Anda di halaman 1dari 227

ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN

TERHADAP NY.T DI BPM DWI SRI ISNAWATI


PUNGGUR LAMPUNG TENGAH

Oleh:
NIMAS NIMANGSARI
NIM.12242024

LAPORAN TUGAS AKHIR POLITEKNIK


KESEHATAN TANJUNGKARANG PRODI D III
KEBIDANAN METRO
2015
ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN
TERHADAP NY.T DI BPM DWI SRI ISNAWATI
PUNGGUR LAMPUNG TENGAH

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Ahli Madya


Kebidanan pada Program Studi D III Kebidanan Metro
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

Oleh:
NIMAS NIMANGSARI
NIM.12242024

LAPORAN TUGAS AKHIR POLITEKNIK


KESEHATAN TANJUNGKARANG PRODI D III
KEBIDANAN METRO
2015
LEMBARPERSETUJUAN

LAPORAN TUGAS AKHIR DENGAN JUDUL ASUHAN KEBIDANAN


BERKELANJUT AN TERHADAP NY.T DI BPM DWI SRI ISNA WATI
PUNGGUR LAMPUNG TENGAH TAHUN 2015

Oisusun oleh NIMAS


NIMANGSARI NIM.
12.242.024

Telah Disetujui untuk Diujikan pada Uji Sidang Laporan Tugas Akhir
Program Studi Kebidanan Metro pada Tanggal 24 Juni 2015

MENYETUJUI

Pembimbing I

=-----
~

lslamiyati, AK., MKM


NIP.197204031993022001

l11
iii
LEMBARPENGESAHAN

LAPORAN TUGAS AKHIR DENGAN JUDUL ASUHAN KEBIDANAN


BERKELANJUTAN TERHADAP NY.T DI BPM DWI SRI ISNAWATI
PUNGGUR LAMPUNG TENGAH T AHUN 201 S

Disusun oleh NIMAS


NIMANGSARI NIM.
12.242.024

Telah Diuji oleh Tim Penguji Ujian Sidang Laporan Tugas Akhir
Program Studi Kebidanan Metro pada Tanggal 25 Juni 2015

MENGESAHKAN

TIMPENGUJI
TANDA TANGAN

. . . . . . ff~ .
Ketua Kusrini Katharina, S.Pd., M.Kes
NIP.195210101983022001

Anggota I : Firda Fibrila, S.Si.T., M.Pd


NIP.197602122005012004 fc
Anggota II : Islamiyati, AK., MKM
NIP.197204031993022001

ngetahu i,
di Kebidanan M etro

lV
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan

rahmayNya sehingga dapat terselesaikannya Laporan Tugas Akhir yang berjudul

“Asuhan Kebidanan Berkelanjutan terhadap Ny.T di BPM Dwi Sri Isnawati

Kecamatan Punggur Lampung Tengah”, sebagai salah satu syarat menyelesaikan

pendidikan Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi Kebidanan Metro

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.

Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,

karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada :

1. Warjidin Aliyanto, SKM., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Tanjungkarang.

2. Supriatiningsih, AK., M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik

Kesehatan Tanjungkarang.

3. Septi Widiyanti, S.Pd., M.Kes selaku Ketua Program Studi Kebidanan Metro

Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.

4. Islamiyati, AK., MKM, selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.

5. Firda Fibrila, S.Si.T., M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.

6. Kusrini Katharina, S.Pd., M.Kes, selaku Penguji Utama yang telah

memberikan masukan dalam perbaikan LTA

v
7. Dwi Sri Isnawati, A.Md.Keb. yang telah memberikan kesempatan untuk

melakukan penyusunan LTA di BPM Dwi Sri Isnawati Punggur Lampung

Tengah.

8. Ny.Tina Ristiana selaku responden atas kerjasamanya yang baik

9. Kedua orang tuaku yang sangat aku cintai Suparmin dan Sofiyah, kedua

kakakku Budi Santoso dan Joko Susilo, kakak iparku Juwariyah dan Sarina,

Galuh Saputra, D’Kripkz dan seluruh anggota keluargaku atas cinta,

dukungan dan doa yang selalu diberikan sehingga LTA ini selesai pada

waktunya.

10. Rekan seangkatan dan pihak-pihak yang terkait dan banyak membantu dalam

ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala

amal baik yang telah diberikan dan semoga Laporan Tugas Akhir ini berguna bagi

semua pihak yang memanfaatkan.

Metro, Februari 2015

Penulis

vi
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN METRO
Laporan Tugas Akhir, Juni 2015
Nimas Nimangsari
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan terhadap Ny.T di BPM Dwi Sri Isnawati,
Mojopahit, Punggur, Lampung Tengah
xvii + 181 halaman, 19 tabel dan 8 lampiran

RINGKASAN

Asuhan kebidanan berkelanjutan terhadap Ny.T umur 21 tahun G 1P0A0 usia


kehamilan 35 minggu dengan tafsiran persalinan pada tanggal 29 Maret 2015 dilakukan
di BPM Dwi Sri Isnawati, Mojopahit, Punggur, Lampung Tengah, waktu pelaksanaan
asuhan kebidanan yaitu tanggal 18 Februari 2015-30 April 2015. Pada kasus ini diagnosa
kebidanan ditegakkan melalui hasil pengkajian terhadap pasien yaitu dengan data
subjektif dan data objektif. Berdasarkan hasil pengkajian yang sudah dilakukan penulis
mulai dari kehamilan, persalinan,nifas dan KB diperoleh bahwa pada kehamilan masalah
yang dialami ibu yaitu kurangnya pengetahuan ibu tentang ketidaknyamanan pada trimester
III yang dialaminya yaitu sering kencing dan kurangnya kesadaran ibu untuk melakukan
senam hamil dan perawatan payudara, perencanaan yang dilakukan yaitu memberikan
penjelasan kepada ibu tentang cara mengatasi keluhan sering kencing yang dialaminya dan
akan mendemonstrasikan ulang cara melakukan senam hamil dan perawatan payudara. Pada
persalinan terdapat indikasi perineum kaku dan pucat, perencanaan yang dilakukan yaitu
melakukan tindakan episiotomi. Pada masa nifas ibu mengeluh kurang tidur, perencanaan
yang dilakukan yaitu memberikan penjelasan tentang kebutuhan istirahat pada masa nifas.
Pada kunjungan KB ibu mengatakan ingin menggunakan KB suntik 3 bulanan setelah
diberikan konseling dini tentang KB pada kunjungan nifas 6 minggu dan setelah mendapat
izin dari suami, perencanaan yang dilakukan yaitu akan melakukan penyuntikan KB suntik
3 bulanan.
Penatalaksanaan yang dilakukan oleh penulis terhadap Ny.T berdasarkan hasil
pengkajian pada kehamilan, persalinan, nifas dan KB yaitu memberitahu ibu untuk
mengurangi asupan cairan pada 2 jam sebelum tidur agar keluhan sering kencingnya tidak
mengganggu istirahatnya pada malam hari, kemudian melakukan demonstrasi ulang
senam hamil, mengajarkan lagi cara perawatan payudara pada ibu dan akan mengevaluasi
kemampuan ibu pada kunjungan berikutnya. Pada saat persalinan penulis melakukan
tindakan episiotomi karena terdapat indikasi perineum kaku dan pucat, kemudian segera
setelah bayi lahir dilakukan IMD, setelah itu penulis melakukan heating perineum karena
terdapat luka episiotomi derajat 2. Pada masa nifas penulis memberitahu ibu agar
memenuhi kebutuhan istirahatnya dengan cara tidur ketika bayinya tidur dan bergantian
menjaga bayinya dengan suami/keluarga, pada kunjungan KB penulis melakukan
penyuntikan KB suntik 3 bulanan.
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap asuhan kebidanan pada kehamilan,
persalinan, nifas dan KB yang telah dilakukan oleh penulis diperoleh data bahwa keluhan
sering kencing ibu pada malam hari sudah berkurang, ibu sudah melakukan senam hamil
dan perawatan payudara dirumah, pada persalinan bayi lahir 15 menit setelah dilakukan
episiotomi, IMD tidak dilakukan lagi setelah 20 menit karena keluarga yang tidak

vii
kooperatif, dan heating perineum telah dilakukan. Pada kunjungan nifas berikutnya ibu
sudah bisa istirahat dengan cukup dengan cara tidur ketika bayinya tidur dan bergantian
menjaga bayinya dengan suami/keluarga. Pada kunjungan KB penulis melakukan
penyuntikan KB suntik 3 bulanan sesuai dengan keinginan ibu dan suami.
Berdasarkan asuhan kebidanan berkelanjutan yang telah dilakukan terhadap Ny.T
dapat disimpulkan bahwa secara menyeluruh kondisi yang dialami oleh Ny.T adalah
fisiologis, tetapi pada persalinan dilakukan tindakan episiotomi karena adanya indikasi
perineum kaku dan pucat. Saran yang diberikan agar asuhan kebidanan berkelanjutan
dapat terlaksana secara optimal yaitu agar BPM melengkapi alat untuk pemeriksaan protein
urin dan glukosa urin, waktu pelaksanaan asuhan kebidananan berkelanjutan sebaiknya
diperpanjang agar asuhan yang diberikan bisa lebih optimal, untuk Program Studi
Kebidanan Metro agar melengkapi koleksi buku-buku kebidanan terutama yang up to date
dengan ilmu kebidanan terbaru agar mempermudah mahasiswa dalam melakukan
peyusunan laporan tugas akhir.

Kata Kunci : Kehamilan, Persalinan, Nifas, KB


Daftar Bacaan : 19 (2005 – 2014)

viii
DAFTAR ISI

Halaman :

Halaman Luar .................................................................................................. i

Halaman Dalam................................................................................................ ii

Halaman Persetujuan ....................................................................................... iii

Halaman Pengesahan ...................................................................................... iv

Kata Pengantar ................................................................................................. v

Ringkasan ........................................................................................................ vii

Daftar Isi .......................................................................................................... ix

Daftar Tabel .................................................................................................... xiii

Daftar Lampiran .............................................................................................. xiv

Daftar Singkatan .............................................................................................. xv

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang .............................................................................. 1


B. Pembatasan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan ........................................................................................... 5
D. Ruang lingkup .............................................................................. 6
E. Manfaat ......................................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan .................................................................................... 8
1. Pengertian ............................................................................... 8
2. Tanda Gejala ........................................................................... 8
3. Perubahan Fisiologi pada Ibu Hamil ...................................... 11
4. Keluhan Kehamilan pada Trimester III................................... 16
5. Asuhan Kebidanan pada Trimester III ................................... 21
6. Kebutuhan Kesehatan Ibu ....................................................... 22
7. Pengkajian pada Kehamilan .................................................... 35

ix
8. Diagnosa Kehamilan ............................................................... 38
9. Perencanaan pada Asuhan Kebidanan Kehamilan ................. 38
10. Pelaksanaan pada Pemeriksaan Kehamilan ............................ 39
11. Evaluasi pada Pemeriksaan Kehamilan................................... 41
B. Persalinan ...................................................................................... 42
1. Pengertian Persalinan ............................................................. 42
2. Tanda dan Gejala Persalinan .................................................. 42
3. Perubahan Fisiologi Maternal Selama Persalinan .................. 44
4. Empat Kala dalam Persalinan ................................................ 46
5. Lima Benang Merah ................................................................ 47
6. Faktor Esensial Persalinan ...................................................... 50
7. Kebutuhan Kesehatan Ibu Selama Persalinan ......................... 52
8. Pengkajian pada Persalinan .................................................... 52
9. Diagnosa pada Persalinan........................................................ 56
10. Perencanaan Asuhan Persalinan .............................................. 57
11. Pelaksanaan Pertolongan Persalinan Menggunakan Metode 58
Langkah Asuhan Persalinan Normal ....................................... 62
12. Evaluasi pada Persalinan ........................................................ 87
C. Nifas ............................................................................................. 88
1. Pengertian .............................................................................. 88
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas .................................................. 88
3. Tanda Gejala Nifas Normal .................................................. 88
4. Perubahan Fisiologis dan Anatomis Puerperium .................. 89
5. Kebutuhan Kesehatan Ibu dalam Masa Nifas ....................... 93
6. Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas ...................................... 98
7. Pengkajian .............................................................................. 100
8. Diagnosa................................................................................. 100
9. Perencanaan pada Asuhan Kebidanan pada Nifas Normal ... 100
10. Pelaksanaan Kunjungan Nifas................................................ 101
11. Evaluasi pada Masa Nifas ..................................................... 102
D. Keluarga Berencana ...................................................................... 103
1. Pengertian KB ....................................................................... 103

x
2. Tujuan Program KB ............................................................... 103
3. Kebutuhan Kesehatan Ibu ...................................................... 104
4. Rencana Kelengkapan Keluarga ............................................ 104
5. Jenis-jenis Alat Kontrasepsi ................................................... 104

BAB 3 ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN TERHADAP NY.T

DI BPM DWI SRI ISNAWATI PUNGGUR LAMPUNG TENGAH

TAHUN 2015..................................................................................... 119

A. Kehamilan .................................................................................. 119


1. Kunjungan Kehamilan 1 ........................................................ 119
2. Catatan Perkembangan I ....................................................... 133
3. Catatan Perkembangan II ....................................................... 136
B. Persalinan .................................................................................. 141
1. Pengkajian Persalinan Kala I ................................................. 141
2. Catatan Perkembangan Kala II .............................................. 145
3. Catatan Perkembangan Kala III ............................................. 149
4. Catatan Perkembangan Kala IV ............................................. 152
C. Nifas .......................................................................................... 155
1. Pengkajian Nifas 6 Jam.......................................................... 155
2. Catatan Perkembangan Nifas 6 Hari ...................................... 161
3. Catatan Perkembangan Nifas 2 Minggu ................................ 164
4. Catatan Perkembangan Nifas 6 Minggu ................................ 167
D. Pengkajian KB .......................................................................... 170
1. Data Subjektif (S) ................................................................. 170
2. Data Objektif (O) .................................................................. 170
3. Analisa Data (A) ................................................................... 170
4. Penatalaksaan (P) .................................................................. 171

BAB IV PEMBAHASAN

A. Kehamilan ................................................................................... 173


B. Persalinan.................................................................................... 175

xi
C. Nifas ............................................................................................ 177
D. Keluarga Berencana .................................................................... 178

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................................... 179


B. Saran..................................................................................................... 180

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Rekomendasi Kisaran Kenaikan Berat Badan Total untuk Wanita Hamil
Berdasarkan BMI Sebelum Hamil...................................................... 15

Tabel 2 Teknik perawatan payudara prenatal .................................................. 29

Tabel 3 Anamnesis pada Antenatal Care......................................................... 36

Tabel 4 Pemeriksaan Antenatal Care............................................................... 37

Tabel 5 Diagnosa Kehamilan ........................................................................... 38

Tabel 6 Pelaksanaan Pemeriksaan Antenatal Care ......................................... 39

Tabel 7 Perubahan Fisiologis Maternal selama Persalinan ............................. 44

Tabel 8 Pengkajian Kala I ............................................................................... 53

Tabel 9 Power, Passage, dan Passanger .......................................................... 53

Tabel 10 Pengkajian pada Persalinan Kala IV ................................................ 55

Tabel 11 Diagnosa Persalinan Kala I .............................................................. 56

Tabel 12 Diagnosis Persalinan Kala II ............................................................ 56

Tabel 13 Diagnosis Persalinan Kala III .......................................................... 57

Tabel 14 Diagnosis Persalinan Kala IV .......................................................... 57

Tabel 15 Penanganan Persalinan Kala I .......................................................... 68

Tabel 16 Penanganan Persalinan Kala II ........................................................ 69

Tabel 17 Penanganan Persalinan Kala III ....................................................... 74

Tabel 18 Urutan Perilaku Bayi Saat Menyusu Pertama Kali .......................... 78

Tabel 19 Penanganan Persalinan Kala IV ....................................................... 82

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent

Lampiran 2 Kontrak Kegiatan

Lampiran 3 Lembar Konsul

Lampiran 4 Senam Hamil

Lampiran 5 Perawatan payudara

Lampiran 6 Senam Nifas

Lampiran 7 Partograf

Lampiran 8 Lembar Perbaikan

xiv
DAFTAR SINGKATAN

KB : Keluarga Berencana

AKI : Angka Kematian ibu

AKB : Angka Kematian Bayi

MDGs : Millennium Development Goals

SDKI : Survey Demogravi Kesehatan Indonesia

GPA : Gravida Partus Abortus

CSEP : Canadian Society for Exercise Phisiology

FITT : Frequency Intensity Time Type

CVAT : Costovertebral Angel

ANC : Antenatal Care

IV : Intra Vena

IM : Intra Muscular

HIV/ AIDS : Human Immunodeficiency Virus/ Acquired immune deficiency

Syndrome

BAKSOKU : Bidan, Alat, Keluarga, Surat, Obat

BAB : Buag Air Besar

BAK : Buan Air Kecil

IU : Internasional Unit

WHO : World Health Organization

UNICEF : United Nations Children’s Emergency Fund

IVACG : International Vitamin A Consultative Groups

ASI : Air Susu Ibu

AC : Air Conditioner

DJJ : Denyut Jantung Janin

xv
PTT : Penegangan Tali Pusat Terkendali

SDP : Sel Darah Putih TTV

: Tanda - Tanda Vital UNPAD :

Universitas Padjadjaran

PTS : Penduduk Tumbuh Seimbang

RENSTRA : Rencana Strategis

KR : Kesehatan Reproduksi

AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

AKBK : Alat Kontrasepsi Bawah Kulit

FSH : Follicle Stimulating Hormone

LH : Luteinizing Hormone

LILA : Lingkar Lengan Atas

SMP : Sekolah Menengah Pertama

IRT : Ibu Rumah Tangga

TT : Tetanus Toxoid

TD : Tekanan Darah

RR : Respiration Rate

TFU : Tinggi Fundus Uteri

PX : Processus Xiphoideus

HB : Hemoglobin

TM III : Trimester III

HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir

TP : Tafsiran Persalinan

LTA : Laporan Tugas AKhir

TBJ : Tafsiran Berat Janin

PAP : Pintu Atas Panggul

xvi
UUK : Ubun - Ubun Kecil

WIB : Waktu Indoesia Barat

IMD : Inisiasi Menyusui Dini

KIE : Konseling Informasi dan Edukasi

BB : Berat Badan

TB : Tinggi Badan

IUD : Intra Uterine Device

IUFD : Intra Uterine Fetal Death

BBLR : Berat Bayi Lahir Rendah

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

KN 1 : Kunjungan Neonatus 1

K1 : Kunjungan Kehamilan 1

SPM : Standar Pelayanan Minimal

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan pada umumnya berkembang dengan normal dan menghasilkan

kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak

sesuai yang diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi

masalah. Sistem penilaian risiko tidak dapat memprediksi apakah ibu hamil akan

bermasalah selama kehamilannya, oleh karena itu pelayanan/asuhan antenatal

merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil

normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Ibu hamil sebaiknya

dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa

dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal, sehingga ibu dapat

memantau kondisinya dan janinnya selama kehamilan dan diharapkan ibu hamil

dapat bersalin di fasilitas kesehatan agar ibu dan bayi dapat sehat, selamat dan

terpantau kondisinya sampai masa nifas serta ibu bisa mendapatkan penjelasan

tentang KB sehingga ibu dapat segera memutuskan KB yang sesuai untuk dirinya

agar jarak kehamilan dapat diatur dan tidak terlalu dekat.

Di Indonesia sendiri masih banyak adat budaya dan kebiasaan yang salah

pada masa kehamilan, persalinan, nifas dan KB seperti periksa hamil jika hamil

tua saja, persalinan di dukun, tidak dilaksanakannya kunjungan neonatus,

minum jamu-jamuan, tidak membatasi jumlah anak, urut saat hamil, jarak

kehamilan yang terlalu dekat dan lain-lain. Kebiasaan-kebiasaan tersebut tentu

saja mempunyai dampak buruk untuk ibu dan janin seperti tidak terpantaunya

1
2

kondisi ibu selama kehamilan, komplikasi yang tidak terdeteksi, persalinan

dengan risiko tinggi sampai dengan kematian ibu dan janin.

Angka kematian ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

indikator untuk menilai kesejahteraan ibu dan bayi tetapi pada tahun 2012 AKI di

Indonesia justru meningkat mencapai 359/100.000 kelahiran hidup dan AKB

32/1000 kelahiran hidup. Dapat dilihat angka tersebut mengalami kenaikan yang

cukup tinggi dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu AKI di Indonesia adalah

228/100.000 kelahiran hidup dan AKB adalah 32/1000 kelahiran hidup. Hal ini

tentu bertentangan dengan target MDGs tahun 2015 yaitu yang akan menurunkan

AKI hingga 102/100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 23/1000 kelahiran

hidup.(SDKI, 2012).

Berdasarkan kasus kematian yang ada di Provinsi Lampung tahun 2012

laporan dari Kabupaten terdapat 179 kasus dimana kasus kematian terbesar (59,

78%) terjadi pada saat persalinan dan 70, 95% terjadi pada usia 20-34 tahun. (Dinas

Kesehatan Provinsi Lampung, 2012).

Kasus kematian ibu berdasarkan usia pada saat kematian di Kabupaten

Lampung Tengah sebanyak 2 kasus untuk usia <20 tahun, 8 kasus untuk usia 20-

34 tahun, dan 7 kasus untuk ibu dengan usia >35 tahun. Penyebabnya yang terbesar

adalah karena eklampsia yaitu sebanyak 59, 33%, perdarahan 40, 23%, infeksi 2%,

dan lain lain sebanyak 75, 42%.(Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Tengah,

2012).

Pada tahun 2014 tidak ada kasus kematian ibu untuk wilayah puskesmas

Punggur, untuk kasus kematian bayi dan balita terdapat 11 kasus, 9 kasus

kematian bayi kelompok usia 0-7 bulan dan 2 kasus kematian balita. Kematian
3

bayi baru lahir semuanya ditolong oleh tenaga kesehatan. Kematian bayi paling

banyak disebabkan karena IUFD sebanyak 4 kasus, diikuti dengan kelainan

konginetal sebanyak 4 kasus, dan 3 kasus untuk BBLR. (Laporan unit KIA

Puskesmas Punggur tahun 2014).

Kecamatan Punggur merupakan wilayah yang cukup luas dengan jumlah

penduduk 41.275 jiwa, yang terdiri dari 864 bayi, 3.765 balita, 1.478 anak

prasekolah, 10.328 wanita usia subur, 951 ibu hamil, 190 ibu hamil dengan

risiko tinggi, 908 ibu bersalin, 2.641 usia lanjut. Untuk Desa Mojopahit sendiri

jumlah penduduknya 3.864 jiwa, yang terdiri dari 79 bayi, 345 balita, 136 anak

prasekolah, 947 wanita usia subur, 87 ibu hamil, 17 ibu hamil dengan risiko

tinggi, 83 ibu bersalin, dan 242 usia lanjut. (Laporan unit KIA Puskesmas

Punggur tahun 2014).

Puskesmas Punggur sudah cukup baik dalam menggerakkan

masyarakatnya dalam bidang kesehatan, tetapi pada tahun 2014 tetap ada

beberapa cakupan yang belum mencapai SPM yaitu sebagai berikut cakupan K4

yaitu 985 jiwa dengan cakupan 81, 1% dari SPM 90%, cakupan ibu hamil risiko

tinggi yang ditangani yaitu 61 jiwa dengan cakupan 11, 15% dari SPM 100%,

cakupan neonatus risiko tinggi yang ditangani yaitu 42 jiwa dengan cakupan 41,

37% dari SPM 100%, Cakupan ibu nifas yang mendapatkan vitamin A pada

tahun 2014 yaitu 78, 5% dari SPM 90 %, Cakupan ibu hamil dengan KEK yaitu

0, 6% dari SPM 10%, Cakupan ASI eksklusif yaitu 28, 7% dari SPM 80%,

Cakupan imunisasi TT1 pada ibu hamil yaitu 86% dari SPM 90%. Cakupan

peserta KB untuk wilayah Punggur yaitu terdiri dari 1844 suntik dengan cakupan

27, 3%, 1640 pil dengan cakupan 24, 3%, 513 IUD dengan cakupan 7, 6%,
4

154/279 MOW/MOP dengan cakupan 2, 2%/4, 1%, 2259 implant dengan

cakupan 33, 5%, serta 49 kondom dengan cakupan 0, 7%.(Laporan unit KIA

Puskesmas Punggur tahun 2014).

Berdasarkan data diatas dapat kita ketahui bahwa untuk wilayah

kecamatan Punggur cakupan K4, ibu hamil dengan risiko tinggi yang ditangani,

ibu nifas yang mendapatkan vitamin A, imunisasi TT1 pada ibu hamil, ibu hamil

dengan KEK, ASI eksklusif dan neonatus dengan risiko tinggi yang ditangani

belum mencapai SPM. Hal tersebut terjadi karena kurangnya kesadaran

masyarakat serta pengaruh adat dan kebiasaan yang ada dimasyarakat sehingga

menyebabkan tidak dilakukannya kunjungan neonatus, kunjungan kehamilan

secara rutin, kunjungan nifas dan posyandu sebagai upaya dalam pemantauan

kesehatan ibu dan bayi/balita.

Penulis sebagai calon bidan akan memberikan asuhan kebidanan

berkelanjutan terhadap Ny.T dari hamil, bersalin, nifas sampai KB. Dengan

tujuan agar ibu hamil dapat terpantau kondisinya sehingga dapat mendeteksi dini

komplikasi serta menerapkan pelayanan obstetri esensial, pelayanan antenatal,

persalinan yang bersih dan aman dan keluarga berencana sesuia dengan empat

pilar safe motherhood yang merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh

departemen kesehatan sebagai upaya untuk menurunkan AKI dan AKB.

B. Pembatasan Masalah

Asuhan kebidanan pada kehamilan, persalinan, nifas dan KB fisiologis

terhadap ibu dilakukan dengan manajemen kebidanan dengan memperhatikan


5

asuhan kebidanan yang berkelanjutan (continuity of care) dari hamil, bersalin,

nifas sampai KB.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan dengan memperhatikan continuity of care

pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan KB dengan menggunakan pendekatan

manajemen kebidanan.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya hasil pengkajian subyektif, obyektif, analisis data dan

penatalaksanaan asuhan kebidanan pada kehamilan terhadap Ny.T di

BPS Dwi Sri Isnawati, Punggur, Lampung Tengah

b. Diketahuinya hasil pengkajian subyektif, obyektif, analisis data dan

penatalaksanaan asuhan kebidanan pada persalinan terhadap Ny.T di

BPS Dwi Sri Isnawati, Punggur, Lampung Tengah

c. Diketahuinya hasil pengkajian subyektif, obyektif, analisis data dan

penatalaksanaan asuhan kebidanan pada nifas terhadap Ny.T di BPS

Dwi Sri Isnawati, Punggur, Lampung Tengah

d. Diketahuinya hasil pengkajian subyektif, obyektif, analisis data dan

penatalaksanaan asuhan kebidanan pada KB terhadap Ny.T di BPS

Dwi Sri Isnawati, Punggur, Lampung Tengah


6

D. Ruang Lingkup

a. Sasaran

Ny.T G1P0A0 usia kehamilan 35 minggu dengan tafsiran persalinan pada

tanggal 29 Maret 2015 dengan memperhatikan asuhan kebidanan yang

berkelanjutan atau continuity of care mulai dari asuhan pada kehamilan,

persalinan, nifas dan KB.

b. Tempat

Asuhan kebidanan berkelanjutan mulai dari kehamilan, persalinan, nifas

dan KB terhadap Ny.T dilaksanakan di BPM Dwi Sri Isnawati, Amd.Keb Desa

Mojopahi, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah

c. Waktu

Asuhan kebidanan berkelanjutan mulai dari kehamilan, persalinan, nifas

dan KB terhadap Ny.T dilaksanakan dari tanggal 18 Februari-30 April 2015

E. Manfaat

1. Bagi BPM Dwi Sri Isnawati, Amd.Keb

Meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dengan memperhatikan continuity

of care yaitu dari pemeriksaan kehamilan yang berkualitas, persalinan yang bersih

dan aman, pemantauan masa nifas dengan kunjungan nifas dan pelayanan KB.

2. Bagi Program Studi Kebidanan Metro

Manfaat bagi institusi diantaranya sebagai dokumentasi untuk

perbandingan penelitian selanjutnya dan sebagai referensi serta sumber bacaan di

perpustakaan institusi pendidikan.


7

3. Bagi Klien/Pasien

Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya asuhan kebidanan sejak masa

kehamilan, persalinan, nifas dan keluarga berencana serta meningkatkan

pengetahuan tentang manfaat asuhan kebidanan sejak masa kehamilan,

persalinan, nifas hingga keluarga berencana.

4. Bagi Penulis Selanjutnya

Sebagai bahan yang dapat dipergunakan untuk perbandingan dalam

memberikan asuhan berkelanjutan yang berguna untuk meningkatkan mutu

pelayanan kebidanan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Pengertian

Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil

normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama

haid terakhir. Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan yaitu triwulan pertama

dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai

6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ke tujuh sampai 9 bulan. (Prawirohardjo, S,

2006: 89).

Kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung dan terdiri dari

ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan perumbuhan zigot, nidasi

(implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil

konsepsi sampai aterm.(Manuaba, I, dkk, 2012: 75).

2. Tanda Gejala

a. Tanda Dugaan Kehamilan

1) Amenorea (Terlambat Datang Bulan)

Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de

Graaf dan Ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir dengan

perhitungan rumus Naegle, dapat ditentukan perkiraan persalinan.

2) Mual Dan Muntah (Emesis)

Pengaruh estrogen dan Progesterone menyebabkan pengeluaran asam

lambung yang berlebihan. Mual dan muntah terutama pada pagi hari disebut

8
9

morning sickness. Dalam batas yang fisiologis, keadaan ini dapat diatasi. Akibat

mual dan muntah, nafsu makan berkurang.

3) Ngidam

Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang

demikian disebut ngidam.

4) Sinkope atau Pingsan

Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan

iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkope atau pingsan. Keadaan ini

menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu.

5) Payudara Tegang

Pengaruh estrogen-progesteron dan somatomamotrofin menimbulkan

deposit lemak, air dan garam pada payudara. Payudara membesar dan tegang.

Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.

6) Sering Miksi

Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh

dan sering miksi. Pada triwulan kedua gejala ini sudah menghilang.

7) Konstipasi Atau Obstipasi

Pengaruh progerteron dapat menghambat peristaltik usus, menyebabkan

kesulitan untuk buang air besar.

8) Pigmentasi Kulit

Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior

menyebabkan pigmentasi kulit di sekitar pipi (kloasma gravidarum), pada

dinding perut (striae lividae, striae nigra, linea alba makin hitam), dan sekitar

payudara (hiperpigmentasi areola mamae, puting susu makin menonjol, kelenjar


10

Montgomery menonjol, pembuluh darah menifes sekitar payudara), di sekitar

pipi (kloasma gravidarum).

9) Epulis

Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila ibu hamil.

10) Varises atau Penampakan Pembuluh Darah Vena

Karena pengaruh dari estrogen dan progeteron terjadi penampakan

pembuluh darah vena, terutama mereka yang mempunyai bakat. Penampakan

pembuluh darah itu terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki dan betis, dan

payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat menghilang setelah persalinan.

b. Tanda Tidak Pasti Kehamilan

1) Rahim membesar, sesuai tuanya hamil.

2) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda hegar, tanda

chadwicks, tanda piscaseck, kontraksi Braxton hicks, dan teraba

ballottement.

3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi sebagian

kemungkinan positif palsu.

c. Tanda Pasti Kehamilan

1) Gerakan janin dalam rahim

2) Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba abgian-bagian janin.

3) Denyut jantung janin

Didengar dengan stetoskop laenec, alat kardiotografi, alat Doppler.

Dilihat dengan ultrasonografi. Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen

untuk melihat kerangka janin.(Manuaba, I, dkk, 2012: 107-109).


11

3. Perubahan Fisiologis pada Ibu Hamil

a. Uterus

Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram

akan mengalami hiperplasia dan hipertrofi, sehingga menjadi 1000 gram saat

akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hiperplasia dan hipertropi menjadi lebih

besar, lunak dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin.

Perubahan pada isthmus uteri (rahim) menyebabkan isthmus menjadi lebih

panjang dan lunak sehingga pada pemeriksaan dalam seolah-olah kedua jari dapat

saling sentuh. Perlunakan isthmus disebut tanda Hegar. Hubungan antara

besarnya rahim dan usia kehamilan penting untuk diketahui karena kemungkinan

penyimpangan kehamilan seperti hamil kembar, hamil mola hidatidosa, hamil

dengan hidramnion yang teraba lebih besar.

Pertumbuhan rahim ternyata tidak sama ke semua arah, tetapi terjadi

pertumbuhan yang cepat di daerah implantasi plasenta, sehingga rahim bentuknya

tidak sama. Bentuk rahim yang tidak sama disebut tanda Piskaseck.

Perubahan konsentrasi hormonal yang memengaruhi rahim, yaitu

estrogen dan progesteron menyebabkan progesteron mengalami penurunan dan

menimbulkan kontraksi rahim yang disebutBraxton Hicks.

b. Vagina

Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena

pengaruh estrogen sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan (tanda

Chadwicks).
12

c. Ovarium

Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengalami korpus

luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta

yang sempurna pada umur 16 minggu .Hal ini terjadi karena kemampuan vili

korialis yang mengeluarkan hormon korionik gonadotropin.

d. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan

memberikan ASI pada saat laktasi.Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan

dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu estrogen, progerteron dan

somatomamotrofin.

e. Sirkulasi Darah Ibu

Menurut Manuaba (2012), peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa

faktor, antara lain :

1) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan

perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.

2) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi

retroplasenter.

3) Pengaruh hormone estrogen dan Progesterone makin meningkat.

Menurut Manuaba (2012), akibat dari faktor-faktor tersebut dijumpai

beberapa perubahan peredaran darah, yaitu :

1) Volume darah, volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah

lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi

hemodilusi(pengenceran darah) dengan puncaknya pada umur kehamilan 32


13

minggu. Volume darah bertambah sebesar 25-30 %, sel darah bertambah

sekitar 20%.

2) Sel darah, sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat

mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah

tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi

yang disertai anemia fisiologis. Jumlah sel darah putih meningkat hingga

mencapai 10.000/ml.

3) Sistem respirasi, pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk

dapat memenuhi kebutuhan O2. Ibu hamil akan bernapas lebih dalam sekitar

20 sampai 25% daripada biasanya.

4) Sistem pencernaan, oleh karena pengaruh estrogen, pengeluaran asam

lambung meningkat dan dapat menyebabkan:

a) Hipersalivasi

b) Daerah lambung terasa panas

c) Terjadi mual dan sakit/pusing kepala terutama pagi hari, yang disebut

morning sickness.

d) Muntah, yang terjadi disebut emesis gravidarum.

e) Muntah berlebihan sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari, disebut

hiperemesis gravidarum.

f) Progesterone menimbulkan gerak usus makin berkurang dan dapat

menyebabkan obstipasi.

5) Traktus urinarius, karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala

bayi pada hamil tua, terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering berkemih.
14

6) Perubahan pada kulit, terjadi deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena

pengaruh melanophore stimulating hormone.

7) Metabolisme, mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi

makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberikan ASI.

f. Plasenta dan Air Ketuban

Plasenta berbentuk bundar dengan ukuran 15 cm x 20 cm dengan tebal 2,

5 sampai 3 cm dan berat plasenta 500 g. tali pusat yang menghubungkan plasenta

panjangnya 25-60 cm. Tali pusat terpendek yang terpendek yang pernah

dilaporkan adalah 2, 5 cm dan terpanjang sekitar 200 cm. Plasenta terbentuk

sempurna pada minggu ke-16. Jumlah likuor amnii (air ketuban) sekitar 1000 ml

sampai 1500 ml pada kehamilan aterm.(Manuaba, I, dkk, 2012: 85-98).

g. Berat Badan Maternal

Peningkatan berat badan selama kehamilan juga mencakup produk

konsepsi (janin, plasenta, dan cairan amniotik), dan hipertrofi beberapa jaringan

maternal (uterus, payudara, darah, cadangan lemak, cairan ekstraseluler dan

ekstravaskular). Peningkatan berat badan optimal untuk rata-rata kehamilan

adalah 12,5 kg, 9 kg diperoleh pada 20 minggu terakhir. Berat badan yang optimal

ini berkaitan dengan risiko komplikasi terendah selama kehamilan dan persalinan

serta berat badan bayi lahir rendah rendah. (Preticia et al, 1996).

