Anda di halaman 1dari 51

i

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.M DENGAN


BENIGNA PROTAT HIPERPLASIA DI RUANG NEW
BOUGENVILLE 4
RUMAH SAKIT JAKARTA

Disusun Oleh
NUR INDAH SAFITRY
16027

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI


JAKARTA
TAHUN AJARAN 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul "Asuhan Keperawatan Pada Klien TN.M Dengan Benigna Prostat
Hiperplasia (BPH) di Ruang New Bougenville 4 Rumah Sakit Pelni Jakarta".

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan pengarahan dari berbagai
pihak, oleh karena itu pada kesernpatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat:

1. DR.dr. Fathema Djan Rachmat.,Sp.B.,Sp.BTKV(K).,M.P.H(MMR) sebagai


Direktur Utama Rumah Sakit Pelni Jakarta.
2. Ahmad Samdani.,SKM sebagai Ketua Yayasan Samudra APTA
3. Buntar Handayani SKp. M.Kep.,MM sebagai Direktur Akademi Keperawatan
Pelni Jakarta.
4. Tini Wartini,SPD.,.S.Kep.,MKM. Sebagai pembimbing di Ruang New
Bougenville 4 Rumah Sakit Pelni Jakarta.
5. Atik Nurnaningsih, Ns.,S.Kep sebagai Kepala Ruangan di Ruang New
Bougenville 4 Rumah Sakit Pelni Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna maka dari
itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
perbaikan dimasa yang akan datang agar bermanfaat dalam meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan.

Jakarta, Oktober 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A Latar Belakang ...................................................................................................... 1

B Tujuan ................................................................................................................... 3

1. Tujuan umum ........................................................................................................ 3

2. Tujuan khusus ....................................................................................................... 3

C Ruang lingkup ....................................................................................................... 3

D Metode penulisan .................................................................................................. 4

E Sistematika penulisan ........................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN TEORI ........................................................................................ 6

BAB III TINJAUAN KASUS.................................................................................... 17

A Pengkajian Keperawatan..................................................................................... 17

BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................................... 33

B. Diagnosa Keperawatan.................................................................................... 35

C. Perencanaan Keperawatan .............................................................................. 35

D. Pelaksanaan Keperawatan ............................................................................... 36

E. Evaluasi Keperawatan ..................................................................................... 38

BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 40

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 40

ii
iii

1. Pengkajian Keperawatan ................................................................................. 40

2. Diagnosa Keperawatan.................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 46


BAB I
PENDAHULUAN

A Latar Belakang
Beningn Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah suatu kondisi yang sering terjadi
sebagai hasil dari pertumbuhan dan pengendalian hormon prostat (Yuliana
Elin,2011). Hiperplasia Prostat Benigna adalah pembesaran progresif dan
kelenjar (secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan
berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius (Doengoes
Hal 71).

BPH merupakan penyakit yang biasa terjadi pada laki-laki usia lanjut,
ditandai dengan pertumbuhan yang sangat cepat pada epitel prostat dan
daerah transisi jaringan fibromuscular pada daerah periurethal yang bisa
mengahalangi dan mengakibatkan pengeluaran urine yang tertahan. Data
prevelensi tentang BPH secara mikroskopi dan anatomi sebesar 40% dan 90%
terjadi pada rentang usia 50-60 tahun dan 80-90 tahun.
(www.portalgaruda.org).

Menurut data WHO (2013), memperkirakan terdapat sekitar 70 juta kasus


degeneratif. Salah satunya adalah BPH, dengan insidensi di negara maju
sebanyak 19 %, sedangkan di negara berkembang sebanyak 5,35 % kasus.
Yang ditenukan pada pria dengan usia lebih dari 65 tahun dan dilakukan
pembedahan setiap tahunya.

Di Amerika Serikat hampir 1/3 laki-laki berumur 40-79 tahun mempunyai


gejala traktus urinarius bagian bawah sedang sampai berat dengan penyebab
utama adalah BPH (Kidingallo dkk., 2011)

Di Indonesia BPH menjadi penyakit urutan ke dua setelah penyakit batu


saluran kemih, dan secara umum diperkirakan hampir 50% pria Indonesia
menderita BPH jika dilihat dari 200 juta lebih rakyat Indonesia maka dapat

1
2

diperkirakan sekitar 2,5 juta pria yang berumur lebih dari 60 tahun menderita
BPH (Pumono,2008).

Data yang ditemukan penulis di RSUD Sukoharjo selama 3 bulan terakhir


ditemukan 25 pasien menderita BPH dan rata-rata berumur diatas 50 tahun.
Angka kejadian Benigna Prostat Hiperplasia di Sukoharjo tergolong tinggi,
serta pemberian pengobatan secara tuntas dan upaya rahabilitativ dengan cara
menganjurkan control secara teratur. Perawat hendaknya dapat menangani
dan membantu mengoptimalkan fungsi tubuh pada penderita Benigna Prostat
Hiperplasia (BPH).

Berdasarkan data rekam medis Rumah Sakit Pelni Jakarta tahun 2014 jumlah
klien rawat inap sebanyak 14 orang dengan penderita BPH sebanyak 1 orang
(0,1%) pada usia 64 tahun. Pada tahun 2015 jumlah pasien rawat inap
sebanyak 22 orang dengan penderita BPH sebanyak 139 orang (6,3%).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan penyakit Benigna Prostat


Hiperplasia (BPH) diatas kertas system perkemihan terjadi peningkatan dan
merupakan penyakit yang jika tidak diatasi dengan baik dapat menimbulkan
kematian dan pentingnya peran perawat dalam upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Maka penulis tertarik untuk menerapkan Asuhan
Keperawatan pada klien dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) di Ruang
Kenanga Rumah Sakit Pelni Jakarta dengan metode ilmiah proses
keperawatan secara komprehensif.
3

B Tujuan
1. Tujuan umum
Penulis ingin mendapatkan pengalaman secara nyata dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan Benigna Prostat Hiperplasia
(BPH) di Ruang New Bougenville Rumah Sakit PELNI Jakarta.

2. Tujuan khusus
Setelah penulis menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH), maka penulis diharapkan mampu:
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Post Operasi
TUR BPH.
b. Merumuskan prioritas diagnosa keperawatan pada klien dengan Post
Operasi TUR BPH.
c. Membuat intervensi keperawatan pada klien dengan Post Operasi
TUR BPH.
d. Melakukan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan pada klien
dengan Post Operasi TUR BPH.
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan
pada pasien.

C Ruang lingkup
Asuhan keperawatan pada klien Tn. M dengan Post Operasi TUR BPH di
ruang New Bougenvillle 4 Rumah Sakit Pelni Jakarta dari tanggal 30
September 2018 sampai dengan 02 Oktober 2018.
4

D Metode penulisan
Karya tulis ilmiah ini menggunakan studi kasus dengan pendekatan proses
keperawatan. Adapun teknik dengan cara sebagai berikut :

1. Interview
Metode dengan pengumpulan data yang diperoleh dengan cara
mengadakan tanya jawab dengan klien untuk mendapatkan keterangan
( A. Aziz Alimul, 2007)
2. Observasi
Metode pengumpulan data dengan cara memberikan observasi secara
langsung kepada responden yang dilakukan penelitian untuk mencari hal-
hal yang akan diteliti dilakukan apabila obyek penelitian bersifat perilaku
manusia, proses kerja atau responden kecil ( A. Aziz A. ,2003)
3. Studi Dokumenter
Metode pengumpulan data dengan cara mengambil data yang berasal dari
dokumen asli yang berupa catatan medis dan laporan keperawatan ( A.
Aziz A. , 2007)
4. Studi Kepustakaan
Metode pengumpulan data dengan mempelajari buku-buku dan literatur-
literarur yang berkaitan dengan kasus selama pembuatan karya tulis
ilmiah. Studi kepustakaan dengan mempelajari literatur atau buku sumber
dan internet yang terkait dengan judul makalah ini. Penulis memperoleh
data melalui tiga cara yaitu studi kepustakaan, dimana penulis
menggunakan buku sumber sebagai referensi dalam penulisan yang
sesuai dengan judul makalah ini. Melalui studi kasus, dimana penulis
memperoleh data dan mempelajarinya dari file (status), data-data statistik
berupa data rekam medis dan media internet sebagai informasi.
5

