Anda di halaman 1dari 69

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

Y DENGAN
DIABETES MELLITUS DI RUANGAN MAWAR
RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU

Di SUSUN OLEH :

KELOMPOK IV

AINA MARDIAH
ANNISA NUR AZMI
BAMBANG IRAWAN
HANIFA

Pembimbing
Ns. Nurlinasari, S.Kep (Preseptor Klinik)
Ns. Nila Kusumawati, S. Kep, M.P.H., CDWCN (Preseptor
Akademik)

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
RIAU
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan

baik jasmani dan rohani sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat

pada waktunya. Makalah ini kami susun untuk asuhan keperawatan tahun ajaran

2021/2022. Makalah ini dibuat untuk menjelaskan asuhan keperawatan pada

Tn. Y dengan Diabetes Mellitus di Ruangan Mawar RSUD Arifin Achmad

Pekanbaru.

Banyak bantuan yang penulis terima dalam melakukan penyusunan

makalah ini, baik bantuan moril maupun materil. Untuk itu ucapan terima kasih

yang tak terhingga penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Dr. Zulkifli Malik Sp.PA selaku direktur RSUD Arifin Achmad.

2. Ibu Ns. Yenny Safitri. M. Kep selaku Ketua Program Studi Profesi Ners

Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.

3. Ibu Ns. Riani, M.Kep selaku Koordinator Profesi KGD.

4. Ibu Ns. Nila Kusumawati, S. Kep, M.P.H., CDWCN selaku pembimbing

akademik.

5. Ibu Ns. Nurlinasari, S. Kep selaku pembimbing ruangan mawar selaku

kepala ruangan mawar.

6. Seluruh Perawat dan Staf ruangan mawar.

7. Teman-teman seperjuangan program profesi ners kelompok 1.A 2022-2023.


ii
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar....................................................................................................i

Daftar Isi...............................................................................................................ii

Daftar Tabel.........................................................................................................iv

Daftar Gambar....................................................................................................v

Daftar Skema.......................................................................................................vi

BAB I Pendahuluan......................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................5

C. Tujuan...........................................................................................5

D. Manfaat.........................................................................................6

BAB II Tinjauan Pustaka..............................................................................7

A. Konsep Dasar Medis Diabetes Mellitus.....................................7

B. Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus......................24

BAB III Tinjauan Kasus..................................................................................43

A. Pengkajian....................................................................................43

B. Analisa Data.................................................................................48

C. Diagnosa Keperawatan...............................................................49

D. Intervensi......................................................................................50
iii

E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.................................53

BAB IV Pembahasan.......................................................................................57

BAB V Penutup...............................................................................................61

A. Kesimpulan...................................................................................61

B. Saran.............................................................................................62

Daftar Pustaka.....................................................................................................63
iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Konsep Intervensi Keperawatan ................................................. 31


Tabel 3.1 Analisa Data................................................................................ 48
Tabel 3.2 Intervensi Keperawatan .............................................................. 50
Tabel 3.3 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ................................... 53
vi

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 WOC.................................................................................................23


Perbaiki

margin kanan

kiri atas bawah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman menyebabkan perubahan

pada pola hidup masyarakat seperti kebiasaan konsumsi

fast food, paparan zat kimia dan kurangnya aktivitas

fisik yang menyebabkan timbulnya berbagai penyakit

salah satunya diabetes melitus. Diabetes Mellitus

adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang yang disebabkan oleh karena adanya

peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat

kekurangan insulin baik absolut maupun relatif .

Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang menjadi

masalah pada kesehatan masyarakat. Oleh karena itu

Diabetes Mellitus tercantum dalam urutan keempat

prioritas penelitian nasional untuk penyakit degeneratif

setelah penyakit kardiovaskuler, serebrovaskuler,

rheumatik dan katarak (Kemenkes RI, 2020).


Diabetes Melitus adalah penyakit gangguan

metabolik yang disebabkan oleh gagalnya organ

pankreas dalam memproduksi hormon insulin secara

memadai. Penyakit ini bisa dikatakan sebagai penyakit

kronis karena dapat terjadi secara menahun.

Berdasarkan penyebabnya diabetes melitus di

golongkan menjadi tiga jenis, diantaranya diabetes

melitus tipe 1, tipe 2 dan diabetes melitus gestasional.

Diabetes melitus tipe 1 disebabkan karena reaksi

autoimun yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh

menyerang sel beta pada pankreas sehingga tidak bisa

memproduksi insulin sama sekali. Sedangkan diabetes

melitus tipe 2 terjadi karena akibat adanya resistensi

insulin yang mana sel-sel dalam tubuh tidak mampu

merespon sepenuhnya insulin. Diabetes gestasional

disebabkan karena naiknya berbagai kadar hormon saat

hamil yang bisa menghambat kerja insulin Maka dari

itu, untuk mengetahui bahwa seseorang mengidap

penyakit diabetes melitus dapat ditegakkan melalui

pemeriksan klinis berupa pemeriksaan kadar gula

darah (International Diabetes Federation, 2019).

Menurut WHO (World Health Organization)

bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes

diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan


dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun

2025 jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta

orang. Diabetes mellitus tipe II merupakan tipe diabetes

yang lebih umum, lebih banyak penderitanya

dibandingkan Diabetes Mellitus tipe I. Penderita

diabetes mellitus tipe II mencapai 90-95 % dari

keseluruhan populasi penderita DM (Suyono, 2019).

Menurut RISKESDAS (2018) menyebutkan bahwa

jumlah prevelensi kasus diabetes melitus di Indonesia

menurut diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15

tahun sebesar 2%. Angka tersebut menunjukan

peningkatan jika dibandingkan pada tahun 2013 dengan

prevelensi 1.5% . Selain itu, jumlah kasus tertinggi

terjadi di provinsi Jakarta ( 3,4 %) dan terendah

dimiliki oleh provinsi Nusa Tenggara Timur (0,9%).

Keadaan kadar gula darah yang meningkat pada

pasien diabetes melitus akan berdampak pada tingginya

resiko ulkus kaki yang sulit disembuhkan. Hal ini

dikarenakan kemampuan pembuluh darah dalam

berkontraksi maupun relaksasi sehingga mengakibatkan

gangguan perfusi jaringan pada bagian distal. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni

(2016) bahwa adanya hubungan kadar gula darah

dengan derajat ulkus diabetik. Hasil penelitian tersebut


memperoleh 10,0% derajat 1 ulkus kaki diabetik

dengan kadar gula darah <200 mg/dl; 40,0% derajat 2

ulkus kaki dengan kadar glukosa darah ≥200 mg/dl;

50,0% derajat 3 ulkus kaki diabetik dengan kadar

glukosa darah ≥200 mg/dl. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa, apabila kadar gula darah dalam kategori buruk

menyebabkan penderita diabetes melitus sangat rentan

terkena ulkus diabetikum yang mengakibatkan

gangguan integritas kulit/ jaringan pada bagian

ekstremitas bawah. Jika hal tersebut tidak segera

ditangani maka ulkus pada kaki semakin sulit

disembuhkan sehingga sangat beresiko mengalami

amputasi. Menurut Supriyadi (2017) sekitar 85% pasien

diabetes melitus yang memiliki ulkus diabetikum

khususnya pada ekstremitas bawah akan mengalami

resiko tinggi terhadap amputasi. Maka dari itu,

pentingnya untuk selalu mengontrol kadar gula darah

sehingga dapat mengurangi resiko komplikasi dari

kasus diabetes melitus.

Berbagai upaya yang telah dilakukan

pemerintah untuk menekan kasus diabetes melitus di

Indonesia, salah satunya dengan cara mengedukasi.

