan ini
terletak di bawah lapisan papilaris dan juga memproduksi kolagen.
Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf,
kelenjar keringat serta sebasea dan akar rambut.
3. Jaringan subkutan atau hypodermis
Merupakan lapisan kulit yang terdalam. Lapisan ini terutamanya adalah
jaringan adipose yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan
struktur internal seperti otot dan tulang. Jaringan subkutan dan jumlah
deposit lemak merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh.
kelenjar pada kulit kelenjar keringat ditemukan pada kulit pada sebagian
besar permukaan tubuh. Kelenjar ini terutama terdapat pada telapak tangan
dan kaki. Kelenjar keringat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu kelenjar ekrin
dan apokrin. Kelenjar ekrin ditemukan pada semua daerah kulit. Kelenjar
apokrin berukuran lebih besar dan kelenjar ini terdapat aksila, anus,
skrotum dan labia mayora.

2.2.3 Etiologi
2.2.3.1 Faktor Predisposisi
a. Faktor predisposisi menurut Dep Kes (2010) adalah :
a) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c) Sosial
Kurang dukungan dari latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempemgaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
b. Faktor Presipitasi
Stresor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan
yang penuh stres seperti kehilanga, yang mempengaruhi kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.
Stresor pencetus dapat dikelompokkan dalam kategori :
1. Stresor sosiokultural, merupakan stres yang dapat ditimbulkan oleh
menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang
berarti didalam kehidupannya.
2. Stresor psikologik, ansietas berat yang berkepanjangan terjadi
bersamaan dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya
(Stuart, 2010).

2.2.4 Klasifikasi
Menurut Nanda (2012), jenis personal hygiene terdiri dari :
2.2.4.1 Personal Hygiene : Mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri. Defisit perawatan mandi
adalah hambatan/gangguan kemampuan untuk melakukan atau memenuhi
aktifitas mandi/hygiene untuk diri sendiri (NANDA, 2009 dalam Wilkinson
2008). Batasan karakteristik defisit perawatan diri mandi adalah
ketidakmampuan pasien mengakses kamar mandi (masuk dan keluar kamar
mandi), mengeringkan tubuh, mengambil perlengkapan mandi, menjangkau
sumber air, mendapatkan atau menyediakan air, mengatur suhu dan aliran air
mandi, dan membersihkan tubuh/anggota tubuh.
Mandi merupakan bagian yang penting dalam menjaga kebersihan diri.
Mandi dapat menghilangkan bau, menghilangkan kotoran, merangsang
peredaran darah, memberikan kesegaran pada tubuh. Sebaiknya mandi dua
kali sehari, alasan utama ialah agar tubuh sehat dan segar bugar. Mandi
membuat tubuh kita segar dengan membersihkan seluruh tubuh kita(Stassi,
2005).
Menurut Irianto (2007), urutan mandi yang benar adalah seluruh tubuh
dicuci dengan sabun mandi. Oleh buih sabun, semua kotoran dan kuman
yang melekat mengotori kulit lepas dari permukaan kulit, kemudian
kemudian tubuh disiram sampai bersih, seluruh tubuh digosok hingga keluar
semua kotoran atau daki. Keluarkan daki dari wajah, kaki, dan lipatan-
lipatan. Gosok terus dengan tangan, kemudian seluruhtubuhdisiram sampai
bersih sampai kaki.
2.2.4.2 Personal Hygiene : berpakaian
Hambatan untuk malakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian dan
berias untuk diri sendiri.
2.2.4.3 Personal Hygiene : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
sendiri.
2.2.4.4 Personal Hygiene : eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.
2.2.5 Patofisiologi
Patofisiologi dari personal hygiene pada kasus yang dikembangkan
adalah gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri di
buktikan dengan klien mengeluh sulit menggerakkan ekstermitas atas dan
rentang gerak ( ROM ) menurun.
2.2.6 Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala personal Hygiene menurut Fitria (2009) adalah
sebagai berikut:
2.2.6.1 Mandi/Hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran
mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta
masuk dan keluar kamar mandi.
2.2.6.2 Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potongan pakaian, meninggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar
pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian
dalam, memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan
kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki,
mempertahankan penampilan pada tingkat memuaskan, mengambil
pakaian dan mengenakan sepatu.
2.2.6.3 Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka coutainer,
memanipulasi makanan dalam mulut, melengkapi makan, mencerna
makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau
gelas, serta mencernacukup makanan dengan aman.
2.2.6.4 Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam
mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban,
memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah
BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.
2.2.7 Komplikasi
2.2.7.1 Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan yang sering
timbul adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa
mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada luka.
2.2.7.2 Gangguan Psikosial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri
dan gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan harga, aktualisasi diri
dan gangguan interaksi sosial.