Banyak faktor yang memengaruhi peningkatan berat badan. Tingkat

edema, laju metabolik, asupan diet, muntah atau diare, merokok, jumlah cairan

amniotik dan ukuran janin, semuanya harus diperhitungkan. Usia maternal,

ukuran tubuh prakehamilan, paritas, ras-etnisitas, hipertensi, dan diabetes juga

memengaruhi pola peningkatan berat badan maternal.(Abrams et al, 1995).


15

Peningkatan berat badan yang tepat bagi setiap ibu hamil, saat ini didasarkan pada

indeks massa prakehamilan (body mass indeks [BMI]), yang menggambarkan

perbandingan antar berat badan dengan tinggi badan ibu. Secara umum,

pertumbuhan optimal bayi yang belum lahir terjadi jika terjadi jika ibu yang

memiliki BMI prakehamilan rendah (<20) mengalami peningkatan berat badan

yang lebih banyak, dan pada ibu yang memiliki BMI tinggi (>27) peningkatan berat

badannya lebih sedikit daripada ibu yang memasuki kehamilan dengan berat badan

sehat (BMI antara 20 dan 25)(Healt Canada, 1999). Rata-rata peningkatan berat

badan gestasional adalah antara 11 dan 16 kg. (Fraser, 2009).

The Institute of Medicine’s Subcommitte on Nutritional Status and Weight

Gain During Pregnancy berpendapat bahwa berat badan selama kehamilan dapat

dihitung berdasarkan indeks massa tubuh (IMB, atau “berat badan untuk tinggi

badan) wanita sebelum hamil. BMI didefinisikan sebagai berat badan dibagi tinggi

badan yang dikuadratkan (kilogram/m 2 atau pon/inci2). Rekomendasi kisaran

kenaikan berat badan total untuk wanita hamil berdasarkan BMI sebelum hamil

adalah sebagai berikut :

Tabel 1
Rekomendasi Kisaran Kenaikan Berat Badan Total Untuk Wanita Hamil
Berdasarkan BMI Sebelum Hamil

Kategori Berat Badan Untuk Kenaikan Berat Badan Yang Dianjurkan


Tinggi Badan Kg pon
Rendah (BMI <19,8) 12,5-18 28-40
Normal (BMI 19,8 hingga 11,5-16 25-35
26,0)
Tinggi (BMI >26,0 hingga 7,0-11,5 15-25
29,0)
Sumber : Varney, Helen., dkk. 2008:548.
16

4. Keluhan Kehamilan pada Trimester III

Trimester III mencakup minggu ke-29 sampai 42 kehamilan. Selama periode

ini sebagian besar wanita hamil dalam keadaan cemas yang nyata. Hal yang

mendasari ketidaknyamanan pada trimester III adalah :

a. Pertambahan ukuran uterus akibat dari perkembangan janin dan plasenta serta

turunnya kepala pada rongga panggul menimbulkan pengaruh pada sistem

organ maternal. Hal tersebut menjadi dasar timbulnya ketidaknyamanan pada

ibu selama trimester III.

b. Pada trimester III kadar Progesterone mengalami peningkatan dan stabil

hingga 7 kali lebih tinggi dari masa sebelum hamil.

c. Penantian dan persiapan akan persalinan memengaruhi psikologis ibu. Ibu

merasa khawatir terhadap proses persalinan yang akan dihadapinya, keadaan

bayi saat dilahirkan. Sehingga dukungan pendamping sangat dibutuhkan.

Menurut Farid Husin (2014), perubahan-perubahan tersebut menjadi dasar

timbulnya keluhan-keluhan fisiologis pada trimester tiga, yaitu :

a. Sering berkemih

Keluhan sering berkemih disebabkan oleh tertekannya kandung kemih

oleh uterus yang semakin membesar dan menyebabkan kapasitas kandung kemih

berkurang serta frekuensi berkemih meningkat.

Asuhan kebidanan yang dapat dilakukan dalam menangani keluhan ini

adalah dengan cara menjelaskan pada ibu bahwa sering berkemih merupakan hal

normal akibat dari perubahan yang terjadi selama kehamilan, menganjurkan ibu

mengurangi asupan cairan 2 jam sebelum tidur agar istirahat ibu tidak terganggu.
17

b. Varises dan Wasir

1) Varises

Varises adalah pelebaran pada pembuluh darah balik-vena sehingga katup

vena melemah dan menyebabkan hambatan pada aliran pembuluh darah balik dan

biasa terjadi pada pembuluh balik supervisial.

Kelemahan katup vena pada kehamilan karena tingginya kadar hormone

Progesterone dan estrogen sehingga aliran darah balik menuju jantung melemah

dan vena dipaksa bekerja lebih keras untuk dapat memompa darah. Karenanya,

varises vena banyak terjadi pada tungkai, vulva atau rectum. Selain perubahan

yang terjadi pada vena, penekanan uterus yang membesar selama kehamilan pada

vena panggul saat duduk atau berdiri dan penekanan pada vena kava superior saat

berbaring dapat menjadi pencetus terjadinya varises. Selain itu pada kehamilan

kadar estrogen dan Progesterone memengaruhi pembuluh darah untuk relaksasi

akibatnya tekanan akan meningkat sebagai usaha memompa darah.

Riwayat keluarga, frekuensi berdiri terlalu lama dan usia menjadi faktor

pencetus terjadinya varises.

2) Wasir

Wasir atau hemoroid sering didahului dengan konstipasi. Oleh karena itu,

semua penyebab konstipasi berpotensi menyebabkan hemoroid. Progesterone

menyebabkan relaksasi dinding vena dan usus besar. Selain itu, pembesaran

uterus secara umum secara umum mengakibatkan peningkatan tekanan pada vena

dan rectum secara spesifik. Pengaruh hormone Progesterone dan tekanan

disebabkan oleh uterus menyebabkan vena-vena pada rectum mengalami tekanan

yang lebih dari biasanya. Akibatnya, ketika massa dari rectum akan dikeluarkan
18

tekanan lebih besar sehingga terjadilah hemoroid. Penekanan dapat terjadi pada

vena bagian dalam (internal hemoroid) ataupun bagian luar (eksternal hemoroid)

rectum.

c. Sesak Nafas

Sesak nafas pada ibu hamil disebabkan oleh meningkatnya usaha bernafas

ibu. Dengan semakin bertambahnya usia kehamilan, pembesaran uterus akan

memengaruhi keadaan diafragma ibu hamil, dimana diafragma terdorong keatas 4

cm disertai pergeseran ke atas tulang iga.

d. Bengkak dan Kram pada Kaki

Bengkak atau oedema adalah penumpukan atau retensi cairan pada daerah

luar sel akibat dari berpindahnya cairan intraseluler ke ekstraseluler. Oedema

pada kaki biasa dikeluhkan pada usia kehamilan diatas 34 minggu. Hal ini

dikarenakan tekanan uterus yang semakin meningkat dan mempengaruhi sirkulasi

cairan. Dengan bertambahnya tekanan uterus dan tarikan gravitasi menyebabkan

retensi cairan semakin besar (Jean, 2011).

1) Asuhan Kebidanan pada Bengkak Dikaki

a) Anjurkan ibu untuk memperbaiki sikap tubuhnya, terutama saat duduk

dan tidur. Hindari duduk dengan posisi kaki menggantung karena akan

meningkatkan tekanan akibat gaya gravitasi yang akan menimbulkan

bengkak. Pada saat tidur posisikan kaki sedikit tinggi sehingga cairan

yang telah menumpuk dibagian ekstraseluler dapat beralih kembali

pada intraseluler akibat dari perlawanan gaya gravitasi.

b) Hindari mengenakan pakaian ketat dan berdiri lama, duduk tanpa

adanya sandaran.
19

c) Lakukan latihan ringan dan berjalan secara teratur untuk memfasilitasi

peningkatan sirkulasi.

d) Kenakan penyokong abdomen maternal atau korset untuk

menghilangkan tekanan pada vena panggul.

e) Anjurkan ibu untuk menggunakan stocking untuk dapat membantu

meringankan tekanan yang memperberat kerja dari pembuluh vena

sehingga dapat mencegah terjadinya varises.

f) Lakukan senam kegel untuk mengurangi varises vulva atau hemoroid

untuk meningkatkan sirkulasi darah..

g) Gunakan kompres es di daerah vulva untuk mengurangi

pembengkakan.

h) Lakukan mandi air hangat untuk menenangkan.

i) Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan mengandung kalsium dan

vitamin B. Kalsium bermanfaat untuk mencegah terjadinya kram

akibat tidak terpenuhinya kebutuhan kalsium tubuh. Sedangkan

vitamin B akan membantu menstabilkan sistem saraf.

Kram pada kaki disebabkan oleh adanya gangguan aliran atau sirkulasi darah

pada pembuluh darah panggul yang disebabakan oleh tertekannya pembuluh

tersebut oleh uterus yang semakin membesar pada kehamilan lanjut. Kram juga

dapat disebabkan oleh meningkatnya kadar fosfat dan penurunan kalsium terionisasi

dalam serum.

e. Gangguan Tidur dan Mudah Lelah

Gangguan tidur yang dialami ibu hamil terutama pada trimester III

disebabkan oleh ketidaknyamanan akibat uterus yang membesar,


20

ketidaknyamanan lain selama kehamilan dan pergerakan janin, terutama jika

janin aktif.

Cepat lelah pada kehamilan disebabkan oleh nokturia (sering berkemih di

malam hari), terbangun dimalam hari dan mengganggu tidur yang nyenyak.

Asuhan kebidanan yang dapat dilakukan yaitu dengan menganjurkan ibu

untuk mandi dengan air hangat, minum air hangat, contohnya susu sebelum tidur

dan melakukan aktivitas yang tidak menimbulkan stimulus sebelum tidur.

f. Nyeri Perut Bawah

Secara normal nyeri peru bagian bawah disebabkan oleh muntah yang

berlebihan dan konstipasi yang dialami oleh sebagian besar ibu dalam

kehamilannya. Nyeri ligamentum, torsi uterus yang parah dan adanya kontraksi

Braxton-hicks juga terkait dengan keluhan ibu terkait dengan nyeri perut bagian

bawah.

g. Heartburn

Perasaan panas pada perut atau heartburn atau pirosis sebagai rasa

terbakar di saluran pencernaan bagian atas, termasuk tenggorokan. Penyebab

heartburn pada kehamilan adalah peningkatan progesterone yang menyebabkan

terjadinya relaksasi otot polos, sehingga terjadi penurunan irama dan pergerakan

lambung serta penurunan tekanan pada spinkter esofagus bawah.

h. Kontraksi Braxton-Hicks

Pada trimester akhir, kontraksi dapat sering terjadi setiap 10-20 menit dan

juga, sedikit banyak, mungkin berirama. Pada akhir kehamilan, kontraksi-

kontraksi ini dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan menjadi penyebab

persalinan palsu (false labour).(Husin, F, 2014: 133-143)


21

5. Asuhan Kebidanan pada Trimester III

Menurut Farid Husin (2014), dasar dalam pemantauan pada trimester III

kehamilan yaitu pada usia kehamilan 27-42 minggu, diantaranya:

a. Pemantauan penambahan berat badan berdasarkan IMT ibu

b. Pemeriksaan tekanan darah

c. Pemeriksaan tinggi fundus dan penentuan berat badan janin

d. Penentuan letak janin dengan palpasi abdominal

e. Melakukan pemeriksaan denyut jantung janin

f. Deteksi terhadap masalah psikologis dan berikan dukungan selama kehamilan

g. Kebutuhan execise ibu yaitu dengan senam hamil

h. Deteksi pertumbuhan janin terhambat dengan pemeriksaan palpasi

i. Mengurangi keluhan akibat ketidaknyamanan yang terjadi pada trimester III

j. Deteksi dini komplikasi yang terjadi pada trimester III dan melakukan

tindakan kolaborasi dan atau rujukan secara tepat

k. Melibatkan keluarga dalam setiap asuhan

l. Persiapan laktasi

m. Persiapan persalinan

n. Melakukan kolaborasi pemeriksaan USG jika ditemukan kemungkinan

kelainan letak janin, letak plasenta atau penurunan kesejahteraan janin

o. Lakukan rujukan jika ditemukan tanda-tanda patologi pada trimester

III.(Husin, F, 2014: 275-276)


22

6. Kebutuhan Kesehatan Ibu

a. Kebutuhan Istirahat pada Ibu Hamil

Adanya aktivitas yang dilakukan setiap hari otomatis ibu hamil akan

sering merasa lelah daripada sebelum waktu hamil. Ini salah satunya disebabkan

oleh faktor beban dari berat janin yang semakin terasa oleh sang ibu. Oleh karena

itu pengaturan aktivitas yang tidak terlalu berlebihan sangatlah perlu diterapkan

oleh setiap ibu hamil.

Banyak wanita menjadi lebih mudah letih atau tertidur lebih lama dalam

separuh masa kehamilannya.Rasa letih meningkat ketika mendekati akhir

kehamilan. Setiap wanita hamil menemukan cara yang berbeda mengatasi

keletihannya. Salah satunya adalah dengan cara beristirahat atau tidur sebentar di

siang hari. Untuk memperoleh relaksasi sempurna, ada beberapa syarat yang

harus dilakukan selama berada dalam posisi relaksasi, yaitu:

1) Tekuk semua persendian dan pejamkan mata

2) Lemaskan seluruh otot secara tubuh, termasuk otot-otot wajah.

3) Lakukan pernapasan secara teratur dan berirama.

4) Pusatkan pikiran pada irama pernapasan atau hal-hal yang menyenangkan.

5) Apabila saat itu menyilaukan atau gaduh, tutuplah mata dengan sapu tangan

dan tutuplah telinga dengan bantal.

6) Pilih posisi relaksasi yang paling menyenangkan.

Waktu terbaik untuk melakukan istirahat adalah setiap hari setelah makan

siang, pada awal istirahat sore, serta malam sewaktu mau tidur. Ada beberapa

posisi relaksasi yang dapat dilakukan selama dalam keadaan istirahat atau selama

proses persalinan:
23

1) Posisi relaksasi dengan terlentang.

2) Posisi relaksasi dengan berbaring miring.

3) Posisi relaksasi dengan duduk.

Ketiga posisi tersebut diatas dapat dipergunakan selama his dan pada saat itu

ibu harus dapat mengonsentrasikan diri pada irama pernapasan atau pada sesuatu

yang menenangkan.Sangat dianjurkan untuk tidak memperhatikan nyeri his.

(Jannah, N, 2012: 151-152).

b. Senam Hamil

Senam hamil merupakan terapi latihan gerakan untuk menjaga stamina dan

kebugaran ibu selama kehamilan dan mempersiapkan ibu secara fisik maupun

mental untuk menghadapi persalinan dengan optimal.

Menurut Canadian Society for Exercise Physiology (CSEP), prinsip

pelaksanaan senam pada ibu hamil yang aman dikenal dengan istilah FITT, yaitu:

1) Frequency (F), senam hamil dilakukan 3-4 kali dalam seminggu

2) Intensity (I), diukur dengan melihat denyut jantung ibu disesuaikan dengan

umur. Intensitas ini bisa juga diobservasi melalui “talk test”. Jika ibu

berbicara dengan nafas terengah-engah, maka intensitas senam harus

diturunkan.

3) Time (T), durasi senam hamil dimulai dari 15 menit, kemudian dinaikkan 2

menit perminggu hingga dipertahankan pada durasi 30 menit. Setiap kegiatan

senam, disertai dengan pemanasan dan pendinginan masing-masing 5-10

menit.

4) Tipe (T), pemilihan jenis gerakan harus berisiko minimal dan tidak

membahayakan.(Husin, F, 2014: 288-289)


24

5) Menurut Manuaba (2012), syarat senam hamil :

a) Ibu hamil cukup sehat berdasarkan pemeriksaan dokter atau bidan

b) Kehamilan tidak mempunyai komplikasi (keguguran berulang, kehamilan

dengan perdarahan, kehamilan dengan bekas operasi)

c) Dilakukan setelah kehamilan berusia 20-22 minggu

d) Dengan bimbingan petugas (Manuaba, I, dkk, 2012: 135)

c. Tanda-Tanda Bahaya dalam Kehamilan

1) Perdarahan Vagina

Perdarahan vagina dalam kehamilan adalah jarang yang normal. Pada

masa awal kehamilan, ibu mungkin akan mengalami perdarahan yang sedikit atau

spotting di sekitar waktu pertama terlambat haid. Hal ini karena terjadinya

implantasi. Pada waktu lain dalam kehamilan, perdarahan ringan mungkin

pertanda dari Serviks yang rapuh (erosi), mungkin normal atau disebabkan oleh

infeksi.

Menurut Nurul Jannah (2012), perdarahan vagina yang terjadi pada

wanita hamil dapat dibedakan menjadi 2 bagian :

a) Pada awal kehamilan : abortus, mola hidatidosa, dan kehamilan ektopik

terganggu.

b) Pada akhir kehamilan : solusio plasenta dan plasenta previa.

2) Sakit Kepala yang Hebat, Menetap dan Tidak Hilang

Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan dan seringkali merupakan

ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan yang biasa disebabkan oleh

pengaruh hormone dan keletihan.


25

Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit

kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat adalah salah satu

gejala preeklampsi.Preeklampsi biasanya juga disertai dengan penglihatan tiba-

tiba hilang/kabur, bengkak/oedema pada kaki dan muka serta nyeri pada

epigastrium.

3) Nyeri Abdomen yang Hebat

Nyeri abdomen yang dimaksud adalah yang tidak berhubungan dengan

persalinan normal.Merupakan nyeri yang hebat, menetap, dan tidak hilang

setelah beristirahat bisa berarti appendicitis, abortus, penyakit radang panggul,

persalinan preterm, gastritis dan infeksi kandung kemih.

Menurut Nurul Jannah (2012), nyeri abdomen bagian bawah dapat

bersifat:

a) Nyeri kuat, terus-menerus dalam 3 bulan pertama. Mungkin bisa

disebabkan oleh kehamilan diluar kandungan yaitu didalam tuba fallopi

(saluran sel telur) yang dikenal dengan kehamilan ektopik terganggu.

Menurut Nurul Jannah (2012), tanda dan gejala kehamilan ektopik

terganggu ini adalah:

(1) Terlambat datang bulan.

(2) Nyeri perut bagian bawah disatu sisi.

(3) Perdarahan yang sedikit dari liang vagina.

(4) Pusing, TD menurun, dan nadi meningkat.

(5) Abdomen ibu terasa tegang.

b) Nyeri kuat yang berdenyut-denyut (seperti kram) pada 6 bulan pertama

kehamilan bisa berarti abortus/ keguguran.


26

c) Nyeri kuat, terus-menerus di akhir kehamilan. Bisa berarti terjadi robekan

plasenta dari dinding rahim. Ini sangat berbahaya dan mengancam jiwa

ibu.

d) Nyeri yang berdenyut-denyut disekitar bulan ke-7 atau 8 bisa berarti akan

mengalami persalinan yang lebih cepat.

4) Bayi Kurang Bergerak seperti Biasa

Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-5 atau ke-

6.Beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur

gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam

periode 3 jam. Biasanya diukur dalam waktu selama 12 jam yaitu sebanyak 10

kali.

5) Keluar Air Ketuban sebelum Waktunya (Ketuban Pecah Dini)

Dapat diidentifikasi dengan keluarnya cairan mendadak disertai bau yang

khas.Adanya kemungkinan infeksi dalam rahim dan persalinan prematuritas yang

dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi.

Ketuban pecah dini yang disertai kelainan letak akan mempersulit persalinan

yang dilakukan di tempat dengan fasilitas belum memadai.

6) Muntah Terus-menerus (Hiperemesis Gravidarum)

Terdapat muntah yang terus-menerus yang menimbulkan gangguan

kehidupan sehari-hari dan dehidrasi.

Menurut Nurul Jannah (2012), gejala-gejala hiperemesis lainnya:

a) Nafsu makan menurun.

b) Berat badan menurun.

c) Nyeri daerah epigastrium.


27

d) Tekanan darah menurun dan nadi meningkat.

e) Lidah kering.

f) Mata nampak cekung.

7) Demam

Demam tinggi terutama yang diikuti dengan tubuh menggigil, rasa sakit

seluruh tubuh, sangat pusing biasanya disebabkan oleh malaria. Menurut Nurul

Jannah (2012), pengaruh malaria terhadap kehamilan:

a) Memecahkan butir darah merah sehingga menimbulkan anemia.

b) Infeksi plasenta dapat menghalangi pertukaran dan menyalurkan nutrisi ke

janin.

c) Panas badan tinggi merangsang terjadi kontraksi rahim.

Akibat gangguan tersebut dapat terjadi keguguran, persalinan

prematuritas, dismaturitas, kematian neonates tinggi, kala II memanjang, dan

retensio plasenta.

8) Anemia

Menurut Nurul Jannah (2012), anemia dibagi menjadi:

a) Anemia ringan : 9-10 gr%

b) Anemia sedang : 7-8 gr %

c) Anemia berat : < 7 gr%

Pengaruh anemia pada kehamilan dapat terjadi abortus,partus prematurus,

IUGR, infeksi, hiperemesis gravidarum, dan lain-lain.

Menurut Nurul Jannah (2012), tanda-tanda anemia adalah sebagai berikut:

a) Bagian dalam kelopak mata, lidah, dan kuku pucat.


28

b) Lemah dan merasa cepat lelah.

c) Mata berkunang-kunang.

d) Napas pendek.

e) Nadi meningkat.

f) Pingsan.

9) Kejang

Kejang pada ibu hamil merupakan gejala lanjut dari preeklampsi. (Jannah,

N, 2012: 183-191)

d. Pemeliharaan Payudara

Payudara yang dipersiapkan untuk dapat memberikan laktasi, perlu

perhatian yang seksam. Dengan pakaian dalam (bra) yang longgar, maka

perkembanga payudara tidak terhalang. Puting susu penting diperhatikan agar

tetap bersih. Puting susu perlu ditari tarik sehingga menonjol dan memudahkan

memberi ASI. Puting susu yang terlalu masuk dikeluarkan dengan jalan operasi atau

dengan pompa susu.

Perawatan payudara sebelum lahir (prenatal breast care) bertujuan

memelihara hygine payudara, melenturkan/menguatkan puting susu, dan

mengeluarkan puting susu yang datar atau masuk kedalam (retracted nipple).

Perawatan payudara setelah melahirkan (postnatal breast care) bertujuan

memelihara hygiene payudara, memperbanyak/ memperlancar produksi ASI dan

merangsang sel-sel payudara.


29

Tabel 2
Teknik Perawatan Payudara Pranatal

No. Teknik Perawatan Payudara Prenatal


1 Kompres puting susu dan area sekitarnya dengan menempelkan kapas/lap yang dibasahi
minyak atau baby oil.
2 Bersihkan puting dan area sekitarnya dengan handuk kering yang bersih.
3 Pegang kedua puting susu lalu tarik keluar bersama dan diputar kedalam 20 kali, keluar
20 kali.
4 Pangkal payudara dipegang kedua tangan lalu payudara diurut dari pangkal menuju
puting susu sebanyak 30 kali
5 Kemudian pijat daerah areola sehingga keluar cairan 1-2 tetes untuk memastikan saluran
susu tidak tersumbat.
6 Pakailah bra yang menopang payudara.
Sumber: Manuaba , I, dkk, 2012: 121.

e. Persiapan Persalinan Dan Laktasi

Salah satu tujuan persiapan persalinan adalah meningkatkan kesehatan

optimal menjelang persalinan dan segera dapat memberikan laktasi.Untuk mencapai

keadaan optimal menjelang persalinan perlu dilakukan dua langkah penting

yaitu melakukan senam hamil dan mempersiapkan keadaan payudara untuk

laktasi. (Manuaba, I, dkk, 2012: 123)

f. Standar Pelayanan Minimal Asuhan Antenatal “11 T”

1) Timbang Berat Badan

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan

yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap

bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.

2) Ukur Lingkar Lengan Atas (LILA).

Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining

ibu hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energi kronis disini

maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung
30

lama (beberapa bulan/tahun) dimana LILA kurang dari 23, 5 cm. Ibu hamil

dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

3) Ukur Tekanan Darah.

Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah 140/90 mmHg) pada

kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai

bawah; dan atau proteinuria)

4) Ukur Tinggi Fundus Uteri

Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan

untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika

tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan

pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah

kehamilan 24 minggu.

5) Hitung Denyut Jantung Janin (DJJ)

Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali

kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih dari

160/menit menunjukkan adanya gawat janin.

6) Tentukan Presentasi Janin

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan

selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk

mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala,

atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul

sempit atau ada masalah lain.


31

7) Beri Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus

mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status

imunisasi TT-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan

status imunisasi ibu saat ini.

8) Beri Tablet Tambah Darah (Tablet Besi)

Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet

zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama.

9) Periksa Laboratorium (Rutin Dan Khusus)

Menurut Depkes RI (2010), pemeriksaan laboratorium dilakukan pada

saat antenatal meliputi:

a) Pemeriksaan golongan darah, Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil

tidak hanya untuk mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga

untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu

diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.

b) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb) Pemeriksaan kadar hemoglobin

darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada trimester pertama dan

sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui

ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama kehamilannya

karena kondisi anemia dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang janin

dalam kandungan.

c) Pemeriksaan protein dalam urin Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu

hamil dilakukan pada trimester kedua dan ketiga atas indikasi.

Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu


32

hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya preeklampsia

pada ibu hamil.

d) Pemeriksaan kadar gula darah. Ibu hamil yang dicurigai menderita

Diabetes Melitus harus dilakukan pemeriksaan gula darah selama

kehamilannya minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada

trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga (terutama pada akhir

trimester ketiga).

e) Pemeriksaan darah Malaria Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria

dilakukan pemeriksaan darah Malaria dalam rangka skrining pada kontak

pertama. Ibu hamil di daerah non endemis Malaria dilakukan pemeriksaan

darah Malaria apabila ada indikasi.

f) Pemeriksaan tes Sifilis Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan

risiko tinggi dan ibu hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis

sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.

g) Pemeriksaan HIV Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko

tinggi kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil

setelah menjalani konseling kemudian diberi kesempatan untuk

menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV.

h) Pemeriksaan BTA Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang

dicurigai menderita Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi

Tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan janin. Selain pemeriksaaan

tersebut diatas, apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan

penunjang lainnya di fasilitas rujukan.


33

10) Tatalaksana/Penanganan Kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan

laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani

sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak

dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.

11) KIE Efektif

Menurut Depkes RI (2010), KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan

antenatal yang meliputi:

a) Kesehatan ibu Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan

kehamilannya secara rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu

hamil agar beristirahat yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9- 10

jam per hari) dan tidak bekerja berat.

b) Perilaku hidup bersih dan sehat Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga

kebersihan badan selama kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum

makan, mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun, menggosok gigi

setelah sarapan dan sebelum tidur serta melakukan olah raga ringan.

c) Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan Setiap

ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama suami

dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu menyiapkan

biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan calon donor

darah. Hal ini penting apabila terjadi komplikasi kehamilan, persalinan, dan

nifas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan.

d) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan

menghadapi komplikasi Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-


34

tanda bahaya baik selama kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya

perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua, keluar cairan berbau

pada jalan lahir saat nifas, dsb.

e) Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari

pertolongan ke tenaga kesehtan kesehatan. Asupan gizi seimbang Selama

hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan yang cukup

dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting untuk proses

tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil

disarankan minum tablet tambah darah secara rutin untuk mencegah

anemia pada kehamilannya.

f) Gejala penyakit menular dan tidak menular. Setiap ibu hamil harus tahu

mengenai gejala-gejala penyakit menular (misalnya penyakit IMS,

Tuberkulosis) dan penyakit tidak menular (misalnya hipertensi) karena

dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan janinnya.

g) Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di daerah tertentu

(risiko tinggi). Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar dari

pelayanan kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil diberikan penjelasan tentang

risiko penularan HIV dari ibu ke janinnya, dan kesempatan untuk

menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV atau tidak.

Apabila ibu hamil tersebut HIV positif maka dicegah agar tidak terjadi

penularan HIV dari ibu ke janin, namun sebaliknya apabila ibu hamil

tersebut HIV negatif maka diberikan bimbingan untuk tetap HIV negatif

selama kehamilannya, menyusui dan seterusnya.


35

h) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif Setiap ibu hamil

dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera setelah bayi

lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang penting untuk

kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.

i) KB paska persalinan Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya

ikut KB setelah persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu

punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.

j) Imunisasi Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid

(TT) untuk mencegah bayi mengalami tetanus neonatorum.

k) Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster) Untuk

dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu hamil

dianjurkan untuk memberikan stimulasiauditori dan pemenuhan nutrisi

pengungkit otak (brain booster) secara bersamaan pada periode kehamilan.

(Depkes RI, 2010)

7. Pengkajian pada Kehamilan

Menurut Prawirohardjo (2008), pada pemeriksaan kehamilan harus

dilakukan pengkajian. Pengkajian pada kehamilan terdiri dari anamnesis dan

pemeriksaan.
36

a. Anamnesis Pada Pemeriksaan Kehamilan

Tabel 3
Anamnesis pada Antenatal Care

Riwayat Riwayat Sosial


Riwayat Obstetri Lalu Riwayat Penyakit
Kehamilan Ini Ekonomi
1. Usia ibu hamil 1. Jumlah kehamilan 1. Penyakit Jantung 1. Status perkawinan
2. HPHT, siklus 2. Jumlah persalinan 2. Tekanan Darah 2. Respon ibu dan
haid 3. Jumlah persalinan Tinggi keluarga
3. Perdarahan 4. Jumlah persalinan 3. Diabetes Mellitus terhadap
pervaginam cukup bulan 4. TBC kehamilan
4. Keputihan 5. Jumlah persalinan 5. Pernah operasi 3. Jumlah keluarga
5. Mual dan premature 6. Alergi dirumah yang
muntah 6. Jumlah anak hidup obat/makanan membantu
6. Masalah 7. Jumlah keguguran 7. Ginjal 4. Siapa pembuat
/kelainan pada 8. Jumlah aborsi 8. Asma keputusan dalam
kehamilan 9. Perdarahan pada 9. Epilepsy keluarga
sekarang kehamilan, persalinan, 10. Penyakit hati 5. Kebiasaan
7. Pemakaian nifas terdahulu 11. Pernah makan dan
obat-obat 10. adanya hipertensi kecelakaan minum
(termasuk dalam kehamilan 6. Kebiasaan
jamu-jamuan) terdahulu merokok,
11. berat bayi< 2, 5 kg menggunakan
atau>4kg obat-obat dan
12. adanya masalah- alkohol
masalah selama 7. Kehidupan
kehamilan, persalinan, seksual
nifas terdahulu 8. Pekerjaan dan
aktivitas sehari-
hari
9. Pilihan tempat
untuk melahirkan
10. Pendidikan
11. Penghasilan

Sumber: Prawirohardjo, S. 2006: 91-92.


37

b. Pemeriksaan kehamilan (antenatal care)

Tabel 4
Pemeriksaan Antenatal Care

Pemeriksaan
Fisik Umum Pemeriksaan Dalam Laboratorium
Luar
Kunjungan pertama : Pada setiap Pada kunjungan Kunjungan
1. Tekanan darah kunjungan : pertama: pertama :
2. Suhu badan 1. Mengukur 1. Pemeriksaan Darah :
3. Nadi tinggi fundus vulva/perinium 1. Hemoglobin
4. Pernafasan uteri untuk: 2. Glukosa
5. Berat badan 2. Palpasi untuk a. Varises 3. VDRL
6. Tinggi badan menentukan b. Kondiloma
7. Muka: Edema, pucat letak janin c. Edema Urin :
8. Mulut&gigi : (atau lebih 28 d. Hemoroid 1. Warna, bau,
kebersihan, karies, minggu) e. Kelainan lain kejernihan
tonsil, paru 3. Auskultasi 2. Protein
9. Tiroid/gondok detak jantung 2. Pemeriksaan 3. Glukosa
10. Tulang janin dengan speculum 4. Nitrit/LEA
belakang/punggung : untuk menilaii:
Skoliosis a. Serviks
11. Payudara : puting b. Tanda-tanda
susu, tumor infeksi
12. Abdomen: bekas c. Cairan dari ostium
operasi uteri
13. Ekstremitas: Edema,
varises, reflek patella 3. Pemeriksaan
14. Costovertebral angle untuk menilai:
tenderness (CVAT) a. Serviks*
15. Kulit: b. Uterus*
kebersihan/penyakit c. Adneksa*
kulit d. Bartholini
e. Skena
Kunjungan berikut : f. Uretra
1. Tekanan darah
2. Berat badan * Bila usia
3. Edema kehamilan <12
4. Masalah dari minggu
kunjungan pertama

Sumber: Prawirohardjo, S. 2006: 92-93.


38

8. Diagnosa Kehamilan

Menurut Prawirohardjo (2008), diagnosa pada kehamilan sangat penting

untuk dilakukan untuk deteksi dini.

Tabel 5
Diagnosa Kehamilan

Kategori Gambaran
1. Kehamilan normal. 1. Ibu sehat, tidak ada riwayat obstetri buruk
ukuran uterus sama/sesuai usia kehamilan
pemeriksaan fisik dan laboratorium normal.
2. Kehamilan dengan masalah 2. Seperti masalah keluarga atau psikososial,
khusus. kekerasan dalam rumah tangga dan kebutuhan
finansial.
3. Kehamilan dengan masalah 3. Seperti hipertensi, anemia berat, preeklamsi,
kesehatan yang membutuhkan pertumbuhan janin terhambat, infeksi saluran
rujukan untuk konsultasi dan atau kemih, penyakit kelamin dan kondisi lain-lain
kerjasama penanganannya. yang dapat memburuk selama kehamilan.
4. Kehamilan dengan kondisi 4. Seperti perdarahan, eklampsi, ketuban pecah
kegawatdaruratan yang dini, atau kondisi-kondisi kegawatdaruratan lain
membutuhkan rujukan segera. pada ibu dan bayi.
Sumber: Prawirohardjo, S, 2006: 94.

9. Perencanaan pada Asuhan Kebidanan Kehamilan

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi segala hal yang

sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait,

tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut. Pedoman

antisipasi ini mencakup perkiraan tentang hal yang akan terjadi berikutnya yaitu:

apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah bidan perlu merujuk klien

bila ada sejumlah masalah terkait sosial, ekonomi, kultural, atau psikologis.

Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal

berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan dan sudah disetujui oleh kedua

belah pihak, yaitu bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan secara efektif.

(Soepardan, S, 2008: 101).


39

Rencana asuhan kebidanan yang saya akan berikan terhadap Ny. T G1P0A0

adalah memberikan informasi terhadap ibu tentang kebutuhan istirahat, tanda

bahaya dalam kehamilan, tanda-tanda persalinan, persiapan persalinan,

perawatan payudara prenatal dan senam hamil. Perencanaan tersebut dilaksanakan

dengan memperhatikan bahwa Ny.T hamil anak pertama dan belum mempunyai

pengalaman dalam mempersiapkan persalinan dan berdasarkan anamnesa Ny.T

belum pernah melakukan perawatan payudara dan senam hamil.

10. Pelaksanaan pada Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care)

Menurut Prawirohardjo (2008), pada antenatal care dilakukan

pemeriksaan sebagai berikut untuk memantau kondisi ibu dan janin.

