Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.

A DENGAN
GAGAL GINJAL KRONIK (GGK)ON HD
DI RUANG HEMODIALISA 1-2 LT.5
RS PELNI JAKARTA

Elma Febriani 16061


Nabila Ratri 16023
Sahdati Amalia 16036
Sartika 15057
Szalsabillah Firdausyah 16092
Sigit Prabowo 16088
BAB I. LATAR BELAKANG
 Pertumbuhan jumlah penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah
meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Di Amerika Serikat, kejadian
dan prevalensi gagal ginjal Meningkat 50% di tahun 2014. Data
menunjukkan bahwa setiap tahun 200.000 orang Amerika menjalani
hemodialisis karena gangguan ginjal kronis artinya 1140 dalam satu juta
orang Amerika adalah pasien dialisis (WHO, 2014).
 Di Indonesia prevelensi angka kejadian Gagal ginjal kronis dari seluruh
provinsi Sulawesi Tengah mencapai angka tertinggi dengan jumlah
penderita 0,5 %, Gorontalo 0,4 %, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, dan Jawa Timur 0,3 %, DKI Jakarta 0,1%. Gagal ginjal
jronik meningkat seiring dengan bertambahnya umuR, meningkat tajam
pada kelompok umur 35-44 tahun (0,3%), diikuti umur 45-54 tahun
(0,4%), dan umur 55-74 tahun (0,5%), tertinggi pada kelompok umur
≥75 tahun (0,6%), Laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari perempuan
(0,2%). (Riskesdas, 2013).
 Berdasarkan data Rekam Medis Rumah Sakit PELNI Jakarta, pada
tahun 2010, jumlah pasien yang di rawat inap sebanyak 11.705
orang. dengan penderita Gagal ginjal kronik adalah 85 orang
(0.72%) yang terdiri dari pada usia 5-14 tahun sebanyak 1 orang
(1,1%), usia 15-24 tahun sebanyak 5 orang(5,8), usia 25-44 tahun
sebanyak 22 orang (25,8), usia 45-64 tahun sebanyak 39 orang
(45,8), 65+ sebanyak 18 orang (21.1)
 Data Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Pelni Jakarta pada bulan
januari sampai bulan februari 2019 jumlah pasien Gagal ginjal
kronik yang melakukan Hemodialisa sebanyak 60%.
 Dengan adanya jumlah peningkatan penderita gagal ginjal kronik
setiap tahun menunjukkan adanya kesalahan gaya hidup yang terjadi
dimasyarakat. Hingga kini masyarakat belum begitu mengetahui
bagaimana sebaiknya menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit
gagal ginjal kronik.
BAB II. TINJAUAN TEORI
Pengertian
 Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah
metabolik tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang
biasanya di eliminasi di urin menumpuk dalam cairan tubuh akibat
gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin
dan metabolik, cairan, elektrolit serta asam-basa (Suharyanto &
Madjid, 2009).
 Gagal ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi
yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif
dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal.(Aru.w
sudoyo.2009).
Etiologi
 Prarenal (terjadi hipoperfusi ginjal) akibat kondisi yang menyebabkan
kurangnya aliran darah ginjal dan menurunnya filtrasi glomerolus.
(hipovolemia seperti luka bakar, perdarahan, dan kehilangan cairan
melalui saluran cerna).

 Intrarenal kerusakan actual jaringan ginjal akibat trauma jaringan


glomerolus atau tubulus ginjal. contoh lain Diabetes militus dan
penyakit hipertensi.

