Anda di halaman 1dari 74

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.

DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE II

DI RUANG NEW BOUGENVILLE III

RUMAH SAKIT PELNI JAKARTA

Disusun oleh:

Nama: Zihan Dwi Virananda

NIRM: 16049

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI

JAKARTA

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini yang berjudul
“Asuhan Keperawatan pada Klien Ny.N dengan Diabetes Melitus Tipe II di Ruang
New Bougenville III Rumah Sakit Pelni Jakarta”

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan,
tetapi berkat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya
makalah ini dapat di selesaikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat :

1. Dr. dr. Fathema Djan Rachmat, Sp.B.,Sp.BTKV(K).,M.P.H, Direktur Utama


Rumah Sakit Pelni Jakarta.
2. Achmad Samdani, SKM Ketua Yayasan Samudra Apta.
3. Buntar Handayani, SKp.,M.Kep.,MM Direktur Akademi Keperawatan Pelni
Jakarta
4. Isnayati, Ns .,M.Kep Dosen pembimbing dan penguji di Akademi Keperawatan
Pelni Jakarta
5. Eni Hastuti, Ns.,S.Kep Dosen pembimbing dan penguji di Akademi Keperawatan
Pelni Jakarta
6. Sri Mulyani, S.Kep.,MKM Dosen pembimbing dan penguji di Akademi
Keperawatan Pelni Jakarta
7. Erma Purborahayu, AMK, Kepala Urusan di Ruang New Bugenville III Rumah
Sakit Pelni Jakarta sekaligus Preseptor di Ruang New Bugenville III Rumah
Sakit Pelni Jakarta
Akhir kata penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan semua yang membaca.

Jakarta, Januari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Tujuan........................................................................................................ 4

C. Ruang Lingkup .......................................................................................... 5

D. Metode Penulisan ...................................................................................... 4

E. Sistematika Penulisan................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN TEORI ..................................................................................... 6

A. Pengertian .................................................................................................. 6

B. Etiologi ...................................................................................................... 6

C. Patofisiologi .............................................................................................. 7

D. Penatalaksanaan Medis ........................................................................... 12

E. Pengkajian Keperawatan ......................................................................... 14

F. Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 18

G. Perencanaan Keperawatan....................................................................... 19

H. Pelaksanaan Keperawatan ....................................................................... 23

I. Evaluasi Keperawatan ............................................................................. 25

BAB III TINJAUAN KASUS .................................................................................. 28

A. Pengkajian Keperawatan ......................................................................... 28

B. Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 39

C. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi ................................................ 40

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................... 57

ii
A. Pengkajian Keperawatan ......................................................................... 57

B. Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 59

C. Perencanaan Keperawatan....................................................................... 60

D. Pelaksanaan Keperawatan ....................................................................... 63

E. Evaluasi Keperawatan ............................................................................. 64

BAB V PENUTUP .................................................................................................... 65

A. Kesimpulan.............................................................................................. 65

B. Saran ........................................................................................................ 66

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 68

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau
keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular,
dan neuropati (Nanda NIC NOC, 2015). Terdapat dua jenis penyakit diabetes
mellitus, yaitu Diabetes mellitus tipe I (insulin-dependent diabetes mellitus) dan
diabetes mellitus tipe II (noninsulin-dependent diabetes mellitus).

Diabetes melitus tipe 2 merupakan golongan diabetes dengan prevalensi


tertinggi. Hal ini disebabkan karena berbagai faktor diantaranya faktor
lingkungan dan faktor keturunan. Faktor lingkungan disebabkan karena adanya
urbanisasi sehingga mengubah gaya hidup seseorang yang mulanya konsumsi
makanan yang sehat dan bergizi dari alam menjadi konsumsi makanan yang
cepat saji. Makanan cepat saji berisiko menimbulkan obesitas sehingga
seseorang berisiko DM tipe 2. Orang dengan obesitas memiliki risiko 4 kali
lebih besar mengalami DM tipe 2 daripada orang dengan status gizi normal
(WHO, 2017). Penyakit DM tipe 2 dapat juga menimbulkan infeksi. Hal ini
terjadi karena hiperglikemia di mana kadar gula darah tinggi. Kemampuan sel
untuk fagosit menurun. Infeksi yang biasa terjadi pada penderita DM tipe 2
adalah infeksi paru (Wijaya, 2015).

Jumlah penderita diabetes mellitus telah meningkat menjadi 422 juta ditahun
2014 dengan pravelensi diabetes mellitus yang meningkat cepat pada orang
diatas 18 tahun sebanyak 8,5%. Pada tahun 2012 sendiri diabetes mellitus
menyebabkan 1,5 juta kematian. Diperkirakan diabetes mellitus juga akan
menjadi penyebab ketujuh kematian didunia pada tahun 2030. Jumlah
penyandang diabetes di Indonesia sendiri diperkirakan mengalami kenaikan dari
8,4 juta pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta pada tahun 2030 (WHO, dalam
perkeni 2011).

1
2

Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015) terdapat 415 juta


orang mengalami diabetes pada tahun 2015 dan tahun 2040 diperkirakan akan
meningkat mencapai 642 juta orang. Jumlah DM setiap negara meningkat dan
usia terbanyak orang dengan DM berada di usia antara 40 - 59 tahun. DM
menyebabkan kematian 5 juta jiwa pada tahun 2015.

Diabetes mellitus telah menjadi sebuah epidemi di Amerika Serikat dengan


21 juta orang (7% dari populasi) memiliki penyakit diabetes mellitus. sekitar
15 juta orang terdiagnosis Diabetes mellitus, selain dari jumlah yang tidak
terdiagnosis yang diperkirakan hampir 6 juta. Sebagain masalah kesehatan
masyarakat yang signifikan, Diabetes mellitus merupakan penyebab utama
ke-6 kematian di Amerika Serikat. (Joyce M. Black, 2009. Hal : 631)

Jumlah kasus DM di Indonesia tahun 2010 sebesar 8,43 juta orang dan
diperkirakan akan meningkat mencapai 21,25 juta di tahun 2035. Pada tahun
2013 jumlah DM di Indonesia dengan usia diatas 15 tahun sebesar 6,9%.
Prevalensi DM di Indonesia berdasarkan kasus yang pernah didiagnosis
dokter sebesar 1,5% dan 0,4%. DM berdasarkan diagnosis atau gejala
sebesar 2,1%. Prevalensi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi
daripada laki-laki. Prevalensi DM berdasarkan wawancara tahun 2013 adalah
2,1 % (Indonesia), lebih tinggi dibandingkan tahun 2007 (1,1%). Dua
provinsi yaitu Papua Barat dan Nusa Tenggara Barat terlihat ada
kecerendungan menurun, 31 provinsi lainnya mmenunjukkan kenaikan
prevalensi DM yang cukup signifikan seperti Maluku (0,5% menjadi 2,1%),
Sulawesi Selatan (0,8% menjadi 3,4%), Nusa Tenggara Timur (1,2% menjadi
3,3%), D.I Yogykarta (2,6%), Jakarta (2,5%). (Riskesdas, 2013).

Menurut dr. Em Yunir, SpPD-KEMD selaku Kepala Divisi Departemen


Endokrinologi dan Penyakit Dalam FKUI/RSCM, berdasarkan data tahun
2015, sebanyak 11,4 persen orang dewasa usia 20-79 tahun diperkirakan
hidup dengan diabetes. Hal ini setara dengan 135-188 juta jumlah penduduk
di Indonesia.
3

Dampak yang dapat terjadi pada penderita DM terbagi menjadi 2 antara lain,
jangka pendek yang terdiri dari infeksi (radang paru-paru atau luka pada
kaki), hipoglikemia, hiperglikemi, dan jangka panjang terjadi pada mata,kulit,
tulang, kaki, jantung, ginjal (Fitriana. 2016). Penyakit Diabetes Melitus
dapat menimbulkan berbagai komplikasi baik makrovaskuler maupun
mikrovaskuler (Brunner and Suddarth, 2013). Dampak dari Diabetes Mellitus
terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan
cukup besar, sehingga sangat diperlukan program pengendalian DM tipe dua.
.
Melihat bahwa Diabetes Mellitus tipe II akan memberikan dampak,
komplikasi serta kegawatan yang buruk bagi kesehatan apabila tidak segera
ditangani. Maka sangat diperlukan peran perawat sebagai care provider
(memberikan asuhan keperawatan secara langsung), advokat (pembela),
educator (pendidik), kordinator (pengelola), kolabolator. Upaya promotif
sebagai edukator yaitu memberikan informasi kesehatan untuk meningkatkan
derajat kesehata dan meningkatkan pola hidup bersih, dan penyuluhan
tentang tentang gaya hidup sehat dan pencegahan DM . Upaya preventif
yaitu mengurangi kosumsi makanan manis, tidak makan makanan yang
mengandung karbohidrat yang berlebihan untuk mencegah terjadinya obesitas
dan olahraga secara teratur. Upaya kuratif yaitu dengan memberikan asuhan
keperawatan secara langsung kepada pasien dengan kolaborasi memberikan
pengobatan secara teratur, mengatur pola makan sesuai diit dan melakukan
perawatan luka. Upaya rehabilitatif dilakukan dengan cara menganjurkan
klien untuk menjaga pola makan sesuai diit, mengontrol gula darah secara
rutin, memgikuti senam diabetes, dan rutin kontrol kedokter.

Berdasarkan hal tersebut diatas yaitu kegawatan atau komplikasi penyakit


Diabetes Miletus yang ditimbulkan serta pentingnya peran perawat dalam
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative, maka penulis tertarik
untuk membuat makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Diabetes Mielitus Tipe II Di Ruang New Bougenville III Rumah
Sakit Pelni Jakarta”.
4

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulisan ingin mendapatkan pengalaman secara nyata dalam memberikan
asuhan kepada klien dengan Diabetes Mellitus Tipe II di ruanga New
Bougenville III Rumah Sakit pelni Jakarta.
2. Tujuan Khusus
Setelah penulis melakukan keperawatan pada klien dengan Diabetes Mellitus
Tipe II diharapkan penulis dapat :
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Diabetes
Mellitus Tipe II
b. Menentukan masalah keperawatan pada klien dengan Diabetes Mellitus
Tipe II
c. Merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes
Mellitus Tipe II
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Diabetes
Mellitus Tipe II
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan Diabetes Millitus
Tipe II
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terjadi antara teori dengan kasus
pada klien dengan Diabetes Mellitus Tipe II
g. Mengidentifikasi factor pendukung dan factor penghambat, serta
mencari solusi atau alternative pemecahan masalah pada klien dengan
Daibetes Mellitus Tipe II
h. Mendokumentasikan tindakan keperawatan pada klien dengan Diabetes
Mellitus Tipe II.

C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu
dengan cara menggambarkan tentang penerapan asuhan keperawatan pada klien
dengan Diabetes mellitus Tipe II dengan cara mengumpulkan dan mengolah data
secara menarik. Kemudian disajikan dalam bentuk narasi. Penulis memperoleh
data melalui wawancara dengan teknik studi kasus yaitu mengambil satu kasus
Diabetes mellitus Tipe II dengan menerapkan asuhan keperawatan yang terdiri
dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan
5

keperawatan dan evaluasi keperawatan, media internet dan catatan keperawatan.


Studi kepustakaan yaitu menggunakan beberapa sumber referensi dalam
pembuatan makalah.

D. Ruang Lingkup
Penulis membatasi makalah pada satu kasus yaitu “Asuhan Keperawatan pada
Ny. N dengan Diabetes Mellitus Tipe II di Ruang New Bougenville III Rumah
Sakit Pelni Jakartaselama tiga hari yang dilaksanakan dari tanggal 09 Januari
2019 sampai 11 Januari 2019.”

E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 5 BAB yaitu BAB I Pendahuluan terdiri dari Latar
Belakang, Tujuan Penulisan, Ruang Lingkup, Metode Penulisan, serta
Sistematika Penulisan. BAB II Tinjauan Teori terdiri dari Pengertian, Etiologi,
Patofisiologi, Penatalaksanaan Medis, Pengkajian Keperawatan, Diagnosa
Keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Pelaksanaan Keperawatan dan
Evaluasi Keperawatan. BAB III Tinjauan Kasus terdiri dari Pengkajian
Keperawatan, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi
Keperawatan. BAB IV Pembahasan terdiri dari Pengkajian Keperawatan,
Diagnosa Keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Pelaksanaan Keperawatan
dan Evaluasi Keperawatan. BAB V Penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
6

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis, penyakit yang progressive dan tidak
bias memetabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang menuju hiperglikemia
(glukosa darah yang tinggi) yang terkadang mengarah pada peningkatan kadar
gula darah. (Joyce M. Black, 20014).

Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolic yang ditandai oleh


hiperglikemia (kenaikan kadar glukosa serum) akibat kurangnya hormone
insulin, menurunnya efek insulin atau keduanya (Kowalak, 2016).

Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gangguan metabolic yang di tandai


dnegan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada
sekresi insulin, atau keduanya ( Brunner & Suddarth, 2014)

Diabetes mellitus Tipe II adalah diabetes yang tidak tergantung dengan insulin,
diabetes tipe ini terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin yang
disebut resistensi insulin atau akibat penurunan jumlah produksi insulin (
Smeltzer, Suzanne. 2013)

Klasifikasi Diabetes Mellitus menurut Joyce M. Black (20014) yaitu: Diabetes


Mellitus tipe I, Diabetes Mellitus tipe II, dan Dibetes Melittus Gestasional.
Diabetes Mellitus tipe I merupakanhasil destruksi autoimun sel beta, mengarah
kepada defisiensi insulin absolut. Diabetes Mellitus tipe II merupakan akibat
dari defek sekresi insulin progresif diikuti dengan resistensi insulin, umumnya
berhubungan dengan obesitas. Diabetes Melitus Gestasional merupakan
Diabetes Mellitus yang didiagnosa selama hamil.