E Sistematika penulisan
Makalah ini terdiri dari 5 BAB yaitu BAB I Pendahuluan terdiri dari Latar
Belakang, Tujuan Penulisan, meliputi Tujuan Umum dan Tujuan Khusus,
Ruang Lingkup, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan. BAB II
Tinjauan Teori terdiri dari Pengertian, Etiologi, Patofisiologi,
Penatalaksanaan Medis, Pengkajian Keperawatan, Diagnosa Keperawatan,
Perencanaan Keperawatan, Pelaksanaan Keperawatan, dan Evaluasi
Keperawatan. BAB III Tinjauan Kasus terdiri dari Pengkajian Keperawatan,
Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi
Keperawatan. BAB IV Pembahasan terdiri dari Pengkajian Keperawatan,
Diagnosa Keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Pelaksanaan
Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan. Sedangkan BAB V Penutup terdiri
dari Kesimpulan dan Saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A Pengertian
Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) adalah suatu kondisi yang sering terjadi
sebagai hasil dari pertumbuhan dan pengendalian hormone prostat (Yuliana
Elin,2011).
BPH adalah pembesaran prostat yang menyumbat urethra sehingga
menyebabkan gangguan urinarius, gangguan ini terajadi sebagai akibat dari
efek pennuaan pada laki-laki dan adanya androgen yang bersikulasi
(Hermawan, 2009).
BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat, bersifat jinak di
sebabkan oleh hypertrophi beberapa atau semua komponen prostat yang
mengakibatkan penyumbatan uretrha pars prostatika (Arif Mutakin dan
Kumala Sari, 2011).
B Etiologic
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui,
namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormone androgen.
Faktor lain yang erat kaitan nya dengan BPH adalah proses penuaan.
Mulai ditemukan pada umur kira-kira 45 tahun dan frekuensi makin
bertambah sesuai dengan bertambahnya umur, sehingga di atas umur 80
tahun kira-kira 80% menderita kelainan ini.
Karena etiologic yang belumm jelas maka melahirkan beberapa hipotesa yang
di duga timbulnya hyperplasia prostat menurut Roger Kirby antara lain :
a) Dihydrotestoteron
Peningkatan 5 alfa reductase dan reseptor androgen menyebabkan epitel
dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hyperplasia.
b) Perubahan keseimbangan hormone estrogen – testoteron
Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormone estrogen dan
penurunan testoteron yang mengakibatkan hiprplasia stroma.
c) Interaksi stroma – epitel

6
7

Penigkatan epidermal growth faktor atau fibrolase growth faktor dan


penurunan transforming growth faktor beta menyebabkan hyperplasia
stroma dan epitel.
d) Berkurang nya sel mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma
dan epitel dari kelenjar prostat.
e) Teori sel stem
Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit.
C Patofisiologi
Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami
hiperplasia, jika prostat membesar akan meluas ke atas (bladder), di dalam
mempersempit saluran urethra prostatica dan menyumbat aliran urine,
keadaan ini dapat meningkatkan tekanan intravesikal. Sebagai kompensasi
terhadap tehanan uretra prostatika maka otot detrusor dan buli-buli
berkontraksi lebih kuat untuk dapat memompa urine keluar.
Kontraksi yang terus menerus menyebabkan perubahan anatomi dari
buli-buli berupa : hipertropi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya sekula-
sekula dan difertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli di rasakan
klien sebagai keluhan pada saluran kencing bagian bawah atau Lower
Urinary Tract Symptom / LUTS (Basuki, 2000).
Pada fase-fase awal dari prostat hyperplasia, kompensasi oleh
muskulus destrusor berhasil dengan sempurna. Artinya pola dan kualitas dari
miksi, tidak banyak berubah. Pada fase ini di sebut sebagai prostat
hyperplasia kompensata. Lama kelamaan kemampuan kompensasi menjadi
berkurang dan pola serta miksi berubah, kekuatan serta lamanya kontraksi
dari muskulus destrusor menjadi tidak adekuat sehingga tersisalah urine di
dalam buli-buli saat proses miksi berakhir seringkali prostat hyperplasia
menambah kompensasi ini dengan jalan meningkatkan tekanan intra
abdominal (mengejan) sehingga tidak jarang di sertai timbul nya hernia dan
hemoroid puncak dari kegagalan kompensasi adalah tidak berhasilnya
melakukan ekspulsi urine dan terjadinya retensi urine atau prostat hyperplasia
dekompensata.
8

Fase dekompensasi yang masih akut menimbulkan rasa nyeri dan


dalam beberapa hari menjai uronis dan terjadi inkontinensia urine secara
berkala akan mengalir sendiri tanpa dapat di kendalikan, sedangkan buli-buli
tetap penuh.
Puncak dari kegagalan kompensasi adalah ketidakkemampuan otot
detrusor memompa urine dan menjadi retensi urine. Retensi urine yang kronis
dapat mengakibatkan kemunduran fungsi ginjal (Sunaryo, H 1999.)
Manifestasi klinik
Gejala klinis yang di timbulkan oleh Benigna Prostat Hyperplasia di sebut
sebagai syndrome protatisme. Syndrome protatisme dibagi menjadi dua
yaitu :
a) Gejala obstruksi yaitu :
1. Hesitancy yaitu memulai kencing yang lama dan sering kali disertai
dengan mengejan
2. Intermitency yaitu terputus-putus nya aliran kencing
3. Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing
4. Pancaran lemah
5. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum
puas.
b) Gejala iritasi yaitu :
1. Urgency yaitu perasaan ingin buang kecil yang sulit ditahan
2. Frekuensi yaitu penderita miksi lebih saring dari biasanya dapat
terjadi pada malam hari (Nocturia) dan pada siang hari
3. Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing

Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi pada pasien Benigna Prostat


Hyperplasia antara lain : sering dengan semakin berat nya Benigna Prostat
Hyperplasia dapat terjadi obstruksi saluran kemih, karena urine tidak mampu
melewati prostat hal ini dapat menyebabkan infeksi saluran kemih dan
apabila tidak diobati, dapat mengakibatkan gagal ginjal (Wibowo,2012).
9

Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik


mengakibatkan penderita harus mengejan pada miksi yang menyebabkan
peningkatan tekanan intraabdomen yang akan menimbulkan hernia dan
hemoroid.

D Penatalaksanaan medis

Menurut sjamsuhidjat (2005) dalam penatalaksanaa pasien dengan


Benigna Prostat Hyperplasia tergantung pada stadium – stadium :

a) Stadium I
Pada stadium ini belum memerlukan tindakan bedah, diberikan
pengobatan konservatif. Misalnya menghambat adrenoresptor alfa seperti
alfazosin dan terazosin.
b) Stadium II
Mrupakan indikasi untuk melakukan pembedahan
c) Stadium III
Dilakukan pembedahan terbuka
d) Stadium IV
Membebaskan penderita dari retensi urine total dengan memasang kateter
atau sistomi, lakukan pemeriksaan lanjut kemudian terapi definitive
dengan TUR atau pembedahan terbuka.

Sedangkan menurut mansjoer dan purnomo (2000), penatalaksanaan pada


Benigne Prostat Hyperplasia dapat di lakukan dengan :
a) Observasi
Kurangi minum setelah makan malam, kurangi kopi, hindari alcohol, tiap
3 bulan control keluhan sisa kencing dan colok dubur.
b) Terapi bedah
A TUR-P
B Prostatektomi suprapubic
C Prostatektomi perioteneal
D Prostatektomi retropubis radikal
10

E Asuhan keperawatan
a) Pengkajian operasi
Pengajian pre operasi TUR-P
1. Identitas klien
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Riwayat penyalit keluarga
5. Riwayat psikososial
6. Pola fungsi kesehatan
7. Pemeriksaan fisik
Pengkajian post operasi TUR-P
1. Keluhan utama
2. Keadaan umum
3. System respirasi
4. System sirkulasi
5. System gastrointestinal
6. System neurologi
7. System musculoskeletal
8. System eleminasi
9. Terapi yang diberikan setelah operasi.
Pemeriksaan diagnostic
1. Urinalisa
2. Pemeriksaan darah lengkap
3. Pemeriksaan radiologis
11

b) Diagnose keperawatn
1. Diagnose sebelum operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan penyumbatan saluran
kencing ssekunder terhadap pembesaran prostat
2) Perubahan eliminasi urine : frekuensi, urgensi, hesistancy,
inkontinensi, retensi, nokturia, atau perasaan tidak puas
setelah miksi berhubungan dengan obstuksi mekanik :
pembesaran prostat
3) Cemas berhubungan dengan hospitalisasi, prosedur
pembedahan, kurang pengetahuan tentang aktivitas rutin dan
aktivitas post operasi.
2. Diagnose setelah operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan spasme kandung kemih dan
insisi sekunder pada TUR-P
2) Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan
obstruksi sekunder dari TUR-P : bekuan darah, edema.
3) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive : alat
selama pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering.
4) Resiko tinggi cedera : pendarahan berhubungan dengan
tindakan pembedahan
5) Resiko disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan akan
impoten akibat dari TUR-P
12

F Perencanaan keperawatan
1. Pre operasi
a) Nyeri akut berhubungan dengan penyumbatan saluran kencing
dekunder terhadap pembesaran prostat.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….. x 24 jam klien
dapat
a. Mengontrol nyeri
b. Menunjukan tingkat nyeri
Intervensi :
a. Kaji secara komprehensif tentang nyeri
b. Menggunakan komunikasi terapeutik
c. Berikan informasi tentang nyeri, seperti : penyebab, berapa lama
terjadi dan tindakan pencegahan
d. Ajarkan teknik relaksasi atau distraksi
2. Post operasi
a) Nyeri akut berhubungan dengan spasme kandung kemih dan insisi
sekunder pada TUR-P
Tujuan :
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama …. X 24 jam klien
dapat
a. Mengontrol nyeri
b. Menunjukan tingkat nyeri
Intervensi :
a. Kaji secara komprehensif tentang nyeri, meliputi : lokasi,
karakteristik, durasi dan frekuensi
b. Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat
mengekspresikan nyeri
13

c. Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga


d. Berikan informasi tentang nyeri, seperti : penyebab, berapa lama
terjadi dan tindakan pencegahan
e. Ajarkan teknik relaksasi atau distraksi
f. Berikan obat dengan prinsip 5 benar
g. Berikan analgetik
b) perubahan eleminasi urine berhubungan dengan obstruksi sekunder
dari TUR-P bekuan darah edema
tujuan :
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama …. X 24 jam klien
dapat :
a. klien dapat berkemih dalam jumlah normal tanpa retensi
b. tidak terdapat bekuan darah sehingga urine lancer lewat kateter