 Postrenal terjadi akibat sumbatan atau gangguan aliran urine


melaluisaluran kemih (sumbatan bagian distal ginjal). Hal ini biasanya
ditandai dengan adanya kesulitan dalam mengosongkan kandung
kemih dalam perubahan aliran kemih.
Patofisiologi
 Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya di ekskresikan kedalam urine) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak
timbunan produk sampah, maka gejala akan semakin berat.Gangguan
klirens renal. akibat dari penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang
menyebabkan penurunan klirens substansi darah yang seharusnya
dibersihkan oleh ginjal.Ginjal juga tidak mampu untuk
mengkonsentrasikan atau mengencerkan urine secara normal pada
penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan
masukan cairan dan elektrolit sehari-hari, terjadi pasien sering menahan
natrium dan cairan, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung
kongestif, dan hipertensi. . Dengan semakin berkembangnya penyakit
renal, terjadi asidosis metabolik seiring dengan ketidakmampuan ginjal
mengekskresikan muatan asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekresi
asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus ginjal menyekresi amonia
(NH3) dan mengabsorpsi natrium bikarbonat (HCO3), penurunan
eksresi fosfat dan asam organik lain juga terjadi.
Penatalaksanaan Medis
 tindakan konservatif yang dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Diet protein
Pada pasien GGK harus dilakukan pembatasan asupan
protein.Pembatasan asupan protein telah terbukti dapat menormalkan
kembali dan memperlambat terjadinya gagal ginjal. Asupan rendah
protein mengurangi beban ekskresi sehingga menurunkan hiper filtrasi
glomerulus
2. Diet Kalium
Pembatasan kalium juga harus dilakukan pada pasien GGK dengan caradiet
rendah kalium dan tidak mengkonsumsi obat-obatan yang mengandung kalium
tinggi.
3. Diet kalori
Kebutuhan jumlah kalori untuk GGK harus adekuat
4. Kebutuhan cairan
Asupan cairan membutuhkan regulasi yang hati-hati pada GGK. Asupan yang
terlalu bebas dapat menyebabkan kelebihan beban sirkulasi, edem
dan intoksikasi cairan.
 tindakan medis yang dilakukan sebagai berikut:
1. Hemodialisis
Hemodialisis adalah suatu cara dengan mengalirkan darah ke dalam dialyzer
(tabung ginjal buatan) yang terdiri dari 2 komparten yang terpisah yaitu
komparetemen darah dan komparetemen dialisat yang dipisahkan membran
semipermeabel untuk membuang sisa-sisa metabolisme(Rahardjo et al,
2006).
2. Dialisis peritoneal
Dialisis peritoneal merupakan terapi alternatif dialisis untuk penderita
GGK dengan 3-4 kali pertukaran cairan perhari.Pertukaran cairan terakhir
dilakukan pada jam tidur sehingga cairan peritoneal dibiarkan semalaman.
Terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pada pasien Dialisis Peritoneal (DP).
3. Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal merupakan cara pengobatan yang lebih disukai untuk
pasien gagal ginjal stadium akhir. Namun kebutuhan transplantasi ginjal jauh
melebihi jumlah ketersediaan ginjal yang ada dan biasanya ginjal yangcocok
dengan pasien adalah yang memiliki kaitan keluarga dengan pasien.
 Pengkajian Keperawatan
1. Sirkulasi, gejalanya riwayat hipertensi lama atau berat, nyeri dada
(angina), ditandai dengan hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum
(pada kaki, telapak tangan), distrimia jantung, nadi lemah, perikardial,
pucat, kecenderungan perdarahan.
2. Integritas ego, gejalanya penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria
(gagal tahap lanjut), abdomen kembung, diare atau konstipasi, ditandai
dengan perubahan warna urine, oliguria, dapat menjadi anuria. Contoh
perubahan urine urine kuning pekat, merah, coklat, berawan.
3. Makanan / cairan
Gejalanya peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan
(malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, penggunaan diuretik.
4. Neurosensori
Gejalanya sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot / kejang, sindrom
kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada telapak kaki.
5. Nyeri / Kenyamanan
Gejalanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot
6. Pernapasan
Gejalanya napas pendek, dispnea noktiral proksimal, batuk dengan / tanpa
sputum kental dan banyak.
7. Seksualitas
Gejalanya penurunan libido, amonorea, infertilitas.
8. Interaksi sosial
Gejalanya kesulitanyya menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
9. Penyuluhan / pembelajaran
Gejalanya riwayat DM keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal), contoh
obat, racun lingkungan, penggunaan antibiotok nefrotoksik saat ini/
berulang.
10. Pemeriksaan diagnostik
a. Urine : volume, warna, Klirens kreatinin mungkin akan menurun,
protein
b. Darah :
1. BUN ( Blast Ureum Nitrogen) / kreatinin meningkat
2. Hitungan darah lengkap : hematokrit menurun
3. GDA : PH ; penurunan asidosis metabolik (kurang dari 7,2)
4. Natrium serum, mungkin rendah (bila ginjal (kehabisan
natrium” atau normal, menunjukkan status dilushi
pernatremia).
5. Kalium, peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai denga
perpindahan selular
6. Magnesium / fosfat, meningkat.
7. Kalsium, menurun.
c. Radiologi :
1. KUB foto : menunjukan ukuran ginjal / ureter/ kandung kemih dan
adanya obstruksi (batu).
2. Pielogram retrograde : menunjukan abnormalitas pelvis ginjal dan
Ureter.
3. Arteriogram ginjal : mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskuler, massa.
4. Sistouretrogram berkemih : menunjukan ukuran kandung kemih,
5. USG ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya massa
6. Biopsi ginjal : untuk menentukan sel jaringan untuk diagnosis
histologis
7. Endskopi ginjal :menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan
pengangkatan tumor selektif.
8. EKG : mungkin abnormal menunjukan ketidak seimbangan elektrolit
dan asam basa
Konsep Hemodialisa
 Pengertian Hemodialisa
Terapi hemodialisa merupakan teknologi tinggi sebagai terapi
pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun
tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium,
hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui
membran semi permiabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat
pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra
filtrasi (Brunner & Suddarth, 2001).

