M DENGAN
GAGAL GINJAL KRONIK (GGK) DI RUANG NB 3
DI RUMAH SAKIT PELNI JAKARTA
Disusun Oleh
JAKARTA
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Klien Tn.M dengan Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Ruang NB 3
Rumah Sakit Pelni Jakarta”
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan,
tetapi berkat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya
makalah ini dapat di selesaikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat :
Akhir kata penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan semua yang membaca.
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal ginjal kronik (GGK) telah menjadi kekhawatiran yang berkembang
didunia karena pravelansinya yang meningkat serta hasil akhirnya yang buruk.
Penyakit ginjal memang tidak menular, tetapi menimbulkan kematian dan
dibutuhkan biaya mahal untuk pengobatan yang terus berlangsung seumur
hidup. Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal secara
perlahan sehingga terjadi gagal ginjal yang merupakan stadium terberat
penyakit ginjal kronik. Jika sudah sampai stadium ini, pasien memerlukan
terapi pengganti ginjal berupa cuci darah (hemodialisis) atau cangkok ginjal
yang biayanya mahal. (Dechacare, 2011)
Pertumbuhan jumlah penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat
50% dari tahun sebelumnya. Di Amerika Serikat, kejadian dan prevalensi
gagal ginjal Meningkat 50% di tahun 2014. Data menunjukkan bahwa setiap
tahun 200.000 orang Amerika menjalani hemodialisis karena gangguan ginjal
kronis artinya 1140 dalam satu juta orang Amerika adalah pasien dialisis
(WHO, 2014).
1
Dengan adanya jumlah peningkatan penderita gagal ginjal kronik setiap tahun
menunjukkan adanya kesalahan gaya hidup yang terjadi dimasyarakat. Maka
pentingnya peran perawat seperti peran advocad, edukator, care giver,
fasilitator yang dibuktikan dengan peran promotif yaitu peningkatan derajat
kesehatan, peran preventifnya yaitu menganjurkan masyarakat untuk menjaga
pola hidup yang sehat dan hindari alkohol, soft drink serta minum air putih
yang cukup. Peran kuratifnya yaitu dengan memberikan perawatan langsung
kepada penderita gagal ginjal termasuk mengawasi diit dan pembatasan cairan
sedang peran rehabilitatifnya yaitu kontrol ke dokter secara teratur, istirahat
yang cukup, minum obat secara teratur.
Melihat tingginya angka kesakitan tiap tahun yang ditimbulkan dan pentingnya
peran perawat dalam upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, maka
penulis tertarik untuk menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan
Gagal Ginjal Kronik secara komperehensif dengan menggunakan metode
ilmiah melalui proses keperawatan.
2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis ingin mendapatkan pengalaman secara nyata dalam memberikan
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gagal Ginjal Kronis.
2. Tujuan Khusus
Setelah mempelajari, diharapkan mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan Gagal Ginjal Kronis
b. Menentukan masalah keperawatan pada klien dengan Gagal Ginjal Kronis
c. Merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan Gagal Ginjal Kronis
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Gagal Ginjal
Kronis
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan Gagal Ginjal Kronis
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat, serta mencari
solusi atau alternatif pemecahan masalah pada klien dengan Gagal Ginjal
Kronis
h. Mendokumentasikan semua kegiatan pada klien dengan Gagal Ginjal
Kronis
C. Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah ini penulis membatasi dengan mengambil satu kasus
dalam menerapkan “Asuhan Keperawatan pada klien Tn. M dengan Gagal Ginjal
Kronik di Ruang NB 3 Rumah Sakit PELNI Jakarta selama 2 hari perawatan dari
tanggal 03 Oktober 2018 sampai dengan 04 Oktober 2018”
D. Metode Penulisan
Metode dalam penulisan makalah ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriptif
yaitu dimulai dari pengumpulan data, analisa data, menarik kesimpulan, dan
disajikan dalam bentu narasi. Adapun pengumpulan data dilakukan dengan cara
observasi, wawancara, study kasus, study dokumentasi, dan study kepustakaan.