intervensi :

a. kaji output urine dan karakteristiknya


b. pantau eliminasi, meliputi frekuensi, konsistensi, bau, volume,
dan warna
c. pertahankan posisi dower kateter dan irigasi kateter
d. anjurkan intake cairan 2500 – 3000 ml sesuai toleransi
c) resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive : alat selama ,
irigasi kandung kemih sering
tujuan :
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama …. X 24 jam klien
dapat :
a. klien tidak mengalami infeksi
b. klien menunjukan tanda vital dalam batas normal
c. klien menunjukan nilai leukosit dalam batas normal
intervensi :
a. ganti peralatan klien setelah selesai tindakan
b. anjurkan klien untuk cuci tangan dengan tepat
c. anjurkan pengunjug untuk mencuci tangan sebelum dan setelah
meninggalkan rungan klien
d. cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien
14

d) resiko tinggi cidera pendarahan berhubungan dengan tindakan


pembedahan
tujuan :
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama …. X 24 jam klien
dapat :
a. klien tidak menunjukan tanda-tanda pendarahan
b. tanda-tanda vital dalam batas normal
c. urine lancer lewat kateter
intervensi :
a. jelaskan pada klien tentang sebab terjadi pendarahan setelah
pembedahan dan tanda-tanda pendarahan
b. irigasi aliran kateter jika terdeteksi gumpalan dalam saluran
kateter
c. sediakan diet makanan tinggi serat dan memberi obat untuk
memudahkan defekasi
d. pantau traksi kateter, catat waktu traksi di pasang dan kapan traksi
di lepas
G pelaksanaan
Pengertian Pelaksanaan adalah tahap dalam proses keperawatan
berdasarkan masalah aktual dari klien (nurusalam, 2001 hal 113).
Tahap tindakan keperawatan pelaksanaan meliputi:
a. Tahap persiapan
1) Review tindakan keperawatan yang diidentifikasikan pada
tahap perencanaan
2) Menganalisa pengetahuan dan ketrampilan keperawatan
yang diperlukan
3) Mengetahui komplikasi dan tindakan keperawatan yang
timbul
4) Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan
5) Mempersiapkan lingkungan yang kondusif sesuai tindakan
yang dilaksanakan
6) Mengidentifikasikan aspek hukum dan etik terhadap resiko
dari potensial tindakan
15

b. Tahap intervensi
1) Independen adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh perawat
tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan
lainnya.

2) Interdependen adalah suatu kegiatan yang memerlukan suatu


kerja sama dengan tenaga kesehatan Lainnya, misalnya, tenaga
sosial, ahli gizi, dan dokter.

3) Dependen adalah tindakan yang berhubungan dengan


pelaksanaan rencana tindakan tersebut, menandakan suatu
cara tindakan medis dilakukan.

4) Tahap Dokumentasi, pelaksanaan tindakan keperawatan harus


diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu
kejadian dalam proses keperawatan. Pelaksanaan tindakan
keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan
akurat terhadap suatu kejadian dalam prosess keperawatan ada
3 tipe system pencatatan yang digunakan pada dokumentasi
yaitu :
a) Source Oriented Record (SOR)
b) Problem Oriented Record (POR)
c) Computer Assiated Recrd (CAR)

H evaluasi
Pengertian Evaluasi adalah suatu tindakan fase pengkajian proses
keperawatan, menilai keefektifan tindakan keperawatan, dan
mengidentifikasi kemajuan klien terhadap tujuan pencapaian. Evaluasi
merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperwatan, rencana
keperawatan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
Tujuan evaluasi adalah utuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan
16

hubungan dengan klien berdasarkan respon klienterhadap tindakana


keperawatan ynag telah dibrikan, sehingga perawat dapat mengambil
keputusan :
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai
tujuan yang ditetapkan)
b. Memodifiksi rencana tindakan keperawatan (klien mejalani
kesulitan untuk mencapi tujuan)
c. Menerukan rencaan tindakan keperawatan (klien memerlukan
waktu yang lebih lama dalam mencpai tujuan)

Proses evaluasi
a. Formatif: Fokus tipe evaluasi ini adalah aktivitas dari proses
keperawatan dari hasil kualitas tindakana keperawatan
dilaksanakan untuk mebantu keefektifan terhadap tindakan.
Metode pengumpulan data dalam evaluasi, promotif terdiri
dari analisa recana tindakan keperawatan, open chart ,
pertemuan kelompok interview, dan observasi dengan klien
menggunakan formulir evaluasi

b. Sumatif: fokus evaluasi adalah perubahan prilaku atas status


kesehatan klien pada akhir tindakan keperawatan secara
paripurna. Adapun metode pelaksanaan evaluasi sumatif
terdiri closed chart audit, interview akhir pelayanan,
pertemuan akhir pelayanan, dan pertanyaan kepada klien dan
keluarga.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A Pengkajian Keperawatan
1. identitas Klien

Tn. M berusia 67 tahun jenis kelamin laki-laki. Tn. M sudah menikah. Tn.
M beragama Islam. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa
Indonesia dan suku bangsa Tn. M adalah palembang. Pendidikan terakhir
Tn. M adalah D3. Tn. M. tinggal di Jl. Cendrawasih no 95 A rt 005/002
kelurahan saawah baru kecamatan ciputat Tangerang selatan. Sumber
biaya yang klien gunakan untuk membayar biaya pengobatannya adalah
JKN-BPJS. Sumber informasi yang kelompok dapatkan berasal dari klien.

2. Resume

Tn. M datang ke IGD RS.Pelni Jakarta pukul 21.00 dini hari, tanggal 30
september 2018 dengan diantar oleh keluarga klien. Klien masuk ke IGD
dengan keluhan tidak bisa mengeluarkan urine, sebelumnya lien
mengatakan telah terpasang kateter selama 6 bulan setelah di lepas kateter
klien tidak bisa buang air kecil lagi, klien memutuskan untuk operasi
TUR-P karena sudah tidak tau harus melakukan apa agar sembuh,
Ditemukan masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan
penyumbatan saluran kencing sekunder terhadap pembesaran prostat .
Dilakukan tindakan mandiri mengajarkan teknik relaksasi napas dalam,
peeriksaan tanda-tanda vital dengan tekanan darah 135/88 mmHg, Nadi 85
x/menit, Suhu 37oC, Pernafasan 20 x/menit, Saturasi O2 98%, skala Nyeri
2-3, serta dilakukan tindakan kolaborasi pemasangan infus three way
dengan RL/24 jam, diberikan therapy obat Ranitidine 50 mg/ml 2 ml IV,
Keterolac 30 mg IV, dan dilakukan pemeriksaan laboratorium (DPL Ul,
Ur, Cr, Na, K).

17
18

Hasil pemerikasaan laboratorium tanggal 02 oktober 2018 : Hemoglobin


15,2 g/dl (13,5-18), Leukosit 8,10 103/ul (5,0-10,0), 195t 83.103/ul (150-
450), Hematokrit 47,2% (38-54), Eritrosit 5,3 juta/μL (4,5-5,5), Bilirubin
total 7,10 mg/dL (0,1-1,2), Bilirubin Direk 5,14 mg/dl (0-0,2), Natrium
143 mmol/L (134-146), Kalium 3,2

mmol/L (3,4-4,5), Chlorida 103 mmol/L (96-108). Evaluasi keperawatan


klien mengatakan nyeri berkurang setelah di berikan obat.

Pada pukul 01.00 klien dipindahkan ke ruang ICU kemudian klien di


jemput untuk pindah ke ruang New Bougenville 4 kamar 19-20 bed 19
dengan nomor RM 67.08.13, menggunakan brankar dengan keluhan nyeri
di bagian post operasi TUR-P . Kesadaran compos metis, nilai GCS : E :4,
M : 6, V :5. Di lakukan tindakan mandiri tanda-tanda vital TD 117/43
mmHg, N 58 x/menit, RR 21 x/menit, Suhu 36,6°c, Skala nyeri 2-3, di
temukan masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan insisi
sekunder pada TUR-P, resiko tinggi cedera pendarahan berhubungan
dengan tindakan pembedahan dan resiko gangguan pola eliminasi
berhubungan dengan obstruksi sekunder dari TUR-P bekuan darah, di
lakukan tindakan mandiri mengajarkan teknik relaksasi napas dalam, serta
di lakukan tindakan kolaborasi pemasangan ivfd RL 24 jam/kolf,
pemberian terapi obat ranitidine 2x1 ampul, ketorolac 30 mg, vitamin k 10
mg, pemeriksaan EKG. Dari dr.
19

Pada tanggal 02 oktober 2018 pukul 08.00 dilakukan pengkajian kembali.

3. Riwayat keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh nyeri saaat buang air kecil, susah buang aiar kecil,
nyeri timbul ketika klien ingiin buang air kecil. Timbulnya bertahap,
lamanya kurang lebih 2 menit. Upaya klien mengatasi nyerinya dengan
pasang kateter dan minum obat.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan sebelumnya memiliki riwayat penyakit jantung, post
operasi katup jantung pada tahun 2014. Klien mengatakan tidak
memiliki alergi obat, makanan, binatang maupun lingkungan. Klien
mengatakan sebelumnya pernah mengkonsumsi obat avordart via oral.
c. Riwayat kesehatan keluarga
20

Keterangan:

: Meninggal : Perempuan
: Sehat : Garis
pernikahan
: Laki-laki : Garis keturunan

: Tinggal serumah : Klien


: Bercerai

Tn. M anak ke 2 dari 4 beraudara. Kakek dan nenek dari kedua orang tua Tn.
M sudah meninggal, Orang tua Tn. M sudah meninggal. Kakak pertama Tn. M
adalah laki-laki, adik pertama Tn. M adalah perempuan dan adik kedua Tn. M
adalah perempuan.

Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor
resiko yaitu jantung. Riwayat psikososial dan spiritual, orang yang terdekat
dengan klien adalah istri nya. Pola komunikasi verbal dan non verbal, Pembuat
keputusan musyawarah, kegiatan masyarakat tidak ada. Dampak penyakit klien
terhadap keluarga adalah isrti klien menjadi khawatir, karena klien post operasi
katurp jantung yang di haruskan dokter minum obat pengencer darah tetapi saat
21

post operasi TUR-P klien berhenti meminum obat pengencer darah sehingga
isri klien mengkhawatirkan jantung suaminya. Masalah yang mempengaruhi
klien yaitu penyakit yang dideritanya sekarang. Mekanisme

koping klien terhadap stress yaitu dengan tidur. Persepsi klien terhadap
penyakitnya, hal yang sangat dipikirkan saat ini yaitu klien ingin cepat pulang.
Harapan setelah menjalani perawatan klien ingin cepat sembuh dan dapat
beraktivitas kembali serta tidak masuk rumah sakit lagi. Perubahan yang klien
rasakan setelah jatuh sakit yaitu klien merasa lebih sepi karena jarang bertemu
anaknya dan masih terasa nyeri pada posy operasi TUR-P. System nilai,
kepercayaan nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan tidak ada.
Aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan yaitu sholat dan mengaji.
Kondisi lingkungan rumah klien tinggal di lingkungan yang bersih.

Pola kebiasaan klien sehari-hari sebelum masuk rumah sakit : pola nutrisi;
frekuensi makan 2-3x/hari nafsu makan baik, porsi makan yang dihabiskan 1
porsi, tidak ada makanan yang tidak disukai, tidak ada makanan yang membuat
alergi,tidak ada makanan pantang tetapi jika makan makanan yg berlemak di
kurangi karena ada riwayat penyakit jantung, tidak ada makanan diet, tidak
menggunakan alat bantu makan (NGT). Pola eliminasi : Pola eliminasi BAK
tidak tentu, warna kuning kental, ada keluhan yaitu nyeri di penis nya,
menggunakan alat bantu kateter. BAB frekuensinya 1-2 x/hari, waktu tidak
dapat ditentukan, bewarna kuning kecoklatan dan konsistensi feses ½ padat,
tidak ada keluhan, tidak menggunakan alat bantu laxatif. Waktu mandi 2x/hari,
waktu pagi dan sore. Cuci rambut seminggu 3x/hari. Pola istirahat dan tidur
siang, pada malam hari klien tidur 7-8 jam/hari, siang hari tidur 2 jam/hari,
tidak ada kebiasaan sebelum tidur. Pola aktivitas dan latihan pagi sampai siang
kegiatan, tidak ada olahraga, tidak ada keluhan dalam aktivitas. Klien tidak
menggunakan/mengkonsumsi minuman keras yang dapat mempengaruhi
kesehatan klien.
22

Pola kebiasaan klien di Rumah Sakit pola nutrisi dan frekuensi makan 3x/hari,
nafsu makan baik, porsi makan habis 1 porsi, tidak ada makanan yang
membuat alergi, makanan pantangan tidak ada, makanan dengan diit Tim 1700
KKAL NON DM, tidak menggunakan alat bantu (NGT). Pola eliminasi BAK
tidak tentu, warna kuning kental, ada keluhan yaitu nyeri di penis nya,
menggunakan alat bantu kateter. BAB frekuensi 1x/hari waktu tidak tentu,
warna kuning kecoklatan. Konsistensi feses ½ padat, tidak ada keluhan, tidak
menggunakan laxatif. Pola personal hygiene mandi frekuensi 2x/hari, waktu
pagi dan sore hari, pola istirahat, lama tidur siang 1-2 jam/hari. Lama tidur
malam 9 jam/hari, tidak ada kebiasaan sebelum tidur. Pola aktivitas dan
istirahat, tidak bekerja, berolahraga, tidak ada kebiasaan yang mempengaruhi
kesehatan, tidak

merokok, tidak meminum minuman keras. Kebutuhan aktivitas sehari klien


dengan mandiri.

4. Pengkajian fisik

Hasil pengkajian tanggal 02 oktober 2018 pukul 08.00 WIB didapatkan data
sebagai berikut : berat badan sebelum sakit 68 kg, selama sakit 68 kg tinggi
badan 170 cm. Tekanan darah 136/76 mmHg, nadi 74 x/menit, frekuensi nafas
20 x/menit, suhu tubuh 36 0C, keadaan umum sedang, tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening.

Pada sistem penglihatan : posisi mata simetris, kelopak mata normal,


pergerakan bola mata normal, konjungtiva merah muda, kornea normal, sklera
ikterik, pupil isokor, tidak ada kelainan pada otot mata, fungsi penglihatan
baik, tidak ada tanda-tanda radang. Memakai kaca mata, tidak memakai kontak
lensa, dan reaksi terhadap cahaya baik.
23

Pada system pendengaran : kondisi telinga tengah normal, tidak ada cairan
telinga dan tidak ada perasaan penuh ditelinga, fungsi pendengaran normal,
tidak ada tinnitus dan otalgia, gangguan keseimbangan tidak ada dan tidak
memakai alat bantu pendengaran, sistem wicara normal.

Pada sistem pernafasan : jalan nafas bersih, tidak ada sesak, frekuensi
pernafasan 20x/menit, irama teratur, tidak ada batuk, palpasi dada simetris,
tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, perkusi dada sonor, suara nafas
vesikuler, tidak ada nyeri saat bernafas, tidak menggunakan alat bantu nafas.

Sistem kardiovaskuler : nadi 90x/menit, irama teratur, denyut kuat, tekanan


darah 111/65 mmHg, tidak ada distensi vena jugularis, temperatur kulit hangat,
warna kulit pucat, pengisian kapiler 2-3 detik, tidak ada edema pada kedua
kaki, sirkulasi jantung kecepatan apical jantung 120x/menit, irama teratur,
tidak ada kelainan bunyi jantung, sakit dada tidak ada.

Pada sistem hematologi : tidak mengalami gangguan hematologi, tidak ada


pucat, tidak ada pendarahan, sistem syaraf pusat : tidak ada keluhan sakit
kepala, tingkat kesadaran komposmentis, GCS (Glas Glow Coma Seale) : E:4,
M:6, V:5, tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, tidak ada gangguan sistem
persyarafan, pemeriksaan refleks : reflek fisiologis normal, reflek patologis
tidak ada.

Sistem pencernaan : gigi tidak ada caries, tidak menggunakan gigi palsu, tidak
ada stomatitis, lidah tidak kotor, saliva normal, selera makan baik, tidak ada
muntah, tidak ada nyeri pada perut, bising usus 4x/menit, diare tidak ada, ada
konstipasi, ada penggunaan laxative, hepar tidak teraba, abdomen distensi,
lingkar abdomen 90 cm, tidak terpasang NGT.
24

Pada sistem endokrin : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak bau
keton, tidak ada luka ganggren.

Sistem urogenital : balance cairan, intake 1600cc, output 1800cc, warna urine
kuning jernih, tidak ada distensi/ketegangan kandung kemih, tidak ada keluhan
sakit pinggang dan menggunakan alat bantu kateter, waktu pemasangan nya
sebelum di rawat di Rumah Sakit pelni sudah menggunakan kateter.

Pada sistem integumen : turgor kulit elastis, temperatur kulit hangat, warna
kulit pucat, tidak ada kelainan kulit, klien terpasang threeway, keadaan tekstur
rambut baik dan bersih, ada insisi operasi di dada dan penis.

Pada sistem muskuloskeletal : tidak ada keluhan dalam pergerakan, tidak ada
sakit pada tulang, sendi, tidak ada fraktur, tidak ada kelainan pada bentuk
tulang dan sendi, tidak ada kelainan pada struktur tulang belakang, keadaan
tonus otot baik, kekuatan otot:

5555 5555

5555 5555

Data tambahan: klien tahu dan paham tentang penyakitnya sehingga membuat
klien rutin minum obat.

5. Data penunjang

Hasil pemerikasaan laboratorium tanggal 02 oktober 2018 : Hemoglobin 15,2


g/dl (13,5-18), Leukosit 8,10.103/ul (5,0-10,0), limfosit 38% (20-30),
neutrophil 52% (50-70), Trombosit 195 103/ul (150-450), Hematokrit 47,2%
(38-54), Eritrosit 5,31 juta/μL (4,5-5,5), Natrium 143 mmol/L (134-146),
Kalium 3,2 mmol/L (3,4-4,5), Chlorida 103 mmol/L (96-108).
25

6. Penatalaksanaan medis
a) Terapi farmakologi
1. Terapi oral
Candesertan 8 mg tab
Bisoprolol fumarate 5 mg tab
Capsul campur : narnal 0,2 mg 1, vit 10,2 1, urogetil
1x1, urotratcthin 1.
2. Terapi injeksi
Vitamin k 10 mg/ml
Ranitidine 50 mg/ml
Metronidazole 5 mg/ml infus 100 ml
Ketorolac 30 mg/ml inj 1 ml
Ceftriaxone 1000 mg
Asam traneksamat 500 mg
3. Terapi diit
Tim 1700 KKAL NON DM

7. Data fokus

Data subyektif : klien mengatakan nyeri di bagian penis nya post operasi TUR-
P, klien mengatakan nyeri saat BAB dan mengeluarkan darah di penis karena
tidak sengaja mengedan.