B. Etiologi
Menurut Smeltzer (2013), mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes mellitus tipe II masih belum
7

diketahui. Faktor genetic di perkirakan memegang peranan dalam proses


terjadinya resistensi insulin. Selain itu terjadi pula faktor- faktor resiko tertentu
yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes mellitus tipe II. Faktor-
faktor ini yaitu :
1. Usia menurut (Black, 2014 : 633) DM Tipe II, biasanya terdiagnosis setelah
usia 40 tahun sedangkan resistensi insuln cenderung meningkat pada usia di
atas 65 tahun.
2. Obesitas adalah faktor resiko mayor, dengan 85% dari seluruh orang dengan
DM Tipe II
3. Riwayat Keluarga yang memiliki DM
4. Kelompok Etnik (di Amerika Serikat, golongan hisponik serta serta yang
lebih besar untuk terjadinya diabetes mellitus tipe II dibandigkan dengan
golongan Afro Amerika) (Brunner & Suddarth, 2001. Hal : 1225)
5. Gaya hidup, seperti makan-makan yang mengandung banyak karbohidrat,
alcohol, jarang berolahraga

C. Patofisiologi
Insulin merupakan hormon yang disekresikan oleh sel beta pula Langerhans di
pancreas, yang berfungsi mengandalikan kadar glukosa dalam darah. Normalnya
insulin bekerja dengan cara berkaitan dalam reseptor yang terdapat di sebagian
besar sel tubuh. Setelah berikatan, insulin meningkatan transport glukosa ke
dalam sel-sel otot. Setelah berada didalam sel, glukosa dapat segera di gunakan
untuk menghasilkan energi atau dapat di simpan didalam sel sebagai glikogen.
Pada diabetes tipe II terjadi dua masalah utama yaitu ketidakmampuan tubuh
berespon secara wajar terhadap (resistensi insulin) dan gangguan sekresi insulin
(tubuh tetap menghasilkan insulin namun terjadi kelambatan dalam sekresi dan
berkurangnya jumlah total insulin yang dikeluarkan). Akibatnya terdapat
kelainan dalam peningkatan insulin dengan reseptor. Kelainan ini dapat
disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor pada membrane sel yang
selnya responsive terhadap insulin atau akibat ketidaknormalan reseptor insulin
intrinsic. Akibat terjadi penggabungn abnormal antara kompleks reseptor insulin
dengan sistem transport glukosa. Sehingga tidak tercapai kadar glukosa yang
normal (Brunner & Suddarth, 2002, Hal : 1222)
8

Ketidaknormalan post reseptor dapat mengganggu kerja insulin. Pada akhirnya,


timbul kegagalan sel beta dengan menurunnya jumlah insukun yang beredar dan
tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia. Akibat kadar glukosa
dalam darah tinggi, mengakibatkan terjadinya osmolalitas dalam pembuluh
darah yang menimbulkan diuresis osmotic. Sehingga untuk merespon adanya
peningkatan osmolalitas plasma, osmoreseptor yang terletak di hipotalamus
anterior meningkatkan sekresi vasopressin yang mengakibatkan peningkatan
permeabilitas ductus-duktus pengumpul ginjal sehingga air masuk ke jaringan
intestinum hipertonik di piramida ginjal. Di ginjal, glukosa di filtrasi secara
bebas dan hampir semuanya di absorpsi kembali di tubulus proksimal, tetapi
selama kadar glukosa plasma normal dan tidak melewati ambang batas ginjal
sekitar 180mg/dl, sehingga glukosa yang tidak dapat di filtrasi oleh ginjal, akan
dikeluarkan bersama air kemih (urine) yang menyebabkan urine menjadi lebih
pekat, dan juga Karena sifat gula yang menarik cairan ke dalam urine.
Mekanisme tersebut yang menyebabkan penerita banyak buang air kecil
(polyuria) disertai glukosaria (adanya glukosa dalam urine). (Price, Sylvia A,
2005 Hal : 1263).

Sehingga menyebabkan volume CES menurun dan terjadi hypovolemia dalam


tubuh kehilangan cairan yang terlebih melalui urine. Terjadinya hypovolemia
menyebabkan osmoreseptor, yaitu reseptor yang menangkap osmolalitas cairan
tuuh mengirimkan pesan ke hipotalamus bagian superior lateral sehingga dapat
timbul respon haus dalam tubuh. Selain itu hypovolemia juga dapat
meningkatkan sekresi renin dan hasilnya terjadi peningkatan angiotensin II.
Dimana angiotensin II bekerja pada organ sub forniks, suatu area reseptor
khusus diensepalon untuk meningkatkan area-area syaraf yang berkaitan dengan
rasa haus. Selain itu osmoreseptor yang mengirimkan sinyal ke hipotalamus
bagian superior lateral sehingga muncul respon rasa haus dalam tubuh
mekanisme ini menyebabkan penderita banyak minum (polidipsi). Disamping
itu, Karena adanya penurunan pemakaian glukosa yang mengakibatkan sel
kekurangan energi. Sehingga sel-sel glukostat yang peka terhadap kecepatan
pemanfaatan glukosa mengirim pesan ke hipotalamus tepatnya dimedial yang
merupakan pusat makan lapar dan menyebabkan penderita menjadi banyak
makan atau (polifagia). Oleh Karena defisiensi glukosa intrasel, pasokan energi
9

dipertahankan dengan metabolisme protein dengan cara glukogenesis sehingga


terjadi peningkatan pasokan asam amino dalam darah meningkat dan ini akan
mengakibatkan tubuh menjadi kurus penurunan resistensi terhadap infeksi.
Selain itu akibat defisiensi glukosa intrasel tubuh berkompensasi meningkatkan
katabolisme lemak dengan mensintesis trigleserida dengan mensintesis
trigleserida yang meningkatkan penggunaan lemak oleh hati untuk digunakan
sebagai sumber energi oleh penderita sehingga mengakibatkan pengeluaran
badan keton. Keton adalah asam organic yang menumpuk dalam sirkulasi
(ketosis) Karena kecepatan produksinya melebihi kemampuan tubuh
menggunakannya. Dengan pengeluaran keton yang berlebih menimbulkan gejala
seperti nafas bau keton, mual, muntah dan anoreksia. (Brunner & Suddarth,
2001. Hal : 1223).

Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih
dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat
(selama bertahun- tahun) dan pronesif. Maka awitan diabetes tipe II dapat
berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering
bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia,
luka pada kulit yang lama sembuh- sembuh, infeksi vagina atau pendangan yang
kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi). Untuk sebagian besar pasien
(kurang lebih 75%), penyakit diabetes tipe II yang dideritanya ditemukan secara
tidak sengaja (misalnya pada saat pasien menjalani pemeriksaan laboratorium
yang rutin). Salah satu konsekuensi bahwa komplikasi diabetes jangka panjang
(misalnya kelainan mata, neuropati perifer, kelainan vaskuler perifer) mungkin
sudah terjadi sebelum diagnosis ditegakkan. (Brunner & Suddarth, 2001)

Manifestasi klinis diabetes mellitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolik


defisiensi insulin. Pasien–pasien dengan defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi
glukosa setelah makan karbohidrat. Jika hiperglikemia berat dan melebihi
ambang ginjal untuk zat ini, maka timbul glikosuria. Glikosuria ini akan
mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urine
(poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Karena glukosa hilang bersama
urine maka pasien mengalami keseimbangan kalori negative dan berat badan
10

berkurang, rasa lapar yang semakin besar (polifagia) mungkin akan timbul
sebagai akibat kehilangan kalori, pasien mengeluh lelah dan mengantuk. Pasien
dengan diabetes tipe II mungkin sama seklai tidak menunjukan gejala apaapun
dan didiagnosis hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan darah laboratorium dan
melakukan tes toleransi glukosa, tetapi pada hiperglikemia yang berat , pasien
tersebut mungkin menderita polydipsia, polyuria, lemah dan samnolen.(Price,
Sylivia A. 2012)

Menurut Kowalak (2016) Manifestasi dibetes mellitus meliputi polidipsi dan


polyuria yang disebabkan oleh osmolaritas serum yang tinggi akibat kadar
glukosa serum yang tinggi, anorekisa( sering terjadi) atau polifagia(kadang-
kadang terjadi), penurunan berat badan, sakit kepala, rasa cepat lelah dan
mengantuk, tengaga yang berkurang disebabkan karena kadar glukosa intrasel
berkurang, gangguan penglihatan, seperti kabur karena terjadi pembengkakan
akibat glukosa, mual, diare, atau konstipasi akibat dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit ataupun neuropati otonom

Komplikasi diabetes mellitus dapat di bagi menjadi dua kategori mayor yaitu
komplikasi metabolic akut dan komplikasi vaskuler jangka panjang. Komplikasi
metabolic diabetes disebabkan oleh perubahan yang relative akut dan
konsentrasi glukosa plasma. Hiperglikemia, hiperosmolar, komanonketotik
(HHNK) adalah komplikasi metabolic akut lain dari diabetes yang sering
teratasi pada penderita diabetes tipe 2 yang lebih tua. Bukan karena defisiensi
insulin absolute namun relative, hiperglikemia muncul tanpa ketosis,
hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum lebih besar dari 600 mg/dl.
Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolalitas, dieresis osmotic dan dehidrasi
berat. Pasien dapat menjadi tidak sadar dan meninggal jika keadaan ini tidak
segera ditangani. (Price, Sylvia A. 2012)

Komplikasi vaskuler jangka panjang dari diabetes melibatkan pembuluh -


pembuluh darah kecil (mikroangiopati) dan pembulu- pembulu sedang dan besar
(makroangiopati). Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang
menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopati diabetic), glomerulus ginjal
(nefropati diabetic), dan saraf saraf perifer (neuropati diabetic), otot – otot serta
11

kulit dipandang dari sudut histokimia lesi- lesi ini ditandai dengan peningkatan
penimbunan glikoprotein. (Price, Sylvia A. 2012)

Mikroangiopati biasanya berupa neuropati dan katarak disebabkan oleh


gangguan jalur poliol ( glukosa – sorbitol – fruktosa ) akibat kekurangan insulin
terdapat penimbunan sorbitol dan fruktosa serta penurunan kadar mioinositol
yang menimbulkan neuropati. Perubahan biokimia dalam jaringan saraf akan
mengganggu kegiatan metabolic sel- sel sehwann dan menyebabkan hilangnya
akson. (Price, Sylvia A. 2012)

Kecepatan konduksi motorik akan berkurang pada tahap ini, pejalanan neuropati
selanjutnya timbul nyeri, parastesia, berkurangnya sensasi getar dan propioseptik
dan gangguan motorik yang diserta hilangnya reflek- reflek tendon dalam,
kelemahan otot dan atrofi. Neuropari dapat menyerang saraf perifer (
mononeuropati dan pulmeuropati ) Saraf- saraf cranial atau system saraf otonom.
Terserangnya system saraf otonom dapat disertai nocturnal, keterlambatan
pengosongan lambung dengan gastroparesis, hipotensi postoral, dan impotensi.
Pasien dengan neuropati otonom diabetic dapat menderita infark miokardial akut
tanpa nyeri. Pasien ini juga dapat kehilangan respon katekolamin terhadap
hipoglikemia dan tidak menyadari dari reaksi reaksi hipoglikemia. (Price, Sylvia
A. 2012)

Makroangiopati diabetik mempunyai gambaran histopatologis berupa


aterosklerosos. Gabungan dari gangguan biokimia yang disebabkan oleh
insufisiensi insulin dapat menjadi penyebab penyakit vaskuler . Gangguan-
gangguan ini berupa: Penimbunan sorbitol dalam intima
vaskuler,Hiperlipoproteinemia, dan Kelainan pembekuan darah. Pada akhirnya
makroangiopati diabetic ini akan mengakibatkan penyumbatan vaskuler. Jika
mengenai arteri - arteri perifer maka akan mengakibatkan insufisiensi vaskuler
perifer yang disertai klaudikasio intermiten dan ganggren pada ekstermitas, serta
infisiensi serebral dan stroke jika terkena adalah arteria koronaria dan aorta,
maka dapat mengakibatkan angina dan infark miokardium. (Price, Sylvia A.
2012)
12

D. Penatalaksanaan Medis
1. Konservatif
a. Pemberian obat hiperglikemi oral (Black, Joyce 2014)
1) Metformin
Dapat digunakan dalam kombinasi dengan sulfinureas untuk
menurunkan kadar gula produksi glukosa hepatic dengan kadar
trigliserida.
2) Sulfoniureas
Merangsang sekresi insulinmelalui sel beta untuk menurunkan
produksi glukosa dan meningkatkan sensivitas terhadap insulin.
3) Glizida dan Guburide
Mempunyai reaksi merugikan lebih sedikit dan durasi kerja lama
daripada sulfoniureas.
4) Inhibitor alfa : glukosakarbose (acarbose, voglibose, miglitol) :
Mempunyai aksi mempengaruhi enzim didalam usus yang memecah
gula kompleks.
5) Tiazolidinedion (rosiglitazone, piolitazon)
meningkatkan kerja insulin pada reseptor dan postresptor dalam
hepatk dan jaringan perifer untuk menurunkan resisten insulin dan
menurunkan kadar trigliserid.
6) Biguanid: meningkatkan respon jaringan tehadap insulin, menurunkan
produksi glukosa hepatic, menurunkan penyerapan glukosa pada usus
halus.
b. Insulin terbagi dalam 3 cara kerja antara lain (Brunner & Suddarth, 2001)
1.) Insulin kerja cepat (short acting)
Adalah insulin regular yang bekerja paling cepat dan paling sebentar,
insulin ini sering kali mulai menurunkan kadar gula dalam waktu 20
menit mencapai puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan bekerja selama
6-8 jam. Insulin bekerja cepat seringkali digunakan oleh penderita
yang menjalani beberapakali suntikan setiap harinya dan suntikan 15-
20 menit sebelum makan.
2.) Insulin kerja sedang (intermediate acting)
Adalah insulin suspense seng bekerja waktu 1-3 jam, mencapai
puncak maksimum dalam waktu 6-10 jam dan bekerja selama 18-26
13

jam. Insulin ini biasa disuntikan pada pagi hari untuk memenuhi
kebutuhan kebutuhan selama sehari dan dapat disuntikan dimalam hari
untuk memenuhi kebutuhan sepanjang malam.
3.) Insulin kerja lambat (long acting)
Adalan insulin suspense seng yang telah dikembangkan efek baru
timbul setelah 6 jam dan bekerja selma 28-36 jam. Jika penggunaan
obat oral dengan dosis maksimal tidak berhasil menurunkan kadar
glukosa hingga tingkat yang memuaskan, maka insulin dapat
digunakan. Sebagian pasien memerlukan insulin untuk sementara
waktu selama periode stress fisiologik yang akut, seperti selama sakit
atau pembedahan.
2. Non Farmakoterapi (Brunner & Suddarth, 2001)
a. Diit
1) Diet NIDDM
a) Suplai kebutan zat gizi :
12 % - 20 % protein
20 % – 30 % lemak
60 % - 70 % karbohidrat
b) Jumlah kalori tepat
underweight : diit 2100 – 2500 kal
normal : diit 1700 – 1900 kal
overweight : diit 1100 – 1500 kal

1. Kurus : BB x 40 s.d 60 kal/hari


2. Normal : BB x 30 kal/hari
3. Gemuk : BB x 20 kal/hari
4. Obesitas : BB x 10 s.d 15 kal/hari

Cara Menghitung BMI (Body Mass Index)

BMI = Berat Badan / (Tinggi Badan * Tinggi Badan)


Keterangan :
 Satuan Berat Badan adalah Kilogram (kg)
 Satuan Tinggi Badan adalah Meter (m)
14

Kategori BMI adalah:


a. Nilai indeks massa tubuh kurang dari 19 tergolong ke dalam
kelompok kurus.
b. Nilai 19-24,9 masuk ke dalam kelompok ideal.
c. Nilai antara 25-29,9 masuk kelompok kelebihan berat badan
(gemuk).
d. Jika mencapai nilai 30 atau lebih maka orang tersebut masuk ke
dalam kelompok obesitas.)
b. Latihan jasmani
Prinsip latihan jasmani:
1) Frekuensi : jumlah olahraga teratur 3-5 kali semiggu
2) Intensitas : ringan –sedang 60-70% maximum heart rate
3) Durasi : 30-60 menit
4) Jenis : latihan jasmani (aerobik) untuk meningkatkan kemampuan
kardirespirasi seprti jalan, jogging, berenang, dan bersepeda.
c. Pemantauan kadar gula darah
Cara ini memungkinkan deteksi dan pencegahan hipoglikemi serta
hyperhlikemi dan berperan dalm menentukan kadar glukosa darah
normal yang kemungkinan akan mengurangi komplikasi diabetes jangka
panjang.
d. Pendidikan Kesehatan
1) Mengajarkan teknik pemantauan kadar glukosa yang darah yang
benar, mencakup menggunakan lanset untuk menusukan jarum ke jari
tangan; mendapatkan tetesan darah yang besar
2) Pendidikan kesehatan perawatan kaki
3) Berhenti merokok

3. Operatif
a. Debridement
b. Amputasi
c. Nekrotomi

E. Pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas/Istirahat
15

Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan


Kram otot, tonus otot menurun. Gangguan tidur/istirahat.
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan
Aktivitas.
Letargi/disorientasi, koma.
Penurunan kekuatan otot.

2. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi; IM akut.
Klaudikasi, kebas, dan kesemutan pada ekstremitas.
Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda : Takikardia.
Perubahan tekanan sdarah postural; hipertensi.
Nadi yang menurun/tak ada.
Disritmia.
Krekels; DVJ (GJK).
Kulit panas, kering, dan kemerahan; bola mata cekung.

3. Integritas Ego
Gejala : Stres; tergantung pada orang lain
Masalah financial yang berhubungan dengan kondisi.
Tanda : Ansietas, peka rangsang.

4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola kemih (poliuria), nokturia.
Rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK
baru/berulang.
tekan abdomen.
Diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning; poliuri (dapat berkembang menjadi
oliguria/anuria jika terjadi hipovolemia berat).
Urine berkabut, bau busuk (infeksi).
Abdomen keras, adanya asites.
16

Bising usus lemah dan menurun; hiperaktif (diare).

5. Makanan/cairan
Gejala : Hilang nafsu makan.
Mual/muntah.
Tidak mengikuti diet; peningkatan masukan glukosa/karbohidrat.
Penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu.
Haus.
Penggunaan diuretic (tiazid).
Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek.
Kekakuan/distensi abdomen, muntah.
Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolic dengan
peningkatan gula darah).
Bau halitosis/manis, bau buah (napas aseton).

6. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening
Sakit kepala.
Kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parastesia.
Gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi; mengantuk, letargi, stupor/koma (tahap lanjut).
Gangguan memori (baru, masa lalu); kacau mental.
Refleks tendon dalam (RTD) menurun (koma).
Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA).

7. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat).
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati.

8. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi/tidak).
Tanda : Lapar udara.
17

Batuk, dengan/tanpa sputum purulen (infeksi).


Frekuensi pernapasan.

9. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal; ulkus kulit.
Tanda : Demam, diaphoresis.
Kulit rusak, lesi/ulserasi.
Menurunnya kekuatan umum/rentang gerak.
Parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar
kalium menurun dengan cukup tajam).

10. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi).
Masalah impoten pada pria; kesulitan orgasme pada wanita.

11. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluara; DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi.
Penyembuhan yang lambat.
Penggunaan obat seperti steroid, diuretic (tiazid); Dilantin dan
fenibarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah).
Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetic sesuai pesanan.
Pertimbangan
Rencana Pemulangan:
Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diet, pengobatan,
perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.

12. Pemeriksaan Diagnostik


a. Glukosa darah : Meningkat 200-100 mg/dl, atau lebih.
b. Aseton plasma (keton) : Positif secara mencolok.
c. Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.
d. Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.
e. Elektrolit :
Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun.
18

Kalium : Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya


akan menurun.
Fosfor : Lebih sering menurun.
f. Hemoglobin glikosilat: Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal
yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir
(lama hidup SDM) dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan
DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan
insiden (mis., ISK baru).
g. Gas darah arteri: Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
h. Trombosit darah: Ht mungkin meningkat (dehidrasi); leukositosis,
hemokonsentrasi, merupakan respons terhadap stress atau infeksi.
i. Ureum/kreatinin: Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan
fungsi ginjal).
j. Amilase darah: Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
k. Insulin darah: Mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (pada tipe I)
atau normal sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi
insulin/gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten
insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody.
(autoantibodi).
l. Pemeriksaan fungsi tiroid: Peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
m. Urine: Gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
n. Kultur dan sensitivitas: Kemungkinan adanya infeksin pada saluran kemih,
infeksi pernapasan dan infeksi pada luka.
F. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko syok berhubungan dengan Hipovolemia
2. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan diuresis
osmotic
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi
4. Resiko Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin
19

5. Perubahan sensori-perseptual: uraikan, resiko tinggi berhubungan dengan


perubahan kimia endogen: ketidakseimbangan glukosa/insulin atau elektrolit
6. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolic
7. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang atau
progresif yang tidak diobati, ketergantungan pada orang lain
Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan kurang
pemajanan informasi

G. Perencanaan Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan : Risiko syok behubungan dengan hipovolemi
Tujuan : Agar syok tidak terjadi
Kriteria hasil : tanda- tanda vital dalam batas normal, natrium dalam
batas normal, kalium dalam batas normal, clorida
dalam batas normal, mata tidak cekung, demam tidak
ada.
Intervensi :
a. Mengobservasi tanda-tanda vital
b. Mengobservasi warna kulit, kapilary refill
c. Memonitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan
d. Memonitor input dan output
e. Mengobservasi tanda dan gejala acites
f. Memonitor tanda awal syok
g. Memberikan posisi yang nyaman
h. Melihat kepatenan jalan nafas

2. Diangnosa keperawatan : Kekuragan volume cairan berhubungan dengan


diuresis osmotic
Tujuan : Kekurangan volume cairan akan teratasi.
Kriteria hasil : Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan
oleh tanda vita stabil, nadi peifer dapat diraba,
turgor kulit dan ppngisian kapiler baik, haluaran
urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit
dalam batas normal
20

Intervensi :
a. Dapatkan riwayat pasien/orang terdekat sehubungan dengan lamanya
intensitas dari gejala seperti muntah, pengeluaran urine yang sangat
berlebihan
b. Mengobservasi tanda-tanda vital.
c. Kaji pola nafas, frekuensi, dan kualitas pernafasan.
d. Observasi suhu, warna kulit, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit,
dan membran mukosa.
e. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa
f. Mengukur intake dan output cairan
g. Berikan lingkungan yang nyaman pada klien..
h. Catat adanya mual, nyeri abdomen, muntah dan distensi lambung.
i. Observasi adanya perasaan kelelahan yang meningkat, edema, nadi tak
teratur, dan adanya distensi vaskuler.
Kolaborasi :
j. Berikan terapi cairan sesuai indikasi
k. Pantau pemeriksaan laboratorium

3. Diangnosa keperawatan : Infeksi, resiko tinggi terhadap (sepsis) berhubungan


dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi
leukosit, perubahan pada sirkulasi.
Tujuan : agar infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan
resiko infeksi, mendemonstrasikan teknik serta
perubahan gaya hidup unuk mencegah terjadinya infeksi.

Intervensi:
a. Observasi tanda-tanda infeksi seperti demam kemerahan, ada pus pada
luka.
b. Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik
pada klien dan keluarga.
c. Observasi tanda-tanda vital
d. Auskultasi bunyi nafas.
e. Mengukur GDS Tiap pukul 05.00, 11.00, dan 16.00
21

f. Posisikan pasien pada posisi semi fowler..


g. Bantu pasien untuk melakukan hyegiene oral.
h. Anjurkan klien untuk makan dan minum adekuat (pemasukan makanan
dan cairan yang adekuat ).
i. Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitivitas sesuai indikasi.
j. Berikan antibiotik dan sesuai.

4. Diagnosa keperawatan : Risiko gangguan perubahan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil : Mencerna jumlah kalori/nurien yang tepat, menunjukkan
tingkat energi biasanya, mendemonstrasikan berat badan
stabil atau penambahan ke arah rentang basanya/yang
diinginkan dengan nilai laboratorium
Intervensi:
a. Auskultasi bising usus catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual,
dan muntah.
b. Identifikasi makanan yang disukai / dikehendaki.
c. Observasi tanda-tanda hipoglikemia, seperti perubahan tingkat kesadaran,
kulit lembab / dingin, takikardi, cemas, sakit kepala.
Kolaborasi :
d. Lakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan “finger stick”.
e. Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode IV atau SC
secara intermiten atau secara kontinu.
f. Berikan larutan glukosa, misalnya dekstrosa dan setengah salin normal.
g. Kolaborasi pemberian obat.
5. Diagnosa Keperawatan: Perubahan sensori-perseptual: uraikan, resiko tinggi
berhubungan dengan perubahan kimia endogen: ketidakseimbangan
glukosa/insulin atau elektrolit.
Tujuan : Dapat mengendalikan ansietas
Kriteria Hasil : Mempertahankan tingkat mental biasanya, mengenali da
mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Intervensi :
22

a. Pantau tanda –tanda vital dan mental.Panggil pasien dengan nama,


orientasikan kembali sesuai kebutuhan.
b. Jadwalkan intervensi keperawatan agar tidak menggangu waktu istirahat
pasien.
c. Bantu klien untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuan.
d. Lindungi pasien dari cedera (gunakan pengikat) ketika tingkat kesadaran
pasien terganggu.
e. Evaluasi lapang pandang pengelihatan sesuai pengelihatan.
f. Kaji adanya parastesia, nyeri atau kehilangan sensori pada kaki dan tangan
lihat adanya ulkus pada dearah – daerah tertekan.
g. Berikan tempat tidur lembut, pelihara kehangatan tangan dan kaki.
h. Bantu pasien ambulasi.
i. Berikan pengobatan sesuai obat yang di tentukan untuk mengatasi DKA.
j. Pantau nilai laboratorium seperti glukosa darah, osmolalitas darah, Hb /
Ht, ureum, kreatinine.

6. Diagnosa Keperawatan: Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi


energi metabolik, perubahan kimia darah: Insufiensi insulin, peningkatan
kebutuhan energi: status hipermetabolik/infeksi.
Tujuan : Klien akan beradaptasi terhadapa kelelahan dibuktikan dengan
penghematan energy.
Kriteria hasil : Mengungkapkan peningkatkan tingkat energy, menunjukkan
perbaikan kemampuan untuk bepartisipasi.
Intervensi :
a. Berikan aktifitas alternatif denagn periode istirahat yang cukup atau tanpa
diganggu.
b. Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum atau sesudah
melakukan aktifitas.
c. Membantu memenuhi kebutuhan klien
d. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari

7. Diagnosa Keperawatan : Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit


jangka panjang atau progresif yang tidak diobati, ketergantungan pada orang
lain.
23

Tujuan : tidak terjadinya ketidakberdayaan.


Kriteria Hasil : mengakui perassan putus asa, mengidentifikasi cara- cara
sehat untuk menghadapi perasaan
Intervensi :
a. Anjurkan pasien/ keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang
perawatanya di rumah sakit dan penyakitnya secara konstan.
b. Kaji dimana pasien telah mengalami kejadian di masa lalu.
c. Berikan kesempatan pada keluarga untuk mengekspresikan perhatiannya
dan diskusikan cara mereka dapat membantu sepenuhnya terhadap pasien.
d. Anjurkan pasien untuk membuat keputusan sehubungan dengan
perawatannya.
e. Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan
diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang
dilakukannya.

8. Diagnosa Keperawatan: Kurang pengetahuan mengenai penyakit,


berhubungan dengan kurang pemajanan informasi
Tujuan : Klien dapat mengetahui tentang penyakitnya dan terapi
pengobatannya.
Kriteria hasil :Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit,
mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses
penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.
Intervensi :
a. Ciptakan lingkungan saling percaya dengan klien.
b. Diskusikan topik-topik utama seperti kadar gula normal, ketoasidosis.
c. Diskusikan tentang rencana diit, penggunaan makanan tinggi serat dan
cara untuk melakukan makan di luar rumah.
d. Tinjau kembali pemberian insulin oleh pasien sendiri dan perawatan
terhadap peralatan yang digunakan.
e. Mengobservasi tanda-tanda vital
f. Demonstrasikan teknik penanganan stress seperti latihan napas dalam.

H. Pelaksanaan Keperawatan
1. Pengertian
24

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana


keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. (Setiadi,2012).

Implementasi merupakan tahap proses keperawatan dimana perawat


memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung
terhadap klien. (Potter&Perry 2009)

2. Tujuan Implementasi :
a) Melakukan membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan
sehari-hari.
b) Memberikan arahan keperawatan untuk mencapai tujuan yang
berpusat pada klien.
c) Mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan
perawatan kesehatan yang berkelanjutan dari klien.

3. Tahapan-tahapan Implementasi :
a) Pengkajian ulang terhadap pasien
b) Meninjau dan merevisi rencana asuhan keperawatan yang ada
c) Mengorganisasi sumber daya dan pemberian asuhan
d) Mengantisipasi dan mencegah komplikasi
e) Mengimplementasikan intervensi keperawatan
f) Keterampilan kognitif : meliputi aplikasi pemikiran kritis pada
proses keperawatan.
g) Keterampilan interpersonal : membangun hubungan kepercayaan,
menunjukan perhatian, dan berkomunikasi dengan jelas.
h) Keterampilan psikomotorik : integrasi antara aktifitas kognitif dan
motorik. sumber : (Potter &Perry.2009)

4. Macam-macam Implementasi :
Intervensi Keperawatan Independen : tindakan yang dilakukan perawat
(nurse initiated intervention ) tindakan ini tidak membutuhkan arahan
dari professional kesehatan lainnya (Wood,2003)
25

Intervensi Keperawatan Dependen : tindakan yang membutuhkan


arahan dari dokter atau professional kesehatan lainnya. Didasrkan pada
respon dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk menangani suatu
diagnosis medis
.
Inetrvensi Keperawatan Kolaboratif : tindakan yang membutuhkan
gabungan pengetahuan ,keterampilan dan keahlian berbagai profesi
layanan kesehatan.

I. Evaluasi Keperawatan
1. Pengertian
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang
memungkinkan perawat untuk menentukan apakah intervensi
keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi klien.
(Potter&Perry,2009)

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan


dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak. (Hidayat A.Aziz Alimul,2007)

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis


dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan,dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan klien,keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
(Setiadi,2012)

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang


merupakan perbandingan yang sitematis dan terncana antara hasil
akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan. (Asmadi,2008)

2. Tujuan Evaluasi :
a) Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan
26

b) Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau


belum.
c) Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum
tercapai. sumber : (Asmadi,2008)

3. Tahap-tahap Evaluasi :
a) Mengidentifikasi kriteria dan standar evaluasi
b) Mengumpulkan data untuk menentukan apakah kriteria dan
standar telah terpenuhi
c) Menginterprestasi dan meringkas data
d) Mendokumentasikan temuan dari setiap pertimbangan klinis
e) Menghentikan ,meneruskan,atau merevisi rencana perawatan.
(Potter&Perry,2009)

4. Macam-macam Evaluasi :
a) Evaluasi Formatif
Berfokus pada aktivitas dan hasil tindakan keperawatan.
Dilakukan segera,setelah perawat telah mengimplementasikan
rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi
formatif meliputi emat komponen yang dikenal dengan istilah
SOAP,yakni Subjektif(data keluhan pasien), Objektif (data hasil
pemeriksaan), Analisis data (perbandingan data dengan teori),
Perencanaan.

b) Evaluasi Sumatif
Evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses
keperawatan selesai dilakukan.
Bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan
yang telah diberikan. Metode yang digunakan pada evaluasi jenis
ini yaitu melakukan wawancara pada akhir layanan,menanyakan
respon klien dan keluarga terkait layanan
keperawatan,mengadakan pertemuan pada akhir layanan.
27

Tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan pencapaian


tujuan keperawatan:
1) Tujuan tercapai jika klien menunjukan perubuhan sesuai
dengan standar yang telah ditentukan.
2) Tujuan tercapai sebagai atau klien masih dalam proses
pencapaian tujuan,jika klien
3) Menunjukan perubahan pada sebagian kriteria yang telah
ditetapkan.
4) Tujuan tidak tercapai jika klien hanya menunjukan sedikit
peribahan dan tidak ada kemajuan sama sekali serta dapat
timbuk masalah baru. Sumber: (Asmadi,2008 )
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitasi Klien
Ny N berusia 42 th, jenis kelamin perempuan, masuk Rumah Sakit Pelni
Jakarta diruang New Bougenville III pada tanggal 7 Januari 2019 dengan
No. register 27.53.34 dengan diagnosa medis Non Insulin – Dependen
Diabetes Mellitus (NIDDM). Status perkawinan sudah menikah, agama
islam, suku bangsa betawi, pendidikan SMU, bahasa yang digunakan bahasa
Indonesia, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat Gg. Lontaer 11 no.24
RT.012/ Rw. 006 Kel. Tanjung Duren Utara, Kec. Grogol Petambura,
Jakarta Barat. Sumber biaya JKN-BPJS, sumber informasi klien.