Adapun observasi maupun wawancara yaitu dengan berbicara langsung pada klien
dan keluarga klien. Study kasus yaitu dengan mengambil satu kasus mengenai
penyakit Gagal Ginjal Kronik sebagai bahan ajaran dalam menerapkan asuhan
3
keperawatan yang terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan. Study
dokumentasi yaitu dengan mempelajari dokumen – dokumen yang berkaitan dengan
penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan Gagal Ginjal Kronik dari catatan
keperawatan dan catatan medis atau rekam medis. Study kepustakaan yaitu dengan
menggunakan beberapa buku – buku dan media internet sebagai sumber referensi
dalam pembuatan makalah.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ilmiah ini terdiri dari 5 BAB. BAB I yaitu pendahuluan yang
terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan yang meliputi tujuan umum dan tujuan
khusus, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II yaitu
tinjauan teori yang terdiri dari pengertian, etiologi, penatalaksanaan medis, asuhan
keperawatan meliputi pengkajian keperawatan beserta pemeriksaan diagnostik,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan
evaluasi keperawatan. Dilanjutkan dengan BAB III yaitu tinjauan kasus yang terdiri
dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
keperawatan. BAB IV yaitu pembahasan yang terdiri dari pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan
evaluasi keperawatan. Sedangkan untuk BAB V yaitu penutup yang terdiri dari
kesimpulan dan saran.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) merupakan
gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana
tubuh tidak mampu memelihara metabolisme, gagal memelihara
keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat pada peningkatan ureum.
Pada pasien gagal ginjal kronik mempunyai karakteristik bersifat menetap,
tidak bisa disembuhkan dan memerlukan pengobatan berupa hemodialisis,
dialisis peritoneal, transplantasi ginjal dan rawat jalan dalam jangka waktu
yang lama (Black & Hawks, 2014).
Gagal ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada
umumnya berakhir dengan gagal ginjal. (Aru.w sudoyo, 2009).
5
B. Etiologi
Menurut Dr. Nursalam.M penyebab terjadinya gagal ginjal dapat dibagi
menjadi 3 yaitu:
6
7
Postrenal terjadi akibat sumbatan atau gangguan aliran urine melalui saluran
kemih (sumbatan bagian distal ginjal). Tekanan di tubulus meningkat
sehingga laju filtrasi glomerolus meningkat. Hal ini biasanya ditandai dengan
adanya kesulitan dalam mengosongkan kandung kemih dalam perubahan
aliran kemih.
C. Patofisiologi
System perkemihan terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urin dua ureter
yang membawa urin kedalam sebuah kandung kemih untuk penampungan
sementara dan uretra yang mengalirkan urin keluar tubuh melalui orifisium
uretra eksternal. Ginjal melakukan dua fungsi utama yaitu mengeksresikan
sebagian terbesar produk akhir metabolism tubuh dan mengatur konsentrasi
unsure cairan tubuh.
Stadium III : Uremi gagal ginjal (faal ginjal kurang dari 10 %). Stadium
akhir timbul pada `sekitar 90 % dari massa nefron telah hancur. Nilai GFR
nya 10 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin serum dan BUN akan
meningkat dengan sangat mencolok sebagai penurunan. Penderita biasanya
8
menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang dari 500/ hari karena kegagalan
glomerulus dan timbul gejala gejala yang dinamakan sindrom uremik yang
mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh. (Sylvia.A Price.2006)
Anemia. Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoeitin yang tidak
adekuat, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan
kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien,
terutama dari saluran gastrointestinal. Eritropoeitin, suatu substansi normal
yang diproduksi oleh ginjal, menstimulasi sum-sum tulang untuk
menghasilkan sel darah merah. Pada gagal ginjal, produksi eritropoeitin
menurun dan anemia berat terjadi disertai keletihan, angina dan nafas sesak.