 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya terapi hemodialisis adalah untuk mengambil
zat-zat nitrogen yang bersifat toksik dari dalam tubuh pasien ke
dializer tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian
dikembalikan ketubuh pasien (Cahyaningsih, 2009).
 Indikasi
Menurut Wijaya dkk, (2013) indikasi hemodialisa adalah sebagai berikut:
a. Intoksikasi obat dan zat kimia
b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berat
c. Sindrom hepatorenal dengan kriteria :
d. K+ pH darah < 7,10 → asidosis
e. Oliguria/anuria > 5 hari
f. GFR < 5 ml/I pada GGK
g. Ureum darah > 200 mg/d

 Kontra Indikasi
Menurut Wijaya, dkk (2013) menyebutkan kontra indikasi pasien yang
a. hemodialisa adalah sebagai berikut:
b. Hipertensi berat (TD > 200/100 mmHg).
c. Hipotensi (TD < 100 mmHg).
d. Adanya perdarahan hebat.
e. Demam tinggi.
 Prinsip Hemodialisa
Tindakan Hemodialisa memiliki tiga prinsip yaitu: difusi, osmosi dan
ultrafiltrasi (Brunner & Suddart, 2010). Sisa akhir dari proses metabolisme
didalam darah dikeluarkan dengan cara berpindah dari darah yang
konsentrasinya tinggi ke dialisat yang mempunyai konsentrasi rendah
(Smeltzel et al, 2008).
• Ureum, kreatinin, asam urat dan fosfat dapat berdifusi dengan mudah dari
darah ke cairan dialisat karena unsur-unsur yang tidak terdapat dalam
dialisat. Natrium asetat atau bicarbonate yang lebih tinggi konsentrasinya
dalam dialisat akan berdifusi kedalam darah.
• Air yang berlebihan akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses
osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradient
tekanan; dengan kata lain air bergerak dari daerah dengan tekanan yang
lebih tinggi (tubuh klien) ketekanan yang lebih rendah (dialisat).
• Gradient ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan tekanan
negative yang dikenal dengan ultrafiltrasi pada mesin hemodialisa. Tekanan
negative sebagai kekuatan penghisap pada membrane dan memfasilitasi
pengeluaran air sehingga tercapainya keseimbangan. (Brunner & Suddart,
2010).
 Proses Hemodialisa
Efektifitas hemodialisa dilakukan 2 – 3 kali dalam seminggu selama 4 – 5
jam atau paling sedikit 10 – 12 jam perminggunya (Black & Hawk, 2005).
Sebelum dilakukan hemodilisa maka perawat harus melakukan pengkajian
pradialisa, dilanjutkan dengan menghubungankan klien dengan mesin
hemodialisa dengan memasang blood line dan jarum ke akses vaskuler
klien, yaitu akses untuk jalan keluar darah ke dialiser dan akses masuk
darah ke dalam tubuh. Arterio Venous (AV) fistula adalah akses vaskuler
yang direkomendasikan karena kecendrungan lebih aman dan juga nyaman
bagi pasien. (Brunner & Suddart, 2010).
 Setelah blood line dan akses vaskuler terpasang, proses hemodialisa
dimulai. Saat dialysis darah dialirkan keluar tubuh dan disaring didalam
dialiser. Darah mulai mengalir dibantu pompa darah. Cairan normal salin
diletakkan sebelum pompa darah untuk mengantisipasi adanya hipotensi
intradialisis. Infuse heparin diletakkan sebelum atau sesudah pompa
tergantung peralatan yang digunakan (Hudak & Gallo, 1999). Darah
mengalir dari tubuh melalui akses arterial menuju ke dialiser
sehinggaterjadi pertukaran darah dan sisa zat. Darah harus dapat keluar
masuk tubuh klien dengan kecepatan 200-400 ml/menit (Price & Wilson,
2005).
 Komplikasi Hemodialisa
salah satu komplikasi selama hemodialisis adalah hipertensi.
1) IntradialyticHypotension (IDH) : Intradialytic Hypotension adalah tekanan
darah rendah yang terjadi ketika proses hemodialisis sedang berlangsung.
2) Kram otot; Kram otot yang terjadi selama hemodialisis terjadi karena
target ultrafiltrasi yang tinggi dan kandungan Na dialysate yang rendah.
3) Mual dan muntah Komplikasi mual dan muntah jarang berdiri sendiri,
sering menyertai hipotensi
4) Sakit kepala; bisa berhubungan dengan dialisat acetat dan disequillibrium
syok syndrome (DDS).
5) Emboli udara; Emboli udara dalam proses hemodialisis adalah masuknya
udara kedalam pembuluh darah selama prose hemodialisis.
6) Hipertensi Keadaan hipertensi selama proses hemodialisis bisa
diakibatkan karena kelebihan cairan
 Diagnosa Keperawatan Gagal Ginjal Kronik
1. Resiko ringgi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial,
dan tahanan vaskuler sistemik.
2. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan penekanan produksi /
sekresi eritropoetin penurunan produksi dan SDM hidupnya, gangguan faktor
pembekuan, peningkatan kerapuhan kapiler.
3. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologi akumulasi
toksin ( contoh urea, amonia), asidosis metabolik, hipoksia, ketidak seimbangan
elektrolit, klasifikasi metastatik pada otak.
4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
gangguan status metabolik, sirkulasi (anemia dengan iskemia jaringan) dan
sensai (neuropati perifer).
5. Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan
kurang / penurunan saliva, pembatasan cairan, iritasi kimia, perubahan urea
dalam saliva menjadi amonia.
6. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar), tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang
terpajan / mengingat, salah interpretasi informasi.
7. Ketidakmampuan berhubungan dengan sistem nilai pasien, perubahan mental,
komoleksitas.
 Diagnosa Keperawaan Hemodialisa
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan denganOver hidrasi penumpukan cairan di
paru Asidosis
2. Gangguan rasa nyaman: gatal behubungan dengan Akumulasi garam ureum pada
kulit, Peningkatan kadar fosfat, Hiper sensitif terhadap heparin dan alat-alat
dialysis, Perubahan tekstur kulit yang ekstrim, Kondisi kulit yang kering
3. Penurunan daya tahan tubuh berhubungan dengan Malnutrisi, Anemia, Terpapar
zat kimia seperti desinfektan, havox, formalin, Overhidrasi Resiko terjadi
hipotensi berhubungan denganPenurunan volume darah yang berlebihan
4. Gangguan keseimbangan cairan : berlebih berhubungan dengan Penurunan
fungsi ginjal dalam dalam mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Anemia karena kekurangan
EPOAnemia hemolitikum karena uremia, rusak oleh blood pump, rusak saat
keluar dari jarum karena QB yang besar Anemia defisinsi besi karena darah
tersangkut di dializer, blood line, needle Malnutrisi Proses katabolisme
hemodialysis
6. Gangguan rasa aman: cemas berhubungan denganPerubahan konsep diri
Ancaman fungsi peran Ketidakpastian hasil terafi pengganti ginjal Batasan-
batasan diet obat dan penanganan Berkurangnya rasa kendali diri
 Rencana tindakan keperawatan pada pasien Gagal Ginjal Kronik
1. Resiko ringgi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial,
dan tahanan vaskuler sistemik.
 Tujuan : penurunan curah jantung tidak terjadi.
 Kriteria hasil : mempertahankan curah jantung, Tanda-tanda vital dalam rentang
normal ( TD 110/70 mmHg, P 16-20x/menit, N 60-80x/menit, Sh 36-37ͦC),
frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat sama dengan waktu
pengisian kapiler.
 Intervensi :
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru.
b. Kaji adanya derajat hipertensi.
c. Selidiki keluhan nyeri dada.
d. Evaluasi bunyi jantung.
e. Kai tingkat aktivitas.
f. Kolaborasi : awasi pemeriksaan laboratorium
g. Berikan obat antihipertensi.
h. Bantu dalam perikardiosentesis sesuai indikasi.
i. Siapkan dialisis.
 Rencana Tindakan Keperawatan Pada Pasien Hemodialisa
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan denganOver hidrasi penumpukan
cairan di paruAsidosis
 Tujuan : Pola napas kembali efektif
 Kriteria Hasil : Keluhan sesak berkurang/hilang, Retraksi interkostalis (-),
Rr 16-20 X/mnt, Pola napas kusmaul (-), Sianosis (-), Hb 10-11 mg/dl,
Orthopneu (-), Dispneu (-), Pallor (-)
 Rencana Tindakan :
a. Observasi tanda vital, kaji pola napas; kaji adanya kusmaul, periksa suara
napas dari adanya ronchi.
b. Atur posisi semifowler
c. Berikanoksigen lembabsesuaikebutuhan.
d. Atur UFR dengan berdasar pada BB kering
e. Berikan dialisat bicnat
f. Lakukan ultrafiltrasi terpisah bila perlu
g. Berikan transfusi darah PRC bila Hb<
h. Lakukan kolaborasi pemberian therafi obat untuk mengkoreksi asidosis,
anemia
BAB III. TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian keperawatan
 Identitas pasien
Ny.A , 30 Tahun masuk pada tanggal 13 Maret 2019 dengan diagnosa Chronic Kidney Desease On HD
Nomor Register 224096, sudah menikah, agama Islam, suku bangsa Sunda, pendidikan terakhir S2,
pekerjaan sebagai Ibu rumah tangga Alamat Petamburan RT 06/06 Kecamatan Tanah abang Jakarta
Pusat Sumber Biaya JKN-BPJS, Informasi dari Klien dan Keluarga.

