Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.

S DENGAN
DIABETES MELLITUS TIPE II DI RUANG MELATI
RUMAH SAKIT PELNI JAKARTA

Disusun oleh :
1. Indra Subiyanto NIRM : 16017
2. Robi’atul Adawiyah NIRM : 16034
3. Sandrawati NIRM : 16037
4. Siti Ulfah Nurjanah NIRM : 16042
5. Wahyuni Amalia NIRM : 16047

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA


TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat meneyelesaikan makalah ilmiah dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. S dengan Diabetes Mellitus Tipe II di
Ruang Melati Rumah Sakit Pelni Jakarta.“

Penyusunan makalah ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Dr. dr. Fathema Djan Rachmat.,Sp.B.,Sp.BTKV(K).,M.P.H.(MMR), Direktur
Utama Rumah Sakit Pelni Jakarta
2. Ahmad Samdani.,SKM, Ketua Yayasan Samudra APTA
3. Buntar Handayani, S.Kp.,M.Kep.MM, Direktur Akademi Keperawatan Pelni
Jakarta dan Preseptor Akademik Ruang Melati Rumah Sakit Pelni Jakarta
4. Tri Wahyuningsih.,AMK, Kepala Ruangan dan Preseptor Wahana Ruang
Melati Rumah Sakit Pelni Jakarta

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan kepada semua pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ilmiah ini. Sebagai proses pembelajaran
untuk menyempurnakan penyusunan makalah ilmiah selanjutnya, maka penulis
mengharapkan saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Jakarta, Oktober 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan .................................................................................. 4
1. Tujuan Umum ................................................................................ 4
2. Tujuan Khusus................................................................................ 4
C. Metode Penulisan ................................................................................. 4
D. Ruang Lingkup ..................................................................................... 5
E. Sistematika Penulisan ........................................................................... 5
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................... 6
A. Pengertian............................................................................................. 6
B. Etiologi ................................................................................................. 6
C. Patofisiologi ......................................................................................... 6
D. Penatalaksanaan ................................................................................... 9
E. Asuhan Keperawatan ............................................................................ 9
BAB III TINJAUAN KASUS............................................................................... 12
A. Pengkajian Keperawatan .................................................................... 12
B. Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 20
C. Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi Keperawatan ............................ 20
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 26
A. Pengkajian Keperawatan ................................................................... 26
B. Diagnosa Keperawatan ..................................................................... 26
C. Perencanaan Keperawatan ................................................................ 27
D. Pelaksanaan Keperawatan ................................................................. 28
E. Evaluasi Keperawatan ....................................................................... 29
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 30
A. Kesimpulan ....................................................................................... 30
B. Saran ................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 32

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetus Mellitus tipe II merupakan penyakit kronis yang disebabkan oeh satu
atau lebih faktor. Berikut ini kerusakan sekresi insulin. Produksi glukosa yang
tidak tepat di daam hati, atau penurunan sensifitas reseptor insuin perifer
(Kowalak, 2011). Menurut International Diabetes Federation (IDF)
menyebutkan bahwa pravalensi Diabetes Mellitus di dunia adalah 1,9 % dan
telah menjadikan DM sebagai penyebab kematian urutan ke tujuh di dunia
sedangkan tahun 2012 angka kejadian Diabetes Mellitus di dunia adalah
sebanyak 371 juta jiwa dimana proporsi kejadian Diabetes Mellitus Tipe II
adalah 95 % dari populasi dunia yang menderita Diabetes Mellitus. Berdasarkan
data dari IDF secara global, jumlah penderita Diabetes Mellitus pada tahun 2015
sebanyak 415 juta orang dan diperkirakan pada tahun 2040 akan meningkat
menjadi 642 juta orang. DM tipe II merupakan satu dari empat penyakit utama
dalam kategori Non-Communicable Disease (NCDs) yang harus segera
ditangani. Kejadian DM tipe II berkaitan erat dengan pertambahan umur
seseorang (The Indonesian Journal of Public Health 3, 2018:
journal2.um.ac.id).

Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008, menunjukkan pravelensi DM di


Indonesia membesar sampai 57%. Tingginya pravelensi Diabetes Mellitus tipe
II disebabkan oleh faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya jenis
kelamin, umur, dan faktor risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan
merokok, tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, dan
indeks masa tubuh. Diabetes Mellitus tipe II merupakan tipe diabetes yang
paling umum ditemukan. Sekitar 9,7 juta wanita di Amerika terkena diabetes.
Indonesia masuk ke dalam peringkat enam angka kejadian Diabetes Mellitus
terbanyak di dunia. Diabetes Mellitus tipe II sering juga disebut diabetes life
style karena penyebabnya selain faktor keturunan, faktor lingkungan meliputi
usia, obesitas, resistensi insulin, makanan, aktivitas fisik, dan gaya hidup juga

1
2

menjadi penyebab Diabetes Mellitus. (Journal e-Biomedik 2, 2014:


ejournal.unsrat.ac.id)

Di Indonesia berdasarkan peta prevalansi urutan ke 4 terbesar dalam jumlah


penderita DM didunia setelah India, China, dan Amerika Serikat. Di prediksi
peningkatan jumlah penderita DM dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar
21,3 juta pada tahun 2030. Menurut Internasional Diabetes Federation di
perkirakan pada tahun 2020 akan ada 178 juta penduduk berusia di atas 20 tahun
dengan asumsi prevalansi diabetes mellitus sebesar 4,6 % makan diperkirakan
akan ada 8,2 juta penderita diabetes mellitus di Indonesia (WHO, 2011). Jumlah
pasien yang masuk Rumah Sakit PELNI Jakarta pada tahun 2011 yaitu, 9779
orang, dengan penderita DM tipe II sebanyak 272 orang (2,78%). Penderita usia
15 – 24 tahun sebanyak 2 orang (0,73%), usia 25 – 44 tahun sebanyak 21 orang
(7,72%), usia 45 – 64 tahun sebanyak 156 orang (57,35%), dan usia 65 tahun
ke atas sebanyak 95 orang (34,92%). Sedangkan pada tahun 2012 jumlah pasien
yang masuk sebanyak 9374 orang dengan jumlah penderita diabetes melitus tipe
II sebanyak 178 orang (1,9%), dan yang meninggal sebanyak 5 orang (2,8%),
penderita usia 25 – 44 tahun sebanyak 20 orang (11,23%), usia 45 – 64 sebanyak
93 orang (52,54 %), dan usia 65 ke atas sebanyak 65 orang (36,51%).