(Dr. Nursalam.M. 2006)
D. Penatalaksanaan
1. Konservatif
a. Farmakotherapi
1). Anti hipertensi : untuk menangani masalah hipertensi metildopa
(aldomet), propanolol, klonidin (catapres)
2). Suplemen zat besi / efogen (eritropoietin manusia rekombinan)
untukmengatasi anemia
3). Anti diuretik: untuk edema interstinal dan untuk meningkatkan
urinari
4). Antiemetik: untuk mengatasi mual dan muntah
5). Antacid: untuk mengatasi hiperfosfatemi dan hipokalemi
6). Anti histamine: untuk menghilangkan pruritus
7). Antibiotik : untuk mengatasi infeksi
8). Suplemen kalsium dan vit D.
b. Non farmakotherapi
1). Pembatasan asupan cairan :
Cara untuk menghitung kebutuhan asupan cairan :
= Jumlah urine yang dilkeluarkan dalam 24 jam terakhir + IWL
2). Diit rendah protein
3). Diit rendah garam
4). Transfusi darah
5). Hemodialisa adalah proses dialysis yang menggunkan membrane
semi permiabel yang berfungsi sebagai ginjal buatan dan memerlukan
suatu mesin untuk mengalirkan darah melalui salah satu sisi permukaan
membrane semi permiabel sebelum dikembalikan kedalam sirkulasi
darah dalam tubuh.
E. Pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas / istirahat, gejalanya kelelahan, kelemahan, malaise, dan ditandai
dengan kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
2. Sirkulasi, gejalanya riwayat hipertensi lama atau berat, nyeri dada (angina),
ditandai dengan hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum (pada kaki,
telapak tangan), distrimia jantung, nadi lemah, perikardial, pucat,
kecenderungan perdarahan.
3. Integritas ego, gejalanya penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria (gagal
tahap lanjut), abdomen kembung, diare atau konstipasi, ditandai dengan
perubahan warna urine, oliguria, dapat menjadi anuria. Contoh perubahan
urine urine kuning pekat, merah, coklat, berawan.
4. Makanan / cairan
Gejalanya peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan
(malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, penggunaan diuretik.
Ditandai dengan distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir),
perubahan turgor kulit/kelembabpan, edema (umum, tergantung), ulserasi
gusi, perdarahan gusi/lidah, penurunan otot, penurunan lemak subkutan,
penampilan tak berdaya.
5. Neurosensori
Gejalanya sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot / kejang, sindrom kaki
gelisah, kebas rasa terbakar pada telapak kaki. Ditandai dengan gangguan
status mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, penurunan tingkat kesadaran, koma,
kejang, rambut tipis, kuku rapuh, dan tipis.
6. Nyeri / Kenyamanan
Gejalanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot (nyeri kaki/memburuk
saat malam hari). Ditandai dengan prilaku berhati-hati/ distraksi, gelisah.
7. Pernapasan
Gejalanya napas pendek, dispnea noktiral proksimal, batuk dengan / tanpa
sputum kental dan banyak. Ditandai dengan takipnea, dispnea, peningkatan
frekuensi / kedalaman (pernapasan kusmaul), batu produktif dengan
ssputum merah muda-encer (edema paru).
12
8. Keamanan
Gejalanya kulit gatal, ada / berulang nyeri. Ditandai dengan demam (sepsis,
dehidrasi), nomotermia dapat secara aktual terjadi peningkatan pada pasien
yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal ( efek GGK/ depresi
respon imun), petekia, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang, deposit
fosfat kalsium (klasifikasi metastatik) pada kulit, jaringan lunak, sendi,
keterbatasan gerak sendi.
9. Seksualitas
Gejalanya penurunan libido, amonorea, infertilitas.
10. Interaksi sosial
Gejalanya kesulitanyya menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
11. Penyuluhan / pembelajaran
Gejalanya riwayat DM keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit
polokistik, nefritis herediter, kalkus urinaria, malignansi, riwayat terpajan
pada toksin, contoh obat, racun lingkungan, penggunaan antibiotok
nefrotoksik saat ini/ berulang.
12. Pemeriksaan diagnostik
a. Urine
1) Volume : biasanya kurang dari 400 ml /24 jam (oliguria) atau urine
tidak ada (anuria).