2.2.8 Pemeriksaan Penunjang


2.2.8.1 Rambut
Mengamati kondisi rambut , meliputi :
1. Keadaan kesuburan rambut
2. Keadaan rambut yang mudah rontok
3. Keadaan rambut yang kusam
4. Keadaan tekstur
2.2.8.2 Kepala
Mengamati dengan seksama kebersihan kulit kepala, meliputi :
1. Botak/alopesia
2. Ketombe
3. Berkutu
4. Adakah eritema
5. Kebersihan
2.2.8.3 Mata
Mengamati adanya tanda-tanda ikterus, konjungtiva pucat, sekret pada
kelopak mata, kemerahan atau gatal-gatal pada mata.
2.2.8.4 Hidung
Kaji kebersihan hidung, kaji adanya sinusitis, perdarahan hidung, tanda-
tanda pilek, tanda-tanda alergi, adakah perubahan penciuman, dan
bagaimana membran mukosa.
2.2.8.5 Mulut
Amati kondisi mukosa mulut dan kaji kelembapannya. Perhatikan adanya
lesi, tanda-tanda radang gusi/sariawan, kekeringan atau pecah-pecah.
2.2.8.6 Gigi
Amati adanya tanda-tanda karang gigi, karies, gigi pecah-pecah, tidak
lengkap atau gigi palsu.
2.2.8.7 Telinga
Perhatikan adanya serumen atau kotoran pada telinga, lesi, infeksi atau
perubahan daya pendengaran.
2.2.8.8 Kulit
Amati kondisi kulit (tekstur, turgor, kelembapan) dan
kebersihannya. Perhatikan adanya warna kulit, stria, kulit keriput, lesi atau
pruritus.
2.2.8.9 Kuku dan Kulit
Amati bentuk dan kebersihan kuku. Perhatikan adanya kelainan atau luka.
2.2.8.10 Genetalia
Amati kondisi dan kebersihan genetalia berikut area perinium. Perhatikan
pola pertumbuhan rambut pubis. Pada laki-laki perhatikan kondisi
skrotum dan testisnya.
2.2.8.11 Tubuh Secara Umum
Amati kondisi dan kebersihan tubuh secara umum. Perhatikan adanya
kelainan pada kulit atau bentuk tubuh.

2.2.9 Penatalaksanaan Medis


Tindakan yang dapat dilakukan keluarga/perawat bagi klien yang tidak
dapat merawat diri sendiri adalah :
2.2.9.1 Meningkatkan kesadaran dan percaya diri klien
1. Bina hubungan saling percaya
2. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan diri
3. Kuatkan kemampuan klien untuk merawat diri
2.2.9.2 Membimbing dan mendorong klien merawat diri
1. Bantu klien merawat diri
2. Ajarkan ketrampilan secara bertahap
3. Buat kegiatan harian setiap hari
4. Ingatkan setiap kegiatan
5. Beri pujian serta kegiatan yang positif
2.2.9.3 Ciptakan lingkungan yang mendukung
1. Sediakan perlengkapan yang dibutuhkan (misal : sabun,
odol, baju, dll)
2. Sediakan tempat yang aman dan nyaman bagi klien
2.2.9.4 Sikap Keluarga
1. Sabar dan selalu siap membantu
2. Menerima dan memuji setiap upaya klien saat
merawat diri
3. Tidak mencela atau menghina
2.2.9.5 Membantu Klien untuk melakukan perawatan diri
2.2.9.6 Memberikan health education agar klien tahu dan sadar bahwa kebersihan
diripenting dijaga

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan proses keperawatan yang meliputi
usaha untuk mengetahui permasalahan klien yaitu pengumpulan data
tentang status kesehatan klien secara sistematis, akurat, menyeluruh,
singkat, dan berkesinambungan yang dilakukan perawat. Komponen dari
pengkajian keperawatan meliputi anamnesa, pemeriksaan kesehatan,
pengkajian, pemeriksaan diagnostik serta pengkajian penatalaksanaan
medis. Dalam pengkajian keperawatan memerlukan keahlian dalam
melakukan komunikasi, wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik
(Muttaqin, 2010 dalam Wibowo 2016 ).
2.3.1.1 Identitas Klien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku,pekerjaan, status
perkawinan tanggal mrs, pengkajian, penanggung jawab, No. regester,
diagnosa masuk, alamat.
2.3.1.2 Keluhan Utama
Adanya kesemutan pada kaki/tungkai baawah rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak sembuh-sembuh dan berbau, adanya nyeri pada
luka, badan terasa lemas dan terkadang disertai mual (Bararah & Jauhar,
2013)
2.3.1.3 Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisisensi insulin misalnya penyakit pankreas.Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis
yang pernah didapat mauoun obat-obatan yang biasanya digunakan oleh
penderita (Bararah, 2013: 40).

2.3.1.4 Riwayat Penyakit Keluargg


Genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga
menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya
defisiensi insulin misal hipertensi, jantung (Bararah, 2013: 40).
2.3.1.5 Pemeriksaan Fisik
2.3.1.5.1 Keadaan umum
2.3.1.5.2 Kesadaran
Kesadaran klien diabetes mellitus tipe 2 biasanya composmentis sampai
dengan koma akibat gula darah terlalu tinggi (hiperglikemi) atau gula
terlau terlalu rendah (hipoglikemi) (Kowalak,2011: 520).
2.3.1.5.3 Tanda-Tanda Vital
Didapatkan tanda-tanda vital, menurun suhu meningkat dan kadang
menurun, respiraton rate (RR) meningkat lebih dari 20x/menit
(Doengoes, 2014:727).