Data obyektif : kesadaran composmentis, akral hangat, wajah klien tampak


tidak rileks karena menahan nyeri saat bercerita tentang nyeri nya, konjungtiva
anemis, P: adanya luka insisi sekunder, Q: seperti ditusuk-tusuk, R: di penis, S:
2-3, T: hilang timbul. TD : 136/76 mmHg, Nadi : 74 x/menit, Pernapasan : 20
x/menit, Suhu : 36.0C, SPO2 : 98%. Makan klien habis 1 porsi, BB setelah
masuk RS = 68 kg, IMT = 23.5 (normalnya 18,5 – 24,9).
26

8. Analisa data
No Data Masalah Etiologi
1 DS : Nyeri akut Insisi sekunder
klien mengatakan nyeri di pada TUR-P
bagian penis nya post operasi
TUR-P, klien mengatakan
nyeri saat BAB dan
mengeluarkan darah di penis
karena tidak sengaja
mengejan.
DO :
P : adanya luka insisi sekunder
Q : seperti tertusuk-tusuk
R : di penis
S : 2-3
T : hilang timbul
2 DS : Resiko tinggi Tindakan
Klien mengatakan saat BAB cedera pendarahan pembedahan
menetes darah di penis nya
karena tidak sengaja
mengedan.
DO :
Klien tampak gelisah saat
memberitahu keadaan nya.
Td : 136/76 mmHg, N :
74x/menit, P : 20x/menit, S :
360C.
3 DS : Resiko gangguan Obstruksi
pola eliminasi sekunder dari
TUR-P bekuan
DO : darah.
Klien dilakukan irigasi
kateter.
27

B Diagnose keperawatan
1. Nyeri akut b.d Insisi sekunder pada TUR-P
2. Resiko tinggi cedera pendarahan b.d tindakan pembedahan
3. Resiko gangguan pola eliminasi b.d Obstruksi sekunder dari TUR-P bekuan
darah.
C Rencana keperawatan
1. Nyeri akut b.d Insisi sekunder pada TUR-P
Data Subyektif : klien mengatakan nyeri di bagian penis nya post operasi
TUR-P, klien mengatakan nyeri saat BAB dan mengeluarkan darah di penis
karena tidak sengaja mengejan.
Data Obyektif : P : adanya luka insisi sekunder, Q : seperti tertusuk-tusuk, R :
di penis, S : 2-3, T : hilang timbul.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri
teratasi
Kriteria Hasil :
a) Klien mengatakan nyeri sudah hilang/berkurang
b) Skala nyeri 0-1
c) Klien dapat istirahat
d) Ekspresi wajah klien tampak rileks
e) Tekanan darah normal (100-120/80-90 mmHg)
f) Nadi 60-100 x/menit
g) Suhu 36,5 – 37,50C
Rencana Tindakan :
a) Observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam (06.00;12.00; 18.00; 24.00)
R/ mengetahui perubahan status kesehatan klien
b) Berikan posisi nyaman sesuai kebutuhan pasien
R/ posisi membantu mengurangi tingkat skala nyeri
c) Ajarkan dan anjurkan klien menggunakan teknik relaksasi untuk
mengurangi nyeri
R/ mengalihkan nyeri tanpa obat
28

d) Anjurkan klien mengurangi aktivitas saat nyeri muncul


R/ mengurangi tekanan pada lokasi nyeri
e) Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik
R/ mengurangi nyeri
Pelaksanaan Keperawatan
Tanggal : 02 oktober 2018
Pukul 06.00 menjemput pasien dari ICU. 06.20 mengobservasi TTV, TD:
111/65 mmHg, N: 76 x/menit; R: 20x/menit, Suhu: 36,00C. Pukul 08.00
melakukan perawatan infus, infus rapi, tidak ada phlebitis. Pukul 9.30
mengajarkan teknik relaksasi, klien mengatakan sudah mengerti tentang teknik
napas dalam dan dapat mempraktekkannya. Pukul 12.00 mengukur TTV, TD:
120/60, N: 70, R: 20, Suhu: 36,3, SN: 2-3. Pukul
12.35 memberikan makan siang. Pukul 13.00 mengobservasi klien, klien
sedang tidur, ada anaknya yang menunggu, kesadaran composmentis. 16.00
memberikan obat sore (vit k 10 mg/ml inj, ranitidine 50 mg inj, ketorolac 50
mg inj, capsul campur via oral).
Pukul 17.00 mengobservasi TTV, TD 115/70, N: 70, Suhu: 36,5, SN: 2-3, GCS
15 composmentis. Pukul 18.30 memberikan obat malam (ranitidine 50 mg inj,
ketorolac 50 mg inj), obatmasuk ke iv klien dengan lancer. Pukul 19.00
mengobservasi klien, klien sedang duduk ngobrol dengan keluarganya,
kesadaran composmentis, akral hangat, tidak ada phlebitis).
Evaluasi Keperawatan:
Tanggal 02 oktober 2018
Subjektif: Klien mengatakan masih nyeri di daerah post operasi TUR-P
Objektif: Klien tampak tenang, wajah rileks, TD 115/70, N: 70, Suhu: 36,5,
SN: 3-2, GCS 15 composmentis
Analisa : Tujuan tercapai sebagian dan masalah teratasi sebagian
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
29

a) Observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam (06.00;12.00; 18.00; 24.00)


b) Berikan posisi nyaman sesuai kebutuhan pasien
c) Ajarkan dan anjurkan klien menggunakan teknik relaksasi untuk
mengurangi nyeri
d) Anjurkan klien mengurangi aktivitas saat nyeri muncul
e) Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik

2. Resiko tinggi cedera pendarahan b.d tindakan pembedahan


Data Subyektif : Klien mengatakan saat BAB menetes darah di penis nya
karena tidak
sengaja mengedan.
Data Obyektif : Klien tampak gelisah saat memberitahu keadaan nya.
Td : 136/76 mmHg, N : 74x/menit, P : 20x/menit, S : 360C.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam napas
kembali efektif
Kriteria Hasil :
a) Klien tidak menunjukan tanda-tanda pendarahan
b) Tanda-tanda vital dalam jumlah normal
c) Urine lancer lewat kateter
Rencana Tindakan :
a) Observasi tanda-tanda vital (07.30, 11.00, 15.00, 21.00)
b) Jelaskan pada kliententang sebab terjadi pendarahan setelah pembedahan
dan tana-tanda pendarahan
c) Irigasi aliran kateter jika terdeteksi gumpalan dalam saluran kateter
d) Sediakan diet makanan tinggi serat dan berikan obat pencahar untuk
memudahkan defekasi
e) Anjurkan mobilisasi aktif
30

Pelaksanaan Keperawatan

Tanggal : 03 oktober 2018


Pukul 06.00 mengobservasi TTV, TD: 111/65 mmHg, N: 76 x/menit; R:
20x/menit, Suhu: 36,00C. Pukul 08.00 melakukan perawatan infus, infus rapi,
tidak ada phlebitis. Pukul 9.30 mengajarkan teknik relaksasi, klien mengatakan
sudah mengerti tentang teknik napas dalam dan dapat mempraktekkannya.
Pukul 12.00 mengukur TTV, TD: 120/60, N: 70, R: 20, Suhu: 36,3, SN: 2-3.
Pukul 12.35 memberikan makan siang. Pukul 13.00 mengobservasi klien,
klien sedang tidur, ada anaknya yang menunggu, kesadaran composmentis.
16.00 memberikan obat sore (vit k 10 mg/ml inj, ranitidine 50 mg inj, ketorolac
50 mg inj, capsul campur via oral).
Pukul 17.00 mengobservasi TTV, TD 115/70, N: 70, Suhu: 36,5, SN: 2-3, GCS
15 composmentis. Pukul 18.30 memberikan obat malam (ranitidine 50 mg inj,
ketorolac 50 mg inj), obatmasuk ke iv klien dengan lancer. Pukul 19.00
mengobservasi klien, klien sedang duduk ngobrol dengan keluarganya,
kesadaran composmentis, akral hangat, tidak ada phlebitis).

Evaluasi Keperawatan:
Tanggal 03 oktober 2018
Subjektif : klien mengatakan sudah tidak ada darah lagi yang menetes di penis
nya.
Objektif: Klien tampak tenang, wajah rileks, TD 115/70, N: 70, Suhu: 36,5,
SN: 3-2, GCS 15 composmentis
Analisa : Tujuan tercapai sebagian dan masalah teratasi sebagian
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
f) Observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam (06.00;12.00; 18.00; 24.00)
g) Berikan posisi nyaman sesuai kebutuhan pasien
31

h) Anjurkan mobilisasi aktif

3. Resiko Gangguan Pola Eliminasi Obstruksi sekunder dari TUR-P bekuan


darah.
Data Subyektif :
Data Obyektif : klien sudah tidak di lakukan irigasi kateter
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri
teratasi
Kriteria Hasil :
a) Klien dapat berkemih dalam jumlah normal tanpa retensi
b) Tidak terdapat bekuan darah sehingga urine lancer lewat kateter
c) Skala Observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam (06.00;12.00; 18.00; 24.00)
Pelaksanaan Keperawatan
Tanggal : 04 oktober 2018
06.20 mengobservasi TTV, TD: 111/65 mmHg, N: 76 x/menit; R: 20x/menit,
Suhu: 36,00C. Pukul 08.00 melakukan perawatan infus, infus rapi, tidak ada
phlebitis. Pukul 9.30 mengajarkan teknik relaksasi, klien mengatakan sudah
mengerti tentang teknik napas dalam dan dapat mempraktekkannya. Pukul
12.00 mengukur TTV, TD: 120/60, N: 70, R: 20, Suhu: 36,3, SN: 2-3. Pukul
12.35 memberikan makan siang. Pukul 13.00 mengobservasi klien, klien
sedang tidur, ada anaknya yang menunggu, kesadaran composmentis. 16.00
memberikan obat sore (vit k 10 mg/ml inj, ranitidine 50 mg inj, ketorolac 50
mg inj, capsul campur via oral).
Pukul 17.00 mengobservasi TTV, TD 115/70, N: 70, Suhu: 36,5, SN: 2-3, GCS
15 composmentis. Pukul 18.30 memberikan obat malam (ranitidine 50 mg inj,
ketorolac 50 mg inj), obatmasuk ke iv klien dengan lancer. Pukul 19.00
mengobservasi klien, klien sedang duduk ngobrol dengan keluarganya,
kesadaran composmentis, akral hangat, tidak ada phlebitis).

Evaluasi Keperawatan:
Tanggal 04 oktober 2018
Subjektif: klien mengatakan tidak ada keluhan
32

Objektif: sudah tidak di lakukan irigasi kateter


Analisa : Tujuan tercapai sebagian dan masalah teratasi sebagian
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
a) Observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam (06.00;12.00; 18.00; 24.00)
b) Kaji output urine dan karakteristik nya
c) Anjurkan klien mobilisasi akti
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang terjadi antara teori
dan kasus yang ada pada klien dan faktor pendukung dan penghambat dalam
melakukan asuhan keperawatan pada klien Tn. M dengan “Asuhan Keperawatan
pada kilen Tn. M dengan Benigna Prostat Hyperplasia Di Ruang New Bougenville 4
Rumah Sakit Pelni Jakarta” selama 3 hari. Asuhan keperawatan dimulai dari tanggal
02 Oktober 2018 sampai 04 Oktober 2018. Dalam memberikan asuhan keperawatan
pada Tn. M secara komprehensif melalui pendekatan proses keperawatan yang
dimulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
keperawatan.

A Pengkajian keperawatan

Pada teori pnyebab BPH (Benigna hyperplasia prostat) belum ditemukan secara jelas
akan tetapi ada salah satu faktor resiko yang dapat memicu terjadinya BPH yaitu
adanya proses penuaan, dimana kadar testosteron serum menurun, dan kadar
estrogen serum meningkat. Estrogen/androgen yang lebih tinggi akan merangsang
hiperplasia jaringan prostat, adanya pembesaran tersebut dapat terjadi kelenjar
prostat membesar, memanjang kearah depan kedalam kandung kemih dan
menyumbat aliran keluar urin dapat mengakibatkan hidronefrosis dan hidroureter.
Tidak terdapat kesenjangan pada teori dan kasus tersebut.

Tanda dan gejala yang sesuai dengan teori dan kasus adalah inkontenensia, bak
terrsedat-sedat, BAK terasa sakit, nyeri perut bagian baewah daerah simpisis, BAK
bercampur darah sejak 3 hari yang lalu. Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
kasus.

Penatalaksanaan medis secara farmakoterapi yaitu Antagonis reseptor adrenergik-α


(tamusalosin) bertujuan menghambat kontraksi otot polos prostat sehingga
mengurangi resistensi tonus leher buli-buli dan uretra. Doksazosin dan terazosin
golongan alfa bloker bertujuan untuk menurunkan tekanan darah pasien yang terkena

33
34

BPH dengan hipertensi. Vitamin K golongan anti koagulan, Ranitidin golongan anti
emetik, metronidazole golongan anti mikroba 3x5 mg/ml oplos NaCl 100 ml
meropenem golongan antibiotik jenis bet laktam, furosemide golongan diuretik,
digoxin golongan alfa blocker, asam traneksamat golongan anti fibrinolitik, Non
farmakotherapy terdapat kesenjangan yang ada pada kasus namun tidak ada pada
teori, adalah memberikan posisi semi fowler unuk mengurangi rasa nyeri.

Pemeriksaan diagnostik yang pada teori dan kasus yaitu : pemeriksaan Lab:

Hemoglobin 15,2 g/dl (13,5-18), Leukosit 8,10 103/ul (5,0-10,0), 195t 83.103/ul
(150-450), Hematokrit 47,2% (38-54), Eritrosit 5,3 juta/μL (4,5-5,5), Bilirubin total
7,10 mg/dL (0,1-1,2), Bilirubin Direk 5,14 mg/dl (0-0,2), Natrium 143 mmol/L (134-
146), Kalium 3,2 mmol/L (3,4-4,5), Chlorida 103 mmol/L (96-108).. Tidak ada
kesenjangan antara kasus maupun teori.

Pada tahap ini pengkajian keperawatan penulis tidak menemukan penghambat pada
saat berkomunikasi dengan klien maupun keluarga klien untuk mendapatkan data
pada proses pengkajian keperawatan, faktor pendukung yaitu klien sangat kooperatif
dalam memberikan data mengenai penyakit yang dialaminya, adanya catatan
keperawatan dan hasil pemeriksaan diagnostik sehingga membantu penulis
memperoleh data.
35

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang ada pada teori dan kasus adalah Nyeri akut b/d Insisi
sekunder pada TUR-P, dan Resiko tinggi cedera pendarahan b/d Tindakan
pembedahan, dan Resiko gangguan pola eliminasi b/d Obstruksi sekunder dari
TUR-P bekuan darah.

yang ada pada teori namun tidak ada pada kasus adalah Perubahan pola eliminasi
urine berhubungan dengan obstruksi sekunder dari TUR-P : bekuan darah,
edema, Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive : alat selama
pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih sering, Resiko disfungsi seksual
berhubungan dengan ketakutan akan impoten akibat dari TUR-P.

tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.

Pada tahap ini penulis tidak menemukan penghambat, faktor pendukung klien
dan keluarga serta data-data pengkajian keperawatan dan adanya referensi yang
cukup untuk menunjang diagnosa tersebut

C. Perencanaan Keperawatan
Pada tahap ini perencanaan keperawatan 3 diagnosa keperawatan yang ditemukan
pada kasus dan sesuai dengan teori yaitu adalah Nyeri akut b/d Insisi sekunder
pada TUR-P, Resiko tinggi cedera pendarahan b/d Tindakan pembedahan, dan
Resiko gangguan pola eliminasi b/d Obstruksi sekunder dari TUR-P bekuan
darah.

Pada diagnosa pertama sesuai dengan teori Nyeri (akut) b/d Insisi sekunder pada
TURP, Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan klien dapat mengontrol nyeri Kriteria hasil : nyeri hilang, tampak
rileks, mampu istirahat dengan baik, tanda-tanda vital dalam batas normal : TD
normal 110/70-130/80 mmHg, Suhu 36,5-37,5OC, Nadi 80-100x/menit, Respirasi
18-20x/menit, Skala Nyeri 0, perencanaan yang sesuai dengan teori adalah Kaji
nyeri : lokasi, karakteristik, kualitas dan intensitas (skala 5-6), Berikan teknik
relaksasi, Plester selang drainase pada paha dan kateter pada abdomen,
Pertahankan tirah baring bila diindikasikan, Kolaborasikan dengan tim dokter
dalam pemberian obat analgetik,
36

pada diagnosa kedua Resiko tinggi cedera pendarahan b.d tindakan pembedahan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan klien Klien
tidak menunjukan tanda-tanda pendarahan

Tanda-tanda vital dalam jumlah normal


Urine lancer lewat kateter.

Pada diagnosa ketiga Resiko Resiko Gangguan Pola Eliminasi Obstruksi sekunder
dari TUR-P bekuan darah.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam diharapkan

Klien dapat berkemih dalam jumlah normal tanpa retensi, Tidak terdapat bekuan
darah sehingga urine lancer lewat kateter, Skala Observasi tanda-tanda vital tiap 6
jam (06.00;12.00; 18.00; 24.00)

D. Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan pada tahap pelaksanaan keperawatan penulis telah


melaksanakan tindakan sesuai dengan yang sudah direncanakan terdapat
kesenjangan pada teori dan kasus yang ada pada kasus. Pada diagnosa prioritas
yaitu :

Nyeri (akut) b/d Insisi sekunder pada TURP

Tanggal : 02 oktober 2018


Pukul 06.00 menjemput pasien dari ICU. 06.20 mengobservasi TTV, TD:
111/65 mmHg, N: 76 x/menit; R: 20x/menit, Suhu: 36,00C. Pukul 08.00
melakukan perawatan infus, infus rapi, tidak ada phlebitis. Pukul 9.30
mengajarkan teknik relaksasi, klien mengatakan sudah mengerti tentang teknik
napas dalam dan dapat mempraktekkannya. Pukul 12.00 mengukur TTV, TD:
120/60, N: 70, R: 20, Suhu: 36,3, SN: 2-3. Pukul 12.35 memberikan makan
siang. Pukul 13.00 mengobservasi klien, klien sedang tidur, ada anaknya yang
menunggu, kesadaran composmentis. 16.00 memberikan obat sore (vit k 10
mg/ml inj, ranitidine 50 mg inj, ketorolac 50 mg inj, capsul campur via oral).
Pukul 17.00 mengobservasi TTV, TD 115/70, N: 70, Suhu: 36,5, SN: 2-3, GCS
15 composmentis. Pukul 18.30 memberikan obat malam (ranitidine 50 mg inj,
37

ketorolac 50 mg inj), obatmasuk ke iv klien dengan lancer. Pukul 19.00


mengobservasi klien, klien sedang duduk ngobrol dengan keluarganya,
kesadaran composmentis, akral hangat, tidak ada phlebitis).

