PENDAHULUAN
1.3 Tujuaan
BAB II
PEMBAHASAN
Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya busuk,
rusak, menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok. Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi
adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk
keuntungan, dan merugikan kepentingan umum.
Korupsi di Indonesia berkembang secara sistemik. Bagi banyak orang korupsi bukan lagi
merupakan suatu pelanggaran hukum, melainkan sekedar suatu kebiasaan. Dalam seluruh
penelitian perbandingan korupsi antar negara, Indonesia selalu menempati posisi paling
rendah. Keadaan ini bisa menyebabkan pemberantasan korupsi di Indonesia semakin
ditingkatkan oleh pihak yang berwenang.
1. Pra kemerdekaan
a. Masa Pemerintahan Kerajaan: Singosari, Majapahit, Demak, dan
Banten.
Gejala korupsi dan penyimpangan kekuasaan masih didominasi para
kalangan elite bangsawan, sultan, dan raja, sedangkan rakyat kecil
nyaris belum mengenal atau memahaminya.
b. Masa Kolonial Belanda
Perilaku korup tidak hanya oleh masyarakat Nusantara, tetapi
orang Belanda, Portugis dan Jepang pun gemar mengorup
harta-harta korps, institusi, atau pemerintahannya.
Budaya yang sangat tertutup dan penuh keculasan tersebut
turut menyuburkan budaya korupsi di Indonesia, seperti
kebiasaan mengambil upeti (pajak) dari rakyat.
2. Pasca kemerdekaan
a. Orde Lama
Pada Tahun 1963 melalui Keputusan Presiden Nomor 275 Tahun 1963,
upaya pemberantasan korupsi kembali digalakkan dengan membentuk
lembaga yang bertugas meneruskan kasus-kasus korupsi di meja
pengadilan yang dikenal “Operasi Budhi”.
b. Orde Baru
c. Era reformasi
Mulai tahun 2003 s.d. 2014 yaitu kerja sama KPK dengan PPATK, BPK,
Polri, dan Kejaksaan Agung. Data dari Lembaga Survei Nasional (LSN)
Pada Pemilu tahun 2009, sebanyak <40% publik bersedia menerima uang
dari caleg/partai. Data dari SuaraMerdeka.com, money politic sangat
rawan terjadi dalam pemilu 2014, mayoritas publik mengaku bersedia
menerima pemberian uang dari caleg/partai sebesar 69,1%.
2) Mahkamah Konstitusi
A. Hakim Konstitusi
Hakim yaitu orang yang memiliki wewenang menghakimi suatu perkara. Hakim di
Mahkamah Konstitusi boleh menyandang jabatan selama dua periode, di mana setiap
periodenya memiliki jangka waktu 5 tahun. Ada 9 orang hakim konstitusi yang masing-
masing terdiri dari :
3 orang pilihan dari Mahkamah Agung (MA)
3 orang pilihan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
3 orang pilihan dari Presiden
Ketua Mahkamah Konstitusi adalah seseorang yang menjadi kepala dalam institusi MK.
Seorang Kepala MK dipilih oleh para hakim konstitusi untuk jabatan 3 tahun lamanya.
3) Mahkamah Agung
Pemberantasan korupsi di Indonesia dibagi dalam 3 periode, yaitu pada masa Orde Lama,
Orde Baru, dan Orde Reformasi.
1.Orde Lama
Antara 1951–1956 isu korupsi mulai diangkat oleh koran lokal seperti Indonesia Raya yang
pdipandu Mochtar Lubis dan Rosihan Anwar. Pemberitaan dugaan korupsi Ruslan Abdulgani
menyebabkan koran tersebut kemudian di bredel. Kasus 14 Agustus 1956 ini adalah
peristiwa kegagalan pemberantasan korupsi yang pertama di Indonesia, dimana atas
intervensi PM Ali
Sastroamidjoyo, Ruslan Abdulgani, sang menteri luar negeri, gagal ditangkap oleh Polisi
Militer. Sebelumnya Lie Hok Thay mengaku memberikan satu setengah juta rupiah kepada
Ruslan Abdulgani, yang diperoleh dari ongkos cetak kartu suara pemilu. Dalam kasus
tersebut mantan Menteri Penerangan kabinet Burhanuddin Harahap (kabinet sebelumnya),
Syamsudin Sutan Makmur, dan Direktur Percetakan Negara, Pieter de Queljoe berhasil
ditangkap.
Mochtar Lubis dan Rosihan Anwar justru kemudian dipenjara tahun 1961 karena dianggap
sebagai lawan politik Sukarno.
Jenderal Nasution sempat memimpin tim pemberantasan korupsi pada masa ini, namun
kurang berhasil.
Pertamina adalah suatu organisasi yang merupakan lahan korupsi paling subur.
Kolonel Soeharto, panglima Diponegoro saat itu, yang diduga terlibat dalam kasus korupsi
gula, diperiksa oleh Mayjen Suprapto, S Parman, MT Haryono, dan Sutoyo dari Markas Besar
Angkatan Darat. Sebagai hasilnya, jabatan panglima Diponegoro diganti oleh Letkol Pranoto,
Kepala Staffnya. Proses hukum Suharto saat itu dihentikan oleh Mayjen Gatot Subroto, yang
kemudian mengirim Suharto ke Seskoad di Bandung. Kasus ini membuat DI Panjaitan
menolak pencalonan Suharto menjadi ketua Senat Seskoad.
2. Orde Baru
Korupsi orde baru dimulai dari penguasaan tentara atas bisnis-bisnis strategis.
3. Reformasi
Pencatan ulang aset dilakukan oleh pemerintah dalam rangka memantau sirkulasi
aset yang dimiliki oleh masyarakat. Pada tahun 2017 ini, pemerintah menetapkan suatu
kebijakan kepada masyarakatnya untuk melaporkan aset yang dimilikinya sebagai bentuk
upaya pencegahan tindakan korupsi yang dapat terjadi di masyarakat. Pencatatan aset yang
dimiliki oleh masyarakat tidak hanya berupa aset tunai yang disimpan di bank, tetapi juga
terhadap aset kepemilikan lain berupa barang atau tanah. Selain itu, pemerintah juga
melakukan penelurusan asal aset yang dimiliki oleh masyarakat untuk mengetahui apakah
aset yang dimiliki oleh masyarakat tersebut mengindikasikan tindak pidana korupsi atau
tidak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Korupsi_di_Indonesia