2.3.1.5.4 Pemeriksaan Fisik Persistem


a. Sistem pernafasan
Frekuensi pernafasan meningkat, terdengar suara nafas tambahan, suara
nafas menurun, dan perubahan bunyi nafas (Padila, 2012: 7).
b. Sistem Kardiovaskuler
Biasanya terdengar suara krekels pada diabetes dengan gejala disritmia,
takikardi (Padila, 2012: 7).
c. Sistem Persyarafan
Kesadaran pasien komposmentis, hingga koma, reflek tendon dalam,
menurun, terdapat gangguan penglihatan, gangguan memori,
mengantuk, kesemutan, parastesia (Padila 2012: 7).
d. Sistem Pengelihatan
Pasien diabetes mellitus sistem penglihatan terganggu, penglihatan
kabur (Padila, 2012; 7).
e. Sistem Pendengaran
Tidak ditemukan gangguan pada sistem pendengaran (Padila,
2012: 7).
f. Sistem Pencernaan
Terdapat perubahan pola berkemih poliuria, nokturia, rasa nyeri
saat miksi, kesulitan berkemih, produksi urine yang sedikit, dan
terkadang disertai pemasangan kateter pada klien (Padila, 2012;7).
g. Sistem Pencernaan
Pasien biasanya diare, asites, abdomen keras, dan nyeri saat
ditekan, bising usus lemah (Padila, 2012: 7).
h. Sistem Muskuluskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan,
cepat lelah, lemah, nyeri, adanya ganggren di ekstremitas (Bararah,
2013; 40).
i. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembapan, dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan
ganggren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan
kuku (Bararah, 201;40).
j. Sistem Endokrin
Pasien diabetes melitus biasanya terdapat gangguan pada sistem
endokrin, seperti hipoglikemi/hiperglikemi, polidipsi, poliuri,
polifagi (Tarwoto, 2012; 33).
k. Sistem reproduksi
Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita (Padila,
2012: 7).

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


1) Nyeri yang berhubungan dengan tekanan tumor pada jaringan. SDKI
(D.0077 : Hal. 172)
2) Gangguan Integritas Kulit/jaringan berhubungan dengan diskontinuitas
jaringan. SDKI (0192 : Hal. 282)
3) Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan
melemahnya/menurunnya aliran darah ke daerah gangren. SDKI (0009 :
Hal. 37)
2.3.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi Kriteria Hasil


Nyeri Akut Setelah dilakukan 1. Tentukan lokasi, 1. 1. Mengidentifikasi
tindakan keperawatan karakteristik, faktor penyebab
selama 1x7 Nyeri durasi, frekuensi, nyeri
akut berkurang. kualitas, intensitas 2. Mampu
nyeri. mendeskripsikan
2. Identifikasi skala rencana untuk
nyeri perawatan di rumah
3. Memberikan 3. Mengidentifikasi
tehknik pengalihan skala nyeri.
rasa nyeri dengan
terapi music.
4. Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri
5. Kolaborasi medis
untuk pemberian
analgesik.
6. Memonitor efek
samping
penggunaan
analgesic.
Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji luka pada 1. Mengetahui tingkat
tindakan keperawatan setiap ganti keparahan luka
Integritas
selama 1x7 jam balutan 2. Mengetahui tingkat
Kulit/jaringan diharapkan pasien 2. Kaji lokasi, luas perkembangan luka
akan dan kedalaman 3. Mencegah luka
mempertahankan luka agar tidak
Integritas Kulit 3. Kaji adanya bertambah parah
jaringan nekrotik 4. Mencegah terjadi
atau tidak infeksi di area
4. Kaji ada atau sekita luka
tidak tanda-tanda 5. Mengetahui
infeksi luka perkembangan luka
setempat seteah dilakukan
5. Kaji ada atau perawatan
tidak adanya 6. Meningkatkan
perluasan luka kesembuhan luka
6. Lakukan 7. Mengurangi beban
perawatan luka pada kaki
7. Atur posisi untuk 8. Mempercepat
mencegah proses tumbuhnya
penekanan pada jaringan baru
luka jika perlu
8. Lakukan masase
disekitar luka
untuk
merangsang
sirkulasi
Perfusi Perifer Setelah dilakukan 1. Periksa sirkulasi 4. Mengetahui
tindakan keperawatan perifer(mis. Nadi sirkulasi perifer
Tidak Efektik
selama 1x7 Perfusi perifer, edema, 5. Memonitor panas,
Perifer Efektif pengisian kalpiler, nyeri atau bengkak
warna, suhu, pada ekstremitas
angkle brachial 6. Mengidentifikasi
index) faktor penyebab
2. Monitor panas, risiko gangguan
kemerahan, nyeri, sirkulasi.
atau bengkak pada
ekstremitas
3. Identifikasi faktor
resiko gangguan
sirkulasi (mis.
Diabetes, perokok,
orang tua,
hipertensi dan
kadar kolesterol
tinggi)
4. Informasikan tanda
dan gejala darurat
yang harus
dilaporkan( mis.
Rasa sakit yang
tidak hilang saat
istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya
rasa).