Tabel 6
Pelaksanaan Pemeriksaan Antenatal Care

Kategori Gambaran
Kehamilan Normal 1. Anamnesis dan pemeriksaan lengkap pada kunjungan antenal
awal.
a. Lihat bagian penilaian.
2. Memantau kemajuan kehamilan pada kunjungan berikutnya.
a. Tekanan darah – di bawah 140/90.
b. Bertambahnya berat badan minimal 8 kg selama kehamilan.
c. Edema hanya pada ekstermitas.
d. Tinggi fundus – cm atau menggunakan jari-jari tangan
dapat disamakan dengan usia kehamilan.
e. Detak jantung janin 120 sampai 160 detak per menit.
f. Gerakan janin dan setelah 18-20 minggu hingga
melahirkan.
3. Memberikan zat besi.
4. Memberikan imunisasi TT.
5. Memberikan konseling.
a. Gizi : peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori
per hari, mengkonsumsi makanan yang mengandung
protein, zat besi, minum cukup cairan (menu seimbang)
b. Latihan : normal tidak berlebihan, istirahat jika lelah.
c. Perubahan fisiologis : tambah berat badan, perubahan pada
payudara, tenaga yang bisa menurun, mual selama
triwulan pertama, rasa panas, atau farises, hubungan
suami istri, boleh dilanjutkan selama kehamilan (dianjurkan
memakai kondom) Memberitahukan kepada ibu kapan
kembali untuk pemantauan lanjutan kehamilan.
40

Kategori Gambaran
d. Menasehati ibu untuk mencari pertolongan segera jika ia
mendapati tanda-tanda bahaya berikut:
1) Perdarahan per vaginam.
2) Sakit kepala lebih dari biasanya.
3) Gangguan penglihatan.
4) Pembengkakan pada wajah/tangan
5) Nyeri abdomen (epigastrik)
6) Janin tidak bergerak sebanyak biasanya.

Kehamilan normal 1. Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang bersih dan


dengan kebutuhan aman di rumah (untuk tingkat desa) :
khusus a. Sabun dan air.
b. Handuk dan selimut bersih untuk bayi.
c. Makanan dan minuman untuk ibu selama persalinan.
d. Mendiskusikan praktek-praktek tradisional, posisi
melahirkan, dan harapan-harapan.
e. Mengidentifikasi siapa yang dapat membantu bidan
selama persalinan di rumah.
f. Mengidentifikasi siapa yang dapan membantu bidan
selama persalinan di rumah.
2. Menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah
buah dada, daerah genetalia) dengan cara dibersihkan dengan
air dan di keringkan.
3. Petunjuk dini: untuk mencegah keterlambatan dalam
pengambilan keputusan dan upaya rujukan saat terjadinya
komplikasi, nasehat ibu hamil, suaminya, ibunya atau anggota
keluarga yang lain untuk:
a. Mengindentifikasi sumber transportasi dan menyisihkan
cukup dana untuk menutup biaya-biaya perawatan
kegawatdaruratan.
b. Menjelaskan cara merawat payudara terutama pada ibu
yang mempunyai puting susu rata atau masuk kedalam. Ibu
diajarkan cara mengeluarkan puting susu yaitu: tekan
puting susu dengan menggunakan kedua ibu jari,
dilakukan 2 kali sehari selama 5 menit.

Ibu hamil dengan 1. Memberikan seluruh layanan/asuhan antenatal.


masalah kesehatan atau 2. Memberikan konseling khusus untuk kebutuhan ibu dan
komplikasi yang masalah-masalahnya.
membutuhkan rujukan 3. Merujuk ke dokter untuk konsultasi, monolong ibu menentukan
untuk konsultasi/kerja pilihan yang tepat untuk konsultasi (dokter puskesmas, dokter
sama penanganan. obgin dsb.)
4. Melampirkan kartu kesehatan ibu hamil berikut surat rujukan.
5. Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa
surat dengan hasil dan rujukan.
6. Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama
kehamilan.
7. Memberikan layanan/asuhan antenatal.
8. Perencanaan dini jika tidak aman bagi ibu meahirkan di rumah:
a. Menyepakati di antara pengambil keputusan dalam
keluarga tentang rencana kelahiran (terutama suami dan ibu
atau ibu mertua).
b. Persiapan transportasi untuk ke tempat persalinan dengan
aman, terutama pada malam hari atau selama musim hujan.
41

Kategori Gambaran
c. Rencana pendanaan untuk transpor dan perawatan di
tempat persalinan yang aman.
d. Persiapan asuhan anak jika dibutuhkan selama persalinan.

Kegawatdaruratan 1. Rujuk segera ke fasilitas kesehatan terdekat dimana tersedia


pelayanan kegawatdaruratan obstertik yang sesuai.
2. Sambil menunggu trasportasi,
a. Berikan pertolongan awal kegawatdaruratan, jika perlu
berikan pengobatan.
b. Mulai memberi cairan infus (iv)
3. Menemani ibu hamil dan anggota keluarganya.
4. Membawa obat dan kebutuhan-kebutuhan lain.
Membawa catatan medik atau kartu kesehatan ibu hamil dan surat
rujukan.
Sumber: Prawirohardjo, S, 2006: 94-97.

11. Evaluasi Pada Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care)

Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan

yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang menguntungkan atau

menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan. Evaluasi yang dilakukan untuk

mengkaji ulang keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi

pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar telah terpenuhi

sebagaimana diidentifikasi di dalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut

dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. (Soepardan,

S, 2008: 102).
42

B. Persalinan

1. Pengertian

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya servik, dan janin turun

dalam jalan lahir. kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong

keluar melalui jalan lahir. (Prawirohardjo, S, 2006: 100).

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yangterjadi

pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi

belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu

maupun janin.(Prawirohardjo, S, 2006: 100).

Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan

memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai

upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal

mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat

yang diinginka (optimal).(Wiknjosastro, G.H., dkk, 2008: 3).

2. Tanda dan Gejala Persalinan

a. Tanda Persalinan Sudah Dekat

1) Terjadi Lightening

Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri

karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan oleh kontraksi

Braxton-Hicks, ketegangan dinding perut, ketegangan ligamentum rotundum,

gaya berat janin dimana kepala kearah bawah. Masuknya kepala bayi ke pintu atas

panggul dirasakan ibu hamil sebagai terasa ringan dibagian atas, rasa sesaknya

berkurang, dibagian bawah terasa sesak, terjadi kesulitan saat berjalan dna sering

berkemih.
43

2) Terjadi His Permulaan

Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton-Hicks. Kontraksi ini

dapat ditemukan sebagai keluhan, karena perubahan keseimbangan estrogen,

progesterone dan memberikan kesempatan rangsangan oksitosin. Dengan makin tua

usia kehamilan, pengeluaran estrogen dan progesterone makin berkurang,

sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering, sebagai his

palsu.(Manuaba, I, dkk, 2012: 172)

b. Tanda Persalinan

1) Terjadinya His Persalinan.

His persalinan mempunyai ciri khas pinggang terasa nyeri yang menjalar

kedepan, sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatnnya makin besar,

mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks, makin beraktivitas (jalan)

kekuatan makin bertambah.

2) Pengeluaran Lendir Dan Darah (Pembawa Tanda).

Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan

pendataran dan pembukaan. Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada

kanalis servikalis lepas. Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.

3) Pengeluaran Cairan.

Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah menimbulkan pengeluaran

cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap.

Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24

jam.(Manuaba, I, dkk, 2012: 173)


44

3. Perubahan Fisiologis Meternal Selama Persalinan

Tabel 7
Perubahan Fisiologis Maternal selama Persalinan

Perubahan Fisiologis Makna


Tekanan darah Untuk memastikan tekanan darah yang
Meningkat selama kontraksi disertai sebenarnya, pastikan mengeceknya dengan
peningkatan sistolik rata-rata 15 (10-20) mmHg baik pada interval antarkontraksi, lebih
dan diastolic rata-rata 5-10 mmHg disukai dengan posisi ibu berbaring miring.
Pada waktu-waktu di antara kontraksi, tekanan
darah kembali ke tingkat sebelum persalinan.
Dengan mengubah posisi tubuh dan telentang
ke posisi miring, perubahan tekanan darah
selama kontraksi dapat dihindari.
Nyeri , rasa takut, dan kekhawatiran dapat Apabila seseorang wanita merasa sangat
semakin meingkatkan tekanan darah. takut atau khawatir, pertimbangan
kemungkinan bahwa rasa takutnya(bukan
preeklampsianya) menyebabkan peningkatan
tekanan darah. Cek parameter lain untuk
menyingkirkan kemungkinan preeklampsi.
Bahkan perawatan dan obat-obatanpenunjang
yang dapat merelaksasi wanita sebelum
menegakkan diagnosis akhir, jika
preeclampsia tidak juga terbukti.
Metabolisme Peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, dan
Selama persalinan, metabolisme karbohidrat pernapasan dibahas dibawah ini. Peningkatan
baik aerob maupun anaerob meningkat dengan curah jantung dan cairan yang hilang
kecepatan tetap. memengaruhi fungsi ginjal dan perlu
Peningkatan ini terutama disebabkan oleh mendapat perhatian serta ditindaklanjuti
ansietas dan aktivitas otot rangka. guna mencegah terjadinya dehidrasi.
Peningkatan aktivitas metabolik terlihat dari
peningkatan suhu tubuh, denyut nadi,
pernapasan, curah jantung, dan cairan yang
hilang.

Suhu Peningkatan suhu sedikit adalah normal.


Sedikit meningkat selama persalinan, tertinggi Namum, bila persalinan berlangsung lebih
selama segera setelah melahirkan. lama, peningkatan suhu tubuh dapat
Yang dianggap normal ialah peningkatan suhu mengindikasikan dehidrasi, dan parameter
yang tidak lebih dari 0, 5 sampai 1 oC, yang lain harus dicek. Begitu pula, pada kasus
mencerminkan peningkatan metabolism selama ketuban pecah dini, peningkatan suhu dapat
persalinan. dianggap normal pada keadaan ini.
Denyut nadi (frekuensi jantung) Sedikit peningkatan frekuensi nadi dianggap
Perubahan yang mencolok selama kontraksi normal. Cek parameter lain untuk
disertai peningkatan selama fase peningkatan, menyingkirkan kemungkinan proses infeksi.
penurunan selama titik puncak sampai
frekuensi yang lebih rendah daripada frekuensi
di antara kontraksi, dan peningkatan selama
fase penurunan hingga mencapai frekuensi
lazim diantara kontraksi.
Penurunan yang mencolok selama puncak
kontraksi uterus, tidak terjadi jika wanita
berada pada posisi miring, bukan
telentangFrekuensi denyut nadi diantara
45

Perubahan Fisiologis Makna


kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama
periode menjelang persalinan. Hal ini
mencerinkan peningkatan metabolism yang
terjadi selama persalinan.
Pernapasan
Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan Saat untuk memperoleh temuan yang akurat
masih normal selama persalinan dan dalam hal pernapasan karena frekuensi dan
mencerminkan peningkatan metabolism yang irama pernapasan dipengaruhi oleh rasa
terjadi. senang, nyeri, rasa takut, dan penggunaan
teknik pernapasan.
Hiperventilasi yang memanjang adalah temuan Amati pernapasan wanita dan bantu ia
abnormal dan dapat menyebabkan alkalosis mengendalikannya untuk menghindari
hiperventilasi yang panjang, yang ditandai
oleh rasa kesemutan pada ekstremitas dan
perasaan pusing.
Perubahan pada ginjal
Poliuria sering terjadi selama proses persalinan. Kandung kemih harus sering
Kondisi ini dapat diakibatkan peningkatan lebih dievaluasi(setiap 2 jam) untuk mengetahui
lanjut curah jantung selama persalinan dan adanya distensi juga harus dikosongkan
kemungkinan peningkatan laju filtrasi gloerulus untuk mencegah (1) obstruksi persalinan
dan aliran plasma ginjal. Poliuria menjadi kurang akibat kandung kemih yang penuh, yang
jelas pada posisi telentang karena posisi ini akan mencegah penurunan bagian presentasi
membuat aliran urine berkurang selama janin dan (2) trauma kandung kemih akibat
kehamilan. penekanan yang lama, yang akan
menyebabkan hipotonia kandung kemih dan
retensi urine selana periode pascapartum
awal.
Sedikit proteinuria (renik 1+) umum ditemukan Lebih sering terjadi wanita primipara, atau
pada sepertiga sampai setengah jumlah wanita yang mengalami anemia, atau yang
bersalin. persalinannya lama.
Proteinuria 2+ dan lebih adalah data yang Mengidentifikasi preeclampsia
abnormal.
Perubahan pada saluran cerna
Motilitas dan absorpsi lambung terhadap Lambung yang penuh dapat menimbulkan
makanan padat jauh berkurang. Apabila kondisi ketidaknyamanan dan pendritaan umum
ini diperburuk oleh penurunan lebih lanjut selama masa trnansisi. Oleh karena itu,
sekresi asam lambung selama persalinan, maka wanita harus dianjurkan untuk tidak makan
saluran cerna bekerja dengan lambat sehingga dalam porsi besar atau minum berlebihan,
waktu pengosongan lambung menjadi lebih tetapi makan dan minum ketika keinginan
lama. Cairan tidak dipengaruhi dan waktu yang timbul guna mempertahankan energy dan
dibutuhkan untuk pencernaan di lambung tetap hidrasi.
seperti biasa. Makanan yang diingesti selama
periode menjelang persalinan atau fase
prodormal atau fase laten persalinan cenderung
akan tetap berada di dalam lambung selama
persalinan. Pemberian obat-obatan oral tidak efektif
Mual dan muntah umum terjadi selama fase selama persalinan. Perubahan pada saluran
transisi, yang menandai akhir fase pertama cerna kemungkinan timbul sebagai respons
persalinan terhadap salah satu kombinasi faktor-faktor
berikut : kontraksi uterus, nyeri, rasa takut
dan khawatir, obat, atau komplikasi.
Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat rata-rata 1, 2 gr/100 Jangan terburu-buru yakin bahwa seorang
mL selama persalinan dan kembali kekadar wanita tidak anemi, jika tes darah
sebelum persalinan pada hari pertama menunjukkan kadar darah berada dibatas
46

Perubahan Fisiologis Makna


pascapartum jika tidak ada kehilangan darah normal, yang membuat anda terkecoh
yang abnormal. sehingga mengabaikan risiko yang
meningkat pada wanita anemi selama periode
intrapartum.
Waktu koagulasi darah berkurang dan terdapat Perubahan ini mnurunkan risiko perdarahan
peningkatan fibrinogen plasma lebih lanjut pascapartum pada wanita normal.
selama persalinan. Peningkatan hitung sel darah putih tidak
Hitung sel darah putih secara progresif selalu mengindikasi proses infeksi ketika
meningkat selama kala satu persalinan sebesar jumlah ini dicapai. Apabila jumlahnya jauh
kurang lebih 5000 hingga jumlah rata-rata diatas nilai ini, cek parameter lain untuk
15.000 pada saat pembukaan lengkap, tidak mengetahui adanya proses infeksi.
ada peningkatan lebih lanjut setelah ini.
Gula darah menurun selama persalinan, Penggunaan uji laboratorium untuk menapis
menurun drastis pada persalinan yang lama dan seorang wanita terhadap kemungkinan
sulit, kemungkinan besar akibat peningkatan diabetes selama periode intrapartum akan
aktivitas otot uterus dan rangka. menghasilkan data yang tidak akurat dan
tidak dapat dipercaya.
Sumber : Varney, H, dkk, 2008: 686-688.

4. Empat Kala dalam Persalinan

Persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu :

a. Kala I

Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm).

Proses ini terbagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm

dan fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm. Kontraksi lebih kuat

dan sering selama fase aktif.

b. Kala II

Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini

biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.

c. Kala III

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang

berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

d. Kala IV

Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum.


47

5. Lima Benang Merah

Ada lima aspek dasar atau lima benang merah, yang penting dan saling

terkait asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut melekat

pada setiap persalinan, baik normal maupun patologis. Lima benang merah tersebut

adalah:

a. Keputusan Klinik

1) Langkah dalam membuat keputusan klinik antara lain:

Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat keputusan

2) Menginterprestasikan data dan mengidentifikasi masalah.

3) Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang

terjadi/dihadapi

4) Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk

mengatasi masalah.

5) Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensi untuk solusi

masalah.

6) Melaksanakan asuhan/intervensi terpilih

7) Memant au dan mengevaluasi efektifitas asuhan atau intervensi

b. Asuhan Sayang Ibu Dan Bayi

Beberapa prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengkutsertakan

suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil

menunjukkan bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi dukungan selama

persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik mengenai proses

persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, mereka akan mendapatkan hasil

rasa aman dan hasil yang lebih baik. Disebutkan pula bahwa hal tersebut pula
48

dapat mengurangi terjadinya persalinan dengan vakum, cunam, dan seksio sesar,

dan persalina berlangsung lebih cepat.

c. Pencegahan Infeksi

Pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap yang di

berikan kepada ibu dan bayi baru lahir serta harus di laksanakan secara rutin pada

saat menolong persalinan dan kelahiran. Saat memberikan asuhan dasar selama

kunjungan antenatal atau post partum, dan saat menatalaksana penyulit.

1) Tujuan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan kesehatan

a) Meminimalkan infeksi yang di sebabkan oleh mikroorganisme

b) Menurunkan resiko penularan penyakit yang mengancam jiwa seperti

hepatitis, HIV/AIDS

2) Tindakan – tindakan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan kesehatan

a) Cuci tangan

b) Memakai sarung tangan

c) Memakai perlengkapan pelindung (celemek/ baju penutup, kacamata,

sepatu tertutup)

d) Menggunakan asepsis atau teknik aseptic

e) Memproses alat bekas pakai

f) Menangani peralatan tajam dengan aman

g) Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan sampah

secara benar

d. Pendokumentasian

Pendokumentasian adalah bagian penting dari proses membuat keputusan

klinik karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus menerus


49

memperhatikan asuhan yang di berikan selama proses persalinan dan kelahiran bayi.

Catat semua asuhan yang telah di berikan kepada ibu dan bayi, jika asuhan yang

telah di berikan tidak di catat maka maka dapat di anggap bahwa tidak prnah di

lakukan asuhan yang di maksud. Pencatatan adalah bagian penting dari proses

membuat keputusan klinis karena memungkinkan penolong persalinan untuk

terus-menerus memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan

dan kelahiran bayi. Mengkaji ulang catatan memungkinkan untuk menganalisis data

yang telah dikumpulkan dan dapat lebih efektif dalam merumuskan suatu diagnosis

serta membuat rencana asuhan atau perawatan bagi ibu atau bayi nya.

e. Rujukan

Rujukan adalah kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas kesehatan

rujukan atau yang memiliki sarana lebih lengkap di harapkan mampu

menyelamatkan jiwa ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu menjalani

persalinan normal, sekitar 10-15% diantaranya akan mengalami masalah

selama proses persalinan dan kelahiran sehingga perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan

rujukan. Setiap tenaga penolong harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan terdekat

yang mampu untuk melayani kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.

Menurut Gulardi Winkjosastro, tingkatan BAKSOKU dapat di gunakan

dalam mempersiapkan rujukan:

1) B : (Bidan) Pastikan bahwa ibu dan bayi di dampingi oleh penolong

persalinan saat di bawa ke fasilitas kesehatan rujukan


50

2) A : (Alat) Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan

ke tempat rujukan, perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin

di perlukandalam perjalanan

3) K : (Keluarga) Beritahu ibu dan keluarga mengenai ibu dan janin, suami

atau keluarga yang lain harus menemani ibu dan bayi ke tempat

rujukan

4) S : (Surat) Berikan surat ke tempat rujukan, surat ini harus memberikan

identifikasi mengenai ibu dan bayi

5) O : (Obat) Bawa obat-obatan esensial pada mungkin di perlukan selama

perjalanan

6) K : (Kendaraan) Siapkan kendaraan yang paling mungkin untuk merujuk

dalam kondisi yang cukup nyaman

7) U : (Uang) Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah

yang cukup. (Wiknjosastro, G.H., dkk: 2008: 7-37).

6. Faktor Esensial Persalinan

Ada lima faktor esensial yang mempengaruhi proses persalinan dan

kelahiran. Faktor-faktor mudah diingat sebagai lima P: passenger(penumpang,

yaitu janin dan plasenta), passageway (jalan lahir), powers(kekuatan), posisi

ibu, dan psychologic respons(respons psikologis).

a. Penumpang

Cara penumpang (passenger) atau janin bergerak disepanjang jalan lahir

merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni: ukuran kepala janin,

presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.


51

Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap sebagai

penumpang yang menyertai janin. Namun, plasenta jarang menghambat proses

persalinan pada kelahiran normal.

b. Jalan Lahir

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar

panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak,

khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul, ikut menunjang keluarnya bayi,

tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus

berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena

itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.

c. Kekuatan

Ibu melakukan kontraksi involunter dan volunter secara bersamaan untuk

mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi uterus involunter, yang

disebut kekuatan primer, menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks

berdilatasi, usaha volunter dimulai untuk mendorong, yang disebut kekuatan

sekunder, yang memperbesar kekuatan kontraksi involunter.

d. Posisi Ibu

Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Posisi

tegak member sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa letih hilang,

memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi (Melzack, dkk, 1991). Posisi

tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok.

(Bobak, I, M, dkk, 2005: 235-241).


52

e. Respons Psikologis

Penampilan dan perilaku wanita serta pasangannya secara keseluruhan

merupakan petunjuk yang berharga tentang jenis dukungan yang ia akan perlukan.

Faktor-faktor yang perlu dikaji mencakup hal-hal berikut seperti interaksi verbal,

bahasa tubuh, kemampuan persepsi dan tingkat ketidaknyamanan.(Bobak, I, M,

dkk, 2005: 303).

7. Kebutuhan Kesehatan Ibu Selama Persalinan

Pada saat persalinan ibu membutuhkan dukungan dari suami dan keluarga

baik fisik maupun psikologi, pertolongan persalinan yang bersih dan aman

dengan memperhtikan asuhan sayang ibu dan pemenuhan kebutuhan nutrisi

selama persalinan, setelah melahirkan dan selama masa nifas.

Sebelum meninggalkan wanita pospartum petugas harus memantau ibu

setiap 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta dan 30 menit pada

jam kedua setelah persalinan.

WHO/UNICEF/IVACG Task Force, 2006 merekomendasikan pemberian

2 dosis vitamin A 200.000 IU dalam selang waktu 24 jam pada ibu pasca bersalin

untuk memperbaiki kadar vitamin A pada ASI dan mencegah terjadinya lecet puting

susu. Selain itu suplementasi vitamin A akan meningkatkan daya tahan tubuh ibu

terhadap infeksi perlukaan atau laserasi akibat proses persalinan. (Winkjosastro,

2008: 114)

8. Pengkajian Pada Persalinan

a. Kala I

1) Pengkajian pada Persalinan Kala I


53

Pengkajian yang dilakukan pada persalinan kala I adalah sebagai berikut:

Tabel 8
Pengkajian Kala I

LIHAT 1. Tanda-tanda perdarahan, mekonium atau bagian organ yang lain


2. Tanda bekas operasi SC yang lalu
3. Ibu yang warna kulitnya kuning atau kepucatan

TANYA 1. Kapan tanggal perkiraan persalinan


2. Menentukan ibu sudah waktunya melahirkan atau belum

PERIKSA 1. Tanda-tanda penting untuk hipertensi


2. Detak jantung janin atau brakicardi

Sumber: Prawirohardjo, S, 2006: 106.

b. Kala II

1) Pengkajian pada Persalinan Kala II

Sekarang ibu telah berada pada pembukaan lengkap dan siap untuk

melahirkan bayinya. Selama kala II petugas harus memantau:

a) Tenaga atau usaha untuk mengedan dan kontraksi uterus

b) Janin yaitu penurunan presentasi janin dan kembali normalnya detak jantung

bayi setelah kontraksi

c) Kondisi ibu

Tabel 9
Power, Passage dan Passanger

Kemajuan persalinan Kondisi ibu Kondidi janin


TENAGA PASIEN PENUMPANG
Usaha mengedan Periksa nadi dan tekanan Periksa DJJ tiap 15 menit atau
darah setiap 30 menit lebih sering dilakukan dengan
makin dekatnya kelahiran
Palpasi kontraksi uterus: Respon keseluruhan pada Penurunan presentasi an
(kontrol tiap 10 menit) kala II : perubahan posisi
1. Frekuensi 1. Keadaan dehidrasi Warna cairan tertentu
2. Lamanya 2. Perubahan sikap atau
3. Kekuatan prilaku
3. Tingkat tenaga 9 yang
dimiliki)
Sumber: Prawirohardjo, S, 2006: 111.
54

c. Kala III

1) Pengkajian pada Persalinan Kala III

a) Palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi yang kedua :

jika ada tunggu sampai bayi kedua lahir

b) Menilai apakah bayi baru lahir dalam keadaan stabil jika tidak

rawat bayi segera.

c) Melakukan Manajemen Aktif Kala III

Penatalaksanaan aktif Kala III (Pengeluaran Aktif Plasenta) membantu

menghindarkan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Adapun penatalaksanaan

kala III meliputi:

1) Pemberian oksitosin dengan segera (2 menit setelah bayi lahir).

2) Pengendalian tarikan pada tali pusat.

3) Pemijatan uterus segera setelah pada tali pusat.

4) Kala IV (Kala Pengawasan atau Observasi)


55

d. Kala IV

1) Pengkajian pada Persalinan Kala IV

Tabel 10
Pengkajian Pada Persalinan Kala IV

Periksa Deskripsi
Fundus Rasakan apakah fundus berkontraksi kuat dan berada di atau di
bawah umbilikus. Periksa fundus :
1. Setiap 15 menit pada jam pertama setelah persalinan
2. Setiap 30 menit pada jam pertama setelah persalinan
3. Masase fundud jika perlu untuk menimbulkan kontraksi
Plasenta Periksa kelengkapan untuk memastikan tidak ada bagian-bagian
yang tersisa dalam uterus

Selaput ketuban Periksa kelengkapan untuk memastikan tidak ada bagian-bagian


yang tersisa dalam uterus
Perinium Periksa luka robekan pada perinium dan vagina yang membutuhkan
jahitan
Memperkirakan Dengan memperkirakan darah yang menyerap pada kain atau
pengeluaran darah dengan menentukan berapa banyak kantong darah 500 cc dapat terisi
1. Tidak meletakkan pispot pada ibu untuk meletakkan darah
2. Tidak menyumbat vagina dengan kain untuk menyumbat darah
3. Pengeluaran darah abnormal >500 cc
Lokhea Periksa apakah ada darah keluar langsung pada saat memeriksa
uterus. Jika uetrus berkontraksi kuat, lokhea kemungkinan tidak
lebih dari menstruasi
Kandung kemih Periksa untuk memastikan kandung kemih tidak penuh. Kandung
kemih yang penuh mendorong uterus keatas dan menghalangi uterus
berkontraksi sepenuhnya
Kondisi ibu 1. Periksa setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada
jam kedua setelah persalinan. Jika kondisi ibu tidak stabil
pantau ibu lebih sering.
2. Apakah ibu membutuhkan minum?
3. Apakan ibu ingin memegang bayinya
Kondisi bayi baru lahir 1. Apakah bayi bernafas dengan baik?
2. Apakah bayi kering dan hangat?
3. Apakah bayi siap disusui/pemberian ASI memuaskan?

Sumber: Prawirohardjo, S, 2006: 119.


56

9. Diagnosa pada Persalinan

a. Diagnosis pada Persalinan Kala I

Tabel 11
Diagnosis Persalinan Kala I

Kategori Keterangan
Sudah dalam persalinan (inpartu) Ada tanda-tanda persalinan :
Pembukaan Serviks> 3 cm
His adekuat (teratur, minimal 2 X dalam 10 menit
selama 40 detik)
Lendir darah dari vagina
Kemajuan persalinan normal Kemajuan berjalan sesuai dalam patograf

Persalinan bermasalah Seperti : kemajuan persalinan yang tidak sesuai


dengan patograf melewati garis waspada
Kegawatdaruratan saat persalinan Seperti :
Eklamsi, perdarahan, gawat janin.
Sumber: Prawirohardjo, S, 2006: 108.

b. Diagnosis pada Persalinan Kala II

Tabel 12
Diagnosis Persalinan Kala II

Kategori Keterangan
Kala dua berjalan dengan baik Ada kemajuan pnurunan kepala bayi

Kondisi kegawatdaruratan pada kala Kondisi kegawatdaruratan membutuhkan peubahan


dua dalam penatalaksanaan perubahan segera contoh kondisi
tersebut termasuk : eklamsi, kegawatdaruratan bayi,
penurunan kepala terhenti, kelelahan ibu.
Sumber: Prawirohardjo, S, 2006: 111.
57

c. Diagnosis pada Persalinan Kala III

Tabel 13
Diagnosis Persalinan Kala III

Kategori Deskripsi

Kehamilan dengan Persalinan sepontan melalui vagina pada bayi tunggal cukup bulan
janin normal tunggal
Janin normal 1. Tidak ada tanda-tanda kesulitan pernafasan
2. Apgar lebih dari 7 pada menit ke 5
3. Tanda-tanda vital setabil
4. Berat badan >2500 gram

Bayi dengan penyulit Lihat bayi dengan penyulit seperti : berat badan kurang, asfiksia ,
afgar rendah, cacat lahir pada kaki.

Sumber: Prawirohardjo, S, 2006: 115-116.

d. Diagnosis pada Persalinan Kala IV

Tabel 14
Diagnosis Persalinan Kala IV

Kategori Deskripsi
Involusi normal 1. Tonus – uterus tetap berkontraksi
2. Posisi –fundus uteri di atau bawah umbilikus
3. Perdarahan-tidak berlebihan
4. Cairan-tidak berbau
Kala IV dengan penyulit 1. Sub-involusi-uterus tidak keras posisi sdiatas
umbilikus
2. Perdarahan-atonia, laserasi, bagian plasenta
tertinggal/membran/yang lain.
Sumber: Prawirohardjo, S, 2006: 120.

10. Perencanaan Asuhan Persalinan

a. Asuhan Kala I Persalinan

1) Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti suami,

dan keluarga untuk memberikan dukungan kepada ibu.

2) Mengatur aktifitas dan posisi yang nyaman bagi ibu.


58

3) Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his dengan cara ibu

diminta untuk menarik nafas panjang, kemudian dilepaskan

dengan meniup sewaktu ada his.

4) Menjaga privasi ibu antara lain dengan menggunakan penutup atau

tirai dan tidak menghadirkan orang lain tanpa pengetahuan ibu dan

seizin ibu.

5) Menjelaskan kemajuan persalinan, perubahan yang terjadi dalam

tubuh ibu, prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil

pemeriksaan.

6) Menjaga kebersihan diri dengan membolehkan ibu untuk mandi

dan menganjurkan ibu untuk membasuh kemaluannya seusai buang

air besar atau kecil.

7) Mengatasi rasa panas ibu bersalin biasanya merasa panas dan

banyak keringat. Bidan dapat mengatasinya dengan meggunakan

kipas angin/AC.

8) Masase dengan melakukan pijatan pada punggung dan mengusap

perut dengan lembut.

9) Pemberian cukup minum untuk memenuhi kebutuhan energi dan

mencegah dehidrasi.

10) Mempertahankan kandung kemih tetap kosong dengan

menyarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin.

11) Memberikan support pada ibu dan keluarga.


59

b. Asuhan Kala II

1) Memberikan dukungan pada ibu dalam menghadapi persalinan.

2) Memberikan ibu makanan dan minuman jika tidak ada his.

3) Mendampingi ibu dengan keluarga atau suami saat melahirkan.

4) Memantau DJJ setelah setiap kontraksi untuk memastikan janin

tidak mengalami bradikardi (nadi 12x/menit). Selama mengedan

yang lama akan terjadi pengurangan aliran darah dan oksigen ke

janin.

5) Memimpin persalinan jika sudah ada tanda-tanda Kala II.

6) Memakai sarung tangan saat kepala bayi terlihat

7) Menjaga kebersihan ibu jika ada kotoran keluar dari rektum,

bersihkan dengan kain bersih.

8) Bantu kepala bayi lahir perlahan, sebaiknya diantara his.

9) Begitu kepala bayi lahir, usap mulut dan hidung bayi dengan kasa

bersih dan biarkan kepala bayi memutar.

10) Begitu bahu sudah pada posisi anterior-posterior yang benar,

bantulah persalinan dengan cara tepat.

11) Segera setelah lahir, periksa keadaaan bayi, letakkan di perut ibu,

dan segara keringkan bayi dengan handuk bersih yang hangat.

Setelah bayi kering, selimuti bayi dengan handuk baru yang bersih

dan hangat.

12) Minta ibu memegang bayinya. Tali pusat di klem di dua tempat,

lalu potong diantara dua klem dengan gunting steril.

13) Letakkan bayi dalam pelukan ibu dan mulai menyusui.


60

c. Asuhan Kala III

1) Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang

juga mempercepat pelepasan plasenta 2 menit setelah kelahiran

bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah atau memberikan

ergometrin 0, 2 mg IM.

2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT), PTT

dilakukan hanya kalau uterus berkontraksi.

3) Segera setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan, masase fundus

agar menimbulkan kontraksi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi

pengeluaran darah dan mencegah perdarahan pasca persalinan.

4) Jika menggunakan manajemen aktif Kala III dan plasenta belum lahir

dalam 15 menit, berikan oksitosin 10 IU secara IM dosis kedua.

5) Periksa kandung kemih dan lakukan katerisasi jika kandung kemih

penuh.

6) Periksa adanya tanda-tanda pelepasan plasenta.

d. Asuhan Kala IV

1) Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang

uterus berkontraksi baik dan kuat.

2) Evaluasi fungsi fundus dengan meletakkan jari tangan anda secara

melintang antara pusat dan fundus uteri.

3) Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.


61

4) Periksa perenium perdarahan aktif (misalnya, apakah dari laserasi

atau episiotomi). Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya

robekan, yaitu:

a) Laserasi derajat 1: Robekan terjadi pada mukosa vagina,

komisura posterior, dan kulit perineum. Tidak perlu dijahit jika

tidak ada perdarahan dan aposisi luka baik.

b) Laserasi derajat 2: Robekan terjadi pada mukosa vagina,

komisura posterior, kulit perineum, dan otot perineum.

Diperlukan penjahitan.

c) Laserasi derajat 3: Robekan terjadi pada mukosa vagina,

komisura posterior, kulit perineum, otot perineum, dan otot

sfingter ani.

d) Laserasi derajat 4: Robekan terjadi pada mukosa vagina,

komisura posterior, kulit perineum, otot perineum, otot

sfingter ani, dan dinding depan rektum. Penolong APN tidak

dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi perineum derajat

3 atau 4. Segera rujuk ke fasilitas rujukan.

5) Evaluasi keadaan umum ibu.

6) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala

IV di bagian belakang partograf, segera setelah asuhan diberikan

atau setelah penilaian dilakukan.(Wiknjosastro, G.H., dkk: 2008:

114-115)
62

11. Pelaksanaan Pertolongan Persalinan Menggunakan Metode 58

Langkah Asuhan Persalinan Normal:

a. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua

b. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk

mematahkan ampul oksitosin dan memasukkan alat suntik sekali pakai

2 ½ ml ke dalam wadah partus set.

c. Memakai celemek plastik.

d. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan

sabun dan air mengalir.

e. Menggunakasn sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan

digunakan untuk pemeriksaan dalam.

f. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi

dengan oksitosin dan letakkan kembali ke dalam wadah partus set.

g. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dan gerakan

vulva ke perineum.

h. Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah lengkap

dan selaput ketuban sudah pecah.

i. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan

clorin 0, 5 %, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan

merendamnya dalam larutan clorin 0, 5 %.

j. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai,

pastikan DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit).

k. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,

meminta
63

l. ibu untuk meneran saat ada His apabila ibu sudah merasa ingin

meneran.Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu

untuk meneran (pada saat ada His, bantu ibu dalam posisi setengah

duduk dan pastikan ia meneran nyaman).

m. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang

kuat untuk meneran.

n. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi

nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam

60 menit.

o. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,

jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.

p. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.

q. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan

alat dan bahan.

r. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

s. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm,

memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut.

t. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.

u. Menunggu hingga kapala janin selesai melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

v. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparental.

Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan

lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan
64

muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan

distal untuk melahirkan bahu belakang.

w. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk

menyanggah kepala, lengan, dan siku sebelah atas.

x. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung

kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai

bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)

y. Menilai penilaian selintas:

1) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan.

