PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Jurusan Analis Kesehatan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 3
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
No Hal
Gambar 1. Patofisiologi Diabetes Melitus ....................................................... 9
Gambar 2. Komposisi darah ............................................................................. 16
Gambar 3. Pengaruh hematokrit terhadap viskositas ....................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme yang
ditandai dengan meningkatnya glukosa darah (hiperglikemi) disebabkan
karena ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan untuk memfasilitasi
masuknya glukosa dalam sel, agar dapat dapat digunakan untuk metabolisme
dan pertumbuhan sel. Berkurang atau tidak adanya insulin menjadikan glukosa
bertahan didalam darah dan menimbulkan gula darah, sementara sel
kekurangan glukosa yang sangat dibutuhkan dalam kelangsungan dan fungsi
sel (Izzati & Nirmala, 2015)
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang paling
banyak dialami oleh penduduk didunia. World health organization
menjelaskan bahwa penyakit diabetes melitus dapat diperkirakan akan terus
bertambah dari tahun ketahun hingga 415 juta orang diseluruh dunia yang
mengidap penyakit diabetes melitus (WHO, 2016). Berdasarkan data
International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2015, Indonesia
menduduki peringkat ke-7 dunia dari 10 besar negara dengan diabetes melitus
tertinggi. Populasi penderita diabetes melitus di Indonesia pada tahun 2015
mencapai 5,8% atau sekitar 8,5 juta orang. (Lestari, 2018).
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara menyatakan bahwa DM
merupakan penyakit degeneratif atau tidak menular yang selalu ada dalam
daftar 10 penyakit tidak menular. Pada tahun 2015 penyakit DM menempati
urutan ke-9, dan pada tahun 2016 menempati urutan ke-4 dengan jumlah kasus
sebesar 2.983. Hal tersebut secara eksplisit menunjukkan meningkatnya jumlah
penderita DM setiap tahunya yang dikarenakan adanya fenomena global yang
timbul akibat pola makan dan gaya hidup masyarakat yang berubah makin
praktis dan serba cepat (DINKES Provinsi Sulawesi Tenggara, 2017). Data
yang diambil di RSUD kota kendari menunjukkan jumlah kasus diabetes
melitus pada tahun 2017 sebanyak 155 kasus dan pada tahun 2018 sebanyak
165 kasus. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan angka kejadian diabetes
melitus pada pasien rawat jalan di RSUD Kota Kendari (RSUD Kota Kendari,
2018).
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, 2008).
Diabetes tipe 2 merupakan penyakit multifaktorial dengan komponen genetik
dan lingkungan yang sama kuat dalam proses timbulnya penyakit tersebut.
Pengaruh faktor genetik terhadap penyakit ini dapat terlihat jelas dengan
tingginya penderita diabetes yang berasal dari orang tua yang memiliki riwayat
diabetes melitus sebelumnya. Diabetes melitus tipe 2 sering juga di sebut
diabetes life style karena penyebabnya selain faktor keturunan, faktor
lingkungan meliputi usia, obesitas, resistensi insulin, makanan, dan gaya hidup
penderita yang tidak sehat juga bereperan dalam terjadinya diabetes ini.
Perkembangan diabetes melitus tipe 2 yang lambat, seringkali membuat gejala
seperti sering merasa haus, sering buang air kecil terutama pada saat malam
hari dan lainnya (Richardo, 2014).
Hematokrit (Ht) adalah volume sel-sel darah merah dalam 100 mL (1 dL)
darah, dihitung dalam persen. Tujuan dari pemeriksaan tersebut adalah
untuk mengukur konsterasi sel-sel darah merah (eritrosit) dalam darah. (Kee.
Joyce LeFever, 2008).
Pada diabetes melitus terjadi peningkatan osmolaritas darah akibat
tingginya kadar glukosa darah yang menyebabkan permeabilitas kapiler
meningkat sehingga terjadi diuresis osmotik. Hal ini akan menurunkan volume
plasma dan meningkatkan hematokrit serta viskositas darah (Irace C, 2013).
Hiperosmolaritas adalah adanya kelebihan tekanan osmotik pada plasma
sel karena adanya peningkatan konsentrasi zat. Sedangkan tekanan osmosis
merupakan tekanan yang dihasilkan karena adanya peningkatan konsentrasi
larutan pada zat cair. Pada penderita diabetes melitus terjadinya
hiperosmolaritas karena peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (yang
notabene komposisi terbanyak adalah zat cair) (Irawati L, 2010).