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Pelaksanaan adalah dari rencana tindakan yang spesifik untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (nursalam, 2014).
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dan
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada
tahap ini, perawat sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan
secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan
(Setiadi, 2010).
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Tahap terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Tahap
penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan
pasien dengan tenaga kesehatan lainnya.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
6.1. Identitas Mahasiswa
Nama Mahasiswa : Fredrick Immanuel
Nim : 2018.C.10a.0963
Ruang Praktek : Bougenville
Tanggal Praktek : 8-Juni-2020
Tanggal & Jam Pengkajian : 8-Juni-2020 & 09:00 WIB
8.2 Pengkajian
8.2.1 Identitas klien

Nama : Ny.Y
Umur : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jln. Puntun
TGL MRS : 8 Juni 2020
Diagnosa Medis : Diabetes Melitus

8.2.2 Riwayat Kesehatan


8.2.2.1 Keluhan Utama
Klien mengatakan lemas di seluruh badan dan nyeri pada luka di kaki
sebelah kiri
8.2.2.2 Riwayat Penyakit sekarang
Klien mengatakan sebelumnya kaki bengkak selama seminggu
kemudian meletus dan timbulah luka, kemudian klien melakukan
perawatan lukanya pada mantri di dekat rumahnya selama 3 hari dan
keadaan klien bertambah buruk sehingga klien dirujuk ke RSUD Doris
Selvanus Palangkaraya pada tanggal 8 Juni 2020. Pada saat
pengkajian tanggal 8 Juni 2020 jam 09:00 WIB Klien mengatakan
nyeri, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri terasa dibagian kaki kiri, skala
nyeri 6, nyeri timbul saat dilakukan rawat luka.
8.2.2.3 Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien mengatakan sudah menderita kencing manis semenjak tiga
tahun yang lalu
8.2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita kencing manis
sebelumnya
8.2.2.5 Genogram Keluarga

Keterangan :

Laki-laki hidup / laki-laki


meninggal

Perempuan hidup / perempuan


meninggal

Pasien
Garis keturunan
Garis tinggal serumah

8.2.3 Pemeriksaan Fisik


8.2.3.1 Keadaan umum
Klien tampak sakit sedang, kesadaran compos menthis, posisi berbaring
semi fowler dengan badan terlentang, tampak terdapat luka di bagian kaki.

8.2.3.2 Status Mental


Tingkat kesadaran compos menthis, ekspresi wajah tidak ada, bentuk
badan simetris, cara berbaring terlentang tidak dapat bergerak bebas,
berbicara tidak bisa, suasana hati gelisah.
8.2.3.3 Tanda-Tanda Vital
Pada saat pengkajian Suhu klien 36.5oC Axilla, Nadi 84x/menit,
Pernapasan 24x/menit dan Tekanan Darah 90/70 mmHg.

8.2.3.4 Pernafasan (Breathing)


Bentuk dada klien teraba simetris, klien tidak memiliki kebiasaan
merokok, klien tidak mengalami batuk, tidak ada sputum, tidak sianosis,
tidak terdapat nyeri, tidak sesak nafas, type pernapasanan klien tampak
menggunakan perut, irama pernapasan teratur dan suara nafas klien
vesikuler serta tidak ada suara nafas tambahan.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah Keperawatan : tidak ada
8.2.3.5 Cardiovasculer (Bleeding)
Cappilary refill ≥3 detik, pasien tidak pucat, tidak ada peningkatan Vena
Jugularis, Bunyi Jantung Lup-Dup, irama Reguller.
Keluhan lainnya : Klien mengatakan terdapat edema dibagian kaki
Masalah Keperawatan: Perfusi Perifer Tidak Efektik

8.2.3.6 Persyarafan (Brain)


1. Fungsi cerebral/kortikal
- Tingkat Kesadaran Menurut GCS
E : 4  Klien dapat spontan membuka mata
M : 6  Klien dapat bergerak menurut perintah
V : 5  Klien dapat berbicara dengan baik, tidak ada
disorientasi tempat, waktu dan orang.
GCS : 15
Kesadaran compos menthis
- Oraientasi Terhadap Orang, Tempat dan Waktu
Klien merespon ketika dipanggil namanya, klien bisa menyebutkan
nama masing-masing anaknya. Klien mengetahui bahwa ia sedang
dirawat di RS. Doris Sylvanys di Ruang Nusa Indah, klien mengetahui
kapan dia dibawa ke RS. Doris Sylvanus untuk berobat oleh
keluarganya.
- Daya Ingat dan Memori
 Klien dapat mengingat tadi pagi pukul 11.50 WIB klien dibawa ke
UGD untuk diperiksa.
 Klien dapat mengingat sebelum dilakukan pemeriksaan fisik oleh
perawat klien dibantu keluarga berjalan ke WC untuk buang air kecil.
- Bicara
Klien dapat berbicara dengan baik dan berkomunikasi dengan perawat dan
keluarganya dengan bahasa Indonesia dan bahasa Dayak. Klien dapat
mengulang kata-kata yang diucapkan perawat dan mengerti apa yang
diucapkan perawat.