2) Apakah bayi bergerak aktif.

z. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh

lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti

handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas

perut ibu.

aa. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi

dalam uterus.

bb. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus

berkontraksi baik.

cc. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM

(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi

sebelum menyuntikkan oksitosin).

dd. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira

3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal dan jepit

kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.


65

ee. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi

perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem.

ff. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi

kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya

dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

gg. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di

kepala bayi.

hh. Memindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

ii. Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas

simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat..

jj. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan

kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah

dorsokranial. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan

penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya

dan mengulangi prosedur.

kk. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta

terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat

dengan arah sejajar, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan

dorso-kranial).

ll. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta

dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta

dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu

pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.


66

mm. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri

dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian

palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba

keras).

nn. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan

untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah

lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.

oo. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan

penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

pp. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan.

qq. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu

paling sedikit 1 jam.

rr. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes

mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1mg intramaskuler di paha

kiri anterolateral.

ss. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi

Hepatitis B di paha kanan anterolateral.

tt. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan

pervaginam.

uu. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi.

vv. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.


67

ww. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit

selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama

jam kedua pasca persalinan.

xx. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas

dengan baik.

yy. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0, 5%

untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di

dekontaminasi.

zz. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang

sesuai.

aaa. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan

sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian

bersih dan kering.

bbb. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk

membantu apabila ibu ingin minum.

ccc. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5 %.

ddd. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%

melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya

dalam larutan klorin 0, 5%.

eee. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

fff. Melengkapi partograf.


68

a. Penanganan pada Persalinan Kala I

Tabel 15
Penanganan Persalinan Kala I

Tindakan Deskripsi dan Keterangan


Menghadirkan orang yang Dukungan yang dapat diberikan :
di anggap penting oleh ibu 1. Mengusap keringat
seperti : suami, keluarga 2. Menemani/ membimbing jalan-jalan (mobilisasi)
pasien atau orang dekat 3. Memberiakan minum
4. Merubah posiis dan sebagainya
5. Memijat atau mengosok pinggang

Mengatur aktivitas dan 6. Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai dengan


posisi ibu kesanggupannya
7. Posisi sesuai dengan keinginan ibu, namun ibu ingin di
tempat tidur sebaiknya tidak di anjurkan tidur dengan
posisiterlentang lurus
Membimbing ibu untuk Ibu diminta menarik nafas panjang, tahan nafas sebentar,
rileks sewaktu ada his kemudian dilepaskan dengan cara meniup sewaktui ada his
Mejaga privasi ibu Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, di
anatra lain menggunakan penutup atau tirai, tidak mengadirkan
orang lain tanpa sepengetahuan dan seizin pasien
Penjelasan tentang Menjelaskan kemajuan persalinan, perubahan yang terjadi dalam
kemajuan persalinan tubuh ibu, serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil
pemeriksaan
Menjaga kebersihan diri Membolekan ibu untuk mandi, menganjurkan ibu untuk
mebasuh kemaluannya seusai membuang air kecil
Mengatasi rasa panas Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, dapat
di atasi dengan cara :
1. Gunakan kipas angin atau AC dalam kamar
2. Menggunakan kipas biasa
3. Menganjurkan ibu untuk mandi
Masase Jika ibu suka, lakukan masese pada punggung atau mengusap
perut dengan lembut
Pemberian cukup minum Untuk memnuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi
Mempertahankan kandung Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin
kemih tetap kosong
Sentuhan Disesuaikan dengan keinginan ibu , memberikan sentuhan pada
salah satu bagian tubuh yang bertujuan untuk mengurangi
kesendirian ibu selama proses persalinan.
Sumber: Prawirohardjo, S, 2006: 109.
69

b. Penanganan pada Persalinan Kala II

Tabel 16
Penanganan Persalinan Kala II

Tindakan Deskripsi dan Keterangan


Memberikan dukunga terus Kehadidiran seseorang untuk :
menerus pada ibu 1. mendampingi ibu agar merasa nyaman
2. menawarkan minum dan memijat ibu
Menjaga kebersihan diri 3. ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar infeksi
4. bila ada darah, lendir atau cairan ketuban segera
dibersihkan
Mengipasi dan masese Menambah kenyamanan bagi ibu
Memberikan dukungan Untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu dengan cara :
mental 1. Menjaga privasi ibu
2. Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan
3. Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan
keterlibatan ibu
Mengatur posisis ibu Dalam memimpi mengedan dapat dipilih posisi berikut :
1. Jongkok
2. Menungging
3. Tidur miring
4. Setengah duduk
Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri
mudah mengedan, kurangnya trauma dan perineum dan
infeksi
Menjaga kandung kemih Ibu di anjurkan untuk berkemih sesrering mungkin, kandung
tetap kosong kemih yang penuh dapat menghalangi turunnya kepala kepada
rongga panggul
Memberikan cukup minum Memberi tenaga dan mencegah dehidrasi
Memimpi mengedan Ibu dipimpi mengedan selam his anjurkan kepada ibu untuk
mengambil nafas. Mengedan tanpa diselingi bernafas
kemungkinan dapat menurunkan pH pada arteri umbilikus yang
dapat menyebabkan denyut jantung tidak normal dan nilai afgar
rendah
Bernafas selama persalinan Minta ibu untuk bernafas selagi kontraksi ketika kepala akan
lahir . hal ini menjaga agar perineum meregang pelan dan
mengontrol lahirnya kepala serta mencegah robekan
Pemantauan denyut jantung Periksa djj setelah setiap kontraksi untuk memastikan janin tidak
janin mengalami brakikardi (< 120). Selama mengedan yang lama
akan terjadi penguranagn darah dan oksigen kejanin
Melahirkan bayi Menolong kelahiran kepala :
1. Letakkan satu tangan kekepala bayi agar depleksi tidak
terlalu cepat
2. Menahan perineum dengan satu tangan bila diperlukan
3. Mengusap muka bayi untuk membersihkan dari kotoran
lendir atau darah
Periksa tali pusat
4. Bila lilitan tali pusat terlalu ketat diklem pada dua tempat
kemudian digunting di anatar dua klem tersebut sambil
melindungi leher bayilahirkan bahu dan anggota seluruhnya
:
70

Tindakan Deskripsi dan Keterangan


5. Tempatkan kedua tanagn pada sisi kepala dan leher bayi
6. Lakuakan tarikan lembut kebawah untuk melahirkan bahu
depan lakukan tarikan lembut ke atas untuk melahirkan
bahu belakang
7. Selipkan satu tangan anda ke bahu dan lengan bagian
belakang bayi samping menyangga kepala dan selipkan satu
tangan lainnya kepunggung bayi untuk
8. Mengeluarkan tubuh bayi seluruhnaya pegang erat bayi
jangan sampai jatuh
Bayi dikeringkan dan Setelah bayi lahir segera dikeringkan dan diselimuti dengan
dihanagtkan sampai seluruh menggunakan handuk dan sejenisnya, letakkan pada perut ibu
tubuh dan berikan bayi untuk menetek
Merangsang bayi 1. Biasanya dengan melakukan pengerinagn cukup diberikan
rangsangan pada bayi
2. Dilakukan dengan cra mengusap-usap pada bagian
punggung atau menepuk telapak kaki bayi
Sumber: Prawirohardjo, S, 2006: 112-113.

c. Episiotomi

1) Pengertian Episiotomi

Episiotomi adalah insisi jaringan perineal yang bertujuan melebarkan pintu

vulva selama pelahiran.(Diane M.F., dkk:2009).

2) Indikasi Dilakukan Episiotomi

a) Gawat janin.

b) Persalinan pervaginam dengan penyulit (sungsang, distosia

bahu, ekstraksi forceps, ekstraksi vakum).

c) Perineum kaku dan pendek

d) Jaringan parut pada perineum atau vagina yang menghalangi

kemajuan persalinan.

3) Jenis-jenis Episiotomi

a) Episiotomi Median

Episiotomi median, yang diinsisi ke arah titik tendinoeus perineum,

memisahkan dua sisi otot perineum bulbokavernosus dan otot tranversus perinea
71

superfisialis. Kedua sisi otot transversus perinea profunda juga dapat dipisahkan,

bergantung pada kedalaman insisi.

b) Episiotomi Mediolateral

Teknik episiotomi mediolateral sama dengan teknik episiotomi median

kecuali arah potongan dan letak gunting untuk memotong. Tidak penting apakan

episiotomi mediolateral dipotong kearah kiri atau kanan. Lebih mudah bagi

peserta didik dengan tangan dominan kanan memperbaiki episiotomi mediolateral

kiri, begitu juga sebaliknya. Episiotomi mediolateral dipotong pada celah yang

dimulai digaris tengah fourchette posterior dengan titik pengguntingan diarahkan ke

tuberositas iskiadika pada sisi yang sama sfingter ani eksterna, arahkan potongan

cukup jauh kearah lateral untuk menghindari sfingter dan akan lebih baik

tinggalkan kira-kira 1 cm otot levator ani di antara insisi dan sfingter untuk

diperbaiki. Juga berhati-hati untuk tidak memulai potongan pada aspek lateral

fourchette atau mengarahkan potongan terlalu jauh ke sisi lateral sebagai upaya

menghindari kelenjar Bartholini di sisi tersebut.

Episiotomi mediolateral memotong sampai titik tendineus pusat

perineum, melewati bulbokavernosus dan otot-otot transversus perinea

superfisialis dan profunda, dan ke dalam otot pubokoksigeus (levator ani). Berapa

banyak otot pubokoksigeus yang dipotong bergantung pada panjang dan kedalaman

insisi. Biasanya potongan tersebut lebih besar daripada potongan episiotomi median

karena biasanya episiotomi dilakukan jika diperlukan ruang lebih banyak daripada

yang tersedia antara fourchette posterior dan sfingter ani eksterna.


72

4) Melakukan Episiotomi Dengan Anastesi Local

a) Memberikan Anastesi Local

Berikan anastesi local secara dini agar obat tersebut memiliki cukup

waktu untuk memberikan efek sebelum episiotomi dilakukan. Episiotomi adalah

tindakan yang menimbulkan rasa sakit dan menggunakan anastesi lokal adalah

bagian dari asuhan sayang ibu.

(1) Jelaskan kepada ibu apa yang akan anda lakukan dan bantu dia untuk merasa

rileks.

(2) Hisap 10 ml larutan lidokain 1% tanpa epinefrin ke dalam tabung suntik steril

ukuran 10 ml (tabung suntik lebih besar boleh digunakan, jika diperlukan).

Jika lidokain 1% tidak tersedia, larutkan 1 bagian lidokain 2% dengan 1 bagian

cairan garam fisiologis atau air distilasi steril, sebagai contoh larutkan

5 ml lidokain dalam 5 ml cairan garam fisiologis atau air steril.

(3) Pastikan bahwa tabung suntik memiliki jarum ukuran 22 dan panjang 4 cm

(jarum yang lebih panjang boleh digunakan, jika diperlukan).

(4) Letakkan dua jari kedalam vagina diantara kepala bayi dan perineum

(5) Masukkan jarum ditengah fourchette dan arahkan jarum sepanjang tempat

yang akan di episiotomi.

(6) Aspirasi (tarik batang penghisap) untuk memastikan bahwa jarum tidak berada

di dalam pembuluh darah. Jika darah masuk kedalam tabung suntik, jangan

suntikan lidokain, tarik jarum tersebut keluar. Ubah posisi jarum dan

tusukkan kembali.

Alasan : ibu bisa mengalami kejang dan bisa terjadi kematian jika lidokain

disuntikkan kedalam pembuluh darah.


73

(7) Tarik jarum perlahan sambil menyuntikkan maksimum 10 ml lidokain.

(8) Tarik jarum bila sudah kembali ke titik asal jarum suntik ditusukkan. Kulit

melembung karena anastesi bisa terlihat dan dipalpasi pada perineum di

sepanjang garis yang akan dilakukan episotomi.

b) Prosedur Melakukan Episiotomi

(1) Tunda tindakan episiotomi sampai perineum menipis dan pucat, dan 3-4 cm

kepala bayi sudah terlihat pada saat kontraksi.

Alasan : melakukan episiotomi akan menyebabkan perdarahan maka jangan

melakukannya terlalu dini.

(2) Masukkan dua jari kedalam vagina di antara kepala bayi dan perineum. Kedua

jari agak direnggangkan dan berikan sedikit tekanan lembut kea rah luar pada

perineum.

Alasan : hal ini akan melindungi kepala bayi dari gunting dan meratakan

perineum sehingga membuatnya lebih mudah di episiotomi.

(3) Gunakan gunting tajam disinfeksi tingkat tinggi atau steril, tempatkan gunting

ditengah-tengah fourchette posterior dan gunting mengarah ke sudut yang

diinginkan untuk melakukan episiotomi mediolateral (jika anda bukan kidal,

episiotomi mediolateral yang dilakukan di sisi kiri lebih mudah dijahit).

Pastikan untuk melakukan palpasi untuk mengidentifikasi sfingter ani

eksternal dan mengarah gunting cukup jauh ke arah samping untuk menghindari

sfingter.

(4) Gunting perineum sekitar 3-4 cm dengan arah mediolateral menggunakan satu

atau dua guntingan yang mantap. Hindari menggunting jaringan sedikit demi
74

sedikit karena akan menimbulkan tepi yang tidak rata sehingga akan

menyulitkan penjahitan dan waktu penyembuhan lebih lama.

(5) Gunakkan gunting untuk memotong sekitar 2-3 cm kedalam vagina.

(6) Jika kepala bayi belum juga lahir, lakukan tekanan pada luka episiotomi

dengan dilapsi kain atau kasa disinfeksi tingkat tinggi atau steril di antara

kontraksi untuk membantu mengurangi perdarahan.

(7) Kendalikan kelahiran kepala, bahu dan badan bayi untuk mencegah perluasan

episiotomi.

(8) Setelah bayi dan plasenta lahir, periksa dengan hati-hati apakah episiotomi,

perineum dan vagina mengalami perluasan atau laserasi tambahan, lakukan

penjahitan jika terjadi perluasan episiotomi atau laserasi

tambahan.(Wiknjosastro, 2008: 172)

d. Penanganan pada Persalinan Kala III

Tabel 17
Penanganan Persalinan Kala III

Langkah-Langkah
Deskripsi dan Keterangan
Inti
Jepit dan gunting tali pusat Dengan penjepitan tali pusat dini akan memulai proses pelepasan plasenta
sedini mungkin
Memberikan oksitosin Oksitosin merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan
plasenta
1. Oksitosin 10 U IM dapat diberikan ketika kelahiran bahu depan bayi
jika petugas lebih dari satu dan pasti hanya ada bayi tunggal
2. Oksitosin dapat diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi jika
hanya ada seorang petugas dan hanya bayi tunggal
3. Oksitosin 10 U IM dapat diulangi setelah 15 menit jika plasenta masih
belum lahir
4. Jika oksitosin tidak tersedia , rangsang puting payudara ibu atau
berikan ASI pada bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah
Melakukan penanganan PTT mempercepat kelahiran plasenta begitu sudah terlepas:
tali pusat terkendali atau 1. Satu tangan diletakkan pada korpus uteri diatas simpisis pubis. Selama
PTT kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan dengan gerakan dorso
kranial- kearah belakang dan kearah kepala ibu.
2. Tangan yang satu memegang tali pusat dekat pembukaan vagina dan
melakukan tarikan tali pusat yang terus-menerus dalam tegangan yang
sama dengan tangan ke uterus selama kontraksi
3. PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi. Tangan pada uterus
merasakan kontraksi , ibu dapat juga memberitahu petugas ketika ia
merasakan kontraksi. Ketika uterus tidak sedang berkontraksi , tangan
75

Langkah-Langkah
Deskripsi dan Keterangan
Inti
petugas dapat tetap berada pada uterus, tetapi bukan melakukan PTT ,
ulangi langkah-langakahPTT pada setiap kontraksi sampai plasenta
terlepas. Begitu plasenta terlepas , keluarkan dari jalan lahir dengan
menggerakkan tangan atau klem pada tali pusat mendekati plasenta,
keluarkan plasenta dengan gerakan kebawah dan ke atas sesuai jalan lahir.
Kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta
searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
Masase fundus Segera setelah plasenta dan selaputnya dilahirkan, masase fundus agar
menimbulkan kontrksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan
mencegah perdarahan postpartum. Jika uterus tidak berkontraksi kuat selama
10-15 detik atau jika perdarahan hebat terjadi , mulailah melakukan
kompresi bimanual. Jika atonia uteri tidak teratasi dalam waktu 1-2 menit,
ikuti protokol untuk perdarahan postpartum.
Sumber: Prawirohardjo, S, 2006: 116-117.

e. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

1) Langkah Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

a) Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya

segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam

b) Bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan

Inisiasi Menyusu Dini dan ibu dapat mengenali bayinya siap

untuk menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan.

c) Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada

bayi baru lahir hingga IMD selesai dilakukan, prosedur

tersebut seperti: menimbang, pemberian antibiotika salep

mata, vitamin K1 dan lain-lain.

d) Prinsip menyusu/pemberian ASI adalah dimulai sedini

mungkin dan secara eksklusif. Segera setelah bayi lahir dan tali

pusat diikat, letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit

bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu. Biarkan kontak kulit ke

kulit ini berlangsung setidaknya 1 jam atau lebih, bahkan

sampai bayi dapat menyusui sendiri. Bayi diberi topi dan


76

diselimuti Ayah atau keluarga dapat member dukungan dan

membantu ibu selama proses ini. Ibu diberi dukungan untuk

mengenali saat bayi siap untuk menyusu, menolong bayi bila

diperlukan.

2) Keuntungan Kontak Kulit Dengan Kulit Untuk Bayi

a) Optimalisasi fungsi hormonal ibu dan bayi

b) Kontak kulit ke kulit dan IMD akan:

(1) Menstabilkan pernapasan

(2) Mengendalikan temperature tubuh bayi

(3) Memperbaiki/mempunyai pola tidur yang lebih baik

(4) Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat

dan efektif

(5) Meningkatkan kenaikan berat badan (bayi kembali ke berat

lahirnya dengan lebih cepat)

(6) Meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan bayi

(7) Bayi tidak terlalu banyak menangis selama satu jam pertama

(8) Menjaga kolonisasi kuman yang aman dari ibu di dalam perut

bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi

(9) Bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium

lebih cepat, sehingga menurunkan kejadian ikterus BBL

(10) Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama

beberapa jam pertama hidupnya


77

3) Keuntungan Kontak Kulit Dengan Kulit Untuk Ibu

a) Merangsang produksi oksitosin pada ibu

(1) Manfaat oksitosin untuk ibu:

(a) Stimulasi kontraksi uterus dan menurunkan risiko

perdarahan pascapersalinan

(b) Merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan

produksi ASI

(c) Keuntungan dan hubungan mutualistik ibu dan bayi

(d) Ibu menjadi lebih tenang, fasilitas kelahiran plasenta dan

pengalihan rasa nyeri dari berbagai prosedur

pascapersalinan lainnya

b) Merangsang produksi prolaktin pada ibu

(1) Manfaat prolaktin untuk ibu

(a) Meningkatkan produksi ASI

(b) Membantu ibu mengatasi stres terhadap berbagai rasa

kurang nyaman

(c) Memberi efek relaksasi pada ibu setelah bayi selesai

menyusu

(d) Menunda ovulasi

4) Keuntungan IMD Untuk Bayi

a) Makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal. Mendapat

kolostrum segera, disesuaikan dengan kebutuhan bayi.

b) Segera memberikan kekebalan pasif pada bayi. Kolostrum adalah

imunisasi pertama bagi bayi.


78

c) Meningkatkan kecerdasan.

d) Membantu bayi mengkoordinasi kemampuan hisap, telan dan

napas.

e) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu-bayi

f) Mencegah kehilangan panas

g) Memulai IMD akan:

(1) Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari ke bawah

(2) Meningkatkan keberhasilan menyusui secara eksklusif dan

lamanya bayi disusui

(3) Merangsang produksi ASI

(4) Memperkuat reflex mengisap bayi. Reflek menghisap awal

pada bayi paling kuat dalam bebrapa jam pertama setelah lahir.

5) Lima Urutan Perilaku Bayi Saat Menyusu Pertama Kali

Tabel 18
Urutan Perilaku Bayi Saat Menyusu Pertama Kali

Langkah Perilaku Yang Teramati Perkiraan Waktu


1 Bayi beristirahat dan melihat 30 menit pertaa
2 Bayi mulai mendecakkan bibir dan membawa 30-60 menit setelah lahir
jarinya ke mulut dengan kontak kulit dengan
3 Bayi mengeluarkan air liur kulit terus-menerus tanpa
4 Bayi menendang, menggerakkan kaki, bahu, terputus
lengan dan badannya kea rah dada ibu dengan
mengandalkan indra penciumannya
5 Bayi melekatkan mulutnya ke putting ibu
Sumber : Wiknjosastro, Gulardi: 2008: 134

6) Langkah Inisiasi Menyusu Dini Dalam Asuhan Bayi Baru Lahir

a) Lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan

(1) Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran

(2) Kemudian letakkan bayi di perut bawah ibu


79

(3) Nilai bayi apakah diperlukan resusitasi atau tidak(2 detik)

(4) Bila tidak perlu diresusitasi, keringkan tubuh bayi mulai dari

muka, kepala, bagian tubuh lainnya dengan halus tanpa

membersihkan verniks. Verniks akan membantu

menghangatkan tubuh bayi. Setelah kering, selimuti bayi

dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali

pusat diklem.

(5) Hindari mengeringkan tangan bayi. Bau cairan amnion pada

tangan bayi juga membantunya mencari putting ibunya yang

berbau sama

(6) Lender cukup dilap dengan kain bersih. Penghisapan lender

di dalam mulut dan hidung bayi dapat merusak selaput lender

dan meningkatkan risiko infeksi pernapasan

(7) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi

dalam uterus (hamil tunggal) kemudian suntikan

intramuscular 10 IU oksitosin pada ibu. Jaga bayi tetap

hangat.

b) Lakukan kontak kulit dengan kulit selama paling sedikit satu jam

(1) Setelah tali pusat dipotong dan diikat. Letakkan bayi

tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi

menempel di dada ibu. Kepala bayi harus berada di antara

payudara ibu, tetapi lebih rendah dari putting.

(2) Kemudian selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan

pasang topi di kepala bayi


80

(3) Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada

ibu paling sedikit satu jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan

membelai bayinya. Bila perlu letakkan bantal di bawah

kepala ibu untuk mempermudah kontak visual antar ibu dan

bayi. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi

menyusu dini dalam waktu 30-60 menit

(4) Hindari membasuh atau menyeka payudara ibu sebelum bayi

menyusu

(5) Selama kontak kulit ke kulit tersebut, lanjutkan dengan

langkah manajemen aktif kala 3 persalinan

c) Biarkan bayi mencari dan menemukan putting ibu dan mulai

menyusu

(1) Biarkan bayi mencari dan menemukan putting dan mulai

menyusu

(2) Anjurkan ibu dan orang lainya untuk tidak menginterupsi

menyusu misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke

payudara lainya. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar

10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.

(3) Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga

bayi selesai menyusu, tunda memandikan bayi 6-24 jam setelah

bayi lahir untuk mencegah terjadinya hipotermia.

(4) Usahakan untuk tetap menempatkan ibu dan bayi diruang

bersalin hingga bayi selesai menyusu


81

(5) Segera setelah BBL selesai menghisap, bayi akan berhenti

menelan dan melepaskan putting. Bayi dan ibu akan merasa

mengantuk. Bayi kemudian diselimuti dengan kain bersih, lalu

lakukan penimbangan dan pengukuran bayi. Mengoleskan salep

antibiotika pada mata bayi dan memberikan suntikkan vitamin

K1.

(6) Jika bayi belum melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 1

jam, posisikan bayi lebih dekat dengan putting ibu dan biarkan

kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya.

(7) Jika bayi masih belum melakukan inisiasi menyusu dini dalam

waktu 2 jam, pindahkan ibu ke ruang pemulihan dengan bayi

tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan BBL (pemberian antibiotika

salep mata dan vitamin K1) dan kemudian kembalikan bayi

kepada ibu untuk menyusu.

(8) Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga

kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama

beberapa hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin

saat disentuh, buka pakaiannya kemudian telungkupkan kembali

di dada ibu sampai bayi hangat.

(9) Satu jam kemudian, berikan bayi suntikkan Hepatitis B pertama.

(10) Lalu tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Letakkan

kembali bayi dekat dengan ibu sehingga mudah tejangkau dan

bayi bisa menyusu sesering keinginannya.(Wiknjosastro, 2008:

131)
82

f. Penanganan pada Persalinan Kala IV

Tabel 19
Penanganan Persalinan Kala IV

Tindakan Deskripsi dan keterangan

Ikat tali pusat Jika petugas sendirian dan sedang melakukan manajemen aktif
kala III persalinan, maka tali pusat di klem , dan gunting dan
berikan oksitosin. Segera setelah plasenta dan selaputnya lahir,
lakukan masase fundus agar berkontraksi , baru tali pusat
diikat dan klem di lepas
Pemeriksaat tali pusat dan Periksa fundus 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30
masase menit pada jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase uterus
sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi otot uterus
akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan
perdarahan. Hal ini dapat mengurangi kehilangan darah dan
mencegah perdarahan postpartum.
Nutrisi dan hidrasi Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi.
Tawarkan ibu makanan dan minuman yang disukainya.
Bersihkan ibu Bersihkan perinium ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih
dan kering
Istirahat Biarkan ibu beristirahat-ia telah bekerja keras melahirkan
bayinya. Bantu ibu posisi yang nyaman.
Peringatkan hubungan ibu Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan
dan bayi ibu dan bayi , sebagai permulaan menyusui dengan bayinya.
Memulai menyusui Bayi sngat siap segera setelah kelahiran. Hal ini sangat tepat
untuk memberikan ASI . menyusui juga membantu uterus
berkontraksi
Menolong ibu kekamar mandi Jika ibu perlu kekamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu
dibantu dan selamat karna ibu masih dalam keadaan lemah
atau pusing setelah persalinan. Pastikan ibu sudah buang air
kecil setelah 3 jam postpartum
Mengajari ibu dan anggota Ajari ibu atau anggota keluarga tentanag:
keluarga 1. Bagaimanan memeriksa fundus dan menimbulkan
kontraksi
2. Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi
Sumber: Prawirohardjo, S, 2006: 120-121

g. Pemeriksaan Perdarahan Dari Perineum

Perhatikan dan temukan penyebab perdarahan dari laserasi atau robekan

perineum dan vagina. Nilai perluasan laserasi perineum. Laserasi diklasifikasikan

berdasarkan luasnya robekan:

1) Derajat 1

Laserasi derajat 1 meliputi mukosa vagina, komisura posterior, dan kulit

perineum, tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan aposisi luka baik.
83

2) Derajat 2

Laserasi derajat 2 meliputi mukosa vagina, komisura posterior, kulit

perineum, dan otot perineum, lakukan heating perineum sesuai prosedur.

3) Derajat 3

Laserasi derajat 3 meliputi mukosa vagina, komisura posterior, kulit

perineum, otot perineum, dan otot sfingter ani. Penolong asuhan persalian

normal (APN) tidak dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi perineum

derajat tiga atau empat, segera rujuk ke fasilitas rujukan.

4) Derajat 4

Laserasi derajat 4 meliputi mukosa vagina, komisura posterior, kulit

perineum, otot perineum, otot sfingter ani dan dinding depan rektum. Penolong

asuhan persalian normal (APN) tidak dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi

perineum derajat tiga atau empat, segera rujuk ke fasilitas rujukan.(Wiknjosastro,

2008: 115)

h. Tindakan Penjahitan Pada Laserasi Perineum Atau Episiotomi

Tindakan menjahit laserasi atau episiotomi adalah unruk menyatukan

kembali jaringan tubuh (mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak

perlu (memastikan hemostatis). Ingat bahwa setiap kali jarum masuk jaringan tubuh,

jaringan akan terluka dan menjadi tempat yang potensial untuk timbulnya infeksi.

Oleh sebab itu pada saat menjahit laserasi atau episiotomi gunakan benang

yang cukup panjang dan gunakan sesedikit mungkin jahitan umtuk mencapai tujuan

pendekatan dan hemostatis. .(Wiknjosastro, 2008: 177)


84

i. Penjahitan Episiotomi Mediolateral

Episiotomi mediolateral dipotong miring terhadap garis tengah yang tegak

lurus terhadap perineum. Hal ini memengaruhi penjahitan dalam dua cara, yaitu:

1) Pada episiotomi mediolateral, aspek medial insisi cenderung meretraksi lebih

banyak daripada aspek lateral. Oleh karena itu, berhati-hati ketika melakukan

jahitan pada setengah bagian medial luka untuk mengamankan jaringan yang

terlibat tanpa masuk ke rectum.

2) Menjahit dari sisi ke sisi insisi harus dilakukan sesuai dengan sudut insisi

(pada sudut miring) dan tidak dilakukan langsung menyilang seolah-olah tepat

terhadap sudut garis tengah yang tegak lurus. Menjahit miring difasilitasi

dengan memegang alat pemegang jarum yang pararel dengan pinggiran insisi.

Pada episiotomi mediolateral, akan terdapat lebih banyak jaringan di sisi lateral

daripada sisi medial. Oleh karena itu, harus behati-hati ketika meluruskan dan

menyatukan jaringan. Hal ini dilakukan dengan melibatkan lebih banyak

jaringan pada tusukan lateral dan setengah bagian jahitan dan mengetahui bahwa

interval di antara jahitan pada aspek medial baris jahitan benang akan lebih

dekat bersama-sama daripada interval antara jahitan pada aspek lateral barisan

jahitan benang.

3) Langkah-langkah penjahitan perineum

a) Masukan satu tamponade

b) Identifikasi struktur yang terkait

c) Penjahitan mukosa vagina

d) Penjahitan otot bulbokavernosus


85

e) Penjahitan otot-otot pubokoksigeus dan otot transversus perinea profunda

dengan satu lapisan jahitan dalam terputus-putus

f) Penjahitan otot transversus perinea superfisialis dengan lapisan lain jahitan

dalam terputus-putus.

g) Lakukan pemeriksaan rectum untuk memeriksa adanya jahitan didalam

rectum.

h) Perbaiki fasia subkutaneus perineum

i) Jahit pinggiran kulit

j) Lepas ikatan benang

k) Angkat tampon

l) Lakukan pemeriksaan vagina

m) Lakukan pemeriksaan rektovagina

n) Lakukan pemeriksaan rectum

(Helen Varney, 2008: 1190)

j. Pendokumentasian Asuhan Persalinan Dengan Partograf

Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu

petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf

dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif). Partograf sebaiknya dibuat untuk

setiap ibu yang bersalin, tanpa menghiraukan apakah persalinan tersebur normal

atau dengan komplikasi.

Menurut Winkjosastro (2008), petugas harus mencatat kondisi ibu dan

janin sebagai berikut :


86

1) Denyut jantung janin, catat setiap 1 jam.

2) Air ketuban, catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaanvagina:

U : selaput utuh

J : selaput pecah

M : air ketuban bercampur mekonium

D : air ketuban bernoda darah

K : tidak ada cairan ketuban atau kering

3) Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase)

a) O: sutura terpisah

b) 1: sutura (pertemuan dan tulang tengkorak)Bersesuaian

c) 2: sutura tumpang tindih tetapi dapat di perbaiki

d) 3: sutura tumpang tindih dan tidak dapat di perbaiki

4) Pembukaan mulut rahim (serviks) di nilai setiap 4 jam dan di berikan tanda silang

(x).

5) Penurunan : mengacu pada bagian kepala (di bagi 5 bagian) yang teraba pada

pemeriksaan abdomen / luar di atas simfisis pubic. Catat dengan lingkaran (O)

pada setiap pemeriksaan dalam. Pada posisi O/5 sinsiput (S) atau paruh atas

kepala berada di simfisis pubis

6) Waktu : menyatakan berapa jam waktu yang telah di jalani sesudah pasien di

terima

7) Jam : catat jam sesungguhnya

8) Kontraksi : catat setiap setengah jam; lakukan palpasi untuk menghitung

banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap kontraksi dalam hitungan

detik
87

a) Kurang dari 20 detik ; kontraksi lemah

b) Antara 20 – 40 detik : kontraksi sedang

c) Lebih dari 40 detik : kontraksi kuat

9) Oksitosin ; jika memakai oksitosin catatlah banyaknya oksitosin per volume

cairan infuse dan dalam tetesan per menit

10) Catat semua obat yang di berikan

11) Nadi catatlah setiap 30 – 60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar

12) Tekanan darah cacatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah

13) Suhu badan catatlah setiap 2 jam

14) Protein aseton dan volume urine catatlah setiap 2 jam.

Jika temuan – temuan melintas kearah kanan dari garis waspada, petugas

kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan segera

mencari rujukan. (Saifuddin, A, 2010: N-12).

12. Evaluasi pada Persalinan

Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan

yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang menguntungkan atau

menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan. Evaluasi yang dilakukan untuk

mengkaji ulang keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi

pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar telah terpenuhi

sebagaimana diidentifikasi di dalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut

dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. (Soepardan,

S, 2008: 102).
88

C. Nifas

1. Pengertian

Pasca partum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin

(menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi

wanita pada kondisi tidak hamil.(Varney, H, 2008: 958)

Masa nifas (peurperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperto keadaan sebelum hamil.Masa nifas

berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Prawirahardjo, S, 2006: 122)

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik fisik maupun psikologi.

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif mendekati masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun pada

bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga, berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada

bayinya dan perawatan bayi sehat.

d. Memberikan pelayan keluarga berencana. (Prawirahardjo, S, 2006 :

122)

3. Tanda Gejala Nifas Normal

a. Ibu telah melahirkan >2jam yang lalu

b. Berlangsung sampai 6 minggu atau 42 hari postpartum dan

keseluruhan alat kandungan akan pulih dalam waktu 3 bulan.


89

4. Perubahan Fisiologis dan Anatomis Puerperium

Masa Post Partum meliputi perubahan-perubahan yang dianggap normal

dan harus terjadi untuk mengambalikan fungsi-fungsi organ

Seperti Sebelum Hamil, Perubahan-Perubahan Itu Terdiri Atas :

a. Uterus

Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluran desisdua/endo metrium

dan eksfiloisasi tempat perlekatan plasenta yang di tandai dengan penurunan ukuran

berat serta perubahan pada lokasi uterus juga di tandai dengan warna dan jumlah

lokia.

Uterus, segera setelah pelahiran bayi, plasenta dan selaput janin, bertanya

sekitar 1000 gram. Berat uterus menurun sekitar 500 gram pada akhir minggu

pertama pascapartum dan kembali pada berat yang biasanya pada saat tidak

hamil, yaitu 70 gram pada minggu kedelapan pascapartum.

b. Lokia

Lokia adalah istilah utnuk sekret dari uterus yang keluar melalui vagina

selama peurperium, karena perubahan warnanya, nama deskriptif lokiaberupa

1) Lochea Rubra/Merah (Kruenta)

Lochea Rubra berwarna merah karena mengandung darah, ini adalah

lokia pertama yang mulai keluar segera setelah pelahiran dan terus berlanjut

selama dua atau tiga hari hari pertama pasca partum.lokia rubra terutama

mengandung darah dan jaringan desidua.

2) Lochea Sanguinolenta

Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir.Berlangsung

dari hari ke 4 sampai hari ke 7 postpartum.


90

3) Lochea Serosa

Lochea serosa mulai terjadi sebagai bentuk yang lebih pucat dari lokia

rubra, serosa, dam merah muda.Lokia ini Muncul pada hari ke 7 sampai hari ke

14 postpartum.lokia serosa terutama mengandung cairan serosa, jaringan

desidua, leukosit dan, eritrosit.

