Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.

M DENGAN
GAGAL GINJAL KRONIK (GGK) DI RUANG NB 3
DI RUMAH SAKIT PELNI JAKARTA

Disusun Oleh

Gina Permatasari NIRM 16014

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI

JAKARTA

2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Klien Tn.M dengan Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Ruang NB 3
Rumah Sakit Pelni Jakarta”

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan,
tetapi berkat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya
makalah ini dapat di selesaikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat :

1. Dr. dr. Fathema Djan Rachmat, Sp.B.,Sp.BTKV(K).,MH Direktur Utama Rumah


Sakit Pelni.
2. Achmad Samdani, SKM Ketua Yayasan Samudra Apta.
3. Buntar Handayani, SKp.,M.Kep.,MM Direktur Akademi Keperawatan Pelni
Jakarta
4. Isnayati, Ns .,M.Kep Dosen pembimbing di Akademi Keperawatn Pelni Jakarta
5. Erma Purborahayu, AMK sebagai Kepala Urusan di Ruang New Bugenville 3
Rumah Sakit Pelni Jakarta sekaligus Preseptorship di Ruang New Bugenville 3
Rumah Sakit Pelni Jakarta.

Akhir kata penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan semua yang membaca.

Jakarta, 04 Oktober 2018

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal ginjal kronik (GGK) telah menjadi kekhawatiran yang berkembang
didunia karena pravelansinya yang meningkat serta hasil akhirnya yang buruk.
Penyakit ginjal memang tidak menular, tetapi menimbulkan kematian dan
dibutuhkan biaya mahal untuk pengobatan yang terus berlangsung seumur
hidup. Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal secara
perlahan sehingga terjadi gagal ginjal yang merupakan stadium terberat
penyakit ginjal kronik. Jika sudah sampai stadium ini, pasien memerlukan
terapi pengganti ginjal berupa cuci darah (hemodialisis) atau cangkok ginjal
yang biayanya mahal. (Dechacare, 2011)

Pertumbuhan jumlah penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat
50% dari tahun sebelumnya. Di Amerika Serikat, kejadian dan prevalensi
gagal ginjal Meningkat 50% di tahun 2014. Data menunjukkan bahwa setiap
tahun 200.000 orang Amerika menjalani hemodialisis karena gangguan ginjal
kronis artinya 1140 dalam satu juta orang Amerika adalah pasien dialisis
(WHO, 2014).

Di Indonesia prevelensi angka kejadian Gagal ginjal kronis dari seluruh


provinsi Sulawesi Tengah mencapai angka tertinggi dengan jumlah penderita
0,5 %, Gorontalo 0,4 %, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa
Timur 0,3 %, DKI Jakarta 0,1%. Gagal ginjal jronik meningkat seiring dengan
bertambahnya umur, meningkat tajam pada kelompok umur 35-44 tahun
(0,3%), diikuti umur 45-54 tahun (0,4%), dan umur 55-74 tahun (0,5%),
tertinggi pada kelompok umur ≥75 tahun (0,6%), Laki-laki (0,3%) lebih tinggi
dari perempuan (0,2%). (Riskesdas, 2013).

1
Dengan adanya jumlah peningkatan penderita gagal ginjal kronik setiap tahun
menunjukkan adanya kesalahan gaya hidup yang terjadi dimasyarakat. Maka
pentingnya peran perawat seperti peran advocad, edukator, care giver,
fasilitator yang dibuktikan dengan peran promotif yaitu peningkatan derajat
kesehatan, peran preventifnya yaitu menganjurkan masyarakat untuk menjaga
pola hidup yang sehat dan hindari alkohol, soft drink serta minum air putih
yang cukup. Peran kuratifnya yaitu dengan memberikan perawatan langsung
kepada penderita gagal ginjal termasuk mengawasi diit dan pembatasan cairan
sedang peran rehabilitatifnya yaitu kontrol ke dokter secara teratur, istirahat
yang cukup, minum obat secara teratur.

Melihat tingginya angka kesakitan tiap tahun yang ditimbulkan dan pentingnya
peran perawat dalam upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, maka
penulis tertarik untuk menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan
Gagal Ginjal Kronik secara komperehensif dengan menggunakan metode
ilmiah melalui proses keperawatan.

2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis ingin mendapatkan pengalaman secara nyata dalam memberikan
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gagal Ginjal Kronis.
2. Tujuan Khusus
Setelah mempelajari, diharapkan mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan Gagal Ginjal Kronis
b. Menentukan masalah keperawatan pada klien dengan Gagal Ginjal Kronis
c. Merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan Gagal Ginjal Kronis
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Gagal Ginjal
Kronis
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan Gagal Ginjal Kronis
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat, serta mencari
solusi atau alternatif pemecahan masalah pada klien dengan Gagal Ginjal
Kronis
h. Mendokumentasikan semua kegiatan pada klien dengan Gagal Ginjal
Kronis

C. Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah ini penulis membatasi dengan mengambil satu kasus
dalam menerapkan “Asuhan Keperawatan pada klien Tn. M dengan Gagal Ginjal
Kronik di Ruang NB 3 Rumah Sakit PELNI Jakarta selama 2 hari perawatan dari
tanggal 03 Oktober 2018 sampai dengan 04 Oktober 2018”

D. Metode Penulisan
Metode dalam penulisan makalah ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriptif
yaitu dimulai dari pengumpulan data, analisa data, menarik kesimpulan, dan
disajikan dalam bentu narasi. Adapun pengumpulan data dilakukan dengan cara
observasi, wawancara, study kasus, study dokumentasi, dan study kepustakaan.
Adapun observasi maupun wawancara yaitu dengan berbicara langsung pada klien
dan keluarga klien. Study kasus yaitu dengan mengambil satu kasus mengenai
penyakit Gagal Ginjal Kronik sebagai bahan ajaran dalam menerapkan asuhan

3
keperawatan yang terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan. Study
dokumentasi yaitu dengan mempelajari dokumen – dokumen yang berkaitan dengan
penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan Gagal Ginjal Kronik dari catatan
keperawatan dan catatan medis atau rekam medis. Study kepustakaan yaitu dengan
menggunakan beberapa buku – buku dan media internet sebagai sumber referensi
dalam pembuatan makalah.

E. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ilmiah ini terdiri dari 5 BAB. BAB I yaitu pendahuluan yang
terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan yang meliputi tujuan umum dan tujuan
khusus, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II yaitu
tinjauan teori yang terdiri dari pengertian, etiologi, penatalaksanaan medis, asuhan
keperawatan meliputi pengkajian keperawatan beserta pemeriksaan diagnostik,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan
evaluasi keperawatan. Dilanjutkan dengan BAB III yaitu tinjauan kasus yang terdiri
dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
keperawatan. BAB IV yaitu pembahasan yang terdiri dari pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan
evaluasi keperawatan. Sedangkan untuk BAB V yaitu penutup yang terdiri dari
kesimpulan dan saran.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) merupakan
gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana
tubuh tidak mampu memelihara metabolisme, gagal memelihara
keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat pada peningkatan ureum.
Pada pasien gagal ginjal kronik mempunyai karakteristik bersifat menetap,
tidak bisa disembuhkan dan memerlukan pengobatan berupa hemodialisis,
dialisis peritoneal, transplantasi ginjal dan rawat jalan dalam jangka waktu
yang lama (Black & Hawks, 2014).

Gagal ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada
umumnya berakhir dengan gagal ginjal. (Aru.w sudoyo, 2009).

Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan


metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur
ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit ( toksik
uremik ) di dalam darah. (Arif Muttaqin, 2011)

5
B. Etiologi
Menurut Dr. Nursalam.M penyebab terjadinya gagal ginjal dapat dibagi
menjadi 3 yaitu:

Prarenal (terjadi hipoperfusi ginjal) akibat kondisi yang menyebabkan


kurangnya aliran darah ginjal dan menurunnya filtrasi glomerolus. Keadaan
penipisan volume (hipovolemia seperti luka bakar, perdarahan, dan kehilangan
cairan melalui saluran cerna). Vasodilatasi (sepsis atau anafilksis). Gangguan
fungsi jantung (infark miokardium, CHF atau syok kardiogenik), dan terapi
diuretic.

Intrarenal kerusakan actual jaringan ginjal akibat trauma jaringan glomerolus


atau tubulus ginjal. Keadaan yang berhubungan dengan iskemia intrarenal,
toksin, proses imunologi, sistemik, dan vaskuler, pemakaian obat anti
inflamasi non steroin atau NSAID, terutama pada usia lansia karena
mengganggung prostaglandin yang melindungi aliran darah renal seperti

6
7

contoh lain Diabetes melitus dan hipertensi.

Postrenal terjadi akibat sumbatan atau gangguan aliran urine melalui saluran
kemih (sumbatan bagian distal ginjal). Tekanan di tubulus meningkat
sehingga laju filtrasi glomerolus meningkat. Hal ini biasanya ditandai dengan
adanya kesulitan dalam mengosongkan kandung kemih dalam perubahan
aliran kemih.

C. Patofisiologi
System perkemihan terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urin dua ureter
yang membawa urin kedalam sebuah kandung kemih untuk penampungan
sementara dan uretra yang mengalirkan urin keluar tubuh melalui orifisium
uretra eksternal. Ginjal melakukan dua fungsi utama yaitu mengeksresikan
sebagian terbesar produk akhir metabolism tubuh dan mengatur konsentrasi
unsure cairan tubuh.

Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi 3 stadium:


Stadium I : Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antar 40 % – 75 %).
Tahap inilah yang paling ringan, dimana faal ginjal masih baik. Selama tahap
ini kreatinin serum dan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) dalam batas
normal dan penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal mungkin hanya
dapat diketahui dengan memberikan beban kerja yang berat, seperti tes
pemekatan kemih yang lama atau dengan mengadakan test GFR yang teliti.

Stadium II : Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20 % – 50 %), lebih dari 75 %


jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai meningkat diatas
batas normal. Konsentrasi BUN dan kadar kreatinin serum mulai meningkat
melebihi kadar normal. Faal ginjal jelas sangat menurun dan timbul gejala
gejala kekurangan darah, tekanan darah akan naik, aktifitas penderita mulai
terganggu.