2) Warna : secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus,
bakteri, lemak, partikel koloid, fosfat sedimen kotor, kecoklatan
menunjukkan adanya darah, Hemoglobin, porfirin.
3) Berat jenis kurang kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010
menunjukkan kerusakan ginjal berat.
4) Klirens kreatinine mungkin akan menurun.
5) Natrium lebih besar dari 40 mEq / L karena ginjal tidak mampu
mereabsorpsi natrium.
6) Protein, derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada.
b. Darah
13
F. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan menurut Doenges, Marilynn E. (2000)
G. Perencanaan Keperawatan
1. Resiko ringgi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja
miokardial, dan tahanan vaskuler sistemik.
Tujuan : penurunan curah jantung tidak terjadi.
Kriteria hasil : mempertahankan curah jantung, Tanda-tanda vital dalam
rentang normal ( TD 110/70 mmHg, P 16-20x/menit, N 60-80x/menit, Sh
36-37ͦC), frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat sama
dengan waktu pengisian kapiler.
15
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru.
b. Kaji adanya derajat hipertensi.
c. Selidiki keluhan nyeri dada.
d. Evaluasi bunyi jantung.
e. Kai tingkat aktivitas.
f. Kolaborasi : awasi pemeriksaan laboratorium
a. Berikan obat antihipertensi.
b. Bantu dalam perikardiosentesis sesuai indikasi.
c. Siapkan dialisis.
H. Pelaksanaan Keperawatan
1. Pengertian
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah renncana tindakan
19
2. Tahap Pelaksanaan
a. Tahap persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan menurut perawatan mempersiapkan
segala sesuatu terdiri dari :
1) Review tindakan keperawatan yang identifikasi pada tahp yang
diperlukan.
2) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang
diperlukan.
3) Mengetahui komplikasi dari tindakan kerawatan yang mungkin
timbul.
4) Mempersiapkan lingkungan yang kondusif sesuai dengan tindakan
yang dilakukan.
5) Menentukan dan mempersiapkan perawatan yang diperlakukan.
6) Mmengidentifikasi aspek hukum dan etika terhadap resiko dan
pada potersial tindakan.
b. Tahap intervensi
Faktor terhadap pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan
keperawatan meliputi tindakan :
1) Independen
Adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa
merujuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
Tipe tindakan independen keperawatan dapat diketegorikan
menjadi 4 yaitu :
a) Tindakan Diagnostik
20
c. Tindakan Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang
lengkap dan akurat terhadap suatu kegiatan dalam proses keperawatan.
Ada 3 tipe sistem pencatatan yang digunakan pada dokumentasi, yaitu
:
1) Source Oriented Record (SOR).
2) Problem Oriented Record (POR).
3) Computer Assited Record (CAR).
I. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaan sudah berjasil dicapai. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
21
Fokus tipe evaluasi ini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil
kualitas pelayanan tindakan keperawatan.
b. Hasil (sumatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku status kesehatan klien pada
akhir tindakan perawatan klien.
c. Penatalaksanaan keputusan pada tahap evalusi :
1) Klien telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan.
2) Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan.
3) Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan.
23
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
pada tanggal 02 Oktober 2018 dengan nomor register 69.78.57 pada pukul
18.00 dengan diagnosa medis CKD. Klien sudah menikah, agama Islam,
2. Resume
Klien Tn. M usia 54 tahun datang ke IGD Rumah Sakit PELNI Jakarta pada
tanggal 02 Oktober 2018 pukul 16.00 wib datang dari admission dengan
melakukan pengambilan darah untuk lab (DPL, Ul, Ur, Cr, N, Ka)
142 mmol/L (134-146), Kalium: 4,9 mmol/L (3,4 - 4,5), Clorida: 105
3. Riwayat Keperawatan
Riwayat Keperawatan sekarang : keluhan utama mual, tidak nafsu makan,
cemas. Kronologis keluhan: Faktor pencetus dari hipertensi dan DM klien.
