Anda di halaman 1dari 37

1

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES


MELLITUS”

Oleh :

Rabiatul Jannah

I1B113644

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEDOKTERAN


BANJARBARU
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Rabiatul Jannah

Judul Makalah : Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus

Tanggal : 7 Juli 2014


2

Mengetahui,

Dosen

Noor Diani, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.Kep.MB


NIP. 19780317 200812 2 001

ii
KATA PENGANTAR
3

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan izin dan karunia serta anugerah-
Nya makalah Keperawatan Medikal Bedah yang bertopik Asuhan Keperawatan Diabetes
Mellitus dapat selesai tepat pada waktunya.

Tidak lupa pula saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini baik dengan materi maupun non materi. Kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak agar
pembuatan dan penyusunan makalh berikutnya bisa lebih baik. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak pada umumnya dan saya pada khususnya.

Wassalam,

Penulis

iii ISI
DAFTAR

Halaman
4

HALAMAN JUDUL.............................................................. ...........……... i

HALAMAN PENGESAHAN ……………...................................... ……... ii

DAFTAR ISI................................................................................................ iii

KATA PENGANTAR……………………………………………………… iv

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 6

A. Latar Belakang..................................................................... 6
B. Tujuan ...................................................................................... 7

BAB II DIABETES MELLITUS………….

A. Pengertian……………………….….…................................... 8
B. Klasifikasi Diabetes Melitus.................................................. 8
C. Etiologi……........................................................ ……………... 9
D. Patofisiologi……………………………………………………. 11
E. Gejala Klinis…………………………………………………… 13
F. Komplikasi…………………………………………………….. 13
G. Penegakkan Diagnostik………………………………………… 18
H. Penatalaksanaan………………………………………………... 19

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS…………. 25

A. Pengkajian.......................................................................... 25
B. Diagnosa Keperawatan........................................................ 26

Halaman

C. Discharge Planning…………………………………………….. 26
iv
D. Rencana Asuhan Keperawatan…………………………………. 27

BAB IV PENUTUP……………………………………………………….. 34

A. Kesimpulan........................................................................ 34
B. Saran................................................................................. 35

DAFTAR PUSTAKA
5

v BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tingkat prevalensi dari diabetes mellitus sangat tinggi, diduga terdapat sekitar 10 juta
kasus diabetes di Amerika Serikat dan setiap tahunnya didiagosis 600.000 kasus baru.
Diabetes merupakan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat dan merupakan
penyebab utama kebutaan akibat retinopati diabetik (Sylvia A. Price).
Tujuh puluh lima persen penderita diabetes akhirnya meninggal karena penyakit
vaskuler. Komplikasi yang paling utama adalah serangan jantung, payah jantung, stroke
6

dan ganggren. Selain itu, kematian neonatal intrauterine pada ibu-ibu yang menderita
diabetes meningkat (Sylvia A. Price).
Pada tahun 1995, tercatat penderita diabetes di Indonesia merupakan urutan ke-7 di
dunia dengan urutan pertama India, yang selanjutnya Cina, Amerika Serikat, Rusia,
Jepang, dan Brazil. Diperkirakan jumlah ini akan terus berkembang pada tahun-tahun
berikutnya. Usia harapan hidup rata-rata pasien diabetes berkurang sembilan tahun bagi
laki-laki dan tujuh tahun bagi perempuan bila dibandingkan dengan yang bukan pasien
diabetes. Pengurangan usia ini paling besar bila awitan penyakit terjadi pada usia muda.
Pasien diabetes sebenarnya relatif dapat hidup normal asalkan mereka mengetahui
dengan baik keadaan dan cara penatalaksanaan penyakit yang dideritanya. Oleh karena
itu, edukasi pasien amatlah perlu. Karena kualitas hidup semua pasien diabetes sangat
terpengaruh oleh banyaknya komplikasi yang menimbulkan bahaya. Terlebih lagi,
perlunya diet ketat dan pengobatan terus-menerus menimbulkan pergulatan emosi yang
terus-menerus pula, bagi banyak pasien. Penyebab kematian pada diabetes (urut
frekuensi) adalah infark miokard, gagal ginjal, stroke infeksi ketoasidosis koma
hiperosmolar hipoglikemia (Brunner & suddart).

B. Tujuan
6
1. Memahami pengertian diabetes melitus
2. Menjelaskan perbedaan antara diabetes tipe I dan tipe II
3. Menjelaskan asuhan keperawatan penyakit diabetes melitus
7

BAB II

DIABETES MELLITUS

A. PENGERTIAN

Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Mansjoer dkk,1999). Sedangkan menurut
Francis dan John (2000), Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan
8

metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi
sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya.

B. KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS

1. Klasifikasi Klinis
a. Diabetes Mellitus
1) Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I
2) Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II (DMTTI yang tidak mengalami
obesitas , dan DMTTI dengan obesitas)
b. Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)
c. Diabetes Kehamilan (GDM)

2. Klasifikasi risiko statistik


a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b. Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa
Pada Diabetes Mellitus tipe 1 sel-sel β pancreas yang secara normal menghasilkan
hormon insulin dihancurkan oleh proses autoimun, sebagai akibatnya penyuntikan insulin
diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Diabetes mellitus tipe I ditandai
oleh awitan mendadak yang biasanya terjadi pada usia 30 tahun. Diabetes mellitus tipe II
terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat
penurunan jumlah produksi insulin.