2. Sistem Saraf Kranial


- Nervus Kranial I : Klien mampu membedakan bau tidak enak dari kopi
dan kayu putih.
- Nervus Kranial II : Klien dapat membaca papan nama perawat dengan
benar pada jarak + 25 cm, lapang pandang klien baik, klien dapat
melihat jari tangan perawat dengan pandangan perifer pada sudut 900C.
- Nervus Kranial III : Reaksi pupil terhadap cahaya miosis, bola mata
dapat digerakan ke dalam dan ke atas, klien dapat mengangkat alis
dengan simetris.
- Nervus Kranial IV : Bola mata dapat bergerak ke bawah dan ke luar
- Nervus Kranial V : Otot messeter dapat diraba saat mengunyah, terasa
pergerakan tangan pada kulit kepala, klien dapat merasakan rangsangan
halus dari tissue pada kulit wajah.
- Nervus Kranial VI : Bola mata klien dapat digerakan ke arah lateral
- Nervus Kranial VII : Klien dapat merasakan rasa kopi dan gula, klien
bisa tersenyum dan mengerutkan dahi.
- Nervus Kranial VIII : Klien mampu mendengarkan gesekan rambut,
dari hasil tes rinne, webber dan swabach tidak ada kelainan.
- Nervus Kranial IX : Klien dapat menelan dengan baik
- Nervus Kranial X : Klien dapat berbicara dengan baik, uvula terangkat
ke atas saat klien mengatan “ah”.
- Nervus Kranial XI : Pergerakan rotasi kepala klien baik dapat menahan
tekanan pada kepala, klien dapat menahan tekanan pada bahu dan dapat
mengangkat bahu ke atas dengan baik.
- Nervus Kranial XII : Klien dapat menggerakan lidah ke kiri, kanan, atas
dan bawah
Keluhan lainnya : Klien mengatakan nyeri dibagian luka
Masalah keperawatatan : Nyeri Akut

8.2.3.7 Eliminasi Uri ((Bladder)


Produksi urine 960 ml 4x6/hari warna urine kuning jernih, bau urine
amoniak dan terpasang kateter. Eliminasi Ny. Y tidak ada masalah atau
lancar keluhan dan masalah keperawatan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.

8.2.3.8 Eliminasi Alvi (Bowel)


Sistem pencernaan, bibir terlihat tampak kering, tidak ada lesi. Gigi lengkap
(atas, bawah, kanan dan kiri) tidak caries, gusi tidak ada peradangan dan
perdarahan, lidah berwana merah muda dan tidak ada peradangan, tidak ada
perdarahan pada mukosa, tidak ada peradangan pada tonsil, tidak ada
keluhan nyeri pada tenggorokan saat menelan. Palpasi abdomen tidak teraba
massa dan tidak ada nyeri tekan pada abdomen. Tidak ada hemoroid pada
rectum. Pasien BAB 1x sehari warna kuning dan lunak konsistensinya.

8.2.3.9 Tulang-Otot-Integumen (Bone)


Pergerakan Ny. Y terbatas dan ekstremitas bawah Terdapat perlukaan di
kaki sebelah kiri sampai ke telapak kaki, keadaan luka basah, terdapat pus,
luas luka ±15 cm

8.2.3.10 Kulit dan Rambut


Klien tidak memiliki riwayat alergi baik dari obat, makanan kosametik dan
lainnya. Suhu kulit klien teraba panas, warna kulit kemerahan, turgor baik,
tekstur kulit halus, tidak ada tampak terdapat lesi, tidak terdapat jaringan
parut, tekstur rambut halus, tidak terdapat distribusi rambut dan betuk kuku
simetris.
Masalah keperawatan : Gangguan Integritas Kulit/jaringan
8.2.4 Pola Fungsi Kesehatan
8.2.4.1 Persepsi Klien Dengan Kesehatan dan Penyakit
Pasien mengetahui keadaannya yang sedang tidak sehat dan klien
mengetahui tentang penyakitnya.

8.2.4.2 Nutrisi dan Metabolisme


Tinggi badan 153 cm, berat badan sebelum sakit 48 kg, berat badan saat
sakit 42 kg. Tidak kesukaran menelan atau normal.

BB 42 42
Pola Makan Sehari-hari = Sesudah
= Sakit
=18.6 Sebelum Sakit
TB(m) ² (1,5)² 2,25
Frekuensi/hari 3x1 sehari 3-4x1 sehari
Porsi 1 porsi Rumah Sakit 1-2 porsi
Nafsu makan Baik Baik
Jenis makanan Nasi, lauk, sup, sayur Nasi, sayur, lauk, sayur
dan buah
Jenis minuman Air putih Bebas
Jumlah minuman/cc/24 jam ± 1500cc ± 1800cc
Kebiasaan makan Dibantu perawat dan Mandiri, teratur
keluarga, teratur
Keluhan/masalah Tidak Ada Tidak Ada

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

8.2.4.3 Pola Istirahat dan Tidur


Pasien mengatakan tidur 8 jam/hari dan pasien mengatakan tidak
mengalami gangguan pola tidur.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

8.2.4.4 Kognitif
Pasien dan keluarga sudah mengetahui penyakitnya setelah diberikan
penjelasan dari dokter dan tenaga medis lainnya.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan

8.2.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri,
peran)
Klien mengatakan tidak senang dengan keadaan yang dialaminya saat ini,
klien ingin cepat sembuh dari penyakitnya. Klien adalah seorang ibu, klien
orang yang ramah.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

8.2.4.6 Koping-Toleransi terhadap stress


Klien mengatakan setiap ada masalah pasien selalu menceritakannya
kepada suaminya dan ketika sakit klien mengatakan keluhan sakit kepada
keluarga, perawat dan dokter
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

8.2.4.7 Nilai Pola Keyakinan


Klien dan keluarga mengatakan tidak ada tindakan medis yang
bertentangan dengan keyakinan yang dianut.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

8.2.5 Sosial – Spiritual


8.2.5.1 Kemampuan Berkomunikasi
Klien dapat berkomunikasi dengan baik meskipun dengan suara yang
pelan.

8.2.5.2 Bahasa Sehari-hari


Bahasa yang digunakan klien sehari-hari, yaitu bahasa Dayak indonesia.