Permasalahan penyakit Diabetes Mellitus harus segera ditangani, di dunia


penyakit Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang setiap tahun selalu
bertambah penderita nya, khusus nya untuk Diabetes Mellitus tipe II merupakan
satu dari empat penyakit utama dalam kategori Non-Communicable Disease
(NCDs). Karena penyakit ini merupakan penyakit yang menyebabkan kematian
ke tujuh karena bisa menyebabkan penyakit komplikasi lainnya. Diabetes
Mellitus tipe II sering juga disebut diabetes life style karena penyebabnya selain
faktor keturunan dan faktor lingkungan yang meliputi usia, obesitas, resistensi
insulin, makanan, aktivitas fisik, serta gaya hidup juga menjadi penyebab
terjadinya Diabetes Mellitus.
Kegawatan dan komplikasi akibat diabetes mellitus berdasarkan WHO, 2011
menimbulkan kerugian yang sangat besar baik secara individual maupun sektor
3

secara keseluruhan. Biaya langsung seperti biaya keperawatan dan pencegahan


komplikasi DM dan biaya tidak langsung seperti hilangnya produktifitas akibat
sakit, kecacatan dan kematian, serta berkurangnya kualitas hidup dan semangat
hidup di yakini lebih besar di bandingkan dengan bukan penderita DM. Diabetes
Mellitus disebut dengan dengan the silent killer karena penyakit ini dapat
mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.
Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan mata,
katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan
membusuk/gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke, dan
sebagainya. Tidak jarang, penderita DM yang sudah parah menjalani amputasi
anggota tubuh karena terjadi pembusukan. Untuk menurunkan kejadian dan
keparahan dari Diabetes Mellitus tipe II maka dilakukan pencegahan seperti
modifikasi gaya hidup dan pengobatan seperti obat oral hiperglikemik dan
insulin. (Jurnal Mayority 4, 2015: juke.kedokteran.unila.ac.id).

Melihat bahwa Diabetes Mellitus akan memberikan dampak terhadap kualitas


sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, maka
sangat diperlukan peran perawat sebagai edukator, advokator, fasilitator, dan
care provider. Upaya promotif sebagai edukator yaitu dengan memberikan
penyuluhan tentang gaya hidup sehat. Upaya preventif sebagai care provider
dilakukan dengan cara mengurangi konsumsi makanan-makanan manis dan
olahraga secara teratur. Upaya kuratif sebagai care provider dengan
memberikan asuhan keperawatan secara langsung kepada pasien dengan
kolaborasi memberikan pengobatan secara teratur, mengatur pola makan sesuai
diet. Upaya rehabilitatif dilakukan dengan cara menganjurkan klien untuk
menjaga pola makan sesuai diet, mengontrol gula darah secara rutin, mengikuti
senam diabetes, dan rutin kontrol ke dokter.

Melihat tingginya angka kejadian maka pentingnya peran dan fungsi perawat
dalam upaya pelayanan kesehatan dalam aspek promotof, kuratif, preventif,
rehabilitatif, terkaitnya dengan hal tersebut maka penulis tertarik untuk
menerapkan bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan Diabetes
4

Mellitus Tipe II sesuai peran dan fungsi perawat dengan proses keperawatan
secara komprehensif dan holistic.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis ingin mendapatkan pengalaman secara nyata dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes Mellitus Tipe II di Ruang
Melati Rumah Sakit Pelni Jakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Diabetes
Mellitus Tipe II
b. Menentukan masalah keperawatan klien dengan Diabetes Mellitus Tipe
II
c. Merencanakan asuhan keperawatan klien dengan Diabetes Mellitus
Tipe II
d. Melaksanakan tindakan keperawatan klien dengan Diabetes Mellitus
Tipe II
e. Melakukan evaluasi keperawatan klien dengan Diabetes Mellitus Tipe
II
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan praktik
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta mencari
solusi/ alternatif pemecahan masalah
h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes
Mellitus Tipe II

C. Metode Penulisan
Metode dalam penulisan makalah ilmiah ini menggunakan metode deskriptif
yang menguraikan bagian asuhan keperawatan yang disajikan dalam bentuk
narasi melalui teknik studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan berbagai
buku sumber yang terkait dengan Diabetes Mellitus Tipe II, studi kasus, yaitu
mengambil satu kasus klien dengan Diabetes Mellitus Tipe II dan menerapkan
asuhan keperawatan secara langsung melalui tahapan-tahapan keperawatan,
5

serta studi dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data-data tentang klien


melalui catatan medis, dan data-data dari internet.

D. Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah ilmiah ini penulis batasi dengan mengambil satu
kasus yaitu Asuhan Keperawatan pada klien Ny. S dengan Diabetes Mellitus
Tipe II di Ruang Melati Rumah Sakit Pelni Jakarta selama 3 x 24 jam dari
tanggal 03 Oktober sampai dengan 05 Oktober 2018.

E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 5 BAB, yaitu BAB I terdiri dari latar belakang, tujuan,
ruang lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II terdiri dari
pengertian, etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan medis, pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan
keperawatan, dan evaluasi keperawatan. BAB III terdiri dari pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanana, pelaksanaan, dan evaluasi
keperawatan. BAB IV terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi
keperawatan. BAB V terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Diabetus Mellitus tipe II merupakan penyakit kronis yang disebabkan oeh satu
atau lebih faktor. Berikut ini kerusakan sekresi insulin. Produksi glukosa yang
tidak tepat di daam hati, atau penurunan sensifitas reseptor insuin perifer
(Kowalak, 2011).

Diabetes Mellitus tipe II adalah gangguan yang melibatkan baik genetic ataupun
faktor lingkungan (Back & Hawks, 2014).

Diabetes Mellitus tipe II adalah suatu kondisi hiperglikemi puasa yang terjadi
meski tersedia insulin endogen (Lemone, 2016)

B. Etiologi
Penyebab DM tipe II menurut Kowalak 2011, yaitu :
1. Kerusakan sekresi insulin
2. Produksi glukosa yang tidak tepat di daam hati
3. Penurunan sensifitas reseptor insulin perifer
4. Faktor genetic merupakan hal signifikan dan awitan diabetes dipercepat oeh
obesitas , gaya hidup, sering duduk, dan stress merupakan faktor utama

C. Patofisiologi
Resistensi insulin menyebabkan kemampuan insulin menurunkan kadar gula
darah menjadi tumpul. Akibatnya pankreas harus mensekresi insulin lebih
banyak untuk mengatasi kadar gula darah. Pada tahap awal ini, kemungkinan
individu tersebut akan mengalami gangguan toleransi glukosa, tetapi belum
memenuhi kriteria sebagai penyandang DM. Kondisi resistensi insulin akan
semakin berlanjut dan bertambah berat. Sementara pankreas tidak mampu lagi
terus menerus meningkatkan kemampuan sekresi insulin yang cukup untuk

6
7

mengontrol gula darah. Peningkatan produksi glukosa hati, penurunan


pemakaian glukosa oleh otot dan lemak berperan terjadinya hperglikemi kronik
saat puasa dan setelah makan. Akhirnya sekresi insulin oleh pankreas akan
menurun dan kenaikan kadar gula darah semakin bertambah berat. (Brunner &
Suddarth, 2014)

Menurut Doenges, 2012 DM tipe II adalah suatu kondisi hiperlikemi puasa yang
terjadi meski tersedia insulin endogen. DM tipe II dapat terjadi semua usia tetapi
biasanya dijumpai pada paru baya dan Lansia. DM tipe II merupakan bentuk
paling umum DM. Hereditas berperan dalam transmisi kada insulin yang
dihasilkan pada DM tipe II berbeda-beda dan meski ada, fungsinya dirusak oleh
resistensi insulin di jaringan perifer. Hati memproduksi glukosa lebih normal,
karbohidrat dalam makanan tidak di metabolisme dengan baik, dan akhirnya
pankreas mengeluarkan jumlah insulin yang kurang dari yang dibutuhkan.
Apapun penyebabnya, terdapat cukup produksi insulin untuk mencegah
pemecahan lemak yang dapat menyebabkan ketosis, sehingga DM tipe II
digolongkan sebagai bentuk DM non-ketosis. Namun, Jumlah insulin yang ada
tidak cukup untuk menurunkan kadar glukosa darah melalui ambilan glukosa
oleh otot dan sel lemak.