2. Resume
Klien Ny N usia 42 th datang ke IGD RS Pelni Jakarta diantar oleh
suaminya pada tanggal 7 Januari 2019 pukul 08.00 WIB. Klien sebelum ke
IGD Rumah Sakit Pelni Jakarta, Berobat ke Rumah Sakit yang ada di
Kalideres, namun kata klien alat Rumah Sakit tidak memadai akhirnya
dirujuk ke Rumah Sakit Pelni Jakarta dengan keluhan badan terasa lemas
sejak 15 hari yang lalu, tidak bisa bab sejak 6 hari yang lalu, tidak nafsu
makan, minum sedikit, sering haus, mual ada, muntah 1x, perut terasa
kembung dan nada riwayat dm sejak 14 tahun yang lalu. Klien tampak
lemas, kesadaran CM, wajah tampak pucat, konjungtiva anemis, mukosaa
bibir kering, turgor kulit kurang elastis,perut tampak besar dan kaku, GCS:
E=4 M=6 V=5, TTV= TD : 123/68 mmHg, N : 123 x/mnt, P : 20x/mnt, S :
o
37,6 C. Ditemukan masalah keperawatan Hiperglikemia. Kemudian
dilakukan tindakan keperawatan mandiri dengan memberikan posisi yang
nyaman, memberikan minum air hangat, mengobservasi mual dan muntah.
Dilakukan tindakan keperawatan kolaborasi dengan memsang infus pada
tanagan sebelah kiri dengan Nacl 0,9% 20 tpm dan insulin 2 unit/jam via

28
29

drip, memberikan injeksi Ranitidine 50 mg via treeway, Sotatic 10 mg via


treeway dan microlax via supositoria. Dilakukan pemeriksaan laboratorium
(DPL, Ur, Cr, Na, K, CL) dan Mengecek Gds.

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 7 Januari 2019: Hemoglobin: 13,3


g/dl (N 12-16g/dl), Leukosit: 15,00 10^3/ul (N 5.0-10.0 10^3/ul), Limfosit:
5% (20-30), Neutrofil: 92% (50-70%), Trombosit: 286 10^3/ul (150-450)
10^3/ul), Hematokrit: 40,1% (36-48%), Eritrosit 4,76 juta/ul (4,5-5,5), PH:
7,350 ( 7,350- 7,450), PO2: 87,7 mmHg (75-100), PCO2: 41,1 (32-45),
HCO3 Actual: 21,2 mmol/L (23-28), GDS: 453 mg/dl, keton darah: 1,3
mmol/L (0-0.5). Fungsi ginjal: Ureum: 21 mg/dl(15-25), Creatinin: 0,5
mg/dl (0,5-1). Elektrolit: Natrium: 131 mmol/L (134-146), Kalium: 4,4
mmol/L (3,4 - 4,5), Clorida: 91 mmol/L (96 – 108). Evaluasi keperwatan
klien mengatakan lemas masih ada, mual berkurang, muntah tidak ada, perut
masih kembung dan masih belum BAB.

Pada pukul 17.30 WIB klien dipindahkan ke Ruangan New Bougenville III
dengan keluhan masih lemas, masih belum bisa BAB sejak 6 hari yang lalu,
mual kadang-kadang, tidak nafsu makan, minum sedik, sering haus, dan
sering pipis pada malam hari, dan memiliki riwayat DM sejak 14 tahun yang
lalu. Tampak lemas, konjungtiva anemis, mukosa bibir kering, turgor kulit
kurang elasis, perut tampak besar dan kembung. Ditemukan masalah
keperawatan Risiko syok, kekurangan volume cairan, risiko tinggi infeksi,
risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gangguan
eliminasi fekal. Dilakuakn tindakan keperawatan mandiri memberikan
posisi yang nyaman, mengobservasi mual dan muntah, mengobservasi
TTV= TD: 120/80 mmHg, , N : 90 x/mnt, P : 20x/mnt, S : 36,5 oC dan
dilakukan tindakan keperawatan kolaborasi terpasang Infus Nacl 0,9% 20
tpm dan Insulin drip 2 unit/jam via buret 20 tpm, memberikan injeksi
Ranitidine 50 mg via treeway, Sotatic 10 mg via treeway dan microlax via
supositoria. Evaluasi keperawatan klien mengatakan lemas masih ada, BAB
sudah bisa dan keluar sedikit dan cair serta perut masih kembung. Pada
tanggal 9 Januari 2019 dilakukan pengkajian keperawatan
30

3. Riwayat keperawatan
Riwayat kesehatan sekarang lemas sejak 15 hari yang lalu, tidak nafsu
makan, sering haus dan sering pipis pada malam hari,minum sedikit.
Kronologis keluhan, faktor pencetus gaya hidup. Timbul keluhan bertahap.
Lamanya 2 minggu, upaya mengatasi berobat ke Rumah sakit di Kalideres
namun alat kurang memadai.

Riwayat kesehatan masa lalu klien mengatakan tidak mempunyai riwayat


penyakit, tidak ada alergi obat ataupun makanan, riwayat pemakaian obat
yang terakhir dari Rumah Sakit Pelni Jakarta, Riwayat pemakaian obat
terakir yaitu Lantus 20 unit, Diamicron 60 mg Via oral, dan Metformin 500
mg via oral.

Riwayat kesehatan keluarga (genogram dan keterangan tiga generasi)

Klien

Keterangan :
= Laki – laki meninggal = Garis Pernikahan
= Perempuan meninggal = Garis Keturunan
= Laki – Laki hidup = Tinggal satu rumah
= Perempuan hidup = Klien

Penyakit yang pernah di derita oleh anggota keluarga yaitu tidak ada.
Riwayat psikososial dan spiritual orang terdekat klien adalah anaknya karna
anak satu-satunya dan hamilnya lama. Interaksi dalam keluarga pola
31

komunikasi terbuka dan baik, pembuatan keputusan dengan cara


musyawarah dengan suami, kegiatan kemasyarakatan yang diikuti
pengajian, dampak penyakit terhadap klien ialah keluarga sangat khawatir
dnegan kondisi klien terutama Anaknya. Masalah yang mempengaruhi klien
adalah Gambaran diri : Klien menyukai semua anggota tubuhnya kecuali
kaki karena jempol kakinya di amputasi karena penyakit DM tetapi klien
selalu bersyukur kepada Allah SWT. identitas diri : Klien berperan sebagai
isteri dan ibu rumah tangga, klien jarang mengikuti kegiatan
masyarakatkecuali pengajian, klien merasa puas karena selama ini menjadi
isteri dan ibu yang baik, peran diri: klien mengatakan insyallah sudah
emlakukan perannya dengan baik teteapi karena klien sakit akhirnya klien
tidak bisa mengurusi suami dan anaknya, Harga diri: klien mengatakan
hubungan dengan anaknya baik dan dengan suaminya kurang baik karena
suaminya sibuk bekerja dan terlalu cuek. Klien mengatakan orang yang
paling berarti dalam kehidupan klien adalah anak karena klien selalu bias
tersenyum dan bahagia ketika bersama anaknya. Klien tidak ikut dalam
kegiatan apapun di rumah, klien dan tetangganya dalam hal komunikasi
biasa saja tidak ada hambatan atau masalah. Mekanisme koping terhadap
stress adalah pemecahan masalah dan tidur. Hal yang dipikirkan klien saat
ini yaitu ingin cepat sembuh dan segera pulang ke rumah, harapan setelah
menjalani perawatan yaitu penyakitnya dapat sembuh, gulanya tidak naik
lagi, dan dapat beraktivitas seperti biasanya, perubahan setelah jatuh sakit
berat badan menurun, lemas. Sistem kepercayaan, nilai–nilai yang
bertentanagan degan kesehatan tidak ada, aktivitas keagamaan atau
kepercayaan yang dilakukan adalah shalat 5 waktu. Kondisi lingkungan
rumah klien berada di daerah padat penduduk dan bersih.

4. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan fisik umum
Berat badan sebelum sakit 85 kg, berat badan saat ini 83 kg, tinggi badan
160 cm, keadaan umum sedang, pembesaran kelenjar getah bening tidak
ada.
32

b. Sistem penglihatan
Otot-otot mata tidak ada kelainan, kelopak mata dan pergerak bola mata
normal, konjungtiva tampak anemis, kornea normal, sklera anikterik,
pupil isokor, fungsi penglihatan baik, tanda-tanda peradangan tidak ada,
pemakaian kacamata ada, untuk kacamata baca. Pemakaian lensa kontak
tidak ada, reaksi terhadap cahaya positif.

c. Sistem pendengaran
Daun telinga normal, karakteristik serumen tidak ada, kondisi telinga
tengah normal, tidak ada Ciaran ditelinga, perasaan penuh ditelinga tidak
ada, tinitus tidak ada, otalgia tidak ada, fungsi pendengaran normal,
gangguan keseimbangan tidak ada, pemakaian alat bantu tidak ada.

d. Sistem Wicara
Bicara normal, tidak ada aphasia, aphonia, dystria, dysphasia, dan
Anarthia.

e. Sistem Pernapasan
Jalan napas bersih, tidak ada sumbatan. Pernafasan tidak sesak. Tidak
menggunakan otot bantu pernafasan, frekuensi 20x/menit, irama teratur.
Kedalaman dalam, ada batuktapi tidak produktif, sputum tidak ada.
Palpasi dada tidak ada nyeri tekan, perkusi dada terdengar resonan. Suara
nafas vesikuler, tidak nyeri saat bernafas, tidak menggunakan alat bantu
nasal kanul 02.

f. Sistem Kardiovaskular
Sirkulasi perifer Nadi 92x/menit, irama teratur, denyut kuat. Tekanan
Darah : 110/80 mmHg, distensi vena jugularis tidak ada, Temperatur
kulit hangat, warna kulit pucat, Pengisian kapiler 3 detik, Edema tidak
ada. Sirkulasi Jantung, kecepatan denyut nadi apikal : 102x/menit, irama
teratur, tidak ada nyeri dada.

g. Sistem Hematologi
Warna kulit klien pucat, perdarahan tidak ada.
33

h. Sistem Syaraf Pusat


Tidak sakit kepala , tingkat kesadaran Compos Mentis GCS: E4M6V5,
Tanda-tanda peningkatan TIK tidak ada, Gangguan sistem persarafan
tidak ada, reflek fisiologis normal, reflek patologis tidak ada.

i. Sistem Pencernaan
Nutrisi :
Gigi tidak caries, penggunaan gigi palsu tidak ada, tidak ada stomatitis,
lidah tidak kotor, selera makan kurang baik karena tidak nafsu makan,
lidahnya rasanya pahit, diet Nadi DM RL 1700 KAL B.PEP EX MC.
2x150 cc, mual tidak ada, muntah tidak. Tidak ada nyeri pada daerah
abdomen, hepar tidak teraba, abdomen lembek, lingkar abdomen 89 cm,
tidak terpasang NGT, pola kebiasaan makan dirumah 2x/hari.

Eliminasi :
bising usus 4x/menit, tidak ada diare, warna feses kuning, konsistensi
feses cair, kontstipasi ada sudah 6 hari tetapi tadi pagi bab sedikit,
penggunaan laxatif ada, pola kebiasaan BAB dirumah 1X sehari.

j. Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, napas berbau keton, terdapat
poliuri, polidipsi, dan tidak ada polifagia, tidak terdapat luka gangren
pada klien.

k. Sistem Urogenitalia
Intake cairan klien sebanyak 2200 ml antara lain berupa oral sebanyak
900ml, cairan paranteral sebanyak 1300 ml sedangkan untuk output
cairannya sebanyak 2330 ml, antara lain berupa urine sebanyak 1500 ml,
IWL sebanyak 830 ml, Jadi untuk balance cairannya adalah -130 ml dan
klien mengalami kelainan pola perkemihan yaitu nocturia, warna urine
kuning. Tidak terdapat distensi kandung kemih, tidak ada keluhan sakit
pinggang, dan klien tidak menggunakan kateter.
34

l. Sistem Integumen
Turgor kulit sedikit kurang elastis, temperatur kulit teraba hangat,
warna kulit pucat, keadaan kulit klien tidak terdapat lesi, kondisi kulit
klien baik, kondisi kulit pada daerah pemasangan infus baik tidak ada
plebitis, keadaan rambut klien dari teksturnya baik dan kebersihannya
baik, pola kebersihan personal hygiene dirumah 2x sehari.

m. Sistem Muskuloskeletal
Tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak ada sakit pada tulang,
sendi atau kulit klien, tidak ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk pada
tulang sendi, tidak ada kelainan struktur tulang belakang, keadaan tonus
baik,
kekuatan otot klien

5555 5555
5555 5555

Data tambahan (pemahaman tentang penyakit) : klien tahu kalau dirinya


punya penyakit DM, klien mengatakan tidak tau pantangan makanan
untuk penyakitnya,

5. Data penunjang (pemeriksaan diagnostik yang menunjang masalah : lab,


radiologi, endoscopi dll)
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 7 Januari 2019: Hemoglobin: 13,3
g/dl (N 12-16g/dl), Leukosit: 15,00 10^3/ul (N 5.0-10.0 10^3/ul), Limfosit:
5% (20-30), Neutrofil: 92% (50-70%), Trombosit: 286 10^3/ul (150-450)
Hematokrit: 40,1% (36-48%), Eritrosit 4,76 juta/ul (4,5-5,5), PH: 7,350 (
7,350- 7,450), PO2: 87,7 mmHg (75-100), PCO2: 41,1 (32-45), HCO3
Actual: 21,2 mmol/L (23-28), GDS: 453 mg/dl, keton darah: 1,3 mmol/L (0-
0.5). Fungsi ginjal: Ureum: 21 mg/dl(15-25), Creatinin: 0,5 mg/dl (0,5-1).
Elektrolit: Natrium: 131 mmol/L (134-146), Kalium: 4,4 mmol/L (3,4 -
4,5), Clorida: 91 mmol/L (96 – 108)
35

6. Penatalaksanaan (Terapi/pengobatan termasuk diet)


Terapi Obat :
a. Novorapid flexpen inj 3 x kelipatan 5 unit setiap 200 via injeksi sc
(pukul. 06.00, 12.00 dan 16.00)
b. Ranitidine 2x50 mg via injeksi Iv (pukul 06.00 dan 16.00)
c. Ondansentron 3x 8 mg/4ml via injeksi Iv ( pukul 06.00, 12.00 dan
16.00)
d. Ceftriaxone 1x1000mg via injeksi pukul. (06.00)

Infus :
NaCl 0,9 % 8 jam / kolf / 20 tetes/ menit
Insulin 2 unit/jam via syrimpam 2, 5 ml

Diit :
Nasi DM RL 1700 kal B.PEP ex MC 2x150 cc

7. Data Fokus
Data Subjektif :
Klien mengatakan selalu merasa haus, klien mengatakan minum sedikit,
BAK >5 x/hari, klien mgatakan sering BAK pada malam hari. Klien
mengatakan cepet lelah. Klien mengatakan badan terasa lemas, tidak nafsu
makan, klien mengatakan makanan yang dimakan selalu tidak habis, klien
mengatakan makan habis ¼ porsi, klien mengeluh perut kembung, Klien
mengatakan tidak tahu tentang makanan pantang DM, keluarga klien tidak
mengetahui tentang DM, tidak ada riwayat DM dari keluarga, klien
mangatakan sulit menjaga pola makan/ mengatur pola makan.