4) Lochea Alba/Putih

Lokhea alba mulai terjadi sekitar hari kesepuluh pascapartum dan hilang

sekitar periode dua hingga empat minggu. Pada beberapa wanita, lokia ini tetap ada

pada saat pemeriksaan pasca partum. Warna lokia alba putih krem dan terutama

mengandung leukosit dan sel desidua

c. Vagina dan Perineum

Segera setelah pelahiran, vagina tetap terbuka lebar, mungkin mengalami

beberapa derajat edema dan memar. Dan celah pada introitus.Setelah satu hinga dua

hari pertama pasca partum, tonus otot vagina kembali, celah vagina tidak lebar

dan vagina tidak lagi edema, sekarang vagina menjadi berdinding lunak, lebih

besar dari biasanya.

d. Payudara

Laktasi dimulai pada semua wanita dengan perubahan hormon saat

melahirkan. Apakah wanita memilih menyusui atau tidak, ia dapat mengalami

kongesti payudara selama beberapa hari pertama pascapartum karena tubuhnya

mempersiapakan untuk memnerikan nutrisi kepada bayinya. Wanita menyusi

berespon terhadap menstimulasi bayi yang disusui akan terus melepaskan hormon

dan stimulasi alveoli yang memproduksi susu.


91

e. Perubahan Tanda-Tanda Vital

1) Tekanan Darah

Segerah setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan

sementara tekanan darah sistolik dan diastolik, yang kembali secara spontan ke

tekanan darah sebelum hamil selama beberapa hari.

2) Suhu

Suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat selama

periode intrapratum dan stabil dalam 24 jam pertama pascapartum.

3) Nadi

Denyut nadi, yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal

setelah beberapa jam pertama pascapartum, haemorragi, demam selama

persalinan, dan nyeri akut atau persisten dapat memengaruhi proses ini. Apa bila

denyut nadi di atas 100 selama puerperium, hal tersebut abnormal dan mungkin

menunjukan adanya infeksi atau haemorragi pascapartum lambat.

4) Pernapasan

Fungsi pernpasan kembali normal wanita selama jam pertama pasca partum.

Napas pendek, cepat, atau perubahan lain memerlukan evaluasi adanya kondisi-

kondisi seperti berlebihan cairan, eksaserbasi asma atau embolus paru

5) Perubahan Sistem Renal

Pelvis renalis dan ureter, yang memegang dan di latasi selama kehamilan,

kembali normal pada akhir minggu keempat pasca partum.Segera segerah setelah

pascapartum kandung kemih, edema, mengalami kongesti, dan hipotonikyang

dapat menyebabkan overdistensi, pengosongan yang tidak lengkap dan residu


92

urine yang berlebihan kecuali perawatan di berikan untuk memastikan berkemih

secara periodik.

6) Penurunan Berat Badan

Wanita mengalami penurunan berat badan rata-rata12 pon(4, 5) pada

waktu melahirkan. Penurunan ini mewakili gabungan berat bayi, plasenta dan

cairan amnion.wanita dapat kembali penurunan berat badan sebanyak 5 pon

selama minggu pertama pascapartum karena kehilangan cairan.

7) Perubahan Gastrointestinal

Konstipasi mungkin menjadi masalah pada peurperium awal karena

kurangnya makanan padat selama persalianan dan karena wanita menhan

defekasi. Wanita mungkin menahan defekasi karena perineumnya mengalami

perlukaan atau karena ia kurang pengetahuan dan takut akan merobek atau

merusak jahitan jika melakukan defekasi.

8) Dinding Abdomen

Dinding abdomen lunak setelah pelahiran karena dinding ini meregang

selama kehamilan.Semua wanita puerpera mengalami beberapa derajat diastasis

rekti-pemisahan otot rektus abdomen.Seberapa berat diastasis bergantung pada

sejumlah faktor termasuk kondisi umum dan tonus otot wanita.

9) Perubahan Hematologi

Leukositosis, dengan peningkatan hitung sel darah putih hingga 15.000

atau lebih selama persalinan, dilanjutkan dengan peningkatan SDP selama dua

hari pertama pascapartum.hitung sel darah putih dapat mengalami peningkatan lebih

lanjut hungga 25.000 atau 30.000 tanpa patologis jika wanita mengalami
93

persalinan lama. Akan tetapi, dugaan infeksi harus di pastikan jika peningktan

SDP signifikan.(Varney, H, 2008: 959-962)

5. Kebutuhan Kesehatan Ibu dalam Masa Nifas

a. Early Ambulation

Early ambulation adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin

membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas

mungkin berjalan sekarang tidak angap perlu lagi menahan penderita terletang di

tempat tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan.Penderita sudah di

perbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam post partum.

b. Diet

Diet harus sangat mendapat perhatian dalam masa nifas karena makanan

yang baik mempercepat penyembuhan ibu, lagi pula makanan ibu sangat

mempengaruhi susunan air susu.

c. Suhu

Harus di awasi terutama dalam minggu pertama dari masa nifas karena

kenaikan suhu adalah tanda pertama infeksi.

d. Miksi

Tiap penderita di suruh kencing 6 jam postpartum dalam 8 jam postpartum

belum dapat kencing belum melebihi 100 cc, maka di lakukan kateterisasi.

Jika penderita sesudahnya belum dapat kencing atau banyaknya kencing

belum memuaskan kateterisasi di lakukan 8 jam.

e. Defekasi

Jika penderita hari ketiga belum juga buang air besar, maka di beri clysma

air sabun atau glycerine.


94

f. Puting Susu

Puting susu harus di perhatikan kebersihanya dan harus segera di obati,

karena kerusakan puting susu merupakan porte d’entree dan dapat menimbulkan

mastitis.

g. Datangnya Haid Kembali

Ibu yang tidak menyusukan anaknya, haidnya datang lebih cepatdari ibu

yang menyusukan anaknya.

Pada ibu golongan pertama biasanya haid datang 8 minggu setelah

persalinan; pada ibu golongan kedua haid seringkali tidak datang selama ia

menyusukan anaknya, tetapai kebanyakan haid lagi pada bulan ke-4. (Obstetri

fisiologi UNPAD ;323-327).

h. Senam Nifas

Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah melahirkan

setelah keadaan tubuhnya pulih kembali. Senam nifas bertujuan untuk mempercepat

penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, serta memulihkan dan

menguatkan otot-otot punggung, otot dasar panggul dan otot perut.

Pada saat hamil, otot perut dan sekitar rahim, serta vagina telah teregang

dan melemah. Latihan senam nifas dilakukan untuk membantu mengencangkan

otot-otot tersebut. Hal ini untuk mencegah terjadinya nyeri punggung di kemudian

hari dan terjadinya kelemahan pada otot panggul sehingga dapat mengakibatkan ibu

tidak bisa menahan BAK. Gerakan senam nifas ini dilakukan dari gerakan yang

paling sederhana hingga yang tersulit. Sebaiknya dilakukan secara bertahap dan

terus-menerus(kontinu). Lakukan pengulangan setiap 5 gerakan dan

tingkatkan setiaphari sampai 10 kali.


95

Menurut Vivian Nanny Lia Dewi (2011), senam nifas dilakukan sejak hari

pertama setelah melahirkan hingga hari ke-10 yang pelaksanaannya secara

bertahap, sistematis dan kontinu. Tujuan dilakukannya senam nifas yaitu:

1) Memperbaiki sirkulasi darah

2) Memperbaiki sikap tubuh setelah hamil dan melahirkan

3) Memperbaiki tonus otot pelvis

4) Memperbaiki regangan otot abdomen (perut) setelah hamil

5) Memperbaiki regangan otot tungkai bawah

6) Meningatkan kesadaran untuk melakukan relaksasi otot-otot dasar panggul

(Vivian Nanny Lia Dewi: 2011: 81)

i. ASI Eksklusif

ASI eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai

usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan

sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dianjurkan

oleh pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaas ASI

baik bagi bayi, ibu, keluarga, maupun Negara.

Menurut penelitian yang dilakukan di Dhaka pada 1667 bayi selama 12

bulan mengatakan bahwa ASI eksklusif dapat menurunkan risiko kematian akibat

infeksi saluran napas akut dan diare. WHO dan UNICEF merekomendasikan

kepada para ibu, bila memungkinkan ASI eksklusif diberikan sampai 6 bulan

dengan menerapkan hal-hal sebagai berikut.

1) Inisiasi menyusui dini selama 1 jam setelah kelahiran bayi.

2) ASI eksklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan tambahan

atau minuman.
96

3) ASI diberikan secara on demand atau sesuai kebutuhan bayi, setiap hari setiap

malam.

4) ASI diberikan tidak menggunakan botol, cangkir, maupun dot. (Vivian

Nanny Lia Dewi: 2011: 25)

j. Cara Menyusui Yang Benar

Pengertian teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada

bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Hal penting dalam

posisi meyusui adalah ibu merasa nyaman dan rileks. Terdapat berbagai macam

posisi menyusui. Menurut Vivian Nanny Lia Dewi (2011), cara menyusui yang

tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring.

Beberapa langkah-langkah menyusui yang benar adalah sebagai berikut:

1) Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan di sekitar

putting, duduk dan berbaring dengan santai.

2) Ibu harus mencari posisi nyaman, biasanya duduk tegak di tempat tidur/kursi.

Ibu harus merasa rileks.

3) Lengan ibu menopang kepala, leher, dan seluruh badan bayi (kepala dan

tubuh berada dalam garis lurus), muka bayi menghadap ke payudara ibu,

hidung bayi didepan putting susu ibu. Posisi bayi harus sedemikian rupa

sehingga perut bayi menghadap perut ibu. Bayi seharusnya berbaring miring

dengan seluruh tubuhnya menghadap ibu. Kepalanya harus sejajar dengan

tubuhnya, tidak melengkung ke belakang/menyamping, telingan, bahu, dan

panggul bayi berada dalam satu garis lurus.

4) Ibu mendekatkan bayi ke tubuhnya (muka bayi ke payudara ibu) dan

mengamati bayi yang siap menyusu: membuka mulut, bergerak mencari, dan
97

menoleh. Bayi harus berada dekat dengan payudara ibu. Ibu tidak harus

mencondongkan badan dan bayi tidak meregangkan lehernya untuk mencapai

putting susu ibu.

5) Ibu menyentuhkan putting susunya ke bibir bayi, menunggu hingga mulut

bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke putting susu ibu hingga

bibir bayi dapat menangkap putting susu tersebut. Ibu memegang payudara

dengan satu tangan dengan cara meletakkan empat jari di bawah payudara dan

ibu jari diatas payudara. Ibu jari dan telunjuk harus membentuk huruf “C”.

semua jari ibu tidak boleh terlalu dekat dengan areola.

6) Pastikan bahwa sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi. Dagu rapat ke

payudara ibu dan hidungnya menyentuh bagian atas payudara. Bibir bawah bayi

melengkung keluar.

7) Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi,

jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi harus lurus,

hadapkan bayi ke dada ibu sehingga hidung bayi berhadapan dengan putig

susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyentuh bibir bayi ke putting

susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.

8) Jika bayi sudah selesai menyusui, ibu mengeluarkan putting dari mulut bayi

dengan cara memasukkan jari kelingking ibu di antara mulut bayi dan

payudara ibu.

9) Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi di pundak atau

menelungkupkan bayi melintang kemudian menepuk-nepuk punggung bayi.

(Vivian Nanny Lia Dewi: 2011: 30)


98

6. Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-

fase sebagai berikut :

a. Fase Taking In

Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari

pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, focus perhatian ibu

terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan berulang kali

diceritakannya. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap

lingkungannya. Kemampuan mendengarkan (listening skill) dan menyediakan

waktu yang cukup merupakan dukungan yang tidak ternilai bagi ibu. Kehadiran

suami dan keluarga sangat diperlukan pada fase ini. Petugas kesehatan dapat

menganjurkan kepada suami dan keluarga untuk memberikan dukungan moril dan

menyediakan waktu untuk mendengarkan semua yang disampaikan oleh ibu agar

dia dapat melewati fase ini dengan baik.

Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase ini adalah

sebagai berikut :

1) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan tentang bayinya

misalnya: jenis kelamin tertentu, warna kulit, dan sebagainya.

2) Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang dialami ibu

misalnya rasa mules akibat dari kontraksi rahim, payudara bengkak, akibat

luka jahitan, dan sebagainya.

3) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya


99

4) Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayinya dan

cenderung melihat saja tanpa memnbantu. Ibu akan merasa tidak nyaman

karena sebenarnya hal tersebut bukan hanya tanggung jawab ibu saja, tetapi

tanggung jawab bersama.

b. Fase Taking Hold

Fase taking hold adalah fase/periode yang berlangsung antara 3-10 hari

setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya

dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang

sangat sensitive sehingga mudah tersinggung dan gampang marah sehingga kita

perlu berhati-hati dalam berkomunikasi dengan ibu.

Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan

kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri

dan bayinya sehingga timbul percaya diri. Tugas sebagai tenaga kesehatan adalah

misalnya dengan mengajarkan cara merawat bayinya, cara menyusui yang benar,

cara merawat luka jahitan, mengajarkan senam nifas, memberikan pendidikan

kesehatan yang diperlukan ibu seperti gizi, istirahat, kebersihan diri, dan lain-lain.

c. Fase Letting Go

Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran

barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat

menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan dirinya sudah

meningkat. Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan
100

sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan

bayinya.

Dukungan dari suami dan keluarga masih sangat diperlukan ibu. Suami

dan keluarga dapat membantu merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga

sehingga ibu tidak terlalu terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup

sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk dapat merawat bayinya.

7. Pengkajian

Melakukan pengkajian terhadap Ny. T P1A0 nifas normal dengan

melakukan anamnesa, pemeriksaan umum (TTV, keadaan umum dan kesadaran),

pemeriksaan fisik dan melakukan perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi

terhadap asuhan yang diberikan.

8. Diagnosa

Melakukan asuhan kebidanan pada Ny. T P1A0 nifas normal dengan

seksama mulai dari 2 jam setelah persalinan sampai 6 minggu postpartum.

9. Perencanaan pada Asuhan Kebidanan pada Nifas Normal

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi segala hal yang

sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait,

tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut. Pedoman

antisipasi ini mencakup perkiraan tentang hal yang akan terjadi berikutnya yaitu:

apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah bidan perlu merujuk klien

bila ada sejumlah masalah terkait sosial, ekonomi, kultural, atau psikologis.

Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal

berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan dan sudah disetujui oleh kedua
101

belah pihak, yaitu bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan secara efektif.

(Soepardan, S, 2008: 101).

Rencana asuhan kebidanan yang saya akan berikan terhadap Ny. T P 1A0

adalah memberikan informasi terhadap ibu tentang kebutuhan istirahat, tanda

bahaya masa nifas dan senam nifas.

10. Pelaksanaan Kunjungan Nifas

Menurut Sarwano Prawirohardjo Paling sedikit 4 kali kunjungan masa

nifas di lakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk

mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.

a. Kunjungan pertama, 6-8 jam setelah persalinan yang bertujuan untuk:

1) Mencegah perdarahan masa nifas karena persalinan

2) Mencegah perdarahan masa nifas karena persalianan akan terjadinya

antonia uteri

3) Mendeteksi penyebab lain perdarahan seger merujuk bila perdarahan terus

menerus berlanjut.

4) Memberikan konseling pada ibu dan anggota keluarga bagaimana cara

mencegah perdarahan masa nifas akibat antonia uteri..

5) Konseling tentang pemberian ASI awal.

a) Melakukan bounding attachment antara ibu dan bayi yang baru

dilahirkannya.

b) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi

c) Jika petugas kesehatan menolong persalinan ibu dan bayi yang baru

dilahirkn untuk 2 jam pertama atau sampai keadaan iu dan bayinya

stabil.
102

b. Kunjungan kedua, 6 hari setelah persalinan , yang bertujuan untuk:

1) Memastikan proses involusi uteri berjalan dengan normal.

2) Evaluasi adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan

abnormal.(Prawirohardjo, S, 2006: 123)

3) Memastikan ibu cukup makan , minum, dan istirahat.

4) Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda-tanda adanya

penyulit.

5) Memberikan konseling pada ibu mengenai hal-hal berkaitan dengan asuhan

pada bayi.

c. Kunjungan ketiga, 2 minggu setelah persalinan : Sama seperti di atas (6 hari

setelah persalinan.

d. Ke empat, 6-8 minggu setelah persalinan, yang bertujuan untuk:

1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami

2) Memberi konseling untuk ber KB secara dini.

(Prawirahardjo, S: 2006)

11. Evaluasi pada Masa Nifas

Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan

yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang menguntungkan atau

menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan. Evaluasi yang dilakukan untuk

mengkaji ulang keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi

pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar telah terpenuhi

sebagaimana diidentifikasi di dalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut

dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. (Soepardan,

S, 2008: 102).
103

D. Keluarga Berencana

1. Pengertian KB

Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasutri

untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak

diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara

kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. (Anggraini, Yetti, dkk:

2011: 47).

2. Tujuan Program KB

Tujuan umum program KB adalah Membentuk keluarga kecil sesuai dengan

kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak,

agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya.

Tujuan KB berdasarkan RENSTRA 2005-2009 meliputi :

a. Keluarga dengan anak ideal

b. Keluarga sehat

c. Keluarga berpendidikan

d. Keluarga sejahtera

e. Keluarga berketahanan

f. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya

g. Penduduk tumbuh seimbang (PTS).

(Anggraini, Yetti, dkk: 2011: 48).


104

3. Kebutuhan Kesehatan Ibu

KB untuk kesehatan ibu yaitu bertujuan untuk memperbaiki kesehatan dan

kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa untuk mengurangi angka kelahiran

serta untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa, mendapatkan pelayanan

KB dan KR yang berkualitas, termasuk upaya-upaya dalam menurunkan angka

kematian ibu, bayi dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.

(Anggraini, Yetti, dkk: 2011: 48).

4. Rencana Kelengkapan Keluarga

Bagi pasangan yang berencana membatasi kehamilan dapat menggunakan

metode KB yang meliputi metode sederhana (kondom, spermisida, koitus

interuptus, pantang berkala) dan metode efektif dengan hormonal (pil KB:

Progesterone onlypil, pil KB kombinasi, pil KB sekuensial, after morning pill;

suntikan KB: depoprovera setiap 3 bulan, Norigest setiap 10 minggu, Cyclofem

setiap bulan; susuk KB setiap lima tahun), mekanis dengan alat kontrasepsi

dalam rahim (AKDR) (Copper T, Medusa, Seven Copper), atau metode KB

darurat.

5. Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi

a. KB Metode Sederhana

Metode KB sederhana adalah metode KB yang digunakkan tanpa bantuan

orang lain. Yang termasuk metode KB sederhana adalah kondom, pantang

berkala, senggama terputus, dan spermisid. Metode sederhana akan lebih efektif

bila penggunaannya diperhitungkan dengan masa subur. Yang termasuk kedalam

kontrasepsi metode sederhana yaitu :


105

1) Kondom

Cara kerja kondom adalah menampung spermatozoa sehingga tidak masuk

ke dalam kanalis servikalis.Di seluruh dunia, dengan makin meningkatnya

perkembangan penyakit hubungan seksual, pemakaian kondom makin

meningkat.Konsep kerja kondom adalah menghalangi tertumpahnya sperma

kedalam vagina sehingga spermatozoa tidak mungkin masuk ke dalam rahim dan

seterusnya.Kegagalan kondom terjadi bila karet kondom bocor atau robek, dan

menarik penis setelah lemah sehingga sebagian sperma tidak dapat masuk vagina.

Keuntungan kontrasepsi kondom adalah murah, mudah didapatkan

(gratis), tidak memerlukan pengawasan medis, berfungsi ganda, dan dipakai

oleh kalangan yang berpendidikan.Sedangkan kerugiannya adalah kenikmatan

terganggu, mungkin alergi terhadap karet atau jelinya yang mengandung

spermisid, dan sulit dipasarkan kepada masyarakat dngan pendidikan

rendah.Kondom yang dipakai bersamaan dengan pantang berkala mempunyai

efektivitas yang makin meningkat.

2) Pantang Berkala

Syarat utama metode pantang berkala adalah siklus menstruasi teratur dan

kerjasama dengan suami harus baik.Dengan siklus menstruasi yang terartur dapat

memberikan petunjuk masa subur.Metode pantang berkala dikenal 2 sistem, yaitu

menggunakan sistem kalender dan menggunakan penilaian suhu basal.

a) Pantang Berkala dengan Sistem Kalender

Metode ini memerlukan system menstruasi yang teratur sehingga dapat

memperhitungkan masa subur untuk menghindari kehamian dengan tidak


106

melakukan hubungan seks. Masa subur wanita dapat dihitung dengan melakukan

perhitungan minggu subur sebagai berikut :

(1) Menstruasi wanita teratur antara 26 sampai 30 hari.

(2) Masa subur dapat diperhitungkan, yaitu menstruasi hari pertama ditambah

12 yang merupakan hari pertama minggu subur akhir minggu subur adalah

hari pertama menstruasi ditambah 19.

(3) Puncak minggu subur adalah hari pertama menstruasi ditambah 14

b) Pantang Berkala dengan Sistem Suhu Basal

Telah diketahui bahwa penurunan suhu basal sebanyak 0, 5 samapai 1

derajat Celcius pada hari ke-12 sampai ke-13 menstruasi, ketika ovulasi terjadi

pada hari ke-14. Setelah menstruasi suhu akan naik lebih dari suhu basal sehingga

siklus menstruasi yang disertai “ovulasi” terdapat temperatur “bifasik”.

Pantang berkala dengan sistem pengukuran suhu basal memerlukan

pengetahuan dan metode pengukuran yang akurat, sehingga dapat

bermanfaat.Kegagalan sistem suhu basal sekitar 10% sampai 20%.Kelemahan

sistem pantang berkala adalah pengukuran suhu basal merepotkan dan tidak

akurat, hanya dapat digunakan oleh mereka yang terdidik dan hanya berguna

pada siklus menstruasi 20 sampai 30 hari.

c) Senggama Terputus

Konsep “metode senggama terputus” adalah mengeluarkan kemaluan

menjelang terjadinya ejakulasi. Kekurangan metode ini adalah mengganggu

kepuasan kedua belah pihak, kegagalan hamil sekitar 30 sampai 35% karena

semen keluar sebelum mencapai puncak kenikmatan, terlambat mengeluarkan


107

kemaluan, semen yang tertumpah diluar sebagian dapat masuk ke genetalia, dan

dapat menimbulkan ketegangan jiwa kedua belah pihak.

d) Spermisida

Spermisida adalah zat kimia yang dapat melumpuhkan sampai mematikan

spermatozoa yang digunakan menjelang hubungan seks. Setelah pemasangan 5

sampai 10 menit, hubungan seksual dapat dilakukan agar spermasid dapat

berfungsi. Metode spermasid tetap dikembangkan oleh berbagai pabrik farmasi

seperti foam tablet, krem atau pasta, supositoria, dan jeli. Kekurangan

spermisida yaitu sebagai berikut :

(1) Merepotkan menjelang hubungan senggama

(2) Nilai kepuasan berkurang

(3) Dapat menimbulkan iritasi dan alergi

(4) Kejadian hamil tinggi sekitar 30 sampai 35% karena pemasangan tidak

sempurna atau terlalu cepat melakukan senggama.

b. KB Metode Efektif

1) Kontrasepsi Hormonal

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi hormonal telah mempelajari

bahwa esterogen dan Progesterone memberikan umpan balik terhadap kelenjar

hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap

perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui hipotalamus dan hipofisis,

esterogen dapat menghambat pengeluaran follicle stimulating hormone (FSH)

sehingga perkembangan dan kematangan folikel de Graaf tidak terjadi. Di samping

itu Progesterone dapat menghambat pengeluaran hormone luteinizing


108

(LH).Esterogen mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil kontrasepsi mencapai

uterus-endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi.

a) Kontrasepsi Hormonal Pil

Berbagai pabrik farmasi terdapat perbandingan kekuatan estrogenik (lebih

dominan estrogen) atau progesterogenik (dominan Progesterone), melalui

penilaian siklus menstruasi. Adapun keuntungan dan kerugian Kb pil, sebagai

berikut:

(1) Keutungan

(a) Bila minum pil sesuai dengan aturan dijamin 100%.

(b) Dapat dipakai pengobatan terhadap beberapa masalah :

(c) Ketegangan menjelang menstruasi.

(d) Perdarahan menstruasi yang tidak teratur.

(e) Nyeri saat menstruasi.

(f) Pengobatan pasangan mandul.

(g) Pengobatan penyakit endometriosis.

(h) Dapat meningkatkan libido.

(2) Kerugian :

(a) Harus minum pil secara teratur.

(b) Dalam waktu panjang dapat menekan fungsi ovarium.

(c) Penyulit ringan (berat badan bertambah, rambut rontok, tumbuh akne,

mual sampai muntah).

(d) Memengaruhi fungsi hati dan ginjal.


109

(3) Jenis-jenis Pil KB

(1) Pil kombinasi, sejak semula telah terdapat kombinasi komponen

Progesterone dan esterogen.

(2) Pil sekuensial, pil ini mengandung komponen yang disesuaikan dengan

sistem hormonal tubuh. Dua belas pil pertama hanya mengandung

esterogen, pil ketigabelas dan seterusnya merupakan kombinasi.

(3) Progesteron, pil ini hanya mengandung Progesterone dan digunakan ibu

postpartum.

(4) After morning pil, pil ini digunakan segera setelah hubungan seksual.

b) Kontrasepsi hormonal suntikan

Waktu pemberian KB suntikan adalah pasca-persalinan (segera ketika masih

dirumah sakit, jadwal suntikan berikutnya), pasca-abortus (segera setelah

perawatan, jadwal waktu suntikan diperhitungkan), dan interval (hari kelima

menstruasi, jadwal waktu diperhitungkan dengan pedoman Depoprovera (interval

12 minggu), Norigest (interval 8 minggu) dan Cyclofem (interval 4 minggu).

(1) Mekanisme kerja kontrasepsi suntikan :

(a) Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan

ovum.

(b) Mengentalkan lendir Serviks, sehingga sulit ditembus spermatozoa.

(c) Mengganggu peristaltik tuba fallopi, sehingga konsepsi dihambat.

(d) Mengubah suasana endometrium, sehingga tidak sempurna untuk

implantasi hasil konsepsi


110

(2) Keuntungan KB suntikan :

(a) Pemberiannya sederhana setiap 8-12 minggu

(b) Tingkat efektivitasnya tinggi

(c) Hubungan seks dengan suntikan KB bebas

(d) Pengawasan medis yang ringan

(e) Dapat diberikan pascapersalinan, pasca-kegugran atau

pascamenstruasi

(f) Dapat mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi

(g) Suntikan KB Cyclofem diberikan setiap bulan dan peserta KB akan

mendapatkan menstruasi

(3) Kerugian KB suntikan :

(a) Perdarahan yang tidak menentu

(b) Terjadi amenorea (tidak datang bulan) berkepanjangan

(c) Masih terjadi kemungkinan hamil

(d) Kerugian atau penyulit inilah yang menyebabkan peserta KB

menghentikan suntikan KB

c) Kontrasepsi Suntikan Progestin

(1) Profil

(a) Sangat efektif

(b) Aman

(c) Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi

(d) Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan

(e) Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI
111

(2) Jenis

Terdapat 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin,

yaitu :

(a) Depo Medroksiprogesreron Asetat (Depo Provera), mengandung 150 mg

DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskuler

(di daerah bokong).

(b) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg

Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik

intramuskuler.

(3) Cara Kerja

(a) Mencegah ovulasi

(b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan

penetrasi sperma

(c) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi

(d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba

(4) Efektivitas

Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas yang tinggi,

dengan 0, 3 kehamilan per 100 perempuan per tahun, asal penyuntikannya

dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.

(5) Keuntungan

(a) Sangat efektif

(b) Pencegahan kehamilan jangka panjang

(c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri


112

(d) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap

penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah

(e) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI

(f) Sedikit efek samping

(g) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

(h) Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai perimenopause

(i) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik

(j) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara

(k) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul

(l) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell).

(6) Keterbatasan

(a) Sering ditemukan gangguan haid seperti siklus haid yang memendek

atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan

tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting) dan tidak haid sama

sekali.

(b) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus

kembali untuk suntik)

(c) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut

(d) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering

(e) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular

seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.

(f) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian


113

(g) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya

kerusakan/kelainan pada organ genitalia, melainkan karena belum

habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan)

(h) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang

(i) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit penurunan kepadatan tulang

(densitas)

(j) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada

vagina, menurunkan libido, gangguan emosi(jarang), sakit kepala,

nervositas, dan jerawat.

(7) Yang dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

(a) Usia reproduksi

(b) Nulipara dan yang telah memiliki anak

(c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas

tinggi

(d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai

(e) Setelah abortus atau keguguran

(f) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi

(g) Perokok

(h) Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan

darah atau anemia bulan sabit

(i) Menggunakan obat untuk epilepsy (fenitoin dan barbiturat) atau obat

tuberkulosis (rifampisin)

(j) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen

(k) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi


114

(l) Anemia defisiensi besi

(m)Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan

pil kontrasepsi kombinasi

(8) Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

(a) Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per 100.000

kelahiran)

(b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

(c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea

(d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara

(e) Diabetes mellitus disertai komplikasi.

(9) Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

(a) Setiap saat selama siklus haid, asal Ibu tersebut tidak hamil

(b) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid

(c) Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat,

asalkan saja Ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan

tidak boleh melakukan hubungan seksual

(d) Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti

dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi

hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan

pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid

berikutnya datang.

(e) Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin

menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi,


115

kontrasepsi suntikan akan diberikan dimulai pada saat jadwal

kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.

(f) Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin

menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama

kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera diberikan, asal

saja ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu menunggu

haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik setelah hari ke-7 haid, ibu

tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan

seksual.

(g) Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan

pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid,

atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid, asal saja

yakin ibu tersebut tidak hamil.

(h) Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan

pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil,

dal selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan

seksual.

(10) Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntikan

(a) Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara

disuntik intramuskuler dalam di daerah pantat. Apabila suntikan

diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat

dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan diberikan setiap 90 hari.

Pemberian kontrasepsi suntikan Noristerat untuk 3 injeksi berikutnya


116

diberikan setiap 8 minggu. Mulai dengan injeksi kelima diberikan setiap

12 minggu.

(b) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi

oleh etil/isopropil alkohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum

disuntik. Setelah kulit kering baru disuntik.

(c) Kocok dengan baik, dan hindarkan terjadinya gelembung-gelembung

udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terdapat endapan

putih pada dasar ampul, upayakan menghilangkannya dengan

menghangatkannya.

(Affandi, 2011: MK -44)

d) Kontrasepsi Hormonal Susuk (Norplant atau Impalnt)

Prinsip pemasangan susuk KB adalah dipasang pada lengan kiri atas.Konsep

mekanisme kerjanya sebagai progesteron yang menghalangi pengeluaran LH

sehingga tidak terjadi ovulasi, mengentalkan lendir Serviks dan menghalangi

migrasi spermatozoa, dan menyebbakan situasi endometrium tidak siap menjadi

tempat nidasi.

(1) Keuntungan KB susuk :

(a) Kontrol medis ringan

(b) Dapat dilayani didaerah pedesaan

(c) Penyulit medis tidak terlalu tinggi

(d) Biaya murah

(e) Jangka waktu panjang


117

(2) Kerugian KB susuk

(a) Menimbulkan gangguan menstruasi, yaitu tidak mendapat menstruasi dan

terjadi perdarahan yang tidak teratur

(b) Berat badan bertambah

(c) Menimbulkan akne, ketegangan payudara

(d) Liang senggama terasa kering

c. Kontrasepsi Mekanis

1) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)

Mekanisme kerja AKDR belum diketahui secara pasti, tetapi cara kerjanya

bersifat lokal. Sebagai bukti dapat dijumpai kehamilan dengan AKDR in situ,

AKDR dalam keadaan kolaps membuat suasana pada fundus uteri menjadi normal

dan siap menerima konsepsi. Mekanisme kerja local AKDR sebagai berikut :

a) AKDR merupakan benda asing dalam rahim sehingga menimbulkan

reaksi benda asing dengan timbunan leukosit, makrofag, dan limfosit.

b) AKDR menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin,

yang menghalangi kapasitas spermatozoa.

c) Pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag, dan limfosit

menyebabkan blastokistidak mampu melaksanakan nidasi.

d) Ion Cu yang dikeluarkan AKDR dengan Cupper menyebabkan gangguan

gerak spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk

melaksanakan konsepsi.

(1) Keuntungan AKDR :

(a) Pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulit.

(b) Kontrol medis yang ringan.


118

(c) Penyulit tidak terlalu berat.

(d) Pulihnya kesuburan setelah AKDR dicabut berlangsung baik.

(2) Kerugian AKDR :

(a) Masih terjadi kehamilan di AKDR in situ.

(b) Terdapat perdahan (spotting dan menometroragia).

(c) Leukorea, sehingga menguras protein tubuh dan liang senggama

terasa lebih basah.

(d) Dapat terjadi infeksi.

(e) Tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau

sekunder dan kehamilan ektopik.

(f) Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan

mengganggu hubungan seksual.(Manuaba , I, dkk, 2012: 591-619).


BAB III

ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN TERHADAP NY.T DI BPM

DWI SRI ISNAWATI PUNGGUR,LAMPUNG TENGAH

TAHUN 2015

A. Kehamilan

1. Kunjungan Kehamilan 1

a. Pengkajian Kehamilan

Tanggal Pengkajian: 20 Februari 2015 Pukul : 16.30 WIB

1) Identitas

Nama Ibu : Ny.T Nama Suami : Tn.E Umur

: 21 tahun Umur : 25 tahun Agama :

Islam Agama : Islam Suku/bangsa : Jawa

Suku/bangsa : Jawa Pendidikan : SMP

Pendidikan : SMP Pekerjaan : IRT

Pekerjaan : Petani Alamat : Banjar Sari

Alamat : Banjar Sari

2) Anamnesa

a) Alasan kunjungan saat ini

Ibu mengatakan hamil anak pertama, usia kehamilan 8 bulan

datang ingin melakukan kunjungan rutin untuk memeriksakan

kehamilannya.

119
120

b) Keluhan Utama

Ibu mengatakan sering kencing sehingga mengganggu istirahat terutama

pada malam hari

c) Riwayat kehamilan ini

(1) Riwayat menstruasi

Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 22–06–2014, haid

sebelumnya teratur,lamanya 6-7 hari dengan siklus ± 28 hari,

banyaknya 2-3 kali ganti pembalut dan sifat darah encer.

(2) Hasil tes kehamilan

Ibu mengatakan melakukan tes kehamilan pada tanggal 28-07-2014

dengan hasil positif. Ibu merasakan pergerakan janin pertama kali pada

usia 4 bulan sebanyak 16x sehari.

(3) Keluhan yang dirasakan

Mual dan muntah yang lama : tidak

Nyeri perut : tidak

Panas, menggigil : tidak

Sakit kepala berat/terus menerus : tidak

Penglihatan kabur : tidak

Rasa nyeri / panas waktu BAK : tidak

Rasa gatal pada vulva, vagina dan sekitarnya : tidak

Pengeluaran cairan pervaginam : tidak

Nyeri kemerahan, tegang pada tungkai : tidak

Oedema : tidak
121

(4) Diet / makan

(a) Sebelum hamil, ibu mengatakan makan 3x sehari dengan porsi

sedang dengan menu nasi, lauk pauk (telur, ikan, tempe tahu) dan

sayur (bayam, daun singkong, kangkung, sop-sopan, sayur asem,

dll), ibu minum 7 gelas per hari.

(b) Saat hamil, ibu mengatakan tidak mengalami perubahan makan,

hanya ditambah dengan meminum susu khusus untuk ibu hamil

dan minum air lebih banyak, yaitu 8 gelas per hari.

(5) Pola eliminasi

(a) Sebelum hamil

Ibu mengatakan BAB 1x sehari dan BAK 6-7x sehari.

(b) Saat hamil

Ibu mengatakan BAB 1x sehari dan sering BAK 8x sehari.

(6) Aktifitas sehari – hari :

(a) Sebelum hamil

Ibu mengatakan tidur 6-7 jam per hari, ibu sehari-hari bekerja

sebagai IRT.