Namun, menurut pusat data dan informasi kementerian

kesehatan RI tingkat ketidakpatuhan penderita diabetes


melitus masih memiliki angka yang cukup tinggi untuk

tahun 2018. Hal ini dibuktikan pada data prevelensi

konsumsi makanan dan minuman manis, yang mana

47,8 % responden mengonsumsi makanan manis 1-6

kali/minggu dan hanya 12% responden mengonsumi

nya < 35 kali perbulan. Selain itu, prevelensi aktivitas

fisik di Indonesia pada tahun 2018 yaitu 66,5 % yang

mana mengalami penurunan dibandingkan pada tahun

2013 dengan jumlah 73,9% (Kemenkes RI, 2020).

Penatalaksanaan yang bisa dilakukan untuk

kasus diabetes melitus dengan mentaati 4 pilar, yang

diantaranya mengatur pola makan, melakukan aktivitas

fisik, terapi farmakologi dan edukasi. Pengaturan pola

makan dapat dilakukan dengan prinsip 3J ( jenis,

jumlah, jadwal). Hal ini dilakukan untuk mengurangi

makanan atau minuman manis yang dapat berkontribusi

terhadap tingginya kadar gula darah. Tidak hanya

mengatur asupan nutrisi, melakukan aktivitas fisik juga

dapat mengontrol kadar gula dan berat badan. Aktivitas

fisik dapat dilakukan dengan durasi 30 menit/hari.

Penderita DM sangat diwajibkan untuk melakukan

terapi insulin secara teratur untuk mencegah tingginya

kadar gula darah yang berujung komplikasi. Selain itu,

pentingnya edukasi juga dapat membantu


mengendalikan kasus diabetes melitus di Indonesia.

Selain mentaati empat pilar penatalaksanaan diabetes

melitus, pasien DM juga diwajibkan melakukan kontrol

kadar gula darah secara teratur. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui status kadar gula darah pada pasien DM

berada pada kategori normal, sedang atau buruk

sehingga membantu memutuskan pencegahan atau

penatalaksanaan yang sesuai dengan status kadar gula

darah dalam tubuhnya. (Kemenkes RI, 2020).

Masalah keperawatan yang mungkin timbul

pada pasien dengan Diabetes Mellitus meliputi : Nyeri

akut, ansietas, risiko infeksi, gangguan citra tubuh,

hambatan mobilitas fisik, keletihan, hiperglikemia,

penurunan curah jantung, ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh dan kerusakan integritas

kulit. Dari beberapa masalah yang muncul dapat

dilakukan intervensi berdasarkan Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia (SIKI), seperti kaji nyeri

pasien, monitoring tanda-tanda vital, identifikasi

kesiapan menerima informasi, instruksikan pasien

untuk menggunakan teknik relaksasi dan jelaskan

tentang proses penyakit. Dalam mengatasi berbagai

permasalahan yang timbul pada pasien Diabetes

Mellitus peran perawat sangat penting, diantaranya


sebagai pelaksana, pendidik, pengelola, peneliti dan

advocate. Sebagai pelaksana, perawat berperan dalam

memberikan asuhan keperawatan secara profesional

dan komprehensif yang meliputi : mengurangi nyeri

yang diderita pasien, meningkatkan pengetahuan, dan

meningkatkan motivasi pasien. Sebagai pendidik,

perawat memberikan pendidikan kesehatan, khususnya

tentang informasi penyakit yang di derita. Perawat

sebagai pengelola, yaitu perawat harus membuat

perencanaan asuhan keperawatan dan bekerja sama

dengan tenaga kesehatan yang lainnya sehingga

program pengobatan dan perawatan dapat berjalan

dengan baik. Peran perawat sebagai peneliti adalah

menerapkan hasil penelitian di bidang

keperawatan untuk meningkatkan mutu asuhan

keperawatan. Peran perawat sebagai advokat adalah

membela hak pasien selama perawatan, seperti hak

pasien untuk mengetahui rasional penatalaksanaan

medis, pemeriksaan penunjang, dan sebagainya (Lina,

2011).

Berdasarkan uraian diatas, pentingnya

memahami macam-macam kategori kadar gula darah

pada penderita DM???. Juga tidak jelas mengapa kalian

meneliti DM di RSUD. Data DM di RSUD nya


mana?.Kenapa dengan Tn. Y? A Maka dari itu,

kelompok tertarik untuk mengangkat masalah dengan

judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. Y dengan

Diabetes Mellitus di Ruangan Mawar RSUD Arifin

Achmad Pekanbaru”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pasien?????

Diabetes Mellitus di Ruang Mawar RSUD Arifin

Achmad Pekanbaru?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan ini adalah penulis

dapat memberikan asuhan keperawatan pasien

Diabetes Mellitus di Ruang Mawar RSUD Arifin

Achmad Pekanbaru.

2. Tujuan Khusus (perbaiki susunan nya, kok ada yang ke


kanan ke kiri)

Secara khusus penulisan ini bertujuan agar mahasiswa


dapat :

a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan Diabetes


Mellitus.

b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien


dengan Diabetes Mellitus.
c. Menyusun intervensi keperawatan pada pasien dengan
Diabetes Mellitus.

d. Melakukan implementasi keperawatan pada pasien


dengan Diabetes Mellitus.

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan


Diabetes Mellitus.

D. Manfaat

1. Bagi pelayanan kesehatan

Diharapkan dapat dijadikan sebagai

informasi bagi pelayanan kesehatan dalam

menyusun rencana dan asuhan keperawatan yang

lebih sitematis terhadap pasien dengan Diabetes

Mellitus.

2. Bagi institusi pendidikan

Dijadikan sebagai sumber informasi untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya

mengenai asuhan keperaawatan Diabetes Mellitus.

3. Bagi mahasiswa keperawatan

Dapat dijadikan referensi dalam melakukan

asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes

Mellitus.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Medis Diabetes Miletus
1. Definisi

Diabetes berasal dari istilah Yunani yaitu artinya pancuran atau

curahan, sedangkan mellitus atau melitus artinya gula atau madu.

Dengan demikian secara bahasa, diabetes melitus adalah cairan dari

tubuh yang banyak mengandung gula, yang dimaksud dalam hal ini

adalah air kencing. Dengan demikian, diabetes militus secara umum

adalah suatu keadaan yakni tubuh tidak dapat menghasilkan hormone

insulin sesuai kebutuhan atau tubuh tidak dapat memanfaatkan secara

optimal insulin yang dihasilkan. Dalam hal ini terjadi lonjakan gula

dalam darah melebihi normal (Mughfuri, 2016).

Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi

insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Soelistidjo, 2015). Diabetes

Melitus adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan pada pankreas


yang tidak dapat menghasilkan insulin sesuai dengan kebutuhan tubuh

dan/ atau ketidak mampuan dalam memecah insulin. Penyakit diabetes

mellitus juga menjadi faktor komplikasi dari beberapa penyakit lain

(Mughfuri, 2016).

Tabel. 1. Kadar Glukosa darah sewaktu dan puasa.


Bukan DM Belum Pasti DM DM
Kadar Glukosa Plasma Vena <100 100-199 >200
Darah Sewaktu Darah Kapiler <90 90-199 >200
(Mg/dl)
Kadar Glukosa Plasma Vena <100 100-125 >126
Darah Puasa Darah Kapiler <90 90-99 >100
(Mg/dl)
Tabel.1. Kadar glukosa darah (PERKENI, 2015)

2. Anatomi Fisiologi Diabetes Melitus


Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat mirip

dengan kelenjar ludah, panjang kira-kira 15 cm berat 60 – 100 gram. Letak

pada daerah umbilical, dimana kepalanya dalam lekukan duodenum dan

ekornya menyentuh kelenjar lympe, mengekskresikannya insulin dan

glikogen ke darah.

