Anda di halaman 1dari 60

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.

A
DENGAN DENGUE HEMORAGIC
FEVER DI RUANG MAWAR
RUMAH SAKIT PELNI
JAKARTA

Disusun Oleh

1. Gina Permatasari NIRM 16014


2. Tika Budiyana NIRM 16093

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI


JAKARTA
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Klien Tn.A” dengan Dengue Hemoragic Fever di Ruang Mawar
Rumah Sakit Pelni Jakarta.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan,
tetapi berkat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya
makalah ini dapat di selesaikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat :

1. Dr. dr. Fathema Djan Rachmat.,Sp.B.,BTKV(K)., Direktur Utama Rumah Sakit


Pelni.
2. Achmad Samdani.,SKM Ketua Yayasan Samudra Apta.
3. Buntar Handayani.,SKp.,M.Kep.,MM Direktur Akademi Keperawatan Pelni
Jakarta
4. Ritanti.,Ns M.Kep.Sp. Kep. Kom. Dosen pembimbing di Akademi Keperawatan
Pelni Jakarta
5. Sri Mulyani N.,APP.S.Kep. Dosen pembimbing di Akademi Keperawatan
6. Weny, Ns S.Kep. Kepala Ruangan di Ruang Mawar Rumah Sakit Pelni Jakarta
sekaligus Preseptorship di Ruang Mawar Rumah Sakit Pelni Jakarta.

Akhir kata kami penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
perbaikan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan semua yang
membaca.

Jakarta, Agustus 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................. 4
B. Tujuan ............................................................................................................... 7
1.Tujuan Umum................................................................................................ 7
2. Tujuan Khusus .............................................................................................. 7
C. Ruang Lingkup .................................................................................................. 7
D. Metode Penulisan .............................................................................................. 7
E. Sistematika Penulisan ....................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Pengertian .......................................................................................................... 9
B. Etiologi ............................................................................................................ 10
C. Pathway ........................................................................................................... 10
D. Patofisiologi .................................................................................................... 12
E. Pemeriksaan Klinis.......................................................................................... 17
F. Pemeriksaan Penunjang .................................................................................. 17
G. Penatalaksanaan Medis ................................................................................... 18
H. Penatalaksanaan Keperawatan ........................................................................ 19
I. Pengkajian Keperawatan ................................................................................. 19
J. Diagnosa Keperawatan.................................................................................... 21
K. Perencanaan Keperawatan .............................................................................. 21
L. Pelaksanaan Keperawatan ............................................................................... 24
M. Evaluasi Keperawatan ..................................................................................... 24

ii
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan ................................................................................. 26
B. Diagnosa Keperawatan.................................................................................... 35
C. Rencana Keperawatan ..................................................................................... 35
D. Pelaksanaan Keperawatan ............................................................................... 37
E. Evaluasi Keperawatan ..................................................................................... 44

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan ................................................................................. 48
B. Diagnosa Keperawatan.................................................................................... 49
C. Perencanaan Keperawatan .............................................................................. 50
D. Pelaksanaan Keperawatan ............................................................................... 51
E. Evaluasi Keperawatan ..................................................................................... 51

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 53
B. Saran ................................................................................................................ 55

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 58

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut sebagai
demam berdarah. Dengue yang disebarkan virus disebarkan oleh nyamuk Aedes
(Stegomyia). Menurut Kemenkes RI (2016) Demam Berdarah Dengue (DBD) yaitu
penyakit yang pada umumnya disebabkan oleh virus dengue yang tergolong
Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan family Flaviviridae. DBD ditularkan
melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti. Penyakit DBD
dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur.
Munculnya penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku
masyarakat.

Data WHO (2014) Jumlah kasus di Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat telah
melewati 1,2 juta kasus ditahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta kasus di 2010. Pada
tahun 2013 dilaporkan terdapat sebanyak 2,35 juta kasus di Amerika, dimana
37.687 kasus merupakan DBD berat. Perkembangan kasus DBD di tingkat global
semakin meningkat, seperti dilaporkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni
dari 980 kasus di hampir 100 negara tahun 1954-1959 menjadi 1.016.612 kasus di
hampir 60 negara tahun 2000-2009. Penyakit demam berdarah dengue pertama kali
dilaporkan di Asia Tenggara pada tahun 1954 yaitu di Filipina, selanjutnya
menyebar keberbagai negara.

4
5

Data Depkes (2015), pada ada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember
tercatat penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641
diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun
sebelumnya, yakni tahun 2013 dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang
dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871 penderita. Kasus demam berdarah di
Solo cenderung meningkat. Pada tahun 2012, ada 30 kasus demam berdarah di Solo.
Angka itu melonjak menjadi 260 kasus pada 2013. Lalu hingga Mei 2014, jumlah
penderitanya sudah 120 kasus. Sedangkan menurut Kemenkes (2016) di DKI
Jakarta jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2016
sebanyak 22.697 kasus, sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 4.194 kasus, dengan
demikian dapat dihitung angka kesakitan DBD Tahun 2016 meningkat yaitu sebesar
220 dibandingkan angka kesakitan sebesar 81,7 per-100 ribu penduduk pada tahun
2015 (yang dilaporkan). Angka tertinggi penderita DBD di Provinsi DKI Jakarta
ada di wilayah Jakarta Timur sebesar 6.438 kasus. Jumlah kasus DBD tahun 2016
lebih rendah dibanding kasus tahun 2015 sebesar 8.346 kasus dari Jakarta Barat.
Hal ini terjadi dikarenakan telah meningkatnya kualitas lingkungan dan hidup
masyarakat di wilayah Jakarta Timur yang selama ini merupakan wilayah endemik
Demam Berdarah Dengue.

Data rekam medis Rumah Sakit PELNI Jakarta tahun 2014 jumlah pasien yang
dirawat inap berjumlah 16.453 jiwa, dengan penderita demam berdarah sebanyak
271 jiwa (1.64%).

Oleh karena itu, sangat dibutuhkan peran perawat sebagai educator dan advokat
melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Upaya promotive
dengan memberikan informasi kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan
dan meningkatkan pola hidup bersih dan sehat dengan membiasakan mencuci
tangan, tidak membuang sampah sembarangan, membiasakan bersihkan tempat
penampungan air bersih dan tidak menggantung pakaian di dalam rumah, upaya
preventif dengan menggunakan lotion anti nyamuk, penggunaan kelambu, kegiatan
fooging di lingkungan rumah, upaya kuratif dengan banyak minum air putih. Upaya
rehabilitative dengan menganjurkan melakukan pencegahan melalui kegiatan 3M
yaitu membersihkan tempat yang dijadikan penampungan air seperti drum, kendi,
toren air, memanfaatkan kembali. PLUS yaitu menaburkan bubuk larvasid pada
tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, menggunakan obat antinyamu,
5
6

memelihara ikan pemangsa jentik, menanam tanaman pengusir nyamuk, atur


cahaya yang masuk kedalam rumah, hindari menggantung pakaian dalam rumah
dan pemeriksaan kesehatan kepelayanan kesehatan terdekat bila timbul gejala
demam.

Atas berbagai pertimbangan diatas penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan
Asuhan Keperawatan Pada Tn.A dengan Dengue Hemoragic Fever di ruang Mawar
RS Pelni.

6
7

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan tinjauan pustaka ini, diharapkan mahasiswa mampu
memahami, menjelaskan, serta mengaplikasikan definisi, epidemiologi,
patomekanisme berdasarkan etiologi dan factor resiko, gejala atau gambaran
klinis, pemeriksaan untuk diagnosis serta untuk mencari factor resiko,
pemeriksaan penunjang, terapi, komplikasi, dan prognosis dari penyakit Dengue
Hemoragic Fever

2. Tujuan Khusus
Setelah mempelajari tinjauan pustaka ini, diharapkan mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan dengue hemoragic
fever
b. Menentukan masalah keperawatan klien dengan dengue hemoragic fever
c. Merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan dengue hemoragic
fever
d. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai perencanaan pada klien dengan
dengue hemoragic fever
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan dengue hemoragic fever
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan praktik
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta mencari solusi/
alternatif pemecahan masalah
h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan dengue
hemoragic fever

C. Ruang Lingkup
Asuhan Keperawatan pada klien Tn A dengan Dengue Hemoragic Fever di Ruang
Mawar RS Pelni Jakarta dari tanggal 30 Juli sampai dengan 1 Agustus tahun 2018.

D. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan cara
mengumpulkan, menganalisa, data serta menarik kesimpulan kemudian di sajikan
dalam bentuk narasi, informasi yang diperoleh melalui study perpustakaan untuk
memperoleh bahan makalah dengan mempelajari buku-buku, sumber yang sangat
membantu penulisan makalah ini.

7
8

Adapun tehnik penulisan makalah ini adalah menggunakan studi kasus dengan
melakukan pengamatan dan memberi asuhan keperawatan dengan menggunakan
proses keperawatan yang meliputi pengkajian keperawatan, diagnose keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan,
dan menerapkan asuhan keperawatan menggunakan teknik wawancara pada klien
dan keluarga, observasi, studi dokumentasi yaitu mempelajari dokumen-dokumen
yang berkaitan dengan penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan Dengue
Hemoragic Fever dan studi dokumentasi keperawatan medis dan non medis.

E. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan makalah ini terdiri dari 5 BAB. BAB 1
PENDAHULUAN terdiri dari Latar Belakang, Tujuan yang terdiri dari Tujuan
Umum dan Tujuan Khusus, Ruang Lingkup, Metode Penulisan dan Sistematika
Penulisan. BAB 2 TINJAUAN TEORI terdiri dari Pengertian, Etiologi,
Patofisiologi, Penatalaksanaan Medis, Pengkajian Keperawatan, Diagnosa
Keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Pelaksanaan Keperawatan, dan Evaluasi
Keperawatan. BAB 3 TINJAUAN KASUS terdiri dari Pengkajian Keperawatan,
Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan.
BAB 4 PEMBAHASAN terdiri dari Pengkajian Keperawatan, Diagnosa
Keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Pelaksanaan Keperawatan, dan Evaluasi
Keperawatan. BAB 5 PENUTUP terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

8
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui
gigtan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan
dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam berdarah
Dengue sering disebut pula Dengue Hemoragic Fever (DHF). Penyakit akut
dengan demam disertai perdaraghan, trombositopenia (20% dari Ht rekonvalsen
atau menurut umur), efusi pleura, asites efusi pericardium, hipoprotenemia, dan
hipoalbuminemia (Desmawati; 2013)

DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty dan beberapa
nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat
menyebar secara epidemik. (dr. Sir Patric Manson; 2001)

Demam berdarah dengue adalah penyakit demam acute dengan ciri-ciri demam,
manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian. (Dr. Arief Mansjoer, SPPD, KIC, MEPID; 2000)

9
10

 Klasifikasi derajat DBD menurut WHO :


1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7
hari, uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Sama dengan derajat 1, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan
seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
3. Derajat III
Ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut,
tekanan nadi menurun (<20mmHg) atau hipotensi disertai kulit dingin,
lembab, dan pasien menjadi gelisah

4. Derajat IV
Syok berat, nadi tidak teraba, dan tekanan darah tidak dapat diukur

B. Etiologi
Demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang
ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis,
dan menjangkit luas di banyak Negara di Asia Tenggara. Terdapat empat jenis
virus dengue, masing-masing dapat menyebabkan demam berdarah. Baik
ringan maupun fatal. (Desmawati; 2013)
Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah padat penduduk karena antar
rumah jaraknya berdekatan yang memungkinkan penularan karena jarak
terbang Aedes Aegypti 40-100 m. Aedes Aegypti betina mempunyai kebiasaan
menggigit berulang (multiple biters) yaitu menggigit beberapa orang secara
bergantian dalam waktu singkat, (Noer; 1999).

C. Pathway
Arbovirus (melalui gigitan Beredar dalam aliran Infeksi virus dengue
nyamuk aedes agypti) darah (viremia)

PGE2 Hipotalamus
11

Membentuk &
melepaskan zat C3a, Mengaktifkan
C5a sistem komplemen

Kerusakan endotel
pembuluh darah

Trombositopeni Merangsang dan Renjatan


mengaktivasi factor hipovolemik dan
pembekuan hipotensi

Resiko
perdarahan

Resiko perfusi jaringan


tidak efektif

Asidosis metabolik Hipoksia jaringan

Ke extravaskuler

Ketidakefektifan pola Mual, muntah


nafas

Penekanan
intraabdomen Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
12

Nyeri

Menurut Nanda NIC NOC Jilid 3

D. Patofisiologi

Menurut Desmawati (2013) virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypty. Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,
pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie),
hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran
kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa
(Splenomegali). Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah
kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida
yang berdaya untuk melepaskan histamine zat anafilaktosin dan serotonin serta
aktivitas system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler, dan
merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding
kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke
ruang ekstra seluler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya
hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Peningkatan
permeabilitas kapiler terjadi.

Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya volume


plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan
renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan
atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai
hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.Terjadinya
trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
13

(protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan


hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Adanya kebocoran
plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang
tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang
pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus.

Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan


kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus
dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan
gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita
akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang
buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik
berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian
apabila tidak segera diatasi dengan baik. Sebab lain kematian pada DHF adalah
perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia,
gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.

Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis


terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan
system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya
memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi
tidaknya DIC pada DHF/DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan
hebat.Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan
vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi. Pada otopsi penderita DHF,
ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh, seperti di kulit, paru,
saluran pencernaan dan jaringan adrenal.

Manifestasi klinis dari DHF bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan masa
inkubasi 13-15 hari, tetapi rata-rata 5-8 hari. Penderita biasanya mengalami
demam akut (suhu meningkat tiba-tiba), sering disertai menggigil. Dengan
adanya gejala-gejala klinis yang dapat menimbulkan terjadinya DHF seperti
adanya gejala pendarahan pada kulit (ptekie, ekimosis, hematom) dan
pendarahan lain (epitaksis, hematemesis, hematuri, dan melena) tingkat
14

keparahan yang ditemui dari hasil pemeriksaan darah lengkap. Selain demam
dan pendarahan yang merupakan ciri khas dhf, gambaran klinis lain yang tidak
khas yang biasa dijumpai pada penderita dhf adalah :

1. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
2. Keluhan pada pencernaan : mual, muntah, tidak nafsu makan
(anoreksia)diare, konstipasi.
3. Keluhan pada sistem tubuh lain :
a. Nyeri atau sakit kepala
b. Nyeri pada otot, tulang, dan sendi (break bone fever)
c. Nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati
d. Pegal-pegal pada seluruh tubuh
e. Kemerahan pada kulit, kemerahan (flushing) pada muka
f. Pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan foto fobia. Otot-otot sekitar
mata sakit apabila disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal.
g. Trombosit < 500.000 / mm3

Komplikasi dari DHF menurut Desmawati (2013) adalah

1. Perdarahan luas
Infeksi virus dengue menyebabkan terbentuknya antigen-antibodi yang dapat
mengativikasi system komplemen. Juga menyebabkan agregasi, trombosit dan
mengaktivasi system koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah.
Kedua factor tersebut menyebabkan perdarahan pada DBD. Agregasi tormbosit
terjadi sebagai akibat dari porlekatan kompleks antigen-antibodi pada membrane
trombosit mengeluarkan ADT. Hal ini menyebabkan trombosit akan dihancurkan
pengeluaran platelet factor III mengakibatkan koagulopati konsumtif, ditandai
dengan peningkatan FDT, sehingga terjadi penurunan factor pembekuan.
Agregasi trombosit ini juga mengakibatkan gangguan fungsi dengan baik.
Akltiovasi koagulasi akan menyebabkan aktifasi factor. Hageman sehingga
terjadi aktivasi factor Hageman maka system kinin teraktivasi yang memicu
peningkatan premeabilitas kapiler yang mempercepat terjadinya syok. Jadi
perdarahan massif pada DBD diakibatkan oleh trombositopenia, penurunan factor
pembekuan, kelainan gfungsi rombosit dan kerusakan dinding endotel kapiler.
15

Disseminated Intravasculer Coagulation (DIC) merupakan suatu perdarahan yang


terjadi pada klien DBD terjadi karena trombositopenia, menurunnya fungsi
tromboisit dan menurunnya factor koagulasi (Protombin, factor V, VII, IX, X dan
fibrinogen). Perdarahan hebat dapat terjadi terutama pembekuan intravascular
yang mengaktifkan mekanisme fibrinolitik, akibatnya enzim proteolik yaitu
plasmin aktif.

2. Syok
Infeksi sekunder oleh virus dengue akan menyebabkan respon antibody amnestic
yang akan terjadi dalam waktu beberapa hari mengakibatkan proliferaesi dan
transformasi limfosit dengan menghasilkan titer tinggi antibody IgG anti dengue.
Disamping itu, replikasi virus dengue terjadi juga dalam limfosit yang
bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Kemudian
terbentuklah system komplemen, pelepasan C3a C5a akibat aktivasi C3 dan C5,
menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan
merembesnya plasma dari ruang intravaskuler ke ruang ekstravaskuler. Pada klien
dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30% dan
berlangsung selama 24-28jam. Perembesan plasma ini terbukti dnegan adanya
peningkatan kadar hematokrit, penurunan kadar natrium dan terdapatnya cairan
di dalam rongga rose (efusi pleura, aites). Syok yang tidak ditanggulangi
menyebabkan aisdosis dan anoksia yang dapat berakhir fatal yaitu kematian.

3. Ensefalopati Dengue
Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang
berkepanjangan dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang
tidak disetrai syok. Gangguan metabolic seperti hipoksemia, hiponatremia, atau
perdsrahan dapat menjadi penyebab terjadinya ensefalopati. Melihat ensefalopati
DBD bersifat sementara, maka kemungkinan dapat juga disebabkan oleh
thrombosis yang menyeluruh. Dilaporkan bahwa virus dengue dapat menembus
sawar darah-otak. Dikatakan pula bahwa keadaan ensefalopati berhubungan
dengan kegagalan hati akut. Kerusakan hati pada umunya dapat ditemukan pada
permulaan penyakit, bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba sampai 2-4 cm
dibawah lengkung iga kanan, derajat pembesaran hati tidak sejajar dengan
beratnya penyakit. Untuk menemukan pembesaran hati, harus dilakukan perabaan
16

setiap hari. Nyeri tekan di daerah hati sering kali ditemukan dan pada sebagian
kecil kasus dapat disertai icterus. Nyeri tekan di daerah hati tampak jelas pada
anak besar dan ini berhubungan dengan adanya perdarahan.

4. Kelainan Ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari
syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom uremic hemolitik
walaupun jarang. Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan
menggantikan volume intravaskuler,, penting diperhatikan apakah benar syok
telah teratasi dengan baik. Diuresis merupakan parameter yang penting dan
mudah dikerjakan untuk mengetahui apakah syok telat=h teratasi. Diuresis
disuahakan . 1ml/kg berat badan/jam. Oleh karena bila syok belum teratasi dengan
baik, sedangkan volume cairan telat dikurangi dapat terjadi syok berulang. Pada
kedaaan syok berat sering kali dijumpai acute tubular necrosis, ditandai
penurunan jumlah urin dan peningkatan kadar ureum dan kreatinin.

5. Odema Paru
Odema paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat pemberian
cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga sampai kelima
sesuai panduan yang diberikan, biasanya tidak akan menyebakan udem paru oleh
karena perembesan plasma masih terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi
plasma dari ruang ektrsavaskuler, apabila cairan diberikan berlebih (kesalahan
terjadi bila hanya meilhat penurunan haemoglobin dan hematorkti tanpa
memperharikan hari sakit), pasien akan mengalami distress pernafasan, disertai
sembab pada kelopak mata, danm ditunjang dengan gambaran paru pada foto
rontgen dada.

6. Penurunan Kesadaran
Saat terjadi infeksi virus dengue kemudian mengalami replikasi maka terbentuk
kompleks virus antibody yang menyebakan efek salah satunya permeabilitas
kapiler yang meningkat sehingga terjadi penurunan transportasi O2 keotak,
sehingga terjadi penurunan kesadaran.
17

E. Pemeriksaan Klinis
1. Trombositopeni ( < 100.000/mm3)
2. Hb dan PCV meningkat ( 20% )
3. Leukopeni ( mungkin normal atau lekositosis )
4. Isolasi virus
5. Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder
6. Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau
4-6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis,
FDP, EKG, Foto dada, BUN, creatinin serum.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
a. Trombositopenia ( N : 150.000-400.000/ui )
b. Hemokonsentrasi ( N pria : 40-48 Nol % )
c. Masa pembekuan normal ( 10-15 )
d. Masa pendarahan memanjang ( N = 1-3 )
e. Kimia darah : – Hiponatremia.
f. Hipoproteinemia
g. Hipokalemia
h. SGOT, SGPT meningkat ( N < 12 u / i )
i. Ureum meningkat.
2. Urine
a. Albuminurial ringan
3. Sumsum tulang
Awal hiposelular kemudian menjadi hiperselular pada hari ke-5 dengan
gangguan maturasi. Hari ke-10 biasanya kembali normal.
4. Pemeriksaan serologi
Dilakukan pengukuran titer antibodi pasien dengan cara haema glutination
inhibition tes (HI test) atau dengan uji pengikatan komplemen
(complement fixation test/CFT) diambil darah vena 2-5 ml)
5. Foto thorak
Mungkin dijumpai pleural Efusion
6. USG
18

1. Hematomegali – Splenomegali. ( Noer, 1999)


a. Darah
1) Trombosit menurun. (N: 150.000-450.000/cmm)
2) HB meningkat lebih 20 % (N: 12.00 – 16.00)
a) HgB wanita dewasa : 12 – 16 g/dl
b) HgB pria dewasa : 14 – 18 g/dl
3) HT meningkat lebih 20 % ( N: 37.00 -47.00 )
a) HCT wanita dewasa : 38 – 47%
b) HCT pria dewasa : 42 – 50%
4) Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
5) Protein darah renda
6) Ureum PH bisa meningkat
7) NA dan CL rendah

2. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).


a. Rontgen thorax : Efusi pleura.
b. Uji test tourniket (+)

G. Penatalaksanaan Medis
1. DHF Tanpa Renjatan
a. Beri minum banyak ( 1 ½ – 2 liter / hari )
b. Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan
kompres
c. Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak <1th
dosis 50 mg im dan untuk anak >1th 75 mg im. Jika 15 menit kejang
belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb bb ( anak <1th
dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg bb.
d. Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
2. DHF Dengan Renjatan
a. Pasang infuse (RL, NaCl) yang biasa digunakan
b. Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma
expander (20– 30 ml/ kg BB )
c. Tranfusi jika Hb dan Ht turun
19

H. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam
2. Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
3. Observasi intake output
4. Diet makan lunak
5. Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap
3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2
liter per hari, beri kompres.
6. Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,
Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan
darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
7. Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2
pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi
productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.

Dalam asuhan keperawatan digunakan pendekatan proses keperawatan sebagai


cara untuk mengatasi masalah klien. Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap
yaitu: pengkajian keperawatan, identifikasi, analisa masalah (diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi).

I. Pengkajian Keperawatan
Menurut Desmawati (2013) dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian
merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh perawat. Hasil
pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk data. Adapun
metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian :
wawancara, pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen), observasi, konsultasi.

1. Identitas
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan
kematian anak, remaja dan dewasa
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan
nafsu makan menurun.
20

3. Riwayat penyakit sekarang


Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal
seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu
makan menurun.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.
5. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat
menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan
melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
6. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti
kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti
airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
7. Pengkajian Per Sistem :
a. Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal,
epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada
auskultasi terdengar ronchi, krakles.
b. Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran
serta pada grade IV dapat terjadi DSS
c. Sistem Cardiovaskuler
Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi,
nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan
jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak
dapat diukur.
d. Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada
epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang,
penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat
hematemesis, melena.
e. Sistem perkemihan
21

Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan


mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
f. Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I
terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III
dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.

J. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien DHF (Desmawati, 2013)
yaitu:
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
(viremia)
2. Resiko deficit cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler
3. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan pendarahan yang
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
4. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak
adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun
5. Resiko syok perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-
faktor pembekuan darah (trombositopeni)
6. Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk
dan perdarahan
7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi

K. Perencanaan Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue (viremia)
Tujuan : Suhu tubuh normal (36 – 37oC), pasien bebas dari demam.
Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 – 37o C, nyeri otot hilang
Intervensi :
1. Beri kompres air hangat
2. Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000cc/hari
(sesuai toleransi)
22

3. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah


menyerap keringat
4. Pantau pemasukan dan pengeluaran cairan, tanda vital (suhu, nadi,
tekanan darah) tiap 3 jam sekali atau lebih
5. Kolaborasi: Pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai
program

2. Resiko deficit cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler


ke ekstravaskuler
Tujuan: tidak terjadi deficit volume cairan
Kriteria hasil : Input dan output seimbang, tanda-tanda vital dalam batas
normal, tidak ada tanda presyok, akral hangat, capillary refill <3 detik.
Intervensi :
1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 1-10), frekuensi
dan waktu. Menandai gejala nonverbal misalnya gelisah, takikardia,
meringis.
2. Dorong pengungkapan perasaan
3. Lakukan tindakan paliatif, misalnya pengubahan posisi, masase,
rentang gerak pada sendi yang sakit.
4. Instruksikan klien untuk menggunakan relaksasi progresif, tekhnik
napas dalam.
5. Alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri (distraksi) seperti membaca,
menonton TV dll.
6. Kolaborasi pemberian analgetik/antipiretik

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan


berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan
makanan sesuai dengan porsi yang diberikan /dibutuhkan.
Kriteria hasil:
1. Klien menunjukkan berat badan meningkat
2. Klien menunjukkan adanya nafsu makan
Intervensi :
1. Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien.
23

2. Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan.


3. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.
4. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
5. Berikan makanan dalam kondisi hangat.
6. Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
7. Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.
8. Ukur berat badan pasien setiap minggu.

4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan


permeabilitas dinding plasma.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan volume cairan
terpenuhi.
Kriteria hasil:
1. Input dan output seimbang/terpenuhi
2. Vital sign dalam batas normal
3. Turgor kulit baik
4. Akral hangat
Intervensi :
1. Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda
vital.
2. Observasi tanda-tanda syock.
3. Berikan cairan intravena sesuai program dokter.
4. Anjurkan pasien untuk banyak minum.
5. Catat intake dan output.
6. Catat peningkatan suhu tubuh dan durasi demam. Berikan kompres
hangat sesuai indikasi

5. Kecemasan berhubungan dengan kondisi penyakit yang semakin memburuk


Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan Kecemasan
klien berkurang.
Kriteria hasil: klien tampak rileks, klien tidak cemas lagi.
Intervensi :
1. Kaji rasa cemas yang dialami pasien.
2. Jalin hubungan saling percaya dengan pasien.
24

3. Tunjukkan sifat empati


4. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya
5. Gunakan komunikasi terapeutik

L. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi atau pelaksanaan keperawatan merupakan pelaksanakan
intervensi/rencana keperawatan yang telah direncanakan untuk membantu
klien mencapai tujuannya.

Jenis kegiatan keperawatan meliputi :

1. Independen
2. Dependen
3. Interdependen ( kolaborasi )

Kegiatan interensi meliputi :

1. Memperbaharui data dasar


2. Meninjau & merevisi rencana asuhan
3. Melaksanakan intervensi keperawatan yang telah direncanakan

M. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap kelima & fase terakhir dalam asuhan keperawatan.
Evaluasi berarti mengidentifikasi sejauh mana & sudah pada tingkatan apa
tujuan asuhan keperawatan telah tercapai. Tujuan evaluasi yaitu agar kegiatan
yg telah terorganisir dapat mencapai tujuan dan efektif.

Kesimpulan evaluasi menentukan intervensi keperawatan dihentikan atau


harus diulang atau dirubah.

Ada 2 evaluasi, yaitu :

1. Setelah setiap intervensi


2. Beberapa intervensi dalam mencapai tujuan dengan mempergunakan
kriteris hasil

Kegiatan evaluasi mencakup :

1. Membandingkan respon klien dengan kriteria evaluasi


2. Menganalisa alasan-alasan untuk hasil
25

3. Memodifikasi rencana asuhan keperawatan


BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Klien
Tn. A berusia 47 tahun jenis kelamin laki-laki. Status perkawinan Tn. A belum
menikah. Tn. A beragama Islam. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah
bahasa Indonesia dan suku bangsa Tn. A adalah Jawa. Pendidikan terakhir Tn.
A adalah S2. Pekerjaan Tn. A adalah karyawanswasta. Tn. A tinggal di Jln.
Tanjung duren timur VI/73 RT 006/003 Tanjung Duren Selatan Grogol
Petamburan. Sumber biaya yang klien gunakan untuk membayar biaya
pengobatannya adalah JKN-BPJS. Sumber informasi yang kelompok dapatkan
berasal dari klien.

2. Resume
Tn.A datang ke IGD RS.Pelni Jakarta pukul 11:55 siang hari, tanggal 29 Juli
2018 dengan diantar oleh kakak klien. Sebelum dating le IGD, klien pernah ke
Puskesmas namun tidak ada perbaikan. Klien masuk ke IGD dengan keluhan
demam naik turun 4 hari SMRS, mual, lemas, pusing, tidak bisa buang air besar
dari 2 hari yang lalu dan demam. Ditemukan masalah gangguan keseimbangan
cairan, hipertermi, dan resiko tinggi perdarahan. Dilakukan tindakan mandiri
memberikan kompres hangat, pemeriksaan tanda-tanda vital dengan tekanan
darah 117/84 mmHg, Nadi 87 x/menit, Suhu 37oC, Pernafasan 19 x/menit,
Saturasi O2 98%, serta dilakukan tindakan kolaborasi pemasangan, infus three
way dengan RL/8 jam, diberikan therapy obat Ranitidine 2x50 mg/ml 2 ml IV,
Paracetamol 500 mg PO, Metoclopramide 3x5mg/ml 1 ml dan dilakukan
pemeriksaan laboratorium (DPL Ul, Ur, Cr, Na, K, IgG Anti Dengue, IgM Anti
Dengue, HB, HT, Trombosit). Hasil pemerikasaan laboratorium tanggal 29 Juli
2018 : Hemoglobin 16,7 g/dl (13,5-18), Leukosit 1.77.103/ul (5,0-10,0),
Trombosit 49.103/ul (150-450), Hematokrit 49 (38-54), Eritrosit 5,82 juta/μL

26
(4,5-5,5), MCV 80.2 fL (82-92), AST (SGOT) 57U/l (<45), ALT (SGPT) 22U/l
(<41), Ureum 14 mg/dL (19-44)

27
28

Albumin 3.7 (3.5-5.5), Creatinin 0.7 mg/dL (0.7-1.2), Natrium (Na) 137 mmol/L
(134-146), Kalium (K) 3.4 mmol/L (3.4-4.5), Clorida (Cl) 101 mmol/L (96-108),
Salmonela Thypi IgM Negatif (Negatif), Salmonela Thypi IgG Negatif (Negatif),
IgG Anti Dengue Positif (Negatif), IgM Anti Dengue Positif (Negatif). Evaluasi
keperawatan klien mengatakan demam berkurang setelah diberikan obat.

Sorenya, pada pukul 15.34 klien dipindahkan ke ruang mawar kamar 18(B)
dengan nomor RM 62.52.98, menggunakan kursi roda dengan keluhan demam
naik turun 4 hari SMRS, mual, lemas, pusing, tidak bisa buang air besar dari 2
hari yang lalu dan demam, dan nafsu makan tidak ada. Kesadaran compos metis,
nilai GCS : E :4, M : 6, V :5. Di lakukan tindakan mandiri tanda-tanda vital TD
110/70 mmHg, N 86 x/menit, RR 19 x/menit, Suhu 36,9°c, Skala nyeri 0, dan
pengukuran intake dan output cairan kekurangan volume cairan, hipertermi, dan
resiko tinggi perdarahan, serta di lakukan tindakan kolaborasi pemasangan, infus
three way dengan RL/8 jam, diberikan therapy obat Ranitidine 2x50 mg/ml 2 ml
IV, Paracetamol 500 mg PO, Metoclopramide 3x5mg/ml 1 ml.

Pada tanggal 30 Juli 2018 pukul 08.00 dilakukan pengkajian kembali.

3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh keluhan demam 4 hari SMRS, mual, lemas, pusing, tidak bisa
buang air besar dari 2 hari yang lalu. Demam timbul ketika sore hari.
Timbulnya bertahap, lamanya 4 hari. Upaya klien mengatasinya klien
sebelumnya pergi ke Puskesmas
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan sebelumnya pernah mengidap TB Paru, tapi pengobatan
sudah tuntas.
29

c. Riwayat kesehatan keluarga

Keterangan:
: Meninggal :Perempuan
: Sehat :Garis pernikahan
: Laki-laki : Garis keturunan

: Tinggal serumah : Klien


: Bercerai

Tn A anak ke 4 dari 5 beraudara. Ayah Tn. A sudah meninggal. Kakak pertama


Tn. A adalah laki-laki, kakak keduanya adalah perempuan dan kakak ketiganya
adalah laki-laki. Tn. A belum menikah. Tn. A kini tinggal bersama kedua orang
tuanya dan kakaknya.

Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor resiko
tidak ada. Riwayat psikososial dan spiritual, orang yang terdekat dengan klien
adalah kakak dari klien. Pola komunikasi verbal dan non verbal, Pembuat
keputusan musyawarah, kegiatan masyarakat tidak ada. Dampak penyakit klien
30

terhadap keluarga adalah aktivitas kakak klien menjadi terganggu karena harus
bergantian menunggu klien di rumah sakit. Masalah yang mempengaruhi klien
yaitu penyakit yang dideritanya sekarang. Mekanisme koping klien terhadap
stress yaitu dengan diam dan tidur. Persepsi klien terhadap penyakitnya, hal yang
sangat dipikirkan saat ini yaitu klien ingin cepat sembuh. Harapan setelah
menjalani perawatan klien ingin cepat sembuh dan dapat beraktivitas kembali
dan bias bekerja kembali. Perubahan yang klien rasakan setelah jatuh sakit yaitu
klien merasa lebih terbatas aktivitasnya. System nilai, kepercayaan nilai-nilai
yang bertentangan dengan kesehatan tidak ada. Aktivitas agama/kepercayaan
yang dilakukan yaitu sholat dan mengaji. Kondisi lingkungan rumah klien
tinggal di lingkungan yang bersih, tetapi di dekat jalan raya.

Pola kebiasaan klien sehari-hari sebelum masuk rumah sakit : pola nutrisi;
frekuensi makan 3x/hari sebelum sakit, setelah sakit nafsu makan tetap baik,
porsi makan yang dihabiskan 1 porsi, tidak ada makanan yang tidak disukai,
klien alergi dengan telur, ada makanan pantangan yaitu makanan pedas, asam,
dan makanan yang bertekstur keras, klien mendapatkan diet, tidak
menggunakan alat bantu makan (NGT).

Pola eliminasi : frekuensi berkemih sering, warna kuning jernih, tidak ada
keluhan, tidak menggunakan alat bantu. Klien tidak bisa BAB sudah 2 hari yang
lalu SMRS, tidak menggunakan alat bantu laxatif. Waktu mandi 2x/hari, waktu
pagi dan sore. Cuci rambut seminggu setiap hari. Pola istirahat dan tidur siang,
pada malam hari klien tidur 7-8 jam/hari, siang hari tidur 2 jam/hari, tidak ada
kebiasaan sebelum tidur. Pola aktivitas dan latihan pagi sampai siang kegiatan,
tidak ada olahraga, tidak ada keluhan dalam aktivitas. Kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan, klien tidak merokok. Klien tidak
menggunakan/mengkonsumsi minuman keras yang dapat mempengaruhi
kesehatan klien.

Pola eliminasi BAK tidak tentu, warna kuning jernih, tidak ada keluhan, tidak
menggunakan alat bantu kateter. Klien tidak bisa BAB sejak 2 hari yang lalu
SMRS tidak menggunakan laxatif. Pola personal hygiene mandi frekuensi
2x/hari, waktu pagi dan sore hari, pola istirahat, lama tidur siang 1-2 jam/hari.
Lama tidur malam 9 jam/hari, tidak ada kebiasaan sebelum tidur. Pola aktivitas
31

dan istirahat, bekerja, tidak berolahraga, tidak ada kebiasaan yang


mempengaruhi kesehatan, tidak merokok, tidak meminum minuman keras.
Kebutuhan aktivitas sehari klien dibantu keluarga dan perawat.

4. Pengkajian Fisik
Hasil pengkajian tanggal 30 Juli 2018 pukul 08.00 WIB didapatkan data sebagai
berikut : berat badan sebelum sakit 49 kg, selama sakit 48 kg tinggi badan 169
cm. Tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 84 x/menit, frekuensi nafas 20 x/menit,
suhu tubuh 36,8 0C, keadaan umum sedang, tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening.

Pada sistem penglihatan : posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan
bola mata normal, konjungtiva merah muda, kornea normal, sklera ikterik, pupil
isokor, tidak ada kelainan pada otot mata, fungsi penglihatan baik, tidak ada
tanda-tanda radang. Klien memakai kaca mata, jenisnya kacamata minus, tidak
memakai kontak lensa, dan reaksi terhadap cahaya baik.

Pada system pendengaran : kondisi telinga tengah normal, tidak ada cairan
telinga dan tidak ada perasaan penuh ditelinga, fungsi pendengaran normal, tidak
ada tinnitus dan otalgia, gangguan keseimbangan tidak ada dan tidak memakai
alat bantu pendengaran, sistem wicara normal.

Pada sistem pernafasan : jalan nafas bersih, sesak ada, frekuensi pernafasan
20x/menit, irama teratur, jenis pernafasan spontan, kedalaman pernafasan dalam,
tidak ada batuk, , palpasi dada simetris, tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK,
perkusi dada sonor, suara nafas vesikuler, tidak ada nyeri saat bernafas, tidak
menggunakan alat bantu nafas, tidak menggunakan oksigen.

Sistem kardiovaskuler : nadi 84 x/menit, irama teratur, denyut kuat, tekanan


darah 110/80 mmHg, tidak ada distensi vena jugularis, temperatur kulit hangat,
warna kulit pucat, pengisian kapiler 2-3 detik, tidak ada edema, sirkulasi jantung
kecepatan apical jantung 90x/menit, irama teratur, tidak ada kelainan bunyi
jantung, tidak ada sakit dada.

Pada sistem hematologi : klien mengalami gangguan hematologi, klien pucat,


ada perdarahan ptechie pada tangan kirinya, sistem syaraf pusat : tidak ada
keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran komposmentis, GCS (Glas Glow Coma
32

Seale) : E:4, M:6, V:5, tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, tidak ada
gangguan sistem persyarafan, pemeriksaan refleks : reflek fisiologis normal,
reflek patologis tidak ada.

Sistem pencernaan : gigi ada caries, tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada
stomatitis, lidah kotor, saliva normal, selera makan kurang karena klien ada mual,
tidak ada muntah, tidak ada nyeri pada perut, bising usus 5x/menit, diare tidak
ada, ada konstipasi, tidak ada penggunaan laxative, hepar tidak teraba, abdomen
distensi, lingkar abdomen 75 cm, tidak terpasang NGT.

Pada sistem endokrin : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak bau
keton, tidak ada luka ganggren. Sistem urogenital : balance cairan, intake 3500cc,
output 2570cc, warna urine kuning jernih, tidak ada distensi/ketegangan
kandung kemih, tidak ada keluhan sakit pinggang dan tidak menggunakan alat
bantu kateter.

Pada sistem integumen : turgor kulit tidak elastis, temperatur kulit hangat, warna
kulit pucat, tidak ada kelainan kulit, klien terpasang threeway, keadaan tekstur
rambut baik dan bersih.

Pada sistem muskuloskeletal : tidak ada keluhan dalam pergerakan, tidak ada
sakit pada tulang, ada sakit pada sendi, kulit tidak ada fraktur, tidak ada kelainan
pada bentuk tulang dan sendi, tidak ada kelainan pada struktur tulang belakang,
keadaan tonus otot baik, kekuatan otot:

5555 5555

5555 5555

Data tambahan: klien tahu dan paham tentang penyakitnya sehingga membuat
klien pada saat demam pertama kali langsung menuju ke Puskesmas tetapi tidak
ada perbaikan dan setelah merasa tidak ada perbaikan, klien paham tanda dan
gejala, penyebab dan pencegahannya.

5. Data Penunjang
33

Hasil pemerikasaan laboratorium tanggal 29 Juli 2018 : Hemoglobin 16,7 g/dl


(13,5-18), Leukosit 1.77.103/ul (5,0-10,0), Trombosit 49.103/ul (150-450),
Hematokrit 49 (38-54), Eritrosit 5,82 juta/μL (4,5-5,5), MCV 80.2 fL (82-92),
AST (SGOT) 57U/l (<45), ALT (SGPT) 22U/l (<41), Ureum 14 mg/dL (19-44),
Creatinin 0.7 mg/dL (0.7-1.2), Natrium (Na) 137 mmol/L (134-146), Kalium (K)
3.4 mmol/L (3.4-4.5), Clorida (Cl) 101 mmol/L (96-108), Salmonela Thypi IgM
Negatif (Negatif), Salmonela Thypi IgG Negatif (Negatif), IgG Anti Dengue
Positif (Negatif), IgM Anti Dengue Positif (Negatif).

6. Penatalaksanaan (Terapi/pengobatan termasuk diet)


a. Terapi Farmakologi
1) Terapi oral :
a) Paracetamol 3x1 1500 mg diberi secara oral
2) Terapi Injeksi :
a) Metoclopramide 3x1 15mg dioplos NaCl 8cc diberi secara injeksi IV
b) Ranitidine 2x1 50mg dioplos NaCl 3cc diberi secara injeksi IV
c) IVFD Gelafusal 500cc 24jam 6 tetes/menit
d) IVFD RL 500cc 8jam 21 tetes/menit
3) Terapi diit
Lunak RL 1700 KAL NON DM B.PSG

7. Data Fokus
Data subyektif : klien mengeluh lemas, klien mengatakan sering berkeringat,
klien mengatakan menggigil, klien mengatakan demam sejak 4 hari SMRS, klien
mnegatakan tidak bisa BAB sejak 2 hari yang lalu, klien mengatakan badannya
merasa meriang, klien mengatakan BB sebelum masuk RS 48 kg dan TB 169
cm, mukosa bibir kering, klien mengeluh nyeri otot dan sendi

Data obyektif : kesadaran composmentis, akral hangat, klien tampak lemas,


konjungtiva anemis, TD : 110/80 mmHg, Nadi : 84 x/menit, Pernapasan : 20
x/menit, Suhu : 36,8 ˚C, SPO2 : 100%. Makan klien habis ½ porsi. GCS=15,
E=4,M=6,V=5, klien terpasang threeway IVFD RL 8jam/kolf, klien terpasang
gelafusal 500ml/kolf/14tpm. BB sesudah sakit 47 kg, HB 15.1, Trombosit 49,
IWL = 470, adanya ptechie pada tangan kiri.
34

8. Analisa Data
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1. DS : Gangguan Tekanan
Klien mengeluh lemas keseimbangan osmotik
klien mengatakan sering cairan
berkeringat, klien
mengeluh demam sejak 4
hari SMRS, klien
mengatakan tidak bisa
BAB sejak 2 hari yang
lalu, klien mengatakan
meriang, klien mengeluh
mual

DO :
wajah klien tampak lemas,
IWL = 470, mukosa bibir
kering, Albumin: 3.7
2. DS : Hipertermi Proses infeksi
Klien mengatakan demam virus dengue
sejak 4 hari SMRS
Klien mengeluh pusing
Klien mengeluh nyeri otot
dan nyeri pada sendi
(dolor)

DO :
Badan klien teraba hangat
(kalor)
Adanya ptechie pada
tangan kiri (rubor)
TD: 110/80 mmHg
35

N: 84 x/mnt
S: 36,8 ˚C (kalor)
RR: 20 x/mnt
Leukosit: 1.77
IgG Anti Dengue: Positif
IgM Anti Dengue: Positif
3. DS : Resiko tinggi Trombositopenia
- perdarahan

DO:
Hemoglobin: 16.7 g/dL
Trombosit: 49 10ˆ3/uL
IgG anti dengue: Positif
IgM anti dengue: Positif
Adanya ptechie pada
tangan kiri

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
3. Resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia

C. Rencana Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler
Data Subyektif:
Klien mengeluh lemas klien mengatakan sering berkeringat, klien mengeluh
demam sejak 4 hari SMRS, klien mengatakan tidak bisa BAB sejak 2 hari yang
lalu, klien mengatakan meriang
Data Obyektif :
Wajah klien tampak lemas, IWL = 470, mukosa bibir kering
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam cairan
terpenuhi
36

Kriteria Hasil :
a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal,
HT normal
b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
c. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa
lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
Rencana Tindakan :
a. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik), jika diperlukan
b. Monitor tanda-tanda vital setiap pukul 05.00, 11.00, 15.00, 21.00
c. Monitor masukkan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
d. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
e. Monitor tingkat Hb dan hematocrit
f. Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kelebihan volume
cairan

2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue


DS :
Klien mengatakan demam sejak 4 hari SMRS, klien mengeluh pusing
Data Obyektif :
Badan klien teraba hangat, TD: 110/80 mmHg, N: 84 x/mnt, S: 36,8 ˚C, RR: 20
x/mnt, Leukosit: 1.77

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam suhu tubuh
normal
Kriteria Hasil :
a. Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Nadi dan RR dalam rentang normal
c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Rencana Tindakan :
a. Monitor tekanan darah, nadi, RR, dan suhu
b. Monitor IWL
c. Monitor warna dan suhu kulit
d. Monitor penurunan tingkat kesadaran
37

e. Monitor WBC, HB, dan HCT


f. Kolaborasi: Berikan anti piretik
3. Resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
DS :
-
DO:
Hemoglobin: 16.7 g/dL, Trombosit: 49 10ˆ3/uL, IgG anti dengue: Positif, IgM
anti dengue: Positif, adanya ptechie pada tangan kiri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak terjadi
perdarahan
Kriteria Hasil :
a. Tidak ada hematuria dan hematemesis
b. Kehilangan darah yang terlihat
c. Tekanan darah dalam batas normal sistol dan diastole
d. Tidak ada perdarahan pervagina
e. Tidak ada distensi abdominal
f. Hemoglobin dan hematrokrit dalam batas normal
g. Plasma, PT, PTT dalam batas normal
Rencana Tindakan :
a. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan
b. Catat nilai Hb dan HT sebelum dan sesudah terjadìnya perdarahan
c. Monitor nilai lab (koagulasi) yang meliputi PT, PTT, trombosit
d. Pertahankan bed rest selama perdarahan aktif
e. Monitor TTV setiap pukul 05.00, 11.00, 15.00, 21.00
f. Kolaborasi: pengambilan darah untuk labolatorium

D. Pelaksanaan Keperawatan
Dx1
Tanggal : 30 Juli 2018
Pukul 05.00 mengobservasi TTV, TD: 110/70 mmHg, N: 86 x/menit; R: 20
x/menit, Suhu: 36,60C. Pukul 06.20 memberikan obat pagi (Ranitidine 2x1
50ml/mg, Metoclopramide 3x1 15ml, Paracetamol 3x1 1500mg), obat diminum
dan masuk ke iv klien dengan lancar. Pukul 07.00 melakukan perawatan infus,
infus rapi, tidak ada phlebitis. Pukul 09.30 memonitor kelembaban mukosa bibir,
38

nadi adekuat. Pukul 11.00 mengukur TTV, TD: 110/60 mmHg, N: 80 x/menit,
RR: 20 x/menit, Suhu: 36,4 ˚C. Pukul 12.00 memonitor masukkan intake dan
output cairan, hasilnya intake 3100cc, output 3070cc. Pukul 12.15 memberikan
obat siang (Paracetamol 3x1 1500mg) obat diminum. Pukul 12.30 memonitor
peningkatan HB dan Hematokrit dengan hasil Hemoglobin 16.7 g/dL,
Hematokrit 46.7 %.
Pukul 13.00 mengobservasi klien, ada kakaknya yang menunggu, kesadaran
composmentis. Pukul 13.15 mengganti dan memberikan cairan infus IVFD RL
8 jam/kolf. Pukul 14.00 memonitor tetesan infus, hasil: infus menetes dengan
lancar. Pukul 14.30 memonitor kelembaban mukosa bibir, dengan hasil, mukosa
bibir kering. Pukul 15.00 mengukur tanda-tanda vital, dengan hasil TD: 100/80
mmHg, Nadi: 84 x/menit, RR: 20 x/menit, Suhu: 37.7 ˚C. Pukul 16.00
memberikan obat sore (Paracetamol 3x1 1500mg, Ranitidine 2x1 50ml,
Metoclopramide 3x1 15ml) Pukul 17.00 mengobservasi klien, hasil: klien
sedang duduk ngobrol dengan keluarganya, kesadaran composmentis, akral
hangat, tidak ada phlebitis. Pukul 17.15 memonitor intake dan output cairan,
dengan hasil intake 2000cc, output 3070cc. Pukul 20.00 memberikan obat
(Metoclopramide 3x1 15ml, Paracetamol 3x1 1500mg). Pukul 21.00 memonitor
tanda-tanda vital, dengan hasil TD: 120/70 mmHg, Nadi: 80 x/menit, Suhu: 37.8
˚C. Pukul 21.10 memonitor status dehidrasi, dengan hasil mukosa bibir kering.

Dx2

Tanggal 30 Juli 2018


Pukul 05.00 mengobservasi TTV, TD: 110/70 mmHg, N: 86 x/menit; R: 20
x/menit, Suhu: 36,60C. Pukul 06.20 memberikan obat pagi (Ranitidine 2x1 50ml,
Metoclopramide 3x1 15ml, Paracetamol 3x1 1500mg), obat diminum dan masuk
ke iv klien dengan lancar. Pukul 07.00 melakukan perawatan infus, infus rapi,
tidak ada phlebitis. Pukul 09.30 memonitor kelembaban mukosa bibir, nadi
adekuat. Pukul 11.00 mengukur TTV, TD: 110/60 mmHg, N: 80 x/menit, RR:
20 x/menit, Suhu: 37.7 ˚C. Pukul 12.00 memonitor IWL, dengan hasil 470. Pukul
12.15 memberikan obat siang (Paracetamol 3x1 1500mg) obat diminum. Pukul
39

12.30 memonitor peningkatan HB dan Hematokrit dengan hasil Hemoglobin


16.7 g/dL, Hematokrit 46.7 %.
Pukul 13.15 mengganti dan memberikan cairan infus IVFD RL 8 jam/kolf. Pukul
14.00 memonitor tetesan infus, hasil: infus menetes dengan lancar. Pukul 14.30
memonitor kelembaban mukosa bibir, dengan hasil, mukosa bibir kering. Pukul
15.00 mengukur tanda-tanda vital, dengan hasil TD: 100/80 mmHg, Nadi: 84
x/menit, RR: 20 x/menit, Suhu: 37.7 ˚C. Pukul 16.00 memberikan obat sore
(Paracetamol 3x1 1500mg, Ranitidine 2x1 50ml, Metoclopramide 3x1 15ml)
Pukul 17.00 mengobservasi klien, hasil: kesadaran composmentis, akral hangat,
tidak ada phlebitis. Pukul 17.15 memonitor intake dan output cairan, dengan
hasil intake 2000cc, output 3070cc. Pukul 20.00 memberikan obat
(Metoclopramide 3x10ml, Paracetamol 3x500mg). Pukul 21.00 memonitor
tanda-tanda vital, dengan hasil TD: 120/70 mmHg, Nadi: 80 x/menit, Suhu: 37.8
˚C. Pukul 21.10 memonitor status dehidrasi, dengan hasil mukosa bibir kering.

Dx3

Tanggal 30 Juli 2018


Pukul 05.00 mengobservasi TTV, TD: 120/70 mmHg, N: 80 x/menit; R: 21
x/menit, Suhu: 36,7 0C. Pukul 06.00 melakukan pengambilan darah untuk
memonitor Hemoglobin, Eritrosit, Hematokrit, dan Trombosit. Pukul 07.00
memonitor ketat tanda-tanda adanya perdarahan, ada perdarahan ptechie pada
tangan kiri, tidak ada mimisan, tidak ada perdarahan pada gusi. Pukul 11.00
mengukur TTV, TD: 110/60 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 20 x/menit, Suhu: 36,4
˚C. Pukul 11.30 mempertahankan klien untuk bedrest. Pukul 12.10 memberikan
IVFD gelafusal 24 jam/kolf, dengan hasil, cairan IVFD terpasang dan mengalir.
Pukul 12.50 memonitor peningkatan HB dan Hematokrit dengan hasil
Hemoglobin 13.9 g/dL, Hematokrit 40.4 %., Trombosit 20 10ˆ3/uL. Pukul 13.15
mengganti dan memberikan cairan infus IVFD RL 8 jam/kolf. Pukul 14.00
memonitor tetesan infus, hasil: infus menetes dengan lancar. Pukul 14.30
memonitor kelembaban mukosa bibir, dengan hasil, mukosa bibir kering. Pukul
15.00 mengukur tanda-tanda vital, dengan hasil TD: 100/80 mmHg, Nadi: 84
x/menit, RR: 20 x/menit, Suhu: 37.7 ˚C. Pukul 16.40 mempertahankan klien
untuk melkukan kegiatan di tempat tidur (bedrest). Pukul 17.00 mengobservasi
40

klien, hasil: klien sedang duduk ngobrol dengan keluarganya, kesadaran


composmentis, akral hangat, tidak ada phlebitis. Pukul 18.00 melakukan
pengambilan darah untuk memeriksa Hemoglobin, Eritrosit, dan Trombosit.
Pukul 21.00 memonitor tanda-tanda vital, dengan hasil TD: 120/70 mmHg,
Nadi: 80 x/menit, Suhu: 37.8 ˚C. Pukul 22.00 hasil Trombosit 20 10ˆ3/uL.

Dx1
Tanggal : 31 Juli 2018
Pukul 05.00 mengobservasi TTV, TD: 120/70 mmHg, N: 80 x/menit; R: 21
x/menit, Suhu: 36,7 0C. Pukul 06.30 memberikan obat pagi (Ranitidine 2x1 50ml,
Metoclopramide 3x1 15ml, Paracetamol 3x1 1500mg), obat diminum dan masuk
ke iv klien dengan lancar. Pukul 08.00 melakukan perawatan infus, infus rapi,
tidak ada phlebitis. Pukul 10.30 memonitor kelembaban mukosa bibir, nadi
adekuat. Pukul 11.00 mengukur TTV, TD: 125/70 mmHg, N: 78 x/menit, RR:
20 x/menit, Suhu: 36,5 ˚C. Pukul 12.00 memonitor masukkan intake dan output
cairan, hasilnya intake 2000cc, output 3000cc. Pukul 12.35 memberikan obat
siang (Paracetamol 3x1 1500mg) obat diminum. Pukul 12.50 memonitor
peningkatan HB dan Hematokrit dengan hasil Hemoglobin 13.9 g/dL,
Hematokrit 40.4 %.

Pukul 13.10 mengganti dan memberikan cairan infus IVFD RL 8 jam/kolf. Pukul
14.00 memonitor tetesan infus, hasil: infus menetes dengan lancar. Pukul 14.30
memonitor kelembaban mukosa bibir, dengan hasil, mukosa bibir kering. Pukul
14.50 mengobservasi pasien, dengan hasil kesadaran composmentis, pasien
mengatakan masih berkeringat. Pukul 15.00 mengukur tanda-tanda vital, dengan
hasil TD: 123/78 mmHg, Nadi: 78 x/menit, RR: 22 x/menit, Suhu: 37 ˚C. Pukul
16.00 memberikan obat sore (Paracetamol 3x1 1500mg, Ranitidine 2x1 50ml,
Metoclopramide 3x1 15ml) Pukul 17.00 mengobservasi klien, hasil: klien
sedang duduk ngobrol dengan keluarganya, kesadaran composmentis, akral
hangat, tidak ada phlebitis. Pukul 17.15 memonitor intake dan output cairan,
dengan hasil intake 1500cc, output 2070cc. Pukul 20.00 memberikan obat
(Metoclopramide 3x1 5ml, Paracetamol 3x1 1500mg). Pukul 21.00 memonitor
41

tanda-tanda vital, dengan hasil TD: 120/70 mmHg, Nadi: 80 x/menit, Suhu: 37.8
˚C. Pukul 21.10 memonitor status dehidrasi, dengan hasil mukosa bibir kering.

Dx2
Tanggal 31 Juli 2018
Pukul 05.00 mengobservasi TTV, TD: 120/70 mmHg, N: 80 x/menit; R: 21
x/menit, Suhu: 36,7 0C. Pukul 06.30 memberikan obat pagi (Ranitidine 2x1 50ml,
Metoclopramide 3x1 15ml, Paracetamol 3x1 1500mg), obat diminum dan masuk
ke iv klien dengan lancar. Pukul 08.00 melakukan perawatan infus, tidak ada
phlebitis. Pukul 10.30 memonitor kelembaban mukosa bibir, nadi adekuat. Pukul
11.00 mengukur TTV, TD: 125/70 mmHg, N: 78 x/menit, RR: 20 x/menit, Suhu:
36,5 ˚C. Pukul 12.35 memberikan obat siang (Paracetamol 3x1 1500mg) obat
diminum. Pukul 12.50 memonitor peningkatan HB dan Hematokrit dengan hasil
Hemoglobin 13.9 g/dL, Hematokrit 40.4 %.

Pukul 13.10 mengganti dan memberikan cairan infus IVFD RL 8 jam/kolf. Pukul
14.00 memonitor tetesan infus, hasil: infus menetes dengan lancar. Pukul 14.30
memonitor kelembaban mukosa bibir, dengan hasil, mukosa bibir kering. Pukul
14.50 mengobservasi pasien, dengan hasil kesadaran composmentis, pasien
mengatakan masih berkeringat. Pukul 15.00 mengukur tanda-tanda vital, dengan
hasil TD: 123/78 mmHg, Nadi: 80 x/menit, RR: 22 x/menit, Suhu: 37 ˚C. Pukul
16.00 memberikan obat sore (Paracetamol 3x1 1500mg, Ranitidine 2x1 50ml,
Metoclopramide 3x1 15ml) Pukul 17.00 mengobservasi klien, hasil: klien
sedang duduk ngobrol dengan keluarganya, kesadaran composmentis, akral
hangat, tidak ada phlebitis. Pukul 20.00 memberikan obat (Metoclopramide 3x1
15ml, Paracetamol 3x1 1500mg). Pukul 21.00 memonitor tanda-tanda vital,
dengan hasil TD: 120/70 mmHg, Nadi: 80 x/menit, Suhu: 37.8 ˚C. Pukul 21.10
memonitor status dehidrasi, dengan hasil mukosa bibir kering.

Dx3

Tanggal 31 Juli 2018


42

Pukul 05.00 mengobservasi TTV, TD: 110/70 mmHg, N: 86 x/menit; R: 20


x/menit, Suhu: 36,60C. Pukul 06.00 melakukan pengambilan darah untuk
memonitor Hemoglobin, Eritrosit, Hematokrit, dan Trombosit. Pukul 07.00
memonitor ketat tanda-tanda adanya perdarahan, dengan ada perdarahan ptechie
pada tangan kiri, tidak ada mimisan, tidak ada perdarahan pada gusi. Pukul 11.00
mengukur TTV, TD: 125/70 mmHg, N: 78 x/menit, RR: 20 x/menit, Suhu: 36,5
˚C. Pukul 11.20 mempertahankan klien untuk bedrest. Pukul 12.30 memberikan
IVFD gelafusal 24 jam/kolf, dengan hasil, cairan IVFD terpasang dan mengalir.
Pukul 12.50 memonitor peningkatan HB dan Hematokrit dengan hasil
Hemoglobin 13.9 g/dL, Hematokrit 40.4 %, Trombosit 24 10ˆ3/uL. Pukul 13.15
mengganti dan memberikan cairan infus IVFD RL 8 jam/kolf. Pukul 14.00
memonitor tetesan infus, hasil: infus menetes dengan lancar. Pukul 14.30
memonitor kelembaban mukosa bibir, dengan hasil, mukosa bibir kering. Pukul
15.00 mengukur tanda-tanda vital, dengan hasil TD: 123/78 mmHg, Nadi: 80
x/menit, RR: 22 x/menit, Suhu: 37 ˚C. Pukul 16.50 mempertahankan klien untuk
melkukan kegiatan di tempat tidur (bedrest). Pukul 17.00 mengobservasi klien,
hasil: kesadaran composmentis, akral hangat, tidak ada phlebitis. Pukul 18.20
melakukan pengambilan darah untuk memeriksa Hemoglobin, Eritrosit, dan
Trombosit. Pukul 21.00 memonitor tanda-tanda vital, dengan hasil TD: 120/70
mmHg, Nadi: 80 x/menit, Suhu: 37.8 ˚C. Pukul 22.00 hasil Trombosit 24
10ˆ3/uL.

Dx1
Tanggal : 1 Agustus 2018
Pukul 05.00 mengobservasi TTV, TD: 100/70 mmHg, N: 80 x/menit; R: 19
x/menit, Suhu: 36,4 0C. Pukul 06.00 memberikan obat pagi (Ranitidine 2x1 50ml,
Metoclopramide 3x1 15ml, Paracetamol 3x1 1500mg), obat diminum dan masuk
ke iv klien dengan lancar. Pukul 07.40 melakukan perawatan infus, infus rapi,
tidak ada phlebitis. Pukul 09.40 mengganti cairan IVFD RL 12 jam/kolf. Pukul
10.00 memonitor kelembaban mukosa bibir, nadi adekuat. Pukul 11.00
mengukur TTV, TD: 90/80 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 19 x/menit, Suhu: 36,5
˚C. Pukul 12.10 memonitor masukkan intake dan output cairan, hasilnya intake
3000cc, output 3070cc. Pukul 12.30 memberikan obat siang (Paracetamol 3x1
43

1500mg) obat diminum. Pukul 12.50 memonitor peningkatan HB dan


Hematokrit dengan hasil Hemoglobin 14.5 g/dL, Hematokrit 42.3 %.
Pukul 14.00 memonitor tetesan infus, hasil: infus menetes dengan lancar. Pukul
14.40 memonitor kelembaban mukosa bibir, dengan hasil, mukosa bibir kering.
Pukul 14.55 mengobservasi pasien, dengan hasil kesadaran composmentis,
pasien mengatakan masih berkeringat. Pukul 15.00 mengukur tanda-tanda vital,
dengan hasil TD: 115/70 mmHg, Nadi: 82 x/menit, RR: 19 x/menit, Suhu: 36.6
˚C. Pukul 16.00 memberikan obat sore (Paracetamol 3x500mg, Ranitidine 2x1
50ml, Metoclopramide 3x1 15ml) Pukul 17.30 mengobservasi klien, hasil: klien
sedang duduk ngobrol dengan keluarganya, kesadaran composmentis, akral
hangat, tidak ada phlebitis. Pukul 17.40 memonitor intake dan output cairan,
dengan hasil intake 1500cc, output 2070cc. Pukul 20.00 memberikan obat
(Metoclopramide 3x1 15ml, Paracetamol 3x1 1500mg). Pukul 21.10 memonitor
tanda-tanda vital, dengan hasil TD: 120/70 mmHg, Nadi: 80 x/menit, Suhu: 36.4
˚C. Pukul 21.30 memonitor status dehidrasi, dengan hasil mukosa bibir kering.

Dx2

Tanggal : 1 Agustus 2018


Pukul 05.00 mengobservasi TTV, TD: 100/70 mmHg, N: 80 x/menit; R: 19
x/menit, Suhu: 36,4 0C. Pukul 06.00 memberikan obat pagi (Ranitidine 2x1 50ml,
Metoclopramide 3x1 15ml, Paracetamol 3x1 1500mg), obat diminum dan masuk
ke iv klien dengan lancar. Pukul 07.40 melakukan perawatan infus, infus rapi,
tidak ada phlebitis. Pukul 09.40 mengganti cairan IVFD RL 12 jam/kolf. Pukul
10.00 memonitor kelembaban mukosa bibir, nadi adekuat. Pukul 11.00
mengukur TTV, TD: 90/80 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 19 x/menit, Suhu: 36,5
˚C. Pukul 12.30 memberikan obat siang (Paracetamol 3x1 1500mg) obat
diminum. Pukul 12.50 memonitor peningkatan HB dan Hematokrit dengan hasil
Hemoglobin 14.5 g/dL, Hematokrit 42.3 %.
Pukul 14.00 memonitor tetesan infus, hasil: infus menetes dengan lancar. Pukul
14.40 memonitor kelembaban mukosa bibir, dengan hasil, mukosa bibir kering.
Pukul 14.55 mengobservasi pasien, dengan hasil kesadaran composmentis,
pasien mengatakan masih berkeringat. Pukul 15.00 mengukur tanda-tanda vital,
dengan hasil TD: 115/70 mmHg, Nadi: 82 x/menit, RR: 19 x/menit, Suhu: 36.6
44

˚C. Pukul 16.00 memberikan obat sore (Paracetamol 3x1 1500mg, Ranitidine
2x1 50ml, Metoclopramide 3x1 15ml) Pukul 17.30 mengobservasi klien, hasil:
klien sedang duduk ngobrol dengan keluarganya, kesadaran composmentis,
akral hangat, tidak ada phlebitis. Pukul 20.00 memberikan obat
(Metoclopramide 3x1 15ml, Paracetamol 3x1 1500mg). Pukul 21.10 memonitor
tanda-tanda vital, dengan hasil TD: 120/70 mmHg, Nadi: 80 x/menit, Suhu: 36.4
˚C. Pukul 21.30 memonitor status dehidrasi, dengan hasil mukosa bibir kering.

Dx3

Tanggal : 1 Agustus 2018


Pukul 05.00 mengobservasi TTV, TD: 100/70 mmHg, N: 80 x/menit; R: 19
x/menit, Suhu: 36,4 0C. Pukul 06.00 melakukan pengambilan darah untuk
memonitor Hemoglobin, Eritrosit, Hematokrit, dan Trombosit. Pukul 07.00
memonitor ketat tanda-tanda adanya perdarahan: ada perdarahan ptechie pada
tangan kiri, tidak ada mimisan, tidak ada perdarahan pada gusi. Pukul 11.00
mengukur TTV, TD: 90/80 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 19 x/menit, Suhu: 36,5
˚C. Pukul 11.20 mempertahankan klien untuk bedrest. Pukul 12.00 memberikan
IVFD gelafusal 24 jam/kolf, dengan hasil, cairan IVFD terpasang dan mengalir.
Pukul 12.50 memonitor peningkatan HB dan Hematokrit dengan hasil
Hemoglobin 13.9 g/dL, Hematokrit 40.4 %, Trombosit 40 10ˆ3/uL. Pukul 13.20
mengganti dan memberikan cairan infus IVFD RL 8 jam/kolf. Pukul 14.10
memonitor tetesan infus, hasil: infus menetes dengan lancar. Pukul 14.30
memonitor kelembaban mukosa bibir, dengan hasil, mukosa bibir kering. Pukul
15.10 mengukur tanda-tanda vital, dengan hasil TD: 123/78 mmHg, Nadi: 80
x/menit, RR: 22 x/menit, Suhu: 37 ˚C. Pukul 16.50 mempertahankan klien untuk
melkukan kegiatan di tempat tidur (bedrest). Pukul 17.50 mengobservasi klien,
hasil: kesadaran composmentis, akral hangat, tidak ada phlebitis. Pukul 18.00
melakukan pengambilan darah untuk memeriksa Hemoglobin, Eritrosit, dan
Trombosit. Pukul 21.30 memonitor tanda-tanda vital, dengan hasil TD: 120/70
mmHg, Nadi: 80 x/menit, Suhu: 36.4 ˚C. Pukul 22.00 hasil Trombosit 40
10ˆ3/uL.
E. Evaluasi Keperawatan
Dx1
45

Tanggal 30 Juli 2018


Data Subyektif:
Klien masih mengeluh lemas klien mengatakan sering berkeringat, klien
mengeluh demam pada sore hari, klien mengatakan tidak bisa BAB sejak 2 hari
yang lalu, klien mengatakan meriang
Data Obyektif :
Wajah klien tampak lemas, IWL = 470, mukosa bibir kering
Analisa : Tujuan belum tercapai
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan

Dx2

Tanggal 30 Juli 2018


Subjektif: Klien mengatakan demam naik turun, klien mengeluh pusing
Objektif: Klien tampak tenang, wajah rileks, TD 110/80, N: 70, Suhu: 37.7,5,
GCS 15 composmentis
Analisa : Tujuan belum tercapai
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan

Dx3

Tanggal 30 Juli 2018


Subjektif: -
Objektif: Trombosit: 20 10ˆ3/uL, adanya ptechie pada tangan kiri
Analisa : Tujuan belum tercapai
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan

Dx1
Tanggal : 31 Juli 2018
46

Klien mengatakan lemas berkurang klien mengatakan masih berkeringat, klien


masih mengeluh demam pada sore hari, klien mengatakan tidak bisa BAB sejak
3 hari yang lalu, klien mengatakan meriang pada sore hari
Data Obyektif :
Wajah klien masih tampak lemas, IWL = 470, mukosa bibir sedikit lembab
Analisa : Tujuan tercapai sebagian dan masalah teratasi sebagian
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan

Dx2
Tanggal 31 Juli 2018
Subjektif : klien mengatakan masih ada demam pada sore hari
Objektif : kesadaran composmentis, akral hangat, klien tampak tenang, sudah
tampak tidak sesak, TD 123/78, N: 80, Suhu: 37, R: 20
Analisa : Tujuan tercapai sebagian dan masalah teratasi sebagian
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan

Dx3
Tanggal 31 Juli 2018
Subjektif : -
Objektif : Trombosit: 24 10ˆ3/uL, adanya ptechie pada tangan kiri
Analisa : Tujuan belum tercapai
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
47

Dx1
Tanggal : 1 Agustus 2018
Klien mengatakan lemas berkurang klien mengatakan sudah tidak berkeringat
banyak, klien mengatakan sudah tidak demam, klien mengatakan sudah bisa
BAB.
Data Obyektif :
Wajah klien masih tampak lemas, IWL = 470, mukosa bibir sedikit lembab
Analisa : Tujuan tercapai sebagian
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan

Dx2

Tanggal : 1 Agustus 2018


Subjektif : klien mengatakan sudah tidak ada demam pada hari ini, klien masih
mngeluh pusing kadang-kadang, tetapi tidak sesering 2 hari kemarin
Objektif : kesadaran composmentis, akral hangat, klien tampak tenang, sudah
tampak tidak sesak, TD 123/78, N: 80, Suhu: 36.4, R: 20, turgor kulit baik,
mukosa bibir sedikit lembab
Analisa : Tujuan tercapai sebagian dan masalah teratasi sebagian
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan

Dx3
Tanggal 1 Agustus 2018
Subjektif : -
Objektif : Trombosit: 40jun 10ˆ3/uL, adanya ptechie pada tangan kiri
Analisa : Tujuan tercapai sebagian
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang terjadi antara teori
dan kasus yang ada pada klien dan faktor pendukung dan penghambat dalam
melakukan asuhan keperawatan pada klien Tn. A dengan “Asuhan Keperawatan pada
kilen Tn. A dengan Dengue Hemoragic Di Ruang Mawar Rumah Sakit Pelni Jakarta”
selama 3 hari. Asuhan keperawatan dimulai dari tanggal 30 Juli 2018 sampai 1 Agustus
2018. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada Tn. A secara komprehensif
melalui pendekatan proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Dalam mengumpulkan
data ditemukan beberapa kesenjangan dan persamaan. Pada pengkajian yang penulis
lakukan selama studi kasus ini tidak banyak perbedaan antara teori dan hasil
pengkajian. Menurut Smeltzer (2002), pasien dengan DHF akibat dari gigitan nyamuk
Aedes Aegyti (Betina) dengan manifetasi klinis panas tinggi, timbul bintik-bintik
seperti gigitan nyamuk dan pada pengkajian riwayat kesehatan sekarang pada Tn.A
ditemukan adanya panas tinggi, timbul bintik-bintik seperti gigitan nyamuk.

Pemeriksaan diagnostik yang sesuai antara teori dan kasus adalah pemeriksaan
labolatorium pemeriksaan Trombosit. Sedangkan pemeriksaan diagnostik yang ada
pada teori tetapi tidak dilakukan pada kasus adalah uji tourniquet karena hasil
pemeriksaan diagnostik yang sudah dilakukan dan manifestasi klinis yang ditemukan
sudah menunjang terdiagnosa penyakit dengue hemoragic fever, sehingga tidak perlu
semua pemeriksaaan diagnostik di lakukan.

Pada tahap pengkajian penulis tidak menemukan faktor penghambat. Faktor


pendukung yaitu keluarga klien sangat kooperatif dalm memberikan informasi tentang
klien serta data-data yang menunjang pada status klien.

48
49

B. Diagnosa Keperawatan
Pada konsep dasar teori yang dikemukakan oleh Desmawati (2013), akan muncul
lima diagnosa keperawatan yahitu:

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue


2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya ciran
intravaskuler ke ekstravaskuler
3. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
4. Resiko kekurangan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekwat akibat mual dan
nafsu makan yang menurun.
5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dnegan penurunan factor-fakto
pembekuan darah ( trombositopeni )
6. Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk dan
perdarahan
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

Sedangkan diangnosa keperawatan yang muncul pada Tn. A pada pengkajian


yang dilakaukan pada tanggal 30 Juli 2018 tersusun diagnosa keperawatan
sebagai berikut:

1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses penyakit.


2. Ganguan keseimbangan cairan berhubungan dengan peningkatan
metabolisme dalam tubuh.
3. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor
pembekuan darah (trombositopeni)

Dari hasil pengkajian ditemukan data yang mendukung untuk menegakan


diagnosa tersebut Hipertermi yang dirasakan pada pasien. Hal ini dikarnakan
adanya virus dengue yang masuk menyebabkan viremia diagnosa ini ditegakkan
sebagai diagnosa actual karna memiliki data yang mendukung sesuai dengan teori
yakni. Klien mengatakan naik turun sudah 4 hari SMRS.Badan An.C teraba
50

hangat,muka tampak memerah TTV: 110/70 mmHg S: 37,8 ˚C, N: 86 x/mnt, RR:
20 x/menit, Leokosit : 1.77 10ˆ3/uL.Tidak diambil diagnosa kebutuhan nutrisi
karena klien hanya mengalami penurunan berat badan 1 kg, dank klien hanya
mengalami mual, tidak muntah dan tidak ada penurunan nafsu makan.

Resiko terjadi perdarahan terjadi karna klien mengalami dengan manifestasi klinis:
Di bawah kulit ada bintik-bintik merah, Trombosit 49.000 m.

