Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN NY.

F DENGAN
DIAGNOSA POLIP SERVIKS

Oleh:
ELLI ELFIZA JULIANTI
21030006

MONICA FIODIESA VIMORA


21030015

NANDA OKTAVIANI
21030016

RICHI OCKTALYA
21030019

SHINTA BELLA
21030020

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PEKANBARU MEDICAL CENTER
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi tugas dinas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah dengan tema “Asuhan
Keperawatan Klien Ny. F dengan Diagnosa Diabetes Mellitus Tipe 2”
Salam dan salawat semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, dimana
beliau adalah sosok yang sangat dimuliakan dan dirindukan oleh seluruh umatnya, kami
sampaikan terima kasih kepada dosen dan rekan-rekan yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah yang akan kami buat selanjutnya.

               Pekanbaru, 03 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................................................2
D. Manfaat.......................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Teori
1. Defenisi................................................................................................................4
2. Etiologi.................................................................................................................4
3. Manifestasi Klinis.................................................................................................6
4. Patofisiologi..........................................................................................................7
5. Pathway................................................................................................................8
6. Komplikasi...........................................................................................................9
7. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan..........................................................10
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian..........................................................................................................10
2. Diagnosa Keperawatan.......................................................................................12
3. Intervensi Keperawatan......................................................................................13

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian................................................................................................................17
B. Analisa Data.............................................................................................................20
C. Diagnosa Keperawatan.............................................................................................20
D. Intervensi Keperawatan............................................................................................22
E. Implementasi............................................................................................................24

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian................................................................................................................25
B. Diagnosa Keperawatan.............................................................................................25

ii
C. Intervensi..................................................................................................................25
D. Implementasi............................................................................................................26

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................................................27
B. Saran.........................................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................28

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah suatu keadaan seseorang yang mengalami


ketidakstabilan gula darah ditandai dengan adanya ketidakabsolutan insulin dalam
tubuh (Kemenkes RI, 2014). Diabetes Mellitus merupakan penyakit gangguan
metabolik menahun akibat jumlah insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas
tidak dapat mencukupi kebutuhan metabolisme secara normal, karena sel beta
pankreas mengalami penurunan fungsi mengakibatkan hormon insulin dan
glukagon yang terlibat dalam pengaturan kadar gula dalam darah mengalami
gangguan dan tidak dapat melakukan metabolisme secara normal (Ginting, 2014).

Penurunan fungsi sel beta pankreas pada penderita Diabetes Mellitus dapat
dibedakan menjadi 2 tipe yaitu : Diabetes Mellitus tipe 1 didapatkan keadaan
seseorang dengan jumlah insulin yang kurang akibat dari adanya kerusakan pada
sel beta pankreas,sedangkan pada Diabetes Mellitus tipe 2 terjadi resistensi insulin
atau kualitas insulinnya tidak baik. Meskipun insulin dan reseptor ada, tetapi
karena kelainan pada sel itu sendiri maka pintu masuk sel tidak terbuka sehingga
glukosa yang ada dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel untuk
dimetabolisme menjadi energi yang menyebabkan terjadinya ketidakstabilan kadar
glukosa dalam darah (Ginting, 2014).

Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah pada penderita Diabetes


Mellitus tipe 2 yang mengalami hiperglikemi dapat terjadi karena resistensi
insulin. 2 Hal tersebut dapat disebabkan karena ketidak patuhan dalam pola makan
klien serta ketidakpatuhan klien dalam hal pengobatan sehingga insulin mengalami
resistensi yang mengakibatkan kadar glukosa dalam darah menjadi tidak stabil dan
cenderung meningkat (Ginting, 2014).

Diabetes militus sendiri merupakan salah satu penyakit degenerative yang


jumlahnya meningkat dari tahun ke tahun, hal ini dibuktikan pada hasil penelitian
World Health Organization (WHO) pada tahun 2018. WHO melaporkan sebanyak
200 juta jiwa di dunia menderita diabetes pada tahun 2018 dan diperkirakan pada
2025 jumlah penderita dapat mencapai sekitar 330 juta jiwa. Di Indonesia
1
berdasarkan data PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi) pada tahun 2015
Indonesia telah mencapai 9,1 juta orang yang menderita Diabetes Mellitus
(PERKENI, 2015).