 Pankreas terdiri dari tiga bahagian yaitu :

a. Kepala pankreas merupakan bahagian paling besar terletak di

sebelah kanan umbilical dalam lekukan duodenum.

b. Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu letaknya

sebelah lambung dan depan vertebra lumbalis pertama.

c. Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang

sebenarnya menyentuh lympa.

 Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :

a. Acini yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.


b. Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi

menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.

Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa,

beta dan delta yang satu sama lain dibedakan dengan struktur dan sifat

pewarnaannya. Sel beta mengekresi insulin, sel alfa mengekresi glukagon,

dan sel-sel delta mengekresi somatostatin.

 Fungsi pancreas ada dua, maka disebut organ rangka, yaitu :

a. Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang

membentuk getah pancreas berisi enzim dan elektrolit. Jenis-jenis

enzim dari pancreas adalah :

 Amylase : menguraikan tepung menjadi maltosa atau

maltosa dijadikan polisakarida dan polisakarida dijadikan

sakarida kemudian dijadikan monosakarida.

 Tripsin : menganalisa pepton menjadi polipeptida kemudian

menjadi asam amino.

 Lipase : menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi

asam lemak dan gliserol

/ gliserin.

b. Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk

hormon dalam pulau langerhans yaitu kelompok pulau-pulau kecil

yang tersebar antara alveoli-alveoli pancreas terpisah dan tidak

mempunyai saluran.

Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans

langsung diserap ke dalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang


membutuhkan hormon tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan oleh

pancreas adalah insulin dan glukagon

1). Insulin

Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk manusia.

Insulin terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan

oleh ikatan disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa darah dan asam

amino yang memegang peranan penting. Perangsang sekresi insulin adalah

glukosa darah. Kadar glukosa darah adalah 80 – 90 mg/ml.

Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu :

 Menambah kecepatan metabolisme glukosa

 Mengurangi konsentrasi gula darah

 Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan.

2) Glukagon

Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa

pulau langerhans mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan

insulin. Fungsi yang terpenting adalah : meningkatkan konsentrasi glukosa

dalam darah. Glukagon merupakan protein kecil mempunyai berat

molekul 3842 dan terdiri dari 29 rantai asam amino.

Dua efek glukagon pada metabolisme glukosa darah :

a) Pemecahan glikogen (glikogenolisis)

b) Peningkatan glukosa (glukogenesis)

Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi glukosa darah

mempunyai efek yang jelas berlawanan pada sekresi glukagon


dibandingkan pada sekresi insulin, yaitu penurunan glukosa darah dapat

menghasilkan sekresi glukagon, bila glukagon darah turun 70 mg/100 ml

darah pancreas mengekresi glukosa dalam jumlah yang sangat banyak

yang cepat memobilisasi glukosa dari hati. Jadi glukagon membantu

melindungi terhadap hypoglikemia.

3. Klasifikasi

Klasifikasi DM berdasarkan etiologi menurut (PERKENI, 2015) adalah


sebagai berikut :
1. Diabetes melitus (DM) tipe 1

DM yang terjadi karena kerusakan atau destruksi sel beta di

pankreas. Kerusakan ini berakibat pada keadaan defisiensi insulin

yang terjadi secara absolut. Penyebab dari kerusakan sel beta antara

lain autoimun dan idiopatik.

2. Diabetes tipe-2 atau (NIDDM)

Diabetes tipe ini merupakan bentuk diabetes yang paling umum.

Penyebabnya bervariasi mulai dominan resistansi insulin disertai

defisiensi insulin relatif sampai defek sekresi insulin disertai

resistansi insulin. Penyebab resistansi insulin pada diabetes

sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor yang banyak berperan

antara lain sebagai berikut.

a) Kelainan genetik.

b) Usia.

c) Gaya hidup dan stres.

d) Pola makan yang salah


e) Obesitas

f) Infeksi

(Aini, 2016 ).
3. Diabetes tipe lain

a) Defek genetik fungsi sel beta ( maturity onset diabetes of the

young [MODY] dan DNA mitokondria).

b) Defek genetik kerja insulin

c) Penyakit eksokrin pancreas (pankreatitis, tumor/pancreatektomi,

dan pankreatopati fibrokalkulus).

d) Infeksi (rubella kongenital, sitomegalovirus).

4. Etiologi
Sesuai dengan klasifikasi yang telah disebutkan sebelumnya

maka penyebabnyapun pada setiap jenis dari diabetes juga berbeda.

Berikut ini merupakan beberapa penyebab dari penyakit diabetes

mellitus:

1. Diabetes Melitus tipe 1 ( IDDM )

a.   Faktor genetic.

b.   Faktor-faktor imunologi

c.   Faktor lingkungan

1. Diabetes Melitus tipe 2 ( NIDDM )

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan

gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum

diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses

terjadinya resistensi insulin.


Faktor resiko:

a. Usia

b. Obesitas

c. Riwayat keluarga

2. Diabetes gestasional (GDM )

Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami

oleh si Ibu:

a.    Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum

hamil

b.    ibu mengalami/menderita DM saat hamil

Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:

Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada

waktu hamil dan menghilang setelah melahirkan.

Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak

sebelum hamil dan berlanjut setelah hamil.

Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan

komplikasi penyakit 

Pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh

darah panggul dan pembuluh darah perifer. Pada saat

seorang wanita hamil, ada beberapa hormon yang mengalami

peningkatan jumlah. Misalnya, hormon kortisol, estrogen,

dan human placental lactogen (HPL). Ternyata, saat hamil,

peningkatan jumlah hormon-hormon tersebut mempunyai

pengaruh terhadap fungsi insulin dalam mengatur kadar gula


darah (glukosa). Kondisi ini menyebabkan kondisi yang kebal

terhadap insulin yang disebut sebagai insulin resistance. Saat

fungsi insulin dalam mengendalikan kadar gula dalam darah

terganggu, jumlah gula dalam darah pasti akan naik. Hal inilah

yang kemudian menyebabkan seorang wanita hamil menderita

diabetes gestasional.

4. Diabetes Melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom

lainnya

a. Kelainan genetic dalam sel beta. Pada tipe ini memiliki

prevalensi familial yang tinggi dan bermanifestasi sebelum usia

14 tahun. Pasien seringkali obesitas dan resisten terhadap

insulin.

b. Kelainan genetic pada kerja insulin sindrom resistensi insulin

berat dan akantosis negrikans

c.  Penyakit endokrin seperti sindrom Cushing dan akromegali

d.  Obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta

e.   Infeksi

5. Tanda dan Gejala

Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM

atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula

darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 -

180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung

gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.

Penderita diabetes melitus umumnya menampakkan tanda dan gejala


dibawah ini meskipun tidak semua

dialami oleh penderita :

1.      Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)

2.      Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)

3.      Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)

4.      Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)

5.      Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya

6.      Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki

7.      Cepat lelah dan lemah setiap waktu

8.      Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba

9.      Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya

Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan

seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala

diabetes melitus dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam

hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita

penyakit diabetes mellitus tipe 1. Lain halnya pada penderita diabetes

mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala diatas.

Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis.

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering

ditemukan adalah :

1. Katarak

2. Glaukoma

3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan

5. Pruritus Vulvae

6. Infeksi bakteri kulit

7. Infeksi jamur di kulit

8. Dermatopati

9. Neuropati perifer

10. Neuropati visceral

11. Amiotropi

12. Ulkus Neurotropik

13. Penyakit ginjal

14. Penyakit pembuluh darah perifer

15. Penyakit koroner

16. Penyakit pembuluh darah otak

17. Hipertensi

6. Patofisiologi

Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan

salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:

1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang

mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200

mg/dl.

2.  Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang

menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai

dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.