Faktor utama perkembangan DM tipe II adalah resistensi selular terhadap efek


insulin. Resistensi ini ditingkatkan oleh kegemukan, tidak beraktivitas,
penyakit, obat-obatan, dan pertambahan usia. Pada kegemukan, insulin
mengalami penurunan kemampuan untuk mempengaruhi absorpsi dan
metabolisme glukosa oleh hati, otot rangka, dan jaringan adipose.
Hiperglikemia meningkat secara perlahan dan dapat berlangsung lama sebelum
di diagnosis DM.

Manifestasi Klinis
Black & Hawks (2014), penyebab DM yaitu:
1. Poliuri (Peningkatan pengeluaran urin)
8

Merupakan gejala umum pada penderita DM. Biasanya banyak air kencing
ini disebabkan gula dalam darah (glukosa) yang terlalu banyak sehingga
akan membuat tubuh harus segera mengeluarkan kelebihan gula tersebut
melalui ginjal bersama urine (air kencing).
2. Penurunan berat badan
3. Pandangan kabur berulang
4. Rasa lelah & kelemahan otot
5. Pandangan kabur berulang
6. Polidipsi (Peningkatan rasa haus)
Merupakan akibat reaksi tubuh karena banyak mengeluarkan urin. Oleh
karena itu tubuh banyak mengeluarkan air (dalam bentuk urine). Selama
kadar gula dalam darah belum terkontrol baik, akan timbul terus keinginan
untuk terus terusan minum.
7. Rasa lelah & kelemahan otot
8. Pruritis, Infeksi kulit, Vaginitis
9. Polipagi (Peningkatan rasa lapar)
Merupakan gejala lain yang dapat di amati. Terjadinya gejala ini disebabkan
oleh berkurangnya cadangan gula dalam tubuh meskipun kadar gula dalam
darah tinggi.
10. Ketonuria
11. Peningkatan angka infeksi
12. Lemah, Letih & Pusing

Komplikasi DM menurut Lemone & Bauldoff (2016) terbagi dalam


komplikasi akut dan kronis :
1. Komplikasi akut
a. Hiperglikemi
b. Diabetik ketoasidosis
c. Hiperglikemik hiperosmolan
2. Komplikasi kronik
a. Perubahan pada system kardiovaskular
b. Penyakit arteri coroner
9

c. Hipertensi
d. Stroke
e. Penyakit vascular perifer
f. Peknopan diabetic
g. Netropati diabetic
h. Perubahan pada saraf perifer dan otonom
i. Neuropati visceral
j. Perubahan mood
k. Peningkatan kerentanan terhadap infeksi
l. Penyakit periodontal
m. Komplikasi yang menjadi kronik

D. Penatalaksanaan
1. Terapi diet
2. Latihan fisik
3. Pemantauan kadar glukosa
4. Terapi otot
5. Pendidikan ( Brunner & Suddart, 2012)

E. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
a. Aktivitas istrirahat
Lemah, letih, sulit bernafas, kram otot, tonus otot menurun
b. Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi, kesemutan pada ekstermitas bawah, ulkus
pada kaki.
c. Integrita ego: Stress
d. Eliminasi
Polinuri, rasa nyeri kesalutan perkemih, diare
e. Makana dan cairan
Mual muntah, hilang nafsu makan, penurunan BB, haus
f. Neurosensori
10

Pusing, sakit kepala, kesemutan


g. Nyeri/ ketidaknyamanan
Abdomen yang tegang
h. Pernapasan: Batuk
i. Kemanan: kulit kering gatal, ulkus kulit
j. Seksualitas : Infeksi, masalah impoten pada pria, kesulita orgasme
(Doenges, 2012).

Pemeriksaan Menurut Black & Hawks, 2014


a. Pemeriksaan kadar gula darah saat berpuasa
b. Pemeriksaan kadar gula darah saat kondisi bebas
c. Pemeriksaan kadar gula darah setelah makan

2. Diagnosa dan Perencanaan Keperawatan


Menurut Nanda 2012-2014
a. Nyeri akut b.d agen injuri biologis
Tujuan : Nyeri berkurang
Kriteria Hasil :
1) Mampu mengontrol nyeri
2) Nyeri berkurang
3) Mengenali nyeri
4) Menyatakan rasa aman

Intervensi
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
2) Observasi TTV
3) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
4) Lakukan penanganan nyeri
5) Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
6) Berikan lingkungan yang nyaman
7) Kolaborasi pemberian analgetik
11

b. Kekurangan volume cairan b.d kegagalan mekanisme regulasi


Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria Hasil :
1) TTV Stabil
2) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi , turgor kulit elastis, membran
sukrosa lembab, tidak ada rasa haus berlebih.

Intervensi
1) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2) Monitor status dehidrasi
3) Monitor TTV
4) Monitor intake dan output cairan dan hitung intake kalori perhari
5) Kolaborasi pemberian cairan IV

c. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d factor


biologis
Tujuan: Nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
1) Berat badan ideal sesuai tinggi badan
2) Mampu mengdentifikasi sesuai kebutuhan tinggi badan
3) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
4) Tidak terjadi penurunan berat badan yang signifikan

Intervensi
1) Kaji adanya alergi makanan
2) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
3) Kaji status nutrisi dan kebiasaan makanan
4) Yakinkan yang dimakan mengandung tinggi serat
5) Anjurkan pasien untuk mematuhi diit
6) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
7) Monitor kadar albumin, HB, hematokrit
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
Ny. S, jenis kelamin perempuan, usia 49 tahun, sudah menikah, agama
Kristen, suku bangsa Betawi, pendidikan SMP, bahasa yang digunakan
bahasa Indonesia, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat di Jl. Kesederhanaan
RT.08/05 Kel. Keagungan Kec. Taman Sari, Jakarta Barat. Sumber biaya
perusahaan JKN-BPJS, sumber imformasi klien dan keluarga. Klien masuk
ke Rumah Sakit PELNI Jakarta di ruang Melati pada tanggal 02 Oktober
2018 dengan nomor register 704915, diagnosa medis Hiperglikemia,
Diabetes Mellitus Tipe II.