Timbul keluhan bertahap, lamanya sekitar 3 bulan yang lalu, upaya
mengatasinya dengan cara berobat, istirahat dan minum obat amlodipine
karena memiliki riwayat hipertensi.
klien
Keterangan :
/ : Meninggal : Garis Perkawinan
: Laki-Laki : Garis Keturunan
: Perempuan : Tinggal Serumah
: Klien
Penyakit yang pernah di derita oleh anggota keluarga yaitu ibu klien pernah
menderita Hipertensi. Dirumah klien tinggal dengan istri dan anaknya. Riwayat
Psikososial dan Spiritual, orang yang terdekat dengan klien adalah istrinya ,
pola komunikasi klien baik, pembuat keputusan yaitu klien sendiri dan kegiatan
kemasyarakatan klien aktif dalam kegiatan keagamaan dan mengikuti kerja
bakti. Dampak penyakit klien terhadap keluarga adalah keluarga cemas dengan
klien, masalah yang mempengaruhi klien adalah klien cemas terhadap
penyakitanya. Mekanisme koping terhadap stress adalah pemecahan masalah.
Hal yang dipikirkan klien saat ini yaitu ingin segera pulang ke rumah, harapan
setelah menjalani perawatan yaitu penyakitnya dapat sembuh dan dapat
beraktivitas seperti biasanya, perubahan setelah jatuh sakit berat badan
menurun, nyeri , lemas dan klien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
Sistem kepercayaan, nilai –nilai yang bertentanagan degan kesehatan tidak ada,
aktivitas keagamaan atau kepercayaan yang dilakukan adalah shalat 5 waktu.
Kondisi lingkungan rumah klien berada di daerah padat penduduk.
4. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan fisik umum
Berat badan sebelum sakit 56 kg, berat badan saat ini 55 kg, tinggi badan
156 cm, keadaan umum sedang, pembesaran kelenjar getah bening tidak
ada.
b. Sistem penglihatan
Otot-otot mata tidak ada kelainan, kelopak mata dan pergerak bola mata
normal, konjungtiva tampak anemis, kornea normal, sklera anikterik, pupil
isokor, fungsi penglihatan baik, tanda-tanda peradangan tidak ada,
pemakaian kacamata ada, untuk kacamata baca. Pemakaian lensa kontak
tidak ada, reaksi terhadap cahaya positif.
52
53
c. Sistem pendengaran
Daun telinga normal, karakteristik serumen tidak ada, kondisi telinga tengah
normal, tidak ada cairan ditelinga, perasaan penuh ditelinga tidak ada,
tinitus tidak ada, otalgia tidak ada, fungsi pendengaran normal, gangguan
keseimbangan tidak ada, pemakaian alat bantu tidak ada.
d. Sistem Wicara
Bicara normal tidak ada aphasia, aphonia, dystria, dysphasia, dan Anarthia.
e. Sistem Pernapasan
Pola napas tidak tersumbat, tidak sesak nafas, tidak menggunakan otot bantu
pernapasan, frekuensi 19x/menit, irama teratur. Kedalaman dangkal, batuk
tidak ada, sputum tidak ada. Palpasi dada simetris, perkusi dada terdengar
sonor, tidak ada nyeri saat bernapas, tidak menggunakan alat bantu
f. Sistem Kardiovaskular
Sirkulasi perifer Nadi 100x/menit, irama teratur, denyut kuat. Tekanan
Darah : 160/98 mmHg distensi vena jugularis tidak ada, Temperatur kulit
hangat, Pengisian kapiler 4 detik, Edema ada di kaki kanan. Sirkulasi
Jantung, kecepatan denyut nadi apikal : 94x/menit, irama teratur, tidak ada
nyeri dada.
g. Sistem Hematologi
Warna kulit klien tampak pucat, perdarahan tidak ada.
i. Sistem Pencernaan
Nutrisi, Gigi ada caries, penggunaan gigi palsu tidak ada, tidak ada
stomatitis, lidah sedikit kotor, saliva normal, selera makan kurang baik
54
karena tidak nafsu makan, diet NASI 1700 KAL DM B.PPY, mual ada,
muntah tidak ada , tidak ada nyeri pada daerah abdomen, hepar tidak teraba,
abdomen lembek, lingkar abdomen 68 cm, tidak terpasang NGT, pola
kebiasaan makan dirumah 2x/hari.