C. ETIOLOGI 8
DM atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh karena
peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin
baik absolut maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan
relatif berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang.
Hormon Insulin dibuat dalam pancreas.
Keadaan yang menyebabkan hiperglikemia, yaitu :
1. Kerusakan genetik dari sel beta
9

2. Kerusakan genetik dari aksi insulin


3. Penyakit dari pankreas endokrin : pankreasitis, trauma, neoplasma.
4. Mengkonsumsi obat – obatan ilmiah
5. Infeksi
6. Faktor keturunan

1. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)


a. Faktor genetik :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA
(Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.

2. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)


Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola
familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun
dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap
10

kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan


sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa
menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan
insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat
reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan
abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar
glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan
sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai
untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995). Diabetes Mellitus tipe II disebut juga
Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk
Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat
timbul pada masa kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya
adalah:
a. Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnis
D. PATOFISIOLOGI
11
12

E. GEJALA KLINIS
Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Mellitus
apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu :
1. Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat badan.
2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
Sedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes
Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat badan menurun, Lemah,
Kesemutan, Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan.
13

F. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999), yaitu :
1. Akut
a. Hipoglikemia dan hiperglikemia
b. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner
(cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh
pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner, 1990).

Jika tidak tepat ditangani, dalam jangka panjang penyakit diabetes bisa menimbulkan
berbagai komplikasi, yaitu :
1. Kardiopati diabetik,
2. Gangren dan impotensi,
3. Nefropati diabetik,

4. Retinopati diabetik

1. Kardiopati diabetik
Kardiopati diabetik adalah gangguan jantung akibat diabetes. Glukosa darah yang
tinggi dalam jangka waktu panjang akan menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida
darah. Lama-kelamaan akan terjadi aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah.
Maka bagi para penderita diabet perlu pemeriksaan kadar kolesterol dan trigliserida darah
secara rutin. Dari pengalaman saya untuk menurunkan kadar gula darah sekaligus
menormalkan kadar kolestrol dan trigliserida sebenarnya sangat mudah. Yang pertama
sebenarnya pola makan malam. Upayakanlah tidak makan nasi pada malam hari.
Gantilah dengan makan kentang atau bisa juga pisang kepok rebus atau bisa juga
konsumsi sayur dan buah-buahan.
Penyempitan pembuluh darah koroner menyebabkan infark jantung dengan gejala
antara lain nyeri dada. Karena diabetes juga merusak sistem saraf, rasa nyeri kadang-
kadang tidak terasa. Serangan yang tidak terasa ini disebut silent infraction atau silent
14

heart attack. Kematian akibat kelainan jantung dan pembuluh darah pada penderita
diabetes kira-kira dua hingga tiga kali lipat lebih besar dibanding bukan penderita
diabetes., pengendalian kadar gula dalam darah belum cukup untuk mencegah gangguan
jantung pada penderita diabetes.
Sebagaimana rekomendasi Asosiasi Diabetes Amerika (ADA) serta perkumpulan
sejenis di Eropa atau Indonesia (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia/Perkeni),
penderita diabetes diharapkan mengendalikan semua faktor secara bersama-sama untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Tekanan darah harus diturunkan secara agresif di bawah
130/80 mmHg, trigliserida di bawah 150 mg/dl, LDL (kolesterol buruk) kurang dari 100
mg/dl, HDL (kolesterol baik) di atas 40 mg/dl. Hal ini memberi proteksi lebih baik pada
jantung.

2. Gangren dan impotensi


Penderita diabetes yang kadar glukosanya tidak terkontrol respons imunnya menurun.
Akibatnya, penderita rentan terhadap infeksi, seperti infeksi saluran kencing, infeksi paru
serta infeksi kaki. Banyak hal yang menyebabkan kaki penderita diabetes mudah kena
infeksi, terkena knalpot, lecet akibat sepatu sesak, luka kecil saat memotong kuku,
kompres kaki yang terlalu panas. Infeksi kaki mudah timbul pada penderita diabetes
kronis dan dikenal sebagai penyulit gangren atau ulkus. Jika dibiarkan, infeksi akan
mengakibatkan pembusukan pada bagian luka karena tidak mendapat aliran darah.
Pasalnya, pembuluh darah penderita diabetes banyak tersumbat atau menyempit. Jika
luka membusuk, mau tidak mau bagian yang terinfeksi harus diamputasi. Penderita
diabetes yang terkena gangren perlu dikontrol ketat gula darahnya serta diberi antibiotika.
Penanganan gangren perlu kerja sama dengan dokter bedah.
Untuk mencegah gangren, penderita diabetes perlu mendapat informasi mengenai
cara aman memotong kuku serta cara memilih sepatu. Impotensi juga menjadi momok
bagi penderita diabetes, impotensi disebabkan pembuluh darah mengalami kebocoran
sehingga penis tidak bisa ereksi. Impotensi pada penderita diabetes juga bisa disebabkan
oleh faktor psikologis atau gabungan organis dan psikologis.
15

Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377) terdapat lima grade ulkus diabetikum
antara lain:
1) Grade 0 : tidak ada luka
2) Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
3) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4) Grade III : terjadi abses
5) Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
6) Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal

3. Nefropati diabetik
Nefropati diabetik adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran selaput penyaring
darah. Sebagaimana diketahui, ginjal terdiri dari jutaan unit penyaring (glomerulus).
Setiap unit penyaring memiliki membran/selaput penyaring. Kadar gula darah tinggi
secara perlahan akan merusak selaput penyaring ini. Gula yang tinggi dalam darah akan
bereaksi dengan protein sehingga mengubah struktur dan fungsi sel, termasuk membran
basal glomerulus. Akibatnya, penghalang protein rusak dan terjadi kebocoran protein ke
urin (albuminuria). Hal ini berpengaruh buruk pada ginjal.
Menurut situs Nephrology Channel, tahap mikroalbuminuria ditandai dengan
keluarnya 30 mg albumin dalam urin selama 24 jam. Jika diabaikan, kondisi ini akan
berlanjut terus sampai tahap gagal ginjal terminal. Karena itu, penderita diabetes harus
diperiksa kadar mikroalbuminurianya setiap tahun. Penderita diabetes tipe 1 secara
bertahap akan sampai pada kondisi nefropati diabetik atau gangguan ginjal akibat
diabetes. Sekitar lima sampai 15 persen diabetes tipe 2 juga berisiko mengalami kondisi
ini. Gangguan ginjal, menyebabkan fungsi ekskresi, filtrasi dan hormonal ginjal
terganggu. Akibat terganggunya pengeluaran zat-zat racun lewat urin, zat racun tertimbun
di tubuh. Tubuh membengkak dan timbul risiko kematian.
Ginjal juga memproduksi hormon eritropoetin yang berfungsi mematangkan sel darah
merah. Gangguan pada ginjal menyebabkan penderita mengalami anemia. Pengobatan
progresif sejak dini bisa menunda bahkan menghentikan progresivitas penyakit. Repotnya
penderita umumnya baru berobat saat gangguan ginjal sudah lanjut atau terjadi
16

makroalbuminuria (300 mg albumin dalam urin per 24 jam). Pengobatan meliputi kontrol
tekanan darah. Tindakan ini dianggap paling penting untuk melindungi fungsi ginjal.
Biasanya menggunakan penghambat enzim pengonversi angiotensin (ACE inhibitors)
dan atau penghambat reseptor angiotensin (ARBs). Selain itu dilakukan pengendalian
kadar gula darah dan pembatasan asupan protein (0,6-0,8 gram per kilogram berat badan
per hari). Penderita yang telah sampai tahap gagal ginjal memerlukan hemodialisis atau
transplantasi ginjal.
Gejala nefropati diabetes baru terasa saat kerusakan ginjal telah parah berupa
bengkak pada kaki dan wajah, mual, muntah, lesu, sakit kepala, gatal, sering cegukan,
mengalami penurunan berat badan. Penderita nefropati harus menghindari zat yang bisa
memperparah kerusakan ginjal, misalnya pewarna kontras yang digunakan untuk rontgen,
obat anti-inflamasi nonsteroid serta obat-obatan yang belum diketahui efek sampingnya.

4. Retinopati diabetik
Diabetes juga dapat menimbulkan gangguan pada mata, terutama adalah retinopati
diabetik. Keadaan ini, disebabkan rusaknya pembuluh darah yang memberi makan retina.
Bentuk kerusakan bisa bocor dan keluar cairan atau darah yang membuat retina bengkak
atau timbul endapan lemak yang disebut eksudat. Selain itu terjadi cabang-cabang
abnormal pembuluh darah yang rapuh menerjang daerah yang sehat. Retina adalah bagian
mata tempat cahaya difokuskan setelah melewati lensa mata. Cahaya yang difokuskan
akan membentuk bayangan yang akan dibawa ke otak oleh saraf optik. Bila pembuluh
darah mata bocor atau terbentuk jaringan parut di retina, bayangan yang dikirim ke otak
menjadi kabur. Gangguan penglihatan makin berat jika cairan yang bocor mengumpul di
fovea, pusat retina yang menjalankan fungsi penglihatan sentral. Akibatnya, penglihatan
kabur saat membaca, melihat obyek yang dekat serta obyek yang lurus di depan mata.
Pembuluh darah yang rapuh bisa pecah, sehingga darah mengaburkan vitreus, materi
jernih seperti agar-agar yang mengisi bagian tengah mata. Hal ini menyebabkan cahaya
yang menembus lensa terhalang dan tidak sampai ke retina atau mengalami distorsi.
Jaringan parut yang terbentuk dari pembuluh darah yang pecah di korpus vitreum dapat
17