8.2.5.3 Hubungan Dengan Keluarga


Baik, ditandai dengan perhatian yang diberikan oleh keluarga saat Ny. Y
dirawat di ruangan Bougenville terlihat keluarga selalu menjenguk.

8.2.5.4 Hubungan Dengan Teman, Keluarga, Petugas Kesehatan dan Orang


Lain.
Klien dapat berinteraksi dengan baik pada orang lain baik itu dengan
lingkungannya sekitar, perawat maupun dokter.

8.2.5.5 Orang Berarti/Terdekat


Klien mengatakan sangat mencintai keluarganya karena selalu
memberikan motivasi kepada pasien.

8.2.5.6 Kegiatan Menggunakan Waktu Luang


Klien mengunakan waktu yang luang dengan berkumpul bersama keluarga
dan beristirahat di rumah.

8.2.6 Data Penunjang


No Pemeriksaan Klien 1
1. Tanggal pemeriksaan 04-06-2020
HEMATOLOGI
Hemoglobin 7,7 gr/dL
Leukosit 63,2 109/L
Hematokrit 22,3 %
Trombosit 456 109/L
FAAL HATI
SGOT 50 U/L (37oC)
SGPT 24 U/L (37oC)
Purin 24 U/L (37oC)
GULA DARAH
Glukosa sewaktu 505 mg/dL
Glukosa sewaktu 298 mg/dL
FAAL GINJAL
Kreatinin serum 3,1 mg/dL
BUN 156 mg/dL
Urea 333 mg/dL
Asam urat
ELEKTROLIT
Natrium -
Kalium -
Chlorida -
Calsium -
2. Tanggal pemeriksaan 05-06-2020
Glukosa acak * 270 mg/dL
Hemoglobin 9,6 gr/dL
Laju endap darah 83/98 mm/jam
Lekosit 94,9 109/L
Hematokrit 27,5 %
Trombosit 317 109/L
Eritrosit 3,50 /L
MCV 78,1fl
MCH 27,3 pg
MCHC 34,9 gr/dL
Retikulosit 2,4 %
3. Tanggal pemeriksaan 06-06-2020
Glukosa acak 231 mg/dL
HEMATOLOGI
Hemoglobin 9,8 gr/dL
Lekosit 93,1 109/L
Hematokrit 28,0 %
Trombosit 222 109/L

8.2.7 Penatalaksanaan Medis

Terapi Klien 1
Terapi hari ke 1 07 Juni 2020
Inf PZ 20 tpm
Pamol inf
Ceftriaxone 2 x 1 gram
Atrapic 3 x 8 unit u/iv

Terapi hari ke 2 08 Juni 2020


Inf PZ 20 tpm
Pamol Inf
Ceftriaxone 2 x 1 gram
Cypro inj 2 x 500 mg
Clindamycin 3 x 300 mg
Act 3 x 16 unit/ SC

Terapi hari ke 3 10 Juni 2020


Inf PZ 20 tpm
Pamol Inf
Ceftriaxone 2 x 1 gram
Cypro inj 2 x 500 mg
Clindamycin 3 x 300 mg
Act 3 x 16 u/ sc

Palangkaraya, 10 Juni 2020


Mahasiswa

Fredrick Immanuel
Tabel Analisa Data

Data Etiologi Masalah


No
1. DS: Klien mengatakan Kaki diabetik Nyeri Akut
“aduuuh” saat luka di tekan ↓
DO: Diskontinuitas jaringan
1. Klien tampak meringis ↓
seperti menahan sakit Kerusakan integritas
2. nyeri seperti tertusuk- kulit
tusuk, nyeri terasa ↓
dibagian kaki kiri, skala Terputusnya
nyeri 6, nyeri timbul saat kontinuitas jaringan
dilakukan rawat luka ↓
3. TTV Pelepasan mediator
S: 36,5 oC kinin
N: 84 x/m ↓
TD: 90/70 mmHg Stimulasi reseptor
RR: 24 x/m nyeri

2. DS: Klien menunjukkan Hiperglikemi Gangguan Integritas


pada kaki yang luka saat di ↓
tanya keluhannya Hemokonsentrasi
DO: ↓
1. Terdapat perlukaan di Arterosklerosis
kaki sebelah kiri sampai ↓
ke telapak kaki, keadaan Makrovaskuler
luka basah, ↓
2. terdapat pus, luka Ekstremitas
terdapat darah, ↓
3. luas luka ±15 cm, Kaki diabetik
kedalaman luka sampai ↓
pada jaringan di bawah Diskontinuitas jaringan
kulit,
terdapat kemerahan di
sekitar luka, terdapat
jaringan nekrotik
3. DS: Klien mengatakan Viskositas darah Perfusi Perifer Tidak
lemas meningkat Efektik
DO: ↓
1. Konjungtiva pucat Aliran darah lambat
2. Hemoglobin : 7,7 gr/dL ↓
9
3. Trombosit 456 10 L Iskemik jaringan
4. Leukosit : 63,2 109L ↓
5. Hematokrit 22,3 % Konsentrasi Hb ↓
Prioritas Masalah