Laporan hasil data dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru tahun 2018
terdapat ± 2706 orang yang menderita diabetes militus tipe 2. Data Puskesmas
Rejosari Pekanbaru pada tahun 2018 dipereoleh bahwa penderita diabetes militus
tipe 2 berjumlah 1048 orang, dan rata-rata berada pada golongan usia 45-65 tahun
(Dinkes Kota Pekanbaru, 2018.

Klien Diabetes Mellitus darah bila tidak ditangani dengan baik maka akan
beresiko menyebabkan komplikasi. Jika hal ini berlanjut dan bertambah parah
maka akan terjadi perubahan serius dalam kimia darah akibat defisiensi insulin.
Perubahan tersebut disertai dengan dehidrasi, gangguan penglihatan seperti mata
buram, gangguan pada neuropati seperti merasa kesemutan, gangguan pada
nefropati sehingga 4 menyebabkan komplikasi pada pelvis ginjal, serta dapat
terjadi diabetes ketoasidosis hingga terjadi kematian (Bryer, 2012).

Berdasarkan hal tersebut, peran perawat adalah sebagai pemberi asuhan


keperawatan yang dapat diberikan kepada klien agar klien tidak sampai mengalami
atau menderita Diabetes Mellitus yang berujung pada kematian dalam bentuk
tindakan dan informasi tentang pencegahan, pengobatan dan pemberian edukasi
pada penderita penyakit Diabetes Mellitus.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan


asuhan keperawatan pada Ny. F yang mengalami Diabetes Mellitus di Wilayah
Kerja Puskesmas Rejosari Pekanbaru.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny. F dengan Diabetes Millitus di

Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Kota Pekanbaru.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Ny. F dengan Diabetes Millitus di
Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Kota Pekanbaru
2
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep dasar diabetes mellitus
b. Melakukan pengkajian keperawatan pada Ny. F dengan Diabetes
Millitus di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Kota Pekanbaru
c. Menetapkan diagnosis keperawatan pada Ny. F dengan Diabetes
Millitus di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Kota Pekanbaru
d. Menyusun perencanaan keperawatan pada Ny. F dengan Diabetes
Millitus di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Kota Pekanbaru
e. Melaksanakan tindakan keperawatan pada Ny. F dengan Diabetes
Millitus di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Kota Pekanbaru
f. Melakukan evaluasi pada Ny. F dengan Diabetes Millitus di Wilayah
Kerja Puskesmas Rejosari Kota Pekanbaru

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan
Diharapkan dapat melengkapi pengetahuan dalam bidang keperawatan
mengenai asuhan keperawatan Diabetes Mellitus.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai media pembelajaran mengenai asuhan
keperawatan pada penderita Diabetes Mellitus.
b. Bagi Perawat
Dapat memberikan masukan kepada perawat dalam menentukan
intervensi yang tepat pada asuhan keperawatan darah pada penderita
Diabetes Mellitus.
c. Bagi Klien dan Keluarga
Diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan pada klien
dan keluarga tentang menjaga gula darah agar tetap stabil pada
penderita Diabetes Mellitus.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar
1. Defenisi
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengalirkan atau
mengalihkan (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis
atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes
melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan
absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin
(Corwin, 2009).
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan
defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Smeltzer &
Bare, 2009).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah,
disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop
elektron (Mansjoer dkk, 2007).