mengerut dan menarik retina, sehingga retina lepas dari bagian belakang mata. Pembuluh
darah bisa muncul di iris (selaput pelangi mata) menyebabkan glaukoma.
Risiko terjadinya retinopati diabetik cukup tinggi. Sekitar 60 persen orang yang
menderita diabetes 15 tahun atau lebih mengalami kerusakan pembuluh darah pada mata.
Pemeriksaan dilakukan dengan oftalmoskop serta angiografi fluoresen yaitu foto rontgen
mata menggunakan zat fluoresen untuk mengetahui kebocoran pembuluh darah.
Pengobatan dilakukan dengan bedah laser oftalmologi. Yaitu, penggunaan sinar laser
untuk menutup pembuluh darah yang bocor, sehingga tidak terbentuk pembuluh darah
abnormal yang rapuh. Selain itu bisa dilakukan vitrektomi yaitu tindakan mengeluarkan
vitreus yang dipenuhi darah dan menggantinya dengan cairan jernih. Penderita retinopati
hanya boleh berolahraga ringan dan harus menghindari gerakan membungkuk sampai
kepala di bawah. Menderita diabetes bukan berarti kiamat. Penderita diabetes bisa hidup
secara wajar dan normal seperti orang- orang yang bukan penderita diabetes. Bedanya,
penderita diabetes harus disiplin mengontrol kadar gula darah agar tidak meningkat di
atas normal untuk jangka waktu panjang. Penyakit diabetes mellitus (DM)-yang dikenal
masyarakat sebagai penyakit gula atau kencing manis-terjadi pada seseorang yang
mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) dalam darah akibat kekurangan insulin atau
reseptor insulin tidak berfungsi baik.
Diabetes yang timbul akibat kekurangan insulin disebut DM tipe 1 atau Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Sedang diabetes karena insulin tidak berfungsi
dengan baik disebut DM tipe 2 atau Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM).
Insulin adalah hormon yang diproduksi sel beta di pankreas, sebuah kelenjar yang
terletak di belakang lambung, yang berfungsi mengatur metabolisme glukosa menjadi
energi serta mengubah kelebihan glukosa menjadi glikogen yang disimpan di dalam hati
dan otot. Tidak keluarnya insulin dari kelenjar pankreas penderita DM tipe 1 bisa
disebabkan oleh reaksi autoimun berupa serangan antibodi terhadap sel beta pankreas.
Pada penderita DM tipe 2, insulin yang ada tidak bekerja dengan baik karena reseptor
insulin pada sel berkurang atau berubah struktur sehingga hanya sedikit glukosa yang
berhasil masuk sel. Akibatnya, sel mengalami kekurangan glukosa, di sisi lain glukosa
18

menumpuk dalam darah. Kondisi ini dalam jangka panjang akan merusak pembuluh
darah dan menimbulkan pelbagai komplikasi. Tiga gejala klasik yang dialami penderita
diabetes. Yaitu, banyak minum, banyak kencing, dan berat badan turun. Pada awalnya,
kadang-kadang berat badan penderita diabetes naik. Penyebabnya, kadar gula tinggi
dalam tubuh. Gejala lain, adalah gangguan saraf tepi berupa kesemutan terutama di
malam hari, gangguan penglihatan, gatal di daerah kemaluan atau lipatan kulit, bisul atau
luka yang lama sembuh, gangguan ereksi pada pria dan keputihan pada perempuan. Jika
tidak tepat ditangani, dalam jangka panjang penyakit diabetes bisa menimbulkan berbagai
komplikasi akibat gangguan pembuluh darah, gangguan bisa terjadi pada pembuluh darah
otak (stroke), pembuluh darah mata (gangguan penglihatan), pembuluh darah jantung
(penyakit jantung koroner), pembuluh darah ginjal (gagal ginjal), serta pembuluh darah
kaki (luka yang sukar sembuh/gangren). Penderita juga rentan infeksi, mudah terkena
infeksi paru, gigi, dan gusi serta saluran kemih.
G. PENEGAKKAN DIAGNOSTIK
Kriteria yang melandasi penegakan diagnosa diabetes adalah kadar glukosa darah
yang meningkat secara abnormal, yaitu pemeriksaan :
1. Glukosa darah sewaktu.
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa

Bukan DM Puasa Vena < 100 2 jam PP -


Kapiler < 80
Gangguan Puasa Vena 100 - 2 jam PP Vena 100 - 140
Toleransi 140 Kapiler 80 –
Glukosa Kapiler 80 - 120
120
DM Puasa Vena > 140 2 jam PP Vena > 200
Kapiler > 120 Kapiler > 200

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
19

1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)


2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75
gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl)

H. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah
normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas
pasien.

Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:


1. Diet
a. Syarat diet diabetes hendaknya dapat:
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menormalkan pertumbuhan diabetes anak dan diabetes dewasa muda
4) Mempertahankan kadar KGD normal
5) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
6) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
7) Menarik dan mudah diberikan

b. Prinsip diet diabetes, adalah:


1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis: boleh dimakan/tidak

c. Diit diabetes sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan
kalorinya.
20

1) Diit DM I : 1100 kalori


2) Diit DM II : 1300 kalori
3) Diit DM III : 1500 kalori
4) Diit DM IV : 1700 kalori
5) Diit DM V : 1900 kalori
6) Diit DM VI : 2100 kalori
7) Diit DM VII : 2300 kalori
8) Diit DM VIII : 2500 kalori

Keterangan :
Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau diabetes
komplikasi.

Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi
penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of relative body
weight (BBR= berat badan normal) dengan rumus:
BB (Kg)
BBR = X 100 %
TB (cm) – 100

Kurus (underweight)
1) Kurus (underweight) : BBR < 90 %
2) Normal (ideal) : BBR 90 – 110 %
3) Gemuk (overweight) : BBR > 110 %
4) Obesitas, apabila : BBR > 120 %
5) Obesitas ringan : BBR 120 – 130 %
6) Obesitas sedang : BBR 130 – 140 %
7) Obesitas berat : BBR 140 – 200 %
8) Morbid : BBR > 200 %
21

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita diabetes
yang bekerja biasa adalah:
1) kurus : BB X 40 – 60 kalori sehari
2) Normal : BB X 30 kalori sehari
3) Gemuk : BB X 20 kalori sehari
4) Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari

2. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita diabetes, adalah:
a. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap 1 ½ jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan
kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensitivitas
insulin dengan reseptornya.
b. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
d. Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang
pembentukan glikogen baru
f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam
lemak menjadi lebih baik.

3. Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah satu
bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau
media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.

4. Obat
a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
22

1). Mekanisme kerja sulfanilurea


a) kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
b) kerja OAD tingkat reseptor

2). Mekanisme kerja Biguanida


Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat
meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
a) Biguanida pada tingkat prereseptor  ekstra pankreatik
Menghambat absorpsi karbohidrat, menghambat glukoneogenesis di hati,
meningkatkan afinitas pada reseptor insulin.
b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin.
c) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler.
b. Insulin
Indikasi penggunaan insulin, yaitu :
1) DM tipe I
2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
3) DM kehamilan
4) DM dan gangguan faal hati yang berat
5) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
6) DM dan TBC paru akut
7) DM dan koma lain pada DM
8) DM operasi
9) DM patah tulang
10) DM dan underweight
11) DM dan penyakit Graves

Beberapa cara pemberian insulin, yaitu :


1). Suntikan insulin subkutan
23

Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah suntikan subcutan,
kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa factor antara lain:
a) Lokasi suntikan
Ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yaitu dinding perut, lengan, dan paha.
Dalam memindahkan suntikan (lokasi) janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan
rotasi tempat suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi perubahan kecepatan absorpsi
setiap hari.
b) Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam waktu 30 menit
setelah suntikan insulin karena itu pergerakan otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan
30 menit setelah suntikan.

2). Pemijatan (Masage)


Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.
3). Suhu
Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat absorpsi insulin.
a ) Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini berarti suntikan
intramuskuler akan lebih cepat efeknya daripada subcutan.
b) Konsentrasi insulin
Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 – 100 U/ml, tidak terdapat perbedaan
absorpsi. Tetapi apabila terdapat penurunan dari u –100 ke u – 10 maka efek insulin
dipercepat.

4). Suntikan intramuskular dan intravena


Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau pada kasus-kasus
dengan degradasi tempat suntikan subkutan. Sedangkan suntikan intravena dosis rendah
digunakan untuk terapi koma diabetik.
24

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELLITUS

A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
2. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi
insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja
yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
25

3. Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.

4. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas,
ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah

5. Integritas Ego
Stress, ansietas

6. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare

7. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.

8. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan
penglihatan.

9. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)

10. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)

11. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit. 25

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan keseimbangan
insulin, makanan, dan aktivitas jasmani
26

2. Resiko syok.
3. Resiko infeksi..
4. Kerusakan integritas jaringan
5. Ketidakefektipan perfusi jaringan perifer b/d penurunan sirkulasi darah keperifer,
proses penyakit (DM)
6. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b/d gejala poliuri dan dehidrasi

C. Discharge Planning
1. Berikan penjelasan secara lisan dan tulisan tentang perawatan dan pengobatan yang
diberikan.
2. Ajarkan dan evaluasi untuk mengenal gejala syok dan asidosis diabetik dan
penanganan kedaruratan
3. Simulasikan cara pemberian terapi insulin mulai dari persiapan alat sampai
penyuntikan dan lokai
4. Ajarkan memonitor atau memeriksa glukosa darah dan glukosa dalam urine
5. Perencanaan diit, buat jadwal
6. Perencanaan latihan, jelaskan dampak latihan dengan diabetik
7. Ajarkan gabaimana untukmencegah hiperglikemi dan hipoglikemi daninfomasikan
gejala gejala yang muncul darikeduanya.
8. Jelaskan komplikasi yang muncul
9. Ajarkan mencegah infeksi : keberihan kaki, hindari perlukaan,gunakan sikat gigi yang
halus.