 Resume
Pasien datang diantar keluarga dengan berjalan kaki pada tanggal 13 Maret 2019 pukul 07.00 dengan
keluhan lemas dan akan menjalani terapi hemodialisa setiap rabu dan sabtu klien mengatakan
pemasangan CDL tanggal 26 Februari 2019 pertama HD 26 Februari 2019, pasien mempunyai
riwayat hipertensi dan lupus nefritis, pasien terlihat lemah mukosa bibir kering, konjungtiva anemis
terpasang Cimino Shunt di tangan kiri GCS E4M6V5,Ditemukan masalah keperawatan kelebihan
cairan berhubungan dengan kerusakan ginjal. Kemudian dilakukan tindakan keperawatan mandiri
dengan mengukur TTV hasil TD:167/90mHg S:36,70C N:80x/menit RR:19x/menit SPO2:98%.
Dilakukan tindakan keperawatan mandiri menimbang berat badan bb kering 41,6kg bb sekarang
42,7kg memberikan posisi nyaman semi fowler dan diberikan tindakan kolaborasi memberikan terapi
hemodialisa dan pemberian NaCl 0,9%, Heparinol 4000 Ul, Heparin 3cc oplos gentamicine 0,25cc
pemeriksaan lab tanggal 13 maret 2019 Laboratorium DPL Hasil Hemoglobin:7.3g/dl (N 12-
16g/dl), Leukosit:8.60 10^3/ul (N 5.0-10.0 10^3/ul), MXD: 17% (50-70%), Trombosit:217
10^3/ul (150-450 10^3/ul), Hematokrit:22,9% (36-48%), Eritrosit 2,87 juta/ul (4,5-5,5) MCV :
79,8 fL (82-92), MCH :25,4 pg (27-31), MCHC 31,9 g/dL (32-36). Fungsi ginjal : Ureum:70mg/dl
(15-25), Creatinin:3,5mg/dl (0,5-1), EGFR:12ml/menit 1,73m2 (60-90). Elektrolit:
Natrium:142mmol/L, Kalium:3,7mmol/L, Clorida:113mmol/L.
 Riwayat Keperawatan
 Riwayat Kesehatan sekarang : keluhan utama lemas Kronologis keluhan,: Faktor pencetus
klien mempunyai riwayat HT sudah 8 tahun, upaya mengatasinya dengan cara minum obat
dan istirahat.
 Riwayat kesehatan masa lalu : klien mempunyai HT sudah 8 tahun, dan lupus nefrotik pasien
pernah di HD 8 tahun yang lalu dan dilakukan transplantasi ginjal namun kembali gagal
kembali tahun 2019 tidak ada riwayat alergi (makanan, obat, hewan), tidak ada riwayat
kecelakaan, pernah 3x dirawat dirumah sakit karena gagal ginjal, lupus nefritis, transplantasi
ginjal, pemasangan cdl dan cimino sunt. Riwayat pemakaian obat latus, selsep,
metilprednisolone, ranitidine, bisoprolol
 Riwayat Dialisis/Transplantasi
 Dialisis pertama 16 februari 2019 tempat Rumah Sakit Pelni Jakarta Klien tidak pernah
tidakukan tindakan CAPD dandilakukan transplantasi ginjal tahun 2011. Akses vaskular
Catheter Double Lumen (CDL) Operasi 26 februari 2019 sebelah kanan.
 Riwayat Psikososial dan Spiritual
 Orang yang terdekat dengan klien suami , pola komunikasi baik, pembuat keputusan suami,
klien ikut dalam kegiatan kemasyarakatan seperti pengajuan. klien dan keluarga merasa cemas
dengan penyakitnya dan klien merasa penyakitnya membuat klien gelisah. Klien cemas jika dia
tidak HD. Mekanisme koping terhadap stress minum obat dan istirahat. Hal yang pasien
fikirkan saat ini klien ingin terus melihat keluarganya bahagia, harapannya agar klien sehat,
perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit tidak bisa melakukan aktivitas seperti dulu.
 Pengkajian Fisik
 Pemeriksaan Fisik Umum
Berat Badan 41,6 Kg, sebelum sakit 56 Kg TB 163 cm TTV : TD 167/90mHg S:36,70C N:80x/menit
RR:19x/menit SPO2:98%. Keadaan ringan.
 Sistem Penglihatan
Otot-otot mata tidak ada kelainan, kelopak mata dan pergerak bola mata normal, konjungtiva tampak