2. Resume
Pasien datang ke IGD pada tanggal 30 September 2018 jam 22.27 WIB
keluhan tubuh lemas sudah 3 hari, luka di kaki kanan sejak 2 minggu yang
lalu, ada nyeri, ada mual, tidak ada muntah. Dilakukan TTV dengan TD:
92/49 mmHg, nadi: 118 x/menit, suhu: 38oC, RR: 21 x/menit. Dilakukan
tindakan kolaborasi: terpasangan infus NaCl 0,9% 20 tpm, drip AI 2
unit/jam 20 tpm, Inj Ranitidine 50 mg, dan Ketorolac 30 mg (IV), PCT 500
mg (PO), dilakukan pemeriksaan Lab: HB: 8,9 g/dl (N:12,0-16,0 g/dl),
leukosit: 23,70 (N:10^3/ul), Limfosit: 6% (N: 20-30), Neutrofil: 91% (N:
50-70), Hematokrit: 26.5% (N: 36-48), eritrosit: 3,73jt/ul (N: 4,4-4,5),
Ureum: 74 mg/dl, MCV: 70,8 fl (N: 82-92), MCH: 23,8 pg (N: 27-31), egfr:
48 ml/mnt/173m² (N: 60-90), Kalium; 3,2 mmol/L (N:3,4-4,5), Natrium:
129 mmol/L, Clorida (Cl): 95 mmol/L (N: 96-108).

Pada tanggal 01 Oktober 2018 jam 01.31 pasien dipindahkan ke ruang


Murai RS. Pelni menggunakan brankar dilakukan TTV: TD: 103/56 mmHg,
RR: 23x/ menit, N: 82x/ menit suhu: 36,3°C, Skala nyeri: 2, diperiksa GDS:
248 mg/dl.

12
13

Pada tanggal 02 Oktober 2018 jam 01.15 pasien pindah ke ruang Melati
menggunakan brankar, dilakukan pengkajian kembali keadaan umum
compos mentis G 4M6V5. Klien mengatakan nyeri pada kaki bagian kanan,
kesadaran umum baik, terpasang IVFD 2 cabang, cabang 1 NaCl 0,9% per
12 jam, cabang 2 NR: Drip via syringe pump 3 unit/jam. Pasien terdapat
luka tertutup perban elastis, tidak ada rembesan, TTV: TD: 100/53 mmHg,
RR: 21x/menit, Nadi 79x/menit suhu: 36,4°C, skala nyeri 2-3, SPO2 100%.
Resiko jatuh tinggi hasil gd jam 06:510mg/dl, 11: 506mg/dl, 16: 461mg/dl.

3. Riwayat Keperawatan
Pada riwayat keperawatan sekarang, keluhan utama Ny. S adalah pusing,
nyeri luka pada kaki kiri. Kronologis keluhan faktor pencetusnya Anemia
HB 8,7 g/dl, terdapat luka ganggren di kaki kiri. Timbulnya keluhan secara
bertahap. Upaya untuk mengatasinya adalah minum obat. Riwayat
kesehatan masa lalu, klien mempunyai penyakit diabetes mellitus. Klien
tidak ada riwayat kecelakaan. Klien ada riwayat pemakaian obat Metformin
dirumah.

Klien anak ke delapan dari delapan bersaudara. Klien tinggal serumah


dengan suaminya. yang merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Klien
memiliki satu anak perempuan yang telah menikah. Tidak ada penyakit
yang diderita oleh keluarga klien yang menjadi faktor resiko.

Keterangan:
14

: Laki-laki : Tinggal satu rumah


: Perempuan : Meninggal
: Garis Perkawinan : Pasien
: Garis Keturunan

Riwayat psikologi dan spiritual dimana orang yang terdekat dengan klien
adalah suami dan anaknya. Interaksi klien. Interaksi klien dalam keluarga
dengan menggunakan pola komunikasi secara baik, pembuatan keputusan
dengan klien suami. Kegiatan kemasyarakatan yang diikuti klien tidak ada,
namun klien mampu bersosialisasi dengan tetangga secara baik. Dampak
penyakit klien terhadap keluarga adalah keluarga menjadi cemas dengan
keadaan klien terutama suami. Masalah yang mempengaruhi klien saat ini,
klien menjadi cemas dengan keadaan sekarang, klien ingin cepat pulang,
mekanisme koping klien terhadap stress yaitu makan. Harapan klien setelah
menjalani perawatan klien ingin cepat sembuh dan dapat beraktivitas seperti
biasa. Perubahan yang dirasakan klien setelah jatuh sakit adalah klien
menjadi lemas dan tidak dapat beraktifitas seperti biasanya. Pada sistem
nilai dan kepercayaan, nilai yang bertentangan dengan kesehatan tidak ada.
Aktifitas agama/kepercayaan yang dilakukan oleh klien adalah ibadah dan
mengikuti kegiatan di gereja. Pada kondisi lingkungan rumah, masalah yang
mempengaruhi kesehatan klien saat ini adalah lingkungan klien padat
penduduk namun sehat.

Pola kebiasaan sehari hari klien sebelum sakit, klien makan 3x sehari, pagi
siang dan sore. Nafsu makan kurang, klien makan kurang dari satu porsi.
Klien tidak ada pantangan makanan. Klien tidak alergi terhadap makanan,
dan tidak ada makanan diet. Klien tidak menggunakan alat bantu NGT. Pola
eliminasi BAK, klien BAK sebanyak 3xsehari, berwarna kuning pekat,
keluhan saat BAK tidak ada, klien tidak menggunakan alat bantu kateter.
Pola eliminasi BAB, klien BAB 1xsehari tidak tentu waktunya, warna
kuning dengan konsistensi setengah padat, tidak ada keluhan saat BAB, dan
tidak ada penggunaan laxative. Pada pola personal hygiene, klien mandi dua
15

kali sehari pagi dan sore. Klien mencuci rambut dua kali seminggu. Pada
pola istirahat dan tidur, klien tidur siang tidak tentu dan tidur malam 5-8 jam
perhari.

Pada pola aktifitas dan latihan klien melakukan aktivitas pada pagi hari.
Klien tidak pernah berolahraga dan tidak ada keluhan dalam beraktifitas.
Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan klien seperti merokok, minuman
keras, NAPZA, tidak pernah klien lakukan.

4. Pengkajian Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan tanggal 03 Oktober 2018 didapatkan hasil
pemeriksaan fisik umum berat badan klien sebelum sakit 87kg dan berat
badan saat ini 85kg, tinggi badan klien 160cm, dilakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital dengan hasil TD: 100/53mmHg, N: 82x/menit, S: 36oC, R:
20x/menit. Keadaan umum klien sedang. Tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening.

Pada sistem penglihatan, sisi mata klien simetris, kelopak mata normal,
pergerakan bola mata normal, konjungtiva anemis, kornea normal, sklera
anikterik, pupil anisokor, tidak ada kelainan otot-otot mata. Fungsi
penglihatan kabur, tidak ada tanda-tanda radang, memakai kacamata, reaksi
terhadap cahaya positif.