D. Rencana Keperawatan Diabetes mellitus

No Diagnosa Keperawatan Itujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :


kurang dari kebutuhan
tubuh Nutritional Status : food and Nutrition Management
Fluid Intake
Definisi : Intake nutrisi Kaji adanya alergi makanan
27

tidak cukup untuk Nutritional Status : nutrient Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
keperluan metabolisme Intake menentukan jumlah kalori dan
tubuh. nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Kriteria Hasil : Anjurkan pasien untuk
Batasan karakteristik : meningkatkan intake Fe
Adanya peningkatan berat
Anjurkan pasien untuk
- Berat badan 20 % atau badan sesuai dengan
meningkatkan protein dan
lebih di bawah ideal tujuan
vitamin C
- Dilaporkan adanya intake Beratbadan ideal sesuai
Berikan substansi gula
makanan yang kurang dari dengan tinggi badan
Yakinkan diet yang dimakan
RDA (Recomended Daily Mampumengidentifikasi
mengandung tinggi serat untuk
Allowance) kebutuhan nutrisi
mencegah konstipasi
- Membran mukosa dan Tidk ada tanda tanda
Berikan makanan yang terpilih
konjungtiva pucat malnutrisi
( sudah dikonsultasikan dengan
- Kelemahan otot yang Menunjukkan peningkatan
ahli gizi)
digunakan untuk fungsi pengecapan dari
Ajarkan pasien bagaimana
menelan/mengunyah menelan
membuat catatan makanan
- Luka, inflamasi pada Tidak terjadi penurunan
harian.
rongga mulut berat badan yang berarti
Monitor jumlah nutrisi dan
- Mudah merasa kenyang,
kandungan kalori
sesaat setelah mengunyah
Berikan informasi tentang
makanan
kebutuhan nutrisi
- Dilaporkan atau fakta
Kaji kemampuan pasien untuk
adanya kekurangan
mendapatkan nutrisi yang
makanan
dibutuhkan
- Dilaporkan adanya
Nutrition Monitoring
perubahan sensasi rasa
BB pasien dalam batas normal
- Perasaan ketidakmampuan
Monitor adanya penurunan berat
untuk mengunyah makanan
badan
- Miskonsepsi
Monitor tipe dan jumlah aktivitas
- Kehilangan BB dengan
yang biasa dilakukan
makanan cukup
Monitor interaksi anak atau
- Keengganan untuk makan
orangtua selama makan
- Kram pada abdomen
Monitor lingkungan selama makan
- Tonus otot jelek
Jadwalkan pengobatan dan
- Nyeri abdominal dengan
tindakan tidak selama jam makan
atau tanpa patologi
Monitor kulit kering dan
- Kurang berminat terhadap
perubahan pigmentasi
makanan
Monitor turgor kulit
- Pembuluh darah kapiler
Monitor kekeringan, rambut
mulai rapuh
kusam, dan mudah patah
- Diare dan atau steatorrhea
Monitor mual dan muntah
28

- Kehilangan rambut yang Monitor kadar albumin, total


cukup banyak (rontok) protein, Hb, dan kadar Ht
- Suara usus hiperaktif Monitor makanan kesukaan
- Kurangnya informasi, Monitor pertumbuhan dan
misinformasi perkembangan
Faktor-faktor yang Monitor pucat, kemerahan, dan
berhubungan : kekeringan jaringan konjungtiva
Ketidakmampuan Monitor kalori dan intake nuntrisi
pemasukan atau mencerna Catat adanya edema, hiperemik,
makanan atau hipertonik papila lidah dan
mengabsorpsi zat-zat gizi cavitas oral.
berhubungan dengan faktor Catat jika lidah berwarna magenta,
biologis, psikologis atau scarlet
ekonomi.
2 Resiko Syok NOC : NIC :

Definisi : Beresiko Syok prevention Syok prevention


terhadap ketidakcukupan Syok management - Monitor sirkulasi BP,
aliran darah kejaringan warna kulut, suhu, HR,
tubuh, yang dapat dan ritme, nadi perifer.
mengakibatkan disfungsi Kriteria Hasil : - Monitor tanda inadekuat
seluler yang mengancam oksigenasi jaringan
Nadi dalam batas yang
jiwa - Monitor suhu dan
diharapkan
pernapasan
Faktor resiko : Irama jantung dalam batas
- Monitor input dan output
yang diharapkan
- Pantau nilai labor :
- Hipotensi Frekuensi napas dalam
HB,HT, AGD, dan
Hipovolemi batas yang diharapkan
elektrolit
Hipoksemia Irama pernapasan dalam
- Monitor hemodinamik
Hipoksia batas yang diharapkan
invasi yang sesuai
Infeksi Natrium serum dbn
- Monitor tanda dan gejala
SepsisSindrom respons Kalium serum dbn
asites
inflamasi sistemik Klorida serum dbn
- Monitor tanda awal syok
Kalsium serum dbn
- Tempatkan pasien pd
Magnesium serum dbn
posisi supine, akki
PH darah serum dbn
elevasi,untuk
peningkatan preload dgn
Hidrasi :
tepat
Indikator
- Lihat dan pelihara
Mata cekung tidak
kepatenan jalan napas
ditemukan
- Berikan cairan iv dan
Demam tidak ditemukan
oral secara tepat
TD dbn
29