anemis, kornea normal, sklera anikterik, pupil isokor, fungsi penglihatan baik, tanda-tanda peradangan tidak
ada, Pemakaian lensa kontak tidak ada, reaksi terhadap cahaya positif.
 Sistem pendengaran
Daun telinga normal, kondisi telinga tengah normal, cairan dari telinga tidak ada, perasaan penuh ditelinga,
tinitus, otalgia tidak ada, fungsi pendengaran normal, gangguan keseimbangan tidak ada, pemakaian alat
bantu tidak ada.
 Sistem Pernapasan
Jalan napas tidak terdapat sumbatan , pernapasan sesak,tidak menggunakan otot bantu pernapasan,
frekuensi 23x/menit, irama teratur. Kedalaman dalam, batuk tidak ada, sputum tidak ada. Palpasi dada
simetris, nyeri saat bernapas tidak ada, tidak menggunakan oksigen.
 Sistem Kardiovaskular
Sirkulasi perifer Nadi 80x/menit irama teratur denyut kuat Tekanan Darah : 167/90mmHgDistensi vena
jugularis tidak ada, Temperatur kulit hangat, Pengisian kapiler 4 detik, Edema tidak ada, Sirkulasi Jantung,
kecepatan denyut nadi apikal : 84x/menit, irama teratur, tidak ada nyeri dada.
 Sistem Hematologi
Kulit tampak sedikit pucat, tidak ada perdarahan,HB : 7,3g/dl.
 Sistem Syaraf Pusat
Keluhan sakit kepala (pusing), tingkat kesadaran Compos Mentis GCS:E4M6V5, Tanda-tanda peningkatan
TIK tidak ada, Gangguan sistem persarafan tidak ada, reflek fisiologis normal, reflek patologis tidak ada.
 Sistem Pencernaan
Nutrisi, Gigi tidak ada caries, penggunaan gigi palsu tidak ada, stomatitis tidak ada, lidah bersih, selera makan
baik, mual tidak, muntah tidak ada , hepar tidak teraba, pola kebiasaan makan dirumah 3x/hari. Eliminasi
1x/hari, bising usus 8x/meni, tidak ada diare warna feses kuning, konsistensi feses setengah padat, kontstipasi
tidak ada, penggunaan laxatif tidak ada.
 Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak terdapatpoliuri namun terdapat polidipsi
dan polifagia, tidak terdapat luka gangren pada klien.
 Sistem Urogenitalia
Intake cairan klien sebanyak , air putih 600cc. Tidak terdapat distensi kandung kemih, ada keluhan sakit
pinggang sebelah kanan, dan klien tidak menggunakan kateter.
 Sistem Integumen
Tidak ada gatal-gatal, Turgor kulit teraba elastis, temperatur kulit teraba hangat, warna kulit pucat, keadaan
kulit klien baik, tidak ada luka decubitus, Tidak terdapat kelainan pada kulit klien, kondisi kulit pada daerah
pemasangan cimino baik, tidak terdapaat anueresma keadaan rambut klien dari teksturnya baik dan
kebersihannya baik.
 Sistem Muskuloskeletal
5555 5555
5555 5555
Terdapat kesulitan dalam pergerakan karena klien lemas, tidak ada sakit pada tulang, sendi atau kulit klien,
tidak ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk pada tulang sendi, tidak ada kelainan struktur tulang belakang,
keadaan tonus baik, kekuatan otot klien
 Data Tambahan
Laboratorium DPL tanggal 13 maret 2019 Hasil
Hemoglobin:7.3g/dl (N 12-16g/dl), Leukosit:8.60 10^3/ul (N 5.0-
10.0 10^3/ul), MXD: 17% (50-70%), Trombosit:217 10^3/ul (150-
450 10^3/ul), Hematokrit:22,9% (36-48%), Eritrosit 2,87 juta/ul
(4,5-5,5) MCV : 79,8 fL (82-92), MCH :25,4 pg (27-31), MCHC
31,9 g/dL (32-36). Fungsi ginjal : Ureum:70mg/dl (15-25),
Creatinin:3,5mg/dl (0,5-1), EGFR:12ml/menit 1,73m2 (60-90).
Elektrolit: Natrium:142mmol/L, Kalium:3,7mmol/L,
Clorida:113mmol/L.