Peningkatan glukosa dalam darah akan berakibat terjadinya peningkatan
kemampuan pembuluh darah untuk menahan partikel-partikel pengisinya
(peningkatan permeabilitas kapiler) serta kelebihan ambang pada ginjal untuk
memfiltrasi dan reabsorbsi glukosa (meningkat kurang lebih 225 mg/menit).
Kelebihan ini kemudian menimbulkan efek pembuangan glukosa melalui urin
(glukosuria). Ekskresi molekul glukosa yang aktif secara osmosis
menyebabkan kehilangan sejumlah besar air (diuresis osmotik), serangkaian
kejadian diatas juga akan menyebabkan volume plasma menurun dan akan
meningkatkan kekentalan darah (viskositas darah) dan karena menurunnya
oksigen dalam darah akibat konsentrasi glukosa dan insulin serta meningkatkan
konsentrasi sel darah merah sehingga meningkatkan nilai hematokrit (Irawati
L, 2010).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Gambaran Nilai Hematokrit Pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah Bagaimanakah gambaran nilai hematokrit pada penderita diabetes
melitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum,
Untuk mengetahui kadar hematokrit pada penderita diabetes melitus tipe 2
Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan informasi dan masukkan dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan khususnya Jurusan Analis Kesehatan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Kendari.
2. Bagi Ilmu Pengetahuan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber
informasi atau bahan masukkan terkait pemeriksaan nilai hematokrit pada
penderita diabetes melitus tipe 2.
3. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan,wawasan dan pengalaman terkait
penelitian yang dilakukan.
4. Bagi Masyarakat
Sebagai salah satu informasi kepada masyarakat tentang penyakit
diabetes melitus tipe 2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Pemikiran
Hematokrit (Ht) adalah volume sel-sel darah merah dalam 100 mL (1 dL)
darah, dihitung dalam persen. Tujuan dari pemeriksaan tersebut adalah
untuk mengukur konsterasi sel-sel darah merah (eritrosit) dalam darah.
Diabetes tipe 2 adalah jenis yang paling umum dari diabetes. Biasanya
terjadi pada orang dewasa, tapi semakin terlihat pada anak-anak dan remaja.
Pada diabetes tipe 2, tubuh mampu memperoduksi insulin tetapi menjadi
resisten sehingga insulin tidak efektif. Seiring waktu, kadar insulin kemudian
menjadi tidak cukup. Kedua resistensi insulin dan defisiensi menyebabkan
kadar glukosa darah tinggi. Kurang lebih 90% hingga 95% penderita
mengalami diabetes tipe 2, yaitu diabetes yang tidak tergantung insulin.
Diabetes tipe 2 terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (yang
disebut resistensi insulin) atau penurunan jumlah produksi insulin.
Peningkatan glukosa dalam darah akan berakibat terjadinya peningkatan
kemampuan pembuluh darah untuk menahan partikel-partikel pengisinya
(peningkatan permeabilitas kapiler) serta kelebihan ambang pada ginjal untuk
memfiltrasi dan reabsorbsi glukosa (meningkat kurang lebih 225 mg/ menit).
Kelebihan ini kemudian menimbulkan efek pembuangan glukosa melalui urin
(glukosuria). Ekskresi molekul glukosa yang aktif secara osmosis
menyebabkan kehilangan sejumlah besar air (diuresis osmotik), serangkaian
kejadian diatas juga akan menyebabkan volume plasma menurun dan akan
meningkatkan kekentalan darah (viskositas darah) dan karena menurunnya
oksigen dalam darah akibat konsentrasi glukosa dan insulin serta meningkatkan
konsentrasi sel darah merah sehingga meningkatkan nilai hematokrit.
B. Kerangka Pikir
Darah Vena
Pemeriksaan Laboratorium
Hematokrit
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Variabel bebas (independen) pada penelitian ini yaitu nilai hematokrit.
2. Variabel terikat (dependen) pada penelitian ini yaitu pasien diabetes
melitus tipe 2.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional mencakup pengertian atau batasan-batasan kecepatan
yang digunakan untuk mendapatkan data serta memudahkan dalam
menganalisis data yang berhubungan dengan penarikan kesimpulan.
Beberapa definisi tersebut sebagai berikut :
1. Diabetes melitus tipe 2 yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pasien
yang telah didiagnosa menderita diabetes melitus tipe 2 oleh klinis yang
sedang melakukan pengobatan di poliklinik penyakit dalam di RSUD Kota
Kendari Provinsi Sulawesi tenggara.
2. Hematokrit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perbandingan
jumlah sel darah merah dengan volume darah keseluruhan yang dihitung
dalam persentase (%), Hematokrit dalam penelitian ini diperiksa
menggunakan metode flow cytometri dengan alat hematology analizer.
F. Kriteria Objektif
Dalam penelitian ini pemeriksaan hematokrit dibagi menjadi dua yaitu pria
dan wanita dengan kriteria objektif :
1. Laki-laki
Hematokrit Normal : 40%-48%
Hematokrit Tidak Normal : < 40% dan > 48%
2. Perempuan
Hematokrit Normal : 37%-43%
Hematokrit Tidak Normal : < 37% dan > 43%
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif.
Yang bertujuan untuk mendapatkan nilai hematokrit pada penderita Diabetes
Melitus Tipe 2 yang ada di RSUD Kota Kendari.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
a. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Hematologi Jurusan
Analis Kesehatan Kemekes Kendari.
b. Tempat pengambilan sampel di RSUD Kota Kendari
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2019.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhaan atau totalitas objek yang diteliti yang
ciri-cirinya akan diduga atau ditaksir (estimated) (Nasir,2011). Populasi
dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus yang datang
memeriksakan diri ke poliklinik penyakit dalam di RSUD kota kendari
pada tahun 2018 adalah sebanyak 165 orang.
2. Sampel
Sampel adalah wakil dari populasi yang cici-cirinya diungkapkan dan
akan digunakan untuk menaksir cri-ciri populasi (Nasir, 2011). Jumlah
populasi >100 maka besar sampel diambil minimal 15% dan jika populasi
<100 maka diambil sampel 25-50% (Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam
penelitian ini adalah sampel darah vena pasien diabetes melitus yang
kemudian dilakukan pemeriksaan darah lengkap.
a. Besar Sampel
Besar sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu 20% karena
jumlah populasi >100. Besar sampel pada penelitian adalah sebanyak
19 sampel darah, yang didapatkan dari hasil perhitungan
menggunakan rumus perhitungan :
Jumlah Sampel = 20% x Jumlah Populasi
20
= 165x 100 = 33
𝑓
𝑥= 𝑥𝐾
𝑛
Keterangan :
x = presentase variabel diteliti
f = jumlah sampel berdasarkan kriteria penelitian
n = jumlah sampel
k = konstanta ( 100% )
J. Penyajian Data
Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
dan dijelaskan dalam bentuk narasi
K. Etika Penelitian
Etika penelitian bertujuan utuk melindungi hak-hak subyek. Dalam
penelitian ini menekankan masalah etika yang meliputi :
1. Ananomiti (Tanpa Nama)
Dilakukan dengan cara tidak memberikan nama responden pada
lembar alat ukur, hanya menuliska kode pada lembar pengumpulan data.
2. Confidentiality (Kerahasiaan)
Confidentiality yaitu menjamin kerahasiaan hasil penelitian baik
informasi maupun masalah-masalah lainnya. Informasi yang dikumpulkan
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang
akan dilaporkan pada hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, Sega Fajar, 2018. Pengaruh Penundaan dan Volume EDTA Terhadap
Nilai Hematokrit Metode Mikro. Semarang : UNIMUS.
DINKES. 2017. Data Diabetes Melitus di Sulawesi Tenggara Tahun 2017. Sulawesi
Tenggara : DINKES.
Evelyn C. 2010. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, cetakan 34, Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
Fatimah, Restyana Noor. 2015. “Diabetes Tipe 2.” J Majority Vol 4 No 5 (101-93)
Ganda, S, 2007. Penuntun Laboratorium Klinik, cetakan 13, Jakarta : Dian Rakyat.
Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta
: EGC.
Lestari, Diska Dwi. 2018. “Kepatuhan Diet pada Klien Diabetes Melitus Tipe2
Ditinjau dari Dukungan Keluarga di Puskesmas Cipondoh Tangerang” Jurnal
Ilmiah Keperawatan Indonesia 1 (2) : 83-90 ISSN 2580-3077
Pearce. 2009. Anatomi dan fisiologi untuk para medis. Jakarta : PT Gramedia.
RSUD Kota Kendari. 2018. Data Kejadian Diabetes Melitus di Poli Penyakit
Dalam RSUD Kota Kendari. Kota Kendari : RSUD Kota Kendari.
Smeltzer, S.C. & Brenda, G.B. 2002. Buku Ajar Keperawatan Bedah. ECG :
Jakarta.
Subekti,I. 2017. Apa Itu Diabetes : Patofisiologi, Gejala Dan Tanda. Dalam:
Soegondo,S., dkk., editor. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu
Sebagai Panduan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Bagi Dokter
Maupun Edukator, Jakarta : FKUI.
Sutedjo, AY. 2009. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Yogyakarta : Penerbit Amara Books.
Tarwoto & Wartonah, 2008. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.