(b) Saat hamil

Ibu mengatakan tidur 5-6 jam per hari, ibu sudah mengurangi

pekerjaan berat. Ibu mengatakan sudah pernah diajarkan senam

hamil dan perawatan payudara tetapi tidak pernah dilakukan dirumah

karena malas.
122

(7) Imunisasi TT

Ibu mengatakan imunisasi TT1 sudah didapatkan pada usia kehamilan

4 bulan yaitu pada tanggal 20-10-2014 dan TT2 pada tanggal 18-11-

2014

(8) Kontrasepsi yang digunakan

Ibu mengatakan sebelumnya tidak menggunakan alat kontrasepsi.

(9) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Ibu mengatakan hamil anak pertama dan tidak pernah keguguran

sebelumnya.

(10) Riwayat kesehatan

(a) Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular,

menurun dan menahun.

(b) Perilaku kesehatan

Ibu mengatakan tidak pernah minum-minuman yang mengandung

alkohol atau obat-obatan sejenisnya serta ibu tidak pernah minum

jamu dan merokok. Pencucian vagina dilakukan dengan

menggunakan sabun pencuci vagina setiap kali mandi dan setelah

BAK atau BAB. Ibu melakukan perawatan payudara apabila terasa

kotor.

(11) Riwayat psikososial

(a) Apakah kehamilan ini direncanakan / diinginkan : ya

(b) Respon terhadap kehamilan :

Ibu dan keluarga senang atas kehamilannya.


123

(c) Status perkawinan :

Menikah secara resmi dan sah sebagai istri pertama

(d) Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan,

nifas tidak ada

(12) Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan bahwa ibu dan keluarga tidak memiliki penyakit

menular, menurun, ataupun menahun.

b. Pemeriksaan

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan Umum : Baik

b) Kesadaran : Compos mentis

c) Keadaan emosional: Stabil

d) Tanda-tanda vital :

TD : 120/80 mmHg

Suhu : 36,9o C

Nadi : 82 x / menit

RR : 20x menit

e) Tinggi badan : 153 cm

f) Berat badan :

(1) Sebelum hamil : 43 kg

(2) Saat hamil : 58 kg

(3) Kenaikan BB : 15 kg

𝐵𝐵 43 𝑘𝑔 43
(4) IMT : (𝑇��)2
= (1,53 = = 18,36
��)2 2,3409
124

Kategori : Rendah(IMT<19,8), kenaikan BB yang dianjurkan adalah

12,5-18 kg

g) Ukuran LILA : 24 cm

2) PemeriksaanFisik

a) Rambut : bersih, tidak ada ketombe dan tidak mudah

rontok

b) Mata : bentuk mata simetris, tidak ada pembengkakan

pada kelopak mata, konjungtiva merah muda,

sclera tidak ikterik.

c) Hidung : bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada

pembesaran polip hidung

d) Gigi dan mulut : tidak ada kelainan bentuk pada mulut, tidak

terdapat stomatitis, keadaan gigi bersih, tidak

ada carries pada gigi, tidak ada gigi yang

berlubang, jumlah gigi atas dan bawah

lengkap.

e) Telinga : keadaan bersih, bentuk simetris, tidak ada

kotoran.

f) Leher :

(1) Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

(2) Tidak ada pembesaran kelenjar limfe

(3) Tidak ada pembengkakan vena jugularis.

g) Dada : Bentuk payudara simetris kanan dan kiri,

puting susu menonjol, colostrum sudah keluar,


125

keadaan payudara kotor, terdapat

hyperpigmentasi areola mamae.

Jantung : Tidak terdengar mur-mur.

Paru-Paru : Tidak terdengar ronchi dan wheezing.

h) Abdomen : Keadaan pembesaran abdomen sesuai dengan

usia kehamilan terdapat linia nigra, tidak ada

bekas operasi.

Leopold I : TFU pada pertengahan px – pusat, pada

fundus teraba lunak dan kurang melenting

yang berarti bokong.

Leopold II : Pada bagian kiri teraba keras, datar,

memanjang berarti punggung, pada bagian

kanan teraba bagian-bagian kecil yang berarti

ekstremitas.

Leopold III : Bagian terbawah janin teraba keras, bulat dan

melenting yang berarti kepala. Kepala belum

masuk PAP

Leopold IV : Kepala konvergen

DJJ : Terdengar pada 450 dibawah pusat sebelah kiri

dengan frekuensi 140x/menit, teratur.

i) Genetalia eksterna :

(1) Tidak ada flour albus

(2) Tidak ada oedema

(3) Hygiene : baik


126

(4) Haemoroid : tidak ada

j) Ekstermitas

Atas : bentuk simetris, keadaan kuku bersih, keadaan

kulit baik, turgor kulit baik, dapat digerakkan

dengan baik, tidak ada kecacatan

Bawah : bentuk simetris, keadaan kuku bersih, keadaan

kulit baik dan tidak ada oedema.

k) Pemeriksaan panggul :

Distansia spinarum : 24 cm

Distansia cristarum : 27 cm

Conj. Eksterna : 18 cm

Lingkar Panggul : 84 cm

l) Hasil Perhitungan

Mc Donald : 30 cm

TBJ : (TFU-12)x155

: (30-12)x155

: 2790 gram

Taksiran persalinan : 29 – 03 – 2015

Usia kehamilan : 35 minggu

3) Pemeriksaan Laboratorium

Hb : 11 gr%

Protein urine : Tidak dilakukan

Glukosa Urine : Tidak dilakukan


127

c. Analisa Data

1) Diagnosa

G1P0A0 hamil 35 minggu, janin tunggal, hidup, intra uteri, presentasi

kepala.

Dasar :

a) Ibu mengatakan hamil anak pertama.

b) HPHT : 22 – 06 – 2014

c) TP : 29 – 03 – 2015

d) DJJ terdengar jelas pada satu tempat 45 0 dibawah pusat sebelah kiri

dengan frekuensi 140 x/menit.

Leopold I : Teraba bokong, pertengahan px dan pusat

Leopold II : Punggung kiri

Leopold III : Kepala belum masuk PAP

Leopold IV : Kepala konvergen

Mc Donald : 30 cm

TBJ : (30-12) x 155 = 2790 gram

2) Masalah

a) Kurangnya pengetahuan ibu tentang ketidaknyamanan dalam

trimester III yang dialaminya yaitu sering kencing

b) Kurangnya kesadaran ibu untuk melakukan senam hamil dan

perawatan payudara

3) Kebutuhan

Informasikan kepada ibu tentang :

a) Ketidaknyamanan fisiologis pada TM III


128

b) Senam Hamil

c) Perawatan payudara

d) Personal Hygiene

e) Tanda bahaya dalam kehamilan

f) Tanda-tanda persalinan

g) Persiapan persalinan

h) Istirahat dengan cukup

4) Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Tidak ada

5) Identifikasi Kebutuhan terhadap Tindakan dan Kolaborasi

Tidak ada

d. Penatalaksanaan (P)

1) Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini.

Menjelaskan pada ibu tentang kondisi ibu saat ini bahwa kehamilan ibu

normal,janin yang dikandung sehat,letak janin normal. Hasil pemeriksaan :

keadaan umum baik,TD:120/80 mmHg, RR : 20x/menit, pols : 82x/mnt,

suhu : 36,9 0C, TFU: 30 cm (1/2 px-pusat), DJJ (+) terdengar dibawah

pusat sebelah kiri, frekuensi 140 x/menit,HB: 11 gr%, kepala konvergen.

Ibu mengerti kondisinya dan janinnya saat ini, bahwa ia dan janinnya

dalam keadaan sehat.

2) Jelaskan pada ibu tentang ketidaknyamanan pada kehamilan trimester III.

Menjelaskan pada ibu tentang ketidaknyamanan pada kehamilan trimester

III (hamil tua) yaitu sering berkemih, varises dan wasir, sesak nafas,

bengkak dan kram pada kaki, gangguan tidur dan mudah lelah, nyeri perut
129

bagian bawah, heartburn, dan kontraksi Braxton-Hicks. Menjelaskan pada

ibu bahwa keluhan sering kencing yang dialaminya adalah ketidaknyamanan

yang normal yang dialami oleh ibu hamil TM III (hamil tua). Penyebab

sering kencing pada kehamilan TM III adalah tertekannya kandung kemih

oleh rahim (uterus) yang semakin membesar dan menyebabkan kapasitas

kandung kemih berkurang serta frekuensi berkemih meningkat. Ibu

dapat mengatasinya dengan cara:

• Mengurangi asupan cairan 2 jam sebelum tidur agar istirahat ibu tidak

terganggu.

Ibu mengerti dan merasa lega ketika mengetahui bahwa ketidaknyamanan

sering kencing yang dialaminya normal.

3) Ajarkan ibu untuk melakukan senam hamil

Mengajarkan ibu untuk melakukan senam hamil terutama untuk ibu hamil

TM III yaitu mengajarkan ibu duduk bersila, latihan otot tungkai,latihan

mengejan dan latihan relaksasi total.

Ibu bisa mengulangi gerakan senam hamil yang diajarkan.

4) Informasikan kepada ibu tentang perawatan payudara, manfaatnya dan

ajarkan ibu cara melakukan perawatan payudara.

Menginformasikan kepada ibu bahwa perawatan payudara mempunyai

banyak manfaat yaitu agar puting susu bersih, elastis, dan tidak datar/

masuk kedalam, sehingga setelah bayi lahir, bayi dapat menyusui dengan

baik dan nyaman. Mengajarkan ibu cara melakukan perawatan payudara

yaitu dengan cara :


130

a) Kompres puting susu sampai bagian areola mamae dengan kapas yang

telah dibasahi dengan baby oil/minyak kelapa steril selama 2-3 menit.

b) Olesi ibu jari dan jari telunjuk dengan baby oil/minyak kelapa steril.

c) Karena puting susu normal, letakkan ibu jari dan jari telunjuk di sekitar

puting susu. Lakukan gerakan memutar kearah dalam sebanyak 30 kali

putaran untuk meningkatkan elastisitas otot puting susu,

d) Mengeluarkan colostrum

e) Membersihkan puting susu dan payudara menggunakan tissue/waslap

Ibu mengerti tentang manfaat perawatan payudara dan dapat mengulangi

cara perawatan payudara yang telah diajarkan

5) Jelaskan pada ibu tentang personal hygiene.

Menjelaskan pada ibu untuk menjaga personal hygienenya yaitu dengan

mengganti celana dalamnya apabila terasa lembab dan mencuci vagina nya

saat mandi, setelah BAK dan BAB.

Ibu akan menjaga personal hygienenya seperti yang diajarkan bidan.

6) Jelaskan pada ibu tentang tanda-tanda bahaya dalam kehamilan.

Memberikan informasi pada ibu tentang tanda-tanda bahaya dalam

kehamilan yaitu:

a) Tidak mau makan dan sering muntah

b) Pucat, letih, lemah, lesu (gejala anemia)

c) Perdarahan

d) Berat badan tidak naik

e) Bengkak di kaki, tangan dan wajah atau sakit kepala disertai kejang

f) Demam yang tinggi


131

g) Keluar air ketuban sebelum waktunya

h) Gerakan janin berkurang atau tidak ada

Ibu dapat menyebutkan kembali tanda-tanda bahaya dalam kehamilan

7) Jelaskan pada ibu tentang tanda-tanda persalinan dan segera

mengunjungi petugas kesehatan terdekat jika tanda-tanda persalinan

telah dirasakan seperti :

a) Perut terasa mulas yang sering dan teratur

b) Mengeluarkan lendir bercampur darah

Ibu dapat menyebutkan kembali tanda-tanda persalinan yaitu mulas

yang sering danteratur, keluar endir bercampur darah dan akan segera

mengunjungi petugas kesehatan apabila ada tanda-tanda seperti yang

disebutkan.

8) Anjurkan pada ibu dan keluarga untuk mempersiapkan perlengkapan

untuk persalinan. Memberikan informasi pada ibu dan keluarga tentang

persiapan menghadapi proses persalinan yaitu:

a) Menjelaskan perlengkapan apa yang harus dipersiapkan pada proses

persalinan

b) Mempersiapkan tempat bersalin atau penolong persalinan yang

memadai

c) Mempersiapkan transportasi ketempat persalinan

d) Menyiapkan biaya yang dibutuhkan dalam proses persalinan

e) Memberitahukan keluarga terutama suami agar mendampingi ibu

dalam menghadapi proses persalinan

f) Menyiapkan donor darah


132

Ibu telah mempersiapkan persalinannya meliputi biaya persalinan,

transportasi saat bersalin,donor darah, perlengkapan ibu dan bayi dan

ibu berencana bersalin di Bidan Dwi Sri Isnawati.

9) Anjurkan ibu untuk banyak istirahat dan mengurangi aktifitas berat.

Menganjurkan ibu untuk beristirahat dengan cukup yaitu tidur malam

8 jam/hari dan tidur siang 1 jam/hari dan tidak melakukan aktifitas

yang berat dan melelahkan seperti mengangkat galon, air dalam ember

yang besar,menimba air dan lain-lain.

Ibu akan beistirahan dengan cukup dan tidak akan melakukan aktifitas

yang berat dan melelahkan.

10) Jelaskan dan lakukan informed consent dengan ibu bahwa ibu telah

bersedia untuk menjadi pasien LTA mulai dari hamil, bersalin, nifas

sampai KB.

Menjelaskan dan melakukan informed consent dengan ibu bahwa ia

telah bersedia untuk menjadi pasien LTA dari mulai hamil, bersalin,

nifas sampai KB.

Ibu mengerti dan bersedia menjadi pasien untuk LTA mulai dari hamil,

bersalin, nifas, sampai KB.

11) Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang terutama jika ada

keluhan.

Memberitahu pada ibu bahwa penulis akan melakukan kunjungan ulang

pada tanggal 11 Maret 2015 di rumah Ny.T. serta menganjurkan ibu untuk

melakukan kunjungan ulang terutama jika ada keluhan.

Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang terutama jika ada keluhan.


133

2. Catatan Perkembangan I

Tanggal Pengkajian : 11 Maret 2015 Pukul: 16.00 WIB

S:

a. Ibu mengatakan sudah melakukan senam hamil dirumah, tetapi belum bisa

melakukan gerakan latihan mengejan dengan benar karena lupa gerakannya.

b. Ibu mengatakan sudah melakukan perawatan payudara dirumah setiap

sebelum mandi

c. Ibu mengatakan keluhan sering berkemih masih ada tapi tidak mengganggu

tidur malamnya

d. Ibu mengatakan belum pernah periksa protein urine dan glukosa urine

e. Ibu mengatakan sudah menjaga personal hygienenya

O:

a. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : baik

Kesadaran : Composmentis

BB : 60 kg

Kenaikan BB : 17 kg

Tanda-tanda vital :

TD : 120/80 mmHg

Pols : 82 x/mnt

RR : 20 x/mnt

Temp : 36,80C
134

b. Pemeriksaan Fisik

1) Mata : tidak ada pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva

merah muda, sklera tidak ikterik

2) Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar tyroid

3) Dada : payudara bersih puting susu menonjol, terdapat

hiperpigmentasi areola mamae, colostrum sudah keluar

4) Abdomen :

Palpasi :

Leopold I : TFU pertengahan px – pusat

Leopold II : Pu-ki

Leopold III : Kepala belum masuk PAP

Leopold IV : Kepala Konvergen

TFU : 32 cm

TBJ : (32-12)x155 : 3100 gram

DJJ : 137x/menit

5) Ekstremitas bawah : tidak ada oedema, tidak ada varises dan tidak ada

kemerahan pada kaki.

c. Pemeriksaan penunjang

Protein urine : (-) Negatif

Glukosa urine : (-) Negatif

A:

a. Diagnosa :

G1P0A0 hamil 37 minggu 3 hari, janin tunggal, hidup, intra uterin, presentasi

kepala.
135

b. Dasar :

1) Ibu mengatakan hamil anak pertama

2) HPHT : 22 Juni 2014

3) TP : 29 Maret 2015

4) DJJ terdengar jelas pada satu tempat 45 0 dibawah pusat sebelah kiri

dengan frekuensi 137 x/menit.

Leopold I : Teraba bokong, pertengahan px dan pusat

Leopold II : Punggung kiri

Leopold III : Kepala belum masuk PAP

Leopold IV : Kepala Konvergen

Mc Donald : 32 cm

TBJ : (32-12) x 155 = 3100 gram

c. Masalah

Tidak ada

d. Kebutuhan:

Evaluasi kemampuan ibu dalam melakukan senam hamil dan perawatan

payudara..

P:

a. Jelaskan kondisi ibu dan janin saat ini

Menjelaskan pada ibu tentang kondisi ibu saat ini bahwa kehamilan ibu

normal,janin yang dikandung sehat,letak janin normal. Hasil pemeriksaan :

keadaan umum baik,TD:120/80 mmHg, RR : 20 x/mnt, pols : 82x/mnt, temp :

36,80C, TFU: 30 cm (1/2 px-pusat),DJJ (+) terdengar dibawah pusat sebelah


136

kiri, frekuensi 137 x/menit, kepala konvergen, Protein urine (-), Glukosa urine

(-), kondisi ibu dan janin dalam keadaan sehat.

Ibu mengerti bahwa keadaanya dan janinya saat ini sehat

b. Evaluasi gerakan senam hamil yang sudah dilakukan oleh ibu di rumah.

Mengevaluasi gerakan senam hamil ibu dan mendemonstrasikan ulang latihan

mengejan dengan melakukan senam hamil bersama.

Ibu sudah bisa melakukan gerakan duduk bersila, latihan otot tungkai, dan

latihan relaksasi total dan latihan mengejan dengan baik.

c. Evaluasi cara ibu dalam melakukan perawatan payudara.

Mengevaluasi cara ibu dalam melakukan perawatan payudara.

Ibu sudah melakukan perawatan payudara dirumah sebanyak 3 kali sebelum

mandi dengan cara mengompres payudara ibu dengan kapas wajah yang

telah diberi baby oil selama 3 menit kemudian mengangkat kotorannya secara

perlahan kemudian memutar puting susu ibu dengan ibu jari dan jari telunjuk.

d. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang terutama bila ada keluhan.

Memberitahu ibu bahwa penulis akan melakukan kunjungan ulang pada

tanggal 18 Maret 2015 dirumah Ny.T serta menganjurkan ibu untuk

melakukukan kunjungan ulang terutama jika ada keluhan.

Ibu bersedia melakukan kunjungan rutin terutama jika ada keluhan.

2. Catatan Perkembangan II

Tanggal Pengkajian : 18 Maret 2015 Pukul: 15.30 WIB

S:

a. Ibu mengatakan perutnya kadang kenceng-kenceng


137

b. Ibu mengatakan sudah bisa melakukan senam hamil dan sudah bisa melakukan

gerakan latihan mengejan.

O:

a. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : baik

Kesadaran : Composmentis

BB : 61 kg

Kenaikan BB : 18 kg

Tanda-tanda vital :

TD : 120/80 mmHg

Pols : 80 x/mnt

RR : 21 x/mnt

Temp : 370C

b. Pemeriksaan Fisik

1) Mata

Tidak ada pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva merah muda,

sklera tidak ikterik

2) Leher

Tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar tyroid

3) Dada

Puting susu menonjol, terdapat hyperpigmentasi areola mamae, colostrum

sudah keluar

4) Abdomen :

Palpasi :
138

Leopold I : TFU 3 jari dibawah px

Leopold II : Pu-ki

Leopold III : Kepala

Leopold IV : Kepala divergen

TFU : 34 cm

TBJ : (34-11)x155

: 3565 gram

DJJ : 133x/menit

5) Ekstremitas bawah

Tidak ada oedema, tidak ada varises dan tidak ada kemerahan pada kaki

A:

a. Diagnosa :

G1P0A0 hamil 38 minggu 3 hari, janin tunggal, hidup, intra uterin, presentasi

kepala.

b. Dasar :

1) Ibu mengatakan hamil anak pertama

2) HPHT : 22 Juni 2014

3) TP : 29 Maret 2015

4) DJJ terdengar jelas pada satu tempat 45 0 dibawah pusat sebelah kiri

dengan frekuensi 133 x/menit.

Leopold I : Teraba bokong, pertengahan px dan pusat

Leopold II : Punggung kiri

Leopold III : Kepala

Leopold IV : Kepala divergen


139

Mc Donald : 34 cm

TBJ : (34-11) x 155 = 3565 gram

c. Masalah

Tidak ada

d. Kebutuhan:

1) Menjelaskan kembali pada ibu tentang tanda-tanda persalinan dan

persiapan persalinan

2) Evaluasi gerakan senam hamil yang sudah dilakukan oleh ibu

P:

a. Jelaskan kondisi ibu dan janin saat ini

Menjelaskan pada ibu tentang kondisi ibu saat ini bahwa kehamilan ibu

normal,janin yang dikandung sehat,letak janin normal. Hasil pemeriksaan :

keadaan umum baik,TD:120/80 mmHg, RR : 21 x/mnt, pols: 80x/mnt, temp :

370C, TFU: 34 cm (3 jari dibawah px),DJJ (+) terdengar dibawah pusat

sebelah kiri, frekuensi 133 x/menit, kepala divergen, kondisi ibu dan janin dalam

keadaan sehat.

Ibu mengerti bahwa keadaanya dan janinya saat ini sehat

b. Evaluasi persiapan persalinan yang dilakukan oleh ibu.

Mengevaluasi persiapan persalinan yang sudah dilakukan oleh ibu.

Ibu telah mempersiapkan persalinannya meliputi biaya persalinan, transportasi

saat bersalin,donor darah, perlengkapan ibu dan bayi dan ibu berencana

bersalin di Bidan Dwi Sri Isnawati.


140

c. Evalusi gerakan senam hamil yang sudah dilakukan oleh ibu.

Mengevaluasi gerakan senam hamil yang sudah dilakukan oleh ibu dengan

cara melakukan senam hamil bersama.

Ibu sudah bisa melakukan gerakan senam hamil dengan baik.

d. Jelaskan pada ibu bahwa keluhan perut kenceng-kenceng yang dialami oleh

ibu adalah his palsu dan menjelaskan kembali pada ibu tentang tanda-tanda

persalinan

Menjelaskan pada ibu bahwa keluhan perut kenceng-kenceng yang dialaminya

adalah his palsu yang normal terjadi mendekasi persalinan dan menjelaskan

kembali pada ibu tentang tanda-tanda persalinan yaitu perut yang terasa mulas

yang sering dan teratur serta keluar lendir bercampur darah.

Ibu sudah mengerti bahwa keluhan perut kenceng yang dialaminya adalah hal

yang normal menjelang persalinan dan ibu sudah mengerti tentang tanda-

tanda persalinan dan dapat menyebutkan kembali tanda-tanda persalinan

sesuai dengan yang dijelaskan oleh penulis.

e. Anjurkan pada ibu untuk kunjungan ulang terutama bila ada keluhan atau jika

ada tanda-tanda persalinan.

Memberitahu ibu bahwa penulis akan melakukan kunjungan ulang pada

tanggal 27 Maret 2015 di rumah Ny.T dan menganjurkan ibu untuk

melakukan kunjungan ulang terutama jika ada keluhan serta segera

mendatangi fasilitas kesehatan jika ada tanda-tanda persalinan.

Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang terutama jika ada keluhan dan akan

segera mendatangi petugas kesehatan jika ada tanda-tanda persalinan.


141

B. Persalinan

1. Pengkajian Persalinan Kala I

Tanggal pengkajian : 28 Maret 2015 Pukul : 19.15 WIB

a. Data Subyektif (S)

1) Keluhan utama

Ibu mengatakan sakit diperut menjalar kepinggang sejak jam 04.00

WIB, mengeluarkan lendir bercampur darah dari kemaluan sejak

pukul 10.00 WIB.

2) Tanda-tanda persalinan

Terdapat his dengan frekuensinya 5 kali dalam 10 menit lama >40

detik dan pengeluaran pervaginam blood slym .

3) Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir

Ibu merasakan sebelum mulas dirasakan gerak janin sangat kuat

sebanyak 18x, setelah mulas timbul ibu merasakan sedikit berkurang.

4) Makan minum terakhir

Ibu makan setengah porsi sedang terakhir jam 17.00 WIB dan minum

terakhir pada jam 19.20 WIB

5) Buang air besar terakhir pukul 11.30 WIB & Buang Air Kecil terakhir

pukul 18.30 WIB

6) Ibu tidak bisa tidur, karena cemas dalam menghadapi proses

persalinannya

b. Data Objektif (O)

1) Pemeriksaan Fisik

2) Keadaan Umum : Baik


142

3) Kesadaran : Composmentis

4) Status emosional : Ibu kelihatan cemas dalam menghadapi persalinan

5) Tanda-tanda vital

TD :120/70 mmHg RR :24 x/mnt

Nadi : 83 x/menit Temp :36,5 0C

6) Pemeriksaan Leopold

a) Leopold I

TFU pertengahan px-pusat, pada fundus uteri teraba lunak dan

tidak melenting yang berarti bokong

b) Leopold II

Perut ibu sebelah kiri lebar, datar dan memberikan tahanan yang

besar, berarti punggung, sebelah kanan teraba bagian-bagian kecil

yang berarti ekstremitas.

c) Leopold III

Bagian terbawah janin teraba keras dan melenting bila digoyang

yang berarti kepala, kepala sudah masuk PAP.

d) Leopold IV

Kepala divergen.

7) Auskultasi

DJJ terdengar pada daerah 45° bawah pusat sebelah kiri dengan

frekuensi 150x/ menit

8) Pemeriksaan dalam dilakukan atas indikasi inpartu kala I pukul 19.25

WIB

a) Portio : Tidak teraba


143

b) Penipisan : 100%

c) Pembukaan serviks : 10 cm

d) Ketuban : selaput ketuban (-)

e) Presentasi : belakang kepala

f) Petunjuk : UUK kiri depan

g) Penyusupan: 0 (tulang-tulang kepala janin terpisah dan sutura

dapat dipalpasi)

h) Penurunan : 2/5

i) Bagian yang menumbung : Tidak ada

c. Analisis Data (A)

1) Diagnosa

G1P0A0 hamil 39 minggu 6 hari, janin tunggal, hidup intra uterine,

persentasi kepala, inpartu kala I fase aktif.

Dasar:

a) Ibu mengatakan hamil anak pertama dan tidak pernah keguguran.

b) Ibu mengatakan mulas dan nyeri perut bagian bawah, lendir yang

dikeluarkan berwarna kecoklatan bercampur sedikit darah.

c) HPHT : 22 Juni 2014, TP : 29 Maret 2015.

d) Keadaan umum ibu baik, TTV : TD 120/70 mmHg, RR 24 x/mnt,

Nadi 83 x/mnt, Temp 36,50C, His (+) 5x dalam 10 menit lamanya

>40 detik, DJJ (+), frekuensi 150 x/menit.

e) Hasil Pemeriksaan Dalam Pukul 19.25 WIB, portio tidak teraba,

penipisan 100%, pembukaan serviks 10 cm, selaput ketuban (-),


144

presentasi belakang kepala, petunjuk uuk kiri depan, penyusupan 0

(tulang-tulang kepala janin terpisah dan sutura dapat dipalpasi),

penurunan 2/5 di Hodge III+, bagian yang menumbung tidak ada.

2) Masalah

Tidak ada

d. Penatalaksanaan (P)

1) Memberikan informed consent pada keluarga bahwa pertolongan

persalinan normal akan dilakukan.

Keluarga mengerti isi dari Informed consent sudah diberikan dan ditanda-

tangani oleh suami.

2) Menjelaskan kondisi ibu saat ini, bahwa saat ini ibu memasuki proses

persalinan dengan adanya tanda-tanda persalinan yaitu mulas pada perut

bagian bawah,keluar cairan lendir pada vagina dan pembukaan 10 cm

Ibu mengerti kondisinya saat ini

3) Memberikan asuhan sayang ibu, dengan memberikan dukungan psikologis,

menyakinkan ibu bahwa ibu tidak sendiri dan persalinan akan berjalan lancar,

serta mengajarkan teknik relaksasi pada ibu dengan cara menarik nafas

panjang lewat hidung dan keluarkan perlahan lewat mulut.

Asuhan sayang ibu telah diberikan

4) Menyiapkan ruang bersalin, alat-alat, obat, kebutuhan ibu, persiapan

penolong persalinan, serta memperhatikan teknik aseptik dan antiseptik.

Ruang bersalin, aat-alat, obat, kebutuhan ibu, persiapan penolong

persalinan sudah siap.


145

5) Mengajarkan ibu cara meneran yang baik dengan cara menarik nafas

panjang lewat hidung dan perlahan keluarkan lewat mulut. kedua tangan

merangkul paha, mata dibuka dan mulut ditutup, kepala diangkat, melihat

ke perut lalu mengejan sekuatnya seperti BAB keras, dan tidak bersuara

saat mengejan dan mengatur posisi ibu senyaman mungkin seperti tidur

miring, setengah duduk, jongkok dan mengurangi rasa nyeri dengan cara

meminta suami/keluarga mengelus-ngelus punggung dan perut ibu.

Ibu bersedia melakukan teknik meneran yang telah diajarkan

6) Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan semangat pada ibu.

Keluarga sangat mendukung ibu

7) Memberikan pemenuhan kebutuhan nutrisi untuk ibu seperti makan dan

minum agar ibu mendapat tambahan tenaga untuk persalinan diantara his. Ibu

mau makan dan minum disela-sela his.

8) Mendokumentasikan kala I dalam partograf (observasi pembukaan,

penurunan kepala, tanda-tanda vital, DJJ, dan his).

Hasil pemeriksaan sudah ditulis di partograf

9) Memantau adanya tanda-tanda kala II persalinan, yaitu : dorongan ibu

untukmeneran, adanya tekanan pada anus, perineum menonjol, dan vulva

membuka.

Tanda gejala kala II terlihat pada pukul 19.25 WIB

2. Catatan Perkembangan Kala II

Tanggal 28 Maret 2015 Pukul 19.25 WIB

S:

a. Ibu mengatakan perut terasa mulas seperti ingin BAB


146

b. Ibu mengatakan ingin mengejan

c. Ibu mengatakan rasa sakit bertambah sering dan lama dari perut bagian bawah

menjalar ke pinggang.

d. Ibu mengatakan pengeluaran lendir bercampur darah semakin banyak

O:

a. Tanda-tanda Vital

TD : 120/70 mmHg Pols : 83 x/mnt

RR : 24 x/mnt Temp : 36,50C

b. Kontraksi uterus 5x dalam 10 menit intensitas kuat dan teratur lamanya >40

detik.

c. Pengeluaran blood slym yang makin banyak

d. Keadaan kandung kemih kosong

e. Hasil Pemeriksaan Dalam Pukul 19.25 WIB, portio tidak teraba, penipisan

100%, pembukaan serviks 10 cm, selaput ketuban (-), presentasi belakang

kepala, petunjuk uuk kiri depan, penyusupan 0 (tulang-tulang kepala janin

terpisah dan sutura dapat dipalpasi), penurunan 2/5 di Hodge III+, bagian yang

menumbung tidak ada.

f. Inspeksi

Vulva membuka, anus mengembang dan perineum menonjol.

A:

a. Diagnosa

G1P0A0 hamil 39 minggu 6 hari, janin hidup tunggal intrauterin, presentasi

belakang kepala, inpartu Kala II normal

Dasar :
147

1) HPHT: 22 Juni 2014 TP: 29 Maret 2015

2) Kontraksi uterus 5x dalam 10 menit, lamanya 55 detik, teratur

3) Pada inspeksi tampak vulva membuka, anus mengembang, dan perineum

menonjol.

4) Hasil Pemeriksaan Dalam Pukul 19.25 WIB, portio tidak teraba, penipisan

100%, pembukaan serviks 10 cm, selaput ketuban (-), presentasi belakang

kepala, petunjuk uuk kiri depan, penyusupan 0 (tulang-tulang kepala janin

terpisah dan sutura dapat dipalpasi), penurunan 2/5 di Hodge III+, bagian

yang menumbung tidak ada.

5) DJJ 150 x/mnt, teratur, terdapat pada puntum maksimum

P:

a. Terlihat tanda dan gejala kala II

Hasil pemeriksaan ada dorongan yang kuat ingin meneran, perenium

menonjol, vulva dan anus membuka.

b. Menyiapkan peralatan dan obat-obatan esensial yang dibutuhkan lalu

memakai APD

Partus set, heating set, resusitasi bayi dan pakaian bayi telah disiapkan dan

penolong telah mengenakan APD

c. Mencuci tangan, memakai handscone dan memasukkan obat-obatan esensial

ke dalam spuit dengan prinsip PI

Obat oksitosin 10 IU sudah dimasukan kedalam spuit dan sudah diletakan

pada partus set

d. Melakukan vulva hygiene

Vulva hygiene telah dilakukan


148

e. Memeriksa DJJ dan mendokumentasikannya ke dalam partograf

DJJ 150x/menit teratur (partograf terlampir)

f. Membantu ibu mengatur posisi saat meneran, meminta ibu untuk mengangkat

kedua paha menggunakan kedua tangan yang berada dilipatan paha, meminta

ibu jangan memejamkan mata, matanya menghadap kearah perut dagunya

menempel ke dada, dan apabila ibu merasa dorongan yang kuat dan perut

terasa kencang-kencang ibu boleh mengejan.

Ibu dapat memperagakan posisi meneran yang ibu inginkan, serta cara

mengejan yang benar

g. Memimpin ibu untuk meneran saat adanya kontraksi

Ibu telah dipimpin meneran.

h. Setelah terlihat perineum kaku dan pucat maka penulis menjelaskan pada ibu

tentang kondisinya saat ini bahwa pembukaan serviks sudah 10 cm (lengkap),

kepala bayi keluar masuk vulva 3-4 cm, alat kelamin ibu kaku dan terlihat pucat,

beritahu ibu bahwa akan dilakukan penambahan jalan lahir.

Ibu mengerti tentang kondisinya dan bersedia untuk dilakukan penambahan

jalan lahir.

i. Menyuntikan lidokain 1% dengan cara masukkan jarum secara subcutan,

mulai komisura posterior, menelusuri sepanjang perineum dengan sudut 45 o.

Aspirasi, jika tidak ada darah suntikan anastesi sambil menarik jarum keluar.

Penyuntikan anastesi lidokain 1% sudah dilakukan

j. Memastikan anastesi bekerja dengan cara menekan tempat infiltrasi dan

tunggu 1-2 menit, kemudian lakukan episiotomi.

Anastesi sudah bekerja dan episiotomi sudah dilakukan


149

k. Memimpin ibu untuk meneran saat adanya kontraksi

Ibu telah dipimpin meneran.

l. Menolong kelahiran kepala dengan tangan kanan melindungi perineum,

sementara tangan kiri menahan kepala agar tidak terjadi defleksi maksimal

dan menunggu kepala melakukan putaran paksi luar

Kepala bayi lahir dan sudah melakukan putaran paksi luar

Menolong kelahiran bahu dan seluruh badan bayi dengan teknik sanggah susur

Seluruh badan bayi telah lahir pukul 20.35 WIB

m. Melakukan penilaian sepintas pada bayi

Jenis kelamin bayi perempuan, menangis kuat, warna kulit kemerahan,

pergerakan aktif,

n. Mengeringkan bayi dengan handuk yang telah diletakkan diatas perut ibu dan

menggantinya dengan kain yang kering dengan bayi tetap diatas perut ibu

Bayi masih berada diatas perut ibu dengan kain bersih dan kering

3. Catatan Perkembangan Kala III

Tanggal 28 Maret 2015 Pukul : 20.35 WIB

S:

a. Ibu mengatakan bahwa ia merasa senang atas kelahiran bayinya

b. Ibu mengatakan masih merasa mulas pada perutnya

O:

a. Bayi lahir spontan pervaginam tanggal 28 Maret 2015 pukul 20.35 WIB,

normal, jenis kelamin perempuan

b. Tanda-tanda vital
150

TD : 110/70 mmHg Suhu : 36,60C

RR : 26 x/mnt Nadi : 88 x/mnt

c. Kandung kemih ±50 cc

d. Palpasi dilakukan dengan hasil uterus teraba bulat dan keras, TFU sepusat

e. Plasenta belum lahir

f. Kontraksi uterus baik

g. Perdarahan ± 45 cc

h. Pada inspeksi terdapat luka episiotomi

i. Terdapat tanda pelepasan plasenta adanya pertambahan panjang tali pusat,

uterus teraba bulat dan keras, adanya semburan darah.