Pada sistem pendengaran, daun telinga normal, tidak ada serumen, kondisi
telinga tengah normal, tidak ada cairan dari telinga, tidak ada perasaan
penuh di telinga, tidak ada tinitus, tidak ada otalgia, fungsi pendengaran
normal, tidak ada gangguan keseimbangan, tidak memakai alat bantu
pendengaran, sistem wicara normal.

Pada sistem pernafasan, jalan nafas bersih, sesak, tidak menggunakan alat
bantu pernafasan, frekuensi nafas 22x/menit, irama teratur, jenis pernafasan
spontan, batuk tidak ada, sputum tidak ada, tidak ada darah, palpasi dada
16

simetris, perkusi dada simetris, suara nafas vesikuler, tidak ada nyeri saat
bernafas.

Pada sistem kardiovaskuler, pada sirkulasi nadi 79x/menit, dengan irama


teratur, tekanan darah 100/53mmHg, tidak ada distensi vena jugularis kanan
maupun kiri, temperatur kulit hangat, warna kulit pucat, pengisian kapiler
<3 detik, kedua kaki edema. Pada sirkulasi jantung kecepatan denyut apikal,
irama teratur, tidak ada kelainan bunyi jantung, tidak ada nyeri dada saat
klien beraktifitas.

Pada sistem hematologi, tidak ada gangguan pada sistem hematologi, dan
tidak ada pendarahan.

Pada sistem syaraf pusat, klien tidak ada keluhan sakit kepala, tingkat
kesadaran klien compos mentis, dengan GCS E;4, M;6, V;5. Tidak ada
tanda-tanda peningkatan TIK, tidak terdapat gangguan sistem persyarafan.
Reflek fisiologis normal.

Pada sistem pencernaan, keadaan mulut ada caries gigi, tidak menggunakan
gigi palsu, tidak ada stomatitis, lidah tidak kotor, selera makan kurang,
saliva normal, mual ada, muntah tidak ada, tidak ada nyeri perut, bising usus
7x/menit, tidak ada diare, tidak konstipasi, BAB warna kuning, hepar tidak
teraba, abdomen lembek.

Pada sistem endokrin, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak
berbau keton, dan ada luka ganggren.

Pada sistem integumen turgor kulit tidak elastis, temperatur kulit hangat,
warna kulit pucat, keadaan kulit lesi, tidak ada kelainan kulit, kondisi kulit
daerah pemasangan infus baik, tidak ada plebitis, keadaan rambut baik dan
bersih.
17

Pada sistem muskuloskeletal, klien tidak ada keluhan dalam pergerakan,


tidak ada sakit pada tulang, sendi, otot, tidak ada kelainan struktur tulang
belakang, keadaan tonus otot baik.
5555 5555
5555 5555

Pemahaman klien tentang penyakitnya, klien belum terlalu mengetahui


tentang penyakitnya. Tidak ada anggota keluarga klien yang mempunyai
penyakit yang sama dengan klien.

5. Data Penunjang
Pada tanggal 30 September 2018
Hemoglobin: 8,7 g/dl (N: 12,0-16,0 g/dl), leukosit: 23,70 10^3/ul (N: 5,5-
18,0) Limfosit: 6% (N: 20-30), Neutrofil: 91% (N: 50-70), Hematokrit:
26.5% (N: 36-48), eritrosit: 3,73 jt/ul (N: 4,4-4,5), MCV: 70,8 fl (N: 82-92),
MCH: 23,8 pg (N: 27-31), egfr: 48 ml/mnt/173m² (N: 60-90), Kalium; 3,2
mmol/L (N:3,4-4,5), Natrium: 129 mmol/L,(N:134-146), Clorida (Cl): 95
mmol/L (N: 96-108).

Pada tanggal 02 Oktober 2018


Dilakukan pemeriksaan GDS: 237mg/dl, Foto thorax: thakhea ditengah:
kardiomegali Bronchopneumonia, foto pedis kiri: cenderung selulitis pedis
kiri. EKG: LA dan LV baik EF 71%, katup-katup dalam batas normal,
kontraktilitis RV baik TAPSE 23 mm, difungsi diastolik grl dengan LVH.
Pemeriksaan USG: Doppler tungkai kiri sistem arteri dan vena: PAD level
A femoralis communis – supeficialis dan A poplitea kiri. Tidak tampak
DVT tungkai kiri yang tervisualisasi limfadenopati ingunal kiri.

6. Penatalaksanaan
a. Terapi oral
1) Ramipril 5mg
2) Amlodipine 10mg
18

3) KSR 600mg FC SR
4) NaCl 500mg CAPS

b. Terapi injeksi intravena (IV)


1) Ranitidine 25 mg/ml
2) Plasbumin 25% infus 100ml
3) Ondansentron 4 mg/2ml
4) Metronidazole 5 mg/ml
5) Furosemide 10 mg
6) Ceftriaxone 1000 mg
7) Heparinol 10mg
8) R/ NaCl 0,9% 500cc + KCL 12,5 meq no.III

c. Terapi Nebulizer
1) Bisolvon 10mg
2) Combivent 2,5ml

d. Terapi Oksigen
1) Menggunakan nasal kanul O2 3 liter/menit]

7. Diet
Tim DM Diet Jantung 3 LPC 1400 Kalori Diet Hati 3 Rendah Protein 45+
Makan Cair 2x150 ml @ Makan Cair DM 150 ml + oatmeal 2 sdm

8. Data Fokus
a. Data Subjektif
Klien mengatakan : Lemas, sering buang air kecil terutam pada malam
hari, cepat lelah, kadang terasa mual, muntah tidak ada, nyeri pada kaki
bagian kiri, anggota gerak sebelah kiri klien kebas/mati rasa, kepala
pusing, cepat mengantuk, sering haus. Klien terlihat sering bertanya
kepada perawat tentang penyakitnya, klien mengeluh cepat merasa lapar
b. Data Objektif
19

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, klien tampak lemah,


konjungtiva anemis, wajah tampak pucat, mukosa bibir kering,
pengisian kapiler <3 detik, turgor kulit tidak elastis, urine berwarna
kuning jernih, makan habis ½ porsi, tanda-tanda vital TD = 100/60
mmHg P = 20 x/menit N = 82 x/menit S = 36,8 ºC. Keluarga klien
bingung dan sering menanyakan tentang penyakitnya. Terpasang infus
NaCl 0,9% 14 tetes/menit/kolf, intake = 2400 ml output = 2500 ml

9. Analisa data
No. Data Masalah Etiologi
1. DS : klien mengatakan Kekurangan Kehilangan
banyak buang air kecil, volume cairan cairan aktif
lemas, cepat lelah, dan
mengantuk.

DO : Klien terlihat cepat


lelah, kesadaran compos
mentis, turgor kulit tidak
elastis, pengisian kapiler
<3detik, mukosa bibir
kering, konjungtiva
anemis, TTV: TD 100/53
mmHg, N: 79 x/menit,
RR: 22 x/menit, suhu:
36,3 °C. Intake = 2400 ml
output = 2500 ml
2. DS : Klien mengatakan Nyeri Iskemik jaringan
nyeri pada kaki bagian kiri

DO :
P: Bertambah saat bergerak
Q: Seperti di tusuk
20

R: Pedis sinistra
S: 2-3
T: Hilang timbul
3. DS : klien mengatakan Resiko Kurang
belum terlalu mengetahui hiperglikemia pengetahuan
tentang penyakit yang di tentang
derita penatalaksaan
diabetes mellitus
DO : klien tampak
bingung saat di tanya
tentang penyakitnya

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
2. Nyeri berhubungan dengan iskemik jaringan
3. Resiko hiperglikemia berhubungan dengan penatalaksaan diabetes mellitus

C. Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi Keperawatan


1. Diagnosa keperawatan: kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan aktif
Data Subyektif : Klien mengatakan lemas, banyak buang air kecil, cepat
lelah
Data Obyektif : Klien terlihat cepat lelah, kesadaran compos mentis, turgor
kulit tidak elastis, pengisian kapiler < 3detik, mukosa bibir kering,
konjungtiva anemis, TTV: TD 100/53 mmHg, N: 79 x/menit, RR: 22
x/menit, suhu: 36,3 °C. Intake = 2400 ml output = 2500 ml
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam
kekurangan volume cairan teratasi dalam masa perawatan.
Kriteria hasil: asupan cairan yang adekuat, turgoe kulit elastis, pengisian
kapiler baik, kadar elektrorit dalam batas normal.
Rencana tindakan :
21

a. Pantau tanda-tanda vital setiap 6jam (06.00, 11.00, 16.00)


b. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
c. Pantau masukan dan pengeluaran asupan cairan
d. Ukur BB setiap hari
e. Lakukan pemeriksaan gula darah

Pelaksanaan
Tanggal 03 Oktober 2018
Pukul 09.30 mengobservasi pada klien, klien mengatakan banyak buang air
kecil, perut kadang terasa mual, muntah tidak ada, nyeri pada kaki bagian
kiri pedis, lemas, kepala pusing,cepat lelah, cepat mengantuk. Pukul 11.00
mengukur tanda-tanda vital TD : 100/53 mmHg, S: 38,0 ºC, P: 22 x/menit,
N: 79 x/menit. menit, saturasi O2 98%. Pukul 11.20 memberikan kertas
UMU dan menjelaskan pada klien untuk menuliskan jumlah urine dan
jumlah minum dalam 24 jam. Pukul 12.00 memberi makan siang: makan
habis ½ porsi. Pukul 12.15 memberikan obat inhalasi bisolvon 10mg,
combivent 2,5ml. Pukul 15.00 mengukur tanda-tanda vital TD: 100/60
mmHg, S: 37,2ºC, RR: 22x/menit, N: 83x/menit. Pukul 16.00 memberikan
obat ranitidine 25mg/ml, Ondansentron 4mg/ml, metronidazole 5mg/ml,
ceftrianone 1000mg. Pukul 17.00 mengobservasi klien: klien mengatakan
banyak uang air kecil dan masih lemas badannya. Pukul 17. 20 mengukur
intake output. Pukul 20.30 mengukur tanda-tanda vital TD: 100/70 mmHg,
S:36,5ºC, RR:22x/menit, N: 85x/menit.

Pada tanggal 04 Oktober 2018


Pukul 06.00 memberikan obat ranitidine 25mg, ondansentrom 4mg/2ml,
metronidazole 5mg/ml, furosemid 10 mg, ceftriaxone 1000 mg. Pukul 06.30
memberikan makan pagi klien makan habi ½ porsi. Pukul 09.00 mengganti
verban hasil: Luka tidak ada rembesan. Pukul 11.00 mengukur tanda-tanda
vital TD: 143/63 mmHg, S: 36,5ºC, P: 21x/menit, N: 82x/menit, saturasi
99%, akral hangat, kesadaran umum compos mentis. Pukul 12.00
memberikan obat KSR 600mg. Pukul 12.10 melakukan pengambilan GDS
22

kurve dengan hasil 198 mg/dl. Pukul 13.30 mengobservasi klien: turgor
kulit tidak elastis, mukosa bibir kering, pengisian kapiler 2-3 detik, mual.

Evaluasi
S : Klien mengatakan masih sering buang air kecil, terasa haus
O : Turgor kulit tidak elastis, mukosa bibir kering, pengisian kapiler
< 3 detik, klien masih mual.
A : Tujuan belum tercapai
P : Intervensi di lanjutkan

2. Nyeri berhubungan dengan iskemik jaringan


Data Subyektif : Klien mengatakan nyeri pada kaki kiri
Data Obyektif : Klien tampak meringis, skala nyeri 2-3
Tujuan : Setelah dilakukaan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri
berkurang
Kriteria hasil: Mengontrol nyeri melaporkan bahwa nyeri berkurang,
mampu mengenali nyeri, menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
mengkaji karakteristik nyeri, mempertahankan immobilisasi.
Rencana tindakan :
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi frekuensi kualitas dan ontropresipitas.
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c. Gunakan teknik komunikasi teraupetik untuk mengetahui pengalaman
nyeri klien sebelumnya.
d. Kontrol ontro lingkungan yang mempengaruhi
e. Kurangi ontro presipitasi nyeri
f. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
g. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengatasi nyeri
h. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
i. Evalusi tindakan pengurangan nyeri/ kontrol nyeri.
j. Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain tentang pemberian
analgetik tidak berhasil
23

k. Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri.

Pelaksanaan
Pada tanggal 04 Oktober 2018
Pukul 06.00 memberikan obat ranitidine 25mg, ondansentrom
4mg/2ml,metronidazole 5mg/ml, furosemid 10mg, ceftriaxone 1000mg.
Pukul 06.30 memberikan makan pagi klien makan habi ½ porsi. Pukul
09.00 mengganti verban hasil: luka tidak ada rembesan. Pukul 11.00
mengukur tanda-tanda vital TD: 143/63 mmHg, S: 36,5ºC, P:21x/menit, N:
82x/menit, saturasi 99%, akral hangat, kesadaran umum compos mentis.
Pukul 12.00 memberikan obat KSR 600mg. Pukul 12.10 melakukan
pengambilan GDS daag kurve dengan hasil 198mg/dl. Pukul 13.00
menghitung balance cairan, Pukul 13.30 mengobservasi klien: turgor kulit
tidak elastis, mukosa bibir kering, pengisian kapiler 2-3 detik, mual. Pukul
18.00 mengukur tanda-tanda vital TD: 152/72 mmHg, S:36,0ºC, N:
80x/menit, P: 21x/menit. Memberikan obat memberikan obat
metronidazole 5mg/ml infus 100ml, KSR 600mg FC SR (PO), ceftriaxone
100mg. Pukul 18.15 mengecek GDS dengan hasil 272. Pukul 18. 20
memberikan insulin unit melalui SC NR 15u. Pukul 20.00 menghitung
balance cairan.