1. Nyeri yang berhubungan dengan stimulasi reseptor nyeri ditandai dengan


nyeri dibagian kaki.
2. Gangguan Integritas Kulit/jaringan berhubungan dengan diskontinuitas
jaringan ditandai dengan terdapat pus dibagian luka klien.
3. Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan melemahnya/menurunnya
aliran darah ke daerah gangren ditandai dengan melemahnya tubuh klien.
Rencana Keperawatan

Nama Pasien : Ny. Y


Ruangan : Bougenville

Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Keperawatan

Diagnosa 1 Tujuan : 1x7 jam setelah 1. Tentukan lokasi, karakteristik, 1. UMenentukan lokasi, karakteristik, durasi,
diberikan intervensi Nyeri durasi, frekuensi, kualitas, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri dapat
Nyeri yang akut berkurang dengan intensitas nyeri. menjadi penilaian untuk mengetahui
berhubungan dengan kreteria evaluasi : seberapa kuat rasa nyeri yang di alami
2.Identifikasi skala nyeri
tekanan tumor pada 2. Identifikasi sala nyeri dapat membantu
3.Memberikan tehknik pengalihan menilai efektivitas perawatan yang akan di
jaringan ditandai 1. Nyeri berkurang. rasa nyeri dengan terapi music. lakukan
dengan nyeri Skala nyeri 0-2 4.Kontrol lingkungan yang 3. Obat analgesic dapat mengurangi rasa nyeri
dibagian kaki. 2. Ekspresi klian memperberat rasa nyeri 4. Lingkungan yang tidak kondusif dapat
membaik tak menambah parah rasa nyeri.
tampak meringis 5.Mengajarkan tehnik pengalihan
nyeri. 5. Untuk mengurangkan nyeri
lagi
3. Membuat pasien
rilex

Diagnosa 2 Tujuan : Setelah dilakukan 1. Kaji luka pada setiap ganti 1. Mengetahui tingkat keparahan luka
tindakan keperawatan balutan 2. Mengetahui tingkat perkembangan luka
Gangguan Integritas selama 1x7 jam 2. Kaji lokasi, luas dan 3. Mencegah luka agar tidak bertambah parah
Kulit/jaringan kedalaman luka 4. Mencegah terjadi infeksi di area sekita luka
diharapkan pasien akan
berhubungan dengan mempertahankan 3. Kaji adanya jaringan nekrotik 5. Mengetahui perkembangan luka seteah
diskontinuitas Integritas Kulit. Dengan atau tidak dilakukan perawatan
jaringan ditandai kriteria evaluasi : 4. Kaji ada atau tidak tanda-tanda 6. Meningkatkan kesembuhan luka
dengan terdapat pus infeksi luka setempat 7. Mengurangi beban pada kaki
1. Bau luka minimal atau 5. Kaji ada atau tidak adanya 8. Mempercepat proses tumbuhnya jaringan
dibagian luka klien
berkurang perluasan luka baru
2. Tidak ada lepuh atau 6. Lakukan perawatan luka
maserasi pada kulit 7. Atur posisi untuk mencegah
3. Eritema kulit dan penekanan pada luka jika perlu
eritema disekitar luka 8. Lakukan masase disekitar luka
minimal untuk merangsang sirkulasi

Diagnosa 3 Tujuan : Setelah dilakukan 1.Periksa sirkulasi perifer(mis. 1. Mengetahui sirkulasi perifer
tindakan keperawatan Nadi perifer, edema, pengisian 2. Memonitor panas, nyeri atau bengkak pada
Perfusi Perifer Tidak selama 1x7 Perfusi Perifer kalpiler, warna, suhu, angkle ekstremitas
Efektif berhubungan Efektif brachial index) 3. Mengidentifikasi faktor penyebab risiko
dengan gangguan sirkulasi.
melemahnya/menur 1. Warna kulit sekitar 2.Monitor panas, kemerahan, nyeri,
luka tidak pucat atau bengkak pada ekstremitas
unnya aliran darah
ke daerah gangren 2. Kulit sekitar teraba
hangat 3.Identifikasi faktor resiko
ditandai dengan gangguan sirkulasi (mis. Diabetes,
3. Oedema tidak terjadi
melemahnya tubuh dan luka tidak perokok, orang tua, hipertensi dan
klien. bertambah parah kadar kolesterol tinggi)
4. Konsentrasi
hemoglobin dalam 4.Informasikan tanda dan gejala
darah normal 12,0 – darurat yang harus dilaporkan( mis.
16,0 gr/dl Rasa sakit yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa).
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal, Implementasi Evaluasi Tanda Tangan dan