Penulis tidak mengambil diagnosa kecemasan karena klien mudah


menghilangkan rasa cemasnya karena ada dukungan dari keluarga dan klien
mudah mengalihkan rasa cemasnya dengan bermain handphone atau menonton
televisi.

Penulis tidak mengambil diagnosa kurang pengetahuan karena dilihat dari


pendidikan terakhir yang ditempuh klien, klien adalah seorang dengan pendidikan
terakhir S2, dan klien sudah mengetahui maksud dari penyakitnya, penyebab,
gejala dan pencegahannya.

Faktor pendukung pada tahap ini adalah tersedianya buku sumber yang cukup
memadai yang dapat dijadikan acuan sehingga memudahkan penulis dalam
menentukan diagnosa keperawatan. Penulis tidak menemukan faktor penghambat
dalam hal ini.

C. Perencanaan Keperawatan
Pada tahap perencanaan keperawatan diagnosa prioritas yaitu, Gangguan
keseimbangan cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler. Tujuan dan kriteria hasil antara kasus dan teori sudah sesuai.
Perencanaan antara teori dan kasus tidak ada kesenjangan. Diagnosa kedua yaitu,
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue. Tujuan dan kriteria
hasil sesuai. Perencanaan antara teori dan kasus tidak ada kesenjangan. Diagnosa
ketiga yaitu Resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan dan kriteria hasil sesuai. Perencanaan antara teori dan kasus tidak ada
kesenjangan.
51

Faktor pendukung yang penulis dapatkan pada tahap perencanaan adalah klien
dan keluaga sangat kooperatif pada perawat. Faktor penghambat tidak ditemukan
oleh penulis.

D. Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap pelaksanaan keperawatan diagnosa prioritas yaitu, Gangguan
keseimbangan cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler. Pelaksanaan sesuai dengan perencanaan. Tidak ada rencana yang
tidak terlaksana.

Diagnosa kedua yaitu Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus


dengue Pelaksanaan sesuai dengan perencanaan. Tidak ada rencana yang tidak
terlaksana.

Diagnosa ketiga yaitu Resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan


trombositopenia. Pelaksanaan sesuai dengan perencanaan. Tidak ada rencana
yang tidak terlaksana.

Faktor pendukung yang penulis dapatkan pada tahap pelaksanaan adalah klien
dan keluaga sangat kooperatif pada perawat. Faktor penghambat tidak ditemukan
oleh penulis.

E. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi, penulis melakukan evaluasi setelah melakukan tindakan dan
melakukan evaluasi akhir, penulis mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yang
terdapat pada perencanaan sesuai diagnose keperawatan. Dari 3 diagnosa yang
ditemukan dan ketiga diagnosa sudah tercapai sebagian yaitu Peningkatan suhu
tubuh ( Hipertermi ) berhubungan dengan Proses penyakit dibuktikan dengan
klien masih mengeluh pusing tetapi suhu tubuh 36.4 ˚C.

Diagnosa Ganguan keseimbangan cairan berhubungan dengan peningkatan


metabolisme dalam tubuh dibuktikan dengan klien masih tampak lemas, mukosa
bibir klien sudah mulai lembab, dan kien mengatakan sudah tidak banyak
berkeringat.
52

Diagnosa Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor


pembekuan darah (trombositopeni) dibuktikan dengan trombosit klien sudah 40
10ˆ3/uL.

Faktor pendukung yang penulis dapatkan adalah klien sangat kooperatif dengan
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga memudahkan penulis
melakukan evaluasi.

Factor penghambat yang ditemukan penulis adalah terbatasnya waktu untuk


melakukan asuhan keperawatan lebih lanjut sehingga penulis harus membuat
rencana keperawatan yang perlu dilanjutkan dengan perawat ruangan sesuai
dengan rencana yang telah dibuat.
BAB V
PENUTUP

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. A Dengue Hemoragic Fever
di ruangan Mawar Rumah Sakit Pelni Jakarta selama 3 hari perawatan mulai dari
tanggal 30 Juli 2018 sampai dengan tanggal 1 Agustus 2018, maka penulis akan
menyimpulkan dan mencoba memberi saran yang sekiranya dapat diterima oleh
pembaca.

A. Kesimpulan
1. DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh
melalui gigtan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak,
remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi.
Demam berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Hemoragic Fever
(DHF). Penyakit akut dengan demam disertai perdarahan, trombositopenia
(20% dari Ht rekonvalsen atau menurut umur), efusi pleura, asites efusi
pericardium, hipoprotenemia, dan hipoalbuminemia. Demam berdarah
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh
nyamuk. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat
menyebabkan demam berdarah. Baik ringan maupun fatal. Keluhan pada
saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan. Tanda dan
gejala menurut Desmawati adalah keluhan pada pencernaan : mual, muntah,
tidak nafsu makan (anoreksia)diare, konstipasi.
Keluhan pada sistem tubuh:
a. Nyeri atau sakit kepala
b. Nyeri pada otot, tulang, dan sendi (break bone fever)
c. Nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati
d. Pegal-pegal pada seluruh tubuh
e. Kemerahan pada kulit, kemerahan (flushing) pada muka
f. Pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan foto fobia. Otot-otot sekitar
mata sakit apabila disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal.

53
54

g. Trombosit < 500.000 / mm3

Dari pengkajian yang dilakukan ditemukan pasien mengeluh panas tinggi.


Dari analisa data yang telah dilakukan, ditemukan masalah keperawatan
bagian kekebalan tubuh sehingga diagnosa keperawatan yang ditegakkan
adalah Proses penyakit, peningkatan metabolisme dalam tubuh, nyeri pada
bagian persendihan.

2. Diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu : Gangguan keseimbangan


cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue. Resiko tinggi
perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.

3. Perencanaan dan pelaksanaan yaitu penulis buat pada diagnosa prioritas:


Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler. Dengan tujuan setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam cairan terpenuhi. Dengan kriteria hasil,
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal,
HT normal, Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal, Tidak ada
tanda tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab,
tidak ada rasa haus yang berlebihan dengan rencana tindakan yaitu Monitor
status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik), jika diperlukan, Monitor tanda-tanda vital setiap pukul 05.00,
11.00, 15.00, 21.00.
55

Monitor masukkan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian. Monitor
status cairan termasuk intake dan output cairan. Monitor tingkat Hb dan
hematocrit. Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kelebihan
volume cairan

4. Pada evaluasi keperawatan dilakukan dengan menggunakan metode SOAP.


Dari 3 diagnosa yang penulis angkat, dengan tujuan tercapai sebagian
diagnosa keperawatan masih tetap dipertahankan oleh perawat ruangan agar
kesehatan klien lebih meningkat. Maka tindakan keperawatan dilanjutkan
oleh perawat ruangan di Ruang Mawar Rumah Sakit Pelni Jakarta.

Faktor pendukung klien sangat kooperatif dengan perawat dalam


memberikan asuhan keperawatan sehingga memudahkan penulis dalam
melakukan evaluasi keperawatan. Faktor penghambat tidak penulis temukan.

B. Saran
1. Dari hasil pengkajian yang didapatkan, bahwa pengkajian pasien dengan DHF
harus meliputi: Identitas: DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering
menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa. Keluhan utama: pasien
mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan
menurun. Riwayat penyakit sekarang: riwayat kesehatan menunjukkan
adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan,
lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun. Riwayat penyakit terdahulu:
tidak ada penyakit yang diderita secara specific. Riwayat penyakit keluarga:
riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat
menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan
melalui gigitan nyamuk aides aigepty. Riwayat kesehatan lingkungan:
biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng
bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak
mandi jarang dibersihkan. Pengkajian persistem: Sistem pernapasan: sesak,
perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada
simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles. Sistem
persyarafan: pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran
56

serta pada grade IV dapat terjadi DSS. Sistem cardiovaskuler: pada grde I
dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada
grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi,
cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba
dan tekanan darah tak dapat diukur. Sistem pencernaan: selaput mukosa
kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa,
pembesaran hati, abdomen teregang, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat
hematemesis, melena. Sistem perkemihan: produksi urine menurun, kadang
kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing
berwarna merah. Sistem integumen: terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit
kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi ptekhie, pada
grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.

2. Dari hasil diagnosa yang didapatkan bahwa diagnosa pasien harus meliputi:
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue. Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan pindahnya ciran intravaskuler ke
ekstravaskuler. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan
yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler. Resiko
kekurangan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekwat akibat mual dan nafsu
makan yang menurun. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dnegan
penurunan factor-fakto pembekuan darah (trombositopeni). Kecemasan
berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk dan perdarahan. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

3. Dari hasil intervensi yang didapatkan bahwa pasien dengan DHF harus
meliputi diagnosa prioritas dari kasus yaitu Hipertermi, dan intervensi
prioritas yang harus dilakukan yaitu beri kompres air hangat, pantau
pemasukan dan pengeluaran cairan, tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah)
tiap 3 jam sekali atau lebih.

4. Dari hasil evaluasi yang didapatkan bahwa harus meliputi membandingkan


respon klien dengan kriteria evaluasi, menganalisa alasan-alasan untuk hasil,
memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
57

5. Penulis, perawat ruangan, dan klien dapat bekerja sama dalam melakukan
asuhan keperawatan.

6. Penulis, sebaiknya lebih meningkatkan peran kolaborasinya dengan tim


kesehatan lainnya seperti dokter dan ahli gizi agar mampu memberikan asuhan
keperawatan yang berkualitas khususnya pada klien dengan Dengue
Hemoragic Fever.

7. Klien dan keluarga mampu melanjutkan perawatan mandiri dirumah seperti


menjaga pantangan makanan berupa makanan pedas, asam, dan makanan
bertekstur keras, menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar.
DAFTAR PUSTAKA

Desmawati. (2013). Sistem Hematologi dan Imunologi, Asuhan Keperawatan Umum,


Jakarta: In Media.

Effendy. Christantie. (1995). Perawatan Pasien DHF, Jakarta: EGC.

Hendarwanto. (1996). Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi 3, Jakarta: FKUI.

Doenges, Marilynn E, dkk. (2000). Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa


Keperawatan, Jakarta: EGC.

Soedarto. (2012). Demam Berdarah Dengue Dengue Hemorragic Fever. Jakarta: CV


Sagung Seto.

Mansjoer Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga. Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
(https://books.google.co.id/books?id=EbDWDgAAQBAJ&pg=PA262&dq=dr+arif+
mansjoer&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjQutO4tencAhWPXCsKHfeEAMkQ6AEIL
zAB#v=onepage&q=dr%20arif%20mansjoer&f=false)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/39119/ %20l.pdf?sequence=5
&isAllowed=y

http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_201
6/11_DKI_Jakarta_2016.pdf

58
http://repository.ump.ac.id/1441/2/TARUNA%20RISQI%20MAULANA%20.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Demam_berdarah_Dengue

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/viewFile/4771/4293

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf

59

Anda mungkin juga menyukai