Stadium III : Uremi gagal ginjal (faal ginjal kurang dari 10 %). Stadium
akhir timbul pada `sekitar 90 % dari massa nefron telah hancur. Nilai GFR
nya 10 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin serum dan BUN akan
meningkat dengan sangat mencolok sebagai penurunan. Penderita biasanya
8

menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang dari 500/ hari karena kegagalan
glomerulus dan timbul gejala gejala yang dinamakan sindrom uremik yang
mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh. (Sylvia.A Price.2006)

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya di


ekskresikan kedalam urine) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk
sampah, maka gejala akan semakin berat.

Gangguan klirens renal. akibat dari penurunan jumlah glomeruli yang


berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens substansi darah yang
seharusnya dibersihkan oleh ginjal.

Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dilihat dengan pengambilan


urine 24 jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Menurunnya filtrasi
glomerulus (akibat tidak berfungsinya glomeruli) kirens kreatinin akan
menurun dan kadar kreatinin serum akan meningkat. Selain itu, kadar
nitrogen urea darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan
indikator yang paling sesuai dari fungsi renal karena substansi ini diproduksi
secara konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal,
tetapi juga oleh masukan protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka
RBC) dan indikasi seperti steroid

Retensi cairan dan natrium. Ginjal juga tidak mampu untuk


mengkonsentrasikan atau mengencerkan urine secara normal pada penyakit
ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan
cairan dan elektrolit sehari-hari, tidak terjadi pasien sering menahan natrium
dan cairan, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif,
dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis renin-
angiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Pasien
ini cenderung untuk kehilangan garam, mencetuskan risiko hipotensi dan
hipovolemia. Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan
natrium yang semakin memperburuk status uremik.

Asidosis. Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis


metabolik seiring dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan muatan
9

asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekresi asam terutama akibat


ketidakmampuan tubulus ginjal menyekresi amonia (NH3) dan
mengabsorpsi natrium bikarbonat (HCO3), penurunan eksresi fosfat dan asam
organik lain juga terjadi.

Anemia. Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoeitin yang tidak
adekuat, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan
kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien,
terutama dari saluran gastrointestinal. Eritropoeitin, suatu substansi normal
yang diproduksi oleh ginjal, menstimulasi sum-sum tulang untuk
menghasilkan sel darah merah. Pada gagal ginjal, produksi eritropoeitin
menurun dan anemia berat terjadi disertai keletihan, angina dan nafas sesak.
(Dr. Nursalam.M. 2006)

Manifestasi klinis yang ada yaitu pada sistem kardiovaskuler : hipertensi


yang di akibatkan oleh peningkatan produksi renin – angiotensin –
aldosteron, gagal jantung kongestif dan edema paru akibat penimbunan cairan
cardiomegali. Pada sistem hematologi anemia, gangguan fungsi trombosit
dan fungsi leukosit sehingga imunitas menurun. Sistem gastrointestinal :
anoreksia, mual, muntah- muntah terjadi pada uremia, gastritis erosive yang
bisa mengakibatkan perdarahan gastrointestinal. Sistem saraf dan otot;
Neuropati uremia yang melibatkan tungkai bawah, burning feet syndrome,
kejang, koma, akibat uremia yang telah parah. Sistem endokrin : gangguan
seksual, gangguan metabolisme glukosa, metabolisme lemak, gangguan
metabolisme vitamin D. Sistem dermatologi: pruritus, kulit berwarna pucat
akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat urokrom, ekimosis, urea frost
akibat kristalisasi urea yang ada pada keringat.

Jika tidak segera di atasi maka akan mengakibatkan asidosis metabolic,


hiperkalemia, enselopati uremik, osteodistrofi akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat dan dapat menyebabkan koma atau
kematian akibat infeksi karena menurunya fungsi limfosit dan granulosit
sebagi sistem imun. (Sylvia.A Price.2006).
10

D. Penatalaksanaan
1. Konservatif
a. Farmakotherapi
1). Anti hipertensi : untuk menangani masalah hipertensi metildopa
(aldomet), propanolol, klonidin (catapres)
2). Suplemen zat besi / efogen (eritropoietin manusia rekombinan)
untukmengatasi anemia
3). Anti diuretik: untuk edema interstinal dan untuk meningkatkan
urinari
4). Antiemetik: untuk mengatasi mual dan muntah
5). Antacid: untuk mengatasi hiperfosfatemi dan hipokalemi
6). Anti histamine: untuk menghilangkan pruritus
7). Antibiotik : untuk mengatasi infeksi
8). Suplemen kalsium dan vit D.
b. Non farmakotherapi
1). Pembatasan asupan cairan :
Cara untuk menghitung kebutuhan asupan cairan :
= Jumlah urine yang dilkeluarkan dalam 24 jam terakhir + IWL
2). Diit rendah protein
3). Diit rendah garam
4). Transfusi darah
5). Hemodialisa adalah proses dialysis yang menggunkan membrane
semi permiabel yang berfungsi sebagai ginjal buatan dan memerlukan
suatu mesin untuk mengalirkan darah melalui salah satu sisi permukaan
membrane semi permiabel sebelum dikembalikan kedalam sirkulasi
darah dalam tubuh.

6).CAPD (continues ambulatory perineal dialysis) dialisi yang


menggunakan membrane peritoneal sehingga pertukaran ion terjadi
sepanjang membrane peritoneal.
2. Operatif
1) Transplantasi ginjal: terapi pengganti ginjal tahap akhir berupa donor
ginjal
2) Nefrektomi: pengangkatan nefron ginjal.
11

E. Pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas / istirahat, gejalanya kelelahan, kelemahan, malaise, dan ditandai
dengan kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
2. Sirkulasi, gejalanya riwayat hipertensi lama atau berat, nyeri dada (angina),
ditandai dengan hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum (pada kaki,
telapak tangan), distrimia jantung, nadi lemah, perikardial, pucat,
kecenderungan perdarahan.
3. Integritas ego, gejalanya penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria (gagal
tahap lanjut), abdomen kembung, diare atau konstipasi, ditandai dengan
perubahan warna urine, oliguria, dapat menjadi anuria. Contoh perubahan
urine urine kuning pekat, merah, coklat, berawan.
4. Makanan / cairan
Gejalanya peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan
(malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, penggunaan diuretik.
Ditandai dengan distensi abdomen/asites, pembesaran hati (tahap akhir),
perubahan turgor kulit/kelembabpan, edema (umum, tergantung), ulserasi
gusi, perdarahan gusi/lidah, penurunan otot, penurunan lemak subkutan,
penampilan tak berdaya.
5. Neurosensori
Gejalanya sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot / kejang, sindrom kaki
gelisah, kebas rasa terbakar pada telapak kaki. Ditandai dengan gangguan
status mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, penurunan tingkat kesadaran, koma,
kejang, rambut tipis, kuku rapuh, dan tipis.
6. Nyeri / Kenyamanan
Gejalanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot (nyeri kaki/memburuk
saat malam hari). Ditandai dengan prilaku berhati-hati/ distraksi, gelisah.
7. Pernapasan
Gejalanya napas pendek, dispnea noktiral proksimal, batuk dengan / tanpa
sputum kental dan banyak. Ditandai dengan takipnea, dispnea, peningkatan
frekuensi / kedalaman (pernapasan kusmaul), batu produktif dengan
ssputum merah muda-encer (edema paru).
12

8. Keamanan
Gejalanya kulit gatal, ada / berulang nyeri. Ditandai dengan demam (sepsis,
dehidrasi), nomotermia dapat secara aktual terjadi peningkatan pada pasien
yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal ( efek GGK/ depresi
respon imun), petekia, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang, deposit
fosfat kalsium (klasifikasi metastatik) pada kulit, jaringan lunak, sendi,
keterbatasan gerak sendi.
9. Seksualitas
Gejalanya penurunan libido, amonorea, infertilitas.
10. Interaksi sosial
Gejalanya kesulitanyya menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
11. Penyuluhan / pembelajaran
Gejalanya riwayat DM keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit
polokistik, nefritis herediter, kalkus urinaria, malignansi, riwayat terpajan
pada toksin, contoh obat, racun lingkungan, penggunaan antibiotok
nefrotoksik saat ini/ berulang.
12. Pemeriksaan diagnostik
a. Urine
1) Volume : biasanya kurang dari 400 ml /24 jam (oliguria) atau urine
tidak ada (anuria).
2) Warna : secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus,
bakteri, lemak, partikel koloid, fosfat sedimen kotor, kecoklatan
menunjukkan adanya darah, Hemoglobin, porfirin.
3) Berat jenis kurang kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010
menunjukkan kerusakan ginjal berat.
4) Klirens kreatinine mungkin akan menurun.
5) Natrium lebih besar dari 40 mEq / L karena ginjal tidak mampu
mereabsorpsi natrium.
6) Protein, derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada.
b. Darah
13

1) BUN ( Blast Ureum Nitrogen) / kreatinin meningkat, biasanya


meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap
akhir ( mungkin rendah yaitu 5).
2) Hitungan darah lengkap : hematokrit menurun pada adanya anemia
Hb biasanya kurang dari 7-8 g/dl.
3) GDA : PH ; penurunan asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi
karena kehilangan kemampuan ginjal untuk mengeksresi hidrogen
dan amonia atau hasil akhir katabolisme protein. Bikarbonat
menurun PCO2 menurun.
4) Natrium serum, mungkin rendah (bila ginjal (kehabisan natrium”
atau normal, menunjukkan status dilusi hipernatremia).
5) Kalium, peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai denga
perpindahan selular (asiosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis
DM). Pada tahap akhir, perubahan EKG mungkin tidak terjadi
sampai kalium 6,5 mEq atau lebih besar.
6) Magnesium / fosfat, meningkat.
7) Kalsium, menurun.
c. Radiologi
1) KUB foto : menunjukan ukuran ginjal / ureter/ kandung kemih dan
adanya obstruksi (batu).
2) Pielogram retrograde : menunjukan abnormalitas pelvis ginjal dan
Ureter.
3) Arteriogram ginjal : mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskuler, massa.
4) Sistouretrogram berkemih : menunjukan ukuran kandung kemih,
refluks ke dalam ureter. retensi.
5) USG ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya massa, kista
obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
6) Biopsi ginjal : mungkin dilakukan secara endoskopik untuk
menentukan sel jaringan untuk diagnosis histologis
7) Endoskopi ginjal, nefroskopi: dilakukan untuk, menentukan pelvis
ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif.
8) EKG : mungkin abnormal menunjukan ketidakseimbangan
elektrolit dan asam basa
14

F. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan menurut Doenges, Marilynn E. (2000)

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan


ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja
miokardial, dan tahanan vaskuler sistemik.
2. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan penekanan produksi /
sekresi eritropoetin penurunan produksi dan SDM hidupnya, gangguan
faktor pembekuan, peningkatan kerapuhan kapiler.
3. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologi
akumulasi toksin (contoh urea, amonia), asidosis metabolik, hipoksia,
ketidak seimbangan elektrolit, klasifikasi metastatik pada otak.
4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
gangguan status metabolik, sirkulasi (anemia dengan iskemia jaringan)
dan sensai (neuropati perifer).
5. Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral berhubungan
dengan kurang / penurunan saliva, pembatasan cairan, iritasi kimia,
perubahan urea dalam saliva menjadi amonia.
6. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar), tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang
terpajan / mengingat, salah interpretasi informasi.
7. Ketidakmampuan berhubungan dengan sistem nilai pasien, perubahan
mental, komoleksitas.

G. Perencanaan Keperawatan
1. Resiko ringgi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja
miokardial, dan tahanan vaskuler sistemik.
Tujuan : penurunan curah jantung tidak terjadi.
Kriteria hasil : mempertahankan curah jantung, Tanda-tanda vital dalam
rentang normal ( TD 110/70 mmHg, P 16-20x/menit, N 60-80x/menit, Sh
36-37ͦC), frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat sama
dengan waktu pengisian kapiler.
15

Intervensi :
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru.
b. Kaji adanya derajat hipertensi.
c. Selidiki keluhan nyeri dada.
d. Evaluasi bunyi jantung.
e. Kai tingkat aktivitas.
f. Kolaborasi : awasi pemeriksaan laboratorium
a. Berikan obat antihipertensi.
b. Bantu dalam perikardiosentesis sesuai indikasi.
c. Siapkan dialisis.

2. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan penekanan produksi /


sekresi eritropoetin penurunan produksi dan SDM hidupnya, gangguan
faktor pembekuan, peningkatan kerapuhan kapiler.
Tujuan : cedera tidak terjadi
Kriteria hasil : tidak mengalami tanda/gejala perdarahan, mempertahankan
/ menunjukkan perbaikan nilai laboratorium.
Intervensi :
a. Perhatikan keluhan peningkatan kelelahan, kelemahan.
b. Awasi tingkat kesadaran dan perilaku.
c. Evaluasi respon terhadap aktivitas, kemampuan untuk melakukan
tugas, bantu sesuai kebutuhan.
d. Batasi contoh vaskuler, kombinasikan tes laboratorium bila mungkin.
e. Kolaborasi : Awasi pemeriksaan laboratorium.
a. Berikan darah segar, SDM kemasan sesuai indikasi.

3. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologi akumulasi


toksin ( contoh urea, amonia), asidosis metabolik, hipoksia, ketidak
seimbangan elektrolit, klasifikasi metastatik pada otak.
Tujuan : perubahan proses pikir tidak terjadi.
Kriteria hasil : meningkatkan tingkat mental biasanya mengidentifikasi
cara untuk mengkompensasi gangguan kognitif/defisit mamen.
Intervensi :
a. Kaji luasnya gangguan kemampuan berpikir, memori, dan orientasi.
16

b. Pastikan dari orang terdekat informasi tentang status pasien.


c. Berikan orang terdekat informasi tentang status pasien.
d. Berikan lingkungan tenang dan izinkan menggunakan televisi.
e. Orientasikan kembali terhadap lingkungan, orang, dan sebagainya.
f. Komunikasikan informasi/ instruksi dalam kalimat pendek dan
sederhana.
g. Tingkatkan istirahat adekuat dan tidak mengganggu periode tidur.
h. Kolaborasi : awasi pemeriksaan laboratorium.
a. Berikan tambahan O2 sesuai indikasi.
b. Hindari penggunaan barbiturat dan opiat.
c. Siapkan untuk dialisis.

4. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan


gangguan status metabolik, sirkulasi (anemia dengan iskemia jaringan) dan
sensai (neuropati perifer).
Tujuan : kerusakan integritas kulit tidak terjadi.
Kriteria hasil : mempertahankan kulit utuh, menunjukkan peilaku / teknik
untuk mencegah kerusakan/ cedera kulit.
Intervensi :
a. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler.
b. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa.
c. Inspeksi area tergantung trhadap edema.
d. Ubah posisi dengan sering.
e. Berikan perawatan kulit.
f. Pertahankan linen kering, bebas keriput.
g. Observasi keluhan gatal.
h. Anjurkan klien menggunakan kompres lembab dan dingin.
i. Anjurkan menggunakan pakaian katun longgar.
j. Berikan matras busa/ flotasi.

5. Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral berhubungan


dengan kurang / penurunan saliva, pembatasan cairan, iritasi kimia,
perubahan urea dalam saliva menjadi amonia.
Tujuan : penurunan saliva tidak terjadi.
17

Kriteia hasil : mempertahankan integritas membran mukosa,


mengidentifikasi / melakukan intervensi khusus untuk meningkatkan
kesehatan mukosa oral.
Intervensi :
a. Inspeksi rongga mulut.
b. Berikan cairan sepanjang 24 jam dalam batas yang ditentukan.
c. Berikan perawatan mulut dengan larutan asam asetik 25 %.
d. Anjurkan higiene gigi yang baik setelah makan dan pada saat tidur
e. Anjurkan klien menghentikan merokok dan menghindari produk yang
mengandung alkohol.
f. Kolaborasi : Berikan obat-obatan sesuai indikasi, misal antihistamin.

6. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar), tentang kondisi, prognosis, dan


kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang
terpajan / mengingat, salah interpretasi informasi.
Tujuan : kurang pengetahuan tidak terjadi.
Kriteria hasil : menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan
pengobatan, melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan
menjelaskan alasan untuk tindakan, menunjukkan perubahan pola hidup
yang perlu, berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi :
a. Kaji ulang proses penyakit
b. Kaji ulang pembatasan diet
c. Diskusikan masalah nutrisi lain
d. Dorong pemasukan kalori tingg.
e. Diskusikan terapi obat
f. Tekankan pentingnya membaca semua label produk
g. Kaji ulang tindakan untuk mencegah perdarahan
h. Instruksikan dalam observasi diri dan pengawasan TD
i. Waspadakan terhadap terpajan pada suatu eksternal eksterm.
j. Buat program latihan rutin, dalam kemampuan individu
k. Perhatikan masalah seksual
l. Identifikasi tanda / gejala yang memerlukan evaluasi
18

m. Demam derajat rendah, mengigil, perubahan karateristik urine,


pembengkakan jaringan.
n. Kesemutan pada jari, abdominal, spasme, karpupedal.
o. Pembengkakan sendi, penurunan ROM, penurunan kekuatan otot.
p. Kaji ulang strategi untuk mencegah konstipa
7. Ketidakmampuan berhubungan dengan sistem nilai pasien, perubahan
mental, komoleksitas.
Tujuan : perubahan mental tidak terjadi
Kriteria hasil : menyatakan pengetahuan akurat tentang penyakit dan
pemahaman program terapi, berpartisipasi dalam tujuan dan rencana
pengobatan, membuat pilihan pada tanggal kesiapan berdasarkan informasi
yang aktual, mengidentifikasi sumber dengan tepat.
Intervensi :
a. Yakinkan persepsi pemahaman pasien terdekat terhadap situasi dan
konsekuensi prilaku.
b. Tentukan sistem nilai
c. Dengarkan. Mendengar dengan aktif pada keluhan/ pernyataan pasien
d. Identifikasi prilaku yang tinggi mengidentifikasi kegagalan untuk
mengikutu program pengobatan
e. Kaji tingkat ansietas, kemampuan kontrol, perasaan tak berdaya
f. Tentukan arti psikologis prilaku
g. Evaluasi sistem pendukung yang digunakan oleh pasien
h. Kaji prilaku pemberi perawatan kesehatan pada pasien
i. Terima pilihan / titik pandangan pasien, modifikasi program sesuai
keperluan
j. Buat tujuan bertahap dengan pasien, modofikasi program sesuai
keperluan
k. Buat sistem pengawasan diri
l. Berikan umpan balik positif untuk upaya keterlibatan dalam terapi.

H. Pelaksanaan Keperawatan
1. Pengertian
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah renncana tindakan
19

disusun dan ditunjukkan pada nursing order untuk membentuk klien


mencapai tujuan yang diharapakan. Oleh karena itu, rencana tindakan yang
spesifik direncanakan untuk memodifikasi foktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari pelaksanaan adalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah diharapkan, yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan, dan memfasilitasi koping. (Nursalam.2001).