2. Etiologi
Penyebab dari DM Tipe II antara lain :
1. Penurunan fungsi cell β pancreas
Penurunan fungsi cell β disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1) Glukotoksisitas
Kadar glukosa darah yang berlangsung lama akan menyebabkan
peningkatan stress oksidatif, IL-1b DAN NF-kB dengan akibat
peningkatan apoptosis sel β.
2) Lipotoksisitas
Peningkatan asam lemak bebas yang berasal dari jaringan adiposa
dalam proses lipolisis akan mengalami metabolism non oksidatif
4
menjadi ceramide yang toksik terhadap sel beta sehingga terjadi
apoptosis.
3) Penumpukan amyloid
Pada keadaan resistensi insulin, kerja insulin dihambat sehingga kadar
glukosa darah akan meningkat, karena itu sel beta akan berusaha
mengkompensasinya dengan meningkatkan sekresi insulin hingga
terjadi hiperinsulinemia. Peningkatan sekresi insulin juga diikuti
dengan sekresi amylin dari sel beta yang akan ditumpuk disekitar sel
beta hingga menjadi jaringan amiloid dan akan mendesak sel beta itu
sendiri sehingga akirnya jumlah sel beta dalam pulau Langerhans
menjadi berkurang. Pada DM Tipe II jumlah sel beta berkurang sampai
50-60%.
4) Efek incretin
Inkretin memiliki efek langsung terhadap sel beta dengan cara
meningkatkan proliferasi sel beta, meningkatkan sekresi insulin dan
mengurangi apoptosis sel beta.
5) Usia
Diabetes Tipe II biasanya terjadi setelah usia 30 tahun dan semakin
sering terjadi setelah usia 40 tahun, selanjutnya terus meningkat pada
usia lanjut. Usia lanjut yang mengalami gangguan toleransi glukosa
mencapai 50 – 92%. Proses menua yang berlangsung setelah usia 30
tahun mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia.
Perubahan dimulai dari tingkat sel, berlanjut pada tingkat jaringan dan
ahirnya pada tingkat organ yang dapat mempengaruhi fungsi
homeostasis. Komponen tubuh yang mengalami perubahan adalah sel
beta pankreas yang mengahasilkan hormon insulin, sel-sel jaringan
terget yang menghasilkan glukosa, sistem saraf, dan hormon lain yang
mempengaruhi kadar glukosa.
6) Genetik

5
2. Retensi insulin
Penyebab retensi insulin pada DM Tipe II sebenarnya tidak begitu jelas,
tapi faktor-faktor berikut ini banyak berperan:
1) Obesitas
Obesitas menyebabkan respon sel beta pankreas terhadap glukosa darah
berkurang, selain itu reseptor insulin pada sel diseluruh tubuh termasuk
di otot berkurang jumlah dan keaktifannya kurang sensitif.
2) Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
3) Kurang gerak badan
4) Faktor keturunan (herediter)
5) Stress
Reaksi pertama dari respon stress adalah terjadinya sekresi sistem saraf
simpatis yang diikuti oleh sekresi simpatis adrenal medular dan bila
stress menetap maka sistem hipotalamus pituitari akan diaktifkan.
Hipotalamus mensekresi corticotropin releasing faktor yang
menstimulasi pituitari anterior memproduksi kortisol, yang akan
mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah.

3. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda-tanda DM dapat digolongkan menjadi gejala akut dan gejala
kronik.
a. Gejala Akut Penyakit Diabetes melitus
Gejala penyakit DM dari satu penderita ke penderita lain bervariasi bahkan,
mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu.
1) Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak (Poli),
yaitu:
a. Banyak makan (poliphagia).
b. Banyak minum (polidipsia).
c. Banyak kencing (poliuria).
2) Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, akan timbul gejala:
a. Banyak minum.
b. Banyak kencing.

6
c. Nafsu makan mulai berkurang/ berat badan turun dengan cepat
(turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu).
d. Mudah lelah.
e. Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita
akan jatuh komayang disebut dengan koma diabetik.
b. Gejala Kronik Diabetes melitus Gejala kronik yang sering dialami oleh
penderita Diabetesmelitus adalah sebagai berikut:
1) Kesemutan.
2) Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum.
3) Rasa tebal di kulit.
4) Kram.
5) Mudah mengantuk.
6) Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata
7) Gatal di sekitar kemaluan terutama wanita.
8) Gigi mudah goyah dan mudah lepas kemampuan seksual
menurun,bahkan impotensi.