3.  Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Pasien – pasien yang

mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar

glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada

hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal normal

( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ), akan timbul

glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap

kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis

osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida,

potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan

timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka

pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan

menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah

astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan

mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein

tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk

energi.  Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis,

penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan

memudahkan terjadinya gangren.

Atur marginnya . WOC kalian jadi ke kiri . Nanti kepotong karena jilid
WOC DIABETES MELITUS

Obesistas Pola makanan salah Kurang berat badan Hereditas

Jumlah reseptor insulin menurun

Insulin yang ada

Defisiensi insulin
(absolute dan relatif)

Gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak

Ambilan glukosa Katabolisme Protein meningkat Lipofisis meningkat

Hiperglikemi Asam amino Kehilangan nitrogen Asam lemak bebas↑

Glikogenesis Gliserol meningkat Ketoagenesis

Kehilangan cairan
Glukosa darah Glukosa sel ↓ Glukosoria Ketoanemia

Penebalan membran Nutrisel ↓ Diaresis osmotik Hipotensi Ketoasidosis


dasar vaskuler hipertermi
Sel lapar Poliuria polidipsi Shock
Ketonuria Pernapasan
Disfungsi endotel Disfungsi endotel Oksigen keotak ↓ kusmauli
mikrovaskuler makrovaskuler Gangguan nutrisi & nafas bau
Kematian aseton
Mikro angiopati
Aterosklerosis
Neiropati Retinopati Netropati Pola nafas
perifer Oklusi Tidak efektif
Katarak GFR
Kondisi syaraf PJK Mikroangiospati Peny pemb darah otak
kesemutan GGK
MCI Penyakit pemb darah kapiler Stroke
Resiko cidera
Gangguan
keseimbangan cairan &
elektrolit
Ulkus

Kerusakan integritas kulit


7. Pemeriksaan Penunjang

Adapun pemeriksaan penunjang (padila, 2012) meliputi:

1) Glukosa darah sewaktu

2) Kadar glukosa darah puasa

3) Tes toleransi glukosa

Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan

penyaring diagnosis DM (mg/dl)

Bukan Belum pasti DM


DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu

- Plasma vena <100 100-200 >200


- Darah kapiler
<80 80-200 >200
kadar glukosa darah puasa

- Plasma vena
- Darah kapiler <110 110-120 >126

<90 90-110 >110

Kriteria diagnostic WHO untuk diabetes militus sedikitnya 2 kali

pemeriksaan:

1) Glukosa plama sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol?L)

2) Glukosa plama puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

3) Glukosa plasma dari sampel yang di ambil 2 jam

kemudian sesudah mengkomsumsi 75 gr


karbohidrat (2 jam post prandial(pp)>200 mg/dl.

8. Penatalaksanaan Medis

Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas

insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya

komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan teraupetik pada setiap jenis

diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadinya

hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas klien.

Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes:

1.      Diet

2.      Latihan

3.      Pemantauan

4.      Terapi

5.      Pendidikan (keperawatan medical bedah, brunner and suddarth,

2002: 1226).
B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

1. Identitas

Dalam mengkaji identitas beberapa data didapatkan adalah nama klien,

umur, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, agama, suku,

alamat. Dalam identitas data/ petunjuk yang dapat kita prediksikan adalah

Umur, karena seseorang memiliki resiko tinggi untuk terkena diabetes

mellitus tipe II pada umur diatas 40 tahun.

2.  Keluhan Utama

Pasien diabetes mellitus dating kerumah sakit dengan keluhan utama yang

berbeda-beda. Pada umumnya seseorang dating kerumah sakit dengan

gejala khas berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas, dan berat badan

turun.

3.  Riwayat Kesehatan

a.   Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu akan didapatkan informasi

apakah terdapat factor-faktor resiko terjadinya diabetes mellitus

misalnya riwayat obesitas, hipertensi, atau juga aterosclerosis

b.   Riwayat Penyakit Sekarang

Pengkajian pada RPS berupa proses terjadinya gejala khas dari DM,

penyebab terjadinya DM serta upaya yang telah dilakukan oleh

penderita untuk mengatasinya.


c,   Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena diabetes mellitus, hal ini

berhubungan dengan proses genetic dimana orang tua dengan diabetes

mellitus berpeluang untuk menurunkan penyakit tersebut kepada

anaknya.

3. Pola Aktivitas

a. Pola Nutrisi

Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka

kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan

sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan

mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan

nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status

kesehatan  penderita.

b. Pola Eliminasi

Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang

menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada

urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.

c. Pola Istirahat dan Tidur

Adanya poliuri, dan situasi rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi

waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur

penderita Pola Aktivitas

Adanya  kelemahan otot – otot pada ekstermitas menyebabkan penderita tidak

mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita  mudah


mengalami kelelahan.

d. Pola persepsi dan konsep diri

Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita

mengalami gangguan pada gambaran diri. lamanya perawatan, banyaknya

biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan

dan gangguan peran pada keluarga ( self esteem ).

e. Pola sensori dan kognitif

Pasien dengan diabetes mellitus cenderung mengalami neuropati / mati rasa

pada kaki sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.

f. Pola seksual dan reproduksi

Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi

sehingga menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas

maupun  ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.

g. Pola mekanisme stres dan koping

Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak

berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang

negatif  berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat

menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang

konstruktif / adaptif.

4. Pengkajian Fisik

a. Keadaan Umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat

badan dan tanda – tanda vital.


b. Head to Toe

1) Kepala Leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,

telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran,

lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah,

gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda,

diplopia, lensa mata keruh.

2)  Sistem integumen

Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang mengalami

dehidrasi, kaji pula adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,

kelembaban dan suhu kulit di daerah  sekitar ulkus dan gangren,

kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

3)   Sistem pernafasan

Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes

ketoasidosis, kaji juga adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada

penderita DM mudah terjadi infeksi.

4)   Sistem kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau   berkurang,

takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis. Hal

ini berhubungan erat dengan adanya komplikasi kronis pada

makrovaskuler

5)   Sistem urinary


Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat

berkemih.Kelebihan glukosa akan dibuang dalam bentuk urin.

6)    Sistem muskuloskeletal

Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan, penyebaran masa

otot,berubah. Pasien juga cepat lelah, lemah.

7)   Sistem neurologis

Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada system neurologis

pasien sering mengalami penurunan sensoris, parasthesia, anastesia,

letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

b. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

a.    Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa

>120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.

b.     Urine

Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan

dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat

melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ),

merah ( +++ ), dan merah bata  ( ++++ ).

c.     Kultur pus

Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang

sesuai dengan jenis kuman.


2. Diagnosa Keperawatan

1. Hipovolemia (SDKI: D. 0023):

Kategori: Fisiologis, Subkategori: Nutrisi dan Cairan; Defenisi:

Penurunan volume cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau

intraselular; Penyebab: kehilangan cairan aktif, kegagalan mekanisme

regulasi, peningkatan, kekurangan intake cairan, Evaporasi; Gejala dan

tanda mayor: Subjektif (tidak tersedia), Objektif: 1). Frekuensi nadi

meningkatkan; 2). Nadi teraba lemah; 3). Tekanan nadi menyempit;

4). Turgor kulit menurun; 5 membram mukosa kering; 6). Volume

urin menurun; 7). Hematokrit meningkat. Gejala dan tanda minor:

subjektif: merasa lemah, mengeluh haus. Objektif: 1). pengisian vena

menurun; 2). Status mental berubah; 3). Suhu tubuh meningkat;

konsentrasi urin meningkat; 5). Berat badan turun tiba-tiba.

2. Defisit nutrisi (SDKI: D. 0019)

Kategori: Fisiologis, Subkategori: Nutrisi dan Cairan; Defenisi:

asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism;

Penyebab: ketidakmampuan menelan makanan, ketidakmampuan

mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient,

peningkatan kebutuhan metabolisme, factor ekonomi (mis. Stress,

keengganan untuk makan). Gejala dan tanda mayor: subjektif:-,

Objektif: berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal.