2. Tahap Pelaksanaan
a. Tahap persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan menurut perawatan mempersiapkan
segala sesuatu terdiri dari :
1) Review tindakan keperawatan yang identifikasi pada tahp yang
diperlukan.
2) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang
diperlukan.
3) Mengetahui komplikasi dari tindakan kerawatan yang mungkin
timbul.
4) Mempersiapkan lingkungan yang kondusif sesuai dengan tindakan
yang dilakukan.
5) Menentukan dan mempersiapkan perawatan yang diperlakukan.
6) Mmengidentifikasi aspek hukum dan etika terhadap resiko dan
pada potersial tindakan.
b. Tahap intervensi
Faktor terhadap pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan
keperawatan meliputi tindakan :
1) Independen
Adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa
merujuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
Tipe tindakan independen keperawatan dapat diketegorikan
menjadi 4 yaitu :
a) Tindakan Diagnostik
20

Tindakan yang ditunjukkan pada pengkajian dalam


memutuskan suatu diagnostik keperawatan.
b) Tindakan Terapeutik
Tindakan yang ditujukan untuk mengurangi, mencegah dan
mengatasi masalah pasien.
c) Tindakan Edukatif
Tipe tindakan ini ditujukan untuk mengurangi, mencegah dan
mengatasi masalah pasien.
d) Tindakkan Merujuk
Tindakkan ini lebih ditekankan pada perawat dalam mengambil
keputusan tentang keadaan pasien dan kemampuan untuk
melakukan kerja sama dalam tenaga kesehatan lain.
2) Interdependen
Interdependen adalah tindakan keperawatn yang menjelaskan suatu
kegiatan yang memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga
kesehatan lainnya.
3) Dependen
Tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaanya rencana
tindakan medis. Tindakan tersebut menandakan suatu cara tindakan
medis dilaksanakan.

c. Tindakan Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang
lengkap dan akurat terhadap suatu kegiatan dalam proses keperawatan.
Ada 3 tipe sistem pencatatan yang digunakan pada dokumentasi, yaitu
:
1) Source Oriented Record (SOR).
2) Problem Oriented Record (POR).
3) Computer Assited Record (CAR).

I. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaan sudah berjasil dicapai. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
21

kemampuan kliendalam mencapai tujuan hal ini bisa dilaksanakan dengan


mengadakan hubungan dengan klien berdasatkan respon klien terhadap
tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil
keputusan :
1. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan
mencapai tujuan).
2. Memodifisiologi rencana tindakan keperawatan (kien mengalami kesulitan
mencapai tujuan.
3. Menerapkan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang
lebih dalam mencapai tujuan).

Proses evaluasi terdiri 2 tahap :


1. Mengukur pencapaian tujuan klien
a. Kognitif (pengetahuan)
Tujuan mengidentifikasi pengetahuan yang spesifik yang diperlukan
setelah klien diajarkan tentang teknik-teknik tertentu.
b. Afektif (status emosional)
Afektif klien cenderung kepenilaian yang subjektif dan sangat sukar
dievaluasi.
c. Psikomotor
Biasanya lebih mudah untuk dievaluasi dibandingkan yang lainnya jika
perilaku yang dapat dievaluasi sudah diidentifikasi dalam tujuan
(kriteria hasil).

2. Penentuan keputusan pada tahap evaluasi


Setelah data terkumpul tentang status keadaan klien, maka perawat
memberikan data dengan autocomes. Ada 3 kemungkinan keputusan pada
tahap ini.
a. Klien tidak mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan.
b. Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan.
c. Klien tidak mencapai hasil yang telah ditentukan.
Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu:
a. Proses (formatif)
22

Fokus tipe evaluasi ini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil
kualitas pelayanan tindakan keperawatan.
b. Hasil (sumatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku status kesehatan klien pada
akhir tindakan perawatan klien.
c. Penatalaksanaan keputusan pada tahap evalusi :
1) Klien telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan.
2) Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan.
3) Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan.
23

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan

1. Identitas klien

Tn.M usia 52 tahun masuk ke Rumah Sakit PELNI Jakarta di ruang NB 3

pada tanggal 02 Oktober 2018 dengan nomor register 69.78.57 pada pukul

18.00 dengan diagnosa medis CKD. Klien sudah menikah, agama Islam,

suku bangsa WNI. Pendidikan terakhir SMP, bahasa yang digunakan

Indonesia. Pekerjaan Wiraswasta, alamat Jl.Seha Rt 07/010 Kel. Grogol

Selatan Kec. Kebayoran Lama. Sumber biaya JKN-BPJS. Sumber

informasi klien dan keluarga.

2. Resume

Klien Tn. M usia 54 tahun datang ke IGD Rumah Sakit PELNI Jakarta pada

tanggal 02 Oktober 2018 pukul 16.00 wib datang dari admission dengan

karena mendapat rujukan dari RS Medika Permata Hijau untuk dilakukan

tindakan pemasangan cemino, klien sudah mendapatkan jadwal untuk HD

hari senin dan kamis di RS Medika Permata Hijau, sebelum dilakukan

tindakan klien mengatakan baru mengetahui penyakitnya pada saat bulan

Agustus 2018, klien mengatakan mempunyai riwayat DM dan Hipertensi

sudah 4 tahun yang lalu.

Klien dipindahkan ke ruangan pada pukul 18.00. Pada saat dilakukan

pengkajian di ruangan klien mengeluh mual karena tidak nafsu makan,

klien tampak lemah, cemas, konjungtiva anemis, E4M6V5. Dan ditemukan


24

masalah keperawatan cairan, nutrisi, cemas. Kemudian dilakukan tindakan

keperawatan mandiri mengukur tanda-tanda vital dengan hasil TD 160/98

mmHg, N 100x/menit, P 19x/menit, Sh 36,3 ͦ C. Kemudian dilakukan

tindakan kolaborasi memberikan infus RL ditangan kanan 7 tts/menit dan

melakukan pengambilan darah untuk lab (DPL, Ul, Ur, Cr, N, Ka)

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 03 Oktober 2018: Hemoglobin:

8,1 g/dl (N 12-16g/dl), Leukosit: 8,60 10^3/ul (N 5.0-10.0 10^3/ul),

Limfosit:15% (20-30), Trombosit: 462 10^3/ul (150-450 10^3/ul),

Hematokrit: 27,2% (36-48%), Eritrosit 2,97 juta/ul (4,5-5,5). GDS

349mg/dL (80-140) APTT 41 detik (28-40), APTT Control 30.9 detik,

Fungsi ginjal: Ureum: 56mg/dl(15-25), Creatinin: 10,5 mg/dl (0,5-1),

eGFR 5mL/menit/1.73m2 (60-90mL/menit/1.73m2), Elektrolit: Natrium:

142 mmol/L (134-146), Kalium: 4,9 mmol/L (3,4 - 4,5), Clorida: 105

mmol/L (96 - 108).

Pada tanggal 03 Oktober 2018 jam 08.00 dilakukan pengkajian

3. Riwayat Keperawatan
Riwayat Keperawatan sekarang : keluhan utama mual, tidak nafsu makan,
cemas. Kronologis keluhan: Faktor pencetus dari hipertensi dan DM klien.
Timbul keluhan bertahap, lamanya sekitar 3 bulan yang lalu, upaya
mengatasinya dengan cara berobat, istirahat dan minum obat amlodipine
karena memiliki riwayat hipertensi.

Riwayat penyakit sebelumnya klien mempunyai hipertensi sudah empat


tahun yang lalu, tidak ada riwayat alergi dan kecelakaan, riwayat
pemakaian obat ada Amlodipine 10 mg 1x sehari via oral dan Metformin
25

selama ± 4 tahun. Riwayat penyakit keluarga ibu klien memiliki riwayat


hipertensi. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram dan keterangan tiga
generasi dari klien).

klien
Keterangan :
/ : Meninggal : Garis Perkawinan
: Laki-Laki : Garis Keturunan
: Perempuan : Tinggal Serumah
: Klien

Penyakit yang pernah di derita oleh anggota keluarga yaitu ibu klien pernah
menderita Hipertensi. Dirumah klien tinggal dengan istri dan anaknya. Riwayat
Psikososial dan Spiritual, orang yang terdekat dengan klien adalah istrinya ,
pola komunikasi klien baik, pembuat keputusan yaitu klien sendiri dan kegiatan
kemasyarakatan klien aktif dalam kegiatan keagamaan dan mengikuti kerja
bakti. Dampak penyakit klien terhadap keluarga adalah keluarga cemas dengan
klien, masalah yang mempengaruhi klien adalah klien cemas terhadap
penyakitanya. Mekanisme koping terhadap stress adalah pemecahan masalah.
Hal yang dipikirkan klien saat ini yaitu ingin segera pulang ke rumah, harapan
setelah menjalani perawatan yaitu penyakitnya dapat sembuh dan dapat
beraktivitas seperti biasanya, perubahan setelah jatuh sakit berat badan
menurun, nyeri , lemas dan klien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
Sistem kepercayaan, nilai –nilai yang bertentanagan degan kesehatan tidak ada,
aktivitas keagamaan atau kepercayaan yang dilakukan adalah shalat 5 waktu.
Kondisi lingkungan rumah klien berada di daerah padat penduduk.

4. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan fisik umum
Berat badan sebelum sakit 56 kg, berat badan saat ini 55 kg, tinggi badan
156 cm, keadaan umum sedang, pembesaran kelenjar getah bening tidak
ada.

b. Sistem penglihatan
Otot-otot mata tidak ada kelainan, kelopak mata dan pergerak bola mata
normal, konjungtiva tampak anemis, kornea normal, sklera anikterik, pupil
isokor, fungsi penglihatan baik, tanda-tanda peradangan tidak ada,
pemakaian kacamata ada, untuk kacamata baca. Pemakaian lensa kontak
tidak ada, reaksi terhadap cahaya positif.