Jam Nama Perawat

1. 10 Juni 1. Tentukan lokasi, karakteristik, durasi, S : Klien mengatakan “Aduhh” saat Fredrick Immanuel
2020, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. luka di sentuh
10:00 2. Identifikasi skala nyeri O : Klien tampak meringis menahan
rasa sakit, skala nyeri 5, TTV TD:
WIB 3. Memberikan tehknik pengalihan rasa nyeri
90/70 mmHg, N : 84 x/m, RR : 24 x/m,
dengan terapi music. S : 36,5oC
4. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa A : Masalah belum teratasi
nyeri P : Lanjutkan intervensi :
5. Mengajarkan tehnik pengalihan nyeri. 1. kaji skala nyeri,
2. ajarkan manajemen nyeri,
3. ciptakan suasana lingkungan
senyaman mungkin
3. 10 Juni 1.Kaji luka pada setiap ganti balutan S : Klien menunjukkan luka yang Fredrick Immanuel
2020, 2.Kaji lokasi, luas dan kedalaman luka dikakinya saat di tanya keluhannya
10:50 3.Kaji adanya jaringan nekrotik atau tidak O : Keadaan luka basah, tertutup kasa,
4.Kaji ada atau tidak tanda-tanda infeksi luka bau khas gangren, luas luka ±15 cm,
WIB
setempat terdapat puss, terdapat jaringan
5.Kaji ada atau tidak adanya perluasan luka nekrosis
6.Lakukan perawatan luka A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

4. 10 Juni 1. Periksa sirkulasi perifer(mis. Nadi perifer, S : klien mengatakan badannya lemas Fredrick Immanuel
2020, 12:30 edema, pengisian kalpiler, warna, suhu, O : Hb : 7,7 gr/dl, konjungtiva tampak
pucat, kulit tampak pucat,
WIB angkle brachial index) A : Masalah belum teratasi
2. .Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau P : Lanjutkan intervensi
bengkak pada ekstremitas 1. Pantau status cairan klien
3. Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi 2. Lakukan pengakajian terhadap
(mis. Diabetes, perokok, orang tua, sirkulasi perifer
hipertensi dan kadar kolesterol tinggi)
4. Informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan( mis. Rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa).
BAB 4
Penutup

4.1 Kesimpulan
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan
atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari
kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada
metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme
lemak dan protein.
Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat
kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya
(Brunner&Suddart, 2011).
Jadi kesimpulannya pada pengkajian yang telah dilakukan penulis pada
tanggal 10 Juni 2020 diperoleh dari hasil pengkajian Ny. Y didapatkan data
objektif respirasi 24x/menit, irama nafas ireguler, pernafasan dada . Diagnosa
utama pada klien Ny. Y yaitu Gangguan Integritas Kulit/jaringan
berhubungan dengan diskontinuitas jaringan ditandai dengan terdapat pus
dibagian luka didukung dengan data subjektif pada Ny. Y adalah terdapat
luka dibagian kaki sebelah kiri luas luka ±15 cm, kedalam luka ±1 cm.
Intervensi keperawatan yang diberikan pada klien sudah sesuai dengan
standar diagnosa keperawatan Indonesia. Implementasi keperawatan yang
dilakukan adalah dengan mengkaji luka klien dan melakukan keperawatan
luka.
Daftar Pustaka

- Abdullah, 2012. Standar asuhaan keperawatan. Jakarta : CV Trans info


medika

- Agustin, M.T. (2014). Asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh pada pasien dengan diabetes mellitus. Prodi DIII
keperawatan Akademi kesehatan Rustida. Karya Tulis Ilmiah. Tidak
dipublikasikan

- Bararah. (2013). Asuhan keperawatan: panduan lengkap menjadi perawat


profesional, Jakarta : prestasi pustakarya

- Betteng, R., Pangemanan. D., & Mayulu. N. (2014). Analisis faktor resiko
peenyebab terjadinya diabetes mellitus tipe 2 pada wanita usia produktif di
puskesmas wwawonasa. Jurnal e-biomedik, 2(2), 404-412

- Brunner & Suddart. (2015). Keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC

- Casanova. (2014). Asuhan keperawaatan medikal bedah penyakit dalam.


Yogyakarta : Nuha medika

- Daniel, R. (2012). Pengaruh pelayanan informasi obat terhadap keberhasilan


terapi pasien diabetes melitus tipe 2. Jurnal farmasi klinik indonesia, 4(2),
127-135

- Doengoes, G. (2014). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.


Jakarta: Buku Kedokteran EGC

- Gustaviani, Reno. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia

- Hidayat A.A. (2007) Metode penelitian kebidanan teknik analisis data.


Jakarta: Salemba medika

- Joyce, M.B. (2014). Keperawatan medikal bedaah. Jakarta : CV Pantasada


medika edukasi

- Jurnal SEL, 2(2), 49-56

- Kartika, R.W. (2017). Pengelolaan gangren kaki diabetik. Jurnal CDK-248,


44(1), 18-22

- Kowalak. (2011). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta Pusat: Penerbitan
Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

- Kuncoro, Benyamin Makes. (2010). Buku Ajar Patologi II (Khusus) Edisi I.


Jakarta: Sagung Seto
- Marissa, N.,& Ramadhan, N. (2015). Karakteristik penderita DM tipe 2
berdasarkan kaadaar HbA1C di puskesmas jaya baru kota banda aceh. Jurnal
SEL, 2(2), 49-56
- Maryunani, A. (2013). Perawatan luka modern praktis pada wanita dengan
luka diabets. Jakarta: CV.Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai