A DENGAN
GAGAL GINJAL KRONIK (GGK)ON HD
DI RUANG HEMODIALISA 1-2 LT.5
RS PELNI JAKARTA
Tujuan
Tujuan dilaksanakannya terapi hemodialisis adalah untuk mengambil
zat-zat nitrogen yang bersifat toksik dari dalam tubuh pasien ke
dializer tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian
dikembalikan ketubuh pasien (Cahyaningsih, 2009).
Indikasi
Menurut Wijaya dkk, (2013) indikasi hemodialisa adalah sebagai berikut:
a. Intoksikasi obat dan zat kimia
b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berat
c. Sindrom hepatorenal dengan kriteria :
d. K+ pH darah < 7,10 → asidosis
e. Oliguria/anuria > 5 hari
f. GFR < 5 ml/I pada GGK
g. Ureum darah > 200 mg/d
Kontra Indikasi
Menurut Wijaya, dkk (2013) menyebutkan kontra indikasi pasien yang
a. hemodialisa adalah sebagai berikut:
b. Hipertensi berat (TD > 200/100 mmHg).
c. Hipotensi (TD < 100 mmHg).
d. Adanya perdarahan hebat.
e. Demam tinggi.
Prinsip Hemodialisa
Tindakan Hemodialisa memiliki tiga prinsip yaitu: difusi, osmosi dan
ultrafiltrasi (Brunner & Suddart, 2010). Sisa akhir dari proses metabolisme
didalam darah dikeluarkan dengan cara berpindah dari darah yang
konsentrasinya tinggi ke dialisat yang mempunyai konsentrasi rendah
(Smeltzel et al, 2008).
• Ureum, kreatinin, asam urat dan fosfat dapat berdifusi dengan mudah dari
darah ke cairan dialisat karena unsur-unsur yang tidak terdapat dalam
dialisat. Natrium asetat atau bicarbonate yang lebih tinggi konsentrasinya
dalam dialisat akan berdifusi kedalam darah.
• Air yang berlebihan akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses
osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradient
tekanan; dengan kata lain air bergerak dari daerah dengan tekanan yang
lebih tinggi (tubuh klien) ketekanan yang lebih rendah (dialisat).
• Gradient ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan tekanan
negative yang dikenal dengan ultrafiltrasi pada mesin hemodialisa. Tekanan
negative sebagai kekuatan penghisap pada membrane dan memfasilitasi
pengeluaran air sehingga tercapainya keseimbangan. (Brunner & Suddart,
2010).
Proses Hemodialisa
Efektifitas hemodialisa dilakukan 2 – 3 kali dalam seminggu selama 4 – 5
jam atau paling sedikit 10 – 12 jam perminggunya (Black & Hawk, 2005).
Sebelum dilakukan hemodilisa maka perawat harus melakukan pengkajian
pradialisa, dilanjutkan dengan menghubungankan klien dengan mesin
hemodialisa dengan memasang blood line dan jarum ke akses vaskuler
klien, yaitu akses untuk jalan keluar darah ke dialiser dan akses masuk
darah ke dalam tubuh. Arterio Venous (AV) fistula adalah akses vaskuler
yang direkomendasikan karena kecendrungan lebih aman dan juga nyaman
bagi pasien. (Brunner & Suddart, 2010).
Setelah blood line dan akses vaskuler terpasang, proses hemodialisa
dimulai. Saat dialysis darah dialirkan keluar tubuh dan disaring didalam
dialiser. Darah mulai mengalir dibantu pompa darah. Cairan normal salin
diletakkan sebelum pompa darah untuk mengantisipasi adanya hipotensi
intradialisis. Infuse heparin diletakkan sebelum atau sesudah pompa
tergantung peralatan yang digunakan (Hudak & Gallo, 1999). Darah
mengalir dari tubuh melalui akses arterial menuju ke dialiser
sehinggaterjadi pertukaran darah dan sisa zat. Darah harus dapat keluar
masuk tubuh klien dengan kecepatan 200-400 ml/menit (Price & Wilson,
2005).
Komplikasi Hemodialisa
salah satu komplikasi selama hemodialisis adalah hipertensi.
1) IntradialyticHypotension (IDH) : Intradialytic Hypotension adalah tekanan
darah rendah yang terjadi ketika proses hemodialisis sedang berlangsung.
2) Kram otot; Kram otot yang terjadi selama hemodialisis terjadi karena
target ultrafiltrasi yang tinggi dan kandungan Na dialysate yang rendah.
3) Mual dan muntah Komplikasi mual dan muntah jarang berdiri sendiri,
sering menyertai hipotensi
4) Sakit kepala; bisa berhubungan dengan dialisat acetat dan disequillibrium
syok syndrome (DDS).
5) Emboli udara; Emboli udara dalam proses hemodialisis adalah masuknya
udara kedalam pembuluh darah selama prose hemodialisis.
6) Hipertensi Keadaan hipertensi selama proses hemodialisis bisa
diakibatkan karena kelebihan cairan
Diagnosa Keperawatan Gagal Ginjal Kronik
1. Resiko ringgi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial,
dan tahanan vaskuler sistemik.
2. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan penekanan produksi /
sekresi eritropoetin penurunan produksi dan SDM hidupnya, gangguan faktor
pembekuan, peningkatan kerapuhan kapiler.
3. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologi akumulasi
toksin ( contoh urea, amonia), asidosis metabolik, hipoksia, ketidak seimbangan
elektrolit, klasifikasi metastatik pada otak.
4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
gangguan status metabolik, sirkulasi (anemia dengan iskemia jaringan) dan
sensai (neuropati perifer).
5. Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan
kurang / penurunan saliva, pembatasan cairan, iritasi kimia, perubahan urea
dalam saliva menjadi amonia.
6. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar), tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang
terpajan / mengingat, salah interpretasi informasi.
7. Ketidakmampuan berhubungan dengan sistem nilai pasien, perubahan mental,
komoleksitas.
Diagnosa Keperawaan Hemodialisa
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan denganOver hidrasi penumpukan cairan di
paru Asidosis
2. Gangguan rasa nyaman: gatal behubungan dengan Akumulasi garam ureum pada
kulit, Peningkatan kadar fosfat, Hiper sensitif terhadap heparin dan alat-alat
dialysis, Perubahan tekstur kulit yang ekstrim, Kondisi kulit yang kering
3. Penurunan daya tahan tubuh berhubungan dengan Malnutrisi, Anemia, Terpapar
zat kimia seperti desinfektan, havox, formalin, Overhidrasi Resiko terjadi
hipotensi berhubungan denganPenurunan volume darah yang berlebihan
4. Gangguan keseimbangan cairan : berlebih berhubungan dengan Penurunan
fungsi ginjal dalam dalam mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Anemia karena kekurangan
EPOAnemia hemolitikum karena uremia, rusak oleh blood pump, rusak saat
keluar dari jarum karena QB yang besar Anemia defisinsi besi karena darah
tersangkut di dializer, blood line, needle Malnutrisi Proses katabolisme
hemodialysis
6. Gangguan rasa aman: cemas berhubungan denganPerubahan konsep diri
Ancaman fungsi peran Ketidakpastian hasil terafi pengganti ginjal Batasan-
batasan diet obat dan penanganan Berkurangnya rasa kendali diri
Rencana tindakan keperawatan pada pasien Gagal Ginjal Kronik
1. Resiko ringgi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial,
dan tahanan vaskuler sistemik.
Tujuan : penurunan curah jantung tidak terjadi.
Kriteria hasil : mempertahankan curah jantung, Tanda-tanda vital dalam rentang
normal ( TD 110/70 mmHg, P 16-20x/menit, N 60-80x/menit, Sh 36-37ͦC),
frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat sama dengan waktu
pengisian kapiler.
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru.
b. Kaji adanya derajat hipertensi.
c. Selidiki keluhan nyeri dada.
d. Evaluasi bunyi jantung.
e. Kai tingkat aktivitas.
f. Kolaborasi : awasi pemeriksaan laboratorium
g. Berikan obat antihipertensi.
h. Bantu dalam perikardiosentesis sesuai indikasi.
i. Siapkan dialisis.
Rencana Tindakan Keperawatan Pada Pasien Hemodialisa
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan denganOver hidrasi penumpukan
cairan di paruAsidosis
Tujuan : Pola napas kembali efektif
Kriteria Hasil : Keluhan sesak berkurang/hilang, Retraksi interkostalis (-),
Rr 16-20 X/mnt, Pola napas kusmaul (-), Sianosis (-), Hb 10-11 mg/dl,
Orthopneu (-), Dispneu (-), Pallor (-)
Rencana Tindakan :
a. Observasi tanda vital, kaji pola napas; kaji adanya kusmaul, periksa suara
napas dari adanya ronchi.
b. Atur posisi semifowler
c. Berikanoksigen lembabsesuaikebutuhan.
d. Atur UFR dengan berdasar pada BB kering
e. Berikan dialisat bicnat
f. Lakukan ultrafiltrasi terpisah bila perlu
g. Berikan transfusi darah PRC bila Hb<
h. Lakukan kolaborasi pemberian therafi obat untuk mengkoreksi asidosis,
anemia
BAB III. TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian keperawatan
Identitas pasien
Ny.A , 30 Tahun masuk pada tanggal 13 Maret 2019 dengan diagnosa Chronic Kidney Desease On HD
Nomor Register 224096, sudah menikah, agama Islam, suku bangsa Sunda, pendidikan terakhir S2,
pekerjaan sebagai Ibu rumah tangga Alamat Petamburan RT 06/06 Kecamatan Tanah abang Jakarta
Pusat Sumber Biaya JKN-BPJS, Informasi dari Klien dan Keluarga.
Resume
Pasien datang diantar keluarga dengan berjalan kaki pada tanggal 13 Maret 2019 pukul 07.00 dengan
keluhan lemas dan akan menjalani terapi hemodialisa setiap rabu dan sabtu klien mengatakan
pemasangan CDL tanggal 26 Februari 2019 pertama HD 26 Februari 2019, pasien mempunyai
riwayat hipertensi dan lupus nefritis, pasien terlihat lemah mukosa bibir kering, konjungtiva anemis
terpasang Cimino Shunt di tangan kiri GCS E4M6V5,Ditemukan masalah keperawatan kelebihan
cairan berhubungan dengan kerusakan ginjal. Kemudian dilakukan tindakan keperawatan mandiri
dengan mengukur TTV hasil TD:167/90mHg S:36,70C N:80x/menit RR:19x/menit SPO2:98%.
Dilakukan tindakan keperawatan mandiri menimbang berat badan bb kering 41,6kg bb sekarang
42,7kg memberikan posisi nyaman semi fowler dan diberikan tindakan kolaborasi memberikan terapi
hemodialisa dan pemberian NaCl 0,9%, Heparinol 4000 Ul, Heparin 3cc oplos gentamicine 0,25cc
pemeriksaan lab tanggal 13 maret 2019 Laboratorium DPL Hasil Hemoglobin:7.3g/dl (N 12-
16g/dl), Leukosit:8.60 10^3/ul (N 5.0-10.0 10^3/ul), MXD: 17% (50-70%), Trombosit:217
10^3/ul (150-450 10^3/ul), Hematokrit:22,9% (36-48%), Eritrosit 2,87 juta/ul (4,5-5,5) MCV :
79,8 fL (82-92), MCH :25,4 pg (27-31), MCHC 31,9 g/dL (32-36). Fungsi ginjal : Ureum:70mg/dl
(15-25), Creatinin:3,5mg/dl (0,5-1), EGFR:12ml/menit 1,73m2 (60-90). Elektrolit:
Natrium:142mmol/L, Kalium:3,7mmol/L, Clorida:113mmol/L.