Gejala dan tanda minor: subjektif: cepat kenyang setelah makan,

kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun. Objektif: 1). Bising usus

hiperaktif; 2). Otot pengunyah lemah; 3). Membrane mukosa pucat; 4).

Sariawan; 5). Serum albumin turun; 6). Rambut rontok berlebihan; 7).

Diare.

3. Ketidakstabilan kadar glukosa darah (SDKI: D. 0027)

Kategori: Fisiologis, Subkategori: Nutrisi dan Cairan; Defenisi:

variasi kadar glukosa darah naik/turun dari rentang normal; Penyebab:

hiperglikemia: Disfungsi pancreas, resistensi insulin, gangguan toleransi

glukosa darah, gangguan glukosa darah puasa; hipoglikemia:

penggunaan insulin/obat glikemia oral, hiperinsulinemia (mis.

Insulinoma), endokrinopati (mis. Kerusakan adrenal atau pituitari),

disfungsi hati, disfungsi ginjal kronis, efek agen farmakologi, tindakan

pembedahan neoplasma, gangguan metabolikbawaan (mis. Gangguan

penyimpanan lisosomal, galaktosemia, gangguan penyimpan glikogen).

Gejala dan tanda mayor: subjektif (hipoglikemia): mengantuk, pusing.

Hiperglikemia: lelah atau lesa Objektif: (hipoglikemia): gangguan

koodinasi, kadar glukosa dalam/urin tinggi atau rendah. Hiperglikemia:

kadar glukosa dalam darah/urin tinggi. Tanda dan gejala minor,

subjektif (hipoglikemia): palpitasi, mengeluh lapar.

Hiperglikemia: mulut kering, haus meningkat Objekti (hipoglikemia)


gemetar kesadaran menurun, perilaku ane, sulit bicara, berkeringat

banyak. Hiperglikemia: jumlah urin meningkat.

4. Nyeri akut (SDKI: D. 0077)

Kategori: Fisiologis, Subkategori: Nyeri dan kenyamanan;

Defenisi: pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau

lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang

dari 3 bulan; Penyebab: agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi,

iskemia, neoplasma), agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan

kimia iritan), agen pencedera fisik (abses. amputasi, trauma, amputasi,

terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan

fisik berlebihan; Gejala dan tanda mayor. Subjektif: mengeluh nyeri,

objektif: tampak meringis, bersikap protektif (mis. Waspada, posisi

menghindari nyeri), gelisa, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur. Gejala

dan tanda minor. Subjekti:-, objektif: tekanan darah meningkat, pola

napas berubah, nafsu makan berubah, proses berubah, proses berpikir

terganggu, menarik diri, berfokus pada diri, diaphoresis.

5. Gangguan intergritas kulit (SDKI: D.0129)

Kategori: Lingkungan, Subkategori: Keamanan dan proteksi;

Defenisi: kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan

(membram mukosa, kornea, fasia otot, tendon, tulang kartilago, kapsul


sendi dan atau ligament); Penyebab: perubahan sirkulasi, perubahan

status nutrisi (kelebihan atau kekurangan), kekurangan/ kelebihan

volume cairan, penurunan mobilitas, bahan kimia iritatif, suhu

lingkungan yang eksrem, factor mekanis ( mis. Penekanan pada

tonjolantulang, gesekan) atau factor eletris ( eletrodiatermi, energi listrik

bertegangan tinggi), efek samping terapi radiasi, kelembaban, proses

penuaan, neuropati perifer, perubahan pigmentasi, perubahan hormonal,

kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan/ melindungi

integritas jaringan. Gejala dan tanda mayor. Subjektif:-; Objektif:

kerusakan jaringan dan atau lapisan kulit. Gejala dan tanda minor.

Subjectif:-,

Objectif: nyeri, pendarahan, kemerahan, hematoma.

6. Resiko infeksi (SDKI: D. 0142)

Kategori: Lingkungan, Subkategori: Keamanan dan Proteksi;

Defenisi: Beresiko mengalamipeningkatan terserang organisme

patogenik, Faktor resiko: penyakit kronis (mis. Diabetes mellitus), efek

prosedur invasif, malnutrisi, peningkatan paparan organisme pathogen

lingkungan, ketidakadekuatan pertahan tubuh primer: (gangguan

peristaltic, kerusakan integritas kulit, penurunan sekresi pH, penurunan

kerja siliaris, ketuban pecah lama, ketuban pecah waktunya, merokok,

status cairan tubuh ), ketidakadekuatan pertahan tubuh sekunder:


(penurunan hemoglobin, imununosupresi, leukopenia, supresi respon

inflamasi, vaksinasi tidak adekuat).

3. Intervensi Keperawatan

1. Hipovolemia

Luaran utama: Status cairan. (SLKI: L.03028); Defenisi: Kondisi volume

cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intraseluler.

1. Manajemen hipovolemia (SIKI: I.03116).


Defenisi: mengidentifikasi dan mengelola penurunan volume cairan

Intravaskuler.

Tindakan :

Observasi

1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia. ( mis. Frekuensi nadi

meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan

nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering,

volume urine menurun, hematocrit meningkat, haus, lemah)

2. Monitor intake dan output cairan.

Terapeutik

1. Hitung kebutuhan cairan

2. Berikan posisi modified trendelenbung

3. Berikan asupan cairan oral

Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCI, RL)

2. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2,5%,

NaCI 0,4%)

3. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, plasmanate)

4. Kolaborasi pemberian produk darah.

2. Manajemen Syok Hipovolemik (SIKI: I. 02050)


Defenisi: mengidentifikasi dan mengelola ketidakmampuan tubuh

menyediakan oksigen dan nutrien untuk mencukupikebutuhan jaringan

akibat kehilangan cairan/darah berlebih.

Tindakan:

Observasi:

1. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan

nadi, frekuensi napas, TD)

2. Monitor status oksigenasi

3. Monitor status cairan

4. Periksa tanda dan gejala hipovolemia. ( mis. Frekuensi nadi

meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi

menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume


urine menurun, hematocrit meningkat, haus, lemah)

5. Monitor intake dan output cairan.

Terapeutik

1. Hitung kebutuhan cairan

2. Berikan posisi modified trendelenbung

3. Berikan asupan cairan oral

Edukasi

1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCI, RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCI 0,4%)
3. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian produk darah.

2. Defisit Nutrisi

Luaran utama: Status nutrisi (SLKI: L. 03030)

Defenisi: Keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme. Ekspetasi: membaik.

Observasi:
1. Identifikasi status nutrisi

2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

3. Identifikasi kebutuhan kalori dan Janis nutrient

4. Identifikasi perluhnya penggunaan selang nasogastric

5. Monitoring asupan makanan

6. Monitoring berat badan

7. Monitoring hasil

pemeliharaan laboratorium

Terapeutik

1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu

2. Fasilitasi menentukan pedoman diet.

3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein.

6. Berikan suplemen makanan, jika perlu.

7. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik jika

asupan oral dapat ditoleransi.

Edukasi

1. Anjurkan posisi duduk, jika perlu

2. Ajarkan diet yang di programkan

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan

(mis. Pereda nyeri, antiametik), jika perlu

2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentuhkan jumlah

kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

2. Luaran utama Promosi berat badan( SIKI: I.

03136)

Defenisi: memfasilitasi peningkatan berat badan

Tidakan

Observasi:

1. Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang

2. Monitor adanya mual dan muntah

3. Monitor jumlah kalori yang dikomsumsi sehari-hari

4. Monitor berat badan

Terapeutik:

1. Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan, jika perluh

2. Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien (mis.