4. Patofisiologi
Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 disebabkan oleh faktor usia, genetik,
obesitasyang menjadikan sel beta pankreas mengalami penurunan fungsi.
Karenapenurunan fungsi sel beta pankreas mengakibatkan terjadinya gangguan
sekresi insulin yang seharusnya didapat oleh tubuh. Gangguan sekresi insulin
mempengaruhi tingkat produksi insulin, sekresi insulin yang tidak adekuat
membuat produksi insulin menjadi menurun dan mengakibatkan
ketidakseimbangan produksi insulin.
Penurunan sekresi intra sel menjadikan insulin tidak terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel yang pada akhirnya gula dalam darah tidak
dapat dibawa masuk oleh sel.Gula yang tidak dapat masuk ke dalam sel
mengakibatkan kadar glukosa dalam darah meningkat dan menyebabkan
hiperglikemi.Pengobatan yang tidak teratur serta ketidakpatuhan dalam diit
mengakibatkan glukosa dalam darah tidak dapat menjadi energi
sehinggamenyebabkan terjadinya ketidakstabilan kadar glukosa darah.

7
5. Pathway Diabetes Melitus Tipe I

Umur

Penurunan Fungsi Penurunan Fungsi


Indra Pengecap Pankreas

Konsumsi makanan Penurunan kualitas dan Gaya hidup


manis berlebihan kuantitas insulin

Hiperglikemia

Penurunan glukosa Kerusakan vaskuler


dalam sel

Neutropati perifer

Cadangan lemak
dan protein turun Ulkus

Ketidakstabilan Kerusakan integritas kulit


BB turun kadar glukosa
darah
Pembedahan (Debridement)

Pengeluaran
Nyeri akut Adanya luka pada kaki
histamin
prosglandin

Gangguan Luka insisi tidak terawat


mobilitas fisik

Resiko infeksi Peningkatan leukosit

8
9
6. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat DM Tipe II, antara lain :
a. Hipoglikemia
Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita diabetes yang di obati
dengan insulin atau obat-obatan antidiabetik oral. Hal ini mungkin di
sebabkan oleh pemberian insulin yang berlebihan, asupan kalori yang tidak
adekuat, konsumsi alkohol, atau olahraga yang berlebihan. Gejala
hipoglikemi pada lansia dapat berkisar dari ringan sampai berat dan tidak
disadari sampai kondisinya mengancam jiwa.
b. Ketoasidosis diabetic
Kondisi yang ditandai dengan hiperglikemia berat, merupakan kondisi yang
mengancam jiwa. Ketoasidosis diabetik kadang kala dapat terjadi pada
individu yang menderita diabetes Tipe 2 yang mengalami stress fisik dan
emosional yang ekstrim.
c. Sindrom nonketotik hiperglikemi
Komplikasi metabolik akut yang paling umum terlihat pada pasien yang
menderita diabetes. Sebagai suatu kedaruratan medis, HHNS di tandai
dengan hiperglikemia berat(kadar glukosa darah di atas 800 mg/dl),
hiperosmolaritas (di atas 280 mOSm/L), dan dehidrasi berat akibat deuresis
osmotic. Tanda gejala mencakup kejang dan hemiparasis (yang sering kali
keliru diagnosis menjadi cidera serebrovaskular) dan kerusakan pada tingkat
kesadaran (biasanya koma atau hampir koma).
d. Neuropati perifer
Biasanya terjadi di tangan dan kaki serta dapat menyebabkan kebas atau
nyeri dan kemungkinan lesi kulit. Neuropati otonom juga bermanifestasi
dalam berbagai cara, yang mencakup gastroparesis (keterlambatan
pengosongan lambung yang menyebabkan perasaan mual dan penuh setelah
makan), diare noktural, impotensi, dan hipotensi ortostatik.
e. Penyakit kardiovaskuler
Pasien lansia yang menderita diabetes memiliki insidens hipertensi 10 kali
lipat dari yang di temukan pada lansia yang tidak menderita diabetes. Hasil
ini lebih meningkatkan resiko iskemik sementara dan penyakit
serebrovaskular, penyakit arteri koroner dan infark miokard, aterosklerosis

10
serebral, terjadinya retinopati dan neuropati progresif, kerusakan kognitif,
serta depresi sistem saraf pusat.
f. Infeksi kulit
Hiperglikemia merusak resistansi lansia terhadap infeksi karena kandungan
glukosa epidermis dan urine mendorong pertumbuhan bakteri. Hal ini
membuat lansia rentan terhadap infeksi kulit dan saluran kemih serta
vaginitis.

7. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes
adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a. Diet
b. Latihan
c. Pemantauan
d. Terapi (jika diperlukan)
e. Pendidikan

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan Diabetes Mellitus:
a. Aktivitas / istirahat
Gejala:
- Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan
- Kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur

Tanda:

- Takikardia dan takipnea pada keadaan isitrahat atau dengan


aktivitas
- Letargi / disorientasi, koma
- Penurunan kekuatan otot

11
b. Sirkulasi
Gejala:
- Adanya riwayat hipertensi
- Klaudikasi, kebas dan kesemutan pada ekstremitas
- Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama
Tanda:
- Takikardia
- Perubahan tekanan darah postural, hipertensi
- Nadi yang menurun / tidak ada
- Disritmia
- Krekels
- Kulit panas, kering, kemerahan, bola mata cekung
c. Integritas Ego
Gejala:
- Stress, tergantung pada orang lain
- Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi
Tanda: Ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi
Gejala:
- Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia
- Rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih (infeksi)
- Nyeri tekan abdomen
- Diare

Tanda: Urine encer, pucat, kuning : poliuri

e. Makanan / cairan
Gejala:
- Hilang nafsu makan
- Mual / muntah
- Tidak mengikuti diet : peningkatan masukan glukosa / karbohidrat.
- Penurunan BB lebih dari periode beberapa hari / minggu
- Haus
- Penggunaan diuretic (tiazid)

12
Tanda:
- Disorientasi : mengantuk, letargi, stupor / koma (tahap lanjut).
- Ganguan memori (baru, masa lalu) kacau mental.
f. Nyeri / kenyamanan
Gejala: Abdomen yang tegang / nyeri (sedang/berat)
Tanda: Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati
g. Pernafasan
Gejala:
- Merasa kekurangan oksigen : batuk dengan / tanpa sputum purulen
(tergantung ada tidaknya infeksi)
Tanda:
- Lapar udara
- Batuk, dengan / tanpa sputum purulen (infeksi)
- Frekuensi pernafasan
h. Keamanan
Gejala :
- Kulit kering, gatal; ulkus kulit
Tanda:
- Demam, diaphoresis
- Kulit rusak, lesi / ilserasi
- Menurunnya kekuatan umum / rentang gerak

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakstabilan glukosa darah b.d Hiperglikemia d.d kadar glukosa dalam
darah atau urine tinggi, lelah, mengeluh lapar
b. Defisit Nutrisi b.d Kurangnya asupan makanan d.d Berat badan menurun
minimal 10% dibawah rentang ideal.
c. Intoleransi Aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen d.d merasa lemah.
d. Risiko Infeksi d.d Penyakit Diabetes Melitus
e. Gangguan Integritas Kulit b.d Penurunan mobilitas d.d Kerusakan jaringan
dan lapisan kulit.

13
3. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


1. Ketidakstabilan glukosa darah b.d setelah dilakukan intervensi Manajemen hiperglikemia
Hiperglikemia d.d kadar glukosa keperawatan selama 2 x 24 O :
dalam darah atau urine tinggi, jam maka kestabilian kadar  Identifikasi kemugkinan
lelah, mengeluh lapar glukosa darah meningkat penyebab hiperglikemia
dengan kriteria hasil :  Identifikasi situasi yang
 Kadar glukosa dalam menyebabkan kebutuhan
darah cukup membaik insulin meningkat
 Keluhan lapar menurun  Monitor kagar glukosa darah
 Lelah/lesu menurun  Monitor tanda dan gejala
hiperglikemia
T:
 Berikan asupan cairan oral
 Fasilitasi ambulasi jika
hipotensi ortostatik
E:
 Anjurkan kepatuhan terhadap
diet dan olahraga
 Anjurkan pengelolaan
diabetes (mis. Terapi insulin,
obat oral)
K:
 Kolaborasi pemberian insulin
 Kolaborasi pemberian cairan
IV
2. Defisit Nutrisi b.d Kurangnya Setelah dilakukan intervensi O:
asupan makanan d.d Berat badan keperawatan selama 1x24  Identifikasi kemungkinan
menurun minimal 10% dibawah jam, maka Status Nutrisi penyebab hiperglikemia
rentang ideal. membaik dengan kriteria  Monitor kadar glukosa darah
hasil:  Monitor tanda dan gejala
 Pengetahuan tentang hiperglikemia