52
53

c. Sistem pendengaran
Daun telinga normal, karakteristik serumen tidak ada, kondisi telinga tengah
normal, tidak ada cairan ditelinga, perasaan penuh ditelinga tidak ada,
tinitus tidak ada, otalgia tidak ada, fungsi pendengaran normal, gangguan
keseimbangan tidak ada, pemakaian alat bantu tidak ada.

d. Sistem Wicara
Bicara normal tidak ada aphasia, aphonia, dystria, dysphasia, dan Anarthia.

e. Sistem Pernapasan
Pola napas tidak tersumbat, tidak sesak nafas, tidak menggunakan otot bantu
pernapasan, frekuensi 19x/menit, irama teratur. Kedalaman dangkal, batuk
tidak ada, sputum tidak ada. Palpasi dada simetris, perkusi dada terdengar
sonor, tidak ada nyeri saat bernapas, tidak menggunakan alat bantu

f. Sistem Kardiovaskular
Sirkulasi perifer Nadi 100x/menit, irama teratur, denyut kuat. Tekanan
Darah : 160/98 mmHg distensi vena jugularis tidak ada, Temperatur kulit
hangat, Pengisian kapiler 4 detik, Edema ada di kaki kanan. Sirkulasi
Jantung, kecepatan denyut nadi apikal : 94x/menit, irama teratur, tidak ada
nyeri dada.

g. Sistem Hematologi
Warna kulit klien tampak pucat, perdarahan tidak ada.

h. Sistem Syaraf Pusat


Keluhan sakit kepala (pusing), tingkat kesadaran Compos Mentis GCS:
E4M6V5, Tanda-tanda peningkatan TIK tidak ada, Gangguan sistem
persarafan tidak ada, reflek fisiologis normal, reflek patologis tidak ada.

i. Sistem Pencernaan
Nutrisi, Gigi ada caries, penggunaan gigi palsu tidak ada, tidak ada
stomatitis, lidah sedikit kotor, saliva normal, selera makan kurang baik
54

karena tidak nafsu makan, diet NASI 1700 KAL DM B.PPY, mual ada,
muntah tidak ada , tidak ada nyeri pada daerah abdomen, hepar tidak teraba,
abdomen lembek, lingkar abdomen 68 cm, tidak terpasang NGT, pola
kebiasaan makan dirumah 2x/hari.

Eliminasi: bising usus 8x/menit, tidak ada diare, warna feses cokelat,
konsistensi feses setengah padat, kontstipasi tidak ada, penggunaan laxatif
tidak ada, pola kebiasaan BAB dirumah 1X sehari.

j. Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, napas tidak berbau keton, tidak
terdapat poliuri, polidipsi, dan polifagia, serta tidak terdapat luka gangren
pada klien.

k. Sistem Urogenitalia
Balance cairan intake peroral 600 ml/ 24 jam, Output cairan urine 150 ml,

IWL 550 ml = 650 ml. Klien tidak menggunakan drain. Perubahan pola

kemih oliguria. BAK berwarna kuning jernih, distensi atau ketegangan

kandung kemih tidak, keluhan sakit pinggang.

l. Sistem Integumen
Turgor kulit kering, temperatur kulit teraba hangat, warna kulit pucat,
keadaan kulit klien sedikit kering, tidak ada luka decubitus, Tidak terdapat
kelainan pada kulit klien, kondisi kulit pada daerah pemasangan infus baik,
keadaan rambut klien dari teksturnya baik dan kebersihannya baik, pola
kebersihan personal hygiene dirumah 1x sehari.

m. Sistem Muskuloskeletal
Tidak ada kesulitan dalam pergerakan karena klien lemas, tidak ada sakit
pada tulang, sendi atau kulit klien, tidak ada fraktur, tidak ada kelainan
55

bentuk pada tulang sendi, tidak ada kelainan struktur tulang belakang,
keadaan tonus baik,
kekuatan otot klien

5555 5555
5555 5555

Data tambahan (pemahaman tentang penyakit) : klien mengetahui jika klien


mengalami gagal ginjal kronik, dan klien mengatakan memiliki riwayat
hipertensi dan DM sejak 4 tahun yang lalu.

5. Data Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 02 Oktober 2018: Hemoglobin: 8,1

g/dl (N 12-16g/dl), Leukosit: 8,60 10^3/ul (N 5.0-10.0 10^3/ul),

Limfosit:15% (20-30), Trombosit: 462 10^3/ul (150-450 10^3/ul),

Hematokrit: 27,2% (36-48%), Eritrosit 2,97 juta/ul (4,5-5,5). GDS

349mg/dL (80-140) APTT 41 detik (28-40), APTT Control 30.9 detik,

Fungsi ginjal: Ureum: 56mg/dl(15-25), Creatinin: 10,5 mg/dl (0,5-1), eGFR

5mL/menit/1.73m2 (60-90mL/menit/1.73m2), Elektrolit: Natrium: 142

mmol/L (134-146), Kalium: 4,9 mmol/L (3,4 - 4,5), Clorida: 105 mmol/L

(96 - 108).

6. Penatalaksanaan
a. Terapi Obat
Amplodipine 10mg x 1 sehari via oral
b. IVFD
Infus Ringer Laktat 7 tetes/menit (24 jam/kolf)
c. Diet
NASI 1700 KAL DM B.PPY

7. Data Fokus
56

Data subjektif : klien mengatakan lemas, mual, nafsu makan berkurang, BB

56 kg, dan sebelum sakit 55 kg sejak satu minggu yang lalau, TB 150 cm,

ada riwayat hipertensi dan DM, minum dibatasi 600 ml/24 jam, BAK 3x

sehari, BAK sedikit, klien mengatakan di RS PELNI hanya untuk

memasang cemino dan HD dilakukan di RS Medika Permata Hijau.

Data objektif : TD 160/98 mmHg, N 100x/menit, P 19x/menit, Sh 36,3 ͦ C.,

klien tampak lemah, mukosa bibir kering, konjungtiva anemis, makan habis

1/2 porsi, ada edema di kaki kanan Hemoglobin: 8,1 g/dl (N 12-16g/dl),

pucat, turgor kering, : Ureum: 56mg/dl(15-25), Leukosit 8.60 10ˆ3/uL (5.0-

10.0 10ˆ3/uL), Creatinin: 10,5 mg/dl (0,5-1), eGFR 5mL/menit/1.73m2 (60-

90mL/menit/1.73m2), Elektrolit: Natrium: 142 mmol/L (134-146), Kalium:

4,9 mmol/L (3,4 - 4,5), Clorida: 105 mmol/L (96 - 108), IWL : output cairan,

urine 150 ml, Intake peroral 600.


57

8. Analisa Data

No. Data Masalah Etiologi

1. DS: klien mengatakan Penurunan curah Ketidakseimbangan

Kepala pusing, badan jantung cairan

terasa lemas,ada riwayat mempengaruhi

hipertensi, volume cairan

DO : TD 160/98 Mmhg,

klien tampak

lemah,klien tampak

pucat.

2. DS: klien mengatakan Kelebihan Penurunan haluaran

Minum dibatasi volume cairan urine

600ml/24jam, BAK

sedikit hanya 200cc

DO: TD 160/98 mmHg,

N 100x/menit, P

19x/menit, Sh 36,3 ͦ C,

klien lemah, Ureum:

56mg/dl(15-25),

Leukosit 8.60 10ˆ3/uL

(5.0-10.0 10ˆ3/uL),
58

Creatinin: 10,5 mg/dL,

eGFR

5mL/menit/1.73m2

Elektrolit: Natrium: 142

mmol/L, Kalium: 4,9

mmol/L, Clorida: 105

mmol/L, intake per oral

600ml/24jam.

3. DS: klien mengatakan Resiko Infeksi Tindakan invasive

akan dilakukan tindakan

pemasangan cemino

ditangan kiri

DO:
Kesadaran
composmentis.
Klien tampak lemas
Terpasang CDL
Hemoglobin: 8,1 g/dl
Leukosit 8.60 10ˆ3/uL
59

4. DS: klien mengatakan Perubahan Mual dan

tidak nafsu makan, nutrisi kurang penurunan nafsu

merasa mual, BB dari kebutuhan makan

sebelum sakit 56 kg, BB

sesudah sakit 55 kg.

DO : konjungtiva

anemis, tampak lemas,

makan hanya 1/2 porsi,

mukosa bibir kering,

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan diagnosa prioritas yang ada pada Tn. M ditegakkan diagnosa :
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan

mempengaruhi volume cairan

2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Penurunan haluaran urine

3. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan

penurunan nafsu makan


60

C. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Keperawatan

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan

cairan mempengaruhi volume sirkulasi

DS: klien mengatakan kepala pusing, badan terasa lemas,ada riwayat

hipertensi,

DO : TD 160/98 Mmhg, klien tampak lemah,klien tampak pucat.

Tujuan : Mempertahankan curah jantung dengan bukti TD dalam batas normal

selama perawatan 3x24jam

Kriteria hasil :pusing hilang, badan terasa segar, TTV dalam batas normal

Rencana tindakan ;

a. Ukur TTV (TD,N,P,Sh) setiap jam (05.00, 11.00, 15.00,

19.00,23.00wib)

b. Perhatikan posisi klien dan berikan / atur posisi yang nyaman untuk

klien.

c. Observasi klien, adakah nyeri dada dan udeme

d. Auskultrasi bunyi jantung dan paru.

e. Awasi pemeriksaan laboratorium

f. Berikan obat sesuai indikasi

Amplodipin 10 mgx1 diberikan pukul (pagi/malam)

Perencanaan :

Rabu, 03 Oktober 2018

Pukul 08.00 mengobservasi klien, hasil kien mengatakan lemas,


sesak,muka sembab, edema di kaki kanan, pukul 11.00 mengukur TTV;
TD 158/80 mmHg, N 80x/menit, P 19x/menit, Sh 36,4˚C.pukul 12.00
memberikan makan, makan habis ¼ porsi. Pukul 15.00 mengobservasi
61

tanda-tanda vital, TD: 145/96 mmHg, RR : 20x/menit, N : 110x/menit, S:


36,1ºC. Pukul 16.00 membantu memandikan klien, klien tampak segar.
Pukul 17.00 memberikan makan klien, klien mau makan hanya 6 sendok
karena tidak nafsu makan. Pukul 18.00 memberikan obat oral Amplodipin
10 mg. Pukul 22.00 mengobservasi tanda-tanda vital, TD : 151/100 mmHg,
RR : 20x/menit, N : 102x/menit, S : 36,5 ºC, klien tidur.

Kamis ,04 Oktober 2018

Pukul 09.00 mengobservasi klien, hasil kien mengatakan lemas,muka

sembab, edema di muka. pukul 11.00 mengukur TTV; TD 135/80 mmHg,

N 85x/menit, P 20x/menit, Sh 36,5ͦ C.pukul 12.00 memberikan makan,

makan habis ¼ porsi. Pukul 15.00 mengobservasi tanda-tanda vital, TD:

140/73 mmHg, RR : 19x/menit, N : 100x/menit, S: 36,1ºC. Pukul 16.00

membantu memandikan klien, klien tampak segar. Pukul 17.00 klien

dipulangkan karena akan HD di RS Medika Permata Hijau

Evaluasi

Rabu, 03 Oktober 2018

S : klien mengeluh kepala pusing, lemas

O : TTV; TD 158/80 mmHg, N 80x/menit, P 19x/menit, Sh 36,4˚C

A : Masalah belum teratasi

P : Rencana tindakan dilanjutkan

a.Ukur TTV (TD,N,P,Sh) setiap jam (05.00, 11.00, 15.00,

19.00,23.00wib)

b.Perhatikan posisi klien dan berikan / atur posisi yang nyaman untuk

klien.

c. Observasi klien, adakah nyeri dada dan udeme


62

d. Auskultrasi bunyi jantung dan paru.

f.Awasi pemeriksaan laboratorium

g. Berikan obat sesuai indikasi

Amplodipin 10 mgx1 diberikan pukul (pagi/malam)

Kamis, 04 Oktober 2018

S : klien mengatakan pusing sudah berkurang

O : TTV; TD 135/80 mmHg, N 85x/menit, P 20x/menit, Sh 36,5ͦ C

A : Masalah teratasi

P : Rencana tindakan dihentikan

2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Penurunan haluaran urine

DS: klien mengatakan minum dibatasi 600ml/24jam, BAK sedikit hanya 200cc

DO: TD 160/98 mmHg, N 100x/menit, P 19x/menit, Sh 36,3 ͦ C, klien lemah,

Ureum: 56mg/dl(15-25), Leukosit 8.60 10ˆ3/uL (5.0-10.0 10ˆ3/uL), Creatinin:

10,5 mg/dL, eGFR 5mL/menit/1.73m2 Elektrolit: Natrium: 142 mmol/L,

Kalium: 4,9 mmol/L, Clorida: 105 mmol/L, intake per oral 600ml/24jam.

Tujuaan : Tidak Terjadi resiko tinggi kelebihan cairan.

Kriteria Hasil : BAK kembali normal, muka tidak sembab, intake per oral

dalam batas normal, hasil laboratorium dalam batas normal, TTV dalam batas

normal.

Rencana Tindakan :

a. Ukur TTV (TD,N,P,Sh) jam 05.00 ,11.00 ,15.00, 19.00, 23.00 wib

b. Observasi keadaan wajah, kulit, dan edema

c. Observasi pemasukan dan pengeluaran urine


63

d. Berikan cairan UMU pada keluarga klien

Pelaksanaan:

Rabu 03 Oktober 2018

Pukul 09.30 mengobservasi klien,klien tampak pucat, lemah, semalam tidurnya

terganggu. Pukul 11.00 memberikan makanan ringan, klien tidak mau makan,

perut terasa begah, TTV; TD 158/80 mmHg, N 80x/menit, P 19x/menit, Sh

36,4˚C. Pukul 12.00 memberikan makan, makan habis ¼ porsi. Pukul 13.00

mengobservasi klien, klien tampak pucat, konjungtiva anemis, mukosa kering,

lemah Pukul 15.00 mengobservasi tanda-tanda vital, TD: 145/96 mmHg, RR :

20x/menit, N : 110x/menit, S: 36,1ºC. Pukul 16.00 membantu memandikan

klien, klien tampak segar. Pukul 17.00 memberi batas minum 600ml/24jam.

Pukul 18.00 memberikan obat oral Amplodipin 10 mg. Pukul 19.00 memantau

intake output per oral 600ml/24jam Pukul 22.00 mengobservasi tanda-tanda

vital, TD : 151/100 mmHg, RR : 20x/menit, N : 102x/menit, S : 36,5 ºC, klien

tidur.

Kamis 04 Oktober 2018

Pukul 09.00 mengobservasi klien,klien tampak pucat, lemah, semalam tidak

bisa tidur. Pukul 11.00 mengukur TTV; TD 135/80 mmHg, N 85x/menit, P

20x/menit, Sh 36,5ͦ C.pukul 12.00 memberikan makan, makan habis ¼ porsi.

Pukul 15.00 mengobservasi tanda-tanda vital, TD: 140/73 mmHg, RR :

19x/menit, N : 100x/menit, S: 36,1ºC. Pukul 16.00 membantu memandikan

klien, klien tampak segar. Pukul 17.00 Pukul 17.00 klien dipulangkan karena

akan HD di RS Medika Permata Hijau


64

Evaluasi

Rabu 03 Oktober 2018

S = klien mengatakan minum dibatasi 600cc/24jam, BAK sedikit hanya 100cc

O = muka klien tampak pucat, intake per oral 600cc/24jam, Ureum:

56mg/dl(15-25), Leukosit 8.60 10ˆ3/uL (5.0-10.0 10ˆ3/uL), Creatinin: 10,5

mg/dL, eGFR 5mL/menit/1.73m2 Elektrolit: Natrium: 142 mmol/L, Kalium:

4,9 mmol/L, Clorida: 105 mmol/L

A = tujuan belum teratasi

P = intervensi di lanjutkan

a. Ukur TTV (TD,N,P,Sh) jam 05.00 ,11.00 ,15.00, 19.00, 23.00 wib

b. Observasi keadaan wajah, kulit, dan edema

c. Observasi pemasukan dan pengeluaran urine

d. Berikan cairan UMU paada keluarga klien

Kamis 04 Oktober 2018

S = klien mengatakan minum dibatasi 600cc/24jam, BAK sedikit hanya 100cc

O = muka klien tidak sembab, intake per oral 600cc/24jam, Ureum: 56mg/dl(15-

25), Creatinin: 10,5 mg/dL, eGFR 5mL/menit/1.73m2 Elektrolit: Natrium: 142

mmol/L, Kalium: 4,9 mmol/L, Clorida: 105 mmol/L

A = tujuan tercapai sebagian

P = intervensi di hentikan

3. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive.


65

DS: klien mengatakan akan dilakukan tindakan pemasangan cemino ditangan


kiri

DO: Kesadaran composmentis, klien tampak lemas, terpasang CDL,


Hemoglobin: 8,1 g/dl, Leukosit 8.60 10ˆ3/uL

Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan


infeksi tidak terjadi.

kriteria hasil :
a. Tidak ada kemerahan dan rembesan pada luka
b. Tidak ada pus
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
d. Tanda tanda vital dalam rentan normal

Perencanaan :
a. Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan pada kondisi
kulit
b. Melakukan perawatan luka CDL
c. Monitor tanda dan gejala infeksi
d. Monitor tanda tanda vital
e. Instruksi pasien untuk minum antibiotic sesuai program dokter

Pelaksanaan keperawatan :
Rabu 03 Oktober 2018
Pukul 09.00 klien diantar ke OK untuk pemasangan cemino, cemino dipasang di
tangan kiri. Pukul 11.00 Mengobservasi tanda-tanda vital, TD : TTV; TD 158/80
mmHg, N 80x/menit, P 19x/menit, Sh 36,4˚C. Pukul 11.20 inspeksi kulit dan
membrane mukosa terhadap kemerahan pada kondisi kulit dan monitor tanda
dan gejala infeksi, kulit klien tidak tampak kemerahan, tidak ada rembes, pus,
tidak ada tanda infeksi dank lien mengatakan nyeri pada bagian yang terpasang
indwelling pleural catheter. Pukul 15.00 Mengobservasi Tanda-tanda vital, TD:
145/96 mmHg, RR : 20x/menit, N : 110x/menit, S: 36,1ºC. Pukul Pukul 19.00
melakukan perawatan luka , hasilnya baik, tidak rembes, tidak kemerahan dan
66

tidak ada pus. Pukul 22.00 Mengobservasi tanda-tanda vital, Pukul 22.00
mengobservasi tanda-tanda vital, TD : 151/100 mmHg, RR : 20x/menit, N :
102x/menit, S : 36,5 ºC

Kamis 04 Oktober 2018


Pukul 09.00 mengobservasi klien,klien tampak pucat, lemah, semalam tidak bisa
tidur. Pukul 11.00 mengukur TTV; TD 135/80 mmHg, N 85x/menit, P
20x/menit, Sh 36,5ͦ C. Pukul 11.30 inspeksi kulit dan membrane mukosa
terhadap kemerahan pada kondisi kulit dan monitor tanda dan gejala infeksi,
kulit klien tidak tampak kemerahan, tidak ada rembes, pus dan tidak ada tanda
infeksi.Pukul 15.00 Mengobservasi Tanda-tanda vital, TD: 140/73 mmHg, RR :
19x/menit, N : 100x/menit, S: 36,1ºC. Pukul 17. 00 klien di pulangkan karena
akan HD di RS Medika Permata Hijau

Evaluasi Keperawatan
Rabu 03 Oktober 2018
Subjektif : klien mengatakan tidak nyeri pada daerah yang terpasang CDL
Objektif : tidak ada kemerahan, tidak ada rembes, tidak ada pus ,
Analisa : Tujuan belum teratasi
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
1. Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan pada kondisi
kulit
2. Melakukan perawatan luka CDL
3. Monitor tanda dan gejala infeksi
4. Monitor tanda tanda vital
5. Instruksi pasien untuk minum antibiotic sesuai program dokter

Kamis 04 Oktober 2018


Subjektif : klien mengatakan tidak ada nyeri
Objektif : tidak ada kemerahan, tidak ada rembes, tidak ada pus
Analisa : Tujuan tercapai
Perencanaan : Perencanaan dihentikan
67

5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan

penurunan nafsu makan

DS: klien mengatakan tidak nafsu makan, merasa mual, BB sebelum sakit 56

kg, BB sesudah sakit 55 kg.

DO : konjungtiva anemis, tampak lemas, makan hanya 1/2 porsi, mukosa bibir

kering,

Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.