Eliminasi: bising usus 8x/menit, tidak ada diare, warna feses cokelat,
konsistensi feses setengah padat, kontstipasi tidak ada, penggunaan laxatif
tidak ada, pola kebiasaan BAB dirumah 1X sehari.
j. Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, napas tidak berbau keton, tidak
terdapat poliuri, polidipsi, dan polifagia, serta tidak terdapat luka gangren
pada klien.
k. Sistem Urogenitalia
Balance cairan intake peroral 600 ml/ 24 jam, Output cairan urine 150 ml,
IWL 550 ml = 650 ml. Klien tidak menggunakan drain. Perubahan pola
l. Sistem Integumen
Turgor kulit kering, temperatur kulit teraba hangat, warna kulit pucat,
keadaan kulit klien sedikit kering, tidak ada luka decubitus, Tidak terdapat
kelainan pada kulit klien, kondisi kulit pada daerah pemasangan infus baik,
keadaan rambut klien dari teksturnya baik dan kebersihannya baik, pola
kebersihan personal hygiene dirumah 1x sehari.
m. Sistem Muskuloskeletal
Tidak ada kesulitan dalam pergerakan karena klien lemas, tidak ada sakit
pada tulang, sendi atau kulit klien, tidak ada fraktur, tidak ada kelainan
55
bentuk pada tulang sendi, tidak ada kelainan struktur tulang belakang,
keadaan tonus baik,
kekuatan otot klien
5555 5555
5555 5555
5. Data Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 02 Oktober 2018: Hemoglobin: 8,1
mmol/L (134-146), Kalium: 4,9 mmol/L (3,4 - 4,5), Clorida: 105 mmol/L
(96 - 108).
6. Penatalaksanaan
a. Terapi Obat
Amplodipine 10mg x 1 sehari via oral
b. IVFD
Infus Ringer Laktat 7 tetes/menit (24 jam/kolf)
c. Diet
NASI 1700 KAL DM B.PPY
7. Data Fokus
56
56 kg, dan sebelum sakit 55 kg sejak satu minggu yang lalau, TB 150 cm,
ada riwayat hipertensi dan DM, minum dibatasi 600 ml/24 jam, BAK 3x
klien tampak lemah, mukosa bibir kering, konjungtiva anemis, makan habis
1/2 porsi, ada edema di kaki kanan Hemoglobin: 8,1 g/dl (N 12-16g/dl),
4,9 mmol/L (3,4 - 4,5), Clorida: 105 mmol/L (96 - 108), IWL : output cairan,
8. Analisa Data
DO : TD 160/98 Mmhg,
klien tampak
lemah,klien tampak
pucat.
600ml/24jam, BAK
N 100x/menit, P
19x/menit, Sh 36,3 ͦ C,
56mg/dl(15-25),
(5.0-10.0 10ˆ3/uL),
58
eGFR
5mL/menit/1.73m2
600ml/24jam.
pemasangan cemino
ditangan kiri
DO:
Kesadaran
composmentis.
Klien tampak lemas
Terpasang CDL
Hemoglobin: 8,1 g/dl
Leukosit 8.60 10ˆ3/uL
59
DO : konjungtiva
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan diagnosa prioritas yang ada pada Tn. M ditegakkan diagnosa :
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan
hipertensi,
Kriteria hasil :pusing hilang, badan terasa segar, TTV dalam batas normal
Rencana tindakan ;
19.00,23.00wib)
b. Perhatikan posisi klien dan berikan / atur posisi yang nyaman untuk
klien.
Perencanaan :
Evaluasi
19.00,23.00wib)
b.Perhatikan posisi klien dan berikan / atur posisi yang nyaman untuk
klien.
A : Masalah teratasi
DS: klien mengatakan minum dibatasi 600ml/24jam, BAK sedikit hanya 200cc
Kalium: 4,9 mmol/L, Clorida: 105 mmol/L, intake per oral 600ml/24jam.