- Berikan vasodilator yg
tepat
- Ajarkan keluarga dan px
ttg tanda dan gejala
datangnya syok
- Ajarkan keluarga dan px
ttg langkah untuk
mengatasi gejala syok
Syok management :
- Monitor fungsi
neurologis
- Monitor fungsi renal
- Monitor tekanan nadi
- Catat gas darah arteri
dan oksigen dijaringan
- Monitor EKG
- Memanfaatkan
pemantauan jalur arteri
untuk meningkatkan
akurasi pembacaan TD
- Memantau trend lm
parameter hemodinamik
- Memntau faktor penentu
pengiriman jaringan
oksigen
- Memonitor gejala gagal
pernapasan
30

3 Resiko Infeksi NOC : NIC :

Definisi : Peningkatan Immune Status Infection Control (Kontrol


resiko masuknya organisme infeksi)
patogen Knowledge : Infection
control Bersihkan lingkungan setelah
Faktor-faktor resiko : dipakai pasien lain
Risk control Pertahankan teknik isolasi
Prosedur Infasif
Batasi pengunjung bila perlu
Ketidakcukupan Kriteria Hasil :
Instruksikan pada pengunjung
pengetahuan untuk
Klien bebas dari tanda dan untuk mencuci tangan saat
menghindari paparan
gejala infeksi berkunjung dan setelah
patogen
Menunjukkan kemampuan berkunjung meninggalkan pasien
Trauma
untuk mencegah Gunakan sabun antimikrobia
Kerusakan jaringan dan
timbulnya infeksi untuk cuci tangan
peningkatan paparan
Jumlah leukosit dalam batas Cuci tangan setiap sebelum dan
lingkungan
normal sesudah tindakan kperawtan
Ruptur membran amnion
Menunjukkan perilaku Gunakan baju, sarung tangan
Agen farmasi
hidup sehat sebagai alat pelindung
(imunosupresan)
Pertahankan lingkungan aseptik
Malnutrisi
selama pemasangan alat
Peningkatan paparan
Ganti letak IV perifer dan line
lingkungan patogen
central dan dressing sesuai
Imonusupresi
dengan petunjuk umum
Ketidakadekuatan imum
Gunakan kateter intermiten
buatan
untuk menurunkan infeksi
Tidak adekuat pertahanan
kandung kencing
sekunder (penurunan Hb,
Tingktkan intake nutrisi
Leukopenia, penekanan
Berikan terapi antibiotik bila
respon inflamasi)
perlu
Tidak adekuat pertahanan
Infection Protection (proteksi
tubuh primer (kulit tidak
terhadap infeksi)
utuh, trauma jaringan,
Monitor tanda dan gejala infeksi
penurunan kerja silia,
sistemik dan lokal
cairan tubuh statis,
Monitor hitung granulosit, WBC
perubahan sekresi pH,
Monitor kerentanan terhadap
perubahan peristaltik)
infeksi
Penyakit kronik
Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
Partahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
31

Pertahankan teknik isolasi k/p


Berikan perawatan kuliat pada
area epidema
Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari
infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
4 Kerusakan integritas NOC : NIC :
jaringan
Tissue integrity : skin and Pressure ulcer prevention
Definisi : Kerusakan mucous wound care
jaringan membran mukosa,
kornea, integumen, atau Wound healing : primary Anjurkan px utk menggunakan
subkutan and secondary intention pakaian yg longgar
Jaga kulit agar tetap bersih dan
Batasan karakteristik : V Kriteria Hasil : kering
Mobilisasi pasien setiap 2 jam
- Krusakan jaringan mis : Perfusi jaringan normal
sekali
membran mukosa, kornea, Tidak ada tanda-tanda
Monitor kulit akan adanya
integumen, atau subkutan infeksi
kemerahan
Ketebalan dan tektur
Oleskan lotion atau minyak pd
Faktor yg berhubungan : jaringan normal
daerah yg tertekan
Menunjukkan pemahamn
Gangguan sirkulasi Monitor aktivitas dan mobilisasi
dalam proses perbaikan
I Iritan zat kimia px
kulit dan mencegah
Defisit cairan Monitor status nutrisi px
terjadinya cidera berulang
Kelebihan cairan Memandikan px dengan sabun
Menunjukkan terjadinya
Hambatan mobilitas fisik dan air hangat
proses penyembuhan luka
Kurang pengetahuan Observasi luka
Faktor mekanik (misal : Ajarkan keluarga ttg luka dan
32