KH : TTV dalam rentang normal (TD 110/70-120/80 mmHg, N 60-80

x/menit, P 16-20 x/menit, Sh 36-37ͦ C).

Rencana tindakan :

a. Ukur TTV (TD,N,P,Sh) jam 05.00 ,11.00 ,15.00, 19.00, 23.00 wib

b. Kaji pemasukan makanan diet

c. Berikan makanan sedikit tapi sering

d. Berikan pasien daftar makanan / cairan yang diizinkan dan libatkankien

pada pilihan menu.

e. Berikan obat (kolaborasi) gastridin 50 mg dioplos dengan Nacl 10 cc

melalui IV ( kalau mual hebat).

f. Cek ulang DPL (Hb,Ht,Leukosit,Trombosit).

Perencanaan

Rabu 03 Oktober 2018

Pukul 08.00 mengobservasi klien, klien mengatakan mual, lemas, nafsu

makn berkurang, bibir kering, klien tampak lemah, BB 55 kg Hb 8.1 g/dl

(12-16), makan habis ¼ porsi. Pukul 11.00 mengukur TTV; TD 158/80

mmHg, N 80x/menit, P 19x/menit, Sh 36,4˚C. Pukul 12.00 memberikan


68

makan, klien mau makan, makan habis 5 sendok, mual. Pukul 15.00

mengukur TD: 145/96 mmHg, RR : 20x/menit, N : 110x/menit, S: 36,1ºC.

Pukul 17.30 memberikan makan, klien mau makan, makan habis ¼ porsi,

mual, lemas, mukosa bibir kering. Pukul 20.00 mengobservasi klien, klien

tampak lemah. Pukul 22.00 mengobservasi tanda-tanda vital, TD : 151/100

mmHg, RR : 20x/menit, N : 102x/menit, S : 36,5 ºC, klien tidur.

Kamis 04 Oktober 2018

Pukul 08.30 mengobservasi klien, klien mengatakan lemas, mual masih ada,

mukosa bibir kering. Pukul 10.00 mengobservasi klien, klien mengatakan

mual masih ada, makan tadi pagi habis ¼ porsi, konjungtiva anemis. Pukul

11.00 mengukur TTV; TD 135/80 mmHg, N 85x/menit, P 20x/menit, Sh

36,5ͦ C.. Pukul 12.00 memberikan makan, kliem mau makan, makan habis

¾ porsi. Pukul 15.00 mengobservasi tanda-tanda vital, TD: 140/73 mmHg,

RR : 19x/menit, N : 100x/menit, S: 36,1ºC. Pukul 16.00 membantu

memandikan klien, klien tampak segar. Pukul 17.00 Pukul 17.00 klien

dipulangkan karena akan HD di RS Medika Permata Hijau

Evaluasi

Rabu 03 Oktober 2018

S = klien mengatakan mual, makan habis ½ porsi.

O = klien tampak lemah, pucat, mukosa bibir kering.

A = tujuan belum teratasi

P = intervensi di lanjutkan

a. Kaji pemasukan makanan


69

b. Berikan makan sedikit tapi sering

c. Berikan pasien daftar makanan/libatkan klien pada pilihan menu.

Kamis 04 Oktober 2018

S = klien mengatakan mual berkurang, lemas berkurang

O = makan habis ¾ porsi. Hemoglobin 8.1 g/dl, sudah tidak terlalu lemah

A = tujuan tercapai

P = intervensi di hentikan
70

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang terdapat pada teori

dan kasus yang penulis dapatkan dalam menerapkan Asuhan Keperawatan Pada TN.

M Dengan Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Ruang NB 3 Rumah Sakit PELNI Jakarta

selama 2 hari perawatan mulai tanggal 03 Oktober 2018 sampai 04 Oktober 2018.

Melalui asuhan keperawatan dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,

perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan

Tahap pengkajian, etiologi dari penyakit gagal ginjal kronik pada TN. M yang

dikasus sesuai dengan teori yaitu penyakit gagal ginjal dan penyakit metabolik

Hipertensi dibuktikan dengan pemeriksaan ureum dan kreatinin.

Manifestasi klinis yang terdapat pada teori dan ditemuakan pada kasus yaitu

penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan

ditandai dengan pusing,lemas, pucat, TD 168/98mmhg, lemah. Dan

manifestasi klinis yang ada pada teori dan ditemukan pada kasus yaitu

perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan

penurunan nafsu makan pada kasus ditemukan tanda – tanda mual , tidak nafsu

makan, BB sebelum sakit 56 kg, BB sesudah sakit 55 kg. Resti kelebihan cairan

berhubungan gagal ginjal karena pada kasus ditemukan tanda – tanda minum

klien di batasi 600ml/24jam, BAK sedikit hanya 150 cc


71

Pemeriksaan yang ada pada teori dan kasus ureum, kreatinin,

natrium, kalium, DPL. Sedangkan pemeriksaan yang ada pada kasus

namun tidak ada pada teori yaitu dan gula darah, dengan hasil GD

384 mg/dl (80-140), dan EKG dengan hasil normal, thorax foto

dengan hasil negativ, urine (warna, volume, berat jenis), GDA,

Kalsium.

Penatalaksanaan medis, farmakoterapi yang ada pada teori dan kasus

yaitu obat suplemen besi, agens peningkat fosfat, suplemen kalsium,

eritropoetin. Farmakoterapi yang ada pada dan kasus pada klien

yaitu antihipertensi, karena hipertensi klien saat ini sudah terkontrol.

Penatalaksanaan medis non farmakoterapi yang ada pada teori dan

kasus yaitu dialisis dan pembatasan cairan minum 600 cc/hari.

Sedangkan non farmakoterapi yang ada pada teori namun tidak

diberikan pada klien yaitu diit rendah protein dan kalium karena diit

ini hanya diberikan untuk klien yang tidak menjalankan terapi

dialisis.

Faktor pendukung yang penulis dapatkan pada tahap pengkajian

yaitu klien dan keluarga sangat kooperatif dalam memberikan

penjelasan dan keterangan yang dibutuhkan, serta data yang ada

pada status klien juga lengkap. Sedangkan faktor penghambat yang

ada yaitu kurang ketelitian penulis dalam melakukan pengkajian.


72

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang terdapat pada teori ada tujuh diagnosa

keperawatan menurut Doengoes yaitu: Resiko tinggi terhadap

penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan

cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial, dan

tahanan vaskuler sistemik. Resiko tinggi terhadap cedera

berhubungan dengan penekanan produksi / sekresi eritropoetin

penurunan produksi dan SDM hidupnya, gangguan faktor

pembekuan, peningkatan kerapuhan kapiler. Perubahan proses pikir

berhubungan dengan perubahan fisiologi akumulasi toksin (contoh

urea, amonia), asidosis metabolik, hipoksia, ketidak seimbangan

elektrolit, klasifikasi metastatik pada otak. Resiko tinggi terhadap

kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status

metabolik, sirkulasi (anemia dengan iskemia jaringan) dan sensai

(neuropati perifer). Resiko tinggi terhadap perubahan membran

mukosa oral berhubungan dengan kurang / penurunan saliva,

pembatasan cairan, iritasi kimia, perubahan urea dalam saliva

menjadi amonia. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar), tentang

kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan

keterbatasan kognitif, kurang terpajan / mengingat, salah interpretasi

informasi. Ketidakmampuan berhubungan dengan sistem nilai

pasien, perubahan mental, komoleksitas.


73

namun yang ditemukan pada kasus ada empat diagnosa

keperawatan. Diantaranya dua diagnosa sesuai dengan kasus dan

dua diagnosa terjadi kesenjangan antara teori dan kasus. diagnosa

pada teori yaitu Resiko ringgi terhadap penurunan curah jantung

berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan mempengaruhi

volume sirkulasi, kerja miokardial, dan tahanan vaskuler sistemik,

penulis angkat karena tekanan darah klien tinggi dan mempunyai

riwayat hipertensi

Diagnosa kedua yaitu Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan

dengan penekanan produksi / sekresi eritropoetin penurunan

produksi dan SDM hidupnya, gangguan faktor pembekuan,

peningkatan kerapuhan kapiler, tidak penulis angkat karena tidak

terdapat tanda dan gejalanya pada klien. Kerapuhan kapiler tidak

terjadi pada klien.

Diagnosa ketiga yaitu Perubahan proses pikir berhubungan dengan

perubahan fisiologi akumulasi toksin ( contoh urea, amonia),

asidosis metabolik, hipoksia, ketidak seimbangan elektrolit,

klasifikasi metastatik pada otak, tidak penulis angkat karena tanda

dan gejalanya tidak ditemukan pada klien.


74

Diagnosa ke empat yaitu Resiko tinggi terhadap perubahan

membran mukosa oral berhubungan dengan kurang / penurunan

saliva, pembatasan cairan, iritasi kimia, perubahan urea dalam saliva

menjadi amonia, tidak penulis angkat karena tanda dan gejalanya

tidak di temukan pada klien.

Diagnosa kelima yaitu Ketidakmampuan berhubungan dengan

sistem nilai pasien, perubahan mental, komoleksitas, tidak penulis

angkat karena pada klien tidak terjadi perubahan mental, kesadaran

klien composmentis.

Diagnosa keenam yaitu kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)

tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan

dengan keterbatasan kognitif kurang terpajan/ mengingat salah

interpretasi informasi penulis angkat karena klien selalu

menanyakan mengenai penyakitnya dan klien kurang informasi

Faktor pendukung dalam menegakkan diagnosa keperawatan adalah

didapatkan data-data yang sangat menunjang baik dari keluarga dan

status klien, dan tidak ada faktor penghambat.

C. Perencanaan Keperawatan

Pada tahap perencanaan diagnosa prioritas pertama yaitu Resti

penurunan curah jantung berhubungan denganketidakseimbangan

cairan mempengaruhi volume cairan tujuan dan kriteria hasil sesuai


75

karena pada diagnosa tidak terjadi kesenjangan. Perencanaan ukur

TTV (TD,N,P,Sh) pukul 05.00, 11.00, 15.00. Perhatikan posisi klien

dan berikan / atur posisi yang nyaman untuk klien, Observasi klien,

adakah nyeri dada dan udeme, Auskultrasi bunyi jantung dan paru,

Awasi pemeriksaan laboratorium, Berikan obat sesuai indikasi

Amlodipine 10mg x 1.