Data Objektif :
Keadaan umum composmentis,. Klien tampak lemas dan pucat, mukosa
bibir kering, turgor kulit kurang elastis, konjungtiva anemis, tampak perut
kembung, tampak gelisah dan bingung, BB sebelum sakit 85kg, BB saat ini
83, klien makan ¼ porsi. Intake: 2200 ml, output: 2330 ml, urine berwarna
kuning jernih, TTV : TD 110/80 mmHg, nadi 92x/mnt, pernafasan
20x/mnt,suhu 36,8oC. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 7 Januari
36

2019: Hemoglobin: 13,3 g/dl (N 12-16g/dl), Leukosit: 15,00 10^3/ul (N 5.0-


10.0 10^3/ul), Limfosit: 5% (20-30), Neutrofil: 92% (50-70%). PH: 7,350 (
7,350- 7,450), PO2: 87,7 mmHg (75-100), PCO2: 41,1 (32-45), HCO3
Actual: 21,2 mmol/L (23-28), GDS: 453 mg/dl, keton darah: 1,3 mmol/L (0-
0.5). Elektrolit: Natrium: 131 mmol/L (134-146), Kalium: 4,4 mmol/L (3,4
- 4,5), Clorida: 91 mmol/L (96 – 108)

8. Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1. Data Subjektif : Risiko Syok Hipovolemia
Klien mengeluh lemas

Data Objektif :
Klien tampak lemas dan pucat,
mukosa bibir kering,
konjungtiva anemis, Intake:
2200 ml, output: 2330 ml hasil
lab pada tanggal 7 januari
2019 : GDS: 453 mg/dl (80-
140), keton darah: 1,3 mmol/L
(0-0.5), HCO3 Actual: 21,2
mmol/L (23-28). TTV : TD
110/80 mmHg, nadi 92x/mnt,
pernafasan 20x/mnt,suhu
36,8oC

2. Data subjektif : Kekurangan Diuresis Osmotik


Klien mengatakan lemas dan volume cairan dan
cepat lelah,klien mengatakan elektrolit
minum sedikit, Klien
mengatakan selalu merasa
haus, BAK >5 x/hari, klien
mengatakan sering pipis pada
malam hari.
37

Data objektif :
Kesadaran CM, klien tampak
lemas, urine warna kuning
jernih, turgor kulit kurang
elastis, mukosa bibir kering,
wajah tampak pucat,
intake=2200 ml, output=2330
ml, TTV : TD 110/80 mmHg,
nadi 92x/mnt, pernafasan
20x/mnt,suhu 36,8oC .
Hasil pemeriksaan
laboratorium tanggal 7 Januari
2019: Hemoglobin: 13,3 g/dl
(N 12-16g/dl), Leukosit: 15,00
10^3/ul (N 5.0-10.0 10^3/ul),
Limfosit: 5% (20-30),
Elektrolit: Natrium: 131
mmol/L (134-146), Kalium:
4,4 mmol/L (3,4 - 4,5),
Clorida: 91 mmol/L (96 –
108)

3. Data Subjektif : - Resiko infeksi Kadar glukosa


tinggi
Data Objektif :
,Klien tampak lemas dan pucat
Hasil pemeriksaan
laboratorium tanggal 7 Januari
2019: Hemoglobin: 13,3 g/dl
(N 12-16g/dl), Leukosit: 15,00
10^3/ul (N 5.0-10.0 10^3/ul),
Limfosit: 5% (20-30),
38

Neutrofil: 92% (50-70%).


GDS: 453 mg/dl, TTV : TD
110/80 mmHg, nadi 92x/mnt,
pernafasan 20x/mnt,suhu
36,8oC.

4. Data Subjektif Resiko perubahan Ketidakcukupan


Klien mengatakan lemas, klien nutrisi kurang dari insulin
mengatakan tidak nafsu kebutuhan tubuh
makan, klien mengatakan
makanan yang dimakan tidak
selalu tidak habis, klien
mengatakan makan habis ¼
porsi.

Data Objektif
Keadaan umum
composmentis,. Klien tampak
lemas dan pucat, mukosa bibir
kering, konjungtiva anemis,
tampak perut kembung
BB sebelum sakit 85kg, BB
saat ini 83, klien makan ¼
porsi, TTV : TD 110/80
mmHg, nadi 92x/mnt,
pernafasan 20x/mnt,suhu
36,8oC.

5. Data Subjektif Kelelahan Penurunan energi


Klien mengatakan cepat lelah, metabolik
dan lemas

Data Objektif
39

Klien tampak lemas dan pucat,


klien makan ¼ porsi, TTV :
TD 110/80 mmHg, nadi
92x/mnt, pernafasan
20x/mnt,suhu 36,8oC.

6. Data Subjektif : Kurang Kurang pemajanan


Klien mengatakan tidak tahu pengetahuan informasi
tentang makanan pantang DM, mengenai
keluarga klien tidak penyakit
mengetahui tentang DM, tidak
ada riwayat DM dari keluarga,
klien mangatakan sulit
menjaga pola makan/
mengatur pola makan

Data Objektif :
tampak gelisah dan bingung
GDS: 453 mg/dl, keton darah:
1,3 mmol/L (0-0.5).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko syok berhubungan dengan Hipovolemia
2. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan diuresis
osmotic
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi
4. Resiko Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin
5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolic
6. Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan kurang
pemajanan informasi
40

C. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi


1. Resiko syok berhubungan dengan Hipovolemia
Data Subjektif : Klien mengeluh lemas
Data Objektif : Klien tampak lemas dan pucat, mukosa bibir kering,
konjungtiva anemis, Intake: 2200 ml, output: 2330 ml hasil
lab pada tanggal 7 januari 2019 : GDS: 453 mg/dl (80-140),
keton darah: 1,3 mmol/L (0-0.5), HCO3 Actual: 21,2
mmol/L (23-28). TTV : TD 110/80 mmHg, nadi 92x/mnt,
pernafasan 20x/mnt,suhu 36,8oC
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan syok tidak terjadi.
Kriteria Hasil : tanda- tanda vital dalam batas normal, natrium dalam batas
normal, kalium dalam batas normal, clorida dalam batas
normal, mata tidak cekung, demam tidak ada
Rencana Tindakan :
a. Pantau tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali (05.00, 11.00, 16.00,22.00)
b. Mengobservasi warna kulit, kapilary refill
c. Memonitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan
d. Memonitor input dan output
e. Mengobservasi tanda dan gejala acites
f. Memonitor tanda awal syok
g. Memberikan posisi yang nyaman

Pelaksanaan Keperawatan
Tanggal : 9 Januari 2019
Pukul 05.00 mengobservasi tanda-tanda vital, TD : 120/85 mmHg, RR :
19x/menit, N : 94 x/menit, S : 36,6ºC. Pukul 05.20 memonitor tanda awal
syok, klien tampak lemas, kulit wajah pucat. Pukul 11.00 mengobservasi
tanda-tanda vital , TD : 125/82 mmHg, RR : 19x/menit, N : 96 x/menit, S :
36,9ºC. Pukul 11.15 mengukur gula darah, gula darah klien 275 mg/dl. Pukul
11.20 mengobservasi warna kulit dan kapilary refill, wrna kulit klien pucat
dan kapilari refyl 3 detik. Pukul 13.00 memonitor intake dan output, klien
mengatakan minum sedikit, pipis sudah 3x pagi ini, intake 800 ml,
41

output:1530 ml. Pukul 15.30 mengobservasi tanda-tanda vital, TD : 130/88


mmHg, RR : 20x/menit, N : 90 x/menit, S : 36,7ºC. Pukul 17.00 memberikan
posisi yang nyaman, klien merasa lebih rileks dan nyaman. Pukul 17.20
memonitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan, spo2 klie 98%,nafas tampak
teratur. Pukul 22.00 mengobservasi tanda-tanda vital, TD : 121/88 mmHg,
RR : 19x/menit, N : 93x/menit, S : 36,8 ºC.

Tanggal : 10 Januari 2019


Pukul 05.00 mengobservasi tanda-tanda vital, TD : 110/82 mmHg, RR :
20x/menit, N : 91 x/menit, S : 36,9ºC. Pukul 09.00 memberikan posisi yang
nyaman, klien merasa nyaman. Pukul 11.00 mengobservasi tanda-tanda vital ,
TD : 124/87 mmHg, RR : 20x/menit, N : 90 x/menit, S : 36,5ºC. Pukul 11.15
mengukur gula darah, gula darah klien 290 mg/dl. Pukul 11.10
mengobservasi warna kulit dan kapilary refil, warna kulit klien kemerahan
tidak pucat dan kapilari refyl < 3 detik. Pukul 13.00 memonitor intake dan
output, intake 900 ml, output:1230 ml. Pukul 15.30 mengobservasi tanda-
tanda vital, TD : 115/84 mmHg, RR : 20x/menit, N : 98 x/menit, S : 36,5ºC.
Pukul 15.32 memonitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan, spo2 klien 99%,
irama nafas teratur. Pukul 22.00 mengobservasi tanda-tanda vital, TD :
125/87 mmHg, RR : 18 x/menit, N : 90x/menit, S : 36,6 ºC.

Evaluasi Keperawatan :
Tanggal 9 Januari 2019
Subjektif : klien masih lemas.
Objektif : Tampak masih lemas, pucat berkurang, TD : 125/82 mmHg, RR :
19x/menit, N : 96 x/menit, S : 36,9ºC, Spo2: 98%, intake 800 ml,
output:1530 ml.
Analisa : Tujuan belum tercapai
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
a. Pantau tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali (05.00, 11.00, 16.00, 22.00)
b. Mengobservasi warna kulit, kapilary refill
c. Memonitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan
d. Memonitor input dan output
42

Tanggal 10 Januari 2019


Subjektif : klien mengatakan lemas berkurang , wajah tidak pucat
Objektif : wajah tidak pucat, warna kulit klien kemerahan dan kapilari refyl <
3 detik, , intake 900 ml, output:1230 ml, spo2 klien 99%, irama
nafas teratur, TD : 125/87 mmHg, RR : 18 x/menit, N : 90x/menit,
S : 36,6 ºC.
Analisa : Tujuan tercapai
Perencanaan : Intervensi dihentikan

2. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan diuresis


osmotic
Data Subjektif : Klien mengatakan lemas dan cepat lelah,klien mengatakan
minum sedikit, Klien mengatakan selalu merasa haus, BAK
>5 x/hari, klien mengatakan sering pipis pada malam hari.
Data Objektif : Kesadaran CM, klien tampak lemas, urine warna kuning
jernih, turgor kulit kurang elastis, mukosa bibir kering,
wajah tampak pucat, intake: 2200 ml, output: 2330 ml, TTV
: TD 110/80 mmHg, nadi 92x/mnt, pernafasan
20x/mnt,suhu 36,8oC. Hasil pemeriksaan laboratorium
tanggal 7 Januari 2019: Hemoglobin: 13,3 g/dl (N 12-
16g/dl), Leukosit: 15,00 10^3/ul (N 5.0-10.0 10^3/ul),
Limfosit: 5% (20-30), Elektrolit: Natrium: 131 mmol/L
(134-146), Kalium: 4,4 mmol/L (3,4 - 4,5), Clorida: 91
mmol/L (96 – 108)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan kekurangan volume cairan teratasi.
Kriteria Hasil : Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda
vita stabil, nadi peifer dapat diraba, turgor kulit dan
pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu,
dan kadar elektrolit dalam batas normal
Rencana Tindakan:
43

a. Dapatkan riwayat pasien/orang terdekat sehubungan dengan lamanya


intensitas dari gejala seperti muntah, pengeluaran urine yang sangat
berlebihan
b. Mengobservasi tanda-tanda vital.
c. Kaji pola nafas, frekuensi, dan kualitas pernafasan.
d. Observasi suhu, warna kulit, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit,
dan membran mukosa.
e. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa
f. Mengukur intake dan output cairan
g. Berikan lingkungan yang nyaman pada klien..
h. Catat adanya mual, nyeri abdomen, muntah dan distensi lambung.
Kolaborasi :
i. Berikan terapi cairan sesuai indikasi
j. Pantau pemeriksaan laboratorium\

Pelaksanaan Keperawatan
Tanggal : 9 Januari 2019
Pukul 05.00 mengobservasi tanda-tanda vital, TD : 120/85 mmHg, RR :
19x/menit, N : 94 x/menit, S : 36,6ºC. Pukul 06.00 memberikan terapi cairan
cairan sesuai indikasi, terpasang infus Nacl 0,9% 20tpm dan Novorapid inj
2,5 ml via syrimpam. Pukul 10.00 mengobservasi riwayat DM pasien atau
keluarga, klien mengatakan keluarganya tidak ada yang sakit gula. Pukul
11.00 mengobservasi tanda-tanda vital Pukul 11.00 mengobservasi tanda-
tanda vital , TD : 125/82 mmHg, RR : 19x/menit, N : 96 x/menit, S : 36,9ºC.
pukul 11.15 mengobservasi pola nafas, frekuensi dan kualitas pernasan, pola
nafas klien teratur, RR: 19 x/m dan pernafasan dalam. Pukul 11.25
mengobservasi suhu klien 36,9 ºC, warna kulit pucat, pengisian kapiler 3
detik dan turgor kulit kurang elastis. Pukul 12.00 mengobservasi mual dan
muntah seri nyeri abdomen, klien mengataka tidak ada mual dan muntah serta
tidak ada nyeri tekan abdomen. Pukul 14.00 mengukur intake dan output
cairan, intake 800 ml dan output 1530 ml,klien mengatakan sering pipis pada
malam hari, dan sering merasa haus. Pukul 15.00 mengobservasi tanda-tanda
vital, TD : 130/88 mmHg, RR : 20x/menit, N : 90 x/menit, S : 36,7ºC. Pukul
15.10 memberikan lingkungan yang nyama, klien mengatakan nyaman. Pukul
44

22.00 mengobservasi tanda-tanda vital, TD : 121/88 mmHg, RR : 19x/menit,


N : 93x/menit, S : 36,8 ºC.

Tanggal : 10 Januari 2019


Pukul 05.00 mengobservasi tanda-tanda vital, TD : 110/82 mmHg, RR :
20x/menit, N : 91 x/menit, S : 36,9ºC. Pukul 07.00 mengobservasi adanya
mual dan muntah serta nyeri tekan abdomen, klien mengatakan tidak ada
mual, muntah, dan nyeri tekan. Pukul 07.30 memberikan terapi cairan cairan
sesuai indikasi, terpasang infus Nacl 0,9% 20tpm dan Novorapid inj 2,5 ml
via syrimpam. Pukul 11.00 mengobservasi tanda-tanda vital, TD : 124/87
mmHg, RR : 20x/menit, N : 90 x/menit, S : 36,5ºC. pukul 11.10
mengobservasi pola nafas, frekuensi dan kualitas pernasan, pola nafas klien
teratur, RR: 20 x/m. Pukul 11.20 mengobservasi suhu, warna kulit, membrane
mukosa, dan pengisian kapilary refill, klien tampak lebih segra wrna kulit
kemerahan, Sh: 36,5ºC, membrane mukosa sedikit kering, pengisian kaplary
refill < 3 detik. Pukul 12.30 mengobservasi mual dan muntah seri nyeri
abdomen, klien mengatak tidak ada mual dan muntah serta nyeri tekan
abdomen. Pukul 13.30 mengukur intake dan output cairan, intake 900 ml dan
output 1330 ml. Pukul 15.00 mengobservasi tanda-tanda vital, TD : 115/84
mmHg, RR : 20x/menit, N : 98 x/menit S: 36,6. Pukul 19.10 memberikan
lingkungan yang nyaman, klien tampak lebih rileks. Pukul 22.00
mengobservasi tanda-tanda vital, TD : 125/87 mmHg, RR : 18 x/menit, N :
90x/menit, S : 36,6 ºC

Tanggal 11 Januari 2019


Pukul 05.00 mengobservasi tanda-tanda vital, TD : 115/89 mmHg, RR :
20x/menit, N : 94 x/menit, S : 36,9ºC. Pukul 07.00 mengobservasi suhu ,
pengisian kapilary refill, suhu klien 36,9, dan pengisian kapilary refill<3
detik.. Pukul 11.00 mengobservasi tanda-tanda vital, TD : 130/86 mmHg, RR
: 20x/menit, N : 99 x/menit, S : 36,8ºC. pukul 11.10 mengobservasi pola
nafas, frekuensi dan kualitas pernasan, pola nafas klien teratur, RR: 20 x/m.
Pukul 13.30 mengukur intake dan output cairan, intake 1000 ml dan output
1430 ml. Pukul 15.00 mengobservasi tanda-tanda vital, TD : 115/84 mmHg,
RR : 20x/menit, N : 98 x/menit S: 36,6. Pukul 19.12 memberikan lingkungan
45

yang nyaman, klien tampak lebih rileks. Pukul 22.00 mengobservasi tanda-
tanda vital, TD : 125/87 mmHg, RR : 18 x/menit, N : 90x/menit, S : 36,6 ºC.