Resiko tinggi cedera pendarahan b.d tindakan pembedahan


Tanggal : 03 oktober 2018
Pukul 06.00 mengobservasi TTV, TD: 111/65 mmHg, N: 76 x/menit; R:
20x/menit, Suhu: 36,00C. Pukul 08.00 melakukan perawatan infus, infus rapi,
tidak ada phlebitis. Pukul 9.30 mengajarkan teknik relaksasi, klien mengatakan
sudah mengerti tentang teknik napas dalam dan dapat mempraktekkannya. Pukul
12.00 mengukur TTV, TD: 120/60, N: 70, R: 20, Suhu: 36,3, SN: 2-3. Pukul
12.35 memberikan makan siang. Pukul 13.00 mengobservasi klien, klien sedang
tidur, ada anaknya yang menunggu, kesadaran composmentis. 16.00
memberikan obat sore (vit k 10 mg/ml inj, ranitidine 50 mg inj, ketorolac 50 mg
inj, capsul campur via oral).
Pukul 17.00 mengobservasi TTV, TD 115/70, N: 70, Suhu: 36,5, SN: 2-3, GCS
15 composmentis. Pukul 18.30 memberikan obat malam (ranitidine 50 mg inj,
ketorolac 50 mg inj), obatmasuk ke iv klien dengan lancer. Pukul 19.00
mengobservasi klien, klien sedang duduk ngobrol dengan keluarganya,
kesadaran composmentis, akral hangat, tidak ada phlebitis).

Resiko Gangguan Pola Eliminasi Obstruksi sekunder dari TUR-P bekuan darah.
Tanggal : 04 oktober 2018
06.20 mengobservasi TTV, TD: 111/65 mmHg, N: 76 x/menit; R: 20x/menit,
Suhu: 36,00C. Pukul 08.00 melakukan perawatan infus, infus rapi, tidak ada
phlebitis. Pukul 9.30 mengajarkan teknik relaksasi, klien mengatakan sudah
mengerti tentang teknik napas dalam dan dapat mempraktekkannya. Pukul 12.00
mengukur TTV, TD: 120/60, N: 70, R: 20, Suhu: 36,3, SN: 2-3. Pukul 12.35
memberikan makan siang. Pukul 13.00 mengobservasi klien, klien sedang tidur,
ada anaknya yang menunggu, kesadaran composmentis. 16.00 memberikan obat
sore (vit k 10 mg/ml inj, ranitidine 50 mg inj, ketorolac 50 mg inj, capsul
campur via oral).
Pukul 17.00 mengobservasi TTV, TD 115/70, N: 70, Suhu: 36,5, SN: 2-3, GCS
15 composmentis. Pukul 18.30 memberikan obat malam (ranitidine 50 mg inj,
38

ketorolac 50 mg inj), obatmasuk ke iv klien dengan lancer. Pukul 19.00


mengobservasi klien, klien sedang duduk ngobrol dengan keluarganya,
kesadaran composmentis, akral hangat, tidak ada phlebitis).

E. Evaluasi Keperawatan

Pada tahap evaluasi keperawatan penulis melakukan evaluasi keperawatan setelah


melakukan tindakan selama 3 hari, penulis mengacu pada tujuan dan kriteria hasil
yang terdapat pada perencanaan keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan

Evaluasi keperawatan untuk diagnosa Nyeri (akut) b/d Insisi sekunder pada TURP

Tanggal : 02 oktober 2018

Subjektif: Klien mengatakan masih nyeri di daerah post operasi TUR-P


Objektif: Klien tampak tenang, wajah rileks, TD 115/70, N: 70, Suhu: 36,5, SN:
3-2, GCS 15 composmentis
Analisa : Tujuan tercapai sebagian dan masalah teratasi sebagian
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan

klien mengatakan masih nyeri pada di daerah post operasi TUR-P, Klien tampak
tenang, wajah rileks, TD 115/70, N: 70, Suhu: 36,5, SN: 3-2, GCS 15
composmentis, Tujuan tercapai sebagian dan masalah teratasi sebagian, Intervensi
dilanjutkan, Observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam (06.00;12.00; 18.00; 24.00,
Berikan posisi nyaman sesuai kebutuhan pasien, Ajarkan dan anjurkan klien
menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri, Anjurkan klien
mengurangi aktivitas saat nyeri muncul, Kolaborasi dalam pemberian obat
analgetik.

Diagnosa kedua Resiko tinggi cedera pendarahan b.d tindakan pembedahan

Tanggal 03 oktober 2018


klien mengatakan sudah tidak ada darah lagi yang menetes di penis nya, Klien
tampak tenang, wajah rileks, TD 115/70, N: 70, Suhu: 36,5, SN: 3-2, GCS 15
composmentis, Tujuan tercapai sebagian dan masalah teratasi sebagian Intervensi
39

dilanjutkan, Observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam (06.00;12.00; 18.00; 24.00),


Berikan posisi nyaman sesuai kebutuhan pasien, Anjurkan mobilisasi aktif

Diagnosa ketiga Resiko Gangguan Pola Eliminasi Obstruksi sekunder dari TUR-P
bekuan darah

Tanggal 04 oktober 2018


klien mengatakan tidak ada keluhan, sudah tidak di lakukan irigasi kateter, Tujuan
tercapai sebagian dan masalah teratasi sebagian, Intervensi dilanjutkan, Observasi
tanda-tanda vital tiap 6 jam (06.00;12.00; 18.00; 24.00), Kaji output urine dan
karakteristik nya, Anjurkan klien mobilisasi aktif.
BAB V
PENUTUP

Setelah penulis menerapkan Asuhan Keperawatan pada Tn. M berikut ini penulis dapat
menyimpulkan sebagai berikut dengan Post Operasi TUR BPH di ruang New
Bougenville 4 di Rumah Sakit Pelni Jakarta selama 3 hari dari tanggal 02 Oktober 2018
sampai dengan 04 Oktober 2018 maka penulis dapat menarik kesimpulan dan saran

A. Kesimpulan

1. Pengkajian Keperawatan

Pada tahap pengkajian Tn. M dirawat dengan Beningn Prostatic Hyperplasia


(BPH). Tanda dan gejala yang sesuai dengan teori dan kasus adalah Anuria,
BAK tersedat-sedat dan terasa sakit, nyeri saat BAB dan mengeluarkan darah di
penis karena tidak sengaja mengejan.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang ada pada teori dan kasus adalah


Nyeri akut b/d Insisi sekunder pada TUR-P, Resiko tinggi cedera pendarahan b/d
Tindakan pembedahan, Resiko gangguan pola eliminasi b/d Obstruksi sekunder
dari TUR-P bekuan darah.

3. Perencanaan Keperawatan

Pada tahap ini perencanaan keperawatan 3 diagnosa keperawatan yang


ditemukan pada kasus dan sesuai dengan teori yaitu adalah Nyeri akut b/d Insisi
sekunder pada TUR-P, Resiko tinggi cedera pendarahan b/d Tindakan
pembedahan, Resiko gangguan pola eliminasi b/d Obstruksi sekunder dari TUR-
P bekuan darah.

Pada diagnosa pertama sesuai dengan teori yaitu nyeri akut b.d Insisi sekunder
pada TUR-P

40
41

klien mengatakan nyeri di bagian penis nya post operasi TUR-P, klien
mengatakan nyeri saat BAB dan mengeluarkan darah di penis karena tidak
sengaja mengejan., P : adanya luka insisi sekunder, Q : seperti tertusuk-tusuk, R :
di penis, S : 2-3, T : hilang timbul, tujuan nya Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam nyeri teratasi, dengan kriteria hasil Klien
mengatakan nyeri sudah hilang/berkurang, Skala nyeri 0-1, Klien dapat istirahat,
Ekspresi wajah klien tampak rileks, Tekanan darah normal (100-120/80-90
mmHg), Nadi 60-100 x/menit, Suhu 36,5 – 37,50C, dengan rencana, Observasi
tanda-tanda vital tiap 6 jam (06.00;12.00; 18.00; 24.00), Berikan posisi nyaman
sesuai kebutuhan pasien, Ajarkan dan anjurkan klien menggunakan teknik
relaksasi untuk mengurangi nyeri, Anjurkan klien mengurangi aktivitas saat nyeri
muncul, Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik.

