A
DENGAN DENGUE HEMORAGIC
FEVER DI RUANG MAWAR
RUMAH SAKIT PELNI
JAKARTA
Disusun Oleh
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Klien Tn.A” dengan Dengue Hemoragic Fever di Ruang Mawar
Rumah Sakit Pelni Jakarta.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan,
tetapi berkat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya
makalah ini dapat di selesaikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat :
Akhir kata kami penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
perbaikan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan semua yang
membaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................. 4
B. Tujuan ............................................................................................................... 7
1.Tujuan Umum................................................................................................ 7
2. Tujuan Khusus .............................................................................................. 7
C. Ruang Lingkup .................................................................................................. 7
D. Metode Penulisan .............................................................................................. 7
E. Sistematika Penulisan ....................................................................................... 8
ii
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan ................................................................................. 26
B. Diagnosa Keperawatan.................................................................................... 35
C. Rencana Keperawatan ..................................................................................... 35
D. Pelaksanaan Keperawatan ............................................................................... 37
E. Evaluasi Keperawatan ..................................................................................... 44
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan ................................................................................. 48
B. Diagnosa Keperawatan.................................................................................... 49
C. Perencanaan Keperawatan .............................................................................. 50
D. Pelaksanaan Keperawatan ............................................................................... 51
E. Evaluasi Keperawatan ..................................................................................... 51
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 53
B. Saran ................................................................................................................ 55
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut sebagai
demam berdarah. Dengue yang disebarkan virus disebarkan oleh nyamuk Aedes
(Stegomyia). Menurut Kemenkes RI (2016) Demam Berdarah Dengue (DBD) yaitu
penyakit yang pada umumnya disebabkan oleh virus dengue yang tergolong
Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan family Flaviviridae. DBD ditularkan
melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti. Penyakit DBD
dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur.
Munculnya penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku
masyarakat.
Data WHO (2014) Jumlah kasus di Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat telah
melewati 1,2 juta kasus ditahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta kasus di 2010. Pada
tahun 2013 dilaporkan terdapat sebanyak 2,35 juta kasus di Amerika, dimana
37.687 kasus merupakan DBD berat. Perkembangan kasus DBD di tingkat global
semakin meningkat, seperti dilaporkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni
dari 980 kasus di hampir 100 negara tahun 1954-1959 menjadi 1.016.612 kasus di
hampir 60 negara tahun 2000-2009. Penyakit demam berdarah dengue pertama kali
dilaporkan di Asia Tenggara pada tahun 1954 yaitu di Filipina, selanjutnya
menyebar keberbagai negara.
4
5
Data Depkes (2015), pada ada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember
tercatat penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641
diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun
sebelumnya, yakni tahun 2013 dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang
dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871 penderita. Kasus demam berdarah di
Solo cenderung meningkat. Pada tahun 2012, ada 30 kasus demam berdarah di Solo.
Angka itu melonjak menjadi 260 kasus pada 2013. Lalu hingga Mei 2014, jumlah
penderitanya sudah 120 kasus. Sedangkan menurut Kemenkes (2016) di DKI
Jakarta jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2016
sebanyak 22.697 kasus, sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 4.194 kasus, dengan
demikian dapat dihitung angka kesakitan DBD Tahun 2016 meningkat yaitu sebesar
220 dibandingkan angka kesakitan sebesar 81,7 per-100 ribu penduduk pada tahun
2015 (yang dilaporkan). Angka tertinggi penderita DBD di Provinsi DKI Jakarta
ada di wilayah Jakarta Timur sebesar 6.438 kasus. Jumlah kasus DBD tahun 2016
lebih rendah dibanding kasus tahun 2015 sebesar 8.346 kasus dari Jakarta Barat.
Hal ini terjadi dikarenakan telah meningkatnya kualitas lingkungan dan hidup
masyarakat di wilayah Jakarta Timur yang selama ini merupakan wilayah endemik
Demam Berdarah Dengue.
Data rekam medis Rumah Sakit PELNI Jakarta tahun 2014 jumlah pasien yang
dirawat inap berjumlah 16.453 jiwa, dengan penderita demam berdarah sebanyak
271 jiwa (1.64%).
Oleh karena itu, sangat dibutuhkan peran perawat sebagai educator dan advokat
melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Upaya promotive
dengan memberikan informasi kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan
dan meningkatkan pola hidup bersih dan sehat dengan membiasakan mencuci
tangan, tidak membuang sampah sembarangan, membiasakan bersihkan tempat
penampungan air bersih dan tidak menggantung pakaian di dalam rumah, upaya
preventif dengan menggunakan lotion anti nyamuk, penggunaan kelambu, kegiatan
fooging di lingkungan rumah, upaya kuratif dengan banyak minum air putih. Upaya
rehabilitative dengan menganjurkan melakukan pencegahan melalui kegiatan 3M
yaitu membersihkan tempat yang dijadikan penampungan air seperti drum, kendi,
toren air, memanfaatkan kembali. PLUS yaitu menaburkan bubuk larvasid pada
tempat penampungan air yang sulit dibersihkan, menggunakan obat antinyamu,
5
6
Atas berbagai pertimbangan diatas penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan
Asuhan Keperawatan Pada Tn.A dengan Dengue Hemoragic Fever di ruang Mawar
RS Pelni.
6
7
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan tinjauan pustaka ini, diharapkan mahasiswa mampu
memahami, menjelaskan, serta mengaplikasikan definisi, epidemiologi,
patomekanisme berdasarkan etiologi dan factor resiko, gejala atau gambaran
klinis, pemeriksaan untuk diagnosis serta untuk mencari factor resiko,
pemeriksaan penunjang, terapi, komplikasi, dan prognosis dari penyakit Dengue
Hemoragic Fever
2. Tujuan Khusus
Setelah mempelajari tinjauan pustaka ini, diharapkan mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan dengue hemoragic
fever
b. Menentukan masalah keperawatan klien dengan dengue hemoragic fever
c. Merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan dengue hemoragic
fever
d. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai perencanaan pada klien dengan
dengue hemoragic fever
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan dengue hemoragic fever
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan praktik
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta mencari solusi/
alternatif pemecahan masalah
h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan dengue
hemoragic fever
C. Ruang Lingkup
Asuhan Keperawatan pada klien Tn A dengan Dengue Hemoragic Fever di Ruang
Mawar RS Pelni Jakarta dari tanggal 30 Juli sampai dengan 1 Agustus tahun 2018.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan cara
mengumpulkan, menganalisa, data serta menarik kesimpulan kemudian di sajikan
dalam bentuk narasi, informasi yang diperoleh melalui study perpustakaan untuk
memperoleh bahan makalah dengan mempelajari buku-buku, sumber yang sangat
membantu penulisan makalah ini.
7
8
Adapun tehnik penulisan makalah ini adalah menggunakan studi kasus dengan
melakukan pengamatan dan memberi asuhan keperawatan dengan menggunakan
proses keperawatan yang meliputi pengkajian keperawatan, diagnose keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan,
dan menerapkan asuhan keperawatan menggunakan teknik wawancara pada klien
dan keluarga, observasi, studi dokumentasi yaitu mempelajari dokumen-dokumen
yang berkaitan dengan penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan Dengue
Hemoragic Fever dan studi dokumentasi keperawatan medis dan non medis.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan makalah ini terdiri dari 5 BAB. BAB 1
PENDAHULUAN terdiri dari Latar Belakang, Tujuan yang terdiri dari Tujuan
Umum dan Tujuan Khusus, Ruang Lingkup, Metode Penulisan dan Sistematika
Penulisan. BAB 2 TINJAUAN TEORI terdiri dari Pengertian, Etiologi,
Patofisiologi, Penatalaksanaan Medis, Pengkajian Keperawatan, Diagnosa
Keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Pelaksanaan Keperawatan, dan Evaluasi
Keperawatan. BAB 3 TINJAUAN KASUS terdiri dari Pengkajian Keperawatan,
Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan.
BAB 4 PEMBAHASAN terdiri dari Pengkajian Keperawatan, Diagnosa
Keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Pelaksanaan Keperawatan, dan Evaluasi
Keperawatan. BAB 5 PENUTUP terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui
gigtan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan
dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam berdarah
Dengue sering disebut pula Dengue Hemoragic Fever (DHF). Penyakit akut
dengan demam disertai perdaraghan, trombositopenia (20% dari Ht rekonvalsen
atau menurut umur), efusi pleura, asites efusi pericardium, hipoprotenemia, dan
hipoalbuminemia (Desmawati; 2013)
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty dan beberapa
nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat
menyebar secara epidemik. (dr. Sir Patric Manson; 2001)
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam acute dengan ciri-ciri demam,
manifestasi perdarahan dan bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyebabkan kematian. (Dr. Arief Mansjoer, SPPD, KIC, MEPID; 2000)
9
10
4. Derajat IV
Syok berat, nadi tidak teraba, dan tekanan darah tidak dapat diukur
B. Etiologi
Demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang
ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis,
dan menjangkit luas di banyak Negara di Asia Tenggara. Terdapat empat jenis
virus dengue, masing-masing dapat menyebabkan demam berdarah. Baik
ringan maupun fatal. (Desmawati; 2013)
Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah padat penduduk karena antar
rumah jaraknya berdekatan yang memungkinkan penularan karena jarak
terbang Aedes Aegypti 40-100 m. Aedes Aegypti betina mempunyai kebiasaan
menggigit berulang (multiple biters) yaitu menggigit beberapa orang secara
bergantian dalam waktu singkat, (Noer; 1999).
C. Pathway
Arbovirus (melalui gigitan Beredar dalam aliran Infeksi virus dengue
nyamuk aedes agypti) darah (viremia)
PGE2 Hipotalamus
11
Membentuk &
melepaskan zat C3a, Mengaktifkan
C5a sistem komplemen
Kerusakan endotel
pembuluh darah
Resiko
perdarahan
Ke extravaskuler
Penekanan
intraabdomen Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
12
Nyeri
D. Patofisiologi
Menurut Desmawati (2013) virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypty. Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,
pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie),
hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran
kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa
(Splenomegali). Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah
kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida
yang berdaya untuk melepaskan histamine zat anafilaktosin dan serotonin serta
aktivitas system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler, dan
merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding
kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke
ruang ekstra seluler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya
hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Peningkatan
permeabilitas kapiler terjadi.
Manifestasi klinis dari DHF bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan masa
inkubasi 13-15 hari, tetapi rata-rata 5-8 hari. Penderita biasanya mengalami
demam akut (suhu meningkat tiba-tiba), sering disertai menggigil. Dengan
adanya gejala-gejala klinis yang dapat menimbulkan terjadinya DHF seperti
adanya gejala pendarahan pada kulit (ptekie, ekimosis, hematom) dan
pendarahan lain (epitaksis, hematemesis, hematuri, dan melena) tingkat
14
keparahan yang ditemui dari hasil pemeriksaan darah lengkap. Selain demam
dan pendarahan yang merupakan ciri khas dhf, gambaran klinis lain yang tidak
khas yang biasa dijumpai pada penderita dhf adalah :
1. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
2. Keluhan pada pencernaan : mual, muntah, tidak nafsu makan
(anoreksia)diare, konstipasi.
3. Keluhan pada sistem tubuh lain :
a. Nyeri atau sakit kepala
b. Nyeri pada otot, tulang, dan sendi (break bone fever)
c. Nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati
d. Pegal-pegal pada seluruh tubuh
e. Kemerahan pada kulit, kemerahan (flushing) pada muka
f. Pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan foto fobia. Otot-otot sekitar
mata sakit apabila disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal.
g. Trombosit < 500.000 / mm3
1. Perdarahan luas
Infeksi virus dengue menyebabkan terbentuknya antigen-antibodi yang dapat
mengativikasi system komplemen. Juga menyebabkan agregasi, trombosit dan
mengaktivasi system koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluh darah.
Kedua factor tersebut menyebabkan perdarahan pada DBD. Agregasi tormbosit
terjadi sebagai akibat dari porlekatan kompleks antigen-antibodi pada membrane
trombosit mengeluarkan ADT. Hal ini menyebabkan trombosit akan dihancurkan
pengeluaran platelet factor III mengakibatkan koagulopati konsumtif, ditandai
dengan peningkatan FDT, sehingga terjadi penurunan factor pembekuan.
Agregasi trombosit ini juga mengakibatkan gangguan fungsi dengan baik.
Akltiovasi koagulasi akan menyebabkan aktifasi factor. Hageman sehingga
terjadi aktivasi factor Hageman maka system kinin teraktivasi yang memicu
peningkatan premeabilitas kapiler yang mempercepat terjadinya syok. Jadi
perdarahan massif pada DBD diakibatkan oleh trombositopenia, penurunan factor
pembekuan, kelainan gfungsi rombosit dan kerusakan dinding endotel kapiler.
15
2. Syok
Infeksi sekunder oleh virus dengue akan menyebabkan respon antibody amnestic
yang akan terjadi dalam waktu beberapa hari mengakibatkan proliferaesi dan
transformasi limfosit dengan menghasilkan titer tinggi antibody IgG anti dengue.
Disamping itu, replikasi virus dengue terjadi juga dalam limfosit yang
bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak. Kemudian
terbentuklah system komplemen, pelepasan C3a C5a akibat aktivasi C3 dan C5,
menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan
merembesnya plasma dari ruang intravaskuler ke ruang ekstravaskuler. Pada klien
dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30% dan
berlangsung selama 24-28jam. Perembesan plasma ini terbukti dnegan adanya
peningkatan kadar hematokrit, penurunan kadar natrium dan terdapatnya cairan
di dalam rongga rose (efusi pleura, aites). Syok yang tidak ditanggulangi
menyebabkan aisdosis dan anoksia yang dapat berakhir fatal yaitu kematian.
3. Ensefalopati Dengue
Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang
berkepanjangan dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang
tidak disetrai syok. Gangguan metabolic seperti hipoksemia, hiponatremia, atau
perdsrahan dapat menjadi penyebab terjadinya ensefalopati. Melihat ensefalopati
DBD bersifat sementara, maka kemungkinan dapat juga disebabkan oleh
thrombosis yang menyeluruh. Dilaporkan bahwa virus dengue dapat menembus
sawar darah-otak. Dikatakan pula bahwa keadaan ensefalopati berhubungan
dengan kegagalan hati akut. Kerusakan hati pada umunya dapat ditemukan pada
permulaan penyakit, bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba sampai 2-4 cm
dibawah lengkung iga kanan, derajat pembesaran hati tidak sejajar dengan
beratnya penyakit. Untuk menemukan pembesaran hati, harus dilakukan perabaan
16
setiap hari. Nyeri tekan di daerah hati sering kali ditemukan dan pada sebagian
kecil kasus dapat disertai icterus. Nyeri tekan di daerah hati tampak jelas pada
anak besar dan ini berhubungan dengan adanya perdarahan.
4. Kelainan Ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari
syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom uremic hemolitik
walaupun jarang. Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan
menggantikan volume intravaskuler,, penting diperhatikan apakah benar syok
telah teratasi dengan baik. Diuresis merupakan parameter yang penting dan
mudah dikerjakan untuk mengetahui apakah syok telat=h teratasi. Diuresis
disuahakan . 1ml/kg berat badan/jam. Oleh karena bila syok belum teratasi dengan
baik, sedangkan volume cairan telat dikurangi dapat terjadi syok berulang. Pada
kedaaan syok berat sering kali dijumpai acute tubular necrosis, ditandai
penurunan jumlah urin dan peningkatan kadar ureum dan kreatinin.
5. Odema Paru
Odema paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat pemberian
cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga sampai kelima
sesuai panduan yang diberikan, biasanya tidak akan menyebakan udem paru oleh
karena perembesan plasma masih terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi
plasma dari ruang ektrsavaskuler, apabila cairan diberikan berlebih (kesalahan
terjadi bila hanya meilhat penurunan haemoglobin dan hematorkti tanpa
memperharikan hari sakit), pasien akan mengalami distress pernafasan, disertai
sembab pada kelopak mata, danm ditunjang dengan gambaran paru pada foto
rontgen dada.
6. Penurunan Kesadaran
Saat terjadi infeksi virus dengue kemudian mengalami replikasi maka terbentuk
kompleks virus antibody yang menyebakan efek salah satunya permeabilitas
kapiler yang meningkat sehingga terjadi penurunan transportasi O2 keotak,
sehingga terjadi penurunan kesadaran.
17
E. Pemeriksaan Klinis
1. Trombositopeni ( < 100.000/mm3)
2. Hb dan PCV meningkat ( 20% )
3. Leukopeni ( mungkin normal atau lekositosis )
4. Isolasi virus
5. Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder
6. Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau
4-6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis,
FDP, EKG, Foto dada, BUN, creatinin serum.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
a. Trombositopenia ( N : 150.000-400.000/ui )
b. Hemokonsentrasi ( N pria : 40-48 Nol % )
c. Masa pembekuan normal ( 10-15 )
d. Masa pendarahan memanjang ( N = 1-3 )
e. Kimia darah : – Hiponatremia.
f. Hipoproteinemia
g. Hipokalemia
h. SGOT, SGPT meningkat ( N < 12 u / i )
i. Ureum meningkat.
2. Urine
a. Albuminurial ringan
3. Sumsum tulang
Awal hiposelular kemudian menjadi hiperselular pada hari ke-5 dengan
gangguan maturasi. Hari ke-10 biasanya kembali normal.
4. Pemeriksaan serologi
Dilakukan pengukuran titer antibodi pasien dengan cara haema glutination
inhibition tes (HI test) atau dengan uji pengikatan komplemen
(complement fixation test/CFT) diambil darah vena 2-5 ml)
5. Foto thorak
Mungkin dijumpai pleural Efusion
6. USG
18
G. Penatalaksanaan Medis
1. DHF Tanpa Renjatan
a. Beri minum banyak ( 1 ½ – 2 liter / hari )
b. Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan
kompres
c. Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak <1th
dosis 50 mg im dan untuk anak >1th 75 mg im. Jika 15 menit kejang
belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb bb ( anak <1th
dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg bb.
d. Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
2. DHF Dengan Renjatan
a. Pasang infuse (RL, NaCl) yang biasa digunakan
b. Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma
expander (20– 30 ml/ kg BB )
c. Tranfusi jika Hb dan Ht turun
19
H. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam
2. Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
3. Observasi intake output
4. Diet makan lunak
5. Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap
3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2
liter per hari, beri kompres.
6. Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,
Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan
darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
7. Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2
pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi
productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
I. Pengkajian Keperawatan
Menurut Desmawati (2013) dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian
merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh perawat. Hasil
pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk data. Adapun
metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian :
wawancara, pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen), observasi, konsultasi.
1. Identitas
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan
kematian anak, remaja dan dewasa
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan
nafsu makan menurun.
20
J. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien DHF (Desmawati, 2013)
yaitu:
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
(viremia)
2. Resiko deficit cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler
3. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan pendarahan yang
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
4. Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak
adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun
5. Resiko syok perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-
faktor pembekuan darah (trombositopeni)
6. Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk
dan perdarahan
7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi
K. Perencanaan Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue (viremia)
Tujuan : Suhu tubuh normal (36 – 37oC), pasien bebas dari demam.
Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 – 37o C, nyeri otot hilang
Intervensi :
1. Beri kompres air hangat
2. Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000cc/hari
(sesuai toleransi)
22
L. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi atau pelaksanaan keperawatan merupakan pelaksanakan
intervensi/rencana keperawatan yang telah direncanakan untuk membantu
klien mencapai tujuannya.
1. Independen
2. Dependen
3. Interdependen ( kolaborasi )
M. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap kelima & fase terakhir dalam asuhan keperawatan.
Evaluasi berarti mengidentifikasi sejauh mana & sudah pada tingkatan apa
tujuan asuhan keperawatan telah tercapai. Tujuan evaluasi yaitu agar kegiatan
yg telah terorganisir dapat mencapai tujuan dan efektif.
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Klien
Tn. A berusia 47 tahun jenis kelamin laki-laki. Status perkawinan Tn. A belum
menikah. Tn. A beragama Islam. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah
bahasa Indonesia dan suku bangsa Tn. A adalah Jawa. Pendidikan terakhir Tn.
A adalah S2. Pekerjaan Tn. A adalah karyawanswasta. Tn. A tinggal di Jln.
Tanjung duren timur VI/73 RT 006/003 Tanjung Duren Selatan Grogol
Petamburan. Sumber biaya yang klien gunakan untuk membayar biaya
pengobatannya adalah JKN-BPJS. Sumber informasi yang kelompok dapatkan
berasal dari klien.
2. Resume
Tn.A datang ke IGD RS.Pelni Jakarta pukul 11:55 siang hari, tanggal 29 Juli
2018 dengan diantar oleh kakak klien. Sebelum dating le IGD, klien pernah ke
Puskesmas namun tidak ada perbaikan. Klien masuk ke IGD dengan keluhan
demam naik turun 4 hari SMRS, mual, lemas, pusing, tidak bisa buang air besar
dari 2 hari yang lalu dan demam. Ditemukan masalah gangguan keseimbangan
cairan, hipertermi, dan resiko tinggi perdarahan. Dilakukan tindakan mandiri
memberikan kompres hangat, pemeriksaan tanda-tanda vital dengan tekanan
darah 117/84 mmHg, Nadi 87 x/menit, Suhu 37oC, Pernafasan 19 x/menit,
Saturasi O2 98%, serta dilakukan tindakan kolaborasi pemasangan, infus three
way dengan RL/8 jam, diberikan therapy obat Ranitidine 2x50 mg/ml 2 ml IV,
Paracetamol 500 mg PO, Metoclopramide 3x5mg/ml 1 ml dan dilakukan
pemeriksaan laboratorium (DPL Ul, Ur, Cr, Na, K, IgG Anti Dengue, IgM Anti
Dengue, HB, HT, Trombosit). Hasil pemerikasaan laboratorium tanggal 29 Juli
2018 : Hemoglobin 16,7 g/dl (13,5-18), Leukosit 1.77.103/ul (5,0-10,0),
Trombosit 49.103/ul (150-450), Hematokrit 49 (38-54), Eritrosit 5,82 juta/μL
26
(4,5-5,5), MCV 80.2 fL (82-92), AST (SGOT) 57U/l (<45), ALT (SGPT) 22U/l
(<41), Ureum 14 mg/dL (19-44)
27
28
Albumin 3.7 (3.5-5.5), Creatinin 0.7 mg/dL (0.7-1.2), Natrium (Na) 137 mmol/L
(134-146), Kalium (K) 3.4 mmol/L (3.4-4.5), Clorida (Cl) 101 mmol/L (96-108),
Salmonela Thypi IgM Negatif (Negatif), Salmonela Thypi IgG Negatif (Negatif),
IgG Anti Dengue Positif (Negatif), IgM Anti Dengue Positif (Negatif). Evaluasi
keperawatan klien mengatakan demam berkurang setelah diberikan obat.
Sorenya, pada pukul 15.34 klien dipindahkan ke ruang mawar kamar 18(B)
dengan nomor RM 62.52.98, menggunakan kursi roda dengan keluhan demam
naik turun 4 hari SMRS, mual, lemas, pusing, tidak bisa buang air besar dari 2
hari yang lalu dan demam, dan nafsu makan tidak ada. Kesadaran compos metis,
nilai GCS : E :4, M : 6, V :5. Di lakukan tindakan mandiri tanda-tanda vital TD
110/70 mmHg, N 86 x/menit, RR 19 x/menit, Suhu 36,9°c, Skala nyeri 0, dan
pengukuran intake dan output cairan kekurangan volume cairan, hipertermi, dan
resiko tinggi perdarahan, serta di lakukan tindakan kolaborasi pemasangan, infus
three way dengan RL/8 jam, diberikan therapy obat Ranitidine 2x50 mg/ml 2 ml
IV, Paracetamol 500 mg PO, Metoclopramide 3x5mg/ml 1 ml.
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh keluhan demam 4 hari SMRS, mual, lemas, pusing, tidak bisa
buang air besar dari 2 hari yang lalu. Demam timbul ketika sore hari.
Timbulnya bertahap, lamanya 4 hari. Upaya klien mengatasinya klien
sebelumnya pergi ke Puskesmas
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan sebelumnya pernah mengidap TB Paru, tapi pengobatan
sudah tuntas.
29
Keterangan:
: Meninggal :Perempuan
: Sehat :Garis pernikahan
: Laki-laki : Garis keturunan
Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor resiko
tidak ada. Riwayat psikososial dan spiritual, orang yang terdekat dengan klien
adalah kakak dari klien. Pola komunikasi verbal dan non verbal, Pembuat
keputusan musyawarah, kegiatan masyarakat tidak ada. Dampak penyakit klien
30
terhadap keluarga adalah aktivitas kakak klien menjadi terganggu karena harus
bergantian menunggu klien di rumah sakit. Masalah yang mempengaruhi klien
yaitu penyakit yang dideritanya sekarang. Mekanisme koping klien terhadap
stress yaitu dengan diam dan tidur. Persepsi klien terhadap penyakitnya, hal yang
sangat dipikirkan saat ini yaitu klien ingin cepat sembuh. Harapan setelah
menjalani perawatan klien ingin cepat sembuh dan dapat beraktivitas kembali
dan bias bekerja kembali. Perubahan yang klien rasakan setelah jatuh sakit yaitu
klien merasa lebih terbatas aktivitasnya. System nilai, kepercayaan nilai-nilai
yang bertentangan dengan kesehatan tidak ada. Aktivitas agama/kepercayaan
yang dilakukan yaitu sholat dan mengaji. Kondisi lingkungan rumah klien
tinggal di lingkungan yang bersih, tetapi di dekat jalan raya.
Pola kebiasaan klien sehari-hari sebelum masuk rumah sakit : pola nutrisi;
frekuensi makan 3x/hari sebelum sakit, setelah sakit nafsu makan tetap baik,
porsi makan yang dihabiskan 1 porsi, tidak ada makanan yang tidak disukai,
klien alergi dengan telur, ada makanan pantangan yaitu makanan pedas, asam,
dan makanan yang bertekstur keras, klien mendapatkan diet, tidak
menggunakan alat bantu makan (NGT).
Pola eliminasi : frekuensi berkemih sering, warna kuning jernih, tidak ada
keluhan, tidak menggunakan alat bantu. Klien tidak bisa BAB sudah 2 hari yang
lalu SMRS, tidak menggunakan alat bantu laxatif. Waktu mandi 2x/hari, waktu
pagi dan sore. Cuci rambut seminggu setiap hari. Pola istirahat dan tidur siang,
pada malam hari klien tidur 7-8 jam/hari, siang hari tidur 2 jam/hari, tidak ada
kebiasaan sebelum tidur. Pola aktivitas dan latihan pagi sampai siang kegiatan,
tidak ada olahraga, tidak ada keluhan dalam aktivitas. Kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan, klien tidak merokok. Klien tidak
menggunakan/mengkonsumsi minuman keras yang dapat mempengaruhi
kesehatan klien.
Pola eliminasi BAK tidak tentu, warna kuning jernih, tidak ada keluhan, tidak
menggunakan alat bantu kateter. Klien tidak bisa BAB sejak 2 hari yang lalu
SMRS tidak menggunakan laxatif. Pola personal hygiene mandi frekuensi
2x/hari, waktu pagi dan sore hari, pola istirahat, lama tidur siang 1-2 jam/hari.
Lama tidur malam 9 jam/hari, tidak ada kebiasaan sebelum tidur. Pola aktivitas
31
4. Pengkajian Fisik
Hasil pengkajian tanggal 30 Juli 2018 pukul 08.00 WIB didapatkan data sebagai
berikut : berat badan sebelum sakit 49 kg, selama sakit 48 kg tinggi badan 169
cm. Tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 84 x/menit, frekuensi nafas 20 x/menit,
suhu tubuh 36,8 0C, keadaan umum sedang, tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening.
Pada sistem penglihatan : posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan
bola mata normal, konjungtiva merah muda, kornea normal, sklera ikterik, pupil
isokor, tidak ada kelainan pada otot mata, fungsi penglihatan baik, tidak ada
tanda-tanda radang. Klien memakai kaca mata, jenisnya kacamata minus, tidak
memakai kontak lensa, dan reaksi terhadap cahaya baik.
Pada system pendengaran : kondisi telinga tengah normal, tidak ada cairan
telinga dan tidak ada perasaan penuh ditelinga, fungsi pendengaran normal, tidak
ada tinnitus dan otalgia, gangguan keseimbangan tidak ada dan tidak memakai
alat bantu pendengaran, sistem wicara normal.
Pada sistem pernafasan : jalan nafas bersih, sesak ada, frekuensi pernafasan
20x/menit, irama teratur, jenis pernafasan spontan, kedalaman pernafasan dalam,
tidak ada batuk, , palpasi dada simetris, tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK,
perkusi dada sonor, suara nafas vesikuler, tidak ada nyeri saat bernafas, tidak
menggunakan alat bantu nafas, tidak menggunakan oksigen.
Seale) : E:4, M:6, V:5, tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, tidak ada
gangguan sistem persyarafan, pemeriksaan refleks : reflek fisiologis normal,
reflek patologis tidak ada.
Sistem pencernaan : gigi ada caries, tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada
stomatitis, lidah kotor, saliva normal, selera makan kurang karena klien ada mual,
tidak ada muntah, tidak ada nyeri pada perut, bising usus 5x/menit, diare tidak
ada, ada konstipasi, tidak ada penggunaan laxative, hepar tidak teraba, abdomen
distensi, lingkar abdomen 75 cm, tidak terpasang NGT.
Pada sistem endokrin : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak bau
keton, tidak ada luka ganggren. Sistem urogenital : balance cairan, intake 3500cc,
output 2570cc, warna urine kuning jernih, tidak ada distensi/ketegangan
kandung kemih, tidak ada keluhan sakit pinggang dan tidak menggunakan alat
bantu kateter.
Pada sistem integumen : turgor kulit tidak elastis, temperatur kulit hangat, warna
kulit pucat, tidak ada kelainan kulit, klien terpasang threeway, keadaan tekstur
rambut baik dan bersih.
Pada sistem muskuloskeletal : tidak ada keluhan dalam pergerakan, tidak ada
sakit pada tulang, ada sakit pada sendi, kulit tidak ada fraktur, tidak ada kelainan
pada bentuk tulang dan sendi, tidak ada kelainan pada struktur tulang belakang,
keadaan tonus otot baik, kekuatan otot:
5555 5555
5555 5555
Data tambahan: klien tahu dan paham tentang penyakitnya sehingga membuat
klien pada saat demam pertama kali langsung menuju ke Puskesmas tetapi tidak
ada perbaikan dan setelah merasa tidak ada perbaikan, klien paham tanda dan
gejala, penyebab dan pencegahannya.
5. Data Penunjang
33
7. Data Fokus
Data subyektif : klien mengeluh lemas, klien mengatakan sering berkeringat,
klien mengatakan menggigil, klien mengatakan demam sejak 4 hari SMRS, klien
mnegatakan tidak bisa BAB sejak 2 hari yang lalu, klien mengatakan badannya
merasa meriang, klien mengatakan BB sebelum masuk RS 48 kg dan TB 169
cm, mukosa bibir kering, klien mengeluh nyeri otot dan sendi
8. Analisa Data
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1. DS : Gangguan Tekanan
Klien mengeluh lemas keseimbangan osmotik
klien mengatakan sering cairan
berkeringat, klien
mengeluh demam sejak 4
hari SMRS, klien
mengatakan tidak bisa
BAB sejak 2 hari yang
lalu, klien mengatakan
meriang, klien mengeluh
mual
DO :
wajah klien tampak lemas,
IWL = 470, mukosa bibir
kering, Albumin: 3.7
2. DS : Hipertermi Proses infeksi
Klien mengatakan demam virus dengue
sejak 4 hari SMRS
Klien mengeluh pusing
Klien mengeluh nyeri otot
dan nyeri pada sendi
(dolor)
DO :
Badan klien teraba hangat
(kalor)
Adanya ptechie pada
tangan kiri (rubor)
TD: 110/80 mmHg
35
N: 84 x/mnt
S: 36,8 ˚C (kalor)
RR: 20 x/mnt
Leukosit: 1.77
IgG Anti Dengue: Positif
IgM Anti Dengue: Positif
3. DS : Resiko tinggi Trombositopenia
- perdarahan
DO:
Hemoglobin: 16.7 g/dL
Trombosit: 49 10ˆ3/uL
IgG anti dengue: Positif
IgM anti dengue: Positif
Adanya ptechie pada
tangan kiri
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
3. Resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
C. Rencana Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler
Data Subyektif:
Klien mengeluh lemas klien mengatakan sering berkeringat, klien mengeluh
demam sejak 4 hari SMRS, klien mengatakan tidak bisa BAB sejak 2 hari yang
lalu, klien mengatakan meriang
Data Obyektif :
Wajah klien tampak lemas, IWL = 470, mukosa bibir kering
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam cairan
terpenuhi
36
Kriteria Hasil :
a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal,
HT normal
b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
c. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa
lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
Rencana Tindakan :
a. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik), jika diperlukan
b. Monitor tanda-tanda vital setiap pukul 05.00, 11.00, 15.00, 21.00
c. Monitor masukkan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
d. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
e. Monitor tingkat Hb dan hematocrit
f. Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kelebihan volume
cairan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam suhu tubuh
normal
Kriteria Hasil :
a. Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Nadi dan RR dalam rentang normal
c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Rencana Tindakan :
a. Monitor tekanan darah, nadi, RR, dan suhu
b. Monitor IWL
c. Monitor warna dan suhu kulit
d. Monitor penurunan tingkat kesadaran
37
D. Pelaksanaan Keperawatan
Dx1
Tanggal : 30 Juli 2018
Pukul 05.00 mengobservasi TTV, TD: 110/70 mmHg, N: 86 x/menit; R: 20
x/menit, Suhu: 36,60C. Pukul 06.20 memberikan obat pagi (Ranitidine 2x1
50ml/mg, Metoclopramide 3x1 15ml, Paracetamol 3x1 1500mg), obat diminum
dan masuk ke iv klien dengan lancar. Pukul 07.00 melakukan perawatan infus,
infus rapi, tidak ada phlebitis. Pukul 09.30 memonitor kelembaban mukosa bibir,
38
nadi adekuat. Pukul 11.00 mengukur TTV, TD: 110/60 mmHg, N: 80 x/menit,
RR: 20 x/menit, Suhu: 36,4 ˚C. Pukul 12.00 memonitor masukkan intake dan
output cairan, hasilnya intake 3100cc, output 3070cc. Pukul 12.15 memberikan
obat siang (Paracetamol 3x1 1500mg) obat diminum. Pukul 12.30 memonitor
peningkatan HB dan Hematokrit dengan hasil Hemoglobin 16.7 g/dL,
Hematokrit 46.7 %.
Pukul 13.00 mengobservasi klien, ada kakaknya yang menunggu, kesadaran
composmentis. Pukul 13.15 mengganti dan memberikan cairan infus IVFD RL
8 jam/kolf. Pukul 14.00 memonitor tetesan infus, hasil: infus menetes dengan
lancar. Pukul 14.30 memonitor kelembaban mukosa bibir, dengan hasil, mukosa
bibir kering. Pukul 15.00 mengukur tanda-tanda vital, dengan hasil TD: 100/80
mmHg, Nadi: 84 x/menit, RR: 20 x/menit, Suhu: 37.7 ˚C. Pukul 16.00
memberikan obat sore (Paracetamol 3x1 1500mg, Ranitidine 2x1 50ml,
Metoclopramide 3x1 15ml) Pukul 17.00 mengobservasi klien, hasil: klien
sedang duduk ngobrol dengan keluarganya, kesadaran composmentis, akral
hangat, tidak ada phlebitis. Pukul 17.15 memonitor intake dan output cairan,
dengan hasil intake 2000cc, output 3070cc. Pukul 20.00 memberikan obat
(Metoclopramide 3x1 15ml, Paracetamol 3x1 1500mg). Pukul 21.00 memonitor
tanda-tanda vital, dengan hasil TD: 120/70 mmHg, Nadi: 80 x/menit, Suhu: 37.8
˚C. Pukul 21.10 memonitor status dehidrasi, dengan hasil mukosa bibir kering.
Dx2
Dx3
Dx1
Tanggal : 31 Juli 2018
Pukul 05.00 mengobservasi TTV, TD: 120/70 mmHg, N: 80 x/menit; R: 21
x/menit, Suhu: 36,7 0C. Pukul 06.30 memberikan obat pagi (Ranitidine 2x1 50ml,
Metoclopramide 3x1 15ml, Paracetamol 3x1 1500mg), obat diminum dan masuk
ke iv klien dengan lancar. Pukul 08.00 melakukan perawatan infus, infus rapi,
tidak ada phlebitis. Pukul 10.30 memonitor kelembaban mukosa bibir, nadi
adekuat. Pukul 11.00 mengukur TTV, TD: 125/70 mmHg, N: 78 x/menit, RR:
20 x/menit, Suhu: 36,5 ˚C. Pukul 12.00 memonitor masukkan intake dan output
cairan, hasilnya intake 2000cc, output 3000cc. Pukul 12.35 memberikan obat
siang (Paracetamol 3x1 1500mg) obat diminum. Pukul 12.50 memonitor
peningkatan HB dan Hematokrit dengan hasil Hemoglobin 13.9 g/dL,
Hematokrit 40.4 %.
Pukul 13.10 mengganti dan memberikan cairan infus IVFD RL 8 jam/kolf. Pukul
14.00 memonitor tetesan infus, hasil: infus menetes dengan lancar. Pukul 14.30
memonitor kelembaban mukosa bibir, dengan hasil, mukosa bibir kering. Pukul
14.50 mengobservasi pasien, dengan hasil kesadaran composmentis, pasien
mengatakan masih berkeringat. Pukul 15.00 mengukur tanda-tanda vital, dengan
hasil TD: 123/78 mmHg, Nadi: 78 x/menit, RR: 22 x/menit, Suhu: 37 ˚C. Pukul
16.00 memberikan obat sore (Paracetamol 3x1 1500mg, Ranitidine 2x1 50ml,
Metoclopramide 3x1 15ml) Pukul 17.00 mengobservasi klien, hasil: klien
sedang duduk ngobrol dengan keluarganya, kesadaran composmentis, akral
hangat, tidak ada phlebitis. Pukul 17.15 memonitor intake dan output cairan,
dengan hasil intake 1500cc, output 2070cc. Pukul 20.00 memberikan obat
(Metoclopramide 3x1 5ml, Paracetamol 3x1 1500mg). Pukul 21.00 memonitor
41
tanda-tanda vital, dengan hasil TD: 120/70 mmHg, Nadi: 80 x/menit, Suhu: 37.8
˚C. Pukul 21.10 memonitor status dehidrasi, dengan hasil mukosa bibir kering.
Dx2
Tanggal 31 Juli 2018
Pukul 05.00 mengobservasi TTV, TD: 120/70 mmHg, N: 80 x/menit; R: 21
x/menit, Suhu: 36,7 0C. Pukul 06.30 memberikan obat pagi (Ranitidine 2x1 50ml,
Metoclopramide 3x1 15ml, Paracetamol 3x1 1500mg), obat diminum dan masuk
ke iv klien dengan lancar. Pukul 08.00 melakukan perawatan infus, tidak ada
phlebitis. Pukul 10.30 memonitor kelembaban mukosa bibir, nadi adekuat. Pukul
11.00 mengukur TTV, TD: 125/70 mmHg, N: 78 x/menit, RR: 20 x/menit, Suhu:
36,5 ˚C. Pukul 12.35 memberikan obat siang (Paracetamol 3x1 1500mg) obat
diminum. Pukul 12.50 memonitor peningkatan HB dan Hematokrit dengan hasil
Hemoglobin 13.9 g/dL, Hematokrit 40.4 %.
Pukul 13.10 mengganti dan memberikan cairan infus IVFD RL 8 jam/kolf. Pukul
14.00 memonitor tetesan infus, hasil: infus menetes dengan lancar. Pukul 14.30
memonitor kelembaban mukosa bibir, dengan hasil, mukosa bibir kering. Pukul
14.50 mengobservasi pasien, dengan hasil kesadaran composmentis, pasien
mengatakan masih berkeringat. Pukul 15.00 mengukur tanda-tanda vital, dengan
hasil TD: 123/78 mmHg, Nadi: 80 x/menit, RR: 22 x/menit, Suhu: 37 ˚C. Pukul
16.00 memberikan obat sore (Paracetamol 3x1 1500mg, Ranitidine 2x1 50ml,
Metoclopramide 3x1 15ml) Pukul 17.00 mengobservasi klien, hasil: klien
sedang duduk ngobrol dengan keluarganya, kesadaran composmentis, akral
hangat, tidak ada phlebitis. Pukul 20.00 memberikan obat (Metoclopramide 3x1
15ml, Paracetamol 3x1 1500mg). Pukul 21.00 memonitor tanda-tanda vital,
dengan hasil TD: 120/70 mmHg, Nadi: 80 x/menit, Suhu: 37.8 ˚C. Pukul 21.10
memonitor status dehidrasi, dengan hasil mukosa bibir kering.
Dx3
Dx1
Tanggal : 1 Agustus 2018
Pukul 05.00 mengobservasi TTV, TD: 100/70 mmHg, N: 80 x/menit; R: 19
x/menit, Suhu: 36,4 0C. Pukul 06.00 memberikan obat pagi (Ranitidine 2x1 50ml,
Metoclopramide 3x1 15ml, Paracetamol 3x1 1500mg), obat diminum dan masuk
ke iv klien dengan lancar. Pukul 07.40 melakukan perawatan infus, infus rapi,
tidak ada phlebitis. Pukul 09.40 mengganti cairan IVFD RL 12 jam/kolf. Pukul
10.00 memonitor kelembaban mukosa bibir, nadi adekuat. Pukul 11.00
mengukur TTV, TD: 90/80 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 19 x/menit, Suhu: 36,5
˚C. Pukul 12.10 memonitor masukkan intake dan output cairan, hasilnya intake
3000cc, output 3070cc. Pukul 12.30 memberikan obat siang (Paracetamol 3x1
43
Dx2
˚C. Pukul 16.00 memberikan obat sore (Paracetamol 3x1 1500mg, Ranitidine
2x1 50ml, Metoclopramide 3x1 15ml) Pukul 17.30 mengobservasi klien, hasil:
klien sedang duduk ngobrol dengan keluarganya, kesadaran composmentis,
akral hangat, tidak ada phlebitis. Pukul 20.00 memberikan obat
(Metoclopramide 3x1 15ml, Paracetamol 3x1 1500mg). Pukul 21.10 memonitor
tanda-tanda vital, dengan hasil TD: 120/70 mmHg, Nadi: 80 x/menit, Suhu: 36.4
˚C. Pukul 21.30 memonitor status dehidrasi, dengan hasil mukosa bibir kering.
Dx3
Dx2
Dx3
Dx1
Tanggal : 31 Juli 2018
46
Dx2
Tanggal 31 Juli 2018
Subjektif : klien mengatakan masih ada demam pada sore hari
Objektif : kesadaran composmentis, akral hangat, klien tampak tenang, sudah
tampak tidak sesak, TD 123/78, N: 80, Suhu: 37, R: 20
Analisa : Tujuan tercapai sebagian dan masalah teratasi sebagian
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
Dx3
Tanggal 31 Juli 2018
Subjektif : -
Objektif : Trombosit: 24 10ˆ3/uL, adanya ptechie pada tangan kiri
Analisa : Tujuan belum tercapai
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
47
Dx1
Tanggal : 1 Agustus 2018
Klien mengatakan lemas berkurang klien mengatakan sudah tidak berkeringat
banyak, klien mengatakan sudah tidak demam, klien mengatakan sudah bisa
BAB.
Data Obyektif :
Wajah klien masih tampak lemas, IWL = 470, mukosa bibir sedikit lembab
Analisa : Tujuan tercapai sebagian
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
Dx2
Dx3
Tanggal 1 Agustus 2018
Subjektif : -
Objektif : Trombosit: 40jun 10ˆ3/uL, adanya ptechie pada tangan kiri
Analisa : Tujuan tercapai sebagian
Perencanaan : Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang terjadi antara teori
dan kasus yang ada pada klien dan faktor pendukung dan penghambat dalam
melakukan asuhan keperawatan pada klien Tn. A dengan “Asuhan Keperawatan pada
kilen Tn. A dengan Dengue Hemoragic Di Ruang Mawar Rumah Sakit Pelni Jakarta”
selama 3 hari. Asuhan keperawatan dimulai dari tanggal 30 Juli 2018 sampai 1 Agustus
2018. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada Tn. A secara komprehensif
melalui pendekatan proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Dalam mengumpulkan
data ditemukan beberapa kesenjangan dan persamaan. Pada pengkajian yang penulis
lakukan selama studi kasus ini tidak banyak perbedaan antara teori dan hasil
pengkajian. Menurut Smeltzer (2002), pasien dengan DHF akibat dari gigitan nyamuk
Aedes Aegyti (Betina) dengan manifetasi klinis panas tinggi, timbul bintik-bintik
seperti gigitan nyamuk dan pada pengkajian riwayat kesehatan sekarang pada Tn.A
ditemukan adanya panas tinggi, timbul bintik-bintik seperti gigitan nyamuk.
Pemeriksaan diagnostik yang sesuai antara teori dan kasus adalah pemeriksaan
labolatorium pemeriksaan Trombosit. Sedangkan pemeriksaan diagnostik yang ada
pada teori tetapi tidak dilakukan pada kasus adalah uji tourniquet karena hasil
pemeriksaan diagnostik yang sudah dilakukan dan manifestasi klinis yang ditemukan
sudah menunjang terdiagnosa penyakit dengue hemoragic fever, sehingga tidak perlu
semua pemeriksaaan diagnostik di lakukan.
48
49
B. Diagnosa Keperawatan
Pada konsep dasar teori yang dikemukakan oleh Desmawati (2013), akan muncul
lima diagnosa keperawatan yahitu:
hangat,muka tampak memerah TTV: 110/70 mmHg S: 37,8 ˚C, N: 86 x/mnt, RR:
20 x/menit, Leokosit : 1.77 10ˆ3/uL.Tidak diambil diagnosa kebutuhan nutrisi
karena klien hanya mengalami penurunan berat badan 1 kg, dank klien hanya
mengalami mual, tidak muntah dan tidak ada penurunan nafsu makan.
Resiko terjadi perdarahan terjadi karna klien mengalami dengan manifestasi klinis:
Di bawah kulit ada bintik-bintik merah, Trombosit 49.000 m.
Faktor pendukung pada tahap ini adalah tersedianya buku sumber yang cukup
memadai yang dapat dijadikan acuan sehingga memudahkan penulis dalam
menentukan diagnosa keperawatan. Penulis tidak menemukan faktor penghambat
dalam hal ini.
C. Perencanaan Keperawatan
Pada tahap perencanaan keperawatan diagnosa prioritas yaitu, Gangguan
keseimbangan cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler. Tujuan dan kriteria hasil antara kasus dan teori sudah sesuai.
Perencanaan antara teori dan kasus tidak ada kesenjangan. Diagnosa kedua yaitu,
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue. Tujuan dan kriteria
hasil sesuai. Perencanaan antara teori dan kasus tidak ada kesenjangan. Diagnosa
ketiga yaitu Resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan dan kriteria hasil sesuai. Perencanaan antara teori dan kasus tidak ada
kesenjangan.
51
Faktor pendukung yang penulis dapatkan pada tahap perencanaan adalah klien
dan keluaga sangat kooperatif pada perawat. Faktor penghambat tidak ditemukan
oleh penulis.
D. Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap pelaksanaan keperawatan diagnosa prioritas yaitu, Gangguan
keseimbangan cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler. Pelaksanaan sesuai dengan perencanaan. Tidak ada rencana yang
tidak terlaksana.
Faktor pendukung yang penulis dapatkan pada tahap pelaksanaan adalah klien
dan keluaga sangat kooperatif pada perawat. Faktor penghambat tidak ditemukan
oleh penulis.
E. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi, penulis melakukan evaluasi setelah melakukan tindakan dan
melakukan evaluasi akhir, penulis mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yang
terdapat pada perencanaan sesuai diagnose keperawatan. Dari 3 diagnosa yang
ditemukan dan ketiga diagnosa sudah tercapai sebagian yaitu Peningkatan suhu
tubuh ( Hipertermi ) berhubungan dengan Proses penyakit dibuktikan dengan
klien masih mengeluh pusing tetapi suhu tubuh 36.4 ˚C.
Faktor pendukung yang penulis dapatkan adalah klien sangat kooperatif dengan
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga memudahkan penulis
melakukan evaluasi.
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. A Dengue Hemoragic Fever
di ruangan Mawar Rumah Sakit Pelni Jakarta selama 3 hari perawatan mulai dari
tanggal 30 Juli 2018 sampai dengan tanggal 1 Agustus 2018, maka penulis akan
menyimpulkan dan mencoba memberi saran yang sekiranya dapat diterima oleh
pembaca.
A. Kesimpulan
1. DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh
melalui gigtan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak,
remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi.
Demam berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Hemoragic Fever
(DHF). Penyakit akut dengan demam disertai perdarahan, trombositopenia
(20% dari Ht rekonvalsen atau menurut umur), efusi pleura, asites efusi
pericardium, hipoprotenemia, dan hipoalbuminemia. Demam berdarah
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh
nyamuk. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat
menyebabkan demam berdarah. Baik ringan maupun fatal. Keluhan pada
saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan. Tanda dan
gejala menurut Desmawati adalah keluhan pada pencernaan : mual, muntah,
tidak nafsu makan (anoreksia)diare, konstipasi.
Keluhan pada sistem tubuh:
a. Nyeri atau sakit kepala
b. Nyeri pada otot, tulang, dan sendi (break bone fever)
c. Nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati
d. Pegal-pegal pada seluruh tubuh
e. Kemerahan pada kulit, kemerahan (flushing) pada muka
f. Pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan foto fobia. Otot-otot sekitar
mata sakit apabila disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal.
53
54
Monitor masukkan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian. Monitor
status cairan termasuk intake dan output cairan. Monitor tingkat Hb dan
hematocrit. Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kelebihan
volume cairan
B. Saran
1. Dari hasil pengkajian yang didapatkan, bahwa pengkajian pasien dengan DHF
harus meliputi: Identitas: DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering
menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa. Keluhan utama: pasien
mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan
menurun. Riwayat penyakit sekarang: riwayat kesehatan menunjukkan
adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan,
lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun. Riwayat penyakit terdahulu:
tidak ada penyakit yang diderita secara specific. Riwayat penyakit keluarga:
riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat
menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan
melalui gigitan nyamuk aides aigepty. Riwayat kesehatan lingkungan:
biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng
bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak
mandi jarang dibersihkan. Pengkajian persistem: Sistem pernapasan: sesak,
perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada
simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles. Sistem
persyarafan: pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran
56
serta pada grade IV dapat terjadi DSS. Sistem cardiovaskuler: pada grde I
dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada
grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi,
cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba
dan tekanan darah tak dapat diukur. Sistem pencernaan: selaput mukosa
kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa,
pembesaran hati, abdomen teregang, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat
hematemesis, melena. Sistem perkemihan: produksi urine menurun, kadang
kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing
berwarna merah. Sistem integumen: terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit
kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi ptekhie, pada
grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
2. Dari hasil diagnosa yang didapatkan bahwa diagnosa pasien harus meliputi:
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue. Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan pindahnya ciran intravaskuler ke
ekstravaskuler. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan
yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler. Resiko
kekurangan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekwat akibat mual dan nafsu
makan yang menurun. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dnegan
penurunan factor-fakto pembekuan darah (trombositopeni). Kecemasan
berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk dan perdarahan. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
3. Dari hasil intervensi yang didapatkan bahwa pasien dengan DHF harus
meliputi diagnosa prioritas dari kasus yaitu Hipertermi, dan intervensi
prioritas yang harus dilakukan yaitu beri kompres air hangat, pantau
pemasukan dan pengeluaran cairan, tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah)
tiap 3 jam sekali atau lebih.
5. Penulis, perawat ruangan, dan klien dapat bekerja sama dalam melakukan
asuhan keperawatan.
Mansjoer Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga. Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
(https://books.google.co.id/books?id=EbDWDgAAQBAJ&pg=PA262&dq=dr+arif+
mansjoer&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjQutO4tencAhWPXCsKHfeEAMkQ6AEIL
zAB#v=onepage&q=dr%20arif%20mansjoer&f=false)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/39119/ %20l.pdf?sequence=5
&isAllowed=y
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_201
6/11_DKI_Jakarta_2016.pdf
58
http://repository.ump.ac.id/1441/2/TARUNA%20RISQI%20MAULANA%20.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Demam_berdarah_Dengue
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/viewFile/4771/4293
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf
59