tekanan sobekan) perawatan luka


Faktor nutrisi Kolaborasi ahli gizi dlm
Radiasi pemberian diet TKTP
Suhu ekstrim

5 Ketidakefektipan perfusi NOC : NIC :


jaringan perifer Circulation status Peripheral sensation
Tissue perfusion : management
Definisi : Penurunan
cerebral
sirkulasi darah ke perifer - Monitor adanya daerah
yg dapat mengganggu tertentu yg hanya peka
kesehatan Kriteria Hasil :
trhdap
Batasan Karakteristik : Mendemontrasikan panas,dingin,tajam,tumpul
status sirkulasi yg - Instruksikan keluarga untuk
Tidak ada nadi ditandai dgn : mengobservasi kulit jika ada
Perubahan fungsi motorik
Tekanan systole dan isi atau laserasi
Perubahankarakteristik
kulit diastole dalam rentang yg - Gunakan sarung tangan utk
Perubahan tekanan darah diharapkan proteksi
diekstrermitas Tidak ada hipertensi - Batasi gerakan pd kepala,
Warna tidak kembali Tidak ada tanda-tanda leher dan punggung
ketungkai saat tungkai peningkatan intra kranial - Monitor kemampuan BAB
diturunkan - Kolaborasi pemberian
Kelambatan penyembuhan
Mendemontrasikan analgetik
luka perifer
Penurunan nadi kemampuan kognitif yg - Monitor adanya
Edema ditandai dgn : tromboplebitis
Nyeri ekstremitas Berkomunikasi dgn jelas - Diskusikan mengenai
Warna kulit pucat saat dan sesuai dgn penyebab perubahan sensasi
elevasi kemampuan
Menunjukkan perhatian ,
Faktor yg berhubungan ;
konsentrasi, dan orientasi
Kurang pengetahuan ttg Memproses informasi
faktor pemberat Membuat keputusan dgn
Kurang pengetahuan benar
ttgprses penyakit
Diabetes melitus
Hipertensi
Gaya hidup monoton T
merokok

6 Resiko ketidakseimbangan NOC : NIC :


33

elektrolit Fluid balance Fluid management


Hydration
Definisi : Beresiko Nutritional status : food Pertahankan intake dan output yg
mengalami perubahan and fluid intake akurat
kadar elektrolit serum yg Monitor status hidrasi
dapat menggangu Kriteria Hasil : Monitor vital sign
kesehatan. Monitor masukan makan /
Mempertahan kan urine cairan dan hitung intake kalori
Faktor resiko : output sesuai dgn usia dan harian
BB, BJ, urine normal, HT Kolaborasi pemeberian cairan iv
Defisiensi volume cairan
normal Monitor status nutrisi
Diare
Dorong masukan oral
Disfungsi endokrin TD, nadi, suhu tubuh Kolaborasi dokter jika tanda
Kelebuhan volume cairan dalam batas normal cairan berlebih muncul
Gangguan mekanisme
memburuk
regulasi Tidak ada tand-tanda
Monitor tingkat Hb dan Ht
Disfungsi ginjal dehidrasi, elastisitas
Monitor adanya tanda gejala
Efek samping obat turgor kulit baik,
gagal ginjal
muntah membran mukosa lembab,
tidak ada rasa haus yg
berlebihan
34

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter,
dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya
gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam
tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai
juga gangguan metabolisme lemak dan protein.

Klasifikasi diabetes ada 2 yaitu :


1. Klasifikasi klinis
2. Klasifikasi risiko statistik

Diagnoa keperawatan diabetes, yaitu :


1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik
2. PK : Infeksi

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan tubuh mengabsorbsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor
biologis.

4. PK: Hipo / Hiperglikemi

5. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik: perubahan


sirkulasi, imobilitas dan penurunan sensabilitas (neuropati)

6. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan tidak nyaman nyeri, intoleransi


aktifitas, penurunan kekuatan otot

7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal (Familiar) dengan sumber


informasi.

8. Kelelahan berhubungan dengan status penyakit

34
35

9. Sindrom deficit self care b/d kelemahan, penyakitnya

B. Saran
Berdasarkan uraian di atas di harapkan kita dapat lebih memahami makna
kesehatan,semoga informasi ini bisa membantu kita menghindari penyakit diabetes yang
sekarang bukan lagi hanya disebabkan oleh genetis. bila gejala-gejala tersebut pernah
anda/orang terdekat anda tangani, segerakan memeriksa kadar gula dalam darah.
36

DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia A dan Larraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit Edisi 4. Jakarta : EGC

Suddart & Brunner. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2.
Jakarta : EGC

Suddart & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 3.
Jakarta : EGC

Neal, Michael J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis edisi 5. Surabaya : Erlangga

McPhee, Stephen J & William F. Ganong. 2011. Patofisiologi Penyakit Pengantar Menuju
Kedokteran Klinis. Jakarta : EGC

Ikram, Ainal. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut
jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI

Mansjoer, Arif, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI

Arjatmo Tjokronegoro. 2002. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta :


Balai Penerbit FKUI

Nathan DM, Cleary PA, Backlund JY, et al. (December 2005)."Intensive diabetes
treatment and cardiovascular disease in patients with type 1 diabetes". The New England
Journal of Medicine 353 (25): 2643 53. doi:10.1056/NEJMoa052187.PMC 2637991.
PMID 16371630.

Nursing Interventions Classification (NIC) : Fifth Edition. Missouri : Mosby Elsevier.

Nursing Outcomes Classification (NOC) : Fourth Edition.Missouri : Mosby Elsevier.

Wiley, John dan Sons Ltd. 2009. NANDA International : 2009-2011. United Kingdom :
Markono Print Media.
37

Anda mungkin juga menyukai