Evaluasi Keperawatan :
Tanggal 9 januari 2019
Subjektif : Klien mengeluh lemas, klien mengatakan sering merasa haus ,
dan sering pipis pada malam hari, klien mengatakan tidak mual
dan muntah.
Objektif : Tampak lemas, kulit tampak pucat, turgor kulit kurang elastis,
mukosa bibir kering, intake 800 ml, output 1530 ml, kapilary
refill 3 detik TD : 125/082mmHg, RR : 19x/menit, N :
96x/menit, S : 36,9 ºC
Analisa : Tujuan belum tercapai
Perencanaan : Mengobservasi tanda-tanda vital.
a. Kaji pola nafas, frekuensi, dan kualitas pernafasan.
b. Observasi suhu, warna kulit, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit,
dan membran mukosa.
c. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa
d. Mengukur intake dan output cairan.
e. Catat adanya mual, nyeri abdomen, muntah dan distensi lambung.

Tanggal 10 januari 2019


Subjektif : Klien mengatakan lemas berkurang, klien mengatakan minum
sedikit dan rasa haus sedikit terkontrol.
Objektif : kesadaran CM. lemas berkurang, kulit sedikitm pucat, turgor kulit
kurang elastis, mukosa bibir lembab, intake 900 ml, output 130
ml, kapilary refill <3 detik, TD: 124/87 mmHg, N: 90x/m, RR: 20
x/m, S: 36,5, terpasang infus Nacl 0,9% 20 tpm dan Novorapid
2,5 ml via syrimpam.
Analisa : Tujuan tercapai sebagian
Perencanaan : Intervensi dilanutkan
a. Mengobservasi tanda-tanda vital.
b. Kaji pola nafas, frekuensi, dan kualitas pernafasan.
46

c. Observasi suhu, warna kulit, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit,
dan membran mukosa.
d. Mengukur intake dan output cairan.
e. Catat adanya mual, nyeri abdomen, muntah dan distensi lambung.

Tanggal 11 januari 2019


Subjektif : klien mengatakan lemas tidak ada, minum terkontrol.
Objektif : klien tampak CM, pengisian kapilary refill<3 detik, intake 1000 ml
dan output 1430 ml. TD : 130/86 mmHg, RR : 20x/menit, N : 99
x/menit, S : 36,8ºC.
Analisa : Tujuan tercapai
Perencanaan : Intervensi dihentikan

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi


Data Subjektif : klien mengatakan lemas
Data Objektif : Klien tampak lemas dan pucat Hasil pemeriksaan
laboratorium tanggal 7 Januari 2019: Hemoglobin: 13,3 g/dl
(N 12-16g/dl), Leukosit: 15,00 10^3/ul (N 5.0-10.0
10^3/ul), Limfosit: 5% (20-30), Neutrofil: 92% (50-
70%).GDS: 453 mg/dl, TTV : TD 110/80 mmHg, nadi
92x/mnt, pernafasan 20x/mnt,suhu 36,8oC.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan
resiko infeksi, mendemonstrasikan teknik serta perubahan
gaya hidup unuk mencegah terjadinya infeksi.
Rencana Tindakan :
a. Observasi tanda-tanda infeksi seperti demam kemerahan, ada pus pada
luka.
b. Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik
pada klien dan keluarga.
c. Mengobservasi tanda-tanda vital
d. Auskultasi bunyi nafas
e. Mengukur GDS Tiap pukul 05.00, 11.00, dan 16.00
47

f. Posisikan pasien pada posisi semi fowler.


g. Anjurkan klien untuk makan dan minum adekuat (pemasukan makanan
dan cairan yang adekuat).
h. Berikan antibiotik dan sesuai.

Pelaksanaan Keperawatan
Tanggal 9 januari 2019
Pukul 05.00 mengobservasi tanda-tanda vital, TD : 120/85 mmHg, RR :
19x/menit, N : 94 x/menit, S : 36,6ºC. Pukul 06.00 memberikan antibiotic
sesuai indikasi, klien diberikan ceftriaxone 1000 mg via injeksi iv. Pukul
10.10 mengobservasi tanda-tanda infeksi, klien tidak demam, tidak ada
kemerahan pada kulit klien, dan tidak ada nyeri. Pukul 11.00 mengobservasi
tanda-tanda vital , TD : 125/82 mmHg, RR : 19x/menit, N : 96 x/menit, S :
36,9ºC. pukul 11.15 mengukur kurve gula darah harian, gula darah klien 275
mg/dl. Pukul 12.15 Menganjurkan klien makan dan minum yang adekuat,
klien mengatakan tidak nafsu makan. Pukul 15.00 mengobservasi tanda-tanda
vital, TD : 130/88 mmHg, RR : 20x/menit, N : 90 x/menit, S : 36,7ºC. pukul
16.00 mengukur kurve gula darah harian, gula darah klien 310 mg/dl, klien
habis minum susu. pukul 16.16 mengajarkan cuci tangan yang baik pada
klien dan keluarga, klien melakukan dan mengerti. Pukul 22.00
mengobservasi tanda-tanda vital, TD : 121/88 mmHg, RR : 19x/menit, N :
93x/menit, S : 36,8 ºC

Tanggal 10 januari 2019


Pukul 05.00 mengobservasi tanda-tanda vital, TD : 110/82 mmHg, RR :
20x/menit, N : 91 x/menit, S : 36,9ºC. pukul 05.11 mengukur kurve gula
darah harian, gula darah klien 291 mg/dl. Pukul 06.10 memberikan antibiotic
sesuai indikasi, klien diberikan ceftriaxone 1000 mg via injeksi iv. Pukul
08.00 mengobservasi tanda-tanda infeksi, klien tidak demam, tidak ada
kemerahan pada kulit klien, dan tidak ada nyeri. Pukul 11.00 mengobservasi
tanda-tanda vital, TD : 124/87 mmHg, RR : 20x/menit, N : 90 x/menit, S :
36,5ºC. pukul 11.10 mengukur kurve gula darah harian, gula darah klien 285
mg/dl. Pukul 12.15 Menganjurkan klien makan dan minum yang adekuat,
klien mengatakan nafsu makan sedikit meningkat. Pukul 13.00 memberikan
48

posisi semi fowler, klien mengatakan lebih nyaman, Pukul 15.00


mengobservasi tanda-tanda vital, TD : 115/84 mmHg, RR : 20x/menit, N : 98
x/menit S: 36,6ºC. pukul 16.00 mengukur kurve gula darah harian, gula
darah klien 265 mg/dl. pukul 16.25 mengajarkan cuci tangan yang baik pada
klien dan keluarga, klien melakukan dan mengerti. Pukul 22.00
mengobservasi tanda-tanda vital, TD : 125/87 mmHg, RR : 18 x/menit, N :
90x/menit, S : 36,6 ºC

Tanggal 11 Januari 2019


Pukul 05.00 mengobservasi tanda-tanda vital, TD : 115/89 mmHg, RR :
20x/menit, N : 94 x/menit, S : 36,9ºC. pukul 05.05 mengukur kurve gula
darah harian, gula darah klien 312 mg/dl. Pukul 06.10 memberikan antibiotic
sesuai indikasi, klien diberikan ceftriaxone 1000 mg via injeksi iv. Pukul
08.12 mengobservasi tanda-tanda infeksi, klien tidak demam, tidak ada
kemerahan pada kulit klien, dan tidak ada nyeri. Pukul 11.00 mengobservasi
tanda-tanda vital, TD : 124/87 mmHg, RR : 20x/menit, N : 90 x/menit, S :
36,5ºC. pukul 11.15 mengukur kurve gula darah harian, gula darah klien 250
mg/dl. Pukul 12.15 Menganjurkan klien makan dan minum yang adekuat,
klien mengatakan nafsu makan meningkat. Pukul 15.00 mengobservasi tanda-
tanda vital TD : 115/84 mmHg, RR : 20x/menit, N : 98 x/menit S: 36,6. pukul
16.05 mengukur kurve gula darah harian, gula darah klien 225 mg/dl. Pukul
22.00 mengobservasi tanda-tanda vital, TD : 125/87 mmHg, RR : 18 x/menit,
N : 90x/menit, S : 36,6 ºC TD : 125/87 mmHg, RR : 18 x/menit, N :
90x/menit, S : 36,6 ºC.

Evaluasi Keperawatan
Tanggal 9 Oktober 2018
Subjektif : klien mengatakan lemas
Objektif : Klien tampak lemas, tidak ada pembengkakan, dna tidak ada nyeri,
dan pucat Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 7 Januari 2019:
Hemoglobin: 13,3 g/dl (N 12-16g/dl), Leukosit: 15,00 10^3/ul (N
5.0-10.0 10^3/ul), Limfosit: 5% (20-30), Neutrofil: 92% (50-
70%).GDS: 453 mg/dl, TTV : TD 110/80 mmHg, nadi 92x/mnt,
pernafasan 20x/mnt,suhu 36,8oC.
49

Analisa : Tujuan belum tercapai


Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
a) Observasi tanda-tanda infeksi seperti demam kemerahan, ada pus pada
luka.
b) Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik
pada klien dan keluarga.
c) Mengobservasi tanda-tanda vital
d) Mengukur GDS Tiap pukul 05.00, 11.00, dan 16.00
e) Anjurkan klien untuk makan dan minum adekuat (pemasukan makanan
dan cairan yang adekuat).
f) Berikan antibiotik dan sesuai.

Tanggal 10 Oktober 2018


Subjektif : klien mengatakan lemas berkurang.
Objektif : Tampak lemas, tidak tamapak kemerahan pada kulit, tidak ada
pembengkakan, dna tidak ada nyeri, GDS : 285 mg/dl
Analisa : Tujuan tercapai sebagian
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
a) Mengobservasi tanda-tanda vital
b) Mengukur GDS Tiap pukul 05.00, 11.00, dan 16.00
c) Anjurkan klien untuk makan dan minum adekuat (pemasukan makanan
dan cairan yang adekuat).
d) Berikan antibiotik dan sesuai.

Tanggal 11 Oktober 2018


Subjektif : klien mengatakan lemas tidak ada
Objektif : klien tampak tidak lemas, tidak ada kemerahn pada kulit, nyeri dan
bengkak tidak ada, GDS: 250 mg/dl
Analisa : Tujuan tercapai
Perencanaan : Intervensi dihentikan

4. Risiko gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan ketidakcukupan insulin
50

Data Subjektif : Klien mengatakan lemas, klien mengatakan tidak nafsu


makan, klien mengatakan makanan yang dimakan tidak selalu
tidak habis, klien mengatakan makan habis ¼ porsi.
Data Objektif : Keadaan umum composmentis. Klien tampak lemas dan pucat,
mukosa bibir kering, konjungtiva anemis, tampak perut
kembung, BB sebelum sakit 85kg, BB saat ini 83, klien
makan ¼ porsi, TTV : TD 110/80 mmHg, nadi 92x/mnt,
pernafasan 20x/mnt,suhu 36,8oC.
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam di
harapkan tidak terjadi perubahan pad nutrisi.
kriteria hasil : Adanya peningkatan berat badan, dapat meningkatkan nafsu
makan klien dan tidak ada tanda tanda malnutrisi, Mencerna
jumlah kalori/nurien yang tepat, menunjukkan tingkat energi
biasanya, mendemonstrasikan berat badan stabil atau
penambahan ke arah rentang basanya/yang diinginkan dengan
nilai laboratorium
Rencana keperawatan :
a. Auskultasi bising usus catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual,
dan muntah.
b. Memantau porsi makan klien
c. Identifikasi makanan yang disukai / dikehendaki.
d. Lakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan “finger stick”.
e. Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode IV atau SC
secara intermiten atau secara kontinu.
f. Berikan larutan glukosa, misalnya dekstrosa dan setengah salin normal.
g. Kolaborasi pemberian obat

Pelaksanaan keperawatan :
Tanggal 9 Januari 2019
pukul 05.31 mengukur kurve gula darah harian, gula darah klien 291 mg/dl.
Pukul 06.00 memberikan obat Ranitdine 50 mg via threeway dan Sotatic 8
mg via treeway,dan Novorapid 10 unit via SC, klien bersedia. Pukul 09.45
mengkaji bising usus hasilnya 6 tidak ada nyeri, tidak ada mual dan
muntahkonstipasi berkurang. pukul 11.18 mengukur kurve gula darah harian,
51

gula darah klien 275 mg/dl. Pukul 11.55 memberikan obat Novorapid 10 unit
via sc. Pukul 12.45 mengobservasi porsi makan, klien mengatakan makan
habis 1/4 porsi. pukul 16.00 mengukur kurve gula darah harian, gula darah
klien 310 mg/dl. Pukul 17.45 memberikan obat Novorapid 15 unit via sc.
Pukul 17.00 memberikan obat Ranitdine 50 mg dioplos via threeway dan
Sotatic. Pukul 18.30 mengobservasi porsi makan, klien mengatakan tidak
nafsu mkaan, habis 1/2 porsi

10 Januari 2019
Pukul 06.00 memberikan obat Ranitdine 50 mg via threeway dan Sotatic 8
mg via treeway. Pukul 09.45 mengkaji bising usus hasilnya 4, tidak ada nyeri,
tetapi kembung pada abdomen karena belum BAB, tidak ada mual dan
muntah. Pukul 10.20 mengidentifikasi makanan yang disukai, klien
mengatakan suka semua jenis makanan. pukul 11.10 mengukur kurve gula
darah harian, gula darah klien 285 mg/dl. Pukul 11.45 memberikan obat
Novorapid 10 unit via sc. Pukul 12.30 mengobservasi porsi makan, klien
mengatak tidak nafsu mkaan, habis1/2 porsi pukul 16.00 mengukur kurve
gula darah harian, gula darah klien 265 mg/dl. Pukul 17.45 memberikan obata
Novorapid 10 unit via sc. Pukul 17.00 memberikan obat Ranitdine 50 mg
dioplos via threeway dan Sotatic. Pukul 12.30 mengobservasi porsi makan,
klien mengatakan tidak nafsu mkaan, habis 3/4 porsi