Pelaksanaan Keperawatan
Tanggal : 02 oktober 2018
Pukul 06.00 menjemput pasien dari ICU. 06.20 mengobservasi TTV, TD: 111/65
mmHg, N: 76 x/menit; R: 20x/menit, Suhu: 36,00C. Pukul 08.00 melakukan
perawatan infus, infus rapi, tidak ada phlebitis. Pukul 9.30 mengajarkan teknik
relaksasi, klien mengatakan sudah mengerti tentang teknik napas dalam dan
dapat mempraktekkannya. Pukul 12.00 mengukur TTV, TD: 120/60, N: 70, R:
20, Suhu: 36,3, SN: 2-3. Pukul 12.35 memberikan makan siang. Pukul 13.00
mengobservasi klien, klien sedang tidur, ada anaknya yang menunggu, kesadaran
composmentis. 16.00 memberikan obat sore (vit k 10 mg/ml inj, ranitidine 50 mg
inj, ketorolac 50 mg inj, capsul campur via oral).
Pukul 17.00 mengobservasi TTV, TD 115/70, N: 70, Suhu: 36,5, SN: 2-3, GCS
15 composmentis. Pukul 18.30 memberikan obat malam (ranitidine 50 mg inj,
ketorolac 50 mg inj), obatmasuk ke iv klien dengan lancer. Pukul 19.00
mengobservasi klien, klien sedang duduk ngobrol dengan keluarganya, kesadaran
composmentis, akral hangat, tidak ada phlebitis).
42

Evaluasi Keperawatan:
Tanggal 02 oktober 2018
Klien mengatakan masih nyeri di daerah post operasi tur-p, klien tampak tenang,
wajah rileks, td 115/70, n: 70, suhu: 36,5, sn: 3-2, gcs 15 composmentis, tujuan
tercapai sebagian dan masalah teratasi sebagian, intervensi dilanjutkan, observasi
tanda-tanda vital tiap 6 jam (06.00;12.00; 18.00; 24.00), berikan posisi nyaman
sesuai kebutuhan pasien, ajarkan dan anjurkan klien menggunakan teknik
relaksasi untuk mengurangi nyeri, anjurkan klien mengurangi aktivitas saat nyeri
muncul, kolaborasi dalam pemberian obat analgetik.

Pada diagnose kedua yaitu Resiko tinggi cedera pendarahan b.d tindakan
pembedahan
Klien mengatakan saat BAB menetes darah di penis nya karena tidak sengaja
mengedan.
Klien tampak gelisah saat memberitahu keadaan nya, Td : 136/76 mmHg, N :
74x/menit, P : 20x/menit, S : 360C. tujuan nya yaitu Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam napas kembali efektif, dengan kriteria hasil, Klien
tidak menunjukan tanda-tanda pendarahan, Tanda-tanda vital dalam jumlah
normal, Urine lancer lewat kateter dengan rencana tindakan, Observasi tanda-
tanda vital (07.30, 11.00, 15.00, 21.00), Jelaskan pada kliententang sebab terjadi
pendarahan setelah pembedahan dan tana-tanda pendarahan, Irigasi aliran kateter
jika terdeteksi gumpalan dalam saluran kateter, Sediakan diet makanan tinggi
serat dan berikan obat pencahar untuk memudahkan defekasi, Anjurkan
mobilisasi aktif

Pelaksanaan Keperawatan
Tanggal : 03 oktober 2018
Pukul 06.00 mengobservasi TTV, TD: 111/65 mmHg, N: 76 x/menit; R:
20x/menit, Suhu: 36,00C. Pukul 08.00 melakukan perawatan infus, infus rapi,
tidak ada phlebitis. Pukul 9.30 mengajarkan teknik relaksasi, klien mengatakan
43

sudah mengerti tentang teknik napas dalam dan dapat mempraktekkannya. Pukul
12.00 mengukur TTV, TD: 120/60, N: 70, R: 20, Suhu: 36,3, SN: 2-3. Pukul 12.35
memberikan makan siang. Pukul 13.00 mengobservasi klien, klien sedang tidur,
ada anaknya yang menunggu, kesadaran composmentis. 16.00 memberikan obat
sore (vit k 10 mg/ml inj, ranitidine 50 mg inj, ketorolac 50 mg inj, capsul campur
via oral).
Pukul 17.00 mengobservasi TTV, TD 115/70, N: 70, Suhu: 36,5, SN: 2-3, GCS 15
composmentis. Pukul 18.30 memberikan obat malam (ranitidine 50 mg inj,
ketorolac 50 mg inj), obatmasuk ke iv klien dengan lancer. Pukul 19.00
mengobservasi klien, klien sedang duduk ngobrol dengan keluarganya, kesadaran
composmentis, akral hangat, tidak ada phlebitis).

Evaluasi Keperawatan:
Tanggal 03 oktober 2018
Klien mengatakan sudah tidak ada darah lagi yang menetes di penis nya, klien
tampak tenang, wajah rileks, td 115/70, n: 70, suhu: 36,5, sn: 3-2, gcs 15
composmentis
tujuan tercapai sebagian dan masalah teratasi sebagian, intervensi dilanjutkan,
dengan observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam (06.00;12.00; 18.00; 24.00), berikan
posisi nyaman sesuai kebutuhan pasien, anjurkan mobilisasi aktif

Pada diagnose ketiga yaitu Resiko Gangguan Pola Eliminasi Obstruksi sekunder
dari TUR-P bekuan darah.

klien sudah tidak di lakukan irigasi kateter dengan tujuan Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri teratasi, dengan kriteria hasil yaitu
Klien dapat berkemih dalam jumlah normal tanpa retensi, Tidak terdapat bekuan
darah sehingga urine lancer lewat kateter, Skala Observasi tanda-tanda vital tiap 6
jam (06.00;12.00; 18.00; 24.00)

Pelaksanaan Keperawatan
44

Tanggal : 04 oktober 2018


06.20 mengobservasi TTV, TD: 111/65 mmHg, N: 76 x/menit; R: 20x/menit,
Suhu: 36,00C. Pukul 08.00 melakukan perawatan infus, infus rapi, tidak ada
phlebitis. Pukul 9.30 mengajarkan teknik relaksasi, klien mengatakan sudah
mengerti tentang teknik napas dalam dan dapat mempraktekkannya. Pukul 12.00
mengukur TTV, TD: 120/60, N: 70, R: 20, Suhu: 36,3, SN: 2-3. Pukul 12.35
memberikan makan siang. Pukul 13.00 mengobservasi klien, klien sedang tidur,
ada anaknya yang menunggu, kesadaran composmentis. 16.00 memberikan obat
sore (vit k 10 mg/ml inj, ranitidine 50 mg inj, ketorolac 50 mg inj, capsul campur
via oral).
Pukul 17.00 mengobservasi TTV, TD 115/70, N: 70, Suhu: 36,5, SN: 2-3, GCS 15
composmentis. Pukul 18.30 memberikan obat malam (ranitidine 50 mg inj,
ketorolac 50 mg inj), obatmasuk ke iv klien dengan lancer. Pukul 19.00
mengobservasi klien, klien sedang duduk ngobrol dengan keluarganya, kesadaran
composmentis, akral hangat, tidak ada phlebitis).

Evaluasi Keperawatan
Tanggal 04 oktober 2018
Klien mengatakan tidak ada keluhan, sudah tidak di lakukan irigasi kateter, tujuan
tercapai sebagian dan masalah teratasi sebagian, intervensi dilanjutkan yaitu
dengan observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam (06.00;12.00; 18.00; 24.00), kaji
output urine dan karakteristik nya, anjurkan klien mobilisasi aktif
45

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis menyarankan agar :


1. Diharapkan kelompok dan perawat tetap dapat mempertahankan kerjasama dengan
klien dan keluarga agar mudah dalam memberikan asuhan keperawatan, khususnya
mahasiswa harus banyak belajar dalam memberikan asuhan keperawatan.
2. Diharapkan lebih intensif dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya
memberikan pendidikan kesehatan mengenai penyebab, pencegahan, dan perawatan
untuk Benigna Prostat Hiperplasia
3. Penderita penyakit Benigna Hiperplasia Prostat di berikan pendidikan kesehatan
tentang pola hidup sehat.
4. Penulis lebih menyesuaikan asuhan keperawatan sesuai dengan buku sumber yang
ada.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. (2004). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi : pertama.


Jakarta : Salemba Medika

Brunner & Suddart. Alih Bahasa : Yasmin Asih, Skp. (2003). Keperawatan
Medikal Bedah. Edisi : Vol. 2. Jakarta : EGC

Doengoes, Marilyn E. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.


Penerjemah I. Made Kariasa Ni Made Suwarwati. Jakarta : EGC

M. Black, Joyce. (2014). Keperawatan Medikal Bedah.Edisi8.Penerjemah


Nampira,Rizal Ashari,dkk. Singapore : Elsevier

Nanda NIC-NOC. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan. Edisi : Jilid 2.


Jakarta: MediAction

Price, Sylvia Anderson. (2006). Konsep Klinis proses-proses penyakit.


Penerjemah Barhm U, Huriawati Hartanto. Jakarta : EGC.

Depkes RI, (2011). http://eprints.unipdu.ac.id/282/1/BAB%20I.pdf .Diambil


pada tanggal 11 November 2017, pada pukul 14: 58 WIB

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari (2012). Asuhan Keperawatan Gangguan System
Perkemihan. Jakarta:Salamba Medika

Wibowo, S. Daniel.2012.Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta : EGC.

Nanda Nic Noc. Jilid 1. 2015

46
47

Anda mungkin juga menyukai