A:

a. Diagnosa : P1A0 partus Kala III, normal

Dasar :

1) Ibu merasa lega telah melahirkan anaknya

2) Bayi lahir pukul 20.35 WIB

3) Plasenta belum lahir

P:

a. Memastikan janin tunggal dengan melakukan palpasi uterus

Palpasi telah dilakukan dan tidak ada janin kedua

b. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin 10 IU dan menyuntikkan

oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral dengan tujuan

agar kontraksi rahim ibu tetap baik serta mencegah perdarahan.

Ibu bersedia dan ibu telah disuntik pada pukul 20.36 WIB
151

c. Melakukan pemotong tali pusat, dengan cara mengklem tali pusat 2-3 cm dari

umbilikus, kemudian urut tali pusat ke arah bawah dan klem kembali 1 cm

dari klem pertama, kemudian potong tali pusat, pastikan untuk melindungi perut

bayi dari pemotongan tali pusat, ikat dengan benang DTT, lalu lepas klem.

Pemotongan tali pusat dilakukan pada pukul 20.37 WIB, serta tali pusat

sudah diikat dan dibalut kasa steril.

d. Melakukan IMD, setelah tali pusat dipotong dan diikat. Letakkan bayi

tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu.

Kepala bayi harus berada di antara payudara ibu, tetapi lebih rendah dari puting.

Kemudian selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala

bayi. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling

sedikit satu jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya.

e. Melakukan peregangan tali pusat terkendali dengan menggunakan tangan

kanan yaitu meregangkan tali pusat sejajar dengan lantai sedangkan tangan

kiri melakukan tekanan dorso kranial pada fundus uteri ibu hingga plasenta lahir

seluruhnya pukul 20.45 WIB, setelah itu langsung melakukan masase uterus

sebanyak 15 kali dalam 15 detik dan kontraksi sudah baik

f. Memeriksa plasenta dan selaputnya, plasenta dan selaputnya lengkap,

kemudian memeriksa apakah terdapat laserasi, terdapat laserasi pada perineum

derajat 2.
152

4. Catatan Perkembangan Kala IV

Tanggal 28 Maret 2015 Pukul : 20.45 WIB

S:

Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya dan Ibu mengatakan perutnya

masih terasa mulas

O:

a. Keadaan Umum : baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Tanda-tanda vital

TD : 110/80 mmHg Pols : 88 x/mnt

RR : 28 x/mnt Temp : 36,8oC

d. Kontraksi baik

e. Kandung kemih ±50 cc

f. TFU 1 jari dibawah pusat

g. Pengeluaran pervaginam darah 250 cc

h. Terdapat luka episiotomi pada perineum derajat 2

A:

a. Diagnosa

P1A0 partus Kala IV normal

Dasar :

1) Ibu partus pukul : 20.35 WIB

2) Plasenta lahir pukul : 20.45 WIB

3) TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi baik

4) Pengeluaran pervaginam darah 250 cc


153

5) Kandung kemih ±50 cc

6) Terdapat luka episiotomi pada perineum derajat 2

P:

a. Menyiapkan heating set dan melakukan heating perineum

b. Melakukan evaluasi keadaan umum ibu, kondisi ibu baik dan merasa lega atas

kelahiran bayinya

c. Mengawasi jumlah perdarahan, kontraksi uterus, tanda vital, kebutuhan

eliminasi setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan 30 menit pada 1 jam

kedua (terlampir dalam partograf), selama 2 jam kondisi ibu baik.

Tekanan Nadi
Jam Waktu Suhu Tinggi Fundus Kontraksi Kandung Perdara-
Darah (x per
Ke (WIB) (oC) Uteri Uterus Kemih han
(mmHg) menit)
1 20. 45 110/80 88 36,6 3 jari dibawah Baik 50 cc 40 cc
pusat
21.00 110.80 88 3 jari dibawah Baik Kosong 40 cc
pusat
21.15 120/80 88 3 jari dibawah Baik Kosong 35 cc
pusat

21.30 120/80 85 2 jari dibawah Baik Kosong 35 cc


pusat
2 22.00 12/70 80 36,7 2 jari dibawah Baik 50 cc 30 cc
pusat
22.30 120/80 80 2 jari dibawah Baik Kosong 20 cc
pusat

d. Melakukan pengukuran plasenta dan ukuran plasenta normal

1) Panjang tali pusat : 50 cm

2) Berat plasenta : 500 gram

3) Tebal plasenta : 2,5 cm

4) Diameter plasenta : 18 cm

5) Insersi : Sentralis

e. Melibatkan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, ibupun telah

makan dan minum dengan baik


154

f. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang kontraksi uterus yang baik terasa

keras serta beri tahu bidan segera jika uterus terasa lembek, ibu dan keluargapun

mengerti dan bersedia melakukannya.

g. Mengajarkan keluarga melakukan masase uterus yaitu dengan cara meletakkan

telapak tangan pada perut ibu kemudian gerakkan memutar 360 0 dengan

memberikan sedikit tekanan dan keluarga bersedia untuk melakukannya

h. Setelah 20 menit IMD dilakukan dan tidak berhasil karena keluarga dan pasien

kurang kooperatif, kemudian lanjutkan dengan perawatan BBL yaitu berikan

salep mata untuk mencegah infeksi pada mata, dan berikan injeksi vitamin K1

1 mg secara IM dipaha kiri antero lateral untuk mencegah perdarahan akibat

defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL. Salep mata dan

vitamin K1 telah diberikan.

i. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 , berikan suntikan imunisasi Hep B di

paha kanan antero lateral. Bayi sudah disuntik Hep B dipaha kanan antero

lateral.

j. Melakukan pemeriksaan antropometri pada bayi

BB : 3700 gram, PB : 50 cm, LK: 34 cm, LD: 34 cm, LILA : 11 cm, jenis

kelamin perempuan, anus ada

k. Anjurkan ibu untuk istirahat baring dan ibu sudah nyaman tidur berbaring

l. Melakukan dokumentasi pemantauan dan penilaian pada tabel partograf dan

partograf telah diisi


155

C. Nifas

1. Pengkajian Nifas 6 Jam

Tanggal pengkajian: 29 Maret 2015 Pukul 02.35 WIB

a. Data subyektif (S)

1) Ibu mengatakan sudah bisa duduk

2) Ibu mengatakan perutnya masih mulas

3) Ibu mengatakan telah makan beberapa suap nasi, sayur dan lauk

serta minum 2 gelas air putih

4) Ibu sudah BAK 1 kali dan belum BAB

5) Ibu mengatakan sudah bisa tidur selama ± 2 jam

6) Ibu mengatakan bayinya sudah BAB 1x dan BAK 3x

7) Ibu mengatakan bayi sudah menyusu

b. Data Obyektif (O)

1) Pemeriksaan umum pada ibu dan bayi

a) Keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis dengan

tekanan darah 110/80 mmhg, suhu 36,70c, pernafasan 24 x/menit,

denyut nadi 85 x/menit

b) Puting susu menonjol dan bersih, colostrum sudah keluar

c) Kontraksi uterus baik, TFU teraba 2 jari dibawah pusat,

pembesaran liver tidak ada.

d) Tidak ada luka parut pada perineum, terdapat luka bekas

jahitan pada perinium, vagina merah, pengeluaran ada, warna

merah kehitaman, lokhea rubra, perdarahan ± 40 cc


156

e) Pada ekstremitas bawah tidak terdapat edema, tidak terdapat

varises, tidak terdapat kemerahan/tegang, dan tanda Homan (-).

f) Riwayat menyusui : bayi mau menyusu

g) Tanda-tanda vital pada bayi normal, RR:40x/menit, suhu :

36,5oC, Nadi : 140x/menit, pergerakan aktif.

c. Analisa data (A)

1) Diagnosa

Nifas 6 jam

Dasar

a) Ibu melahirkan bayinya tanggal 28 Maret 2015 pukul 20.35

WIB

b) Plasenta lahir pukul 20.45 WIB, plasenta lengkap

c) Kontraksi uterus baik, TFU 2 jari di bawah pusat

d) Pengeluaran pervaginam lokhea rubra, warna merah kehitaman.

e) Bayi mau menyusu dan sudah BAK 3x, BAB 1x

f) Tanda-tanda vital pada bayi normal, RR:40x/menit, suhu :

36,5oC, Nadi : 140x/menit, pergerakan aktif.

2) Masalah

Tidak ada

3) Kebutuhan

Informasikan kepada ibu tentang :

a) Early ambulation

b) Teknik menyusui yang benar

c) Kebutuhan nutrisi
157

d) ASI eksklusif

e) Perawatan bayi sehari-hari

f) Personal hygiene dan perawatan luka jahitan perineum

g) Personal Hygiene

h) Tanda Bahaya pada Masa Nifas

d. Penatalaksanaan (P)

1) Observasi keadaan ibu saat ini.

Mengobservasi keadaan ibu meliputi TTV, kontraksi uterus, TFU,

dan pengeluaran lokhea.

Hasil pemerksaan : TD: 110/80 mmHg, suhu: 36,7°C, RR:

24x/menit, Pols: 85x/menit, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari di

bawah pusat dan pengeluaran lokhea rubra, terlihat jumlah darah

± 30 cc pada pembalut ibu. ibu mengerti bahwa kondisinya saat ini

baik.

2) Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini

Menganjurkan ibu melakukan mobilisasi dini, karena ibu sudah

dapat duduk maka anjurkan ibu untuk belajar berdiri apabila ibu

tidak merasa pusing/berkunang-kunang maka menganjurkan ibu

untuk mulai belajar berjalan ke kamar mandi dengan tetap

didampingi oleh suami/keluarga(apabila ibu ingin kekamar

mandi).

Ibu sudah bisa berjalan ke kamar mandi dengan didampingi oleh

suami(apabila ibu ingin kekamar mandi).


158

3) Ajarkan pada ibu teknik menyusui yang benar

Mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar yaitu bayi digendong

dengan satu tangan dengan posisi kepala bayi pada siku ibu,

memposiskan badan bayi menghadap dada dan perut ibu,

mengolesi puting dengan colostrum yang keluar supaya tidak lecet,

membuka mulut bayi dan langsung memasukkan puting ibu ke

mulut bayi sampai seluruh aerola masuk, membiarkan bayi

menyusu hingga kenyang, saat sudah selesai keluarkan puting dari

mulut bayi secara perlahan dengan jari kelingking, lalu

sendawakan bayi dengan menepuk-nepuk punggung bayi selama

10-15 menit.

Ibu sudah bisa melakukan teknik menyusui yang benar sesuai yang

telah diajarkan.

4) Anjurkan ibu untuk makan untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya

dan bayinya.

Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya yaitu

dengan mengonsumsi nasi, lauk-pauk yang berprotein tinggi

seperti telur, tempe, tahu, ikan,daging dan lain-lain untuk

mempercepat proses penyembuhan luka jahitan, serta

mengonsumsi buah-buahan dan sayuran yang kaya akan antioksidan,

gizi dan serat seperti bayam, wortel, daun katu, pisang, pepaya,

jeruk, apel, dan lain-lain, dan minum susu untuk ibu menyusui agar

ASI ibu lancar dan kebutuhan nutrisi ibu dan bayi dapat terpenuhi.
159

Ibu bersedia untuk makan-makanan bergizi seimbang yang kaya akan

protein, karbohidrat,serat dan vitamin, serta mengonsumsi susu untuk

ibu menyusui.

5) Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin atau setiap

bayi menginginkan (on demand)

Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin/jika bayi

menginginkan (on demand)

Ibu bersedia menyusui bayinya sesering mungkin atau kapanpun bayi

menginginkannya.

6) Anjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif

Menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif yaitu

menyusui bayi selama 6 bulan tanpa makanan tambahan.

Ibu akan menyusui bayinya secara eksklusif

7) Ajarkan pada ibu perawatan bayi sehari-hari

Mengajarkan pada ibu cara perawatan bayi sehari-hari dan

mengajarkan pada ibu cara memandikan bayi dan meminta ibu untuk

memandikan bayinya dengan air hangat 2 kali sehari dengan cara

mandi rendam, memberi kasa steril pada tali pusat bayi, mengganti

pakaian bayi apabila BAK atau BAB, serta tidak memakaikan bedak

pada tubuh bayi.

Ibu mengerti tentang perawatan bayi sehari-hari dan akan melakukan

perawatan bayi sehari-hari.


160

8) Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene dan memberikan kasa

betadin pada luka jahitan serta mengganti celana dalam dan pembalut

jika lembab.

Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene dan memberikan kasa

betadin pada luka jahitan, menggantinya setiap sesudah mandi, serta

mengganti celana dalam dan pembalut jika lembab, setelah BAK/BAB

dan setelah mandi.

Ibu akan menjaga personal hygiene dan merawat luka jahitannya

seperti yang sudah diajarkan oleh bidan.

9) Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya nifas

seperti perdarahan, demam, tidak nafsu makan yang lama, lochea

berbau busuk, sakit kepala dan tanda bahaya pada bayi seperti tali pusat

berbau busuk, demam tinggi, warna kulit kebiruan, bayi tidak mau

menyusu, dan bayi kejang. segera menemui petugas kesehatan jika

mengalami 1 dari tanda bahaya tersebut

Keluarga paham tentang tanda bahaya yang dijelaskan dan mengerti

tindakan yang harus segera dilakukan apabila itu terjadi.

10) Menjelaskan cara minum obat-obatan yang diberikan kepada ibu seperti

vit.A dosis 200.000 iµ yang bulat besar yang berwarna merah diminum

besok malam jam 20.35 wib, kegunaanya untuk memperbaiki keadaan ibu

dan mencegah terjadinya kerusakan pada mata setelah melahirkan,

sedangkan tablet fe yang kecil berwarna merah diminum 1x sehari

sebelum tidur selama masa nifas ibu, kegunaannya untuk memperbaiki

kadar darah setelah melahirkan dan obat amoxcilin 3x1 sehari untuk
161

memperbaiki sistem kekebalan tubuh, serta kassa steril dan betadine

untuk perawatan luka serta untuk perawatan tali pusat pada bayi.

Ibu mengerti tentang penjelasaan kegunaan obat-obatan yang

diberikan dan akan minum sesuai yang dianjurkan. Tablet fe diberikan

40 butir, vit. A diberikan 1 butir, 10 tablet amoxcilin.

11) Beritahu ibu bahwa penulis akan melakukan kunjungan ulang

Memberitahu ibu bahwa penulis akan melakukan kunjungan ulang pada

tanggal 4 April 2015 dan segera mendatangi bidan/tenaga kesehatan

lainnya jika ada keluhan

Ibu bersedia untuk dilakukan kunjungan ulang dan akan segera

mendatangi petugas kesehatan jika terdapat keluhan.

2. Catatan Perkembangan Nifas 6 Hari

Tanggal Pengkajian : 04 April 2015 Pukul 16.00 WIB

S:

a. Ibu mengatakan keadaaan tubuhnya perlahan mulai membaik.

b. Ibu mengatakan pengeluaran ASI lancar dan bayinya menyusu dengan baik

c. Ibu mengatakan sudah mulai terbiasa untuk melakukan perawatan bayi sehari-

hari sendiri

d. Ibu mengatakan belum melakukan senam nifas

e. Ibu mengatakan tidak pernah tidur siang dan kurang tidur pada malam hari
162

O:

a. Pemeriksaan umum ibu

Keadaan umum ibu baik, TD 120/80 mmHg, RR 20 x/mnt, Pols

81x/mnt, Temp 36,60C, tidak ada pembengkakan dan kemerahan pada payudara,

ASI keluar dengan lancar, kontraksi uterus baik, TFU ½ simfisis pusat, pengeluaran

lochea sanguilenta yaitu berwarna merah kecoklatan dan berlendir, luka jahitan

sudah kering, tidak ada edema, tidak ada varises, tidak ada kemerahan pada

ekstrimitas bawah dan tanda homan (-).

b. Pemeriksaan pada Bayi

1) Keadaan umum bayi baik

2) Tanda- Tanda Vital: RR: 40x/menit, Suhu: 36,80C, Nadi 137x/menit.

3) Tidak ada pembesaran pada abdomen

A:

a. Diagnosa

Nifas 6 hari

Dasar:

b. Ibu partus tanggal 28 Maret 2015 pukul 20.35 WIB

c. ASI lancar dan bayi menyusu dengan baik

d. Kontraksi Baik, Tinggi fundus uteri ½ simfisis pusat

e. Pengeluaran pervaginam lochea sanguilenta, tidak berbau

f. Luka jahitan sudah kering

b. Masalah

Tidak ada
163

c. Kebutuhan

Informasikan pada ibu tentang :

1) Kebutuhan istirahat

2) Senam Nifas

3) Personal Hygiene

P:

a. Beritahu ibu tentang kondisinya saat ini

Memberitahu ibu bahwa kondisinya saat ini baik, kesadaran compos mentis,

hasil pemeriksaan tanda-tanda vital:TD: 120/80 mmHg, Pols: 81x/ menit, RR:

20x/menit, Suhu: 36,6°C, bayi menyusu dengan baik, kontraksi baik, TFU ½

pusat-symfisis, lokhea sanguilenta dan tidak berbau busuk.

Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini.

b. Anjurkan ibu untuk istirahat dengan cukup dan untuk bergantian menjaga

bayinya dengan suami atau keluarga

Menganjurkan ibu untuk cukup istirahat dan bergantian menjaga bayinya

dengan suami atau keluarganya.

Ibu bersedia untuk beristirahat jika bayinya tidur dan bergantian menjaga

bayinya dengan suami atau keluarganya.

c. Ajarkan ibu untuk melakukan senam nifas

Mengajarkan ibu melakukan senam nifas yang terdiri dari latihan kegel,

latihan pernapasan diafragma, latihan mengangkat pinggul, latihang

mengangkat kepala, latihan meluncurkan kaki, latihan mengencangkan otot

perut, latihan untuk merapatkan otot perut, latihan untuk mengecangkan alas

panggul, latihan untuk mengencangkan pinggang kembali, latihan


164

memperbaiki sirkulasi tubuh, latihan meregangkan badan, duduk, berdiri

berbaring telungkup, berbaring terlentang, dan duduk dikursi.

Ibu bersedia melakukan senam nifas

d. Anjurkan ibu untuk menjaga personal Hygiene

Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene pada seluruh tubuh ibu

terutama alat kelaminnya yaitu dengan mandi minimal 2 kali sehari ganti

pakaian 2 kali sehari serta mengganti celana dalamnya apabila terasa lembab,

mencuci alat kelaminnya sesudah BAK dan BAB serta mengganti kasa

betadin pada luka jahitan setelah mandi.

Ibu sudah menjaga personal hygienenya

e. Evaluasi jumlah tablet Fe yang sudah dikonsumsi oleh ibu

Mengevaluasi jumlah tablet Fe yang sudah dikonsumsi oleh ibu

Ibu sudah mengonsumsi tablet Fe sejumlah 7 tablet dan akan melanjutkan

meminum tablet Fe 1x per hari

f. Beritahu ibu bahwa penulis akan melakukan kunjungan ulang

Memberitahu ibu bahwa penulis akan melakukan kunjungan ulang pada

tanggal 11 April 2015

Ibu bersedia untuk dikunjungi oleh penulis

3. Catatan Perkembangan Nifas 2 Minggu

Tanggal Pengkajian : 11 April 2015 Pukul 09.00 WIB

S:

a. Ibu mengatakan keadaan bayinya sehat

b. Ibu mengatakan keadaaan tubuhnya perlahan mulai membaik.


165

c. Ibu mengatakan pengeluaran ASI lancar dan bayinya menyusu dengan

baik

d. Ibu mengatakan sudah bisa tidur siang 1 jam saat bayinya tidur dan

sudah bergantian menjaga bayinya dengan suami dan keluarga

O:

a. Pemeriksaan umum ibu

Keadaan umum ibu baik, TD 120/80 mmHg, RR 21 x/mnt, Pols 85 x/mnt,

Temp 36,70C, tidak ada pembengkakan dan kemerahan pada payudara, ASI

keluar dengan lancar, TFU tidak teraba, diastasi rekti ½, pengeluaran lokhea

serosa yaitu berwarna kuning kecoklatan, tidak ada edema, tidak ada varises dan

kemerahan pada ekstrimitas bawah, tanda Homan (-).

b. Pemeriksaan pada Bayi

1) Keadaan umum bayi baik

2) Tanda- Tanda Vital: RR: 42x/menit, Suhu: 36,60C, Nadi 130x/menit.

3) Tidak ada pembesaran pada abdomen

A:

a. Diagnosa

Nifas 2 minggu

Dasar:

1) Ibu partus tanggal 28 Maret 2015 pukul 20.35 WIB

2) Kontraksi uterus baik, TFU tidak teraba, diastasi rekti ½

3) Pengeluaran pervaginam lokhea serosa, tidak berbau

b. Masalah

Tidak ada
166

c. Kebutuhan

Mengevaluasi kemampuan ibu dalam melakukan senam nifas

P:

a. Beritahu ibu kondisinya saat ini

Memberitahu ibu bahwa kondisinya saat ini baik. Keadaan umum baik, TD:

120/80 mmHg, Pols: 85x/ menit, RR: 21x/menit, Suhu: 36,7°C, kontraksi

baik, TFU sudah tidak teraba, diastasi rekti ½ , lokhea serosa tidak berbau,

dan keadaan bayi baik.

Ibu mengerti bahwa keadaannya saat ini baik.

b. Evaluasi kemampuan ibu dalam melakukan senam nifas

Mengevaluasi kemampuan ibu dalam melakukan senam nifas dengan

melakukan senam bersama-sama.

Ibu sudah bisa melakukan beberapa gerakan dalam senam nifas tetapi

sebagian masih melihat instruktur.

c. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygienenya

Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene pada seluruh tubuh ibu

terutama daerah genetalia

Ibu bersedia menjaga personal hygienennya

d. Evaluasi jumlah table Fe yang sudah dikonsumsi oleh ibu

Mengevaluasi jumlah tablet Fe yang sudah dikonsumsi oleh ibu

Ibu sudah mengonsumsi tablet Fe sejumlah 14 tablet dan akan melanjutkan

meminum tablet Fe 1x per hari


167

e. Beritahu ibu bahwa penulis akan melakukan kunjungan ulang

Memberitahu ibu bahwa penulis akan melakukan kunjungan ulang pada

tanggal 09 Mei 2015

Ibu bersedia untuk dilakukan kunjungan ulang

4. Catatan Perkembangan Nifas 6 Minggu

Tanggal pengkajian/ Pukul : 09 Mei 2015/ 15.00 WIB

a. Data Subjektif (S)

1) Ibu mengatakan kondisinya sudah membaik

2) Ibu mengatakan bayinya dalam keadaan sehat

3) Ibu mengatakan bayinya menyusu ASI dengan baik

4) Ibu mengatakan sudah melakukan senam nifas dirumah

5) Ibu mengatakan bingung untuk memilih KB yang cocok untuk dirinya

b. Data Objektif (O)

1) Pemeriksaan umum pada ibu

Keadaan umum ibu baik, TD 120/80 mmHg, RR 18x/mnt, Pols 80

x/mnt, Temp 36,50C, tidak ada pembengkakan dan kemerahan pada payudara,

ASI keluar dengan lancar, TFU tidak teraba, pengeluaran lokhea alba yaitu

berwarna putih, tidak ada odema, tidak ada varises dan kemerahan pada

ekstremitas bawah, tanda Homan (-).

2) Pemeriksaan umum pada bayi

a) Keadaan umum bayi normal

b) Tanda- Tanda Vital: RR: 40x/menit, Suhu: 36,70C, Nadi

135x/menit.
168

c) Tidak ada pembesaran pada abdomen

c. Analisa Data (A)

1) Diagnosa

Nifas 6 minggu

Dasar:

a) Ibu partus tanggal 28 Maret 2015 pukul 20.35 WIB

b) Ibu mengatakan bingung untuk memilih KB yang cocok untuk

dirinya

c) Ibu mengatakan sudah melakukan senam nifas dirumah

2) Masalah

Tidak ada

3) Kebutuhan

a) Mengevaluasi kemampuan ibu dalam melakukan senam nifas

b) Menjelaskan pada ibu macam-macam KB dan efek sampingnya

d. Penatalaksanaan (P)

1) Jelaskan kondisi ibu saat ini

Menjelaskan bahwa kondisi ibu saat ini dalam keadaan baik, TD:

120/80 mmHg, RR: 18x/menit,N: 80x/menit, S: 36,5 oC, TFU sudah

tidak teraba.

Ibu mengerti kondisinya saat ini.

2) Evaluasi senam nifas yang sudah dilakukan ibu dirumah dan beritahu

ibu untuk melanjutkan senam nifas dirumah

Mengevaluasi senam nifas yang sudah dilakukan ibu dirumahdan

memberitahu ibu untuk melanjutkan melakukan senam nifas dirumah.


169

Ibu bersedia melanjutkan senam nifas dirumah

3) Evaluasi jumlah tablet Fe yang sudah dikonsumsi oleh ibu

Mengevaluasi jumlah tablet Fe yang sudah dikonsumsi oleh ibu

Ibu sudah mengonsumsi tablet Fe sejumlah 40 tablet

4) Berikan konseling KB secara dini pada ibu yaitu dengan menjelaskan

pada ibu macam-macam KB yang cocok untuk ibu pada masa nifas

dan efek sampingnya

Menjelaskan pada ibu untuk segara menentukan pilihan KB yang

cocok untuk dirinya serta menjelaskan pada ibu macam-macam KB

dan efek sampingnya terutama yang cocok untuk ibu masa nifas, yang

pertama yaitu Metode Amenorhea Laktasi (MAL) yaitu dengan syarat

menyusui secara penuh tanpa makanan/minuman tambahan, belum

haid sejak masa nifas selesai, umur bayi kurang dari 6 bulan, metode

ini tidak memiliki efek samping asal syarat-syarat tersebut terpenuhi,

yang kedua yaitu pil progestin (mini pil), metode ini cocok untuk ibu

menyusui yang ingin memakai pil KB, efek samping utamanya yaitu

gangguan perdarahan (perdarahan bercak/perdarahan tidak teratur), yang

ketiga adalah suntikan progestin metode ini cocok untuk masa laktasi

karena tidak menekan produksi ASI, penggunaan jangka panjang

dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, gangguan haid,dll.

yang keempat yaitu kontrasepsi implant, efektif selama 3-5 tahun

tergantung merek, efek sampingnya yaitu perubahan pola haid, spotting,

dll. yang kelima yaitu AKDR, efektif selama 10 tahun, efek sampingnya

yaitu perubahan siklus haid, haid lebih lama, spotting, dll.


170

Ibu sudah mengerti macam-macam KB dan efek sampingnya dan akan

mediskusikan dulu dengan suaminya KB yang cocok untuk dirinya dan

akan menentukan pilihan KBnya pada kunjungan berikutnya.

D. KB

Tanggal Pengkajian : 11 Mei 2015 Pukul: 14.00 WIB

1. Data Subjektif (S)

a) Ibu mengatakan ingin menggunakan KB suntik 3 bulanan dan sudah

mendapatkan izin dari suami

b) Riwayat haid

Menarche : 12 tahun

Siklus haid : 28 hari

Lama haid : 6-7 hari

Nyeri haid : tidak ada

Banyaknya darah : 2-3 x ganti pembalut

c) Data Psikologis

Suami mengizinkan ibu untuk menggunakan KB suntik 3 bulanan

2. Data Objektif (O)

Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, TD 120/70mmHg, RR

20 x/menit, pols 80 x/menit, temp 36,8 0C ,BB 48 kg, PP Test negatif.

3. Analisa Data (A)

a. Diagnosa

P1A0 calon akseptor KB suntik 3 bulan


171

b. Dasar :

1) Ds:

a) Ibu mengatakan ingin menggunakan KB suntik 3 bulan

b) Ibu mengatakan sudah mendapat izin dari suami

2) Do:

a) TTV : TD: 120/70 mmHg Pols: 80 x/ menit, RR :20x/menit

Temp : 36,80C

b) PP test (-)

c. Masalah

Tidak ada

d. Kebutuhan

Melakukan penyuntikan KB suntik 3 bulanan

4. Penatalaksanaan (P)

a. Jelaskan kondisi ibu saat ini

Menjelaskan bahwa kondisi ibu saat ini dalam keadaan baik, TD: 120/80

mmHg, RR: 18x/menit,N: 80x/menit, S: 36,5oC

Ibu mengerti kondisinya saat ini.

b. Menjelaskan pada ibu tentang efek samping dari ber-KB seperti badan

gemuk, tidak haid, dan sering pusing, namun itu normal karena itu

pengaruh hormon yang ada di obat suntik yang diberikan.

Ibu mengerti tentang efek samping dari ber KB suntik 3 bulanan

c. Menjelaskan pada ibu jika terjadi haid tidak lancar cara mengatasinya

yaitu dengan :
172

1) Bila tidak hamil pengobatan apapun tidak perlu, beri penjelasan

bahwa darah haid tidak terkumpul dalam rahim

2) Bila ibu tidak dapat menerima kelainan haid tersebut, suntikan

jangan dilanjutkan, anjurkan terapi lain

Ibu menerima resiko untuk ber-KB suntik

d. Menanyakan kembali pada ibu apakah ibu yakin menggunakan KB

suntik 3 bulanan (depoprovera) atau ibu ingin menggunakan kontrasepsi

lain. Jika ya, lakukan penyuntikan DMPA pada otot gluteus secara IM

sebanyak 3 cc dengan teknik aseptik.

Ibu yakin memilih KB suntik 3 bulanan dan atas izin suami. Penyuntikan

KB suntik 3 bulanan telah dilakukan.

e. Memberitahu ibu untuk kembali yaitu pada tanggal suntik kembali pada

tanggal 02 Agustus 2015 atau sewaktu-waktu jika ada keluhan dan bila

terjadi hal-hal tersebut maka dianjurkan segera datang ke tenaga

kesehatan. Keluhan tersebut seperti :

1) Timbul abses akibat pembengkakan tempat penyuntikkan

2) Perdarahan bercak yang 2x lebih banyak dalam satu masa haid

3) Menganjurkan ibu untuk memakai kontrasepsi tambahan selama 1

minggu

Ibu akan kembali pada waktu yang telah ditentukan yaitu pada tanggal

02 agustus 2015.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara konsep

asuhan kebidanan dalam teori dengan asuhan kebidanan berkelanjutan (continuity

of care) yang telah diberikan terhadap Ny.T di BPS Dwi Sri Isnawati,Mojopahit,

Punggur, Lampung Tengah, dengan menggunakan 7 langkah manajemen kebidanan

menurut Helen Varney mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Asuhan kebidanan

berkelanjutan ini dilakukan mulai dari tanggal 18 Februari 2015 sampai

30 April 2015. Asuhan kebidanan yang dilakukan terhadap Ny.T merupakan asuhan

kebidanan berkelanjutan mulai dari kehamilan, persalinan, nifas sampai KB.

A. Kehamilan

Berdasarkan pengkajian kehamilan yang telah dilakukan terhadap Ny.T

diperoleh bahwa ibu mengeluh sering kencing. Penatalaksanaan yang dilakukan

oleh penulis adalah dengan menganjurkan ibu untuk mengatasinya dengan cara

mengurangi asupan cairan 2 jam sebelum tidur hal ini sesuai dengan teori menurut

Farid Husin (2014) asuhan kebidanan yang dapat dilakukan dalam menangani

keluhan sering berkemih adalah dengan cara menjelaskan pada ibu bahwa sering

berkemih merupakan hal normal akibat dari perubahan yang terjadi selama

kehamilan, menganjurkan ibu mengurangi asupan cairan 2 jam sebelum tidur

agar istirahat ibu tidak terganggu. Evaluasi dilakukan pada kunjungan kedua dan

diperoleh bahwa keluhan sering berkemih yang dialami oleh ibu sudah berkurang

terutama pada malam hari.

173
174

Berdasarkan pengkajian diperoleh hasil bahwa Ny.T tidak melakukan

senam hamil dan perawatan payudara karena malas. Penatalaksanaan yang

dilakukan oleh penulis yaitu mendemonstrasikan kembali cara melakukan senam

hamil agar stamina ibu terjaga hal ini sesuai dengan teori menurut Farid Husin

(2014) senam hamil merupakan terapi latihan gerakan untuk menjaga stamina dan

kebugaran ibu selama kehamilan dan mempersiapkan ibu secara fisik maupun

mental untuk menghadapi persalinan dengan optimal dan mengajarkan kembali cara

perawatan payudara agar payudara ibu bersih serta elastis sehingga ibu dapat

menyusui bayinya dengan nyaman hal ini sesuai dengan teori menurut Manuaba

(2012) perawatan payudara sebelum lahir (prenatal breast care) bertujuan

memelihara hygine payudara, melenturkan/menguatkan puting susu, dan

mengeluarkan puting susu yang datar atau masuk kedalam (retracted nipple).

Pada kunjungan berikutnya ibu sudah melakukan gerakan senam hamil

dengan baik dan ibu mengatakan kadang menerapkannya pada kegiatan sehari-

hari seperti duduk bersila saat menonton TV dan ibu sudah melakukan perawatan

payudara setiap sebelum mandi.

Berdasarkan pengkajian kehamilan yang telah dilakukan oleh penulis

terhadap Ny.T diperoleh bahwa penulis baru bisa melakukan pemeriksaan protein

urin dan glukosa urin pada kunjungan kedua karena tidak tersedianya alat

pemeriksaan, sehingga penulis harus menyiapkan alatnya terlebih dahulu agar

pada kunjungan kedua penulis dapat melakukan pemeriksaan, artinya pemeriksaan

protein urin dan glukosa urin tidak rutin dilakukan sebelumnya. Tes PMS dan

VDRL tidak dilakukan karena Mojopahit, Punggur, Lampung Tengah bukan

merupakan daerah endemis PMS, tidak tersedianya alat, dan tidak ditemukan
175

indikasi adanya PMS pada ibu. Tes malaria dan pemberian terapi yodium tidak

dilakukan karena Mojopahit, Punggur, Lampung Tengah bukan daerah endemis

malaria dan gondok, tidak tersedianya alat pemeriksaan, dan tidak ditemukan

gejala/indikasi pada Ny. T.

Sedangkan menurut Depkes RI (2010) dalam melakukan pemeriksaan

antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai

standar yang terdiri dari timbang berat badan, ukur LILA, ukur TD, ukur TFU,

hitung DJJ, tentukan presentasi janin, beri imunisasi tetanus toksoid (TT), beri tablet

tambah darah (tablet Fe), periksa laboratorium (pemeriksaan HB, protein urin,

glukosa urin, PMS, VDRL, malaria, gula darah, dan golongan darah),

tatalaksana/penanganan kasus dan KIE efektif (Pemberian terapi yodium pada

daerah endemis gondok). Pemeriksaan protein urin dan glukosa urin pada Ny.T

dilakukan pada kunjungan kedua dirumah Ny.T yaitu pada tanggal 11 maret 2015

dan diperoleh bahwa protein urine (-) dan glukosa urin (-), setelah mengetahui

hasil pemeriksaan Ny.T merasa lega karena ia dan janinnya dalam keadaan sehat

dan normal.

B. Persalinan

Berdasarkan pengkajian pada persalinan yang telah dilakukan terhadap

Ny. T pada tanggal 28 maret 2015, pukul 19.25 WIB diperoleh bahwa pembukaan

lengkap (10 cm), pada inspeksi diperoleh bahwa perineum terlihat kaku dan pucat,

pada saat ibu meneran terlihat kepala keluar masuk vulva 3-4 cm. Berdasarkan

data ini menunjukkan indikasi untuk dilakukan episiotomi hal ini sesuai dengan

teori menurut wiknjosastro (2008) indikasi dilakukan tindakan episiotomi yaitu

gawat janin, persalinan pervaginam dengan penyulit (sungsang, distosia bahu,


176

ekstraksi forceps, ekstraksi vakum), perineum kaku dan pendek, jaringan parut

pada perineum atau vagina yang menghalangi kemajuan persalinan.