Makanan dengan tekstur halus, makanan yang diblender,

makanan cair yang di berikan melalui NGT atau

gastrotomi, total parental nutrition sesuai indikasi)

3. Hidangkan makanan secara menarik

4. Berikan suplemen, jika perlu


5. Berikan pujian pada pasien/ keluarga untuk

peningkatan yang di capai

Edukasi:

1. Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap terjangkau

2. Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan.

3. Ketidakstabilan kadar glukosa darah

Luara utama: Kestabilan kadar glukosa darah (SLKI: L. 03022)

Definisi: kadar gula darah, berada pada rentang normal.

Ekspektasi: meningkat

Observasi:

1. Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia

2. Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan

insulin meningkat (mis. Penyakit kambuhan).

3. Monitor kadar glukosa darah, jika perlu

4. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis.

Polyuria, polydipsia, kelemahan malaise,

pandangan kabur, sakit kepala)

5. Monitor in take dan output

6. Monitor keton urin, kadar analisa gas darah,

eletrolit, tekanan darah ostostatik dan frekuensi

nadi
Terapeutik:

1. Berikan asupan cairan

2. Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala

hiperglikemia tetap ada atau memburuk

3. Fasilitasi ambulasi jika ada

hipotensi ortostatik Edukasi:

1. Anjurkan menghindari olahraga saat glukosa darah lebih dari

250

mg/dl

2. Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri

3. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga

4. Aajarkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urine, jika

perlu

5. Ajarkan pengelolaan diabetes (mis. Penggunaan

insulin, obat oral, monitor asupan cairan,

penggantian karbohidrat, dan bantuan profesional

kesehatan)

Kolaborasi:

1. Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu

2. Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu

3. Kolaborasi pemberian kalium, jika perlu


Luaran utama: Manajemen hipoglikemia(SIKI: I. 03115)

Defenisi: mengidentifikasi dan mengelola kadar

glukosa darah rendah. Tindakan

Observasi:

1. Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia

2. Identifikasi kemungkinan penyebab hipoglikemia

3. Terapeutik:

4. Berikan karbohidrat sederhana, jika perlu

5. Berikan glucagon, jika perluh

6. Berikan karbohidrat kompleks dan protein sesuai diet

7. Pertahankan kepatenan jalan napas

8. Pertahankan akses IV, jika perlu

Edukasi:

1) Anjurkan membawa karbohidrat sederhana setiap saat

2) Anjurkan memakai identitas darurat yang tepat

3) Anjurkan monitor kadar glukosa darah

4) Anjurkan berdiskusi dengan tim perawatan

diabetes penyusuaian program pengobatan.

5) Ajelaskan interaksi antara diet, insulin/agen oral dan olahraga

6) Ajarkan pengelolaan hipglikemia (mis. Tanda dan

gejala, factor resiko, dan pengobatan hipoglikemia)


7) Ajarkan perawatan mandiri untuk mencegah

hipoglikemia(mis. Mengurangi insulin/agen oral

dan/atau meningkatkan asupan makanan untuk

berolahraga).

Kolaborasi:

1. Kolaborasi pemberian dekstrose, jika perlu

2. Kolaborasi pemberian glucagon, jika perlu

4. Implementasi

Melakukan tindakan keperawatan hipovolemik sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan

cairan, melakukan tindakan keperawatan devisit nutrisi sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan untuk memenuhi nutrisi,

melakukan tindakan keperawatan ketidakstabilan glukosa dalam

darah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan untuk

menstabilkan kadar gula dalam darah, melakukan tindakan

keperawatan nyeri sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan

untuk mengurangi nyeri,m elakukan tindakan keperawatan

gangguan integritas kulit sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan untuk mengurangi kerusakan integritas kulit,

melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang


telah ditetapkan untuk mencega resiko infeksi.

5. Evaluasi

Setelah melaksanakan tahapan dalam proses keperawatan yang

meliputi pengkajian, menetapkan diagnosa keperawatan, menentukan

rencana/intervensi dan implementasi, tahapan terakhir adalah melakukan

evaluasi atas rencana yang sudah dilaksanakan. Evaluasi dalam bentuk catatan

perkembangan yang terdiri dari: subyektif yaitu keluhan yang dirasakan oleh

pasien, obyektif yaitu data yang diperoleh melalui observasi langsung,

assessment dan plenning adalah merupakan tindak lanjut yang akan dilakukan

bila masalah belum teratasi.


BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian dasar

1. Identifikasi
Kamar/ruang : Ruang Rawat Mawar
Tanggal Pengkajian : 27/03/2023
Tanggal Masuk RS : 18/02/2023
Waktu Pengkajian : 10.00 WIB
No.Rekam Medis : 00874030
Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus
Nama Inisial Klien : Tn.Y
Umur : 67 TH
Jenis Kelamin : Laki-laki
2. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Keluarga pasien mengatakan pertama datang ke IGD Rumah Sakit
Umum Arifin Achmad tanggal 27 Februari 2023 dengan keluhan kaki kiri
menghitam ,berbau tak sedap, badan terasa lemas, nafsu makan
menurun,dan sesak nafas.
3. Keluhan Utama saat pengkajian
Keluarga klien mengatakan keadaan kondisi pasien untuk saat ini yaitu
kaki kiri menghitam dan terdapat luka,kaki kanan sudah di
amputasi,berbau tak sedap,nafsu makan berkurang,sesak nafas dan badan
terasa lemas.

B. Pengkajian Keperawatan

1. Penampilan Umum
Ada sianosis, turgor kulit klien baik, kaki kanan klien sudah di
amputasi,kaki kiri klien terdapat luka gangren dan menghitam,berbau tak
sedap,keluarga klien mengatakan lukanya sudah terjadi selam 3 bulan
yang lalu dan semakin buruk dan di bawa ke RSUD Arifin Achmad.

2. Pengkajian Tanda Vital


Saat dilakukan pengkajian tanda-tanda vital pada Tn. Y, di dapat TD:
133/71 mmHg, nadi Tn. Y 106 x/menit, irama teratur, denyut teraba
lemah. Pernafasan 22 x/menit, jalan nafasnya bersih. Suhu tubuh Tn.Y
adalah 36,5oC dan kulit teraba hangat.
3. Pengkajian Respirasi
Tidak ada otot bantu pernapasan, napas klien normal, suara napas klien
vesikuler.
4. Pengkajian Sirkulasi
Tidak ada pendarahan, tidak ada distensi vena jugularis, klien tanpak
lemah CRT > 2 detik, terdapat hematoma di paha klien, tidak ada
parestesia.
5. Pengkajian Nutrisi dan Ciaran
Tidak ada gangguan menelan, tidak ada sariawan, klien tidak mengalami
diare,penurunan nafsu makan, tidak ada nyeri abdomen, klien tidak
mengeluh haus.
6. Pengkajian Eliminasi
Klien mampu BAK, klien mampu menahan BAK, klien tidak mengalami
disuria, klien tidak terpasang kateter.
7. Pengkajian Akivitas dan Istirahat Kekuatan otot

55555555

5555 5555

Tidak ada kekakuan pada anggota gerak.


8. Pengkajian Neurosensori
Keluarga klien mengatakan kepalanya terasa pusing, tidak ada cidera
medula spinalis, tidak mengeluh sulit menelan, dan tidak ada hematemasis.

9. Pengkajian Nyeri dan Kenyamanan


Klien tampak tidak nyaman dengan kondisi yang sedang di alaminya,
klien tampak meringis saat dilakukan pembersihan luka, tidak ada
diaforesis. BIasanya penderita luka kaki diabetes sudah tidak merasakan
nyeri lagi karena neuropati.

Pengkajian ekstremitas terutama kaki yang sudah mengalami luka kaki


diabetes (diabetic foot ulcer) nya mana? Buat secara rinci disini.