Kriteria Hasil : BAK kembali normal, muka tidak sembab, intake per oral
dalam batas normal, hasil laboratorium dalam batas normal, TTV dalam batas
normal.
Rencana Tindakan :
a. Ukur TTV (TD,N,P,Sh) jam 05.00 ,11.00 ,15.00, 19.00, 23.00 wib
Pelaksanaan:
terganggu. Pukul 11.00 memberikan makanan ringan, klien tidak mau makan,
36,4˚C. Pukul 12.00 memberikan makan, makan habis ¼ porsi. Pukul 13.00
klien, klien tampak segar. Pukul 17.00 memberi batas minum 600ml/24jam.
Pukul 18.00 memberikan obat oral Amplodipin 10 mg. Pukul 19.00 memantau
tidur.
klien, klien tampak segar. Pukul 17.00 Pukul 17.00 klien dipulangkan karena
Evaluasi
P = intervensi di lanjutkan
a. Ukur TTV (TD,N,P,Sh) jam 05.00 ,11.00 ,15.00, 19.00, 23.00 wib
O = muka klien tidak sembab, intake per oral 600cc/24jam, Ureum: 56mg/dl(15-
P = intervensi di hentikan
kriteria hasil :
a. Tidak ada kemerahan dan rembesan pada luka
b. Tidak ada pus
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
d. Tanda tanda vital dalam rentan normal
Perencanaan :
a. Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan pada kondisi
kulit
b. Melakukan perawatan luka CDL
c. Monitor tanda dan gejala infeksi
d. Monitor tanda tanda vital
e. Instruksi pasien untuk minum antibiotic sesuai program dokter
Pelaksanaan keperawatan :
Rabu 03 Oktober 2018
Pukul 09.00 klien diantar ke OK untuk pemasangan cemino, cemino dipasang di
tangan kiri. Pukul 11.00 Mengobservasi tanda-tanda vital, TD : TTV; TD 158/80
mmHg, N 80x/menit, P 19x/menit, Sh 36,4˚C. Pukul 11.20 inspeksi kulit dan
membrane mukosa terhadap kemerahan pada kondisi kulit dan monitor tanda
dan gejala infeksi, kulit klien tidak tampak kemerahan, tidak ada rembes, pus,
tidak ada tanda infeksi dank lien mengatakan nyeri pada bagian yang terpasang
indwelling pleural catheter. Pukul 15.00 Mengobservasi Tanda-tanda vital, TD:
145/96 mmHg, RR : 20x/menit, N : 110x/menit, S: 36,1ºC. Pukul Pukul 19.00
melakukan perawatan luka , hasilnya baik, tidak rembes, tidak kemerahan dan
66
tidak ada pus. Pukul 22.00 Mengobservasi tanda-tanda vital, Pukul 22.00
mengobservasi tanda-tanda vital, TD : 151/100 mmHg, RR : 20x/menit, N :
102x/menit, S : 36,5 ºC
Evaluasi Keperawatan
Rabu 03 Oktober 2018
Subjektif : klien mengatakan tidak nyeri pada daerah yang terpasang CDL
Objektif : tidak ada kemerahan, tidak ada rembes, tidak ada pus ,
Analisa : Tujuan belum teratasi
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
1. Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan pada kondisi
kulit
2. Melakukan perawatan luka CDL
3. Monitor tanda dan gejala infeksi
4. Monitor tanda tanda vital
5. Instruksi pasien untuk minum antibiotic sesuai program dokter
DS: klien mengatakan tidak nafsu makan, merasa mual, BB sebelum sakit 56
DO : konjungtiva anemis, tampak lemas, makan hanya 1/2 porsi, mukosa bibir
kering,
Rencana tindakan :
a. Ukur TTV (TD,N,P,Sh) jam 05.00 ,11.00 ,15.00, 19.00, 23.00 wib
Perencanaan
makan, klien mau makan, makan habis 5 sendok, mual. Pukul 15.00
Pukul 17.30 memberikan makan, klien mau makan, makan habis ¼ porsi,
mual, lemas, mukosa bibir kering. Pukul 20.00 mengobservasi klien, klien
Pukul 08.30 mengobservasi klien, klien mengatakan lemas, mual masih ada,
mual masih ada, makan tadi pagi habis ¼ porsi, konjungtiva anemis. Pukul
36,5ͦ C.. Pukul 12.00 memberikan makan, kliem mau makan, makan habis
memandikan klien, klien tampak segar. Pukul 17.00 Pukul 17.00 klien
Evaluasi
P = intervensi di lanjutkan
O = makan habis ¾ porsi. Hemoglobin 8.1 g/dl, sudah tidak terlalu lemah
A = tujuan tercapai
P = intervensi di hentikan
70
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada BAB ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang terdapat pada teori
dan kasus yang penulis dapatkan dalam menerapkan Asuhan Keperawatan Pada TN.