Setelah dilakukan pengkajian diperoleh bahwa Ny T G1P0A0 usia

kehamilan 39 minggu 6 hari, janin tunggal hidup intrauterine, presentasi kepala,

inpartu kala II. Penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan melakukan

tindakan episiotomi kearah mediolateral hal ini sesuai dengan teori menurut Diane

M. Fraser (2009) Episiotomi adalah insisi jaringan perineal yang bertujuan

melebarkan pintu vulva selama pelahiran yang dapat dilakukan dengan cara

mediolateral/median. Setelah dilakukan tindakan episiotomi, 15 menit kemudian

bayi lahir.

Pada pukul 20.37 WIB penulis meletakkan bayi diatas dada ibu dibawah

puting susu untuk melakukan IMD, setelah tali pusat dipotong dan diikat

penatalaksanaan ini sesuai dengan teori menurut Utami Roesli (2013) IMD adalah

proses menyusu segera yang dilakukan dalam satu jam pertama setelah bayi lahir.

Satu jam pertama kelahiran bayi adalah saat paling penting, karena di masa satu jam

pertama ini terjadi fase kehidupan yang mempengaruhi proses menyusui. Pada

pukul 20.57 WIB bayi dan ibu sudah dipindahkan ke ruangan pasien karena

keluarga sudah banyak yang berdatangan untuk melihat bayi dan pasien meminta

bayinya untuk segera dibedong.

Penatalaksanaan yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan KIE

pada ibu tentang ASI Eksklusif agar bayi tetap bisa mendapatkan ASI eksklusif

walaupun IMD tidak berhasil dilakukan. ASI eksklusif (menurut WHO) adalah

pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun

makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI
177

eksklusif selama 6 bulan dianjurkan oleh pedoman internasional yang didasarkan

pada bukti ilmiah tentang manfaas ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga, maupun

Negara. Setelah ibu diberikan KIE tentang ASI eksklusif, ibu berjanji akan

memberikan bayinya ASI eksklusif.

C. Nifas

Berdasarkan pengkajian nifas yang telah dilakukan oleh penulis diperoleh

data bahwa pada hari ketujuh masa nifas ibu mengeluh kurang istirahat. Ibu

mengatakan tidak pernah tidur siang dan pada malam hari kurang tidur karena

bayinya rewel, kemudian penulis melakukan KIE tentang kebutuhan istirahat pada

ibu.

Penatalaksanaan kebutuhan istirahat pada ibu nifas yaitu menganjurkan

ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan,

menyarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga biasa

perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur, kurang

istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal yaitu mengurangi jumlah

ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak

perdarahan, serta menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi

dan dirinya sendiri hal tersebut diatas sesuai dengan teori menurut Prawirohardjo

(2008). Satu minggu setelah diberikan penyuluhan tentang kebutuhan istirahat ibu

sudah mulai tidur siang dan bergantian menjaga bayinya dengan suami/keluarga,

sehingga kebutuhan istirahat ibu dapat terpenuhi hal ini sesuai dengan teori menurut

Vivian Nanny Lia Dewi (2011) ibu memasuki fase letting go yaitu ibu memerlukan

istirahat yang cukup sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk dapat

merawat bayinya.
178

D. KB

Berdasarkan pengkajian pada KB yang telah dilakukan oleh penulis

diperoleh hasil bahwa tidak ada kesenjangan antara teori kebidanan dengan

asuhan kebidanan yang telah diberikan terhadap Ny.T, setelah dilakukan

konseling untuk KB secara dini pada 6 minggu postpartum, pada kunjungan

berikutnya Ny.T sudah memutuskan untuk menggunakan KB suntik

progestin/suntik 3 bulanan. Ny. T 21 tahun calon akseptor KB suntik 3 bulan. KB

suntik progestin ini cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI

sesuai dengan teori menurut Affandi (2011) perempuan yang dapat menggunakan

kontrasepsi suntikan progestin salah satunya yaitu menyusui dan membutuhkan

kontrasepsi yang sesuai.

Penulis kemudian akan melakukan penyuntikan KB suntik 3 bulanan

terhadap Ny.T. Penatalaksanaanya adalah pertama melakukan penimbangan BB,

ukur TD, kemudian menyiapkan obat, mendesinfekti tempat penyuntikan,

melakukan penyuntikan secara IM pada bokong ibu, aspirasi, ternyata tidak ada

darah kemudian melakukan penyuntikan KB suntik 3 bulanan , setelah diberikan

injeksi KB suntik 3 bulan Ny.T merasa lega dan tidak khawatir akan hamil lagi

dalam waktu dekat ini, karena Ny.T ingin memberi jarak antara kehamilan

pertama dan kehamilan selanjutnya.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Setelah memberikan asuhan kebidanan berkelajutan terhadap Ny.T mulai

dari kehamilan, persalinan, nifas sampai KB dengan menggunakan 7 langkah

manajemen kebidanan menurut Helen Varney yang dilakukan di BPS Dwi Sri

Isnawati, Mojopahit, Punggur, Lampung Tengah dari tanggal 20 februari 2015- 09

Mei 2015. Maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Berdasarkan hasil pengkajian pada kehamilan terhadap Ny.T diperoleh bahwa

ibu hamil normal dengan keluhan yang fisiologis pada trimester III yaitu

sering berkemih. Pemeriksaan Antenatal Care dilakukan sesuai dengan

standar 11T, dan dilakukan sesuai dengan kontrak kegiatan yang telah di

tanda tangani oleh Ny. T.

2. Berdasarkan hasil pengkajian pada persalinan diperoleh bahwa persalinan

yang dijalani oleh Ny.T normal tetapi pada kala II dilakukan tindakan

episiotomi karena terdapat indikasi perineum kaku dan pucat. Kemudian

dilakukan IMD segera setelah bayi lahir dan tali pusat telah dipotong serta

diikat, IMD tidak berhasil dilakukan karena keluarga kurang kooperatif.

3. Berdasarkan hasil pengkajian pada masa nifas terhadap Ny.T diperoleh

bahwa masa nifas ibu normal dengan keluhan kurang tidur, tidak ditemukan

adanya tanda bahaya pada masa nifas.

4. Berdasarkan hasil pengkajian pada KB diperoleh bahwa asuhan pada KB

telah diberikan dengan baik dan memperhatikan kebutuhan ibu, Ny.T

179
180

memutuskan untuk menggunakan KB suntik 3 bulanan dan sudah mendapat

izin dari suami.

B. Saran

1. Bagi BPM Dwi Sri Isnawati, Amd.Keb

Pelayanan kebidanan yang dilakukan di BPM Dwi Sri Isnawati sudah

cukup baik, untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan sebaiknya BPM

dilengkapi dengan alat pemeriksaan protein urin dan glukosa urin yang

sebelumnya tidak ada agar dapat mendeteksi dan menangani komplikasi sedini

mungkin serta mendukung pelaksanaan asuhan kebidanan berkelanjutan.

2. Bagi Program Studi Kebidanan Metro

Koleksi buku di Perpustakaan Prodi Kebidanan Metro sudah cukup

lengkap tetapi untuk buku-buku terbaru dengan teori-teori terbaru masih sulit

ditemukan, sedangkan dalam melakukan penyusunan laporan tugas akhir penulis

memerlukan banyak sumber buku kebidanan yang up to date/ terbaru sesuai dengan

evidance based diharapkan perpustakaan Prodi Kebidanan Metro dapat

melengkapi koleksi bukunya untuk memfasilitasi penulis berikutnya dalam

melakukan penyusunan Laporan Tugas Akhir.

3. Bagi Klien/Pasien

Dengan terlaksananya asuhan kebidanan berkelanjutan ini klien sebaiknya

meningkatkan kesadarannya dalam bidang kesehatan dan lebih kooperatif dengan

tenaga kesehatan agar ibu dan bayi dapat terus terpantau kondisinya.
181

4. Bagi Penulis Selanjutnya

Asuhan kebidanan berkelanjutan yang diterapkan selanjutnya sebaiknya

lebih baik dari yang sudah dilakukan oleh penulis saat ini, inovasi-inovasi dalam

memberikan asuhan sebaiknya diterapkan dengan mengikuti evidence based untuk

meningkatkan mutu pelayanan kebidanan, kelengkapan alat juga harus

diperhatikan untuk memaksimalkan asuhan kebidanan yang diberikan kepada

pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Biran., dkk (ed). 2011.Buku Panduan Praktis Pelayanan


Kontrasepsi.Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anggraini,Yetti,2010.Asuhan Kebidanan Masa Nifas.Yogyakarta:Pustaka Rihama

Bencoolen,Rafess.2011.Melakukan Amniotomi dan Episiotomi.


http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/2011/04/melakukan amniotomi-
dan-episiotomi.html. (diakses 18 Juni 2015)

Bobak,dkk. 2005. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

BKKBN. 2015. BKKBN Gandeng IBI dan IDI demi Capai Target MDGs 2015.
www.jdih.net/web-bppkb/berita/269/bkkbn-gandeng-ibi-dan-idi (Diakses
tanggal 28 Februari 2015)

Departemen Kesehatan RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta.

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2012. Profil Kesehatan Lampung 2012.


Lampung.

Fraser, Diane M., dkk. 2009. Buku Ajar Bidan Edisi 14.Jakarta:EGC

Husin,Farid, dkk., (ed). 2014. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta : Sagung
Seto

Jannah, Nurul .2012. Buku ajar asuhan kebidanan kehamilan. Yogyakarta : ANDI

Manuaba, Ida Ayu Chandranita., dkk. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit


Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC

Saifuddin,A.B.,dkk (ed).2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Roesli, Utami.2013.Inisiasi Menyusui Dini. http://menyusui.info/imd/artikel-


imd/inisiasi-menyusu-dini-sebuah-definisi/(diakses 19 Juni 2015)

Saifuddin, Abdul Bari ., dkk (ed). 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Soepardan, Suryani.2008.Konsep Kebidanan.Jakarta:EGC


Varney, Helen., dkk. 2008a. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1. Jakarta:
EGC

.2008b. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2. Jakarta : EGC

Wiknjosastro,Gulardi., dkk. 2008. Asuhan Persalinan Normal Edisi Revisi 5.


Jakarta : JNPK-KR

Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Tengah.2014.Perencanaan Tingkat


Puskesmas.Lampung
LAMPIRAN
LEMBAR KONTRAK

Yang Bertanda Tangan Di Bawah Ini


Nama ilNA P.\S1IAl'llt

;21 iH
Umur

Alamat

Menyatak.an bahwa saya bersedia untuk menjadi pasien dalam Laporan Tugas
Akhir (LT A), dimulai dari Masa Kehamilan, Persalinan, Bayi Baru Lahir, Nifas
Dan Kb.

Asuhan yang akan di berikan oleh mahasiswa yang bersangkutan yaitu :

Nama
NIM \ .2 .;l.1.;J. 0 ~ </

Tingkat/Semester I\ t··H5 ~ ~ I nr I s efv1 es Te p. ~

Punggur.eef'ebruari 2015

Pasien Mahasiswa

NIM AS NIM Al'! b s ~f!.,\


Bidan N\ ~ \J.a..Li ~o J.Ll

I
·I
ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN

TERHADAP NY. T DI BPM DWI SRI ISNAWATI

PUNGGUR, LAMPUNG TENGAH

TAHUN 2015

Yang bertanda tangan dibawah ini :

1. Tina Ristiana, 21 tahun, bertempat tinggal di desa banjar sari kecamatan

gunung sugih kabupaten lampung tengah, sebagai pihak yang akan diberi

asuhan berkelanjutan.

2. Nimas Nimangsari, 12242024, Prodi Kebidanan Metro, sebagai pihak yang

akan memberikan asuhan berkelanjutan.

Pihak yang akan diberi asuhan berkelanjutan memberi izin kepada pihak yang

akan memberikan asuhan berkelanjutan untuk melaksanakan asuhan kebidanan

berkelanjutan dari hamil, bersalin, nifas dan KB dalam rangka menyusun Laporan

Tugas Akhir dengan frekuensi pemberian asuhan sebanyak 9 kali, yaitu :

1) Kehamilan : 3 kali 3) Nifas : 3 kali

2) Persalinan : 1 kali 4) KB : 2 kali


Dengan rincian kegiatan sebagai berikut :

ASUHAN HARI/TANGGAL
YANG KUNJUNGAN KEGIATAN
DIBERIKAN KUNJUNGAN

KEHAMILAN 1 1. Melakukan asuhan


kehamilan dengan
melakukan pemeriksaan
umum, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan
penunjang yaitu
pemeriksaan kadar
haemoglobin.
2. Mengajarkan pada ibu
cara melakukan senam
hamil.
3. Mengajarkan pada ibu
cara perawatan payudara
perawatan payudara
4. Memberikan penjelasan
tentang ketidknyamanan
pada Trimester III
5. Menganjurkan pada ibu
untuk menjaga personal
hygiene
6. Memberikan penjelasan
tentang tanda-tanda
bahaya pada kehamilan.
7. Memberikan penjelasan
tentang tanda-tanda
persalinan
8. Memberikan penjelasan
tentang persiapan
persalinan
9. Memberikan KIE tentang
kebutuhan istirahat
2 1. Melakukan pemeriksaan
kebidanan dengan palpasi
menurut leopold,
mengukur TFU,
menghitung TBJ, dan
pemeriksaan DJJ dengan
auskultasi menggunakan
fetoskop dan melakukan
pemeriksaan penunjang
yaitu pemeriksaan protein
urine dan glukosa urine.
2. Mengevaluasi gerakan
senam hamil yang
dilakukan ibu dirumah.
3. Mengevaluasi perawatan
payudara yang dilakukan
ibu dirumah
3 1. Melakukan pemeriksaan
kebidanan dengan
palpasi menurut leopold,
mengukur TFU,
menghitung TBJ, dan
pemeriksaan DJJ dengan
auskultasi menggunakan
fetoskop.
2. Mengevaluasi gerakan
senam hamil yang
dilakukan oleh ibu
dirumah
3. Memberikan KIE tentang
persiapan persalinan dan
tanda-tanda persalinan.

PERSALINAN 1 Melakukan asuhan


kebidanan pada persalinan
normal:

1. Melakukan pemantauan
kala I dengan partograf
yaitu kondisi ibu, kondisi
janin dan kemajuan
persalinan.
2. Menganjurkan ibu untuk
memilih posisi meneran
dengan setengah duduk.
Salah satu keuntungan
posisi setengah duduk
adalah suplai oksigen dari
ibu ke janin dapat
berlangsung secara
maksimal.

3. Memberikan asuhan
sayang ibu:
a. Memberikan ibu
makan/minum di
antara kontraksi yang
bertujuan untuk
membantu mencegah
gangguan
gastrointestinal.
b. Memberikan ibu
masase ringan pada
punggung bagian
bawah untuk
mengurangi rasa nyeri
yang ibu alami.
4. Melakukan
penatalaksanaan IMD
dengan meletakkan bayi
diatas dada ibu selama 1
jam pertama kelahiran
yang bertujuan untuk
menghangatkan tubuh
bayi.
NIFAS 1 Melakukan asuhan pada 6-8
jam masa nifas:

1. Mengobservasi tanda-
tanda vital, kontraksi
uterus, dan jumlah
pendarahan.
2. Mendeteksi dan merawat
penyebab lain
perdarahan.
3. Memberikan konseling
pada ibu tentang:
a. Teknik menyusui yang
benar.
b. Pentingnya ASI
eksklusif 0-6 bulan
pertama tanpa MP-
ASI.
c. Menjaga bayi agar
tetap hangat.
a. Tanda-tanda bahaya
pada ibu dalam masa
nifas dan bayi.
2 Melakukan asuhan
kebidanan pada hari ke-6
masa nifas:

1. Melakukan pemeriksaan
fisik pada ibu nifas, yaitu:
a. Keadaan putting susu
bersih/tidak dan
pengeluaran ASI
lancar/tidak.
b. Evaluasi involusi
uterus, kontraksi
uterus dan tinggi
fundus uteri.

c. Evaluasi pengeluaran
pervaginam (lochea)
dan jika terdapat luka
laserasi periksa
keadaan luka laserasi
dan penjahitan
kering/belum.
2. Menilai adanya tanda-
tanda demam, infeksi
atau perdarahan
abnormal.
3. Memastikan ibu
mendapatkan cukup
nutrisi, cairan dan
istirahat.
4. Memastikan ibu
menyusui dengan baik
dan memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
5. Memberikan konseling
pada ibu tentang:
a. Perawatan payudara
pada masa nifas.
b. Perawatan bayi sehari-
hari seperti personal
hygiene, perawatan tali
pusat, dll.
3 Melakukan asuhan
kebidanan pada minggu ke-2
masa nifas:

1. Mengevaluasi involusi
uterus berjalan normal,
uterus berkontraksi,
fundus dibawah
umbilikus dan tidak ada
perdarahan.
2. Menilai adanya tanda-
tanda demam, infeksi
atau perdarahan
abnormal.
3. Memastikan ibu
mendapatkan cukup
nutrisi, cairan dan
istirahat.
4. Memastikan ibu
menyusui dengan baik
dan memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
5. Memberikan konseling
KB secara dini.
1 1. Memastikan ibu untuk
menjadi akseptor KB
sesuai dengan keinginan
ibu.
2. Menjadwalkan untuk ibu
mulai menggunakan KB.
2 1. Memeriksa tanda-tanda
vital.
2. Melakukan pemasangan
KB.

Demikianlah kesepakatan ini dibuat untuk dilaksanakan sesuai dengan rencana

yang telah disepakati.

Mojopahit, :20 Februari 2015

Yang memberi persetujuan Petugas Pelaksana

Tina Ristiana Nirnas Nimangsari

NIM. 12242024

Mengetahui
KARTU BIMBINGAN LTA MAHASISWA
TINGKAT III PRODI D III KEBIDANAN METRO POLTEKKES
TANJUNGKARANG

Nama mahasiswa Nimas Nimangsari


NIM Kelas 12242024
Pembimbing I Tingkat III Reguler
Pembimbing II Islamiyati, AK.,MKM
Firda Fibrila, S.SiT.,M.Pd

No Tanzzal Materi Bimbinzan Perbaikan dan Saran Paraf


1.

2.

3. ACC

r, lam,3ati,
(f'f,.. (\,\K.M
4. e,}. s I , JI cl.Cl 0 Ji1

5. (31\B T, 1I d.Clf' II?


ti A~, I .;iw;

6. Bf\B T ,1J: dati TIL Bf\ B 1 ; r,t" bc11\<..q'\ tt, pctct.o loft\.,. ptlo~
Btl~ :[ : ~etboilt..a/'l caro.. penuhs~
d-4 Apri I
.;l.CIS
gi'{\l) ]L : ~~a ka.n It I f ofi.-s:. f6'14/-c.
/a/c.~hO.a,-, k~rn 1~0.1',
f\.¥-- M.K"-"
7. B~~ I: ~bade.or, 1.>i pa.d2c /~-tor-b•
/c.1ka0j haru':. fokvt dan ,esua, dr
"3a"" panduor, , <'{
B~B 1Ii : pfrba11t-an pa ck. coro ~f'XJ L~,
daf\ peraf-0.[o..k. S'~~on pc<c2> p er~c.Gl>- 1d~m,~t-,
nn dan nda.\' trk ·· N/cN
Perbaikan dan Saran Paraf
No Tan al Materi Bimbin an
8. ~""P., "!.. : per bo1\ca(') ,s·, ~aru~ ~e~v
ai fa l"I d u t1.r, ( 0 M ~)
!;ttl?i it : pe.rba1\..£.a0 ('Qra (X'fl\J\,i,qr
fY\Q-i '2r°I <° ')IJ m b e.t'" Id c:ttb:CH ru<;:tQ{,:c.
9.,~(; 'tif I fl~uh.ah kebfdQ()Ol'l hctrUS ls \am\jo~,
-f o (<us Sesu.Q.1 ker, u 1 u hon I bu It\<; M K-M

9. f erb o,\t-Or, coro..J'eoul1H 1:n po..~


g~~ 1 , IT da0 l1.!. 1 peoul;sor, ti~
oe Met
tc;;,do.lo o,enjorok l(e dq.Let (Yl f,Aru s
<101<;
6}. perba1k.

10. IZ Me.I
acts

11.

B Ai; L, tt=' Ill TII


d a. n T[... c e, r-+c., t' ,~
\<..o.Scth

13.

14. ~ Qt6 ft"SC"''(Qrt ~~


t 3 ju I,· 201.C' )cu ctn, 6 1'-f.\ I , .D:,
1Jt. n JctYl i.
15.

ti, S.Pd, M.Kes


9221986032002
SENAM HAMIL

NO GERAKAN KETERANGAN
A. LATIHAN PENDAHULUAN
1. Duduk bersila
* Sebanyak mungkin ibu hamil
melakukan pekerjaan rumah dengan
dududk bersila

2. Melemaskan otot paha bagian dalam


* Duduk bersila
* Letakkan kedua telapak tangan
diatas lutut
* Tekan kearah luar dengan
bantuan berat badan, bokong
kan terangkat dari kasur.
Pertahankan 3 detik.

3. Latihan otot tungkai


* Dorso fleksi dan plantar fleksi
* Inversi dan eversi
* Sirkum duksi
Lakuakn 2 kali sehaari masing-masing 6
kali.

B. LATIHAN DASAR PERNAPASAN


1. Latiha pernapasan perut
* Tidur terlentang dengan 1 bantal,
kedua kaki di bengkokkan, kedua
telapak tangan diletakkan diatas
perut sekitar pusat
* Keluarkan napas dari mulut, perut
kempis hingga telapak tangan lepas
dari dindind perut.
* Tarik napas dari hidug, perut
mengembang hingga tangan
terdorong dari perut.
2. Latiha pernapasan iga
* Tidur terlentang dengan 1 bantal,
kedua kaki di bengkokkan, kedua
tangan mengepal di iga bawah dada.
* Keluarkan napas dari mulut, iga
mengempis hingga kepalan terlepas.
* Tarik napas dari hidug, iga
mengembang hinggakepalan tangan
terdorong keatas.

3. Latiha pernapasan dada:


* Tidur terlentang dengan 1 bantal,
kedua kaki di bengkokkan, kedua
tangan diletakkan diatas dada.
* Keluarkan napas dari mulut, dada
mengempis telapak tangan
menekan dada.
* Tarik napas dari hidug, dada
mengempis hingga kediua telapak
tangan keatas.
C. LATIHAN OTOT PERUT
1. Tidur terlentang, kaki bengkok, tangan
diatas perut, kempiskan dinding perut ke
dalam, sehingga lepas dari telapak
tangan.lakukan 6 kali.

D. LATIHAN OTOT BOKONG


Tidur terlentang, kaki lurus, kerutkan
bokong lakukan 15-30 kali

E. LATIHAN DASAR PANGGUL


JATUH KEDEPAN
1. Dasar: tidur terlentang kedua lutut
bengkok, kerutkan otot perut dan
bokong, sehingga membentuk cekungan
di punggung. Lakukan 15-30x .
2. Peningkatan: posisi merangkak,
kerutkan otot perut dan bokong.

F. LATIHAN DASAR PANGGUL


JATUH KESAMPING
1. Dasar: tidur terlentang, 1 kaki lurus, 1
kaki bengkok, geserkan kaki lurus
mendekati iga. Lakukan 6x

2. Peningkatan: merangkak kepala


menoleh ke panggul kiri/ kanan
mendekati iga kiri/kanan.

G. LATIHAN ROTASI PANGGUL


Dasar: tidur terlentang, 1 kaki
dibengkokkan, kedua tangan diletakkan
dibawah bantal, membawa lutut yang
berlawanan angkat tumit, lakukan 6x.

2. Peningkatan: posisi merangkak,


lingkari dada dengan satu lengan, jari
keatass, suku lurus, ayunkan lengan
keatas belakang. Lakukan 6x.
H. LATIHAN MENGEJAN
Mengejan efektif, tidur bersandar 2
bantal, kedua tangan merangkul paha,
tarik kearah samping atas, siku tidak
1. boleh tertahan kasur, tarik napas dari
mulut, tundukkan kepala, dagu
menempel dada, mata terbuka,
kempiskan perut dan mengejan kearah
bawah, tahan sambil merangkul kedua
paha, keluarkan napas mendesah,
lakukan napas panting, lakukan 3 kali.

J. LATIHAN MENCEGAH
SUNGSANG
1. Merangkak kedua tangan sejajar dengan
bahu, dan kedua lutut sejajar dengan
panggul agak dilebarkan. Letakkan
kepala diantara kedua tangan, menoleh
kekiri/kekanan. Letakkan siku diatas
kasur lalu jauhkan siku sejauh mungkin
kesamping kanan dan kiri sehingga dada
menyentuh kasur.
* Untuk mencegah letak sungsang 1x
sehari 15 detik
* Untuk letak sungsang 2x sehari 15-
20 detik

K. LATIHAN MENCEGAH WASIR


1. Tidur terlentang dengan kedua lutut
bengkok kerutkan otot bokong dan
angkat panggul setinggi mungkin ke atas
tahan dalam keadaan berkerut, napas
biasa kemudian lepaskan, lakukan 5-6
kali.

L. LATIHAN RELAKSASI TOTAL


1. Tidur miring kekiri tangan yang diatas
merangkul bantal, tangan bawah posisi
fleksi di belakang punggung, kerutkan
otot-otot dari ujung kaki sampai otot
muka bersama-sama, kemudian santai,
napas dengan irama lambat, sampai
tercapiai istirahat sempurna/ tidur
selama 5-10 menit.
PERAWATAN PAYUDARA PADA KEHAMILAN

No Pelaksanaan

1. 1. PENCEGAHAN INFEKSI
SEBELUM TINDAKAN

Cuci tangan dari lengan hingga siku


dengan menggunakan sabun dan air
mengalir

A PELAKSANAAN

1. 1. Kompres puting susu sampai bagian


aerola mamae dengan kapas yang
telah dibasahi minyak selama 2-3
menit

2. 2. Olesi ibu jari dan jari telunjuk


dengan minyak
3. Jika puting susu normal, Letakkan
ibu jari dan jari telunjuk di sekitar
puting susu. Lakukan gerakan
memutar ke arah dalam sebanyak 30
kali putaran untuk meningkatkan
elastisitas otot puting susu
4. Jika puting susu datar atau masuk ke
dalam,
a. Letakkan kedua ibu jari
disebelah kiri dan kanan puting
susu. Secara perlahan, tekan dan
hentakan ke arah luar menjauhi
puting susu sebanyak 30 kali
b. Lakukan hal yang sama dengan
tahap diatas, tetapi tarikan dan
hentakan jari telunjuk dari arah
atas dan bawah
5. 5. Mengeluarkan Colostrum

6. 6. Membersihkan puting susu dan


payudara dengan kain kering dan
bersih.
7. 7. Mencuci tangan setelah tindakan.
Cuci tangan dengan lengan hingga
siku dengan menggunakan sabun
dan air mengalir
SENAM NIFAS

NO GERAKAN KETERANGAN

A. SENAM SIRKULASI

1. Tarik napas dalam 3-4 x melalui


hidung lalu keluarkan lewat mulut

2.

Berbaring dengan lutut lurus,


regangkan sedikitnya 12 x pilih
gerakan dorso fleksi (buka tutup)
bukan plantar fleksi unruk mencegah
kram.

3. Menegencangkan kaki, berbaring


denga kaki lurus, tarik kekia kaki ke
atas pada pergelagan kaki dan
regangkan pada bagian belakang lutut
ke tempat tidur, tahan posisi dalaam
hitungan detik, bernafaalah secara
normal dan rileks, ulangi derakan
sebanyak 10 x.

B. SENAM DASAR PANGGUL


1.

Lutut dalam posisi ditekuk, angkat


panggul tanpa mengangkat perut
dengan prinsip visualisasi dan
konsentrasi pada otot, angkat, tarik
masuk, dan tahan.

(seperti buang air kecil dan ditahan


di tengah*)

C. SENAM ABDOMEN

1. Posisi berbaring dengan kedua lutut di


tekuk dan telapak kaki datar menapak
di lantai, letakkan kedua telapak
tangan diabdomen depan paha, tarik
napas dan pada saat akhir hembuskan
napas. Lakukan sebanyak 10 x

2. Masih dalam posisi berbaring, telapak


tangan berada di samping pinggang dan
menempel di lantai, kaki di tekuk dan
telapak kaki menempel di lantai,
kencangkan otot abdomen dan otot
pangguldengan sedikit menekan area
belakang ke lantai, tahan posisi
sasmpai hitingan ke 5 lalu bernapas
normal dan rileks, lakukan 5 kali dan
tinggkatkan 10 x di minggu selanjutnya

D. STABILTAS BATANG TUBUH


1. Posisi duduk dengan kaki datar diatas
lantai, dan tangan diatas otot abdomen
daaeah, tarik otot dasar panggul dan
naikkan lutut dengan kaki beberapa
inci

Di atas lantai, tahan gerakan selama 5


detik, dengan bagian panggul dan
tulang belakang tetap berada pada
posisinya. Tingkatkan secara bertahap
sehingga ibu bidan megulang dan
menahan gerakan selama 10 detik dan
di ulang senbanyak 10x

2. Berbaring miring, tekuk kedua lutut


keatas depan dengan tangan menopang
kepala dan tangan lainnya monopang
tubuh dengan telapak tangan menempel
pada lantai.

Tarik otot transfsersum dan dasar


panggul serta angkat lutut keatas
dengan memutar paha ke arah luar
sementara tumit tetap berdekatan.
Tahan selama 5 detik dan ulangi
sebanyak 5 x. Tingkatkan dengan
menahan selama 10 detik dan ulangi
10x.

3. Posisi berbaring miring dan lutut kaki


dibawah di tekuk kearah belakang,
tarik abdomen bagian bawah, dan
naikkan kaki yang atas sejajar dengan
tubuh. Tahan gerakan selama 5 detik
dan ulangi 5x. Tingkatkan penahanan
10 detik dan ulangi 10x
4. Posisi berbaring terlentang, tekuk
kedua lutut ke atas dan kaki datar
diatas lantai, tarik abdomen bawah dan
biarkan lutut kanan sedikit kearah luar,
dengan sedikit mengendalikan untuk
memastikan pelvis tetap berada pada
posisi dan punggung tetap datar secara
perlahan kembalikan lutut pada posisi
semula yang tegak lurus. Ulangi 5 x
pada masing-masing kaki dan ulangi
secara bertahap hingga sampai 10 kali.

Ra 5. Tetap pada posisi berbaring terlentang


tekuk kedua lutut keatas dan kaki datar
di atas lantai, letakkan tangan di atas
abdomen depan paha, tarik abdomen
bawah, secara perlahan luruskan tumit,
setelah 1 kaki dengan tetap
mempertahankan punggung datar
setinggi panggul. Ulangi gerakan 5 x
pada masing-masing kaki, dan
tingkatkan hingga 10x pada masing-
masing kaki.
Nam3 _ Niroos . . Nt~.0119sqr.i.. . ... . .. 1
lnS11tus1 : . D.]L .. Ke~Ld.~.n~n _t\1etr0 J
l'~o UJian.. . _

PARTOGRAF·
~ . I n. € .lli:h.,· J~ -th Gr po·· -o· .S..9 .rn,nggLJ
.ster I I I I I I -I I Nama lbu I Bapa~
~e Marti
I ,.

.;I.O ic
urnur A l1amil

I j I I L j .j I MsUangqal :
JJ(r. J~£_v;.~
·-1..,:~ sejak jam 04 60 Wi6 :.r.a-r-~; · . /3 C!j_qr. .. .J.~:.-~ .

200
190
180
170
Dcnyvt
160
Jantvng
150
Jan1n
MO

( x}menit)
130
120
110
100
~>--+---+--,~~--+---'----+-4-----4--+--+--t-1-rr--t-11-+-t-t-f--+-~-+-+-+~
~L-L.-1.-..Jl-.l--1..-l---1...__L_l_L....L-I---Lc-~-1-...1--L_._..L-L_._... ._-L..--1-1-1...._._L-L-J
SP.M .

:.~=nn I I I I I I I I I I I I l~I I I I I l I I I I I I I I I I I I I _I
10 .,v
9
- I/ ...

l/

8
., "> / "-- t.> l' !)/ v
'f-/

7 ,,.. I:., :/
~ ,_,,
n / p. hl ,;j Ir ---, cl, I
6
r,:,.L--' .. -o,;. t> . l>ti - I< ~f In ht1 h r. ff en r01 O t1

5
1_., v
/

v ...... lrl. i,,., 1n I ,,., brr I? s 1\, a, t; ~o r


"
lr,l ~ . l..11 S'" I.I. II!
3 00 . l:;1 D < (Y') h~ : '$1 be 0 ...
2 -
1
0 I 2 J ~ s (; J B 9 10 ti 12 13 1~ lS 16
....
W•l<t\J
(;..,,)
"'
oj

:::: i,~~ l 111111111111 I


[ 111111111111111 I I
I I I I I I 1 · 1 - ~ I I I I I I I I . I I I I I I I· I I I I I I I I I
Oksitosin U/1
tetas/menit .

Ob,t·dan
Cann IV

-180
Nadl 170
160
1SO
140
130
120
110
Telcal'llln 100
darah -90
80
70
60

Unne -E :?! 1---1111--tl--f-l--+l-+--l-i-l ~--=----.--~+


J --! +--! -+-I--! I ! I I ~ 1

M~:..,-, tcr.'!khor j,\rr.{jOOW/i3Jc1110 noti,Jouk,Sa~l)r ."nr;, llz. ponl ,

1
put-J. 3elo~
,,,.,,n t"'":.i.,. 1~:-,19.zo tv1131~,,.\ lur ='),-,, /

=:.»
N ,maQ.9S-C,1-~~1)\
iN1mas~
LEMBAR PERBAIKAN

NAMA : NIMAS NIMANGSARI


NIM : 12242024

JUDUL LTA :ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN TERHADAP


NY.T DI BPM DWI SRI ISNAWATI, PUNGGUR,
LAMPUNG TENGAH
TANGGAL

N MA TERI SEBELUM
SUDAH PERBAIKAN HAL.
0 PERBAIKAN
l Kata Pengantar Perbaikan penulisan gelar v
2 Ringkasan Perbaikan format penulisan dan vu
perbaikan isi rinzkasan
3 BAB Ill KEHAMILAN

a. Keluban Menambahkan.keluhan utama ibu 120

b. IMT Menambahkan materi tentang IMT 123


padaBAB II

c. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan protein urin dan 126


glukosa urin tetap dituliskan pada
pemeriksaan laboratorium

d. Diagnosa Perbaikan penulisan diagnosa pada 127


kehamilan sesuai nomenklatur

e. Masalah Perbaikan pada masalah lebih 127


spesifik pada masalah yang dialami
ibu

f. Catatan Perkembangan Menghapus catatan perkembangan 133


yang tercetak dua kali

4 BAB III PERSALINAN

a. Pemeriksaan Dalam Melengkapi pemeriksaan dalam 142


b. Diagnosa Perbaikan diagnosa persalinan 143
sesuai dengan nomenklatur

c. Penatalaksanaan kala iv Menambahkan pengukuran 154


N MATERI SEBELUM
SUDAH PERBAIKAN HAL.
0 PERBAIKAN
Antropometri dan menjelaskan cara
masase fundus pada keluarga pasien
5 BAB III NIF AS
a. Data Subjektif dan Objektif Menambahkan data subjektif dan 155
bayi objektif bayi

b. Diagnosa Perbaikan diagnosa pada nifas 156


sesuai dengan nomenklatur

c. Pelaksanaan Perbaikan pelaksanaan pada 169


kunjungan 6 minggu konseling dini
tentang KB
6 BAB III KB
Diagnosa Perbaikan diagnosa pada KB sesuai 170
dengan nomenklatur
7 BAB IV

Pembahasan Menambahkan penyuluhan tentang 173


KB dan sistematika penulisan
sesuaikan dengan 7 langkah varney

Mengetabui

Penguji

Kusrini Katharina, S.Pd., M.Kes


NIP. 195210101983022001

Pembimbing I Pembimbing II

?! ~
----
lslamiyati, AK., MKM
NIP.197204031993022001
Firda Fibrila, S.Si.T., M.Pd
NIP.197602122005012004

Anda mungkin juga menyukai