10. Pengkajian Keamanan dan Proteksi


Kulit klien tampak pucat, klien tidak menggigil, terdapat luka operasi
pada kaki kanan klien.
11. Terapi
a. NaCL 09%
b. O2 Nasal kanul 3-4 Lpm
c. Tranfusi albumin 25% 100 ml
d. Injek Novorapid
e. Injek katerolac 2x1 ampul
f. GP 2x1 hari
g. Cek GD/ hari
Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


1 Ds : DM tipe II Gangguan perfusi
- Keluarga klien mengatakan jaringan perifer
badan lemas
- Keluarga klien mengatakan
Sel beta pankreas
memiliki riwayat DM BIasanya akibat DM,
hancur gangguan perfusi
Do : jaringan perifer hanya
- GCS: 15, terjadi pada ekstremitas
- Kesadaran CM Kenaikan pemakaian dalam hal ini kaki. DS
- Klien tampak sedikit lemah glukosa dan DO kalian masih
- Konjungtiva anemis belum mendukung
- Bibir pucat masalah yang kalian
- CRT > 2 detik angkat
- Hb: 10.8 g/dl Viskositas darah
- eritrosit : 3.84 x 106 / µL meningkat

Aliran darah
meningkat

Gangguan perfusi
jaringan perifer

2. Ds: Ketidakseimbangan Risiko Infeksi


- Keluarga klien mengatakan
terdapat luka di kaki bagian produksi insulin Pasien nya punya
sebelah kiri menghitam dan banyak masalah
berbau. kesehatan, mengapa
Do: diagnosa kedua adalah
Hiperglikemia
-Ada luka gangrein di kaki diagnosa resiko yg
kiri diangkat? Belajar lg
- Kondisi luka: cara memprioritaskan
• Cairan (+) Kerusakan pada masalah. Angkat dulu
• Warna Hitam dan antibodi yang actual baru resiko
kuning
• Merembes pada
balutan perban
• Bau(+) Kekebalan tubuh
• Warna dasar luka menurun
(50%) merah &
(50%) kuning
• Analisa luka metode
Nekrosis luka
BEDSCORE:4
Kok DO ini banyak tg tidak
ditemukan pada pengkajian??
Gangren/trauma
jaringan

Risiko infeksi
3. Ds: Tindakan amputasi Gangguan mobilitas
- Keluarga klien mengatakan fisik
sulit untuk bergerak
- Keluarga pasien mengatakan DS dan DO kalian
Kelemahan dan tidak
aktifitas terganggu salah. Mana data
Do: keberdayaan tonus amputasi?? Data luka
- Keluarga klien mengatakan otot kaki yang sudah
klien tidak dapat merubah bergangreng di kiri?
posisi dari posisi tidur ke Data lukanya, dll
posisi duduk. Keterbatasan gerak
- Tonus dan kekuatan otot
lemah
- Klien tidak dapat melakukan
ambulasi Gangguan mobilitas
fisik

C. Diagnosa Keperawatan

a. (D. 0009) Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi


hemoglobin d.d Hb menurun 10.8 g/dl, pengisian kapiler > 2 detik, warna
kulit pucat.
b. (D.0142) Risiko Infeksi b/d penyakit kronis ( Diabetes Mellitus)
c. ( D.0054) Gangguan mobilitas fisik b/d tindakan amputasi
D. Rencana Keperawatan
Rencana Asuhan
Keperawatan

Tanggal DIAGNOSA KEPERAWATAN SLKI SIKI


27 Perfusi perifer tidak efektif b/d (perfusi perifer L. 02011) (perawatan sirkulasi I. 02079)
Februari penurunan konsentrasi hemoglobin Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi
2023 Ditandai dengan selama 3x24 jam diharapkan perfusi  periksa sirkulasi perifer ( mis. Nadi perifer,
- Hb menurun 10.8 g/dl, perifer meningkat dengan kriteria hasil : edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle
- pengisian kapiler > 2 detik,  warna kulit pucat menurun brachial index)
- warna kulit pucat.
 pengisian perifer membaik  identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis.
 kelemahan otot menurun Diabetes, perokok, orang tua, hipertensi dan
kadar kolesterol tinggi)
 tekanan darah sistolik membaik
 monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak
 tekanan darah diastolic membaik
pada ekstremitas)
terapeutik
 hindari pemasangan infus atau pengambilan
darah vena pada area keterbatasan perfusi.
 Hindari pengukuran tekanan darah pada
ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
 Lakukan pencegahan infeksi
 Lakukan perawatan kaki dan kuku
 Lakukan hidrasi
Edukasi
 Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
(mis. Melembabkan kulit kering)
 Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis. Rasa sakit yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa)
27 Risiko Infeksi b/d penyakit kronis (Pencegahan infeksi I. 14539)
Februari Setelah dilakukan intervensi keperawatan Observasi
(Diabetes Mellitus)
2023 selama 3 x 24 jam, maka tingkat infeksi  Monitor tanda dan gejala infeksi
menurun, dengan kriteria hasil: Terapeutik
• Demam menurun  Batasi jumlah pengunjung
• Kemerahan menurun  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
• Nyeri menurun dengan pasien
 Pertahankan teknik aseptik
• Bengkak menurun
Edukasi
• Kadar sel darah putih membaik  Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan

27 Gangguan mobilitas fisik b/d Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi


Februari tindakan amputasi selama 3 x 24 jam diharapkan mobilitass
 Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
2023 fisik meningkat :
 Nyeri menurun lainnya
 Kekuatan otot meningkat  Identifikasi toleransi fisik melakukan
 Gerakan terbatas menurun pergerakan
 Kelemahan fisik menurun  Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
sebelum mobilisasi fisik
 Monitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
Terapeutik:
 Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
 Fasilitasi melakukan pergerakan ,jika perlu
 Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan

Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
 Anjurkan melakukan mobilisasi dini
 Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus di
lakukan (mis .Duduk di tempat tidur)

E. Catatan Perkembangan

No. Tanggal & IMPLEMENTASI Tanggal & EVALUASI


DX pukul pukul
Kep.
1. 27/02/2022 27/02/2022
10.00 WIB  Memeriksa sirkulasi perifer 10.00 WIB S:
Nadi perifer: 106 x/ menit  Keluarga klien mengatakan badan lemas & memiliki
Tidak terdapat edema riwayat DM
Pengisian kapiler : > 2 detik O:
Warna kulit: pucat  HB: 10,8 g/dl
Suhu : 36,5 o C  CRT > 2 detik
 Nadi perifer : 106 x / menit
 Mengidentifikasi faktor risiko gangguan
10.15 WIB  Tidak terdapat edema
sirkulasi
 Kulit pucat
 Memonitor panas, kemerahan, nyeri atau
10.30 WIB  Suhu 36,5 o C
bengkak pada ekstremitas
 Tidak terdapat kelemahan otot
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Memeriksa sirkulasi perifer
- Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada
ekstremitas
- Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah vena
pada area dengan keterbatasan perfusi
- Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
2. 27/02/2023 27/02/2023 S : keluarga klien mengatakan terdapat luka di kaki bagian sebelah
10.40 WIB  Memonitor tanda dan gejala 10.40 WIB kiri menghitam dan berbau
infeksi O:
 Mencuci tangan sebelum dan
10.00 WIB sesudah kontak dengan pasien - terdapat luka di kaki sebelah kiri
 Mempertahankan teknik aseptik - Tidak terdapat peningkatan suhu
tubuh
- Tidak terdapat perdarahan
10.40 WIB terbuka
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Monitor tanda dan gejala infeksi
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
- Pertahankan teknik aseptik
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cra mencuci tangan yang benar
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan

3. 27/02/2023  Memonitor kondisi umum 27/02/2023 S:


11.00 WIB selama melakukan mobilisasi 11.00 WIB - Keluarga klien mengatakan sulit untuk bergerak
 Memonitor tingkat nyeri & GP 2x1 hari - Keluarga klien mengatakan aktifitas terganggu

 Memonitor tanda-tanda vital O:


TD: 133/71 mmHg - Terdapat luka amputasi di kaki sebelah kanan
N: 106x/menit - Terdapat luka di kaki sebelah kiri
RR : 25x/menit - TD : 133/71 mmHg
S : 36,5 o C - N: 106x/menit
- RR : 25x/menit
- S : 36,5 oC
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Memonitor kondisi umum selama melakukan
mobilisasi
- Memonitor tingkat nyeri & GP 2x1 hari
- Monitor TTV
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
1 28/02/2023  Memeriksa sirkulasi perifer 28/02/2023 S: klien mengatakan badan sedikit lemah , serta faham jika terdapat
10.00 WIB  Monitor panas, kemerahan, 10.00 WIB tanda dan gejala darurat akan melaporkannya kepada perawat jaga
nyeri atau bengkak pada seperti rasa sakit yang tidak kunjung membaik saat istirahat, dan
ekstremitas hilangnya sensasi rasa.
 Pemasangan infus di lengan O:
kanan klien - Klien tampak sedikit lemah
 Menginformasikan tanda dan - Klien tampak pucat
gejala darurat yang harus - Konjungtiva anemis
dilaporkan (rasa sakit yang tidak - HB : 10,8 g/dl
hilang saat istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya sensasi rasa) A: masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

2. 28/02/2023  Memonitor tanda dan gejala 28/02/2023 S: klien mengatakan tidak ada merasakan badan menggigil,bernanah
11.00 WIB infeksi. 11.00 WIB dan tidak ada pembengkakan di area luka.
 Mencuci tangan sebelum dan O:
sesudah kontak dengan klien - Suhu tubuh dalam batas normal : 36,5 o C
 Mempertahankan teknik aseptik. - Terdapat luka di kaki sebelah kiri
 Menjelaskan tanda dan gejala - Leukosit : 31,44 103 µL
infeksi - Klien tampak paham dengan tanda dan gejala infeksi yang
 Menganjurkan meningkatkan dijelaskan.
asupan nutrisi A: masalah teratasi sebagian
 Menganjurkan meningkatkan P: Intervensi Dilanjutkan
asupan cairan

3. 28/02/2023  Monitor kondisi umum selama 28/02/2023 S: keluarga klien mengatakan sering melatih klien dengan cara
12.00 WIB mobilisasi 09.00 WIB menggerakkan anggota tubuh pasien seperti makan,minum dan
 Memonitor tingkat nyeri & GP melatih duduk di tempat tidur
pagi sore O:
 Melakukan ROM dengan - Terdapat luka amputasi di kaki sebelah kanan
menggerak anggota tubuh - Terdapat luka di kaki sebelah kiri
 Melatih kekuatan otot dan fisik - Terdapat luka di balut perban
- TD: 130/70 mmHg
- HR: 100 x menit
- T: 36,5
- RR: 24 x/menit
A: Masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas kesenjangan antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus

dengan Diabetes Melitus di ruangan mawar RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Tinjauan

kasus merupakan permasalahan yang ditemukan di ruang mawar pada tanggal 27 Maret 2023.

Pembahasan ini dibuat dengan langkah proses keperawatan dari pengkajian sampai dengan

evaluasi meliputi :

a. Pengkajian

Tahap ini merupakan langkah awal dilakukan dalam melakukan asuhan

keperawatan pada klien dengan DM. Di dalam. Pengkajian dilakukan dengan

mewawancarai keluarganya, dikarenakan pasien kurang jelas dalam menjawab

pertanyaan. Keluarga pasien cukup kooperatif dalam menjawab pertanyaan yang

ditanyakan. Tidak ditemukan adanya kesenjangan yang berarti antara teroritis

dan kasus yang ditemukan dilapangan, hanya saja ditemukan keadaan umum

klien yang tampak lemah..

b. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan data pengkajian yang diperoleh pada klien kelolaan

didapatkan 3 diagnosa keperawatan, meliputi :

d. (D. 0009) Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi


hemoglobin d.d Hb menurun 10.8 g/dl, pengisian kapiler > 2 detik, warna
kulit pucat.
e. (D.0142) Risiko Infeksi b/d penyakit kronis ( Diabetes Mellitus)
f. ( D.0054) Gangguan mobilitas fisik b/d tindakan amputasi

c. Intervensi

Penyusunan intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan diagnosa

keperawatan yang telah ditegakkan. Adapun acuan dalam penyusunan intervensi

keperawatan menggunakan materi yang ada di buku bahan ajar seperti buku

keperawatan medical bedah Brunner dan Suddarth, rencana asuhan keperawatan

oleh SDKI, SLKI dan SIKI, serta buku keperawatan lainnya yang dimana sesuai

dengan keadaan pasien dan situasi serta kondisi yang ada di ruangan Mawar

RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

Penyusunan intervensi pada kasus Diabetes Melitus yang dialami oleh Tn.

Y, sejalan antara tinjauan kasus dan teori yang beracuan pada buku SIKI.

d. Implementasi

Implementasi dilakukan selama 3 hari. Tidak semua implementasi yang

dilakukan pada pasien kelolaan berdasarakan intervensi yang telah dibuat.

Implementasi yang dilakukan berdasarkan prioritas masalah yang diangkat.

Implementasi dapat dilakukan dengan baik, hal ini dikarenakan adanya kerja

sama yang baik antara perawat dan pasien dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan yang telah disusun sebelumnya. Dalam hal ini juga mendapatkan

bimbingan dan kesempatan yang baik dari pembimbing dan perawat dalam
pelaksanaan tindakan sehingga tindakan keperawatan dapat terlaksana sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai dalam mengatasi masalah pada pasien.

e. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang

dilakukan setelah tindakan keperawatan dilaksanakan. Dari ke tiga diagnose

keperawatan yang diangkat, 2 diagnosa sudah terastasi sebagian, 1 diagnosa

belum teratasi .
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diabetes Melitus adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan pada

pankreas yang tidak dapat menghasilkan insulin sesuai dengan kebutuhan tubuh

dan/ atau ketidak mampuan dalam memecah insulin. Penyakit diabetes mellitus

juga menjadi faktor komplikasi dari beberapa penyakit lain (Mughfuri, 2016).

Adapun dalam menegakkan diagnose terdapat perbedaan antara teori dan

dilapangan, perbedaan terletak pada etiologi penyebab terjadinya masalah. Hal

ini dikarenakan masalah timbul disesuaikan dengan keadaan klien pada saat

perawat melaksanakan pengkajian. Dalam menyusun intervensi, serta melakukan

implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang telah dibuat dalam tinjauan

kasus dengan pansitopenia.

B. Saran

1) Bagi penulis

Hasil studi kasus yang penulis dapatkan dalam karya tulis ini

dapat memberikan informasi lebih lanjut sehingga dapat

memperluas pengetahuan tentang DM. Bagi penulis selanjutnya

diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan komprehensif

dalam waktu yang lama sehingga mendapatkan hasil yang lebih

maksimal.
2) Bagi tempat pelaksanaan studi kasus

Instansi rumah sakit dapat menjadikan hasil studi ini sebagai dasar

pertimbangan untuk memberikan asuhan keperawatan secara

komprehensif sehingga meningkatkan pelayanan kepada pasien

sehingga pasien merasa puas dengan pelayanan yang diberikan

dan dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

3) Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan sebagai

pertimbangan untuk mengambil kebijakan dalam upaya

memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif.

Anda mungkin juga menyukai