14
pilihan makanan yang sehat  Monitor intake dan output
meningkat cairan
 Pengetahuan tentang T:
pilihan minuman yang  Berikan asupan cairan oral
sehat meningkat  Konsultasi dengan medis jika
 Sikap terhadap tanda dan gejala
makanan/minuman sesuai hiperglikemia tetap ada atau
dengan tujuan Kesehatan memburuk
meningkat E:
 Nafsu makan membaik  Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara mandiri
 Anjurkan kepatuhan terhadap
diet dan olahraga
 Ajarkan pengelolaan diabetes
K:
 Kolaborasi pemberian insulin
3. Intoleransi Aktivitas b.d Setelah dilakukan intervensi O:
Ketidakseimbangan antara suplai keperawatan selama 1x24  Identifikasi gangguan fungsi
dan kebutuhan oksigen d.d jam, maka Toleransi Aktivitas tubuh yang mengakibatkan
merasa lemah. meningkat dengan kriteria kelelahan
hasil:  Monitor kelelahan fisik dan
 Kemudahan dalam emosional
melakukan aktivitas sehari-  Monitor lokasi dan
hari meningkat ketidaknyamanan selama
 Perasaan lemah menurun melakukan aktivitas
T:
 Lakukan Latihan rentang
gerak pasif dan aktif
E:
 Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
 Ajarkan strategi koping untuk

15
mengurangi kelelahan
K:
 Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
4. Risiko Infeksi d.d Penyakit Setelah dilakukan intervensi O:
Diabetes Melitus keperawatan selama 1x24  Monitor tanda dan gejala
jam, maka Tingkat Infeksi infeksi lokal dan sistemik
menurun dengan kriteri hasil: T:
 Kemerahan menurun  Berikan perawatan kulit pada
 Nyeri cukup menurun area edema
 Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
E:
 Jelaskan tan dan gejala infeksi
 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrsi
 Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
5. Gangguan Integritas Kulit b.d Setelah dilakukan intervensi O:
Penurunan mobilitas d.d keperawatan selama 1x24  Identifikasi penyebab
Kerusakan jaringan dan lapisan jam, maka Integritas Kulit dan gangguan integritas kulit
kulit. Jaringan meningkat dengan T:
kriteria hasil:  Gunakan produk berbahan
 Kerusakan jaringan petroleum atau minyak pada
cukup menurun kulit kering
 Kerusakan lapisan  Gunakan produk berbahan
kulit cukup menurun ringan/alami dan hipoalergik
 Nyeri menurun pada kulit sensitive
 Kemerahan menurun E:
 Nekrosis menurun  Anjurkan menggunakan

16
pelembab
 Anjurkan minum air yang
cukup
 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
 Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya

17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. F
Tanggal lahir : 10 Agustus 1973
Umur : 48 Tahun
Suku Bangsa : Melayu
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Pengkajian : 1 Desember 2021

2. Keluhan Utama
Ny. F mengatakan nyeri di area genetalia saat berhubungan intim, nyeri
seperti diberikan balsem, skala nyeri 7, nyeri timbul setiap beraktivitas dan
berhubungan intim
3. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Tidak ada

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Tidak ada keluarga yang menderita masalah kesehatan reproduksi
sebelumnya

5. Pemeriksaan
Fisik
Ø Tanda-
tandavital

TD : 120/80 mmHg

N : 80x/menit

T : 36,80C

RR : 20x/menit

18
a. Kepala
1) Rambut:Rambut bersih, tidak ada ketombe, tidak ada benjolan, tidak ada
nyeri tekan
2) Mata:Simetris, tidak menggunakan kacamata, reaksi pupil +/+
3) Hidung: Tidak terdapat luka, tidak ada pendarahan, penciuman normal
4) Mulut: tidak terpasang alat kesehatan, gigi rapi taampak bersih, mukosa
lembab, tidak ada pendarahan, pengecapan normal, Oral hygine bagus
5) Gigi: Tidak ada karies gigi
6) Telinga: Telinga simetris, tidak ada perdarahan, pendengaran normal

b. Leher: Tidak teraba pembesaran KGB

c. Dada
1) Inspeksi : Tampak simetris, pengembangan dada normal
2) Palpasi : Tidak terdapat benjolan, tidak ada nyeri tekan
3) Perkusi : Sonor
4) Auskultasi : Vesikuler

d. Tangan:Utuh, tidak ada fraktur, tidak ada edema. Kuku bersih, tidak
terdapat lesi

e. Abdomen
1) Inspeksi : Tidak ada luka
2) Palpasi : tidak teraba benjolan
3) Perkusi : Tidak ada nyeri tekan
4) Auskultasi : Bising usus normal

f. Genitalia : haid lancar, nyeri , benjolan di labia monira


g. Kaki: tidak ada Fraktur, tidak ada edema, tidak ada luka
h. Punggung: Punggung normal

