BAKTERIOLOGI II
PATOGENESIS DEMAM TIPOID
OLEH :
KELOMPOK 1
1. AGUNG DWI WICAKSONO
2. ALMA DEVIANTI PALIAN
3. ALYA RAHMITHA
4. ANANDA RISKI AMELIA
5. ENGI MAYA RENDA
6. FAIZAL MUSTARI
7. FATRI
8. FILDA NIGSIH
9. FRIZKA AMELYAH ZHARA
10.SISFATRIA
11.SITTI HASMAWATI
Dengan menyebut nama ALLAH SWT tang maha pengasih lagi maha
penyayang, saya panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “PATOGENESIS DEMAM TIPOID “.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga data memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu
saya menyampaikan banyak terimah kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu denan tangan terbuka saya menerimah segalah saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella Thypi.Kuman Salmonella Typi masuk tubuh manusia melalui
mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Penularan salmonella thypi dapat
ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu
food (makanan), fingers (jari tangan/kuku), fomitus (muntah), fly (lalat), dan
melalui feses. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya
seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella
thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk
kedalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan
sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid.
Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran
darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial.
Demam tifoid terdapat di seluruh dunia dan penyebarannya tidak tergantung pada
iklim, tetapi lebih banyak dijumpai di Negara-negara sedang berkembang di daerah
tropis. Hal ini disebabkan karena penyediaan air bersih, sanitasi lingkungan dan
kebersihan indifidu yang kurang baik. Di Indonesia demam tifoid jarang dijumpai secara
epidemic, tetapi lebih sering bersifat seporadis, terpencar-pencar di suatu daerah, dan
jarang menimbulkan lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah. Demam tifoid dapat
di temukan sepanjang tahun. Insiden tertinggi didapatkan pada anak-anak dan tidak ada
perbedaan yang nyata anatra insidensi demam tifoid pada wanita dan pria.
B. Rumusan Masalah
C.Tujuan Penulisan
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella Thypi(Arief Maeyer, 1999 ).
Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai
dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus,
pembentukan mikroabses dan ulserasi nodus peyer di distal ileum. (Soegeng
Soegijanto, 2002)
B. Etiologi
C. Patogenesis
Setelah tertelan, bakteri harus menembus beberapa mekanisme pertahanan
tubuh pejamu sebelum menimbulkan infeksi. Biasanya Salmonella mati pada
lingkungan yang bersifat asam, oleh karena itu terjadi pengurangan inokulum
yang banyak setelah bersentuhan dengan isi lambung. Pengurangan selanjutnya
terjadi di usus halus melalui efek antibakteri langsung dari pertarungan organisme
dengan flora usus normal. Gangguan mekanisme pertahanan pejamu ini
meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.
Ketika masuk ke dalam usus halus, bakteri melekat pada permukaan epitel,
yang menimbulkan kerusakan sel pada brush border. Invasi mukosa
sesungguhnya oleh salah satu dari dua mekanisme yang berbeda menimbulkan
infeksi klinis. Proses pertama ialah masuknya segera bakteri secara langsung ke
epitel, kedua terjadi proliferasi intraluminal organisme menjadi inokulum yang
cukup menaklukkan pertahanan pejamu setempat. Kemudian salmonella
memasuki sitoplasma epitel melalui invaginasi membran sel dan tinggal di dalam
vakuola ini sampai dihantarkan ke lamina propria, tempat terjadinya reaksi
peradangan yang hebat. Bercak Peyer di ileum distal adalah tempat primer
penetrasi bakteri. Sistem retikuloendotelial slanjutnya akan dikolonisasi melalui
aliran limfe. Limfe yang mengalir melalui duktus torasikus menghantarkan bakteri
masuk ke aliran darah, dari sini terjadi diseminasi ke organ yang jauh. Sel
retikuloendotelial di sumsum tulang, hati dan limpa memakan bakteri yang
menyebar secara hematogen ini, yang kadang – kadang menimbulkan fokus
infeksi. Organisme yang menyebar melalui darah mencapai kandung empedu,
memperbanyak diri, dan masuk empede serta usus halus secara sekunder.
Salmonella dapat hidup di dalam sel untuk waktu lama. S. typhi dietemukan di
dalam fagosit mononuklear di jaringan limfe pejamu, ketidakmampuan monosit
menghancurkan S. typhi secara efektif setelah melakukan fagositosis mungkin
berperan pada penyebaran luas organisme penyebab selama demam tifoid. S.
typhi virulen juga dapat menghalangi metabolisme oksidatif leukosit
polimorfonuklear, yang mencegah penghancuran bakteri yang difagosit pada
stadium dini infeksi. Selanjutnya, kemampuan menolak imunitas selular pejamu
bisa berperan pada patofisiologi yang menyebabkan demam tifoid.
D. Patofisiologi
Kuman Salmonella typi masuk tubuh manusia melalui mulut dengan makanan
dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnakan oleh asam lambung.
Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque peyeri di
ileum terminalis yang mengalami hipertrofi. Di tempat ini komplikasi perdarahan
dan perforasi intestinal dapat terjadi. Kuman Salmonella Typi kemudian
menembus ke lamina propia, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe
mesenterial, yang juga mengalami hipertrofi. Setelah melewati kelenjar-kelenjar
limfe ini salmonella typi masuk ke aliran darah melalui ductus thoracicus. Kuman
salmonella typi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus.
D. Manifestasi Klinik
1. Masa tunas 10 – 20 hari yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui
makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari.
2. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu
perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak
bersemangat, nafsu makan kurang.
3. Demam. Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat
febris remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu
tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari
dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua
pasien terus berada dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu
berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
4. Gangguan pada saluran pencernaan. Pada mulut terdapat nafas berbau
tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput
putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan.
5. Gangguan kesadaran, umumnya kesadaran pasien menurun walaupun
tidak dalam yaitu apatis sampai somnolen, jarang terjadi stupor atau koma
(kecuali penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan).
6. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola yaitu bintik-
bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat
ditemukan pada minggu pertama demam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella Thypi(Arief Maeyer, 1999 ).
B. Saran
Kami mengaharap dan menghimbau kepada para pembaca apabila ada
kesalahan atau kekeliruan baik kata-kata atau penyusunan agar memberikan saran
dan kritik yang bisa mengubah penulis kearah yang lebih baik dalam penulisan
makalah selanjutnya.
Daftar Pustaka