Riwayat Keperawatan
Riwayat Kesehatan sekarang : keluhan utama lemas Kronologis keluhan,: Faktor pencetus
klien mempunyai riwayat HT sudah 8 tahun, upaya mengatasinya dengan cara minum obat
dan istirahat.
Riwayat kesehatan masa lalu : klien mempunyai HT sudah 8 tahun, dan lupus nefrotik pasien
pernah di HD 8 tahun yang lalu dan dilakukan transplantasi ginjal namun kembali gagal
kembali tahun 2019 tidak ada riwayat alergi (makanan, obat, hewan), tidak ada riwayat
kecelakaan, pernah 3x dirawat dirumah sakit karena gagal ginjal, lupus nefritis, transplantasi
ginjal, pemasangan cdl dan cimino sunt. Riwayat pemakaian obat latus, selsep,
metilprednisolone, ranitidine, bisoprolol
Riwayat Dialisis/Transplantasi
Dialisis pertama 16 februari 2019 tempat Rumah Sakit Pelni Jakarta Klien tidak pernah
tidakukan tindakan CAPD dandilakukan transplantasi ginjal tahun 2011. Akses vaskular
Catheter Double Lumen (CDL) Operasi 26 februari 2019 sebelah kanan.
Riwayat Psikososial dan Spiritual
Orang yang terdekat dengan klien suami , pola komunikasi baik, pembuat keputusan suami,
klien ikut dalam kegiatan kemasyarakatan seperti pengajuan. klien dan keluarga merasa cemas
dengan penyakitnya dan klien merasa penyakitnya membuat klien gelisah. Klien cemas jika dia
tidak HD. Mekanisme koping terhadap stress minum obat dan istirahat. Hal yang pasien
fikirkan saat ini klien ingin terus melihat keluarganya bahagia, harapannya agar klien sehat,
perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit tidak bisa melakukan aktivitas seperti dulu.
Pengkajian Fisik
Pemeriksaan Fisik Umum
Berat Badan 41,6 Kg, sebelum sakit 56 Kg TB 163 cm TTV : TD 167/90mHg S:36,70C N:80x/menit
RR:19x/menit SPO2:98%. Keadaan ringan.
Sistem Penglihatan
Otot-otot mata tidak ada kelainan, kelopak mata dan pergerak bola mata normal, konjungtiva tampak
anemis, kornea normal, sklera anikterik, pupil isokor, fungsi penglihatan baik, tanda-tanda peradangan tidak
ada, Pemakaian lensa kontak tidak ada, reaksi terhadap cahaya positif.
Sistem pendengaran
Daun telinga normal, kondisi telinga tengah normal, cairan dari telinga tidak ada, perasaan penuh ditelinga,
tinitus, otalgia tidak ada, fungsi pendengaran normal, gangguan keseimbangan tidak ada, pemakaian alat
bantu tidak ada.
Sistem Pernapasan
Jalan napas tidak terdapat sumbatan , pernapasan sesak,tidak menggunakan otot bantu pernapasan,
frekuensi 23x/menit, irama teratur. Kedalaman dalam, batuk tidak ada, sputum tidak ada. Palpasi dada
simetris, nyeri saat bernapas tidak ada, tidak menggunakan oksigen.
Sistem Kardiovaskular
Sirkulasi perifer Nadi 80x/menit irama teratur denyut kuat Tekanan Darah : 167/90mmHgDistensi vena
jugularis tidak ada, Temperatur kulit hangat, Pengisian kapiler 4 detik, Edema tidak ada, Sirkulasi Jantung,
kecepatan denyut nadi apikal : 84x/menit, irama teratur, tidak ada nyeri dada.