 Penatalaksanaan
NaCl 0,9% , Heparin 2500u (Maintace), Heparin 2500u (Untuk
Sirkulasi).
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1 Ds : klien mengatakan sesak bila sedang Pola nafas tidak efektif Hiperventilasi
beraktivitas

Do : Kesadaran Composmentis , kedaan


umum ringan, TD 167/90mmHg S:36,70C
N:80x/menit RR:23x/menit SPO2:98%.
Terpasang oksigen nasal kanul 3 lpm. Suara
nafas

2 Ds : klien mangatakan haus, dan mulut Resiko Kadar ureum kreatinin

terasa kering ketidakseimbangan meningkat

cairan dan elektrolit


Do : Kesadaran Composmentis , kedaan
umum ringan, mukosa bibir terlihat kering,
klien terlihat lemas.
Hasil lab: Ureum:70mg/dl (15-25),
Creatinin:3,5mg/dl (0,5-1)
3 DS : Klien mengatakan mual, Ketidakseimban Mual,
tidak nafsu makan gan nutrisi
kurang dari anoreksia
DO : Kesadaran kebutuhan
Composmentis , kedaan tubuh
umum ringan, klien tampak
lemas, konjungtiva
anemis,klien makan habis ½
porsi, TB:153cm BB pre HD:
41,6 kg BB post HD:42,7 kg.
IMT: 17,3.
Hasil lab: hemoglobin:7.3g/dl
 Diagnosa keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Hiperventilasi
2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolitberhubungan
dengan Kadar ureum kreatinin meningkat
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan Mual, anoreksia

 Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Keperawatan


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
Data Subyektif :klien mengatakan sesak bila sedang beraktivitas
Data Obyektif : TD 167/90mmHg S:36,70C N:80x/menit
RR:23x/menit SPO2:98%. Terpasang oksigen nasal kanul 3 lpm. Suara
nafas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x4 jam selama
hemodialisa pola napas kembali efektif
Kriteria Hasil :
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah)
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten(klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
3. Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
Rencana Tindakan :
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
3. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
4. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
5. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
6. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi
7. Kolaborasi fisioterapi dada jika perlu
Pelaksanaan
 Rabu 13 maret 2019
Pukul 07.00 menganamnesa klien hasilnya klien mengtakan lemas mual, tidak
nafsu makan, makan hanya habis ½ porsi yang diberikan. Klien terlihat sesak
Pukul 07.15 memberikan posisi nyaman hasil klien terlihat rileks. Pukul
07.20 melakukan pemasangan blood line di lanjutkan priming. Pukul 07.35
melakukan auskultasi pada suara nafas hasil nafas terdengar sesak Pukul
07.40 mengukur TTV Pre HD dengan hasil TD : 160/79 mmHg N:
82x/mnt R: 23x/mnt S: 36,40C Pukul 07.50 melakukan perawatan Cimino
hasilnya daerah pemasangan baik tidak ada flebitis dan tidak ada sumbatan.
Pukul 08.00 memasang blood line ke av fistula di tangan kiri hasil :
penusukan lancar tidak ada perdarahan. Pukul 08.15 memulai dyalisis. Pukul
08.30 mengukur tanda tanda vital intra dialisis dengan hasil : TD : 157/80
mmHg N: 80x/mnt R: 21x/mnt S: 36,40C Pukul 09.00 mengatur intake
cairan hasil klien minum 600ml/24 jam Pukul 10.00 mengobservasi klien
hasil akses cimino di lengan kiri lancar Hemodialisa di lanjutkanPukul 10.10
mengahiri proses dyalisis melepas blood line dari av fistula samapai dengan
menutup cimino shunt dengan deeper post HD. Pukul 10.30merapihkan
selang inlet dan outlet dan menutup bekas tusukan dengan kassa Pukul 10.45
melakukan ending mesin HD
 Sabtu 16 Maret 2019
Pukul 07.30 menganamnesa klien hasilnya klien mengtakan lemas bila belum
HD, nafsu makan mulai membaik, makan hanya habis 1 porsi, pasien minum
sedikit bila terasa haus, klien terlihat tidak terlalu sesak. Pukul 07.40
mengauskultasi dada pasien dengan stetoskop hasil suara paru vesikuler tidak
ada tanda-tanda nyeri dada karena kelebihan cairan Pukul 07.50 melakukan
pemasangan blood line di lanjutkan priming. Pukul 08.00 mengukur TTV Pre
HD dengan hasil TD : 165/78 mmHg N: 90x/mnt R: 21x/mnt S: 36,50C
Pukul 07.50 melakukan perawatan Cimino hasilnya daerah pemasangan baik
tidak ada flebitis dan tidak ada sumbatan. Pukul 08.15 memasang blood line
ke av fistula di tangan kiri hasil : penusukan lancar tidak ada perdarahan.
Pukul 08.25 memulai dyalisis. Pukul 08.30 mengukur tanda tanda vital intra
dialisis dengan hasil : TD : 155/80 mmHg N: 83x/mnt R: 21x/mnt S:
36,00C Pukul 09.00 memberikan minum air hangat dan melakukan
fisioterapi dada hasil klien merasa nafasnya tidak sesak Pukul 10.20
mengobservasi klien hasil akses cimino di lengan kiri lancar Hemodialisa di
lanjutkanPukul 10.30 mengahiri proses dyalisis melepas blood line dari av
fistula samapai dengan menutup cimino shunt dengan deeper post HD. Pukul
10.45merapihkan selang inlet dan outlet dan menutup bekas tusukan dengan
kassa Pukul 11.00 melakukan ending mesin HD
Evaluasi
 Rabu 13 Maret 2019
S : klien mengatakan sesak berkurang sedikit
O: klien masih terlihat sesak ttv TD : 157/80 mmHg N: 80x/mnt R: 21x/mnt S:
A : tujuan tercapai sebagian
P : Intervensi dilanjutkan di ruangan
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
3. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
4. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
5. Kolaborasi fisioterapi dada jika perlu
Evaluasi
 Sabtu 16 Maret 2019
S : klien mengatakan sesak berkurang
O: klien masih terlihat sesak ttv TD : 157/80 mmHg N: 80x/mnt R: 20x/mnt
A : tujuan tercapai sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
3. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
4. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
5. Kolaborasi fisioterapi dada jika perlu
NO ITEM TEORI KASUS KESENJANGAN
1. A. Pengkajian keperawatan Hipertensi, diabetes lupus nefritis dan Tidak ada
etiologi melitus, hipertensi kesenjangan
kardiomiopati, left
ventricularhypertrophy
(LVH), lupus
nefritis,