M Dengan Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Ruang NB 3 Rumah Sakit PELNI Jakarta
selama 2 hari perawatan mulai tanggal 03 Oktober 2018 sampai 04 Oktober 2018.
A. Pengkajian Keperawatan
Tahap pengkajian, etiologi dari penyakit gagal ginjal kronik pada TN. M yang
dikasus sesuai dengan teori yaitu penyakit gagal ginjal dan penyakit metabolik
Manifestasi klinis yang terdapat pada teori dan ditemuakan pada kasus yaitu
manifestasi klinis yang ada pada teori dan ditemukan pada kasus yaitu
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
penurunan nafsu makan pada kasus ditemukan tanda – tanda mual , tidak nafsu
makan, BB sebelum sakit 56 kg, BB sesudah sakit 55 kg. Resti kelebihan cairan
berhubungan gagal ginjal karena pada kasus ditemukan tanda – tanda minum
namun tidak ada pada teori yaitu dan gula darah, dengan hasil GD
384 mg/dl (80-140), dan EKG dengan hasil normal, thorax foto
Kalsium.
diberikan pada klien yaitu diit rendah protein dan kalium karena diit
dialisis.
B. Diagnosa Keperawatan
riwayat hipertensi
klien composmentis.
C. Perencanaan Keperawatan
dan berikan / atur posisi yang nyaman untuk klien, Observasi klien,
adakah nyeri dada dan udeme, Auskultrasi bunyi jantung dan paru,
Amlodipine 10mg x 1.
Ukur TTV (TD,N,P,Sh) jam 05.00 ,11.00 ,15.00, 19.00, 23.00 wib,
Tujuan dan kriteria hasil belum sesuai antara teori dan kasus karena
dan keluarga serta penulis dan sarana yang cukup diruang perawatan
D. Penatalaksanaan Keperawatan
Amplodipin 10 mg
77
karena kondisi luka baik , tidak ada rembes tidak ada pus tidak ada
diberikan antibiotic.
E. Evaluasi Keperawatan
PENUTUP
Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan selama tiga hari pada TN.M dengan
Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Ruang NB 3 Rumah Sakit PELNI Jakarta, maka penulis
A. Kesimpulan
Dari hasil pengkajian yang telah penulis lakukan maka penulis dapat
tindakan invasive.
79
80
berhubungan dengan gagal ginjal. Rencana tindakan yang ada dalam kasus
belum sesuai dengan teori karena pada diagnosa terdapat kesenjangan dan
ketidak seimbangan cairan. rencana tindakan yang penulis buat dalam kasus
Faktor pendukung yang penulis dapatkan yaitu adanya kerjasama antara klien
dengan perawat serta perawat ruangan dan staff diruang perawatan cukup
B. Saran
tim kesehatan.
81
2. Penulis dapat lebih meningkatkan ketilitian dalam mengkaji masalah yang ada
dan masalah yang mungkin muncul pada klien dengan Gagal Ginjal Kronik
(GGK).
4. Perawat dan penulis mampu meningkatkan kerja sama yang baik dalam
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. (2001). proses dan Dokumentasi konsep dan praktek. Edisi 1. Jakarta :
salemba Medika