Evaluasi
S : Klien mengatakan nyeri berkurang
O : Klien terlihat tidak meringis menahan nyeri, skala nyeri 0-1
A : Tujuan tercapai
P : Intervensi dihentikan

3. Resiko hiperglikemia berhubungan dengan kurangnya pengetahuan


tentang penatalaksaan diabetes melltitus.
Data Subyektif : Klien mengatakan belum terlalu memahi tentang
penyakitnya
24

Data Obyektif : Keadaan umum baik, klien tampak bingung saat ditanya
tentang penyakitnya
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam klien
mengetahui tentang penyakit mencegah terjadinya komplikasi
Kriteria hasil: Klien mengetahui tentang cara penanganan saat terjadi
hiperglikemia/hipoglikemia
Rencana tindakan:
a. Kaji tingkat pengetahuan klien
b. Berikaan penjelasan tentang perawatan hiperglikemia dan hipoglikemia
c. Memberikan penyuluhan tentang penanganan saat terjadinya
hipoglikemia dan hiperglikemia.

Pelaksanaan
Pada tanggal 05 oktober 2018
Pukul 05.10 mengukur tanda-tanda vital TD: 130/60 mmHg, S: 36,5ºC,
P:21x/menit, N: 82x/menit, saturasi 99%, akral hangat, kesadaran umum
compos mentis. Pukul 05.30: memandikan pasien: klien merasa nyaman.
Pukul 05. 45 memberikan posisi semi fowler, Pukul 06.00 memberikan obat
metronidazole 5mg/ml infus100ml, ranitidine 25mg, ondansetron 4mg/2ml,
KSR 600mg, furosemid 10mg, ceftriaxone 1000mg. Pukul 06. 15 mengecek
GDS hasil: 191. Pukul 06. 20 memberikan insulin unit melalui SC. Pukul
06,30 mengobservasi klien kesadaran composmentis, kesadaran umum
baik. Pukul 11.00 mengukur tanda-tanda vital TD: 108/75 mmHg, S:
36,5ºC, P:21x/menit, N: 85x/menit, saturasi 99%, akral hangat, kesadaran
umum baik, kesadaran compos mentis. Pukul 12.00 memberikan makan
siang makan habis 1 porsi. Pukul 12.30 memberikan obat KSR 600mg MG
FC (PO).

Evaluasi
S : Klien mengatakan sudah mengetahui cara penanganan terjadinya
hipoglikemia saat di rumah
25

O : Klien sudah mengerti cara penanganan hiperglikemia


A : Tujuan tercapai
P : Intervensi dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori dan kasus
yang penulis dapatkan dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien Ny. S
dengan Diabetes Mellitus Tipe II di Ruang Melati Rumah Sakit Pelni Jakarta
selama 3 x 24 jam dari tanggal 03 Oktober sampai dengan 05 Oktober 2018 melalui
asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan
Pada tahap pengkajian, etiologi penyakit diabetes mellitus tipe II tidak terdapat
kesenjangan yaitu kerusakan sekresi insulin, produksi glukosa yang tidak tepat
di dalam hati, penurunan sensifitas reseptor insulin perifer, faktor genetic
merupakan hal signifikan dan awitan diabetes dipercepat oleh obesitas, gaya
hidup, sering duduk, dan stress merupakan faktor utama. Manifestasi klinis
diabetes mellitus tipe II tidak terdapat kesenjangan yaitu poliuri, penurunan BB,
pandangan kabur berulang, rasa lelah & kelemahan otot, pandangan kabur
berulang, polidipsi (Peningkatan rasa haus), rasa lelah & kelemahan otot,
pruritis, Infeksi kulit, vaginitis, polipagi (Peningkatan rasa lapar), keton,
peningkatan angka infeksi, lemah, Letih & Pusing. Penatalaksanaan medis tidak
terdapat kesenjangan yaitu terapi diet, latihan fisik, pemantauan kadar glukosa,
terapi otot, pendidikan

Pada tahap ini penulis tidak menemukan faktor penghambat karena adanya
kerjasama dari klien dan keluarga, serta kolaborasi dengan tim kesehatan.

B. Diagnosa Keperawatan
Terdapat tiga diagnosa dalam kasus yaitu kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, nyeri berhubungan dengan
iskemik jaringan, resiko hipoglikemia/hiperglikemia berhubungan dengan

26
27

penatalaksaan diabetes mellitus. Tiga diagnosa keperawatan yang terdapat pada


teori yaitu nyeri akut b.d agen injuri biologis, kekurangan volume cairan b.d
kegagalan mekanisme regulasi, dan resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan b.d factor biologis.

Dalam merumuskan dan mengambil diagnosa penulis mendapatkan faktor


penghambat yaitu karena dalam menyusun dan menentukan diagnosa perlu
analisa yang tinggi dan pengalaman yang lebih karena penulis masih pemula
dan masih belajar, sedangkan faktor pendukung yang penulis dapat adalah data-
data mengenai tanda-gejala yang ada sudah sesuai dengan keluhan pasien dan
tepat untuk menegakkan diagnosa tersebut, dan penulis sudah menulis dan
menentukkan diagnosa sesuai referensi dan mengikuti bimbingan dengan
pembimbing. Solusinya adalah perawat dapat lebih banyak belajar dan
menambah pengalaman lagi agar dapat menentukan diagnosa, serta membina
hubungan saling percaya agar pasien dapat trust dengan perawat.

C. Perencanaan Keperawatan
Pada tahap perencanaan ini, penulis membuat perencanaan dan telah
dimodifikasi sesuai kebutuhan klien. Penulis memprioritaskan diagnosa
keperawatan yaitu kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif. Tujuan yaitu kekurangan volume cairan teratasi dalam masa
perawatan. Kriteria hasil asupan cairan yang adekuat, turgor kulit elastis,
pengisian kapiler baik, kadar elektrorit dalam batas normal. Perencanaan yaitu
pantau tanda-tanda vital setiap 6jam (06.00, 11.00, 16.00), kaji nadi perifer,
pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa, pantau masukan dan
pengeluaran asupan cairan, ukur BB setiap hari, lakukan pemeriksaan gula
darah.

Diagnosa kedua adalah nyeri berhubungan dengan iskemik jaringan. Tujuannya


nyeri berkurang. Kriteria hasil mengontrol nyeri melaporkan bahwa nyeri
berkurang, mampu mengenali nyeri, menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang mengkaji karakteristik nyeri, mempertahankan immobilisasi.
28

Perencanaan yaitu lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk


lokasi, karakteristik, durasi frekuensi kualitas dan ontropresipitas, observasi
reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan, gunakan teknik komunikasi teraupetik
untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya, kontrol lingkungan
yang mempengaruhi, kurangi ontro presipitasi nyeri, pilih dan lakukan
penanganan nyeri, ajarkan teknik non farmakologis untuk mengatasi nyeri,
berikan analgetik untuk mengurangi nyeri, evalusi tindakan pengurangan nyeri/
kontrol nyeri, kolaborasi dengan dokter bila ada komplain tentang pemberian
analgetik tidak berhasil, monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri.