5. Aktivitas dan Istirahat

19
Ny. F dirumah tidak bekerja, hanya sebagai ibu rumah tangga dan
menggurus anaknya, Ny. F beristirahat selama 6jam

6 . Psikologis
Merasa cemas karena nyeri yang mengganggu serta ada benjolan di vagina

7. Nutrisi dan Eliminasi

Nafsu makan menurun, BAK normal, BB menurun 1 kg.

8. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Dan Diagnostik

Hb : 13,1 ct :41co bt: 1’30


9. Medikasi/Obat-obatan yang Diberikan

Obat pereda nyeri

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan
bersikap protektif
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dibuktikan dengan ROM
menurun

C. Analisa Data

20
No Data Etiologi Masalah

1 DS : agen pencedera fisiologis Nyeri akut

1. Klien mengatakan
nyeri dibagian
genetalia saat
beraktivitas dan koitus
2. P = polip serviks
Q= terasa panas
R= genetalia
S=7
T= saat beraktivitas

DO :

1. Ps tampak meringis

2 DS : nyeri Gangguan mobilitas fisik

1. Klien mengatakan sulit


beraktivitas karena
nyeri
2. Klien mengatakan
pekerjaan rumah sering
tidak terselesaikan

DO :

1. Ps Tampak meringis
2. Ps tampak lemah

21
D. Intervensi Keperawatan

Diagnosa

No Keperawatan Tujuan/Sasaran Intervensi


1. Nyeri akut Setelah dilakukan Terapi relaksasi
berhubungan dengan intervensi keperawatan Observasi :
selama 1x24 jam maka
agen pencedera
tingkat nyeri menurun. - Identifikasi penurunan tingkat energi,
fisiologis dibuktikan ketidakmampuan berkonsentrasi atau
Kriteria hasil :
dengan bersikap gejala kognitif lainnya
protektifh a. Meringis sedang - Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
b. Keluhan nyeri digunakan
sedang - Periksa ketegangan otot,frekuensi nadi,
c. Frekuensi nadi TD, dan suhu sebelum dan sesudah
sedang latihan
d. Tekanan darah
Terapeutik :
sedang
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan
tanpa gangguan dengan pencahayaan
yang nyaman
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan nada yang lembut dan irama
lambat
- Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik

Edukasi :

- Jelaskan tujuan,manfaat dan jenis


relaksasi yang tersedia
- Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan relaksasi
- Anjurkan sering mengulagi relaksasi yang
dipilih
- Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
napas dalam.

22
2 Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi
fisik berhubungan intervensi keperawatan
Observasi :
dengan nyeri dibuktikan selama 1x24 jam maka
mobilitas fisik - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
dengan ROM menurun
meningkat. fisik lainnya
Kriteria hasil : - Monitor keadaan umum selama
melakukan mobilisasi
a. Kekuatan otot - Idetifikasi toleransi fisik melakukan
sedang pergerakan
b. ROM sedang
Terapeutik :
c. Nyeri sedang
- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu
- Fasilitasi melakukan pergerakan
- Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan pergerakan

Edukasi :

- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi


- Anjurkan melakukan mobilisasi dini
- Anjurkan melakukan mobilisasi
sederhana, seperti : duduk ditempat tidur