11 Januari 2019
pukul 05.00 mengukur kurve gula darah harian, gula darah klien 312 mg/dl
Pukul 06.10 memberikan obat Ranitdine 50 mg via threeway dan Sotatic 8
mg via treewaydan NR 15 unit va SC,. Pukul 09.45 mengkaji bising usus
hasilnya 8, tidak ada nyeri. pukul 11.00 mengukur kurve gula darah harian,
gula darah klien 245 mg/dl. Pukul 11.45 memberikan obat Novorapid 5unit
via sc. Pukul 12.30 mengobservasi porsi makan, klien mengatakan tidak nafsu
makan meningkat, habis 3/4 porsi pukul 16.00 mengukur kurve gula darah
harian, gula darah klien 225 mg/dl. Pukul 17.45 memberikan obata Novorapid
5 unit via sc. Pukul 17.00 memberikan obat Ranitdine 50 mg dioplos via
threeway dan Sotatic. Pukul 12.30 mengobservasi porsi makan, klien
mengatakan nafsu makan meningkat, habis 3/4 porsi.
52

Evaluasi keperawatan
Tanggal 9 Januari 2019
Subjektif: Klien mengatakan lemas, klien mengatakan tidak nafsu makan,
klien mengatakan makan habis ¼ porsi.
Objektif : klien tampak lemas ,makan habis ¼ porsi, mukosa bibir kering,
konjungtiva anemis.
Analisa : tujuan belum tercapai
Perencanaan : intervensi dilanjutkan
a. Auskultasi bising usus catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual,
dan muntah.
b. Memantau porsi makan klien
c. Lakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan “finger stick”.
d. Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode IV atau SC
secara intermiten atau secara kontinu..
e. Kolaborasi pemberian obat

Tanggal 10 Januari 2019


Subjektif: Klien mengatakan lemas berkurang, klien mengatakan nafsu
makan sedikit meningkat, klien mengatakan makan habis ½ porsi.
Objektif : klien tampak lemas berkurang ,makan habis ½ porsi, mukosa bibir
lembab, konjungtiva ananemis.
Analisa : tujuan sebagian tercapai
Perencanaan : intervensi dilanjutkan
a. Auskultasi bising usus catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual,
dan muntah.
b. Memantau porsi makan klien
c. Lakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan “finger stick”.
d. Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode IV atau SC
secara intermiten atau secara kontinu..
e. Kolaborasi pemberian obat

Tanggal 11 Januari 2019


Subjektif: Klien tidak lemas, klien mengatakan nafsu makan meningkat, klien
mengatakan makan habis ¾ porsi.
53

Objektif : klien tidak lemas ,makan habis ¼ porsi, mukosa bibir lembab,
konjungtiva ananemis.
Analisa : tujuan tercapai
Perencanaan : intervensi dihentikan

5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan energi metabolik


Data Subjektif :
Klien mengatakan cepat lelah, dan lemas
Data Objektif :
Klien tampak lemas dan pucat, klien makan ¼ porsi, TTV : TD 110/80
mmHg, nadi 92x/mnt, pernafasan 20x/mnt,suhu 36,8oC.
Tujuan : kebutuhan klien terpenuhi dalam waktu 3x24jam perawatan.
Kriteria hasil :lemas berkurang atau hilang, klien dapat memenuhi
kebutuhan dengan mandiri, mengungkapkan peningkatan
energi.
Perencanaan :
a. Pantau TTV setiap pukul 05.00, 10.00, 15.00, 21.00
b. Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitas
c. Berikan periode istirahat yang cukup atau tanpa diganggu.
d. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari
sesuai dengan yang dapat di toleransi.

Pelaksanaan :
Tanggal 9 januari 2019
Pukul 05.00 mengobservasi tanda-tanda vital, TD : 120/85 mmHg, RR :
19x/menit, N : 94 x/menit, S : 36,6ºC. Pukul 10.10 membantu klien
memenuhi aktivitas, klien mengatakan bisa melakukan sendiri. Pukul 11.00
mengobservasi tanda-tanda vital , TD : 125/82 mmHg, RR : 19x/menit, N :
96 x/menit, S : 36,9ºC. Pukul 12.00 memberikan periode istirahat yang
cukp tanpa di ganggu. Pukul 15.00 mengobservasi tanda-tanda vital, TD :
130/88 mmHg, RR : 20x/menit, N : 90 x/menit, S : 36,7ºC. pukul 17.25
meningkatkan partisipasi klien untuk melakukan aktivitas sehari- hari klien
mengatakn sedikit lemas. dan mengerti. Pukul 22.00 mengobservasi tanda-
tanda vital, TD : 121/88 mmHg, RR : 19x/menit, N : 93x/menit, S : 36,8 ºC
54

Tanggal 10 januari 2019


Pukul 05.00 mengobservasi tanda-tanda vital, TD : 110/82 mmHg, RR :
20x/menit, N : 91 x/menit, S : 36,9ºC. pukul 07.00 meningkatkan partisipasi
klien untuk melakukan aktivitas sehari- hari klien mengatakn sedikit lemas.
dan mengerti. Pukul 11.00 mengobservasi tanda-tanda vital, TD : 124/87
mmHg, RR : 20x/menit, N : 90 x/menit, S : 36,5ºC. Pukul 13.00
memberikan periode istirahat yang cukp tanpa di ganggu Pukul 15.00
mengobservasi tanda-tanda vital, TD : 115/84 mmHg, RR : 20x/menit, N :
98 x/menit S: 36,6ºC. Pukul 22.00 mengobservasi tanda-tanda vital, TD :
125/87 mmHg, RR : 18 x/menit, N : 90x/menit, S : 36,6 ºC

Evaluasi Keperawatan
Tanggal 9 Januari 2019
Subjektif: Klien mengatakan lemas berkurang, dan cepat lelah
Data Objektif : Klien wajah tidak pucat, klien makan habis ½ porsi, 125/82
mmHg, RR : 19x/menit, N : 96 x/menit, S : 36,9ºC..
Analisa : Tujuan Tercapai sebagian
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
a. Pantau TTV setiap pukul 05.00, 10.00, 15.00, 21.00
b. Berikan periode istirahat yang cukup atau tanpa diganggu.
c. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari
sesuai dengan yang dapat di toleransi.

Tanggal 10 Oktober 2018


Subjektif : klien mengatakan lemas tidak ada
Objektif : Klien wajah tidak pucat, klien makan habis ½ porsi, TTV : TD
124/87 mmHg, nadi 95x/mnt, pernafasan 20x/mnt,suhu
36,6oC.
Analisa : Tujuan tercapai
Perencanaan : Intervensi dihentikan

6. Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhbungan dengan kurang


pemajanan informasi
55

Data Subjektif : Klien mengatakan tidak tahu tentang makanan pantang DM,
keluarga klien tidak mengetahui tentang DM, tidak ada
riwayat DM dari keluarga, klien mangatakan sulit menjaga
pola makan/ mengatur pola makan
Data Objektif: tampak gelisah dan bingung, GDS: 453 mg/dl, keton darah:
1,3 mmol/L (0-0.5)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharpkan kurangan pengetahuan teratasi
Kriteria hasil :Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit,
mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses
penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor
penyebab.
Perencanaan :
a. Ciptakan hubungan saling percaya dengan keluarga
b. Berikan informasi kesehatan tentang Diabetes Mellitus
c. Identifikasi tingkat pengetahuan mengenai Diabete Mellitus
d. Tinjau kembali pemberian insulin oleh pasien sendiri dan perawatan
terhadap peralatan yang digunakan.
e. Mengobservasi tanda-tanda vital
f. Demonstrasikan teknik penanganan stress seperti latihan napas dalam.

Tanggal 9 januari 2019


Pukul 05.00 mengobservasi tanda-tanda vital, TD : 120/85 mmHg, RR :
19x/menit, N : 94 x/menit, S : 36,6ºC. Pukul 10.12 menciptakan hubungan
saling percaya, klien bersedia. Pukul 10.30 mengidentifikasi pengetahuan
klien mengenai penyakitnya, klien mengetahui penyakitnya sejak 14 tahun
yang lalu, klien control selalu ke Rumah Sakit Pelni Jakarta, klien
mengatakan kurang mengetahui mkanan pantangan untuk penyakitnya. Pukul
10.45 meninjau kembali pemberian insulin oleh pasien sendiri dan perawatan
terhadap peralatan yang digunakan, klien mengatakan bisa menyuntik insulin
sendiri setiap malam. Pukul 11.00 mengobservasi tanda-tanda vital , TD :
125/82 mmHg, RR : 19x/menit, N : 96 x/menit, S : 36,9ºC. Pukul 13.00
Berikan informasi kesehatan tentang Diabetes Mellitus, klien sekarang lebih
memahami tentang DM dan mengetahui makanan yang boleh dan tidak boleh
56

dimakan. Pukul 14.00 mendemonstrasikan teknik relaksasi napas dalam, klien


mengerti dan bisa melakukannya. Pukul 22.00 mengobservasi tanda-tanda
vital, TD : 121/88 mmHg, RR : 19x/menit, N : 93x/menit, S : 36,8 ºC

Evaluasi Keperawatan
Tanggal 9 Januari 2019
Subjektif: Klien mengatakan sekarang lebih mengerti tentang DM, dan
mengetahui makanan apa saja yang boleh di makan dan tidak
boleh dimakan.
Data Objektif : klien tampak rileks dan tenang, TTV: TD:125/82 mmHg, RR :
19x/menit, N : 96 x/menit, S : 36,9ºC..
Analisa : Tujuan Tercapai
Perencanaan : Intervensi dihentikan
57

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori dan
kasus yang penulis dapatkan dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada
klien Ny. N dengan Diabetes Melitus Tipe II di Ruang New Bougenville III
Rumah Sakit Pelni Jakarta selama 3 hari, mulai dari tanggal 9 Januari 2019
sampai dengan 11 Januari 2019 melalui Asuahan Keperawatan yang meliputi
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan
Pada tahap pengkajian penyebab Diabetes Mellitus antara teori dan kasus
sudah sama yaitu salah satunya karena Gaya hidup. Manifestasi klinis
yang terdapat pada teori yaitu pengeluaran urine (poliuria) dan timbul
rasa haus (polidipsia), rasa lapar yang semakin besar (polifagia). lelah,
penurunan berat badan, mual, konstipasi dan mengantuk Manifestasi
klinis rasa lapar yang semakin besar (polifagia) dan konstipasi tidak
ditemukan pada kasus karena klien Sudah menderita Diabetes Mellitus
sejak 14 tahun yang lalu jadi sudah bisa beradaptasi dan klien buang air
besar setiap hari.

Pemeriksaan diagnostik yang terdapat pada teori adalah pemeriksaan


Glukosa darah, Aseton plasma, Asam lemak bebas, Osmolalitas serum,
Elektrolit, Gas darah arteri, Trombosit darah, Ureum/kreatinin, Insulin
darah, Pemeriksaan fungsi tiroid, Amilase darah, Urine. Kultur dan
sensitive, Pada kasus pemeriksaan yang dilakukan yaitu sudah sesuai
dengan teori adalah Glukosa darah, Elektrolit, Gas darah arteri,
Trombosit darah, Ureum/kreatinin, Aseton plasma, Hasil pemeriksaan
laboratorium tanggal 7 Januari 2019: Hemoglobin: 13,3 g/dl (N 12-
16g/dl), Leukosit: 15,00 10^3/ul (N 5.0-10.0 10^3/ul), Limfosit: 5% (20-
30), Neutrofil: 92% (50-70%), Trombosit: 286 10^3/ul (150-450),
Hematokrit: 40,1% (36-48%), Eritrosit 4,76 juta/ul (4,5-5,5), PH: 7,350 (
58

7,350- 7,450), PO2: 87,7 mmHg (75-100), PCO2: 41,1 (32-45), HCO3
Actual: 21,2 mmol/L (23-28), GDS: 453 mg/dl, keton darah: 1,3 mmol/L
(0-0.5). Fungsi ginjal: Ureum: 21 mg/dl(15-25), Creatinin: 0,5 mg/dl
(0,5-1). Elektrolit: Natrium: 131 mmol/L (134-146), Kalium: 4,4
mmol/L (3,4 - 4,5), Clorida: 91 mmol/L (96 – 108). Pada kasus tidak
dilakukan Pemeriksaan fungsi tiroid, Amilase darah, Insulin darah,
Asam lemak bebas, Osmolalitas serum, Kultur dan sensitive.
Pemeriksaan fungsi tiroid tidak di lakukan karena pada klien tidak
ditemukan tanda- tanda pembesaran kelenjar tyroid, Amilase darah tidak
dilakukan karena pada klien tidak terdapat tanda - tanda pankreatitis,
Kultur dan sensitive tidak diperiksa karena tidak ada infeksi pada saluran
kemih atau luka, tidak indikasi infeksi, pemeriksaan Insulin darah tidak
dilakukan karena sudah mengetahui jenis diabetes mellitus klien, dan
pemeriksaan lain tidak di lakukan karena dengan pemeriksaan Glukosa
darah, Elektrolit, Gas darah arteri, Trombosit darah, Ureum/kreatinin,
Aseton plasma sudah dapat menegakan diagnosa.

Penatalaksanaan farmakoterapi pada teori adalah Metformin,


Sulfoniureas, Glizida dan Guburide, Inhibitor alfa, Tiazolidinedion,
Biguanid, Insulin. Sedangkan penatalaksanaan farmakoterapi yang ada
pada kasus yaitu Insulin dan Metformin, Glizida obat minum dari rumah.
Sulfoniureas, Inhibitor alfa, Tiazolidinedion, Biguanid fungsinya sama
seperti metformin dan biasanya untuk pasien yang kelebihan berat badan
karena tidak ada pada kasus karena fungsinya sama seperti metformin
dan biasanya untuk pasien yang kelebihan berat badan, Inhibitor alfa
tidak ada karena diberikan untuk pasien yang kadar gula masih normal
sedangkan klien sudah Hiperglikemia, Sulfoniureas tidak ada karena
digunakan untuk klien dengan BB normal atau tidak kelebihan berat
badan dan tidak di programkan oleh dokter serta dengan insulin sudah
bisa menurunkan kadar glukosa. Pada Non Farmakoterapi secara teori
Diit, Latihan jasmani, Pemantauan kadar gula darah, pendidikan
kesehatan. Sedangkan yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus
adalah Latihan jasmani, karena klien mengeluh lemas, dan kelemahan
fisik.
59

Pada tahap pengkajian penulis tidak menemukan faktor penghambat.


Faktor pendukung yaitu klien sangat kooperatif dalam memberikan
informasi, adanya catatan keperawatan dan hasil pemeriksaan diagnostik
sehingga membantu penulis dalam memperoleh data.

B. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian, dilakukan analisa data untuk menemukan
masalah keperawatan dalam menemukan masalah keperawatan, penulis
membuat sesuai dengan teori berdasarkan 8 (delapan) Diagnosa
Keperawatan menurut doengoes: Resiko syok berhubungan dengan
Hipovolemia, Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan
dengan diuresis osmotic, Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
kadar glukosa tinggi, Resiko Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, Perubahan sensori-
perseptual: uraikan, resiko tinggi berhubungan dengan perubahan kimia
endogen: ketidakseimbangan glukosa/insulin atau elektrolit, Kelelahan
berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolic,
Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang atau
progresif yang tidak diobati, ketergantungan pada orang lain, Kurang
pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan kurang pemajanan
informasi.

Sedangkan teori yang sesuai dengan kasus ada 6 yaitu Resiko syok
berhubungan dengan Hipovolemia, Kekurangan volume cairan dan
elektrolit berhubungan dengan diuresis osmotic, Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, Resiko Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan
insulin, Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolic, Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan
kurang pemajanan informasi

Diagnosa yang ada pada teori namun tidak penulis angkat yaitu
Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang atau
60

progresif yang tidak diobati, ketergantungan pada orang lain karena klien
klien sudah pada tahap acceptance dengan kondisi klien saat ini, klien
masih semangat untuk mengobati penyakitnya dan ada anaknya yang
selalu mendukung klien, Perubahan sensori-perseptual: uraikan, resiko
tinggi berhubungan dengan perubahan kimia endogen:
ketidakseimbangan glukosa/insulin atau elektrolit karena klien tidak ada
baal, system pendengaran, system penciumana, system penglihataan,
system penghidu, tidak terjadi gangguan klien juga masih bisa
memahami informasi yang diberikan kepadanya secara baik.