Diagnosa ketiga adalah resiko hiperglikemia berhubungan dengan kurangnya


pengetahuan tentang penatalaksaan diabetes melltitus. Kriteria hasil klien
mengetahui tentang penyakit mencegah terjadinya komplikasi. Perencanaan
kaji tingkat pengetahuan klien, berikaan penjelasan tentang perawatan
hiperglikemia dan hipoglikemia, memberikan penyuluhan tentang penanganan
saat terjadinya hipoglikemia dan hiperglikemia.

Faktor pendukung yang penulis dapat adalah penulis sudah menulis dan
menyusun perencanaaan sesuai teori dari referensi yang ada sehingga
memudahkan penulis dalam menyusun perencanaan dalam kasus. Tidak ada
faktor penghambat dalam perencanaan.

D. Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap pelaksanaan diagnosa pertama yaitu kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, perencanaan sudah sesuai dengan
teori dan kasus serta telah terlaksana semua. Pada tahap pelaksanaan diagnosa
kedua nyeri berhubungan dengan iskemik jaringan, perencanaan sudah
terlaksana semua. Pada tahap pelaksanaan diagnosa ketiga yaitu resiko
hipoglikemia/ hiperglikemia berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang penatalaksaan diabetes melltitus, perencanaan sudah terlaksana semua.
29

Faktor pendukung dalam pelaksanaan yaitu pasien kooperatif saat penulis


melakukan implementasi dan pasien mau mengikuti instruksi yang diberikan.
Faktor penghambat yaitu penulis tidak bisa melakukan implementasi selama 24
jam sehingga dalam penulisan implementasi penulis harus melihat data dari
rekam medis pasien yang telah dilaksanakan oleh perawat ruangan di komputer.

E. Evaluasi Keperawatan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien antara teori dan
kasus, penulis menggunakan metode SOAP dalam mengevaluasi dari proses
keperawatan dan hasil respon pasien terhadap tindakan pelakanaan keperawatan
selama 3x24 jam. Untuk diagnosa keperawatan kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif tujuan belum tercapai ditandai
dengan klien mengatakan masih sering buang air kecil, terasa haus, turgor kulit
tidak elastis, mukosa bibir kering, pengisian kapiler 2-3 detik, klien masih mual.

Untuk diagnosa keperawatan nyeri berhubungan dengan iskemik jaringan


tujuan tercapai. Ditandai dengan klien mengatakan nyeri berkurang dan klien
terlihat tidak meringgis menahan sakit nyeri

Untuk diagnosa resiko hipoglikemia/hiperglikemia berhubungan dengan


kurangnya pengetahuan tentang penatalaksaan diabetes melltitus tujuan
tercapai. Ditandai dengan klien mengatakan sudah mengetahui cara penanganan
terjadinya hipoglikemia saat di rumah dan klien sudah mengerti cara
penanganan hiperglikemia

Pada tahap ini penulis tidak menemukan faktor penghambat karena adanya
kerjasama dari klien dan keluarga serta kolaborasi dengan tim kesehatan.
BAB V
PENUTUP

Setelah penulis melaksanakan menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien Ny. S


dengan Diabetes Mellitus Tipe II di Ruang Melati Rumah Sakit Pelni Jakarta
selama 3 x 24 jam dari tanggal 03 Oktober sampai dengan 05 Oktober 2018,
sehingga penulis dapat menarik kesimpulan dan saran.
A. Kesimpulan
Pada tahap pengkajian, etiologi penyakit diabetes mellitus yaitu kerusakan
sekresi insulin, produksi glukosa yang tidak tepat di daam hati, penurunan
sensifitas reseptor insulin perifer, faktor genetic merupakan hal signifikan dan
awitan diabetes dipercepat oeh obesitas, gaya hidup, sering duduk, dan stress
merupakan faktor utama. Manifestasi klinis diabetes mellitus tipe II yaitu
poliuri, penurunan BB, pandangan kabur berulang, rasa lelah & kelemahan otot,
pandangan kabur berulang, polidipsi (Peningkatan rasa haus), rasa lelah &
kelemahan otot, pruritis, Infeksi kulit, vaginitis, polipagi (Peningkatan rasa
lapar), keton, peningkatan angka infeksi, lemah, Letih & Pusing.
Penatalaksanaan medis yaitu terapi diet, latihan fisik, pemantauan kadar
glukosa, terapi otot, pendidikan

Diagnosa keperawatan dalam kasus yaitu kekurangan volume cairan


berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, nyeri berhubungan dengan
iskemik jaringan, resiko hipoglikemia/hiperglikemia berhubungan dengan
penatalaksaan diabetes mellitus.

Penulis memprioritaskan diagnosa keperawatan yaitu kekurangan volume


cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Tujuan yaitu kekurangan
volume cairan teratasi dalam masa perawatan. Kriteria hasil asupan cairan yang
adekuat, turgor kulit elastis, pengisian kapiler baik, kadar elektrorit dalam batas
normal. Perencanaan yaitu pantau tanda-tanda vital setiap 6jam (06.00, 11.00,
16.00), kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan

30
31

membran mukosa, pantau masukan dan pengeluaran asupan cairan, ukur BB


setiap hari, berikan infus dextra 10% 14tpm, lakukan pemeriksaan gula darah.

Pada tahap pelaksanaan diagnosa pertama yaitu kekurangan volume cairan


berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, perencanaan sudah sesuai dengan
teori dan kasus serta telah terlaksana semua. Pada tahap pelaksanaan diagnosa
kedua nyeri berhubungan dengan iskemik jaringan, perencanaan sudah
terlaksana semua. Pada tahap pelaksanaan diagnosa ketiga yaitu resiko
hipoglikemia/ hiperglikemia berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang penatalaksaan diabetes melltitus, perencanaan sudah terlaksana semua.

Evaluasi dari proses keperawatan dan hasil respon pasien terhadap tindakan
pelakanaan keperawatan selama 3x24 jam. Untuk diagnosa keperawatan
kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif tujuan
belum tercapai. Untuk diagnosa keperawatan nyeri berhubungan dengan
iskemik jaringan tujuan tercapai. Untuk diagnosa resiko
hipoglikemia/hiperglikemia berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang penatalaksaan diabetes melltitus tujuan tercapai.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis memberikan saran :
1. Untuk penulis agar lebih teliti lagi dalam melakukan asuhan keperawatan
khususnya pada klien dengan Diabetes Mellitus tipe II terutama dalam
pengumpulan data.
2. Diharapkan penulis dan perawat ruangan memberikan penyuluhan pada
klien dengan menganjurkan klien untuk menghindari penyebab dari
Diabetes Mellitus tipe II
3. Penulis dan perawat dapat lebih meningkatkan kerjasama yang baik dalam
melaksanakan tindakan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Black & Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis untuk
hasil yang diharapkan. Dialih bahasakan oleh Nampira R. Jakarta : Salemba

Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC

LeMone & Bouldoff. 2016. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Nanda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &


Nanda Jilid 1. Bandung : Mediaction

Smeltzer, S. C. 2014. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
ed 8 vol 1 & 2. Jakarta : EGC

32

Anda mungkin juga menyukai