Pada tahap perencanaan diagnosa kedua yaitu Kelebihan volume

cairan berhubungan dengan Penurunan haluaran urine tujuan dan

kriteria hasi tidak sesuai karena pada diagnosa terjadi kesenjangan.

Ukur TTV (TD,N,P,Sh) jam 05.00 ,11.00 ,15.00, 19.00, 23.00 wib,

Observasi keadaan wajah, kulit, dan edema, Observasi pemasukan

dan pengeluaran urine, Berikan cairan UMU paada keluarga klien

Perencanaan pada diagnose ketiga risiko infeksi berhubungan


dengan tindakan invasive . Tujuan dan kriteria hasil antara teori
dan kasus sudah sesuai Perencanaan yang ada pada teori terdapat 6
rencana tindakan mandiri. Pada kasus terdapat rencana tindakan
mandiri yang sama dengan teori yaitu 5 tindakan mandiri yang
sama dengan teori yaitu cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
keperawatan, pertahankan lingkungan aseptic selama pemasangan
alat, inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan
kondisi luka, instruksi pasien untuk minum antibiotic sesuai
program dokter, melakukan perawatan luka. Intervensi yang ada
pada teori namun tidak penulis rencanakan yaitu kaji kultur karena
luka klien tidak kemerahan, tidak ada rembesan dan pus.
76

Pada tahap perencanaan diagnosa keempat yaitu perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual.

Tujuan dan kriteria hasil belum sesuai antara teori dan kasus karena

terjadi kesenjangan pada diagnosa keperawatan. Rencana

keperawatan yaitu Ukur TTV (TD,N,P,Sh) jam 05.00 ,11.00 ,15.00.

Kaji pemasukan makanan diet. Berikan makanan sedikit tapi sering.

Berikan pasien daftar makanan / cairan yang diizinkan dan

libatkankien pada pilihan menu. Berikan obat (kolaborasi) gastridin

50 mg dioplos dengan Nacl 10 cc melalui IV ( kalau mual hebat).

Cek ulang DPL (Hb,Ht,Leukosit,Trombosit).

Faktor pendukung pada tahap perencanaan adanya kerjasama klien

dan keluarga serta penulis dan sarana yang cukup diruang perawatan

serta perawat ruangan yang kooperatif. Sehingga penulis tidak

menemukan faktor penghambat pada tahap ini.

D. Penatalaksanaan Keperawatan

Pada tahap pelaksanaan, penulis dapat melaksanakan rencana

tindakan yang direncanakan pada diagnosa resti penurunan curah

jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan

mempengaruhi volume cairan yaitu mengukur TTV ( TD, N, P, Sh)

pukul 05.00, 11.00, 15.00. mengobservasi klien, hasil kien

mengatakan lemas, sesak,muka sembab, edema di muka,

memberikan O2 2liter/menit dengan kanul, memberikan obat oral

Amplodipin 10 mg
77

Pada tahap pelaksanaan, diagnosa kedua yaitu Kelebihan volume

cairan berhubungan dengan Penurunan haluaran urine Penulis dapat

melaksanakan pelaksanaan yang sesuai dengan rencana tindakan

yaitu mengobservasi klien,klien tampak pucat, lemah, semalam

tidak bisa tidur. memberikan obat oral Amplodipin 10 mg,

memantau intake output per oral 600ml/24jam.

Diagnosa yang ketiga yaitu Resiko infeksi berhubungan dengan

tindakan invasive terdapat 5 intervensi yang tidak dilakukan ada 1

yaitu instruksi pasien untuk minum antibiotic sesuai program dokter

karena kondisi luka baik , tidak ada rembes tidak ada pus tidak ada

kemerahan dan tidak di programkan oleh dokter sehingga tidak

diberikan antibiotic.

Pada diagnosa keempat perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubunagn dengan mual dan tidak nafsu makan. Penulis

dapat melaksanakan semua rencana tindakan keperawatan yaitu

mengukur TTV (TD,N, P, Sh) pukul 05.00,11.00,15.00. mencatat

pemasukan makanan, memberikan makanan sedikit tapi sering,

memberikan daftar makanan / cairan yang dizinkan dan melibatkan

klien untuk memilih menu makanan. Memberikan obat gastridin 50

mg dioplos dengan nacl 10 cc melalui IV (kalau mual hebat),

mengambil darah klien untuk pemeriksaan laboratorium DPL (Hb,

Ht, trombosit, leukosit).


78

Pada saat dilakukan tindakan keperawatan penulis tidak

mendapatkan faktor penghambat, sedangkan faktor pendukung yaitu

adanya kerjasama yang terjalin antara klien dengan perawat serta

perawat ruangan dan staf diruang perawatan cukup mendukung

terlaksananya rencana tindakan keperawatan.

E. Evaluasi Keperawatan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam dan


melakukan evaluasi akhir, penulis mengacu pada tujuan dan kriteria
hasil yang terdapat pada perencanaan sesuai diagnose keperawatan.
Dari 4 diagnosa yang ditemukan dan tujuan tercapai sebagian yaitu
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Penurunan haluaran
urine dengan Klien mengatakan minum masih dibatasi
600ml/24jam, tetapi wajah tampak tidak sembab.

Diagnosa yang teratasi yaitu Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan penurunan nafsu
makan dibuktikan dengan Klien mengatakan sudah nafsu makan,
kesadaran composmentis, makan habis 3/4 porsi.

Faktor pendukung klien sangat kooperatif dengan perawat dalam


memberikan asuhan keperawatan sehingga memudahkan penulis
dalam melakukan evaluasi keperawatan. Faktor penghambat tidak
penulis temukan
BAB V

PENUTUP

Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan selama tiga hari pada TN.M dengan

Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Ruang NB 3 Rumah Sakit PELNI Jakarta, maka penulis

dapat menarik kesimpulan dan saran.

A. Kesimpulan

Dari hasil pengkajian yang telah penulis lakukan maka penulis dapat

menyimpulkan etiologi yang penulis temukan pada TN.M yaitu penyakit

ginjal, penyakit metabolik yaitu Hipertensi. Manifestasi klinis yang ditemukan

yaitu mual, anemia, edema. Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan yaitu

pemeriksaan darah DPL (Hb,Ht,Leukosit,Trombosit) Natrium, Ureum,

Creatinine, EKG. Penatalaksanaan medis, farmakoterapi yang diberikan yaitu

obat suplemen besi, agens peningkat fosfor, seplemen kalsium, non

farmakoterapi dialisis, pemberian cairan 600 cc/hari.

Ditemukan lima diagnosa keperawatan, diagnosa Penurunan curah jantung

berhubungan dengan ketidak seimbangan cairan. Diagnosa kedua Diagnosa

kedua yaitu Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan penekanan

produksi. Diagnosa yang ketiga yaitu Resiko infeksi berhubungan dengan

tindakan invasive.

79
80

Perencanaan yang dibuat berdasarkan tujuan dan kriteria hasil masing-masing

diagnosa, untuk diagnosa prioritas yaitu Resiko tinggi kelebihan cairan

berhubungan dengan gagal ginjal. Rencana tindakan yang ada dalam kasus

belum sesuai dengan teori karena pada diagnosa terdapat kesenjangan dan

diagnosa ini terdapat pada pasien.

Pelaksanaan dilakukan berdasarkan perencanaan yang dibuat masing masing

diagnosa. Pada diagnosa, Penurunan curah jantung berhubungan dengan

ketidak seimbangan cairan. rencana tindakan yang penulis buat dalam kasus

dapat dilaksanakan semua karena klien sangat kooperatif dan

pendokumentasian yang jelas.

Evaluasi keperawatan yang dilakukan dengan metode SOAP terdapat lima

diagnosa dengan tujuan belum tercapai.

Faktor pendukung yang penulis dapatkan yaitu adanya kerjasama antara klien

dengan perawat serta perawat ruangan dan staff diruang perawatan cukup

mendukung terlaksananya asuhan keperawatan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas penulis memberikan saran untuk perawat dan

tim kesehatan.
81

1. Perawat khususnya penulis lebih peka dalam melakukan pengkajian agar


mendapatkan data-data yang lebih spesifik dan akurat.

2. Penulis dapat lebih meningkatkan ketilitian dalam mengkaji masalah yang ada
dan masalah yang mungkin muncul pada klien dengan Gagal Ginjal Kronik
(GGK).

3. Perawat khususnya penulis harus mengacu pada perencanaan dalam


melakukan implementasi.

4. Perawat dan penulis mampu meningkatkan kerja sama yang baik dalam

melaksanakan tindakan asuhan keperawatan


82

DAFTAR PUSTAKA

Black, M. Joyce (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajement Klinik untuk


hasil yang diharapkan. Edisi:8 Buku:2, Jakarta: ELSEVIER.

Doenges, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 2. ( I Made


Kariasa, penerjemah ). Edisi 3. Jakarta : EGC

Nursalam. (2001). proses dan Dokumentasi konsep dan praktek. Edisi 1. Jakarta :
salemba Medika

Price, Sylvia Anderson.(2005).Konsep Klinis Proses Proses Penyakit.( Brahm U.


Pandit, penerjemah ) Jakarta: EGC

Muttaqin, Arief (2008). Buku Ajar Keperawatan klien dengan Gangguan


Persarafan. Jakarta: Salemba medika.

Soeparman.(2003). Data Penyakit Gagal Ginjal Kronik. Diambil pada tanggal 8


Agustus 2001. Pukul 09.00 WIB dari
http://www.docstac.com

Winata.(2007). Epidemiologi Gagal Ginjal Kronik. Diambil pada tanggal 9 Agustus


2001. pukul 20.00 WIB dari
http://respiratory.usu.ac.id

Anda mungkin juga menyukai