Manifestasi klinis Hipertensi, anemia, Hipertensi, anemia, Tidak ada


kulit berwarna pucat kulit berwarna pucat kesenjangan
kekuning-kuningan, kekuning-kuningan,
urea frost, gangguan urea frost, gangguan
fungsi trombosit dan fungsi trombosit dan
leukosit sehingga leukosit sehingga
imunitas menurun imunitas menurun

Pemeriksaan diagnostik Urin : volume, Urin : volume, Tidak ada


warna, berat warna, berat kesenjangan
osmolalitas, klirens osmolalitas, klirens
kreatinin, natrium kreatinin, natrium
protein protein
Darah : Darah :
BUN/kreatinin, BUN/kreatinin,
hitung darah hitung darah
lengkap, SDM, lengkap, SDM,
GDA, PH, NaKcl GDA, PH, NaKcl
NO. Item teori kasus pembahasan

2. Diagnosa Keperawatan 7 diagnosa GGK, 5 diagnosa 3 diagnosa sama Terdapat


HD dengan teori kesenjangan

3. Perencanaan Tidak terdapat


Keperawatan kesenjangan

4. Pelaksanaan Tidak terdapat


Keperawatan kesenjangan

5. Evaluasi Keperawatan Tidak terdapat


kesenjangan
BAB V KESIMPULAN
Penyebab gagal ginjal kronik menurut teori yaitu Intrarenal kerusakan aktual
jaringan ginjal akibat trauma jaringan glomerulus atau tubulus ginjal.
Penyebab yang terjadi pada kasus yaitu ada penyakit autoimun Lupus
Erimatosus Sistemik (LES) yang ditandai oleh peradangan kronis dan akut
pada berbagai jaringan tubuh seperti ginjal, hati, sendi, sel darah merah,
leukosit dan trombosit.
Pada pemeriksaan diagnostik antara teori dengan kasus yang sesuai yaitu
Penatalaksanaan medis pada teori dan kasus yaitu Urine: Volume, Warna,
Berat Osmolalitas, Klirens kreatinin, Natrium, Protein, Darah.
Diagnosa keperawatan penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan, pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
hiperventilasi, kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan
volume urine.
Perencanaan dan pelaksanaan pada masing-masing diagnosa telah sesuai
dengan perencanaan. Pada tahap evaluasi keperawatan penulis menggunakan
metode SOAP sehingga 3 diagnosa tujuan tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyke M. (2007). Clinic Management for Positive Outcomes. America : Saunders Elseiver

Doenges, Marylinn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien (I
Made Karyasa, Penerjemah). Jakarta : EGC

Hudak & Gallo, (1997). Keperawatan Kritis:Pendekatan Holistik edisi 4, volume 2, Jakart: EGC.

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC.
Edisi Revisi.Yogyakarta: Mediaction

Price, Sylvia A dan Lorraine McCarty Wilson. (2006) .Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Vol 2. Edisi 6. (Brahm U.
Pendit, dkk, penerjemah).Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2002). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Vol 1. Edisi 8. (Agung
Waluyo, dkk, penerjemah). Jakarta: EGC

Sudoyo, Aru W., dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing

Anda mungkin juga menyukai