Faktor pendukung pada tahap ini adalah tersedianya buku sumber yang
cukup memadai yang dapat dijadikan acuan sehingga memudahkan
penulis dalam menentukan diagnosa keperawatan. Penulis tidak
menemukan faktor penghambat dalam hal ini

C. Perencanaan Keperawatan
Pada tahap perencanaan, diagnosa prioritas sama dengan kasus, pada
teori yaitu Risiko syok berhubungan dengan hipovolemia. Tujuan dan
kriteria hasil antara teori dan kasus sudah sesuai. Perencanaan yang ada
pada teori terdapat 8 rencana tindakan mandiri, sedangkan pada kasus
terdapat 7 rencana tindakan mandiri yang sama dengan teori yaitu Pantau
tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali (05.00, 11.00, 16.00,22.00),
Mengobservasi warna kulit, kapilary refill, Memonitor tanda inadekuat
oksigenasi jaringan, Memonitor input dan output, Mengobservasi tanda
dan gejala acites, Memonitor tanda awal syok, Memberikan posisi yang
nyaman. Intervensi yang ada pada teori namun tidak penulis rencanakan
yaitu lihat kepatenan jalan nafas karena kesadaran CM, RR: 20x/m, tidak
menggunakan bantuan oksigen, pernafasan vesikular.

Perencanaan pada diagnose ke dua kekurangan volume cairan dan


elektrolit berhubungan dengan diuresis osmotik. Tujuan dan kriteria hasil
antara teori dan kasus sudah sesuai. Perencanaan yang ada pada teori
terdapat 11 rencana tindakan mandiri. Pada kasus terdapat 10 rencana
tindakan mandiri yang sama dengan teori yaitu Dapatkan riwayat
61

pasien/orang terdekat sehubungan dengan lamanya intensitas dari gejala


seperti muntah, pengeluaran urine yang sangat berlebihan,
Mengobservasi tanda-tanda vital, Kaji pola nafas, frekuensi, dan kualitas
pernafasan. Observasi suhu, warna kulit, nadi perifer, pengisian kapiler,
turgor kulit, dan membran mukosa, Kaji nadi perifer, pengisian kapiler,
turgor kulit, dan membran mukosa, Mengukur intake dan output cairan,
Berikan lingkungan yang nyaman pada klien. Catat adanya mual, nyeri
abdomen, muntah dan distensi lambung, Berikan terapi cairan sesuai
indikasi, Pantau pemeriksaan laboratorium Intervensi yang ada pada
teori namun tidak penulis rencanakan yaitu Observasi adanya perasaan
kelelahan yang meningkat, edema, nadi tak teratur, dan adanya distensi
vaskuler karena kesadaran klien CM, Nadi 90 x/m, teratur, tidak ada
edema dan tidak ada distensi vaskuler, intake output albumin.

Perencanaan pada diagnose ke tiga Risiko tinggi infeksi berhubungan


dengan peningkatan kadar glukosa tinggi. Tujuan dan kriteria hasil antara
teori dan kasus sudah sesuai Perencanaan yang ada pada teori terdapat 10
rencana tindakan mandiri. Pada kasus terdapat rencana tindakan mandiri
yang sama dengan teori yaitu 8 tindakan mandiri yang sama dengan teori
yaitu Observasi tanda-tanda infeksi seperti demam kemerahan, ada pus
pada luka, Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan
yang baik pada klien dan keluarga, Observasi tanda-tanda vital,
Auskultasi bunyi nafas, Mengukur GDS Tiap pukul 05.00, 11.00, dan
16.00, Posisikan pasien pada posisi semi fowler, Anjurkan klien untuk
makan dan minum adekuat (pemasukan makanan dan cairan yang
adekuat). Intervensi yang ada pada teori namun tidak penulis rencanakan
yaitu Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitivitas sesuai indikasi karena
klien sudah di berikan antibiotik, Bantu pasien untuk melakukan
hyegiene oral karena klien bisa melakukannya sendiri tanpa bantuan,
kesadaran CM, klien masih bisa berjalan.

Perencanaan pada diagnose ke empat Risiko Ketidakseimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakcukupan insulin. Tujuan dan
kriteria hasil antara teori dan kasus sudah sesuai. Perencanaan yang ada
62

pada teori terdapat 7 rencana tindakan mandiri. Pada kasus terdapat 7


rencana tindakan mandiri yang sama dengan teori yaitu Auskultasi bising
usus catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, dan muntah,
Memantau porsi makan klien, Identifikasi makanan yang disukai /
dikehendaki, Lakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan
“finger stick”, Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode
IV atau SC secara intermiten atau secara kontinu, Berikan larutan
glukosa, misalnya dekstrosa dan setengah salin normal, Kolaborasi
pemberian obat.

Perencanaan pada diagnose ke lima dalahah kelelahan berhubungan


dengan penurunan produksi energi metabolik. Tujuan dan kriteria hasil
antara teori dan kasus sudah sesuai. Perencanaan yang ada pada teori
terdapat 4 rencana tindakan mandiri. Pada kasus terdapat 4 rencana
tindakan mandiri yang sama dengan teori yaitu Berikan aktifitas alternatif
denagn periode istirahat yang cukup atau tanpa diganggu, Pantau nadi,
frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum atau sesudah melakukan
aktifitas, Membantu memenuhi kebutuhan klien, Tingkatkan partisipasi
pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

Perencanaan pada diagnose ke enam adalah kurang pengetahuan


mengenai penyakit berhubungan kurang terpajannya informasi. Tujuan
dan kriteria hasil antara teori dan kasus sudah sesuai. Perencanaan yang
ada pada teori terdapat 7 rencana tindakan mandiri. Pada kasus terdapat 6
rencana tindakan mandiri yang sama dengan teori yaitu Ciptakan
lingkungan saling percaya dengan klien, Diskusikan topik-topik utama
seperti kadar gula normal, ketoasidosis, Diskusikan tentang rencana diit,
penggunaan makanan tinggi serat dan cara untuk melakukan makan di
luar rumah, Tinjau kembali pemberian insulin oleh pasien sendiri dan
perawatan terhadap peralatan yang digunakan, Mengobservasi tanda-
tanda vital, Mengidentifikasi gejala hipoglikemia, Demonstrasikan teknik
penanganan stress seperti latihan napas dalam. Intervensi yang ada pada
teori namun tidak penulis rencanakan yaitu Mengidentifikasi gejala
63

hipoglikemia karena tidak terjadi penurunan kesadaran, kesadaran CM,


tidak pusing dan pucat, glukosa klien 275 mg/dlm.

Faktor pendukung pada tahap ini adalah respon klien yang sangat
kooperatif dalam setiap rencana tindakan yang sudah direncanakan.
Sedangkan faktor penghambat tidak penulis temukan.

D. Pelaksanaan Keperawatan
Penulis melakukan intervensi sesuai dengan rencana tindakan yang
dibuat untuk masing-masing diagnosa untuk diagnosa pertama yaitu
Risiko syok berhubungan dengan Hipovolemia terdapat 7 intervensi yang
tidak dilakukan ada 1 yaitu Mengobservasi tanda dan gejala acites karena
klien tidak sesak napas, perut tidak besar, perut kembung karena
konstipasi, tidak ada pembengkakan pada kaki dan tangan.

Diagnosa yang kedua yaitu kekurangan volume cairan dan elektrolit


berhubungan dengan diuresis osmotic terdapat 10 intervensi yang tidak
dilakukan ada 1 yaitu , pantau pemeriksaan laboratorium, karena
pemeriksaan akan di lakukan pada tanggal 12 januari 2019.

Diagnosa yang ketiga yaitu Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan


kadar glukosa tinggi terdapat 8 intervensi dan dilakukan semua.

Diagnosa yang keempat yaitu Risiko gangguan perubahan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin
terdapat 7 intervensi yang tidak di lakukan 1 yaitu Berikan larutan
glukosa karena klien tidak terjadi hipoglikemia.

Diagnosa yang kelima yaitu kelelahan berhubungan dengan penurunan


energy metabolic terdapat 4 intervensi dan dilakukan semua.
64

Diagnosa keenam yaitu kurang pengetahuan mengenai berhubungan


dengan kurang terpajan informasi terdapat 6 intervensi dan semuanya di
lakukan.

Faktor pendukung pada tahap ini yang penulis temukan yaitu klien
kooperatif dalam setiap pelaksaan yang penulis laksanakan dan adanya
kerja sama yang baik. Faktor penghambat tidak ada.

E. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam dan melakukan
evaluasi akhir, penulis mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yang
terdapat pada perencanaan sesuai diagnose keperawatan. Dari 6 diagnosa
yang ditemukan semua sudah tercapai, dibuktikan dengan klien
mengatakan tidak lemas, bias melakukan aktivitas, wajah tidak pucat
kulit kemerahan, kapilary refill < 3 detik, nafsu makan meningkat, makan
habis ¾ porsi, irama nafas teratur, spo2 : 99%, TD: 125/87 mmHg, N:
90x/m, RR:18x/m, S : 36,6 kondisi klien membaik serta anjuan dokter
dipulangkan untuk rawat jalan

Faktor pendukung klien sangat kooperatif dengan perawat dalam


memberikan asuhan keperawatan sehingga memudahkan penulis dalam
melakukan evaluasi keperawatan. Faktor penghambat tidak penulis
temukan.
BAB V
PENUTUP

Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada Klien Ny. N dengan Diabetes
Melitus Tipe II di Ruang New Bougenville III Rumah Sakit Pelni Jakarta mulai
tanggal 9 Januari 2019 sampai dengan 11 Januari 2019 maka penulis dapat menarik
kesimpulan dan memberikan saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan
Pengkajian Keperawatan yang telah penulis lakukan penyebab dari Diabetes
Melitus Tipe II karena gaya hidup. Manifestasi klinik yang ditemukan yaitu
polydipsia, polifagia, polyuria, lelah, mengantuk), Hasil Gds: 453 mg/dl dan
keton darah: 1,3 mmol/L. Penatalaksanaan farmakoterapi yang diberikan yaitu
insulin, metformin, Gliclazide. Penatalaksanaan non farmakoterapi yang
diberikan yaitu diit, pemeriksaan gula darah. Pemeriksaan diagnostic yang
dilakuakan yaitu, pemeriksan Glukosa darah, Elektrolit, Gas darah arteri,
Trombosit darah, Ureum/kreatinin.

Diagnosa Keperawatan yang ditemukan ada enam diagnosa yaitu Gangguan


perfusi jaringan serebral berhubungan dengan Interupsi aliran darah, Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan Spasme otot, Kerusakan mobilitas fisik
berhubungan dengan kelemahan, Kurang perawatan diri berhubungan dengan
kerusakan neuromuskuler, Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan
pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan, Ansietas berhubunngan
dengan perubahan status kesehatan. Intervensinya untuk mengatasi ke 6 diagnosa
keperawatan tersebut, implementasi kita bekerja sama dengan perawat ruangan
dan evaluasi dari ke enam diagnose yang teratasi yaitu yaitu Resiko syok
berhubungan dengan Hipovolemia, Kekurangan volume cairan dan elektrolit
berhubungan dengan diuresis osmotic, Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
kadar glukosa tinggi, Resiko Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, Kelelahan berhubungan dengan
penurunan produksi energi metabolic, Kurang pengetahuan mengenai penyakit
berhubungan dengan kurang pemajanan informasi.

65
66

Faktor pendukung yang penulis dapatkan yaitu klien yang kooperatif dengan
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga memudahkan penulis
dalam melakukan evaluasi keperawatan. Faktor penghambat penulis tidak
temukan.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberi saran:
1. Diharapkan penulis dan perawat tetap dapat mempertahankan kerjasama
dengan klien dan keluarga agar mudah memberikan asuhan keperwatan
khususnya bagi klien dengan Diabetes Mellitus Tipe II.
2. Penulis dan perawat diharapkan lebih intensif dalam memberikan asuhan
keperwatan khusunya dalam memberikan pendidikan kesehatan mengenai
perawatan dan diit pada klien dengan Diabetes Mellitus Tipe II.
3. Penulis sebaiknya lebih meningkatkan peran kolaborasinya dengan tim
kesehatan lainnya seperti dokter dan ahli gizi agar mampu memberikan
asuhan keperawatan yang berkualitas khususnya pada klien dengan Diabetes
Melitus Tipe II.
4. Penulis dan perawat dapat lebih meningkatkan kwalitas asuhan keperawatan
yang lebih baik untuk klien dan keluarga dalam memberikan pelayanan
secara komprehensif serta dapat bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya.
5. Klien dan keluarga mampu melanjutkan perawatan mandiri dirumah seperti
taat akan diit makanan, perawatan luka dengan teknik aseptik ,teratur
berolahraga secara teratur dan optimal serta kontrol secara teratur.
67
DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M dan Jane Hokanson Hawks. (2014). Keperawatan Medikal Bedah
Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Buku 2. Edisi 8. (Joko
Mulyanto, dkk, penerjemah). Jakarta: Salemba medika.

Doenges, Marylinn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi: 3. (I Made
Kariasa, Ni Made Sumawati, Penerjemah). Jakarta : EGC.

Fheni, dkk. (2017). Hubungan Pola Aktivitas Fisikdan Pola Makan Dengan Kadar
Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Di Poli Penyakit Dalam
Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado. Diambil pada tanggal 11
Januari 2019 pukul 19.20 WIB dari
https://media.neliti.com/media/publications/105542-ID-hubungan-pola-
aktivitas-fisik-dan-pola-m.pdf

Guyton A.C. (1990). Fisiologi Manusia Dan Mekanisme Terhadap Penyakit. Edisi
3. Jakarta : EGC

Jennifer P, Kowalak, dkk. (2016). Buku Ajar Patofisologi. (Andry Hartono,


Penerjemah). Jakarta: EGC

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset Kesehatan Dasar.


Diambil pada tanggal 11 Januari 2019 pukul 19.12 WIB dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%2
02013.pd

Lathifah, Nur L. (2017). Hubungan Durasi Penyakit Dan Kadar Gula Darah
Dengan Keluhan Subyektif Penderita Diabetes Mellitus. Diambil tanggal
tanggal 11 Januari 2019 pukul 19.00 WIB dari
https://e-journal.unair.ac.id/JBE/article/download/4781/3893

Lemone, Priscilla.dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 5.


Volume 2. (Bhesty Angelins.dkk, penerjemah). Jakarta: EGC

Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.


Edisi10. (T Heather Herdman, dkk, Editor). Jakarta: EGC

Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit


(Brahm U. Pendit et.al, Penerjemah). Edisi 6. Jakarta: EGC

68
Price, Sylvia A. dan Wilson, Lorraine M. (2012). Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6. (Brahm U. Pendit et.al,
Penerjemah). Jakarta: EGC

Riawan, Asep Wahyu. (2017). Pengaruh Jalan Kaki Ringan 30 menit Terhadap
Penurunan Kadar Gula Darah Pada LAnsia Penderita DM Tipe II. Diambil
Pada tanggal 11 Januari 2019 pukul 19.00 WIB dari
https://media.neliti.com/media/publications/236463-pengaruh-jalan-kaki-
ringan-30-menit-terh-578b7d78.pdf

Smeltzer, Suzzane C. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth (AgungWaluyo, et.al, Penerjemah).Edisi 8. Jakarta: EGC

Suddarth dan Brunner. (2013). Keperwatan Medikal Bedah. Edisi 12. (Devi
Yulianti, dkk, Penerjemah). Jakarta: EGC

69
70

Anda mungkin juga menyukai