23
E. Implementasi

Tgl DX IMPLEMENTASI SOAP


Rabu Nyeri akut - Mengkaji tingkat nyeri S:
berhubungan Ny. F
1 dengan agen - Menjelaskan teknik - Pasien mengatakan mulai
Desemb pencedera relaksasi napas dalam merasa sedikit tenang
er 2021 fisiologis - Menjelaskan tujuan dan - Pasien mengatakan nyeri
manfaat relaksasi napas sedikit berkurang
dibuktikan dalam O:
dengan - Mendemonstrasikan
bersikap teknik relaksasi napas - Tampak meringis sudah
protektifh dalam mulai berkurang
- Menganjurkan pasien agar - Pasien sudah mulai bisa
mengulangi teknik tidur
relaksasi napas dalam saat
merasakan nyeri
A:

Masalah belum teratasi

P:

lanjutkan intervensi

24
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 1 Desember 2021 pada Ny. F
didapatkan hasil pengkajiaan bahwa Ny. F mengeluh nyeri di vagina, nyeri
mengganggu saat aktivitas dan berhubungan intim, nyeri terasa seperti diberikan
balsem, ps mengatakan nafsu makan menurun dan bb turun 1kg, ps tidak ada riwayat
penyakit reproduksi dan setelah melakukan pemeriksaan di RS diketahui terdapat
benjolan di labia minora ps/ polip serviks.

B. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan
bersikap protektif
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dibuktikan dengan ROM
menurun
Dari 2 diagnosis diatas yang merupakan masalah utama pasien adalah nyeri
akut. Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan sangat menggangu aktivitas sehari-
hari. Oleh karena itu kelompok lebih dulu ingin mengatasi nyeri yang dialami
pasien.
C. Intervensi
Berdasarkan masalah yang sudah diangkat maka perencanaan yang perlu
dilakukan adalah mengatasi nyeri terlebih dahulu. Untuk mengatasi nyeri perlu
dilakukan pengkajian nyeri dan kondisi klien. Setelah didapatkan hasil pengkajian
nyeri maka dapat dilakukan teknik relaksasi napas dalam untuk mengatasi nyeri.
.
D. Implementasi
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan tidak banyak mengalami perubahan dari
intervensi yang telah dirumuskan. Pelaksanaan yang dilakukan sudah mengikuti
perencanaannya.
Pada hari Rabu, 1 Desember 2021 telah dilaksanakan terapi relaksasi napas dalam
untuk mengurangi tingkat nyeri yang dirasakan Ny. F. Selama implementasi, pasien

25
sangat kooperatif dan mengikuti setiap pelaksanaan dengan baik. Ny. F berharap agar
nyeri dapat segera berkurang dan post op polip serviks dapat sembuh .

26
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes Mellitus merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat
jumlah insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas tidak dapat mencukupi
kebutuhan metabolisme secara normal, karena sel beta pankreas mengalami
penurunan fungsi mengakibatkan hormon insulin dan glukagon yang terlibat dalam
pengaturan kadar gula dalam darah mengalami gangguan dan tidak dapat melakukan
metabolisme secara normal (Ginting, 2014). Penurunan fungsi sel beta pankreas pada
penderita Diabetes Mellitus dapat dibedakan menjadi 2 tipe yaitu : Diabetes Mellitus
tipe 1 didapatkan keadaan seseorang dengan jumlah insulin yang kurang akibat dari
adanya kerusakan pada sel beta pankreas,sedangkan pada Diabetes Mellitus tipe 2
terjadi resistensi insulin atau kualitas insulinnya tidak baik.
Dalam perawatan pada pasien dnegan diabetes millitus ini perlu diperhatikan
berbagai bentuk pemenuhan kebutuhan pasien berkaiatan dega diet DM serta terapi
insulin pada klien pada klien diabetes millitus yang harus diperhatikan adalah kadar
glukosa dalam darah, jika terdapat ulkus diabetikum maka perlu diperlukan perawata
n lukanya agar tidak terjadi infeksi sehingga klien dengan diabtes millitus ini
memerlukan perhatian khusus agar tidak muncul masalah-masalah yang baru.

B. Saran
Diharapkan keluarga dapat memabntu pemulihan pada klien. Klien dan
keluarga saling memotifasi agar klien tidak berputus asa dalam melakukan proses
pengobatan dan perawatan selama dirumah.

27
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
danTindakan Keperawatan. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : PPNI
Smeltzer, S.C & Bare, B.G., 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth. 8 ed. Jakarta: EGC.
Perry & Potter, (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta: EGC

28

Anda mungkin juga menyukai