Sistem Hematologi
Kulit tampak sedikit pucat, tidak ada perdarahan,HB : 7,3g/dl.
Sistem Syaraf Pusat
Keluhan sakit kepala (pusing), tingkat kesadaran Compos Mentis GCS:E4M6V5, Tanda-tanda peningkatan
TIK tidak ada, Gangguan sistem persarafan tidak ada, reflek fisiologis normal, reflek patologis tidak ada.
Sistem Pencernaan
Nutrisi, Gigi tidak ada caries, penggunaan gigi palsu tidak ada, stomatitis tidak ada, lidah bersih, selera makan
baik, mual tidak, muntah tidak ada , hepar tidak teraba, pola kebiasaan makan dirumah 3x/hari. Eliminasi
1x/hari, bising usus 8x/meni, tidak ada diare warna feses kuning, konsistensi feses setengah padat, kontstipasi
tidak ada, penggunaan laxatif tidak ada.
Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak terdapatpoliuri namun terdapat polidipsi
dan polifagia, tidak terdapat luka gangren pada klien.
Sistem Urogenitalia
Intake cairan klien sebanyak , air putih 600cc. Tidak terdapat distensi kandung kemih, ada keluhan sakit
pinggang sebelah kanan, dan klien tidak menggunakan kateter.
Sistem Integumen
Tidak ada gatal-gatal, Turgor kulit teraba elastis, temperatur kulit teraba hangat, warna kulit pucat, keadaan
kulit klien baik, tidak ada luka decubitus, Tidak terdapat kelainan pada kulit klien, kondisi kulit pada daerah
pemasangan cimino baik, tidak terdapaat anueresma keadaan rambut klien dari teksturnya baik dan
kebersihannya baik.
Sistem Muskuloskeletal
5555 5555
5555 5555
Terdapat kesulitan dalam pergerakan karena klien lemas, tidak ada sakit pada tulang, sendi atau kulit klien,
tidak ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk pada tulang sendi, tidak ada kelainan struktur tulang belakang,
keadaan tonus baik, kekuatan otot klien
Data Tambahan
Laboratorium DPL tanggal 13 maret 2019 Hasil
Hemoglobin:7.3g/dl (N 12-16g/dl), Leukosit:8.60 10^3/ul (N 5.0-
10.0 10^3/ul), MXD: 17% (50-70%), Trombosit:217 10^3/ul (150-
450 10^3/ul), Hematokrit:22,9% (36-48%), Eritrosit 2,87 juta/ul
(4,5-5,5) MCV : 79,8 fL (82-92), MCH :25,4 pg (27-31), MCHC
31,9 g/dL (32-36). Fungsi ginjal : Ureum:70mg/dl (15-25),
Creatinin:3,5mg/dl (0,5-1), EGFR:12ml/menit 1,73m2 (60-90).
Elektrolit: Natrium:142mmol/L, Kalium:3,7mmol/L,
Clorida:113mmol/L.
Penatalaksanaan
NaCl 0,9% , Heparin 2500u (Maintace), Heparin 2500u (Untuk
Sirkulasi).
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1 Ds : klien mengatakan sesak bila sedang Pola nafas tidak efektif Hiperventilasi
beraktivitas
Doenges, Marylinn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien (I
Made Karyasa, Penerjemah). Jakarta : EGC
Hudak & Gallo, (1997). Keperawatan Kritis:Pendekatan Holistik edisi 4, volume 2, Jakart: EGC.
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC.
Edisi Revisi.Yogyakarta: Mediaction
Price, Sylvia A dan Lorraine McCarty Wilson. (2006) .Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Vol 2. Edisi 6. (Brahm U.
Pendit, dkk, penerjemah).Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2002). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Vol 1. Edisi 8. (Agung
Waluyo, dkk, penerjemah). Jakarta: EGC
Sudoyo, Aru W., dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing